Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman medern ini berkembangnya ilmu pengetahuanpun semakin
meningkat. Kemajuan peradaban dan teknologi pada sektor industri dewasa
ini sangat berpengaruh untuk membantu proses pengerjaan suatu produk
untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk tersebut. Mengingat
pentingnya kemajuan teknologi yang ada sekarang ini pihak universitas
memberikan mata kuliah kerja praktik untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan para mahasiswa.
Kerja praktik menjadi salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh
setiap mahasiswa jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya. Pelaksanaan
kerja praktik ini sendiri bertujuan untuk mendidik langsung para mahasiswa
agar dapat menerapkan ilmu yang telah didapat untuk diaplikasikan didalam
dunia kerja suatu perusahaan industri. Diharapkan mata kuliah kerja praktik
ini dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai sistem dan
lingkungan kerja perusahaan.
Untuk mencipatakan tenaga ahli seperti yang disebut di atas maka
diperlukan adanya kerjasama yang erat antara perguruan tinggi dengan pihak
perusahaan industri, dalam hal ini perusahaan industri yang bersangkutan
adalah PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG.
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan kuliah, maka penulis selaku
Mahasiswa Universitas Sriwijaya melakasanakan kerja praktik yang
didasarkan kurikulum Semester VII Jurusan Teknik Elektro, dengan sub
konsentrasi Teknik Komputer dan Kendali, Fakultas Teknik, Universitas
Sriwijaya. Sesudah melakukan Kerja Praktik pada tanggal 30 November 2020
– 31 Desember 2020 di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Mendasari hal
tersebut penulis menggunakan judul “Pengukuran Temperatur Proses
Menggunakan Thermocouple di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang”.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan laporan ini, penulis akan membahas masalah


mengenai pengukuran temperatur proses menggunakan thermocouple yang
ada di PT. Pupuk Sriwidjaja.

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan laporan ini batasan masalah yang akan dibatasi oleh
penulis adalah pengukuran temperatur proses menggunakan thermocouple di
PT. Pupuk Sriwidjaja.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah meliputi :

1. Untuk mengetahui mengenai thermocouple.


2. Untuk mengetahui tentnag jenis-jenis thermocouple.
3. Untuk mengetahui cara kerja thermocouple.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk mengenalkan apa itu


thermocouple, untuk mengetahui tentang prinsip kerja thermoocuple, untuk
mengetahui jenis-jenis thermocouple dan untuk menjadi referensi bagi
mahasiswa universitas sriwijaya yang lain dalam mengenal apa itu
thermocouple dan bagaimana penerapannya di PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang.

2
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Instrumentasi
Instrumen adalah perangkat yang mengukur atau memanipulasi variabel
fisik proses seperti aliran, suhu, level, atau tekanan, dll. Instrumen mencakup
berbagai macam alat yang bisa sesederhana katup dan pemancar, dan serumit
alat analisis. Instrumen sering kali terdiri dari sistem kontrol dari berbagai
proses. Pengendalian proses adalah salah satu cabang utama dari
instrumentasi terapan. Instrumentasi kontrol mencakup perangkat seperti
solenoida, valve, pemutus sirkuit, dan relay.
Biasanya baik instrumentasi maupun kontrol saling berkaitan satu sama
lain. Suatu sistem control yang masih bersifat manual biasanya masih akan
membutuhkan banyak tenaga kerja dan akan cenderung tidak stabil sehingga
tidak memaksimalkan efisiensi dari sistem. Instrumentasi dapat memperkecil
dan menutupi kekurangan tersebut dengan cara menggabungkan pengendalian
dan pengukuran sehingga terciptalah suatu sistem kontrol yang dilengkapi
suatu intrumentasi otomatis.
Instrumentasi memainkan peran penting dalam mengumpulkan informasi
dari lapangan. Target setiap pabrik adalah mencapai produksi yang paling
aman dan maksimal dari peralatan mereka dan tujuannya adalah untuk
meningkatkan produktivitas, keandalan, keselamatan, pengoptimalan, dan
stabilitas system dan semua hal tersebut tidak terlepas dari adanaya
instrumentasi.
3.2 Instrumentasi Pengukuran
Instrumentasi pengukuran biasanya dimanfaatkan untuk menghitung suatu
besaran-besaran tertentu, biasanya instrumen pengukuran ialah merupakan
sebuah tranduser atau sensor. Sensor sering didefinisikan sebagai perangkat
yang menerima dan menanggapi sinyal atau stimulus. Definisi terlihat cukup
luas, contoh saja mata manusia yang kemudian dapat digunakan untuk
memicu suatu tindakan tertentu. Biasanya sensor digunakan untuk mengukur
dan mendeteksi perubahan suatu besaran fisika seperti gaya, kecepatan,
tekanan, jarak, cahaya, suhu, besaran listrik dll. Tranduser merupakan suatu

3
alat untuk mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lainnya. Contoh dari
bentuk-bentuk energi tersebut ialah energi elektromagnetik, cahaya, listrik,
kimia, mekanikal dan panas. Instrumentasi di pabrik biasanya berfungsi untuk
mengetahui, mengukur, mengontrol suatu variabel proses yang sedang
berlangsung. Variabel proses yang sering dipakai di pabrik adalah level,
tekanan, aliran, dan temperature.
3.2.1 Pengukuran Level
Pengukuran level merupakan hal yang penting dalam kelangsungan
suatu proses industri. Error pada pengukuran level dapat mengakibatkan
pada kegagalan suatu proses atau dapat menimbulkan berbagai faktor
yang berbahaya bagi manusia.
Pengukuran level akan selalu didasarkan pada suatu penentuan
batas atau interface dari dua buah fluida yang berbeda. Misal antar
fluida cair dan gas atau fluida cair dengan fluida cair atau antara fluida
gas dan fluida gas. Dengan memahami suatu batas tersebut, maka level
masing-masing fluida akan dapat diketahui.
Pada pengukuran level fluida di suatu industri mempunyai berbagai
macam. Mulai dari yang memiliki bentuk normal, elektronik, mekanik
ultrasonik, sampai radiasi nuklir. Untuk memilih cara pengukuran level
harus sesuai dengan aplikasi apa yang kita butuhkan. Berikut
merupakan berbagai macam alat untuk mengukur level, yaitu
Ultrasonic Level Measurement,, Capacitance Level Measurement,
Sight Glass, Float Level Measurement, Hydrostatic Pressure Level
Measurement, dan Displacer Level Measurement.
3.2.2 Pengukuran Suhu

Suhu adalah sebuah besaran yang digunakan untuk menyatakan


panas atau dinginnya suatu benda. Dalam pengukuran suhu terdapat
beberapa sensor yang dapat mengukur suhu, diantaranya adalah
Thermostat, Thermistor, RTD dan Thermocouple.

Thermostat merupakan suatu perangkat untuk mendeteksi


perubahan suatu suhu pada lingkungan sekitarnya, thermostat digunakan
untuk memutuskan atau menyambungkan arus listrik saat terjadi

4
perubahan suhu yang signifikan. Thermostat terdiri dari dua buah jenis
logam yang berbeda seperti Tembaga, Nikel, Aluminium atau Tungsten.
Dua Jenis Logam tersebut kemudian akan ditempel sehingga akan
membentuk Bi-Metallic strip. Jika mendapat suhu tertentu maka Bi-
Metallic Strip tersebut akan bengkok sehingga akan bergerak
menyambungkan atau memutuskan sirkuit.

Gambar 3.1 Thermostat

Thermistor merupakan sebuah alat yang nilai dari resistansinya


dipengaruhi oleh suhu. Kepanjangan thermistor adalah Thermal
Resistor, Thermistor pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu NTC dan
PTC dimana NTC ketika suhunya meningkat tinggi maka nilai
resistansinya akan menurun sedangkan PTC adalah kebalikan dari NTC
yaitu ketika suhunya tinggi maka resistansi pada PTC akan menungkat
tinggi.

5
Gambar 3.2 Thermistor

RTD (Resistive Temperature Detector) RTD merupakan suatu


sensor suhu yang menggunakan prisnsip pengukurannya sama seperti
PTC yaitu melalui perubahan resistansi yang akan dipengaruhi oleh
perubahan suhu namun RTD memiliki pengukuran presisi dan akurasi
yang lebih tinggi dari PTC. Bahan pembuatan RTD umumnya adalah
platinum.

Gambar 3.3 Resistance Temperature Detector (RTD)

Thermocouple atau termokopel merupakan sensor suhu yang


digunakan untuk mendeteksi dan mengukur suhu melalui dua buah
logam konduktor yang berbeda. Salah satu logam pada thermocouple
akan berada pada suhu yang tetap atau konstan yang berfungsi sebagai
junction referensi sedangkan yang satunya lagi akan mendeteksi panas
dinginnya suatu suhu yang akan dideteksi. Dengan terjadinya perbedaan
suhu antara dua persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan
tegangan listrik tertentu yang nilainya sebanding dengan suhu sumber
panas. Thermocouple memiliki rentang suhu antara -200°C hingga
dapat mencapai lebih dari 2000°C.

6
Gambar 3.4 Thermocouple

3.2.3 Pengukuran ketinggian (Level Measurement))

Pengukuran tekanan suatu penjabaran gaya yang diterapkan oelh


suatu fluida baik itu gas ataupun cair pada sebuah permukaan. Untuk
mengukur sebuah tekanan diperlukan sebuah instrumen. Contoh
instrumen yang digunakan untuk mengukur sebuah tekanan adalah
Diaphragm dan Bourdon Tube.
Bourdon Tube merupakan sebuah alat ukur nonliquid yang
digunakan untuk mengukur tekanan. Alat ukur ini banyak digunakan
pada industri dalam prioses mengukur tekanan statis untuk digunakan
pada berbagai aplikasi. Bourdon tube sendiri terbentuk dari element
helical, spiral dan C-type) dan akan dihubungkan secara mekanikal
dengan jarum indicator.
Prinsip kerja dari Bourdon Tube adalah tekanan akan dipandu
kedalam tabung, jika terdapat perbedaan yang terjadi didalam dan diluar
tabung bourdon menyebabkan perubahan bentuk penampangnya.
Perubahan ini akan diikuti dengan berubahnya bentuk arah panjang
tabung tersebut lalu perubahan tersebut akan dikonversikan menjadi
jarum penunjuk pada skala.

7
Gambar 3.5 Bourdon Tube
Diaphragm merupakan alah yang menggunakan perubahan bentuk
elastis sebagai metode dalam mengukur sebuah perbedaan tekanan.
kebanyakan pressure transmitter menggunakan diaphragm sebagai alat
pengukur tekanannya. Prinsip kerja alat ini adalah saat terjadi
perubahan atau perbedaan tekanan pada kedua sisi maka posisi
permukaan akan berubah dan kemudian akan diteruskan mejadi sinyal
pengukuran meteran tekanan untuk dibaca.

Gambar 3.6 Diaphragm

3.2.4 Pengukuran aliran (Flow Measurement)

8
Aliran suatu fluida sendiri terdiri dari dua macam aliran yaitu aliran
saluran terbuka dan tertutup maka instrumen yang digunakan
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu untuk pengukuran aliran
tertutup dan terbuka.
Contoh pengukuran suatu fluida adalah melalui pengukuran debit.
Pengukuran debit sendiri dilakukan dengan menentukan volume/berat
fluida menggunakan penampang dalam suatu selang waktu tertentu.
Menentukan gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau
volume diukur yang dikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur
merupakan metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah
penentuan gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat yang
dikalibrasikan Alat untuk mengukur suatu aliran adalah Differential
Pressure Flowmeters, cara kerja alat ini dengan cara memandu aliran ke
dalam suatu penghalang aliran (yang mempunyai lubang dengan
diameter yang berbeda dengan diameter pipa), sehingga mengakibatkan
perubahan kecepatan aliran (flow velocity) dan tekanan (pressure)
antara sisi upstream dan downstream dari penghalang. Dengan
mengukur perubahan tekanan tersebut, dengan demikian kecepatan
aliran dapat diketahui

9
Gambar 3.7 Pengukuran aliran

3.3 Transmitter
Transmitter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu
besaran dari suatu alat ukur yang disebut sebagai sensor (bagian yang
berhubungan langsung dengan medium yang diukur), dimana transmitter
kemudian berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima dari sensor
menjadi sinyal standar. Transimtter digolongkan menjadi 3 macam yaitu
transmitter aliran, transmitter tinggi permukaan, dan transmitter temperatur
Terdapat dua sistem sinyal pada transmitter yaitu sinyal pneumatik dan
sinyal elektrik. Berdasarkan hal tersebut maka transmitter pun dapat
digolongkan menjadi dua buah jenis yaitu transmitter elektrik dan transmitter
pneumatic.

3.3.1 Transmitter Pneumatik

Pada dasarnya Transmitter Pneumatik adalah berfungsi untuk


mengubah tekanan control valve menjadi sinyal pneumatik serta
mengirimkan sinyal pneumatik itu ke alat penerima seperti control
valve, controller, pressure gauge. Pokok utama transmitter pneumatik
adalah udara yang bertekanan 20 psi atau 1,4 kgcm², tekanan sinyal
berkisar 3 – 15 psi atau 0,2-1,0 kgcm². Jarak dari transmitter pneumatik
sendiri dapat digunakan sampai 200 meter.

Gambar 3.8 Transmitter Pneumatik

10
3.3.2 Transmitter Elektrik

Transmitter elektrik merupakan alat kontrol yang memiliki fungsi


untuk mengubah sinyal proses yang diterimaoleh detektor menajdi
sinyal listrik yang kemudian akan dikirimkan sinyal listrik tersebut ke
alat pengatur, petunjuk dan perekam. Terdapat dua buah bentuk sinyal
yang dihasilkan transmitter yaitu sinyal tegangan dan arus.

Gambar 3.9 Transmitter Elektrik

3.4 Valve
Valve merupakan sebuah alat untuk mengontrol, mengatur dan
mengarahkan suatu fluida dengan cara membuka, menutup, atau menutup
sebagian dari jalan alirannya. Contoh valve (katup) yang biasa kita lihat
sehari-hari adalah valve yang terpasang pada kamar mandi, yang terpasang
dikompor gas dan lain-lain.

Terdapat dua cara mengoperasikan valve yaitu manual dan otomatis,


pada valve manual dapat dioperasikan oleh tuas pedal, pegangan dan lain-
lain. Pada valve otomatis dapat dioperasikan dengan menggunakan prinsip
perubahan suhu, tekanan, aliran dan lain-lain. Perubahan-perubahan ini dapat
mempengaruhi diafragma, pegas atau piston yang pada gilirannya
mengaktifkan katup secara otomatis.

11
Gambar 3.10 Valve

3.5 Kompresor
Kompresor merupakan suatu alat yang meningkatkan tekanan dari suatu
udara. Mesin diesel biasanya digunakan untuk menggerakan suatu kompresor
dan berfungsi sebagai tenaga gerak untuk kompresor tersebut. Kompresor
berfungsi untuk mengambil gas atau udara dari sektiarnya untuk diberikan
tekanan kedalam tabung lalu disalurkan kembali sebagai udara bertekanan.
Kompresor juga emiliki beberapa jenis diantaranya adalah air compressor
direct driven, air compressor belt driven, air compressor mini, air compressor
screw.

Prinsip kerja kompresor adalah saat piston ditarik keatas maka


tekanan silinder pada bagian bawah akan menurun hingga dibawah tekana
atmosfer. Maka udara luar pun akan masuk melalui celah katup hisap. Lalu
udara masuk ke pompa untuk kemudian dimampatkan oleh piston yang
didorong ke bawah. Karena udara dimampatkan, maka volumenya menjadi
lebih kecil dan mengalir ke tempat tempat yang tekanan udaranya lebih
rendah.

12
Gambar 3.11 Kompresor

13
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Thermocouple

Termokopel (Thermocouple) merupakan sebuah alat sensor suhu yang


berfungsi untuk mendeteksi atau mengukur suhu menggunakan dua buah jenis
logam konduktor berbeda yang ditempelkan dan menghasilkan efek “Thermo-
electric”. Efek ini mulanya ditemukan seorang bernama pada Thomas Johann
Seebeck  pada tahun 1821. Thomas Johann Seebeck  sendiri merupakan
seorang fisikawan Estonia-jerman. Thomas Johann Seebeck  menemukan saat
sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan
menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua
persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”
Thermocouple atau termokopel merupakan sensor suhu yang digunakan
untuk mendeteksi dan mengukur suhu melalui dua buah logam konduktor
yang berbeda. Salah satu logam pada thermocouple akan berada pada suhu
yang tetap atau konstan yang berfungsi sebagai junction referensi sedangkan
yang satunya lagi akan mendeteksi panas dinginnya suatu suhu yang akan
dideteksi. Dengan terjadinya perbedaan suhu antara dua persimpangan
tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan listrik tertentu yang nilainya
sebanding dengan suhu sumber panas. Kelebihan dari thermocouple adalah
memiliki rentang suhu antara -200°C hingga dapat mencapai lebih dari
2000°C. Selain itu respon thermocouple juga cepat dan thermocuple tahan
terhadapap goncangan serta mudah digunakan.

4.2 Prinsip Kerja Thermocouple

Pada dasarnya termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor
yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya.  Salah satu logam pada
thermocouple akan berada pada suhu yang tetap atau konstan yang berfungsi
sebagai junction referensi sedangkan yang satunya lagi akan mendeteksi
panas pada logam konduktor tersebut.

14
Gambar 4.1 Prinsip Kerja Thermocouple

Berikut adalah berbagai macam pengklasifikasian tipe valve berdasarkan


berbagai aspek. Berdasarkan gambar diatas saat kedua persimpangan
(junction) memiliki suhu yang sama, maka tegangan atau beda potensial yang
akan melewati kedua persimoangan tersebut sama dengan nol atau V1 = V2.
Tetapi saat persimpangan yang terhubung pada rangkaian diberikan suhu
panas atau dihubungkan pada objek pengukuran maka akan terjadi perubahan
suhu pada salah satu konduktor sehingga terjadinya perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut. Kemudian akan menghasilkan tegangan listrik
yang nilainya sebanding dengan panas yang diterima atau bisa dirumuskan
V1- V2. Tegangan listrik yang terjadi pada hal ini umumnya berkisar antara 1
µV – 70µV pada tiap derajat celciusnya.

4.3 Jenis-jenis Thermocouple

Terdapat berbagai macam jenis-jenis thermocouple yang didasari dari


rentnag suhu dan jenis bahannya. Pada dasaranya, gabungan-gabungan jenis
logam konduktor yang berbeda maka akan menghasilkan panas dan rentnag
suhu yang berbeda-beda pula. Contoh dari jenis-jenis thermocouple yang ada
dan umum digunakan adalah :
4.3.1 Termokopel Tipe E (Nikel – Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))

Termokopel tipe E pada sisi positif (Thermocouple Grade)


biasanya terbuat dari kromium dan nikel dan pada posisi negatif

15
(Exension Grade) biasanya terbuat dari tembaga dan nikel. Output
pada thermocouple ini adalah sebesar (68 µV/°C) sehingga cocok
digunakan pada suhu antara  -200˚C – 900˚C. Thermoocuple tipe E ini
biasanya bertipe non magnetic

Gambar 4.2 Termokopel Tipe E


4.3.2 Termokopel Tipe J (Iron / Constantan)

Termokopel tipe J pada sisi positif (Thermocouple Grade) biasanya


terbuat dari besi sedangkan pada sisi negatif (Extension Grade)
biasanya terbuat dari tembaga dan nikel. Thermocouple tipe J ini
memiliki rentang batas yang berkisar antara 0 hingga +750 °C.
Sensitivitas yang dimiliki thermoucple tipe J ini adalah sekitar ~52
µV/°C.

Gambar 4.3 Termokopel Tipe J


4.3.3 Termokopel Tipe K (Nikel – Chromel / Nikel – Alloy)
Termokopel tipe K pada sisi positif (Thermocouple Grade)
biasanya terdiri dari kromonium dan nikel sedangkan pada sisi negatif

16
(Extension Grade) biasanya terdiri dari alumunium dan nikel. Rentang
suhu pada thermocouple ini biasanya berkisar pada -200˚C – 1250˚C.
Selain itu harga thermocouple ini biasanya cendrung lebih murah.

Gambar 4.4 Termokopel Tipe K


4.3.4 Termokopel Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))

Termokopel tipe N pada posisi positif


(Thermocouple Grade) biasanya terdiri dari 14 kromium, nikel dan 1,4
silikon sedangkan oada sisi negatif (Extension Grade) biasanya terdiri
dari silicon, magensium dan nikel. Rentnag suhu pada thermcouple
tipe N adalah berkisar antara 0˚C – 1250˚C. Thermocouple tipe N ini
juga cenderung lebih stabil dan tahan terhadap oksidasi yang tinggi
sehingga thermocouple ini cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa
platinum.

Gambar 4.5 Termokopel Tipe N

17
4.3.5 Termokopel Type T (Copper / Constantan)

Termokopel tipe T pada sisi posotif (Thermocouple Grade)


biasanya terdiri dari tembaga dan pada sisi negatif (Extension Grade)
biasanya terdiri dari contstanta. Rentang suhu pada thermocouple tipe
T ini biasanya berkisar antara −200 to 350 °C. Sensitifitas pada
thermocouple ini adalah ~43 µV/°C.

Gambar 4.6 Termokopel Tipe T


4.3.6 Termokopel Type B (Platinum-with 30% Rhodium /Platinum-
with 6% Rhodium)

Termokopel tipe B pada sisi positif (thermocouple Grade) biasanya


terdiri dari 30% platinum dan rhodium sedangkan pada sisi negatif
(Extension Grade) terdiri dari platinum. Thermocouple tipe B ini
biasanya cocok digunakan untuk untuk mengukur suhu yang berkisar
antara 1800 °C dan tidak cocok dipakai untuk mengukur suhu dibawah
50 °C karena pada rentang suhu 0 °C hingga 42 °C thermocouple ini
memberikan output yang sama.

18
Gambar 4.7 Termokopel Tipe B
4.3.7 Termokopel Type R (Rhodium with Platinum  13%  / Platinum )

Termokopel tipe R pada sisi positif (Thermocouple Grade)


biasanya terdiri dari 13% platinum dan rhodium sedangkan pada sisi
negatif (Extension Grade) biasanya terbuat dari platinum.
Thermocouple tipe R ini cocok digunakan untuk mengukur suhu diatas
1600 °C. Thermocouple ini memiliki sensitivitas yang rendah yaitu
sekitar (10 µV/°C) dan memiliki biaya tinggi sehingga tidak cocok
untuk tujuan umum.

Gambar 4.8 Termokopel Tipe R


4.3.8 Termokopel Type S (Platinum with 10% Rhodium/Platinum )

Termokopel tipe S pada sisi positif (Thermocouple Grade) biasanya


terdiri dari 10% platinum dan rhodium sedangkan pada sisi negatif
(Extension Grade) terdiri dari tembaga dan nikel. Thermocouple ini
cocok untuk digunakan dalam mengukur suhu yang berada diatas
1600 °C. Thermocouple ini memiliki sensitivitas rendah (10 µV/°C)
serta memiliki biasya yang tinggi sehingga thermocouple ini tidak

19
cocok untuk dipakai pada tujuan umum. Biasanay thermocouple ini
dugunakan untuk pengukuran titik leleh suatu emas (1064.43 °C).

Gambar 4.9 Termokopel Tipe S


4.4 Instalasi Termokopel
4.4.1 Sheath dan Probe

Sensor pada thermocouple tirdiri dari dua macam yaitu shealth


dan probe. Probe merupakan dua buah kabel thermocouple yang
berbeda jenisnya lalu salah satu ujung kabel tersebut disatukan. Probe
biasanya memiliki pelindung dan nama pelindung ini adalah sheath.
Besarnya suhu yang dapat diukur oleh thermocouple berbanding lurus
dengan diameter pada probe sehingga semakin besar probe maka
semakin besar pula suhu yang dapat diukur. Namun hal ini juga
memiliki kelemahan yaitu respon waktu sensor terhadap suhu akan
semakin lambat. Untuk itu pemiliha ukuran probe harus sesuai dengan
yang dibutuhkan suapaya kinerja yang diperoleh akan maksimal.
4.4.2 Temperature Indicator

Voltase yang dihasilkan thermocouple akan dihantarkan ke alat


bacanya menggunakan kabel ekstensi. Untuk penggunaan dari kabel
ekstensi sebaiknya menggunakan kabel dari thermocouple itu sendiri
bukan kabel pada umumnya diakrenakan keakuratan dalam
pembacaan suhu akan berkurang. Hal ini disebabkan error yang terjadi
dikarenakan perbedaan bahan kabel dan kabel sensor serta
ekstensinya. Kabel ekstensi dapat ditarik ke alat yang dapat membaca
suhu yang diterima oleh sensor seperti temperature transmitter,

20
temperature indicator atau multimeter khusus yang dapat membaca
thermocouple
4.4.3 PLC dan DCS

Ada dua macam cara untuk mengirimkan nilai pembacaan


thermocouple pada PLC atau DCS. Cara yang pertama adalah dengan
menarik langsung kabel thermocouple ke module input thermocouple
di PLC atau DCS sedangkan cara kedua adalah dengan menarik kabel
sensor ke temperature transmitter baru kemudian dikirimkan ke DCS
menggunakan sinyal analog.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan
diantaranya.
1. Thermocouple merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari dua buah
logam yang masing-masing berbeda dan dihubungkan satu dengan yang
lain pada tiap ujung-ujungnya.
2. Thermocoupel dimanfaatkan untuk mengubah perbedaan panas dalam
benda yang akan diukur suhunya menjadi perubahan beda potensial.
3. Terdapat berbagai macam tipe dari thermocouple, antara lain tipe K, tipe
J, tipe N, tipe E, tipe B, tipe R, tipe S dan tipe T
4. Thermocouple banyak digunakan sebagai alat ukur suhu di dunia industri,
salah satu keuntungannya yaitu mampu mengukur suhu yang sangat
tinggi dan juga suhu rendah.
5. Penenentuan ketelitian dari sebauh thermocouple bergantung pada jenis
thermocouple apa yang digunakan.

21
5.2 Saran
Pneggunaan thermocouple memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing pada tiap tipe-tipe thermocouple maka disarankan untuk memilih tipe-
tipe thermocouple yang sesuai dengan kebutuhan pengguna sehingga hasil
yang didapatkan maksimal.

22

Anda mungkin juga menyukai