Anda di halaman 1dari 10

“Cara Berfikir Sejarah Dan Awal Kehidupan Di Indonesia”

OLEH: MUH. SATRIA HASIM

KELAS X IPA 3

UPT SMA NEGERI 5 LUWU UTARA


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
BAB I
PROSES BERFIKIR SEJARAH

A. Proses Berfikir Sejarah Secara Sinkronik dan Diakronik


Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan,
dankhronos yang berarti waktu, masa. Sinkronis artinya segala sesuatu yang bersangkutan
dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sinkronis
artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu yang mengandung kesistematisan
tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sinkronik artinya segala sesuatu yang
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas. Menurut Galtung,
pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai
aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Atau meneliti gejala-
gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas
Berpikir sejarah secara sinkronis adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau
bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada
waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari
(mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau
dibatasi oleh waktu.

a) Contoh berpikir sejarah secara sinkronis


Menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, seperti: Keadaan
ekonomi masyarakat Indonesia tahun 1945-1950

b) Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronis


1. Mengkaji pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit

Menurut Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati
dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak
berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang
memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami
perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat
melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari
jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan
mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah
dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita. Kronologi adalah catatan
kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa
sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu
secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam
waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.

2
a) Contoh berpikir sejarah secara diakronis
Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-
peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada
sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa
Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.
b) Ciri-ciri berpikir sejarah secara diakronis
Ø Mengkaji dengan berlalunya masa
Ø Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
Ø Bersifat historis atau komparatif
Ø Bersifat vertikal
Ø Terdapat konsep perbandingan
Ø Cakupan kajian lebih luas

Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik


Sejarah adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah
sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang
terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga
sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis.
Sedangkan ilmu sosial itu bersifat sinkronis (menekankan struktur) artinya ilmu sosial
meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu,
titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang
perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis
suatu kondisi seperti itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang
meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita
ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang
sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial
menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis.
Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari cara berfikir
diakronis dan berfikir sinkronis, karena keduanya saling melengkapi.
Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada
masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak hanya
menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga
bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Aspek Sinkronis)
pada masa pembangunan Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun antara
kurun waktu 760 sampai 830 M dan dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya Gunadarma
dan rampung pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Kita dapat berfikir secara
sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi Borobudur mungkinkah dibangun oleh
masyarakat yang kacau, tentu saja tidak bangunan yang megah tersebut tentu dibangun
masyarakat yang makmur (aspek ekonomi), hidup bergotong royong dan toleransi (Aspek
sosial budaya), memiliki raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).

B. Proses Berfikir Sejarah Secara Ruang Dan Waktu


Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu
dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang dan waktu.
1. Manusia, Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia
adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga
mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai
aktor sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal

3
munculnya ide kreatif. Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya
kebudayaan.
2. Ruang, Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau
tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas
yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang
diperoleh dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi
dengan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi pada ruang atau tempat tertentu.
3. Waktu, Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat
dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini,
dan masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti,
melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap
peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang
waktu sebelumnya.

Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku
sejarah. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu
kejadian. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana
manusia hidup (beraktivitas).

C. Proses Berfikir Sejarah Secara Kausalitas


Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan
sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain
dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya
yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan
sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua
(akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang
pertama. Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan
merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam
metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah
untuk menguji hipotesis tersebut.
Leopold Von Ronke mengeluarkan dictum bahwa hendaknya sejarawan menulis
sebagaimana yang terjadi yng sebenarnya. Artinya, sejarawan harus tunduk kepada fakta,
sejarawan harus punya integritas, dan sejarawan harus objektif (tidak boleh memihak). Dia
mengeluarkan dictum itu pada abad ke-19 tatkala pengaruh filsafat positivisme sangat
dominan. Dalam kausalitas sejarawan harus menganalisis dua hal, yaitu kasus (peristiwa)
dan perubahan. Keduanya berbeda dalam akibat yang ditimbulkan kasus bersifat prosesual
tanpa perubaha , sedangkan dalam perubahan terjadi perubahan kausalitas, yaitu perubahan
structural dan perubahan sistem. Dalam studi kasus kita menemukan adanya kasus tunggal
yang kompleks. Kasus tunggal disebut sederhana bila sejarawan menemukan bahwa
penyebabnya hanya satu (monokausal), sedangkan kasus tunggal disebut kompleks kalau
penyebabnya banyak (multikausal).

4
D. Proses Berfikir Sejarah Secara Periodesasi
Periodisasi adalah pembagian waktu menurut zamannya. Istilah periodisasi dalam
bahasa Indonesia sepadan dengan penzamanan atau pembabakan. Ketiga istilah ini
(peridisasi, penzamana dan pembabakan) mempunyai pengertian yang sama, yakni
pembagian waktu menurut zamannya.
Kata periodisasi berasal dari kata periode. Dalam bahasa Indonesia, kata periode
mempunyai tiga pengertian: (1) kurun waktu, (2) lingkaran waktu, dan (3) masa. Ketiga
pengertian ini mengandung arti yang sama yakni berkaitan dengan dimensi waktu. Oleh
karena itu memahami periode menjadi sangat penting dalam belajar sejarah karena dimensi
waktu merupakan sesuatu yang paling mendasar dalam ilmu sejarah. Periodisasi dalam ilmu
sejarah berfungsi untuk menyusun sistematika dalam penulisan sejarah.
Periodisasi diberikan berdasarkan caesuur atau pembagian waktu yang diberikan.
Pemberian caesuur diberikan oleh para pujangga untuk historiografi tradisional, dan
sejarawan untuk historiografi modern. Keduanya mempunyai perbedaa sebagai berikut:
Dalam historiografi tradisional suatu zaman diberi nama menurut seorang raja yang
memerintah, atau dinasti yang memerintah, atau nama kerajaannya. Sebagai contoh masa
Raja Hawam Wuruk dalam sejarah Kerajaan Majapahit, Masa dinasti atau wangsa Syailendra
dalam sejarah Kerajaan Mataram Hindu yang mendirikan Candi Borobudur, atau sejarah kota
Makasar pada masa Kesultanan Gowa. Dalam historigrafi modern, pembagian waktu
diberikan berdasarkan penamaan kurun waktu, misalnya periodisasi dalam sejarah Eropa
yang dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern.
Pembagian ini diberikan oleh Christophorus Cellarius (1638-1707), seorang ahli sejarah
klasik Eropa berkebangsaan Jerman yang hidup pada abad ke-17. Dialah yang membagi
sejarah Eropa menjadi zaman kuno. pertengahan, dam modern. Setiap periode diberikan
batasan waktu 500 tahun. Berdasarkan pembagian waktu ini maka zaman kuno Eropa
berlangsung antara tahun 500 hingga tahun 1000, zaman pertengahan Eropa berlangsung
antara tahun 1000 hingga tahun 1500, dan zaman modern Eropa berlangsung mulai dari tahun
1500 hingga sekarang.
Pembulatan waktu yang dilakukan Cellarius dalam periodisasinya bertujuan untuk
memberikan kemudahan dalam memahami perjalanan sejarah bangsa Eropa menuju bangsa
yang modern. Di samping pembulatan tahun, para sejarawan juga menggunakan pembulatan
berdasarkan abad. Sementara satu abad berjumlah 100 tahun. OLeh karena itu pembulatan
waktu berdasarkan abad memahami sejarah suatu bangsa dalam kurun waktu setiap seratus
tahun. Sebagai contoh dalam historigrafi Barat dikenal periodisasi yang membagi periodisasi
menjadi periode Reformasi – Protestan untuk sejarah Eropa pada abad ke-16, periode
Rasionalisme untuk sejarah Eropa pada abad ke-17, periode Pencerahan
atau Aufklarung untuk sejarah Eropa pada abad ke-18, dan peride Romantisme-Nasionalisme
untuk sejarah Eropa pada abad ke-19.
Periodisasi juga diberikan para sejarawan Indonesia. Pada tahun 1957 para sejarawan
Indonesia membagi sejarah Indonesia menjadi enam periode, yaitu (1) Jaman Prasejarah
Indonesia, (2) Jaman Kuno, (3) Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia, (4) Abad Kesembilanbelas, (5) Jaman Kebangkian Nasional dan Masa
Akhir Hindia Belanda, dan (6) Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia. Setiap periode
tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Jalam prasejarah berlangsung sebelum
abad masehi, jaman kuno beralngsung dari awal abad Masehi hingga tahun 1500, jaman
pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam berlangsung dari tahun 1500
hingga tahun 1800, abad kesembilan belas berlangsung dari tahu 1800 hingga tahun 1900,
jaman kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda berlangsung dari tahun 1900
hingga 1942, dan jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia berlangsung dari tahun 1942
hingga sekarang.
5
Periodisasi sejarah Indonesia yang diberikan para sejarawan Indonesia tersebut
merupakan penggabungan dari pembulatan tahun dan pembulatan abad serta pertistiwa-
peristiwa politik yang dinilai sangat penting, seperti tahun 1942, yaitu awal penjajahan
Jepang di Indonesia yang menandai berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia.
Dalam sejarah politik ada kebiasaan membuat periodisasi berdasarkan
pemilihan caesuur pada tahun pertistiwa penting, antara lain akhir perang, awal revolusi,
awal suatu pemerintahan, dan lain sebagainya. Periodisasi seperti ini membuktikan bahwa ide
pentingnya peranan perang, diplomasi, dan peristiwa penting lain sangat menonjol. Jadi
dominasi sejarah politik dan perang sangat menentukan. Sebagai contoh adalah Revolusi
Perancis pada tahun 1789 yang dijadikan sebagai awal periode modern daam sejarah
Perancis. Dapat disimpulkan bahwa periodisasi dalam sejarah politik dilakukan seara tajam.
Pembagian periode secara tajam sebagaimana berlaku dalam sejarah politik tersebut
tidak dilakukan para sejarawan ekonomi dan social. Mereka membagi periode berdasarkan
konjungtur atau gelombang yang memperhatikan perubahan yang lambat. Sebagai contoh
adalah periodisasi yang dilakukan sejarawan Perancis, Braudel. Ia membagi sejarah menjadi
tiga periode yaitu sejarah kejadian-kejadian (L’histoire evenementielle), sejarah konjungtural,
dan sejarah jangka panjang atau sejarah structural.
Perubahan dalam sejarah structural (sejarah social) lebih lambat dari pada perubahan
yang berlangsung dalam sejarah konjungtural (sejarah ekonomi). Contoh sejarah structural
adaah perubahan struktur social atau struktur kekuasaan. Keduanya tidak dapat terjadi secara
mendadak dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Perubahan dalam struktur social
sangat bergantung pada kemunculan golongan social baru. Kemuncula golonga social baru
ini menciptakan pola hubungan social yang baru pula di antara golongan-golongan social
tersebut.
Dari uraian di atas, periodisasi yang paling sederhana adalah periodisasi dalam
sejarah politik. Relatif lebih mudah meetapkan caesuur masa pemerintahan penguasa, awal
da akhir perang, atau periode berdirinya suatu negara dan kerajaan daripada menentukan
perubahan konjungtural maupun structural. Kesulitan utama dalam membuat periodisasi
berkaitan dengan unit sejarah yang diambil. Semakin besar dan kompleks suatu unit, semakin
sulit menetapkan criteria tajam yang berlaku untuk seluruh unit.
Dalam menghadapi kesulitan-kesulitan itu perlu diperhatikan bahwa periodisasi hanya
suatu modalitas untuk member struktur atau bentuk kepada waktu, tidak diperlukan
kemutlakan dalam membuat pembatasan. Yang paling pokok ialah memakai criteria secara
konsisten. Kriteria adalah ukuran yang digunakan untuk menetapkan karakteristik zaman.

6
BAB II
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan


1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah sederhana.
Kehidupan mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang
disediakan oleh alam. Pada masa ini manusia hidup di alam bebas seperti di hutan, tepi-tepi
sungai, goa, dan lembah. Keadaan berburu mereka pun masih belum stabil dan sangat liar.
Pada masa ini, mereka cenderung berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa
selanjutnyalah baru mereka menciptakan perahu.
2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan
kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka selalu hidup
berpindah-pindah. Hubungan antar anggota kelompok sangatlah erat. Mereka bekerja sama
untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidup mereka. Masing-masing
kelompok memiliki pemimpin dan mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .
3. Kehidupan Budaya
Pada masa ini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah
dan lainnya. Para ahli menafsirkan pembuat alat tersebut ialah jenis manusia Pithecanthropus
dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu tua). Banyak di temukan di kali basoka,
daerah Kabupaten Pacitan . Penelitian ini di lakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan
R.P. Soejono (1953 1954).Adapun benda-benda hasil kebudayan zaman tersebut ialah :
a. Kapak Perimbas
b. Kapak Penetak
c. Kapak Genggam
d. Pahat Genggam
e. Alat serpih
f. Alat-alat dari tulang
4. Kehidupan Ekonomi
Pada masa mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih sedikit mereka dapat
dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari alam bebas, saat persedian
hutan habis mereka pindah ke daerah lainnya untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
mereka.
5. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
Pada masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan
terakhir kepada orang yang meninggal dengan sisteam penguburan dan mereka sudah
mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya terbatas hal-hal tertentu saja. Dengan
penguburan terhadap orang yang baru meninggal maka konsep kepercayaan tentang adanya
hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.

B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam


1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma.
Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya,
setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Kemudian
mereka mengulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya. Namun dalam
perkembangan berikutnya, manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke
7
generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam
pada tanah- tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampau
itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang
cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap untuk
mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup
sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini
terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong. Cara hidup bergotong
royong itu bersifat agraris.
3. Kehidupan Ekonomi
Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin
bertambah, namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi kehidupannya
sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing
diadakan pertukaran barang dengan barang yang disebut sistem barter. Sistem barter ini
menjadi awal munculnya perdagangan atau sistem perekonomian masyarakat. Untuk
memperlancar kegiatan tersebut dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disebut pasar.

4. Sistem Kepercayaan Masyarakat


Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah.
Mereka percaya bahwam orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang
tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah di sekitar tempat tinggalnya
sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai bantuannya dalam kasus seperti
menanggulangi wabah penyakit atau mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin
menyerang tempat tinggalnya. Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek
moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan tugu-tugu batu atau bangunan-bangunan
mengalithikum. Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi dari
daerah sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di
tempat yang lebih tinggi.
5. Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam seperti
yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya:
a. Beliung Persegi
Diduga digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
b. Kapak Lonjong
Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan
Filipina, Taiwan dan Cina.
c. Mata Panah
Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.
d. Gerabah
Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan sebagai alat
untuk mencurahkan rasa seni. Ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
e. Perhiasan
Pada masa bercocok tanam kebudayan, telah dikenal berbagai bentuk perhiasan.
Bahan dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal mereka yaitu
seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Perhiasaan yang dihasilkan seperti
kalung, gelang dan lain-lain.

8
Disamping perhiasan tersebut juga ditemukan kebudayaan yang terbuat dari batu besar
atau Megalitikum pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan
megalitikum erat kaitannya dengan kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek
moyang. Bangunan ini dibuat berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana
dan alam baka. Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum
a. Menhir, adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, ditemukan di
daerah Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
b. Waruga, adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu
utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
c. Dolmen, adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh
nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Ditemukan
di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.
d. Punden berundak-undak, adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh
nenek moyang yang dibuat bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak Si Beduk
daerah Banten Selatan.
e. Sarkofagus, adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Banyak
ditemukan di Bali.
f. Kubur batu, adalahb peti jenazah terbuat dari batu pipih. Banyak ditemukan di
daerah Kuningan, Jawa Barat.
g. Arca, arca dari masa megalitikum menggambarkan kehidupan binatang dan manusia.
Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia


1. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan kebutuhannya sendiri,
meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan teknologi pada masa itu terlihat jelas pada teknik
pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah
dapat menggunakan peralatan yang terbuat dari logam, seperti peralatan rumah tangga,
pertanian, berburu, berkebun, dll. Tetapi dengan meluasnya penggunaan peralatan yang
terbuat dari logam, peralatan tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya yang disebut
undagi dan tempat pembuatan alat tersebut disebut perundagian. Dalam perkembangan
teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal benda-benda yang terbuat dari
logam dan perunggu. Hal ini terbukti karena ditemukannya benda-benda dari perunggu di
beberapa wilayah di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya
logam, pola pikir dan teknologi manusia berkembang.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


Masa perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa perundagian sangat
penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa ini terjalin
hubungan dengan daerah-daerah disekitar Indonesia. Hubungan ini terjadi karena bahan-
bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-tempat tertentu dan untuk
mendapatkannya dilakukan sistem barter. Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh
kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian
menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia. Kemakmuran masyarakat
diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Masyarakat persawahan terus berkembang
dengan pesat termasuk pada aktivitas ekonominya.

9
3. Kehidupan Budaya Masyarakat
Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:
1. Nekara Perunggu
Fungsinya sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan dan sebagai
genderang perang. Banyak ditemukan di daerah timur Indonesia.
2. Kapak Perunggu
Ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.
3. Bejana Perunggu
Bentuknya mirip gitar spanyol tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan Sumatera
4. Arca Perunggu
Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor dan Palembang.

5. Perhiasan
Ditemukan di daerah Bogor, Bali, Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai