Anda di halaman 1dari 24

“SENSOR, FEEDBACK & FORWARD SYSTEM, DAN FINAL

CONTROL ELEMENT”
TUGAS PENGENDALIAN PROSES MIGAS

Oleh :
Nama : Tiara Agustha
NIM : 171420056
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : III (Tiga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Januari 2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT yang telah memeberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulisnya dapat menyelesaikan tugas membuat makalah yang berjudul
“Sensor, Feedback & Forward System, dan Final Control Element ”, dengan baik yang dibuat
sebagai tugas pembelajaran materi Pengendalian Proses Migas di Politeknik Energi dan Mineral
Akamigas tahun akademik 2019/2020 pada program studi Teknik Pengolahan Migas diploma III,
konsentrasi refinery.
Dalam pembuatan makalah ini kami berterimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam hal apapun.
Akhir kata penyususn mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat dan berguna baik
bagi penyusun maupun bagi pembaca.

Cepu, Januari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengendalian proses adalah disiplin ilmu yang melibatkan statistika dan teknik yang
melibatkan pembuatan meksnisme dan algoritma untuk mengendalikan keluaran dari suatu proses
tertentu. Dalam suatu proses sangat penting adanya pengendalian agar operasi suatu pabrik dapat
terjaga dan sesuai dengan yang diharapkan.
Pada suatu pengendalian proses sangat dibutuhkan elemen- elemen yang digunakan unutk
menunjang proses agar produk sesuai keinginan atau spesifikasi. Salah satu elemen terpentingnya
yaitu sensor yang digunakan untuk mendeteksi variabel proses dalam suatu rangkaian operasi. Dan
juga terdapat sistem di dalamnya yang akan mengatur dan menghubungkan elemen-elemen lain
agar saling berkaitan untuk membenahi apabila terjadi penyimpangan. Sistem yang digunakan yaitu
berupa feedback dan juga feedforward system. Adapula elemen yang digunakan untuk
mengendalikan secara fisik apabila terjadi penyimpangan dalam suatu proses disebut final control
elemen.
Oleh karena pentingnya elemen-elemen tersebut dalam suatu pengendalian proses, maka
penyususn akan membahas lebih jauh dalam makalah ini mengenai sensor, feedback & feedforward
system, dan final control elemen.
II. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sensor dan jenis-jenis sensor?
b. Bagaimana prinsip kerja feedback & feedforward system?
c. Apa yang dimaksud final control element dan apa saja jenisnya?
III. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah memahami mengenai elemen-elemen pengendalian proses
yaitu sensor dan final control element dan juga memahami mengenai feedback dan feedforward
system.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensor
Sensor adalah suatu alat yang pertama kali menerima suatu bentuk energi dari
media yang akan diukur, dan menghasailkan suatu output yang sebanding dengan nilai
besaran yang diukur. Sensor berhubungan langsung atau paling dekat hubungannya dengan
variabel proses. Sensor disebut juga sebagai detecting element (elemen pendeteksi) atau
elemen primer. Input yang telah terdeteksi akan dikonversi menjadi uotput yangdapat
dimengerti oleh manusia baik melalui perangkat sensor itu sendiri ataupun ditransmisikan
secara elektronik melalui jaringan untuk ditampilkan atau diolah menjadi informasi.
Dalam suatu sistem kontrol dapat dijumpai berbagai macam sensor yang berbeda
fungsinya tergantung dari process variable yang akan diukur. Jenis-jenis sensor tersebut
adalah sebagai berikut :
1.) Pressure Sensor
Sensor tekanan dapat dibagi menurut rentang (range) pengukuran tekanannya,
kisaran suhu yang bekerja dan tentunya adalah jenis tekanan pengukur.
a.) Sensor Pengukur Tekanan Bsolut (Absolute Pressure Sensor)
Sensor jenis ini mengukur tekanan relative perfect vakum tekanan (psi atau tidak
ada tekanan). Dengan acuan tekanan atmosfir 101,325 kPa (14 psi) diatas
permukaan laut dengan referensi vakum.
b.) Sensor Pengukur Tekanan (Gauge Pressure Sensor)
Sensor ini digunakan dalam aplikasi yang berbeda karena dapat dikalibrasi untuk
mengukur tekanan relatif terhadap tekanan atmosfir yang diberikan pada lokasi
tertentu.
c.) Sensor Tekanan Vakum (Vacuum Pressure Sensor)
Sensor ini digunakan untuk mengukur tekanan kurang dari tekanan atmosfir di
lokasi tertentu.
d.) Sensor Tekanan Diferensial (Differential Pressure Sensor)
Sensor jenis ini mengukur perbedaan antara dua atau lebih tekanan yang di kontrol.
Tekanan diferensial lebih sering digunakan pada pengukuran aliran atau tingkat
tekanan di kapal.
e.) Sensor Tekanan Sealed/Tersegel (Sealed Pressure Sensor)
Sensor ini sama dengan jenis gauge pressure sensor, namun telah dikalibrasi
sebelumnya oleh produsen untuk pengukuran tekanan relatif terhadap tekanan
permukaan air laut.
2.) Temperature Sensor
Sensor suhu merupakan sebuah alat untuk mendeteksi perubahan panas pada suatu
ruangan ataupun dimensi benda. Pada umumnya sensor suhu digunakan pada pabrik
yang membutuhkan sistem kontrol suhu secara otomatis. Berikut adalah beberapa jenis
dari sensor suhu :
a.) Thermocouple
Sensor ini berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi. Thermocouple
dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan)
dan dililit bersama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction dan ujung
lain sebagai reference junction. Reference junctio dijaga pada suhu konstan 32°F.
bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada
kedua ujung pengahntar besi dan konstanta pada pangkal Tr terbangkit beda
potensial sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian.

Thermocouple
b.) Resistance Temperature Detector (RTD)
RTD ini berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan
listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, resistansi
semakin besar. RTD terbuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada papan
pembentuk dari bahan isolator. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang
mempunyai ketelitian 0,03°C dibawah 500°C dan 0,1°C diatas 1000°C.
Konstruksi RTD
Prinsip kerja RTD yaitu apabila RTD berada pada suhu kamar maka beda
potensial jembatan adalah 0 volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Apabila
suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak
dalam kondisi setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara titik
A dan B. Begitu juga yang berlaku pada keluaran penguat diferensial.
Penguat diferensial menggunakan IC op-amp yang berfungsi untuk
menguatkan tegangan keluaran dari rangkaian jembatan menjadi tegangan yang
lebih besar. Jika rangkaian jembatan pada posisi setimbang maka pada titik A dan
B mempunyai tegangan dan arus yang sama.
c.) Thermistor (Thermally Sensitive Resistor)
Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang
berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Thermistor ini terbagi menjadi dua,
yaitu
- PTC (Positive Temperature Coefficient), dimana nilai resistansi akan
meningkat bila suhu naik.
- NTC (Negative Temperature Coefficient), dimana nilai resistansi akan
menurun bila suhu naik.
3.) Flow Sensor
Sensor aliran adalah alat untuk merasakan laju aliran fluida. Flow meter digunakan
untuk mengetahui adanya suatu aliran material (liquid, gas, powder) dalam suatu jalur
aliran, dengan segala aspek aliran itu sendiri yang meliputi kecepatan aliran atau flow
rate dan total massa atau volume dari material yang mengalir dalam jangka waktu
tertentu atu sering disebut totalizer. Dengan diketahuinya parameter aliran suatu
material oleh alat ukur flow meter yang dikirim berupa data angka dan dapat juga
diteruskan guna menghasilkan aliran listrik atau sinyal yang bia digunakan sebagai
input kontrol atau rangkaian elektrik lainnya.
Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan cairan atau gas yang
mengalir. Pengukuran dikelompokkan menurut jenis bahan yang diukur, sebagai
berikut :
a.) Pengukuran aliran cairan
- Jenis baling-baling defleksi
- Jenis baling-baling rotasi
- Jenis baling-baling heliks
- Jenis turbin
- Pengukur kombinasi
- Pengukur aliran magnetis
- Pengukur aliran ultrasonic
- Pengukur aliran kisaran (vorteks)
- Pengukur pusaran
b.) Pengukur laju aliran gas
- Jenis baling-baling defleksi
- Jenis baling-baling rotasi
- Jenis termal
4.) Level Sensor
Sensor yang digunakan untuk mendeteksi ketinggian dari suatu aliran baik berupa
bahan liquid, lumpur, powder maupun biji-bijian. Fungsi level sensor pada dasarnya
adalah memberikan informasi baik berupa data maupun sinyal karena adanya
perubahan ketinggian material di dalam tangki, silo ataupun tempat terbuka
dikarenakan adanya aliran dari material tersebut. Pengukuran level bisa dilakukan
secara terus menerus sesuai dengan perubahan ketinggian dari fluida maupun untuk
mengukur ketinggian dari material pada titik tertentu menggunakan sensor.
Ada beberapa jenis level sensor didasarkan pada cara kerjanya, yaitu :
a.) Level sensor untuk mendeteksi titik ketinggian dari material solid yang mengalir
secara kontinyu
- Vibrating Pointial Solid
- Rotating Paddle
- Admittance Type
b.) Level sensor untuk mendeteksi titik ketinggian dari material liquid
- Pulse-Wave Ultrasonic
- Magnetic and Mechanical Float Level Measurement
- Pneumatic Level Measurement
- Conductive Level Measurement
c.) Level sensor untuk mengukur keduanya yaitu untuk mendeteksi titik ketinggian
dan memonitor material solid dan liquid
- Ultrasonic Level Sensor
- Capacitane Level Sensor
- Optical Interface Level Sensor
- Microwave Level Sensor
d.) Level sensor untuk mengukur level dari liquid secara kontinyu
- Magnetostrictive Level Measurement
- Resistive Chain Level Measurement
- Hydrostatis Pressure Level Measurement
- Air Bubbler Level Measurement
- Gamma Ray Level Measurement
B. Feedback and Forward System
Pengendalian proses adalah disiplin rekayasa yang melibatkan mekanisme dan
algoritme untuk mengendalikan keluaran dari suatu proses dengan hasil yang diinginkan.
Pengendalian proses banyak digunakan pada industri dan menjaga konsistensi produk
produksi massal. Pengendalian proses mengutamakan otomasi sehingga hanya diperlukan
sedikit personel untuk mengoperasikan proses yang kompleks. Pengendalian tersebut dapat
berupa pengendalian umpan balik (feedback control system) dan pengendalian umpan maju
(forward control system).
1.) Sistem Pengendalian Umpan Balik (Feedback Control System)
Pengendalian umpan balik bekerja berdasar perubahan variabel proses terkendali
yaitu penyimpangan variabel proses terhadap setpoint. Apabila terjadi perbedaan atau
penyimpangan akan dikoreksi untuk memperbaiki masukan sistem selanjutnya. Sistem
pengendalian umpan balik mempunyai 4 komponen dasar, yaitu :
a.) Suatu karakteristik atau kondisi yang dikendalikan diukur dari keluarannya.
b.) Seuatu sensor yang mengukur karakteristik atau kondisi tersebut.
c.) Suatu pengendalian (control unit) yang membandingkan hasil ukuran sensor dengan
suatu standar.
d.) Suatu unit pengatur (activating unit) yang menghasilkan tindakan penyesuaian
untuk masukan proses selanjutnya.

Sistem Pengendalian Umpan Balik

Sistem pengendalian umpan balik disebut juga istilah negative feedback, karena hsil
balik yang negative akan dikendalikan supaya menjadi baik untuk masukan proses
selanjutnya. Pengendalian umpan balik yang dilakukan oleh instrumen kendali disebut
pengendalian lingkar tertutup (closed loop control) atau pengendalian otomatik. Jika
tidak ada umpan balik oleh instrumen kendali, disebut pengendalian lingkar terbuka
(open loop control). Besar nilai sinyal kendali yang dikirimkan ke elemen kendali akhir
ditetapkan berdasar perhitungan atau skala kebutuhan proses.
Agar lebih dapat memahami lebih jelas sistem pengendalian umpan balik, sebagai
berikut :

Sebuah tangki dipanaskan dengan menggunakan steam (uap panas) yang mengalir
melalu pipa. Terdapat juga aliran air dingin yang masuk ke tangki dengan suhu misal
28°C, dan di dalam tangki terdapat heater yang berfungsi untuk perpindahan panas
secara konduksi pipa dengan air dingin. Kemudian akan keluar air panad dengan laju
yang konstan. Apabila terjadi kegagalan dalam mencapai output temperatur yang
diinginkan maka tugas tenaga ahli untuk mengukur lalu menstabilkan kembali atau
mengatur steam yang masuk ke heater. Setelah itu melakukan koreksi untuk mengubah
aliran steam apabila nilai output tidak sesuai dengan setpoint.
Feedback controller mempunyai kerugian, yaitu valve akan bekerja setealh
controlled variable mengalami penyimpangan dari setpoint. Hal ini kurang tepat untuk
pengendalian temperatur dimana temperatur mempunyai delay time juka mengalami
kenaikan atau penurunan. Ketika terdeteksi adanya error pada controlled variable maka
bukaan valve akan berubah tetapi temperatur masih mengalami kenaikan sehingga
masih rumit unutk pengendalian temperatur.
2.) Sistem Pengendalian Umpan Maju (Feedforward Control System)
Sistem pengendalian umpan maju (feedforward control system) disebut juga
dengan istilah positive feedback. Positive feedback mencoba mendorong proses dari
sistem supaya menghasilkan hasil balik yang positif. Sistem pengendalian umpan maju
ini merupakan perkembangan dari sistem pengendalian umpan balik. Di dalam sistem
pengendalian umpan balik, pengendalian dilakukan setelah keluaran dihasilkan.
Pengendalian seperti ini diangga mempunyai kelemahan karena keluaran merupakan
hasil yang sudah terlanjur terjadi dan dapat mengakibatkan hal yang fatal. Supaya
keluaran dapat dihasilkan dengan hasil balik yang baik atau positif merupakan konsep
dari sistem pengendalian umpan maju. Supaya keluaran dapat dihasilkan umpan balik
yang positif, maka pengendalian tidak boleh diukur dari keluarannya, tetapi diukur dan
dikendalikan dari prosesnya. Selama proses di dalam sistem, selalu dilakukan
pengamatan dan cepat harus diatasi bila mulai terjadi penyimpangan sebelum terlanjur
fatal keluarannya.
Agar dapat lebih memahami mengenai sistem pengendalian umpan maju, berikut
adalah contoh dari pengaplikasiannya :

Pada feedback dan feedforward memiliki rangkain yang sama, pada dasarnya sama-
sama produknya yang diukur tetapi beda dalam proses pengukurannya. Pada sistem
pengendalian umpan maju ini yang diukur adalah debit aliran dari air yang menuju Heat
Exchanger. Pada gambar diatas steam sebagai MV (Manipulated Variable) karena
besaran kelajuan aliran steam yang diubah untuk memenuhi kebutuhan atau setpoint.
Besaran aliran steam diatur oleh valve yang disebut sebagai actuator (Final Control
Element).
Aliran diharapkan konstan, untuk mengetahui seberapa besar laju aliran maka
dipasang sensor aliran agar apabila aliran air menyimpang dari setpoint bukaan valve
dapat diatur. Aliran air dingin diukur oleh FT (Flow Transmitter) dan sensor flow (flow
meter), dari flow meter tersebut akan mengeluarkan sinyal berupa sinyal elektrik yang
akan dikirim oleh FC (Flow Controller). Pada FC ini sinyal hasil pengukuran dihitung
lalu dibandingkan dengan setpoint yangtelah ditentukan sebagai acuan. Output dari FC
akan mengeluarkan error yang akan digunakan sebagai input ke actuator (valve) untuk
dikoreksi.
C. Final Control Element
Final control element adalah elemen akhir dari suatu sistem pengendalian yang
berfungsi mengoreksi perbedaan antara process variable terhadap setpoint berupa gerakan
naik-turun (buka-tutup) valve sesuai sinyal yang diterima dari kontroler. Dalam suatu
sistem final control element merupakan salah satu kunci kestabilan sistem. Final control
element dalam suatu kontrol sistem merupakan hasil akhir dari output controller yang
nantinya akan mempengaruhi nilai proses variabel. Final control element dapat berupa
actuator dan valve.
a. Control Valve
Control valve adalah final control element yang digunakan untuk mengatur laju
aliran fluida dalam sebuah proses. Control valve bertugas melakukan langkah koreksi
terhadap variabel termanipulasi sebagai hasil akhir sistem pengendalian. Control valve
hanyalah salah satu elemen pengendali akhir, namun paling umum digunakan. Ditinjau dari
gerakan valve, aksi control valve terdiri dari :
1) Air To Open (ATO)
Apabila control valve menerima sinyal dari controller sebesar 3-15 psi gerakannya akan
mengakibatkan bertambahnya aliran yang melewatinya.
2) Air To Close (ATC)
Apabila control valve menerima sinyal dari controller sebesar 3-15 psi gerakannya akan
mengakibatkan berkurangnya aliran yang melewatinya.
Pemilihan ATO atau ATC disesuaikan dengan safety operation pada keadaan
instrument-air supply failure (kegagalan angin). Contoh : control valve pada tower
vapour line untuk tower top pressure control dipilih air to close (ATC), kemudian control
valve pada fuel untuk burner dipilih air to open (ATO).
Aksi Control Valve
Control valve mempunyai aksi direct atau aksi reverse untuk menentukan aksi
control valve, berikut adalah beberapa istilah dasar yang harus dipahami :
- Input pada valve didefinisakn sebagai sinyal yang menyebabkan valve mengubah
posisi stroke, biasanya berupa sinyal pneumatik 3-15 psi atau 20-100 kPa.
- Output valve adalah fluida mengalir melalui valve.
Aksi direct dapat ditentukan dengan melihat hubungan antara input dan output. Jika
kenaikan input menyebabkan kenaikan output makan dikatan bahwa valve
mempunyai aksi direct.
- Aksi reverse apabila kenaikan input menyebabkan menurunnya output maka
dikatakan bahwa valve mempunyai aksi reverse.
Istilah-istilah berikut mempunyai hubungan dengan control valve aksi direct dan
reverse :
 ATO adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve membuka.
 Fail Closed adalah jika sinyal yang menuju valve hilang maka valve akan menutup.
 ATC adalah naiknya sinyal akan menyebabkan valve menutup.
 Fail Open terjadi jika sinyal hilang terjadi kegagalan, maka posisi valve akan
membuka. Hal ini berarti bahwa adanya sinyal udara akan menutup valve dan oleh
karena itu valve mempunyai aksi reverse.
Unsur terakhir yang paling umum yang digunakan adalah katup kontrol baik berupa
control valve (steam, gas, water, oil) dan control flap (pneumatic transport). Dari
berbagai kontrol elemen, pada dasarnya memiliki fungsi yang sama hanya sisten kerjanya
yang berbeda. Pentingnya pemilihan ukuran dimensi maupun jenis tioe valve/flap yang
benar merupakan penekanan didalam desain suatu sistem kontrol agar tujuan
pengendalian suatu proses dapat terpenuhi.
Valve Body
Berbagai macam bentuk control valve telah dikembangkan, namun secara garis
besar valve diklasifikasin ke dalam dua kelompok berdasar cara penutupan, yaitu gerak
linear dan gerak rotasi. Berikut beberapa contoh body control valve :
1. Globe Valve
1.1 Single Port Valve Body
- Popular Single Ported Globe Style Valve Body

Control valve ini digunakan secara luas pada aplikasi pengendalian proses,
terutama untuk ukuran 1-4 inch.
- Flanged Angle Style Control Valve Body

Bentuk angle valve hampir selalu single port, biasanya digunakan dalam
aplikasi feedwater dan heater drain.
- Bar Stock Valve Bodies

Control valve ini sering digunakan untuk aplikasi korosif dalam industri kimia.
- High Pressure Globe Style Control Valve Body

Control valve ini sering digunakan untuk aplikasi dalam produksi minyak dan
gas.
- Balanced Plug Cage Style Valve Bodies

Control valve ini tersedia dalam size hingga 20 inch dengan pressure rating
class 2500.
- High Capacity, Cage Guided Valve Body

Control valve ini dirancang untuk aplikasi yang menimbulkan noise seperti
pada station penurunan tekanan dari gas bertekanan tinggi dimana kecepatan
sonic dari gas sering ditemui pada keluaran valve bila menggunakan control
valve konvensional.
1.2 Double Port Valve Body

Control valve jenis double port ini secara normal hampir semua di-assembled aksi
plug valve secara push-down to open (reverse), namum dapat juga dirakit dengan
aksi push-down to closed (direct). Control valve ini dirancang untuk digunakan
fluida dengan viskositas tinggi, kotor, terkontaminasi atau proses
yangmengakibatkan deposit pada trim valve.
1.3 Three Way Valve Bodies

Three way valve dirancang untuk digunakan sebagai pemecah (diverting) aliran
fluida dan sebagai penyatu (blending) aliran fluida.
2. Rotary Valves
Valve jenis rotary yaitu valve yang membuka dan menutupnya dengan bergerak
memutar, biasanya 0 sampai 90 derajat putarannya. Valve yang bekerja secara rotary
umumnya berukuran lebih kecil dan ringan. Jarak membuka atau menutup yang
pendek dan hanya sedikit gesekan di permukaan, membuat valve ini lebih tahan
terhadap kebocoran internal. Berikut beberapa jenis rotary valve :
2.1 Butterly Valve Bodies

Butterfly valve memanfaatkan sebuah disc (cakram) sebagai alat pengatur aliran
fluida. Valve ini membutuhkan actuator yang lebih kuat karena letak disc tepat
menghalangi laju alir fluida.
2.2 V-Notch Ball Control Valve Bodies

Ball valve menggunakan sejenis bola berongga untuk mengatur laju alir fluida.
2.3 Eccentric Plug Control Valve Bodies

2.4 Eccentric Disk Control Valve Bodies


b. Flap Damper
Perkembangan konstruksi flap damper seiring dengan perkembangan penggunaan
dan pemanfaatan pneumatik baik unutk conveyor, sirkulasi maupun air injection pada
insustri proses banyak diaplikasikan sebagai pengatur pasukan udara atau sebagai
sirkulasi udara panas maupun udara dingin. Berikut beberapa tipe dari flap yang umum
digunakan :
1. Multi Blade Flap
Multi blade flap adalah flap yang memiliki konstruksi kisi-kisi sebagai pengatur
aliran udara. Beberapa yang sering digunakan adalah tipe cube dan round.

2. Flap Gate Valve

3. Orrifice Gate Slide Flap


4. Rotary Flap

5. Diverter Flap

c. Actuator
Actuator adalah sebuah alat yang mengubah tenaga listrik atau fluida menjadi gerakan
mekanis untuk membuka atau menutup atau mengontrol sebuah valve. Ada dua cara
yang dilakukan untuk menggerakkan sebuah valve, yaitu :
- Manual yaitu menggunakan handwheel untuk jenis gate dan globe valve, sementara
handlever digunakan pada ball dan butterfly valve.
- Automatik yaitu menggunakan actuator. Berdasarkan penggunaan tenaganya
actuator dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : pneumatik, elektrik, dan hidraulik.
1. Electric Actuator
Digunakan pada aplikasi dimana tidak tersedia air compressor. Komponen
utamanya adalah sebuah motor listrik yang memutar gear maju atau mundur agar
stem bergerak. Dilengkapi dengan handwheel agar operator dapat membuka atau
menutup valve secara manual. Pada awalnya hanya disesain untuk aplikasi on atau
off, namun saat ini sudah dilengkapi kontrol yang lebih maju. Actuator jenis ini tidak
boleh digunakan di area rawan ledakan dan mengandung gas (hazardous area).
Dilihat dari gerak actuator terdapat dua jenis electric actuator, meliputi :
1.1 Solenoid Valve
Valve ini merupakan katup yang dikendalikan dengan arus listrik AC
maupun DC melalui kumparan atau solenoida. Solenoid valve akan bekerja bila
kumparan mendapatkan tegangan kemudian diubah menjadi magnet untuk
menarik pluger agar dapat bergerak mengubah posisi valve, arus listrik yang
sesuai dengan tegangan kerja. Valve ini merupakan elemen kontrol yang paling
sering digunakan dalam sistem fluida air. Khususnya penggunaan pda diameter
pipa dengan debit yang kecil biasanya digunakan pada nozel fire fighting system.

1.2 Motor Valve


Motor valve atau sering disebut servo valve merupakan suatu rangkain
control valve yang meliputi bebrapa bagian motor sebagai penggerak utama,
gearbox sebagai induksi gerak dan positioner/potensiomete sebagai acuan
feedback valve. Adapun motor yang sering digunakan sebagai electric actuator
meliputi : motor stepper, motor DC, Brushless DC-Motor, motor induksi, motor
sinkron.

2. Pneumatic Actuator
Actuator ini paling banyak digunakan di industri dan dapat dikelompokkan menjadi
pneumatic diaphragm dan pneumatic piston. Actuator jenis ini memanfaatkan
sumber angin bertekanan yang dihasilkan oleh air compressor untuk mendorong
valve stem bergerak membuka atau menutup.
2.1 Spring and Diphragm Actuators

2.2 Piston or Cylinder Actuator

2.3 Rack and Pinion Actuators

3. Hydrolic Actuator
Actuator jenis ini digunakan untuk menggerakkan valve berukuran sangat
besar yang membutuhkan daya dorong besar. Actuator ini memperoleh sumber
tenaga dari sebuah pompa untuk mengalirkan minyak hydraulik sebagai media
bertekanan dan sedikit banyak memiliki kesamaan dengan jenis pneumatic.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sensor adalah suatu alat yang pertama kali menerima suatu bentuk energi dari media
yang akan diukur, dan menghasailkan suatu output yang sebanding dengan nilai
besaran yang diukur. Sensor berhubungan langsung atau paling dekat hubungannya
dengan variabel proses. Jenis-jenis sensor berdasarkan variabel proses yang diukur
yaitu temperature sensor, pressure sensor, flow sensor, dan level sensor.
2. Feedback system (pengendalian umpan balik) bekerja berdasar perubahan variabel
proses terkendali yaitu penyimpangan variabel proses terhadap setpoint. Sedangkan
feedforward system adalah pengendalian yang memakai variabel masukan untuk
mempengaruhi variabel masukan lain dalam sistem.
3. Final control element adalah elemen akhir dari suatu sistem pengendalian yang
berfungsi mengoreksi perbedaan antara process variable terhadap setpoint berupa
gerakan naik-turun (buka-tutup) valve sesuai sinyal yang diterima dari kontroler. Final
control element dapat berupa control valve, flap damper, dan actuator.
DAFTAR PUSTAKA
Gunterus, F. 1994. “Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses”. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Link, W. 1993. “Pengukuran, Pengendalian dan Pengaturan dengan PC”. PT Elexmedia
Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai