LP Tumbuh Kembang
LP Tumbuh Kembang
A. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individuyang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat
tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangaan dengan
aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkaatnya keterampilan dan proses
berpikir.
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya
pendek gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit dapat
mempengaruhi pengukuran BB seperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ
(organomegali), hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran
BB tidak dapat digunakan untuk menilai status nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa
umur yang tepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama dengan
pengukuran BB dipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur
persentasenya terhadap standar yang diacu. BB/U dibandingan dengan standar,
dinyatakan dalam persentase
a. >120% disebut gizi lebih
b. 80-120% disebut gizi baik
c. 60-80% tanpa edema = gizikurang
d. Dengan edema = gizi buruk
e. <60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena
merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan BB dapat
dikategorikan menjadi: 1. Ringan = kehilangan 5-15%, 2.Sedang = kehilangan
16-25%, Berat = kehilangan >25%
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi mengenai proporsi
tubuh. Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm
dan pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan
BB/TB menjadi tidak bermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada masa pubertas.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
a. 120 % : obesitas
b. 110-120 % : overweight
c. 90-110 % : normal
d. 70-90% : gizi kurang
e. <70% : gizi baik
Penyebab :
a. Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga mengalami
masalah pendengaran.
b. Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum dicapainya
tingkat kematangan seperti kematangan organ-organ bicara.
c. Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.
Cara Mengatasi :
a. Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk atau
memberi nama benda-benda yang ia kenal.
b. Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
c. Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak mengatakan
“Atit” saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera membenarkanya dengan
mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan untuk selalu mengulang kata-kata yang
diucapkan anak pada kita.
d. Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
e. Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang dikatakan anak.
f. Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan membuat anak
menjadi semakin tertekan.
g. Berkonsultasi kepada tenaga ahli
Penyebab :
a. Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak mulai
berjalan bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk, maupun penyakit
seperti : riwayat kekurangan oksigen saat lahir, penyakit-penyakit perinatal yang
berat (sepsis, kerinikterus, meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah,
bayi prematur, cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan
lain sebagainya.
b. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang mempunyai
riwayat terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
c. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya lebih
cepat berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang kaki anak,
biasanya jadi lebih sulit menyeimbangkan badan.
d. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin terjadi saat
belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja bahkan berdarah, bisa
mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih lagi. Terlebih lagi jika ditambah
dengan respon orangtua yang terlalu mengkhawatirkannya.
e. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya mengakibatkan anak
jadi lebih lambat berjalan karena tidak ada yang memberinya contoh (meski tidak
selalu).
f. Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang berlebihan
dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang “menantang” karena
khawatir jatuh atau terpeleset, membuat anak kehilangan kepercayaan diri untuk
mulai berjalan. Kebiasaan terlalu sering digendong dan pemakaian baby walker
yang berlebihan juga dapat membuat anak malas belajar jalan.
Cara Mengatasi :
a. Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa) merupakan
masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra. Karena tangan kita harus
mendampingi kemanapun si kecil bergerak. Pada awalnya kita menggunakan dua
tangan untuk menatih, namun dengan bertahap kita lepas satu tangan, hingga
akhirnya kita lepas dia berjalan tanpa bantuan kita.
b. Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh, meja kecil
yang ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi penuh bisa menjadi alat
yang menarik untuk didorong-dorong anak.
c. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan benda-benda yang
mudah diraih dan mudah pecah.
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
d. Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan memegang
mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah anak untuk
mengambilnya dan berikan pelukan hangat saat dia berhasil menjangkaunya.
Perlebar jarak untuk meningkatkan kemampuannya.
e. Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan hal lain
seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan baby walker.
Padahal, hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi malas berjalan ketika dilepas
tanpa baby walker. Penggunaan baby walker tetap harus dengan pengawasan
karena terbukti pada beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
seperti tergelincir di tangga, kamar mandi, maupun kolam renang.
f. Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan kombinasi dari
latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang menyerah, dan kesabaran.
g. Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan kemajuan
dalam kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan stimulasi yang memadai.
3. Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada
dunianya sendiri. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang
umumnya muncul sebelum usia tiga tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis
yang mempengaruhi fungsi normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan
dalam area interaksi sosial dan keterampilan komunikasi.
Anak penyandang autis umumnya menunjukan kesulitan dalam komunikasi verbal
dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan bersosialisasi (misalnya bermain
bersama). Mereka juga menunjukan pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa
pengulangan dan stereotip (meniru). Seorang penderita autis mempunyai beberapa
kesulitan yaitu dalam hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi.
Hal ini menyebabkan penderita autis menemui banyak kesulitan dalam kehidupannya
sehari-hari. Anak autis bisa sangat tertarik pada sesuatu dan kemudian asyik sendiri
pada dunianya. Akibatnya, anak autis cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya.
Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak penyandang autis
mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama masa kehamilan, pada saat
dilahirkan, dan segera setelah dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autis.
Pengaruh genetik. Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi
terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang besar dari faktor
genetik sebagai penyebab dari autis.
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis untuk autis,
penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukan bahwa gambaran otak anak
penyandang autis berbeda dengan gambaran otak anak normal.
Cara Mengatasi :
a. Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya dengan
pendekatan ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk menguasai keterampilan
yang diperlukan dalam lingkungan, terapi integrasi sensori untuk menghadapi
stimulasi sensori, dan metode pendekatan yang hangat dan akrab untuk
membangun hubungan dengan anak sebagai individu dan untuk membantu
memperbaiki proses perkembangan anak melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta
media bermain
b. Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang tua diluar
waktu-waktu terapi. Contohnya seperti :
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
c. Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi, mengutarakan
keinginan, dan membantu anak memahami kehidupan. Selain itu, dengan
menunjukkan objek secara nyata pada anak juga dapat membantu anak
mengembangkan pemahaman tentang waktu dan pentingnya menghargai
lingkungan.
d. Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga. Kegiatan-
kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi sensori.
e. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan sentuhan dan
kontak mata yang memadai.
f. Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis)
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook of Pediatrics ). EGC.
Jakarta. 2000 : 37 – 45.
Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192 : 6 –
18.
Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan Emotional
Spiritual Quotient (ESQ). FK Unpad Subbagian Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung. Bandung
Latief, A. 2000. Diagnosis fisik pada Anak. Jakarta: Penerbit Sagung Seto
Markum.A.H. dkk. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1991 : 9 -21.
Mirriamstoppard. Complete Baby and Child Care. 1997.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 – 63.
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
Telah disetujui/diterima Pembimbing
Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :
PKM TIMBANGAN
Laporan Pendahuluan
OLEH :
04064881517013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020
Mira Oktavia, S.Kep (10149001001) Profesi Ners Siklus Anak Universitas FDC Bukittinggi
2020