Judul Improving Performance of Biscuit Production Process through
LeanSix-sigma at PT. XYZ Jurnal Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship Volume Vol. 3 No. 2 Tahun 2017 Penulis Ahmad Mukti Almansur, Sukardi, and Machfud Reviewer Tanggal 14 Mei 2019
Tujuan Penelitian Melakukan analisis tingkat pemborosan (waste/loss) dengan
menggunakan pendekatan 7 waste dan value added/non value added activity dalam proses produksi di PT. XYZ. Selanjutnya, melakukan evaluasi terhadap nilai kapabilitas proses produksi dan nilai sigma di PT. XYZ. Subjek Penelitian PT. XYZ Metode Penelitian DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improvement, and Control) dari Lean Six Sigma dengan Analisis menggunakan menggunakan alat Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dimulai dengan tahap Define untuk mengidentifikasi objek yang diamati. Hasil dari identifikasi ini diilustrasikan oleh diagram value stream mapping, untuk menentukan kondisi aktual objek yang diamati dalam beberapa indikator, termasuk nilai tambah dan waktu nilai tambah. Diikuti dengan tahap Measure dimana proses pengukuran dan identifikasi limbah dilakukan pada setiap tahap proses produksi. Setiap limbah diukur dan diklasifikasikan dengan menggunakan pendekatan 7-waste dan akhirnya dihitung dengan analisis Pareto. Selanjutnya, penentuan nilai Critical to Quality (CTQ) pada setiap tahap, dan nilai kapabilitas proses untuk setiap tahap proses itu diukur. Lalu menentukan nilai Cpm masing-masing tahap proses, DPMO dan total dari setiap tahap proses produksi ditentukan menggunakan Rolled Throughput Yield (Yrt) dan nilai Cpm. Dilanjutkan dengan tahap Analyze yaitu menganalisis penyebab terjadinya limbah. Analisisnya dilakukan dengan menggunakan Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA) untuk menentukan nilai prioritas penyebab utama masalah. Setelah itu menuju tahap Improve untuk menentukan perbaikan dari penyebab limbah yang diketahui. Setiap alternatif dinilai kinerja dan biayanya untuk menentukan nilai yang didapat perusahaan pada setiap alternatif. Setelah alternatif terbaik ditentukan, perhitungan ulang dilakukan, termasuk nilai DPMO dan sigma. Ini untuk membuktikan bahwa alternatif perbaikan yang dipilih dapat sangat bermanfaat bagi perusahaan. Fase terakhir adalah fase Control, dan fase ini adalah fase untuk memberikan mekanisme alternatif kontrol untuk alternatif perbaikan yang dituju. Hasil Penelitian 1) Tahap Define: Proses produksi biskuit dan penentuan kegiatan VA / NVA PT. XYZ memproduksi berbagai biskuit dalam lima jalur produksi. Proses produksi setiap baris berjalan fulltime berdasarkan kebutuhan proses yang bisa dipenuhi oleh setiap mesin. Proses produksi biskuit mencakup tahap persiapan bahan baku, pencampuran, membentuk, memanggang, creaming atau sandwich, mendinginkan dan pengemasan di mana setiap proses memiliki CTQ sesuai dengan standar setiap proses. Berdasarkan pengukuran waktu kegiatan value added dan non-value added, diperoleh nilai Process Cycle Efficiency (PCE) sebesar 47,29%. Nilai PCE adalah hasil dari pembagian Waktu Nilai Tambah dan Total Waktu Siklus. Karena nilai PCE di atas 30%, proses produksi di PT. XYZ diklasifikasikan sebagai perusahaan yang telah menerapkan proses Lean.
2) Tahap Measure: Identifikasi Limbah
Berdasarkan pengamatan pada produksi biskuit proses di PT.XYZ, beberapa sumber waste telah diidentifikasi yaitu proses non-standar, produk jatuh, kesalahan atau error pendeteksian pada detektor logam, rusak, lonjong, kelebihan berat atau produk kecil, bentuk tidak sempurna, terdapat kandungan air yang tidak standar, kerusakan proses, dan kerusakan mesin. Setelah distandarkan dengan waste menurut Toyota, didapatkan tingkat limbah tertinggi adalah di kategori Transportasi sebesar 47,31%, diikuti oleh Limbah Cacat Produk sebesar 19,34% dan Tidak Pantas Pemrosesan 18,16% yang disajikan dalam diagram Pareto.
3). Tahap Analisis: Penentuan Critical to Quality
(CTQ) dan nilai Cpm Critical to Quality atau CTQ adalah standar atau kritis ukur pada setiap tahap proses produksi secara berurutan untuk menghasilkan produk berkualitas yang memenuhi harapan konsumen sesuai dengan kemampuan teknologi yang tersedia. Kisaran USL dan LSL nilai ditentukan oleh nilai ± n sigma, dan pendekatan Six-sigma (metode DMAIC) digunakan sebagai referensi untuk mengurangi limbah atau kerugian. Implementasi six- sigma bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kemampuan proses. Ini dilakukan dengan fokus pada pemenuhan Critical to Quality (CTQ) dan dengan menerapkan tindakan korektif untuk terus mengurangi variabilitas masing-masing tahap/proses. Pengukuran CTQ dilakukan dengan menggunakan parameter Cpm. Hasil pengolahan data pembobotan Cpm pada proses pembentukan adalah sebesar 1,17, mengindikasikan bahwa kemampuan proses cukup baik di mana nilai Cpm lebih besar dari 1. Dari perhitungan nilai sigma, didapatkan nilai-nilai yaitu nilai Kualitas Hasil 70,39%, Ketersediaan Hasil 90,12% dan Kinerja Hasil dari 88,75% diperoleh sehingga total Rolled Hasil panen adalah 56,30%. Selanjutnya, setelah jumlah cacat diidentifikasi, nilai sigma dari proses pembuatan dihitung. Penelitian ini memperoleh nilai DPU 0,5744, DPMO 29632,6, dan sigma 3,39. Hal ini menunjukkan bahwa produksi biskuit Jalur 5 PT. XYZ memiliki kemampuan produksi dengan kegagalan 29.632,6 setiap 1.000.000 produksi, atau setara dengan kerugian 2,96%, dan ini menunjukkan proses produksi di Line- 5 masih memiliki tingkat kegagalan yang tinggi.
4. Tahap Improve (penentuan FMEA)
Metode FMEA digunakan untuk menentukan kegagalan proses dan untuk menganalisis dan meningkatkan kualitas produksi. Hasil FMEA menjelaskan bahwa setiap tahap proses memiliki potensi kerusakan yang akan menghasilkan limbah dan masalah potensial dengan kualitas produk. Manajemen perlu memprioritaskan dan fokus pada beberapa masalah pada setiap tahap proses produksi dari persiapan bahan baku, proses pencampuran, pembentukan proses, proses oven, proses sandwich hingga pengepakan proses. Contoh yang dapat dilakukan yaitu melakukan monitoring terhadap tiap proses atau tahap, memberi indikator pada tiap prosesnya, dan melakukan maintenance. Kekuatan Kelemahan Perbedaan dengan rencana penelitian