KELAS 2 EGC
NAMA NIM
1
KATA PENGANTAR
Denga menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang . Saya panjatkan
puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan “Makalah Instrumentasi dan kontrol tentang Pegukuran Suhu
Efek Listrik ”.
Makalah ini saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari banyak pihak
untuk itu saya mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saya menerima segala saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................4
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menjelaskan mengenai pengertian pengukuran suhu efek listrik.
Menjelaskan aplikasi pengukuran suhu efek listrik dalam kehidupan sehari-
hari.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
waktu dingin. Dalam keadaan khusus, kawat itu dapat dililitkan pada atau dimasukkan
dalam bahan yang suhunya akan diukur. Dalam kisaran suhu rendah, termometer
hambatan sering kali terdiri atas hambatan radio dan terbuat dari komposisi karbon dan
kristal germanium yang didoping dengan arsenik dan dimasukkan dalam kapsul tertutup
berisi helium.
Termometer tahanan listrik berdasarkan perubahan tahanan listrik suatu logam
terhadap perubahan temperature, umumnya bila suatu logam dipanaskan maka tahanan
listriknya akan naik sesuai dengan temperaturnya menurut hubungan. Konstruksinya
seperti pada gambar v-11, terdiri dari elemen perasa berupa filament listrik diselubungi
oleh sebuah pelindung. Sebagai filament listrik yang baik umumnya digunakan platina,
tembaga dan karbon. Bahan tahanan harus mempunyai sifat :
1. penghantar panas
2. induktansi minimum
3. tidak tedapat tegangan listrik fisik
4. homogn
Termometer ini lalu ditempelkan pada permukaan zat yang suhunya akan diukur.
Biasanya hambatan diukur dengan mempertahankan arus tetap yang besarnya diketahui
dalam termometer itu dan mengukur beda potensial kedua ujung hambatan dengan
pertolongan potensiometer yang sangat peka.
Termometer jenis ini juga berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi atau
hambatan listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu,
resistansinya semakin besar. RTD terbuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada
papan pembentuk dari bahan isolator. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang
mempunyai ketelitian 0,03 0C dibawah 5000C dan 0,1 0C diatas 10000C.
Konstruksi RTD bahan platinum:
6
RTD terpasang pada permukaan logam:
7
Besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui dengan rumus:
Keterangan :
R1 = resistansi pada suhu awal
R2 = resistansi pada suhu tertentu
Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan mengalirkan arus
konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan
wheatstone.
Gambar rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD:
Prinsip kerja rangkaian: Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial
jembatan adalah 0 Volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila suhu RTD
berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak dalam kondisi
setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara titik A dan B. Begitu juga
yang berlaku pada keluaran penguat diferensial.
Amplifier diferensial (penguat diferensial) menggunakan IC op-amp yang
berfungsi untuk menguatkan tegangan keluaran dari rangkaian jembatan menjadi
tegangan yang lebih besar. Jika rangkaian jembatan pada posisi setimbang maka pada
titik A dan B mempunyai tegangan dan arus yang sama.
8
2. Termistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan
sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperature yang tinggi (William
D.Cooper,1999). Nama Thermistor berasal dariThermally Sensitive Resistor.Thermistor
memiliki prinsip kerja memberikan perubahan resistansi terhadap perubahan suhu.
Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu PTC(Positive Temperature Coefficient)dan
NTC(Negative Temperature Coefficieent). Pada thermistor jenis PTC, nilai resistansi
berbanding senilai terhadap perubahan suhu.Sedangkan pada NTC, nilai resistansi
berbanding terbalik terhadap nilai perubahan suhu.Thermistor PTC terbuat dari material
Kristal tunggal sedangkan Thermistor NTC terbuat dari material logam oksida.Hal
inilah yang menyebabkan tipe NTC lebih banyak tersedia di pasaran.
Beberapa Karakteristik dari Thermistor diantaranya:
Nilai resistansi tinggi dengan kisaran 30 ohm hingga 41.5Kohm
Respon waktu terhadap suhu cepat sekitar ½ detik
Sensitivitas sangat tinggi
Perubahan resistansi besar
Harga Relatif murah
Termometer dengan jenis ini berfungsi untuk mengubah suhu menjadi
resistansi/hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Semakin
tinggi suhu, semakin kecil resistansi.
Simbol Termistor :
9
Termistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt,
tembaga, besi atau nikel. Berikut adalah jenis termistor dengan berdasarkan ukuran dan
penggunaannya ;.
a. Bentuk termistor : Butiran, Digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai
resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ.
b. Bentuk termistor : Keping, Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda
yang diukur panasnya.
c. Bentuk termistor : Batang, Digunakan untuk memantau perubahan panas pada
peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang.
Thermistor dibuat sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon
time) yang baik.
Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu:
a. Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu)
b. Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu)
c. Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus)
Grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu thermistor :
10
Cara kerja rangkaian:
Saat temperatur masih dingin hambatan thermistor sangat besar dibandingkan
dengan R2, sehingga transistor dalam kondisi menghantar lalu rele kontak (terhubung)
dan heater (pemanas) menghasilkan panas. Akan tetapi, ketika ruangan menjadi panas,
thermistor juga ikut panas sehingga hambatannya turun. Hambatan paralel thermistor
dengan R2 menjadi kecil, sehingga tegangan bias Tr juga kecil, mengakibatkan Tr dalam
kondisi cut off, rele tidak kontak dan heater tidak bekerja. Akibatnya, suhu ruangan
turun. Demikian seterusnya proses akan berulang dari awal dan suhu ruangan menjadi
konstan.
3. Termokopel
Prinsip kerja termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari jenis logam
yang berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini
disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara
tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu
memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki
11
tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan tegangan (kecil sekali,
miliVolt) yang dapat dideteksi.
Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung
tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan
menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke
arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang
dipanaskan akan terjadi muatan positif.
Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam.
Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka
elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang
yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan
diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan. Besarnya
termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) mengalir dari titik hot-juction ke cold-
junction atau sebaliknya. Setelah terdeteksi perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan
ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa dikonversi kedalam bentuk
tampilan display. Sebelum dikonversi, nilai arus di komparasi dengan nilai acuan dan
nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper
ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui
layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh
termokopel.
3.1 Hubungan Suhu dan Tegangan pada Termokopel
Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan
termokopel bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi polinomial.
Namun demikian, untuk pengukuran suhu yang lebih kecil perubahan tegangan
relative linear. Secara matematis ditunjukkan sebagai berikut:
V= α(T1-Tref)
Dimana:
V = TeganganUkur
T1 = suhu ukur(K)
Tref = suhu referensi (K)
α = koefisien seebek
12
3.2 Berbagai Sifat dan Tipe Termokopel
Sebuah termokopel terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya
disambung sehingga menghasilkan suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari
suhu, diketahui sebagai tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck voltage,
yang ditemukan oleh Thomas Seebeck pada 1921. Hubungan antara tegangan dan
pengaruhnya terhadap suhu masing-masing titik pertemuan dua buah kawat adalah
linear.
Walaupun begitu, untuk perubahan suhu yang sangat kecil, tegangan pun
akan terpengaruh secara linear, atau dirumuskan sebagai berikut : (National
Instrument , Application Note 043) dengan ΔV adalah perubahan
tegangan, S adalah koefisien seebeck, dan ΔT adalah perubahan suhu. Nilai S akan
berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak pada nilai keluaran berupa
tegangan termokopel tersebut, dan nilaiS akan bersifat non-linear di atas rentang
tegangan dari termokopel tersebut.
Termokopel diberi tanda dengan hurup besar yang mengindikasikan
komposisinya berdasar pada aturan American National Standard
Institute (ANSI), seperti dibawah ini :
Tabel Sifat dari beberapa tipe termokopel pada 250C ;
Temp.Kerja Sensitivitas
Tipe Material( + dan -)
(0C) (µV/0C)
Pt dan Pt(87%)-
R -50 ~ 1750 6
Rh(13%)
13
Pt dan Pt(90%)-
S -50 ~ 1750 6
Rh(10%)
Pt(70%)-
B h(30%)dan -50 ~ 1750 6
Pt(94%)-Rh(6%)
Tipe-Tipe Termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel tergantung aplikasi penggunaannya, yaitu :
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu
−200 °C hingga +1200 °C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding
tipe K.
4. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
5. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy)
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas
1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K.
Tipe N merupakan perbaikan tipe K.
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi
karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan
untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
1. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada
suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.
14
2. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
3. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena
stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh
emas (1064.43 °C).
4. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari
tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat
pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas
~43 µV/°C
Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan
untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan
listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu
yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.
Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu serendah 3000F
sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan keramik
yang lebih dari 30000F. Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda
jenisnya (besi dan konstantan) dan dililit bersama.
15
3.3 Prinsip Kerja
Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung
penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan
oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck.
Efek Seebeck:
Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar
yang berbeda jenis (besi dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T
merupakan measuring junction dan ujung yang lain sebagai reference junction.
Reference junction dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau 680F (200C). Bila
ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada
kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda
potensial (electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian
tersebut.
Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik
linier suhu terhadap tegangan.
Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel:
Tipe E (kromel-konstantan)
Tipe J (besi-konstantan)
Tipe K (kromel-alumel)
Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
Tipe T (tembaga-konstantan)
16
Vnet = Vh – Vc
Keterangan :
Vnet = tegangan keluaran thermokopel
Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi
Vc = tegangan referensi
17
Gambar Pyrometer Radiasi:
Untuk masa sekarang thermokopel sudah dibuat dengan kemasan yang mempunyai
unjuk kerja yang lebih peka yang disebut thermopile yang digunakan sebagai
pyrometer radiasi.
Grafik hubungan suhu terhadap arus keluaran:
18
Efek peltier :
Jika arus dilewatkan melalui termokopel yang pada mulanya suhu kedua
ujungnya adalah sama, maka sejumlah panas akan dilepas pada salah satu ujungnya
dan sejumlah lain panas akan diserap pada ujung lainnya sehingga terjadi perbedaan
suhu pada kedua ujung tersebut. Perpindahan panas tersebut dipengaruhi oleh arus
yang mengalir, dengan hubungan seperti persamaan:
Dimana f adalah koefisien Peltier (volt). Efek Peltier ini menjadi dasar utama
system pendinginan efek termoelektrik. Dan hal itu terjadi karena disebabkan oleh
arus yang mengalir di dalam rangkain.
Efek Thomson :
Jika arus mengalir melalui konduktor termokopel yang pada mulanya bersuhu
seragam, maka panas Joulean akan menyebabkan gradien suhu sepanjang
termokopel tersebut, dengan hubungan:
Dimana t adalah koefisien Thomson (V/K) dan dT/dx adalah gradien suhu yang
terjadi pada konduktor.
Secara termodinamik koefisien Seebeck (a), Peltier (f) dan Thomson (t)
adalah saling berhubungan. Besaran a dan f sangat tergantung pada sifat kedua
konduktor pada termokopel tersebut sehingga harus dinyatakan dalam nilai beda (a
19
= aA - aB dan f = fA - fB). Dengan demikian, hubungan ketiga koefisien tersebut
dapat dinyatakan dengan dua persamaan berikut:
20
Gambar Rangkaian alarm sensor suhu dengan thermistor
Prinsip kerja dari rangkaian alarm sensor suhu dengan thermistor diatas :
R3, Thermistor dan VR1 dipasang seri supaya dapat menentukan pembagian
tegangan yang sesuai yang akan diberikan ke transistor switching.
Tegangan supply adalah sama dengan jumlah tegangan yang jatuh pada R3,
Thermistor dan VR1. Tegangan pada VR1 paralel terhadap basis transistor,
sehingga pada saat tegangan pada VR1 mencapai 0,7 volt maka transistor akan aktif
dan mengaktifkan relay sehingga alarm/buzzer akan terenergise .
Thermistor dipasang pada bagian atas dari VR1 dimaksudkan supaya pada saat suhu
naik tegangan pada titik trigger (basis transistor = VR1) akan mengalami kenaikan,
dikarenakan thermistor (NTC) tersebut akan mengalami penurunan nilai resistansi
seiring dengan kenaikan suhu.
Kita bisa saja menukar posisi thermistor dengan VR1 dengan tujuan agar
rangkaian alarm akan aktif pada saat suhu mengalami penurunan. Kita bisa juga
meengganti nilai R3 dan VR1 untuk mendapatkan sensitifitas yang sesuai dengan
karakteristik thermistor yang anda miliki dan sesuai keinginan anda.
21
2. Aplikasi dan Penggunaan Termokopel
Melihat karakter dari termokopel, instrumen ini tepat digunakan untuk
mengukur suhu dengan suhu mimimal 2000°C. Dalam dunia industri, termokopel
dijadikan sebagai transduser pada tungku pencairan logam. termokopel akan
memberikan feedback berupa tegangan yang dapat dimanfaatkan oleh sistem yang
lebih cerdas untuk menanggapi tiap kenaikan/penurunan suhu pada object yang
diukur. Dalam dunia industri, termokopel sangat penting adanya, yang digunakan
dalam hal berikut ;
industri besi dan baja,
pengaman pada alat-alat pemanas,
sebagai thermopile (alat untuk mengubah suhu menjadi tegangan) pada sensor
radiasi,
pembangkit listrik tenaga panas radioisotop.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengukuran suhu efek listrik adalah Pengukuran suhu dengan cara memberikan sinyal yang
mudah dideteksi dan digunakan untuk tujuan pengendalian.
Termometer Tahanan Listrik adalah instrumentasi suhu berdasarkan kenaikan resistensi
logam terhadap suhu.
Termistor adalah alat semi-konduktor dengan tahanan yang mempunyai koefisien suhu
negatif, berlawanan dengan koefisien yang positif pada kebanyakan logam.
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu
dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
23
Daftar Pustaka
24