Anda di halaman 1dari 8

Laporan hasil penelitian

Faktor Penghambat dan Pendukung Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara
Nida Gustikawati1, L.P Lila Wulandari1,2, Dyah Pradnyaparamita Duarsa1,3
1 2

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Program Studi Ilmu Kesehatan
3

Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Pencegahan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Korespondensi penulis: ayu.gusti_kawati@yahoo.com

Abstrak
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam faktor pendukung dan
penghambat penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data
dengan focus group discussion (FGD) dan in-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 akseptor
implant dan 10 akseptor alat kontrasepsi lain. Wawancara mendalam dilakukan pada 11 informan lain yaitu bidan
puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB, mertua dan suami dari informan kunci.
Hasil: Persepsi dan sikap akseptor implant tergolong baik, tetapi persepsi dan sikap akseptor alat kontrasepsi lain
kurang baik. Pengalaman akseptor implant bervariasi tentang efek samping dari penggunaan implant, namun hal ini
tidak dianggap penghambat. Faktor pendukung yang dikemukakan oleh informan adalah ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Fasilitas dan sarana bukan menjadi faktor penghambat baik
bagi pengguna maupun bukan pengguna sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya keinginan untuk
mempunyai anak, kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam pemasangan alat kontrasepsi implant, dan
kurangnya promosi tentang alat kontrasepsi implant dilingkungan.
Simpulan: Faktor pendukung penggunaan implant yaitu: ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta
dukungan suami. Faktor penghambatnya adalah adanya keinginan untuk mempunyai anak, pelatihan tenaga kesehatan
yang kurang memadai, dan kurangnya promosi tentang implant di lingkungan masyarakat.
Kata kunci: Implant, faktor pendukung dan penghambat, Denpasar

Enabling and Barriers of Implantable Contraceptive Use


at Health Centre I North Denpasar
Nida Gustikawati1, L.P Lila Wulandari1,2, Dyah Pradnyaparamita Duarsa1,3
1Public Health Postgraduate Program, Udayana University, 2Departement of Public Health, Faculty of Medicine,

Udayana University, 3Department of Community and Preventive Medicine Faculty of Medicine, Udayana University
Corresponding author: ayu.gusti_kawati@yahoo.com
Abstract
Background and purpose: The objective of the study was to explore the supporting and the inhibiting factors
influencing the use of implantable contraceptive use by women of childbearing age.
Methods: The study was qualitative using a phenomenological approach. Data collection involved a purposively
selected sample, conducting two FGD (10 implant users and 10 non-users) and 11 in-depth interviews (private
midwives, government midwives, husbands, in-laws, and family planning staff).
Results: FGD found that perceptions and attitudes towards implants of those already using the contraceptive were
positive, while the perceptions and attitudes of non-users were less so. Some respondents intimated that they
experienced side effects though these were not a deterring factor in usage. Enabling factors for the use of implantable
contraceptives were the availability and accessibility to the healthcare facilities and the support of their husbands.
Access to facilities and infrastructure were not inhibiting factors either for the users or the non-users. Findings from in-
depth interviews indicated that inhibiting factors included were the desire to have more children and the lack of
promotion of the implantable contraceptives. Healthcare provider informants stated that the lack of training was an
inhibiting factor.
Conclusion: Enabling factors for the use of implantable contraceptives were the availability and accessibility to the
healthcare facilities and the support of their husbands. Inhibiting factors were the desire to have more children, the
lack of proper training for the health workers, as well as the lack of promotion of the implantable contraceptive in the
community.
Keywords: implantable contraceptives, enabling and inhibiting factors, Denpasar

Public Health and Preventive Medicine Archive 181 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
Pendahuluan pemakai kontrasepsi lainnya yaitu IUD,
suntik, pil, kondom, dan MOW masing-
Salah satu masalah utama Indonesia di
masing sebanyak 3296, 3575, 1101, 421, dan
bidang kependudukan adalah laju
333 akseptor. Untuk mengetahui mengapa
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
implant tidak popular di masyarakat maka
dan apabila tidak dikendalikan akan terjadi
ledakan penduduk pada beberapa tahun perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambatnya.
mendatang.1 Kebijakan yang diambil oleh
Penelitian ini sangat diperlukan karena
Pemerintah untuk mengatasi masalah
belum pernah ada penelitian serupa di
tersebut yaitu menekan angka pertumbuhan
Denpasar. Hasil survei awal pada 10 wanita
penduduk melalui program keluarga
usia subur yang tidak menggunakan implant
berencana dengan cara meningkatkan
di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara
kepedulian dan peran serta masyarakat
dalam hal pengaturan jumlah kelahiran serta diperoleh bahwa alasan mereka tidak
menggunakan alat kontrasepsi tersebut
pembinaan kesejahteraan keluarga.1
adalah karena takut menggunakan (empat
Tujuan program keluarga berencana orang), karena bekerja berat (tiga orang),
adalah terkendalinya laju pertumbuhan
takut efek samping (dua orang) dan karena
penduduk dan meningkatnya keluarga kecil
ditinggal suami bekerja ke luar negeri (satu
yang berkualitas.1 Untuk mencapai sasaran orang).
tersebut maka ditempuh beberapa langkah
Tujuan penelitian adalah untuk
yaitu meningkatkan pemakaian kontrasepsi
jangka panjang yaitu implant, IUD, mengetahui secara mendalam tentang faktor
pendukung dan penghambat penggunaan
tubektomi, dan vasektomi.1 Implant atau
alat kontrasepsi implant di Wilayah
yang lebih dikenal dengan istilah “KB Susuk”
merupakan alat kontrasepsi jangka panjang Puskesmas I Denpasar Utara. Selain itu juga
untuk mengetahui persepsi, sikap,
yang mempunyai efektivitas cukup tinggi.1
pengalaman, pengaruh budaya, serta
Apabila dipasang dengan benar, metode
ketersediaan fasilitas dan sarana dalam
kontrasepsi implant memiliki efektivitas
sampai 99% dengan tingkat kegagalan hanya penggunaan alat kontrasepsi implant.
Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas I
0,05 dari 100 wanita yang memakainya.1
Denpasar Utara dari bulan Maret sampai
Data Survei Demografi dan Kesehatan
April 2014. Alasan pemilihan tempat ini
Indonesia (SDKI 2012) menunjukkan bahwa
karena peneliti pernah bekerja di tempat
proporsi pemakai implant di Indonesia
tersebut sehingga lebih memudahkan untuk
sangat kecil dibandingkan dengan
mendapatkan akses tentang data pemakai
kontrasepsi lainnya yaitu hanya sebesar
kontrasepsi dan pemilihan informan.
3,3%.2 Proporsi pemakai implant di Provinsi
Bali bahkan lebih rendah yaitu hanya
sebesar 0,7% dan menduduki ranking kedua Metode
paling bawah setelah Aceh yaitu sebesar
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan
0,6%.2 Untuk di Kota Denpasar pemakaian
pendekatan fenomenologi dimana data
implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar dikumpulkan dengan cara FGD dan
Utara yang tercatat masih memakai pada
wawancara mendalam. FGD dilakukan
bulan Desember 2013 hanya 152 orang dan
dengan informan kunci yaitu dengan 10
menduduki urutan paling bawah, sedangkan
orang akseptor implant dan 10 orang

Public Health and Preventive Medicine Archive 182 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
akseptor kontrasepsi lain. Informan dipilih berulang kali, dapat dipergunakan dalam
secara purposive dari 152 orang pemakai jangka waktu panjang, tidak sakit pada saat
kontrasepsi implant di puskesmas. pemasangan karena dilakukan pembiusan
Wawancara mendalam dilakukan pada dua lokal, dan tidak dipasang melalui vagina
orang bidan Puskesmas I Denpasar Utara, seperti halnya pemasangan IUD, kutipan
dua orang bidan praktek swasta, satu orang pernyataan informan seperti di bawah ini.
penyuluh KB, tiga orang mertua dan tiga “Saya pasang susuk karena gak ribet dan
simpel aja, saya gak perlu kontrol lagi,
orang suami informan kunci yang semuanya
paling ke bidan pas mau nyabut aja, jadi
bekerja/berdomisili di wilayah penelitian. gak ribet kayak waktu pakai suntik, selain
itu juga waktu habis berlaku KBnya lebih
Instrumen penelitian adalah pedoman panjang kurang lebih lima tahunan kata
FGD dan pedoman wawancara mendalam. bidannya waktu masang.”(FGD RFP 6. Br. T)
FGD dan wawancara mendalam direkam “Pasang implant gak ribet kayak spiral, kan
dengan menggunakan alat perekam dan cuma dipasang di lengan aja, gak perlu
dipasangin alat lewat kemaluan jadi
kemudian dibuatkan transkripnya serta sakitnya lebih sedikit, awalnya sebelum
digabungkan dengan catatan peneliti selama saya pakai implant ngerasa takut tapi
setelah masang ehh ternyata gak sakit kok
pengumpulan data di lapangan dalam satu kan lengannya sudah dibius jadi sakitnya
dokumen di komputer. Analisis data dimulai hilang, tapi klo pake spiral kan gak dibius
jadi lebih sakit pas pasangnya”. (FGD RFP 7.
dari pengolahan transkrip hasil FGD dan Br. T)
wawancara mendalam yaitu dengan
memberikan kode (coding) terhadap kata Persepsi informan seperti diuraikan di
kunci untuk memudahkan analisis informasi atas sejalan dengan teori Green tentang
yang diperoleh dari informan satu dengan perilaku dimana kesehatan seseorang atau
informan lainnya. Hasil analisis data masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
disajikan dengan cara formal dan informal pokok yakni faktor perilaku serta faktor di
serta pengecekan keabsahan data dilakukan luar perilaku.5 Perilaku seseorang dapat
dengan menguji validitas data penelitian ditimbulkan dengan adanya persepsi yang
dengan menggunakan teknik triangulasi. merupakan salah satu aspek psikologis yang
Dalam penelitian ini menggunakan penting dalam merespon berbagai aspek di
triangulasi sumber dengan menanyakan sekitarnya.5 Setiap manusia memiliki
kembali kepada informan lain yaitu bidan perbedaan persepsi dan sudut pandang,
puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh sehingga ada yang mempersepsikan sesuatu
KB, mertua dan suami informan kunci untuk itu baik dan kurang baik. Persepsi yang baik
menilai keakuratan data yang diperoleh. tentang penggunaan implant dipengaruhi
Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan oleh pengetahuan dan pengalaman yang
etik dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran mereka dapatkan setelah memakai
Universitas Udayana. kontrasepsi tersebut. Temuan ini juga sesuai
dengan penelitian di Desa Mantingan
Hasil dan Diskusi Kabupaten Ngawi yang mendapatkan hasil
bahwa persepsi wanita usia subur tentang
Persepsi akseptor implant tergolong baik implant tergolong baik.7
dimana kebanyakan informan memiliki Informan yang tidak menggunakan
persepsi yang positif tentang implant yaitu implant (memakai kontrasepsi lain)
dalam hal pemakaiannya yang praktis mempunyai persepsi kurang baik dengan
karena tidak memerlukan pemeriksaan yang alasan karena dalam proses

Public Health and Preventive Medicine Archive 183 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
pemasangannya diperlukan tindakan penting udah tiga tahun disuruh dah ganti
sama bidannya. (FGD RFP 1. Br. T)
operasi sehingga akan mengalami rasa sakit “Pakai implant lebih aman kan gampang
yang mengakibatkan calon akseptor takut ngeraba jadi tau KBnya masih atau gak,
untuk memakainya, seperti kutipan kalau pakai spiral takut lepas dan kalau
lepas susah taunya karena dipasang di
pernyataan mereka di bawah ini. dalam vagina, jadi cuma dokter aja yang
”Pernah mendengar KB implant dari bisa liat, jadi saya putuskan untuk pakai
tetangga dan teman, implant merupakan implant biar lebih aman aja dan gak lah
alat kontrasepsi yang dipasang di lengan sampai kebobolan.” (FGD RFP 5. Br. T)
atas di bawah kulit, saya dengar kalau
pasangnya ada satu batang dan ada dua Temuan di atas sejalan dengan teori
batang, tapi saya tidak ada keinginan Green yang menyatakan bahwa sikap
untuk pakai implant katanya dioperasi
dan dirobek sedikit jadi saya jadi takut.” merupakan salah satu faktor predisposisi
(FGD RFB 6.ULM)
untuk mewujudkan perilaku.5 Sikap
Temuan ini sejalan dengan penelitian merupakan keyakinan terhadap suatu objek
yang dilakukan oleh Lestari pada tahun 2007 yang disertai perasaan tertentu dan
yang menyatakan bahwa persepsi kurang baik memberikan dasar kepada orang tersebut
terhadap penggunaan kontrasepsi diakibatkan untuk merespon atau berperilaku dengan
oleh kurangnya pengetahuan dan cara yang dimilikinya.5 Sikap yang baik
pemahaman yang menimbulkan pandangan diakibatkan oleh adanya pengetahuan yang
yang salah dalam bersikap dan mengambil baik sehingga membuat sikap seseorang
keputusan untuk pemakaian kontrasepsi.8 terhadap sesuatu menjadi baik pula.
Selain itu juga sejalan dengan penelitian lain Pengetahuan yang baik tentang implant
yang dilakukan di Uganda yang menemukan membuat mereka memilih untuk
hasil bahwa masih adanya suatu persepsi menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
negatif yang menimbulkan terjadinya Selain itu juga sejalan dengan penelitian
pergeseran perilaku terhadap penggunaan yang dilakukan oleh Imroni tahun 2009 yang
mendapatkan hasil bahwa sikap dari
kontrasepsi.9
pengguna implant tergolong baik.6
Sikap akseptor implant tergolong baik
yang terlihat dalam pernyataan dari Informan yang tidak menggunakan
informan bahwa implant sangat efektif implant menunjukkan sikap yang kurang
serta dapat digunakan jangka panjang untuk baik, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
menunda kehamilan dan menjaga jarak mereka untuk memperoleh informasi,
kehamilan, tidak sering melakukan seperti kutipan pernyataan informan di
pemeriksaan, tidak mudah lupa serta bawah ini.
“Saya gak pernah denger KB implant,
mempunyai tingkat kegagalan yang rendah,
waktu saya pasang KB di Puskesmas
seperti kutipan pernyataan informan di langsung disuntik aja, saya juga gak
bawah ini. dijelasin kalau ada KB yang bisa dipasang
di lengan.” “Kalau di sponsor gak pernah
“Implant sangat penting karena efektif, tuh ada tayangan KB implant, yang sering
bisa digunakan lama dan bisa menunda saya liat cuma spiral, pil sama kondom
kehamilan serta memberikan jarak aja.” (FGD RFB 1. ULM)
kehamilan.” “Kalau pakai implant juga
gak perlu kontrol terus-terusan kayak
Temuan di atas sejalan dengan teori
pakai suntik dan gak pakai lupa-lupaan,
kan waktu saya pakai pil pernah lupa Green yang menyatakan bahwa sikap
terus hamil lagi padahal anak saya masih seseorang ditentukan oleh reaksi emosional
kecil, jadi saya memutuskan untuk pakai
implant aja biar gak kebobolan lagi, kalo atau kepercayaan mengenai apa yang
implant gampang ngingetnya yang dianggap benar tentang sesuatu objek

Public Health and Preventive Medicine Archive 184 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
termasuk pemilihan alat kontrasepsi.5 mengetahui penyebab dari pengambilan
Kurangnya pengalaman tentang suatu objek keputusan penggunaan alat kontrasepsi
cenderung akan membentuk sikap yang implant. Selain itu juga sejalan dengan
negatif terhadap objek tersebut.5 Sikap penelitian yang dilakukan di Kota Semarang
pengguna alat kontrasepsi lain tentang tahun 2013 yang menunjukkan hasil bahwa
implant kurang baik yang diakibatkan oleh sebagian besar responden mempunyai
keterbatasan informasi serta pengalaman tentang efek samping terhadap
pengalamannya tentang alat kontrasepsi penggunaan alat kontrasepsi implant.11
tersebut sehingga mempengaruhi perilaku Fasilitas dan sarana sangat
mereka dalam memilih kontrasepsi yang mendukung dalam pemilihan alat
dipakainya. kontrasepsi implant. Tersedianya fasilitas
Informan akseptor implant kesehatan yang menunjang dalam
mengemukakan pengalaman yang sangat pelayanan KB dapat dilihat dari jawaban
bervariasi yaitu efek samping implant yang informan bahwa hampir semua menjawab
menyebabkan menstruasi tidak teratur, mendapatkan pelayanan KB di puskesmas,
noda di wajah, gatal-gatal, dan bengkak di klinik swasta dan di bidan praktek swasta
lokal pada bagian tubuh di lokasi yang menandakan bahwa sebagian besar
pemasangan, tetapi hal ini tidak menjadi sudah mengakses fasilitas kesehatan.
penghambat dalam penggunaan implant, Sarana juga mendukung dalam penggunaan
seperti kutipan pernyataan informan di alat kontrasepsi implant yang dapat dilihat
bawah ini. dari tersedianya alat kontrasepsi baik yang
“Awal pasang tangan saya kayak bengkak disediakan oleh BKKBN secara sukarela
dan memar trus tiga hari kemudian timbul
maupun dari pihak swasta, seperti kutipan
gatal-gatal tapi dari bidan udah dikasi tau
kalau nantinya bakalan kayak gitu, terus pernyataan informan di bawah ini.
dikasi obat habis masang itu, kata “Saya pasang KB di bidan praktek swasta
bidannya antibiotik sama obat biar gak karena kebetulan sudah kenal sama
sakit, tapi setelah tiga hari udah gak ada bidannya dan sudah sering kesana untuk
keluhan lagi, saya pakai implant udah dua periksa, jaraknya kurang lebih satu km,
tahu dan terus pengen lanjut kan anak karena di swasta ya saya bayar waktu
udah dua.” (FGD.RFP 1. Br. T) pasang KB nya, tapi denger-denger kalau
“Setelah pakai implant menstruasi saya di puskesmas gratis tapi saya malas
agak tidak teratur, kadang menstruasi ngantre.” (FGD.RFP 3. Br. T)
kadang juga tidak, wajah saya juga flek “Saya dikasi tau sama teman kalau di
tapi gak tau juga apa karena KB tetapi puskesmas ada KB yg dipasang di lengan
waktu saya nanya ke bidan dibilang gak dan masangnya juga gak bayar, jadi saya
apa-apa jadi saya tetap lanjut pakai.” pasang implant di puskesmas selain itu
(FGD.RFP 1. Br. T) juga karena dekat rumah, jaraknya
kurang lebih satu km dari rumah, dianter
Temuan di atas sejalan dengan teori kesana sama suami dan biayanya gratis.”
yang dikemukakan oleh Green yang (FGD.RFP 8. Br. T)

menyatakan bahwa pengalaman dapat


Temuan di atas mengacu pada teori
diartikan sebagai memori yang menerima
Green yang menyatakan bahwa fasilitas
dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau
merupakan segala sesuatu yang berkaitan
dialami individu pada waktu dan tempat dengan tempat yang dipakai untuk
tertentu dan mempunyai fungsi sebagai
menyelenggarakan pelayanan yang
referensi otobiografi.5 Pengalaman dalam 5
diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan
penggunaan alat kontrasepsi implant sangat
terkait dengan tempat yang digunakan
penting untuk diteliti karena dapat untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Public Health and Preventive Medicine Archive 185 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan kurang yang mempengaruhi persepsinya
praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain. sehingga menyebabkan kurangnya sikap
Sarana merupakan penunjang dalam untuk mendorong penggunaan implant
menyelenggarakan pelayanan.5 pada istri, hal ini dapat dilihat seperti
Ketersediaan sarana terkait dengan kutipan di bawah ini.
alat-alat serta obat-obatan yang “Saya setuju apapun jenis KB yang mau
dipakai yang penting gak bikin
mendukung penyelenggaraan pelayanan kebobolan lagi, dulu sudah pernah
kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian kebobolan waktu
pakai pil, pengennya sih KB yang bisa
yang dilakukan oleh Ekarini tahun 2008 dipakai lama, jadi kita sepakat pakai
yang menyatakan bahwa terdapat spiral, kalau implant saya belum pernah
hubungan antara variabel akses layanan denger sih, tapi gak tau kalau istri saya.”
“Waktu mau pasang KB ya saya anterin ke
termasuk fasilitas serta sarana dalam puskesmas, biar istri gak takut dan biar
pelayanan KB.4 liat aja kalau istri mau pakai KB.” (WM.
SM. 2)
Lingkungan sangat memepengaruhi
perilaku seseorang dalam pemilihan Temuan ini sejalan dengan teori
menggunaka KB, misalnya dalam suati Green yang menyatakan bahwa perilaku
lingkungan atau komunitas ibu-ibu dengan ditentukan dari tiga faktor yaitu: faktor
pengguna Kb Implant, maka informasi yang predisposisi, faktor pendukung, dan faktor
didapata adalah penggunaan Kb implant pendorong.5 Dukungan suami termasuk
dan segala kelebihannya, akan tetapi jika faktor pendorong yang ikut menentukan
responden tinggal bersama lingkungan terjadinya perilaku pada istri.5 Selain itu
orang-orang yeng menggunakan Kb bukan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
implant akan mempengaruhi pemilihan Kabupaten Lahat mendapatkan hasil bahwa
berdasarkan mitos yang beredar terkait ada pengaruh antara dukungan suami
dengan permasalah seputar pemakaian Kb
dengan pemakaian kontrasepsi pada istri.12
Impant4
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
Suami informan kunci menyatakan
bahwa semakin besar dukungan suami
bahwa dukungan suami sangat mendukung terhadap penggunaan implant pada istri
dalam penggunaan alat kontrasepsi implant maka semakin tinggi pula penggunaan
pada istri, yang terlihat dari pernyataannya implant pada istri.
bahwa implant praktis karena tidak
Sehubungan dengan keinginan untuk
memerlukan pemeriksaan berulang kali
mempunyai anak, informan kunci
sehingga istrinya ingin tetap melanjutkan
menyatakan bahwa keinginan mempunyai
untuk memakai implant. Hal ini dapat
anak merupakan faktor penghambat dalam
dilihat dalam kutipan pernyataan informan
penggunaan alat kontrasepsi implant, hal ini
yang istrinya memakai implant seperti
dapat dilihat seperti kutipan pernyataan
dibawah ini.
informan di bawah ini.
“Saya selalu mendukung apapun KB yang
“Kalau di Bali KBnya itu sampai anak yang
mau dipakai sama istri saya, asalkan
ke empat, tapi kalau program KB kan
cocok aja, kalo istri saya pakai susuk
cuma dua anak cukup, jadi ya kasian aja
selama ini sih gak ada keluhan, paling
kalau nantinya Komang dan Ketutnya gak
cuma gak datang bulan aja, tapi udah
ada, jadi nanti aja kalau sudah punya
dikasi tau sama bidan di tempat masang
empat anak, baru saya pikirkan lagi.”
itu katanya gak masalah jadi istri pengen
(WM. SM 3)
tetap pakai kan gak usah sering kontrol,
paling kontrolnya pas mau nyabut aja.
Kalau pas masang susuknya saya juga ikut Temuan ini sejalan dengan yang
liatin, dipasang dilengan kayak disuntik dikemukakan oleh Bertrand bahwa ada
gitu, dan tiga tahun disuruh buka.” (WM. beberapa faktor yang mempengaruhi
SM. 1)
penggunaan alat kontrasepsi yaitu: faktor
Sedangkan suami informan yang sosial, individu, nilai anak dilihat dari jenis
istrinya tidak memakai implant menyatakan kelamin dan keinginan memilikinya.3
bahwa pengetahuan tentang implant Keinginan untuk memiliki anak laki-laki atau
perempuan merupakan salah satu kendala penggunaan alat kontrasepsi implant adalah
yang menyebabkan calon akseptor KB tidak pengetahuan, persepsi, sikap serta aspek
mengikuti program KB. sosial budaya di masyarakat.10 Faktor
Hasil wawancara mendalam dengan penghambat dalam penggunaan implant
bidan, mengemukakan bahwa kurangnya adalah masih adanya keinginan untuk
pelatihan tentang implant bagi pemberi mempunyai anak, tidak semua tenaga
pelayanan menjadi penghambat dalam kesehatan yang memberikan pelayanan
penggunaan implant, seperti kutipan mendapatkan pelatihan, dan kurangnya
pernyataan informan di bawah ini. promosi tentang implant di masyarakat.
“Saya tidak pernah masang implant
soalnya belum pernah ikut pelatihan, dulu
sempat ditawarin ikut tapi karena harus
Simpulan
bayar jadi saya belum mau ikut, nanti
kalau ada pelatihan yang gratis mungkin Persepsi dan sikap akseptor implant
saya akan ikut.” “Rekan-rekan sesama
bidan juga ada yang sudah pernah dan
tergolong baik, tetapi persepsi dan sikap
ada juga yang belum dapat, sementara akseptor alat kontrasepsi lain kurang baik.
kalau ada pasien yang mau pakai implant Pengalaman akseptor implant bervariasi
biasanya saya rujuk ke Puskesmas.” (WM.
2. BPS) tentang efek samping dari penggunaan
implant, namun hal ini tidak dianggap
Temuan di atas sejalan dengan penghambat. Faktor pendukung
penelitian yang dilakukan di Semarang penggunaan implant yaitu: ketersediaan dan
tahun 2009 tentang faktor yang keterjangkauan fasilitas pelayanan serta
berhubungan dengan penggunaan implant
adanya dukungan suami. Faktor
yang menemukan hasil bahwa kurangnya
penghambatnya adalah adanya keinginan
pelatihan tentang pemasangan implant bagi
untuk mempunyai anak, pelatihan tenaga
tenaga kesehatan berhubungan dengan
kesehatan yang kurang memadai, dan
penggunaan implant.11 Pelatihan tentang kurangnya promosi tentang implant di
pemasangan implant sangat diperlukan masyarakat.
untuk meningkatkan pelayanan program KB
sehingga dapat memenuhi permintaan
masyarakat yang memakai alat kontrasepsi Ucapan Terima Kasih
tersebut.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Sehubungan dengan temuan-temuan
Kepala Puskesmas dan seluruh staf
di atas dapat dilihat bahwa yang termasuk
Puskesmas I Denpasar Utara serta kepada
dalam faktor pendukung penggunaan
seluruh informan yang membantu
implant adalah telah tersedianya alat
terlaksananya proses penelitian khususnya
kontrasepsi implant baik dari BKKBN
dalam pengambilan data pada penelitian ini.
maupun dari pihak swasta, fasilitas untuk
mengakses pelayanan implant juga telah
terjangkau dan adanya dukungan suami di
Daftar Pustaka
dalam penggunaan alat kontrasepsi 1. BKKBN. Pembangunan Program Kesehatan
tersebut. Faktor pendukung tersebut Berencana Nasional Menuju Indonesia Sehat 2010.
BKKBN; 2008.
sejalan dengan hasil penelitian di Wilayah 2. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan
Kerja Puskesmas Lampulo Kecamatan Kuta Kesehatan Indonesia: Laporan Pendahuluan.
Jakarta; 2012.
Alam Banda Aceh yang memperoleh hasil
bahwa faktor yang berhubungan dengan

Public Health and Preventive Medicine Archive 187 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │
3. Bertrand. “Kerangka Pikir Konseptual Permintaan
KB serta Dampak Pada Fertilitas.” Bandung:
BKKBN; 2007.
4. Ekarini, S. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Penggunaan KB Di
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali” (Tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
5. Green, L. Comunity Health, Sevent Edition. Inc.
United Stated of Amerika: Mosby Year Book; 1994
6. Imroni, M. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Implant Di Desa Parit
Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir”
(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro; 2009
7. Kurnia. “Persepsi WUS Tentang KB Implant di Desa
Mantingan Kecamatan Mantingan Kabupaten
Ngawi” (Tesis). Surakarta: Universitas Diponegoro;
2012.
8. Lestari, P. “Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Program Keluarga Berencana Di Desa
Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten
Bantul.” Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta; 2007.
Nalwadda. Persistent high fertility in Uganda: young people recount obstacles and enabling factors to use of
contraceptives: BMC Public Health; 2010.
9. Rahmah. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di
Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh” (Tesis). Semarang:
Universitas Diponegoro; 2013.
11. Wahyu. “Hubungan Faktor Pengetahuan, Sikap,
dan Efek Samping Terhadap Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant di Kota Semarang.” (Tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro; 2013.
12. Yunita. “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) di
Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten
Lahat.” (Tesis). Indralaya: Universitas Sriwijaya;
2005.

Public Health and Preventive Medicine Archive 188 │ Desember 2014 │ Volume 2 │ Nomor 2 │

Anda mungkin juga menyukai