1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan. (Cepat, tepat, 5 pilar manajemen mutu
Mudah) pemimpin, komitmen, organisasi, proses, produk
2. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat NILAI DASAR ORIENTASI MUTU
evaluasi. Membangun mindset dan komitmen pegawai terhadap
3. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan budaya mutu;
tindakan factual Meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan;
Beradaptasi dengan perubahan;
Sumber-sumber kode etik yang telah berkembang dalam sistem Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik
administrasi publik sejak kemerdekaan : internal maupun eksternal;
• Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang
Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang dilandasi kepercayaan dan kejujuran;
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Menampilkan kinerja tanpa cacat (zero-defect) dan tanpa
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil pemborosan (zero-waste), sejak memulai setiap
• Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang pekerjaan.
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa terdapat sepuluh
• Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang ukuran dalam menilai mutu pelayanan, yaitu :
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil “(1) Tangible (nyata/berwujud), (2) Reliability (kehandal
• Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin an), (3) Responsiveness (Cepat tanggap), (4)
PNS Competence(kompetensi), (5) Access (kemudahan), (6) Courtesy
(keramahan), (7) Communication (komunikasi), (8) Credibility
(kepercayaan), (9) Security (keamanan), (10)Understanding the
Customer (Pemahaman pelanggan). KELOMPOK TINDAK PIDANA KORUPSI
Alat pemastian mutu pelanggan (Osborne & Plastrik, 2000, hal. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 :
175): Standar pelayanan pelanggan; Ganti rugi pelanggan (1) Kerugian keuangan negara, (2)Suap-menyuap, (3) Pemerasan,
(customer redress); Jaminan mutu; Audit mutu; Penanganan (4) Perbuatan Curang, (5)Penggelapan dalam Jabatan,
Keluhan Pelanggan; Ombudsman) (6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, (7) Gratifikasi.
Lampiran Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (Menpan) Nomor: KEP/25/M.PAN/2 Kerugian keuangan negara
/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Suap menyuap
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah,
Pemerasan
dinyatakan bahwa Indeks Kepuasan Masyarakat diukur
Perbuatan curang
oleh 14 unsur sebagai berikut : Prosedur pelayanan; Persyaratan
Penggelapan dalam jabatan
Pelayanan; Kejelasan petugas pelayanan; Kedisiplinan petugas
pelayanan; Tanggung jawab petugas pelayanan; Kemampuan Benturan kepentingan dalam pengadaan
petugas pelayanan; Kecepatan pelayanan; Keadilan mendapatkan Gratifikasi
pelayanan; Kesopanan dan keramahan petugas; Kewajaran biaya
pelayanan; Kepastian biaya pelayanan; Kepastian jadwal Kerugian Keuangan Negara
pelayanan; Kenyamanan lingkungan; Keamanan Pelayanan. - Pasal 2
- Pasal 3
Suap – Menyuap
EMPAT FOKUS INOVASI - Pasal 5 ayat (1) huruf a - Pasal 11
‘Product innovation’ –menyangkut perubahan - Pasal 5 ayat (1) huruf b - Pasal 6 ayat (1) huruf a
produk/jasa yang dihasilkan; - Pasal 13 - Pasal 6 ayat (1) huruf b
‘Process innovation’ –menyangkut perubahan dalam - Pasal 5 ayat (2) - Pasal 6 ayat (2)
cara pembuatan dan/atau pengiriman; - Pasal 12 huruf a - Pasal 12 huruf c
“Position innovation’ -menyangkut perubahan dalam - Pasal 12 huruf b - Pasal 12 huruf d
konteks promosi untuk memperkenalkan produk/jasa; Penggelapan dalam jabatan
‘Paradigm innovation’ –menyangkut perubahan dalam - Pasal 8
hal model mental atau kerangka kerja organisasi. - Pasal 9
- Pasal 10 huruf a
HAMBATAN PROSES INOVASI - Pasal 10 huruf b
1.Pemimpin atau pihak-pihak yang menolak menghentikan - Pasal 10 huruf c
program atau membubarkan organisasi yang dinilai telah gagal. Pemerasan
2.Sangat tergantung kepada high performers bahkan top leader - Pasal 12 huruf e
sebagai sumber inovasi. - Pasal 12 huruf g
3.Walaupun teknologi tersedia, tetapi struktur organisasi dan - Pasal 12 huruf h
budaya kerja, serta proses birokrasi yang berbelit-belit
menghambat berkembangnya inovasi. Perbuatan curang
4.Tidak ada rewards atau insentif untuk melakukan inovasi atau - Pasal 7 ayat (1) huruf a
- Pasal 7 ayat (1)huruf b
untuk mengadopsi inovasi.
- Pasal 7 ayat (1) huruf c
5.Lemah dalam kecakapan (skills) untuk mengelola resiko atau
- Pasal 7 ayat (1) huruf d
mengelola perubahan. - Pasal 7 ayat 2
- Pasal 12 huruf h
ANTI KORUPSI
Korupsi Benturan kepentingan dalam pengadaan
Berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti - Pasal 12 huruf I
kerusakan atau kebobrokan Gratifikasi
- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C
7 Jenis Korupsi :
Korupsi Transaktif
Korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal balik Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPK :
antara pemberi dan penerima, demi keuntungan bersama. Kedua
pihak sama-sama aktif menjalankan perbuatan tersebut. Merintangi Proses pemeriksaan perkara Korupsi :
Korupsi Ekstroaktif - Pasal 21
Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi (tekanan) tertentu
dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan tidak benar :
kerugian yang mengancam diri, kepentingan, orang-orangnya, atau - Pasal 22 jo. Pasal 28
hal-hal yang dihargai.
Korupsi Investif Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka:
Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa tanpa - Pasal 22 jo. Pasal 29
adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
Keuntungan diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang. keterangan palsu :
Korupsi Nepotistik - Pasal 22 jo.Pasal 35
Korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau
yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
jabatan publik. keterangan atau memberi keterangan palsu
Korupsi Autogenik
Korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai kesempatan Saksi yang membuka identitas pelapor :
untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan - Pasal 24 jo. Pasal 31
pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri
Korupsi Suportif Nilai dasar anti korupsi
Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif Judi mandi di beras jagung
untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak pidana 1. Jujur
korupsi yang lain. 2. Peduli
Korupsi Defensif 3. Mandiri
Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan 4. Disiplin
diri dari pemerasan 5. Tanggung jawab
6. Kerja keras
7. Sederhana
8. Berani Multi Protection of Integrity (MPI) dapat dilakukan oleh manusia
9. Adil yang telah menghidupkan nuraninya. Manusiamanusia yang selalu
terjaga dari pengaruh negatif dari luar serta manusia-manusia yang
mampu mengendalikan dirinya dari berbagai dorongan
Penanaman Nilai Integritas penyimpangan. Untuk melakukan perubahan pengaruh yang
sudah masuk bawah sadar, maka perlu kita mulai dengan
memahami bagaimana pengaruh bisa masuk bawah sadar.
Terdapat 2 jalur sebagai berikut: 1. Jalur pengulangan; 2. Jalur
Bawah Sadar; 3. Jalur “effect WOW”;
A. Kesediaan
Kesediaan terhadap integritas (Integrity Compliance) adalah
ketika individu bersedia menerima pengaruh untuk
berintegritas dari orang lain atau dari kelompok lain,
dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Bangun Sistem Integritas
B. Identifikasi reframing culture adalah upaya mengubah orientasi dari perilaku
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas korupsi yang berbentuk kolusi. Unsurunsur yang membentuk kolusi
seseorang atau kelompok lain dikarenakan integritas sudah sesuai baik perilaku, ucapan, emosi, maupun pikiran (paradigma) atau kita
dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang sebut sebagai konten dilakukan perubahan atau dikembalikan
menyenangkan antara dia dengan yang memberikan pengaruh orientasi (konteks) menjadi gotong royong yang sebelumnya telah
terkait integritas. menjadi budaya yang sangat kuat di masyarakat Indonesia.
C.Internalisasi Seeding Of Integrity merupakan upaya untuk menanamkan
Internalisasi integritas terjadi apabila individu menerima pengaruh pengaruh integritas pada bawah sadar hingga dapat membentuk
dan bersedia bersikap dan berperilaku dengan penuh integritas perilaku, kebiasaan dan budaya integritas. Seakan menjadi suatu
dikarenakan integritas tersebut sesuai dengan apa yang ia pertempuran antara integritas dan korupsi, saling memperkuat
percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. untuk mempengaruhi pegawai negeri di Indonesia.
Internalisasi integritas akan maksimal ketika kita mampu Proses menanamkan pengaruh dari luar ke dalam diri manusia
menggabungkan pendekatan inside out dan out side in. Untuk terkait erat dengan panca indera (modality) sebagai pintu
terjadinya hal tersebut maka: interaksi dan sub modality agar pengaruh integritas tersebut
1. Lingkungan yang berintegritas : perbanyak hidup dalam dapat masuk dalam area bawah sadar, yang selanjutnya
lingkungan yang positif diharapkan dapat menjadi perilaku otomatis, kebiasaan dan
2. Proteksi Integritas : pastikan pengaruh lingkungan yang budaya. Secara umum kita mengenal terdapat 3 besaran
negatif tidak masuk dalam pikiran (diri) modality dan 1 gabungan modality yaitu : 1) Auditory, 2) Visual,
3. Perubahan Sistem Nilai : jika pengaruh sudah masuk dalam 3) Kinestetik dan 4) Multi modality.
pikiran (diri) segera lakukan teknik perubahan sistem nilai, Sistem integritas yang sudah ataupun yang akan dibangun
4. agar yang negatif dapat dihapuskan dan diganti dengan yang merupakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan dan
positif penjagaan integritas, seakan terjadi penyelarasan antara
(Lingkungan Berintegritas) Hidup dalam lingkungan yang positif rohani dan jasmani dalam diri, penyelarasan jiwa, pikiran,
dapat dilakukan dengan: perasaan, ucapan dan tindakan dengan nurani dan lingkungan
1. M e m p e r b a n y a k t e m a n y a n g berperilaku positif (sistem dan budaya integritas), inilah yang disebut dengan
2. Memperbanyak artefak/simbol dan sejarah yang memberikan pelembagaan integritas. Integritas yang terlembagakan dalam
makna atau inspirasi untuk melakukan perilaku positif dan selalu diri dan organisasi.
ingat akan kebaikan dan kebenaran Sistem-sistem khusus untuk pengendalian korupsi dan standar
3. Memperbanyak rutinitas atau ritual positif etika contohnya adalah: Peningkatan Peran Pengawasan Internal,
4. Membangun atau menjalankan sistem integritas : Post Employment, Integrity checking, pengungkapan isu integritas,
Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Sistem Pengendalian, dll. pengendalian gratifikasi, pelaporan harta kekayaan, analisis risiko
Proteksi integritas agar pengaruh lingkungan negatif tidak dapat terhadap integritas, revitalisasi kode etik dan pedoman perilaku,
masuk dalam diri kita dapat dilakukan dengan : seleksi dan keteladanan pimpinan puncak, serta evaluasi eksternal
1. M e l a k u k a n s i m b o l i s a s i y a n g dilengkapi dengan integritas.
imajinasi, sugesti dan asosiasi bahwa pengaruh tersebut hanya Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai
ada diluar diri kita dan tidak pernah masuk ke dalam diri tujuannya dan menjaga individu dalam organisasi, maka
2. Melakukan dis-asosiasi, yaitu keluar dari lingkaran pengaruh kematangan pelaksanaan programnya dilaksanakan secara
negatif tersebut optimal lewat tahapan : 1) Not Performance (belum ada
3. Melakukan Multi Protection of Integrity kinerja), 2) Adhoc, (sementara, reaktif , mendadak) 3) Planned
Simbolisasi -> (Teknik dasar Internalisasi : imajinasi, sugesti dan (terencana dan teroganisasi dengan baik) 4) Institutionalized
asosiasi) (menyatu dengan sistem organisasi 5) Evaluated (telah dapat
Dis-Asosiasi : Setiap ada fenomena atau kejadian yang akan dievaluasi) 6) Optimized (dapat di optimalkan)
berpengaruh negatif yang ditujukan pada diri kita, untuk
menghindarinya kita melakukan gerakan atau asosiasi sehingga
pengaruh tersebut tidak terarah pada diri kita, namun kita tetap
mengendalikan sepenuhnya pengaruh tersebut.
Pelayanan Publik
Peran & Fungsi Tugas ASN Kode etik dan kode perilaku:
1. Peran 1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab,
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan dan berintegritas tinggi;
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional 2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang 3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari tekanan;
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. 4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
2. Fungsi: peraturan perundang-undangan
a. Pelaksana kebijakan public ; melaksanakan kebijakan 5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
b. Pelayan public ; Pelayanan publik merupakan kegiatan etika pemerintahan;
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai 6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
peraturan perundang-undangan bagi setiap warganegara 7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara 8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. melaksanakan tugasnya;
c. Perekat dan pemersatu bangsa ; ASN harus senantiasa 9) memberikan informasi secara benar dan tidak
mengutamakan dan mementingkan persatuan dan menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di informasi terkait kepentingan kedinasan;
atas segalanya). 10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara,
3. Tugas ASN tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk
a. Melaksanakan kebijakan publik yg dibuat PPK mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
b. Memberikan pelayanan publik yg profesional & berkualitas diri sendiri atau untuk orang lain;
c. Mempererat persatuan & kesatuan NKRI 11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu
menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
PNS berhak memperoleh: 12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; mengenai disiplin Pegawai ASN.
2) cuti;
Fungsi Kode Etik jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang
1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil dimiliki oleh pegawai.
negara dalam menjalankan tugas dan kewanangan agar 4. Pengembangan Karier
tindakannya dinilai baik. Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi
birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan Pemerintah. Pengembangan karier PNS dilakukan dengan
tugas dan kewenangannya mempertimbangkan integritas dan moralitas.
5. Pola Karier
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier
dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, nasional.
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, 6. Promosi
umur, atau kondisi kecatatan. Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah
Dalam sistem merit, penggajian, promosi, mutasi, pengembangan mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi
kompetensi dan lain-lain keputusan juga didasarkan sepenuhnya Pemerintah. Tim penilai kinerja PNS dibentuk oleh Pejabat
pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan juga pertimbangan yang Berwenang.
kualifikasi dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa 7. Mutasi
kasihan. Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1
(satu) Instansi Pusat, antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi
Sistem merit harus diterapkan pada semua komponen atau fungsi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan
dalam manajemen ASN. Semua fungsi dan komponen dalam Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik
manajemen ASN sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 Indonesia di luar negeri.
(mengatur tentang manajemen PNS) dan pasal 93 (mengatur 8. Penilaian Kinerja
manajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem merit ini. Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
Pasal 55 menyebutkan bahwa “ Manajemen PNS meliputi pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan karier.
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, 9. Penggajian dan Tunjangan
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. dan resiko pekerjaan.
Pasal 93: Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan
pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, kemahalan. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, kinerja. Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan
pemutusan hubungan kerja, perlindungan. tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di
daerah masing-masing.
Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN 10. Penghargaan
Sistem merit menjadi prinsip uatma dalam UU ASN, bahkan UU ini 1. tanda kehormatan;
juga menyediakan aturan kelembagaan untuk menjamin 2. kenaikan pangkat istimewa;
keberadaan sistem merit dalam pengelolaan ASN. 3. kesempatan prioritas untuk pengembangan
Lembaga-lembaga tersebut adalah: kompetensi; dan/atau
1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan 4. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi kenegaraan.
pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk 11. Disiplin
menjamin perwujudan atau pelaksanaan sistem merit ini 12. Pemberhentian
pada instansi pemerintah. PNS diberhentikan dengan hormat karena:
2) Kementrian yang menyelenggarakan urusan 1. meninggal dunia;
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara 2. atas permintaan sendiri;
(yang saat ini di sebut Kementrian Pendayagunaan 3. mencapai batas usia pensiun;
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN 4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah
dan RB) yang bertugas emberikan pertimbangan kepada yang mengakibatkan pensiun dini; atau
Presiden dalam penindakan Pejabat yang Berwenang 5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak
dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan dapat menjalankan tugas dan kewajiban
Sistem merit dalam pengelolaan ASN. PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
1. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan
FUNGSI MERIT Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1. Bagi Organisasi, sistem ini mendukung keberadaan Tahun 1945;
prinsip Akuntabilitas yg saat ini menjadi tuntutan sektor 2. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
Publik. pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
2. Bagi Pegawai, sistem ini Menjamin Keadilan dan tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
menyediakan ruang Keterbukaan dalam perjalanan Karier jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
seorang pegawai. hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana
umum;
Manajemen PNS 3. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan atau
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS 4. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan
dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
2. Pengadaan paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan, dilakukan dengan berencana.
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman PNS diberhentikan sementara, apabila:
hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi 1. diangkat menjadi pejabat negara;
PNS. 2. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
3. Pangkat dan Jabatan nonstruktural; atau
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada 3. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Instansi Pemerintah. Pengangkatan PNS dalam jabatan 13. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua
tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara PNS diberikan jaminan pensiun apabila:
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh 1. meninggal dunia;
2. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja
tertentu; Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
3. mencapai batas usia pensiun; keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi
4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah ASN.
yang mengakibatkan pensiun dini; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2
dapat menjalankan tugas dan kewajiban. (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
14. Pelindungan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun.
Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, Dari quiizz Manajemen ASN
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan 1. System merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan berdasarkan pada kompetensi, kinerja secara tidak adil dan
hubungan perjanjian kerja dan perlindungan. wajar dan kualifikasi tanpa membedakan latar belakang politik,
Pemberian Penghargaan PPPK yang telah menunjukkan ras, warna kulit, agama, ras, asal usul, jenis kelamin, status,
kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan pernikahan, umur atau kondisi kecacatan. (SALAH).
prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan 2. Lembaga yang memiliki kewenangan mencabut akreditasi
penghargaan. Penghargaan dapat berupa pemberian: lembaga diklat pegawai ASN yang tidak memenuhi standar
1. tanda kehormatan; akreditasi (Jawab : LAN)
2. kesempatan prioritas untuk pengembangan 3. Pemutusan hubungan perjanjian kerja dilakukan dengan
kompetensi; dan/atau hormat apabila (Jawab : Menjadi anggota dan pengurus partai
3. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara politik)
kenegaraan. 4. PNS memiliki hak cuti besar selama 2 bulan (SALAH)
Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja PPPK dilakukan dengan 5. Tahap awal dari pengadaan CPNS adalah (Jawab :
hormat karena: perencanaan)
1. jangka waktu perjanjian kerja berakhir; 6. Pelaksana kebijakan public, pelayan public dan perekat serta
2. meninggal dunia; pemersatu bangsa merupakan (Jawab : Fungsi ASN)
3. atas permintaan sendiri; Pertanyaan Benar (B) Salah (S)
4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah 7. Tujuan diklat PNS adalah mewujudkan ASN yang profesional
yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau (B)
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak 8. Peran ASN; Pelaksana Kebijakan Publik, Pelayan Publik dan
dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai Perekat dan Pemersatu Bangsa (S) (Fungsi ASN)
perjanjian kerja yang disepakati. 9. Status PNS adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai
pegawai tetap dan memiliki nomor induk PNS (B)
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat negara yaitu: 10. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, luar negeri dan
a. Presiden dan Wakil Presiden; merupakan satu kesatuan (B)
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis 11. Tujuan ditetapkan kode etik PNS adalah menjaga martabat dan
Permusyawaratan Rakyat; kehormatan ASN (S)
c. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan A. Menjodohkan
Perwakilan Daerah; 1. PNS dan PPPK, penjodohannya Merit System. (jenis-jenis
d. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada ASN)
Mahkamah Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim 2. Pengelolaan PNS didasarkan kepentingan politik,
pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc; penjodohannya kewajiban ASN. (Spoil System)
e. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; 3. Pengelolaan ASN berdasarkan keadilan keadilan,
f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa objektifitas, dan berbasis kinerja, penjodohannya Spoil
Keuangan; System. (Merit System)
g. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; 4. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945, penjodohannya
h. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; jabatan ASN. (kewajiban ASN)
i. Menteri dan jabatan setingkat menteri; 5. Pimpinan tinggi, administrator dan jabatan fungsional,
j. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri penjodohannya jenis-jenis ASN. (jabatan ASN)
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh; B. Pilihan Ganda
k. Gubernur dan wakil gubernur; 1. Berpolitik Praktis adalah (a) menjadi anggota parpol (b)
l. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan mengupload visi misi (c) menjadi jurkam (juru kampanye)
m. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh UndangUndang. (d) benar semua
2. ASN sebagai profesi: (a) memiliki kode etik (b) memiliki
Organisasi organisasi profesi (c) memiliki fungsi dan peran (d) pilihan
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN (a) dan (b)
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik 3. Menjaga martabat dan kehormatan ASN adalah (a)
Indonesia memiliki tujuan: kewajiban (b) tugas (c) kode etik (d) fungsi dan peran
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi 4. Bersikap profesional dan tidak memihak: (a) kewajiban (b)
ASN; dan tugas (c) hak (d) nilai dasar ASN
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. 5. Mengabdi kepada negara dan rakyat: (a) kewajiban (b)
tugas (c) nilai dasar ASN (d) hak ASN
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai 6. Memiliki, menjual fasilitas negara adalah (a) larangan (b)
ASN. Data Pegawai ASN paling kurang memuat: hal yang tabu (c) nilai dasar ASN (d) hak ASN
1. data riwayat hidup; 7. Mempererat persatuan dan kesatuan bangsa dan NKRI: (a)
2. riwayat pendidikan formal dan non formal; fungsi (b) tugas (c) peran (d) kewajiban
3. riwayat jabatan dan kepangkatan; 8. Memberikan pelayanan publik secara profesional: (a) fungsi
4. riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda (b) tugas (c) peran (d) kewajiban
kehormatan; 9. Sebagai perencana, pelaksana, pengawas: (a) fungsi (b)
5. riwayat pengalaman berorganisasi; tugas (c) peran (d) kewajiban
6. riwayat gaji; 10. Mata pelatihan manajemen ASN diajarkan untuk mencapai
7. riwayat pendidikan dan latihan; tujuan kurikulum yang keberapa? 2 dan 3
8. daftar penilaian prestasi kerja;
9. surat keputusan; dan kompetensi. C. Subjektif Test
1. Jelaskan Merit System dan Spoil System dalam manajemen
ASN?
2. Jelaskan manajemen ASN sebelum dan sesudah penerapan atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
UU No. 5 Tahun 2014? dikoordinasikannya.
Sebelum uu no 05 tahun 2014 3. Membentuk gugus tugas
Tidak efektif dan pengelolaan SDM, Kelembagaan dan Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang
birokrasi dilakukan di luar struktur formal, yang sidatnya tidak permanen.
Moral hazard dan tidak kompetennya pekerja Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara
Banyak KKN dan kurangnya control KKN agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut
Close carir system dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
Setelah UU no.5 tahun 2014 4. Koalisi sosial
ASN menjadi lebih professional karena penilaian Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan
berdasarkan kinerja koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk
Lebih mengutamakan pendekatan manajemen SDM pelembagaan khusus dalam koordinasi ini. Koalisi sosial ini
ketimbang pendekatan personel administrative mendorong adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang
Open karir system yang mengedepankan kompetisi dan suatu hal, sehingga pada akhirnya akan terjadi koordinasi
kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan alamiah.
ASN harus punya standar pelayanan profesi, nilai dasar, kode
etik dank ode prilaku profesi, pendidikan dan pengembangan Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran
profesi praktek antara lain adalah:
1. Kapasitas SDM dan institusi
WOG Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG
Pendekatan penyelengaraan pemerintah yang menyatukan upaya- tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi
tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
pelayanan publik. [WoG = pendekatan interagency] 2. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya
WoG itu menunjukkan bagaimana lembaga pelayanan publik organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
bekerja lintas batas untuk mencapai tujuan bersama dan sebuah kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan
respon pemerintah yang terpadu terhadap satu masalah ( Shergold 3. Kepemimpinan
&others, 2004). upaya kolaboratif, kerjasama, penyatuan upaya Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
dan tujuan bersama ( USIP). WoG merupakan pendekatan yang pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai
sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengapa WoG?
Faktor ekternal : dorongan publik dalam mewujudkan integrasi Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta pendekatan WoG adalah: Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif;
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu Pelayanan Jasa; Pelayanan Barang; Pelayanan Regulatif.
perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan
yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam Berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan menjadi :
menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan 1. Pola Pelayanan Teknis Fungsional
dan layanan publik. Suatu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
Faktor internal : adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam kewenangannya. Pada pola pertama ini pelayanan yang
pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior terhadap dilakukan adalah pelayanan sektoral, yang bisa jadi sifatnya
sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak hanya relevan dengan sektor itu, atau menyangkut pelayanan
berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau “saling di sektor lain. WoG dapat dilakukan manakala pola pelayanan
membunuh”. publik ini mempunyai karakter yang sama atau memiliki
Keberagaman Indonesia : keberagaman latar belakang nilai, keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya 2. Pola Pelayanan Satu Atap
mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu
institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilainilai instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan
perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen- masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat penguna
elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI. izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun belum
mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
Mendorong nilai, sikap dan perilaku yang berorientasi sektor 3. Pola Pelayanan Satu Pintu
dicairkan dlm fondasi kebangsaan yg lebih mendasar yg Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara
mendorong semangat persatuan dan kesatuan tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan
pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya
beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari yang bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan
sisi penataan institusi formal maupun informal : WoG yang lebih utuh, di mana pelayanan publik disatukan
1. Penguatan koordinasi antar lembaga dalam satu unit pelayanan saja, dan rantai izin sudah
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga- dipangkas menjadi 1 (satu) saja.
lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan 4. Pola Pelayanan Terpusat
manageable. Dalam prakteknya, span of control atau rentang Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi
kendali yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan
sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan. Pola ini
Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat mirip dengan pelayanan satu atap dan pelayanan satu pintu.
dilakukan lebih mudah. Perbedaannya tergantung pada sejauh mana kewenangan
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus koordinasi yang diberikan kepada koordinator.
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas 5. Pola Pelayanan Elektronik
dalam mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan
salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi
biasanya diberikan status kelembagaan setingkat lebih tinggi, dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat elekronik atau
on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan
dan kapasitas masyarakat pengguna.
Prasyarat Best Practices 5. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun
Dalam memanfaatkan pendekatan WoG ini, terdapat beberapa penduduk sebagai orang perseorangan, kelompok, maupun badan
prasyarat agar pendekatan ini dapat diterapkan. APSC (Shergold & hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan
others, 2004) merumuskan prasyarat untuk penerapan WoG yang publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
baik yaitu antara lain : 1. Budaya dan Filosopi; 2. Cara Kerja yang 6. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan
Baru; 3. Akuntabilitas dan Insentif; 4. Cara baru Pengembangan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
Kebijakan, Mendesain Program dan Pelayanan. penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
AP), administrasi pemerintahan itu sendiri, bertujuan untuk: 7. Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi
1. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam
Pemerintahan; standar pelayanan.
2. menciptakan kepastian hukum;
3. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang; Sistem Informasi Pelayanan Publik harus dibuat penyelenggara
4. menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat pelayanan, yang berisi semua informasi pelayanan publik yang
Pemerintahan; berasal dari penyelenggara pada setiap tingkatan. Penyelenggara
5. memberikan pelindungan hukum kepada Warga berkewajiban mengelola sistem informasi yang terdiri atas sistem
Masyarakat dan aparatur pemerintahan; informasi elektronik atau nonelektronik, sekurang-kurangnya
6. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan dan meliputi:
menerapkan AUPB; dan 1. profil penyelenggara;
7. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada 2. profil pelaksana;
Warga Masyarakat. 3. standar pelayanan;
Berdasarkan UU AP, asas dalam penyelenggaraan administrasi 4. maklumat pelayanan;
pemerintahan terdiri atas: [Asas-Asas terkait dengan Implementasi 5. pengelolaan pengaduan; dan
WoG] 6. penilaian kinerja.
1. Asas Legalitas
2. Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia Asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik :
3. Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) a. kepentingan umum;
AUPB terdiri atas : b. kepastian hukum;
a. kepastian hukum; c. kesamaan hak;
b. kemanfaatan; d. keseimbangan hak dan kewajiban;
c. ketidakberpihakan; e. keprofesionalan;
d. kecermatan; f. partisipatif;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
f. keterbukaan; h. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan i. akuntabilitas;
h. pelayanan yang baik. j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
[Asas-Asas terkait dengan Implementasi WoG] l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Manajemen Pelayanan Publik :
Nepotisme, telah ditetapkan asasasas umum penyelenggaraan a. pelaksanaan pelayanan;
negara, yang harus menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara b. pengelolaan pengaduan masyarakat;
dan pemerintahan negara oleh Aparatur Negara c. pengelolaan informasi;
1. Asas Kepastian Hukum; d. pengawasan internal;
2. Asas Kepentingan Umum; e. penyuluhan kepada masyarakat;
3. Asas Akuntabilitas; f. pelayanan konsultasi; dan
4. Asas Proporsionalitas; g. pelayanan publik lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
5. Asas Profesionalitas; perundang-undangan.
6. Asas Keterbukaan;
7. Asas Efisiensi; dan Maklumat pelayanan publik Pemda kepada masyarakat paling
8. Asas Efektifitas. sedikit memuat:
a. jenis pelayanan yang disediakan;
Dasar Kebijakan Pelayanan Publik b. syarat, prosedur, biaya dan waktu;
UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mulai c. hak dan kewajiban Pemerintah Daerah dan warga masyarakat;
berlaku sejak tanggal 18 Juli 2009. d. satuan kerja atau unit kerja penanggungjawab penyelenggaraan
Dalam kesempatan ini terkait dengan pelayanan publik terlebih pelayanan.
dahulu akan diberikan beberapa pengertian penting dalam
Undang-Undang tersebut, yaitu: Pengaduan dilakukan terhadap:
1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan a. penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan publik; dan
penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif b. pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. standar pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
2. Penyelenggara pelayanan publik (Penyelenggara) adalah setiap peraturan perundangundangan mengenai pelayanan publik.
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik :
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata- a. konsultasi publik;
mata untuk kegiatan pelayanan publik. b. musyawarah;
3. Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi c. kemitraan;
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang d. penyampaian aspirasi;
dibentuk berdasarkan undangundang untuk kegiatan pelayanan e. pengawasan; dan/atau
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
kegiatan pelayanan publik undangan.
4. Pelaksana pelayanan publik adalah pejabat, pegawai, petugas,
dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara
yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan
pelayanan publik.
Kata kunci WOG
Lembaga pelayanan public
Lintas batas
Tujuan bersama
Sebuah respon pemerintah terpadu
Satu masalah (penanganan satu masalah)
Langkah-langkah WOG
Koordinasi, integrase, kedekatan dan pelibatan
Implementasi WOG
Pengembangan kebijakan, manajemen program, penghantaran
pelayanan
Indikator WOG
Tercapainya tujuan bersama
Pelayanan terpuaskan
Tidak terjadi konflik antar sector
Terjadi harmonisasi antar sector terkait
Istilah WOG
POLIcy integration
Policy coherence
Cross cutting
Joined-up government