SKRIPSI
OLEH
SILATURAHMI
NPM. 15.3.04.0017
A. Landasan Teori
1. Ekstraksi
waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat dari residu bahan yang diekstrak.
dan Asnani, 2012). Salah satu metode ekstraksi yang umum dilakukan
Metode maserasi ini memiliki kelebihan seperti cara pengerjaan dan unit
alat yang digunakan sederhana, biaya operasional relatif rendah serta dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang sifatnya termolabil
tahan panas. Adanya sistem perendaman ini maka pelarut akan menembus
dinding sel dan masuk kedalam sel yang mengandung zat aktif, maka zat
aktif yang terdapat dalam sel akan larut dalam pelarut (Khoiriyah dkk.,
2014).
adalah: jenis pelarut, ukuran bahan padat yang diekstraksi, suhu, waktu,
adalah konsentrasi pelarut etanol. Pelarut yang dipilih adalah etanol 96%.
senyawa non polar, semi polar dan polar yang banyak terdapat pada daun
jati muda. Etanol juga bersifat tidak toksik sehingga aman digunakan.
Chairul, 2016). Zat warna alami lebih aman bagi kesehatan dan lebih
pewarna sintetis (Mastuti, dkk., 2013). Salah satu sumber zat warna
Ekstraksi zat warna alam daun jati sampai saat ini belum mempunyai
pewarnaan benang tenunan dengan warna alam daun jati perlu diketahui
bahan fiksator berupa tawas dan kapur sirih pada bahan yang akan
alami (Mortensen, 2006). Akan tetapi yang paling umum digunakan yaitu
berikut:
a. Pewarna Sintetis
pewarna sintetis terdiri dari dua yaitu zat pewarna sintetis yang
tartrazine (kuning), fast green FCF (hijau) dan benzyl violet (ungu).
sifat yang bisa menyebabkan kangker dan beracun bagi tubuh. Hal
sebagai pewarna pada produk pangan yang aman (Armanzah dan Tri,
2016).
b. Pewarna alami
kesehatan.
2) Tanin
Tanaman jati (Tectona grandis Linn. F.) merupakan salah satu jenis
penanaman jati yang terletak di pulau Jawa yaitu wilayah Jawa Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Barat. Selain di Pulau Jawa, tanaman jati juga
berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tecnota
Species : Tecnota grandis Linn. F.
Tanaman jati secara morfologis memiliki tinggi yang dapat
b. Daun Jati
tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan serta benang yang
tegak lurus satu sama lain. Benang-benang terdiri dari dua arah yaitu
horizontal atau mengikuti lebar kain disebut benang pakan. Benang yang
dan hasil tenunannya dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
a. b.
Gambar 2.2 a. Penenun, b. Hasil Tenun (Sumber: Peneliti)
5. Spektrofotometer UV-Vis
senyawa zat warna dapat diukur panjang gelombang maksimum pada UV-
sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Menurut Suhartati (2017) untuk
antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada
Penelitian tentang ekstraksi terhadap zat warna pada daun jati muda telah
berjudul “Ekstraksi dan uji stabilitas zat warna alami dari daun jati (Tectona
Penelitian lain yang dilakukan oleh Satrian dan Suheryanto (2016) yang
berjudul “Pengaruh temperatur ekstraksi zat warna alam daun jati terhadap
kualitas dan arah warna pada batik” menyimpulkan bahwa: ekstraksi tidak
absorbansi larutan warna alam daun jati. Dimana semakin tinggi temperatur
Penelitian lain juga yang telah dilakukan oleh Zulfa, dkk (2011) dengan
judul “Ekstraksi Pewarna Alami Dari Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.)
(Kajian Konsentrasi Asam Sitrat Dan Lama Ekstraksi) Dan Analisa Tekno-
waktu dengan variasi 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil penelitian menyimpulkan
yang lain.
C. Kerangka Berpikir
warna biru, ungu, violet, magenta, merah serta oranye dan bisa dimanfaatkan
zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) serta pengaruh
kosentrasi dan aplikasinya pada benang tenunan Bima. Sampel diambil dari
gunung Kelurahan Nitu, Kecamatan Raba, Kota Bima berupa daun jati
maserasi dengan variasi kosentrasi pelarut etanol 50%, 60%, 70%, 80%, dan
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen kualitatif, faktor yang diteliti ada
dua yaitu: faktor I adalah konsentrasi pelarut etanol yang terdiri dari
konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80% dan 90%. Faktor ke-II adalah aplikasinya
pada benang tenunan Bima dengan tiga kali pengulangan. Analisis data
Microsoft excel.
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah daun jati yang berada di wilayah
Kota Bima.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah daun jati muda yang berada di
Kg.
sampling
C. Variabel Penelitian
Ada beberapa variabel yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
Variabel terikat berupa ekstrak zat warna dari daun jati muda
3. Variabel Kontrol
Variabel Terikat:
Variabel bebas:
Ekstrak zat warna dari
konsentrasi pelarut etanol
dan warna pada benang daun jati muda (Tectona
tenunan grandis Linn. F.)
Variabel kontrol:
1. Tempat Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Alat-alat Penelitian
100 mL, pipet volum, tabung reaksi, rak tabung reaksi, neraca analitik,
Spektrofotometer UV-Vis.
2. Bahan-bahan Penelitian
Daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.), aquades, etanol 96%,
1. Prosedur Penelitian
sebagai berikut:
a. Persiapan Sampel
Kota Bima berupa daun jati muda, dalam keadaan masih segar. Daun
jati muda yang masih segar dibersihkan dengan cara dicuci untuk
konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80% dan 90%. Etanol yang tersedia
Proses Mordanting
gram untuk 2 liter air. Setelah itu untuk proses perebusan mula-
mula larutkan tawas dengan 1 liter air, setelah tawas larut dalam
air, aduk dan tunggu soda abu tercampur dengan air. Setelah semua
Tahap Fiksasi
2. Proses Fiksasi
2. Skema Kerja
a. Tahap Ekstraksi
Dicuci
Dipotong
Diblender
Ditimbang Diencerkan
dengan aquades
Residu Filtrat
Mengkarakterisasi
Tenunan Bima
Benang Tenunan
Benang Tenunan
dengan pewarna
ekstrak
Difiksasi dengan kapur tohor, tawas dan
tunjung
Rendam benang ± 2 menit
Diangkat dan diperas
Dikeringkan
1. Uji fisik dilakukan dengan cara melihat langsung warna ekstrak hasil
500-700 nm.
diteliti. Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang dan
foto produk.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
etanol yang divariasikan menjadi 50%, 60%, 70%, 80% dan 90% (%v/v),
serta pengaruh variasi konsentrasi pelarut terhadap zat warna daun jati muda
pada pewarnaan benang bahan baku kain tenunan Bima. Kedua variabel
tersebut diteliti untuk dilihat pengaruhnya terhadap ekstrak zat warna dari
Hasil ekstraksi zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis
nm yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, maka diperoleh
nm.
Tabel 4.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Range 190-700 nm
Panjang Gelombang (nm) Range 190-700 nm Absorbansi (A)
190 0.17
200 0.786
210 1.311
220 1.1
230 0.915
240 0.715
250 0.615
260 0.538
270 0.484
280 0.417
290 0.375
300 0.348
310 0.306
320 0.283
330 0.276
340 0.26
350 0.23
360 0.197
370 0.181
380 0.1.74
390 0.175
400 0.176
410 0.174
420 0.16
430 0.142
440 0.137
450 0.137
460 0.144
470 0.155
480 0.152
490 0.146
500 0.143
510 0.139
520 0.136
530 0.132
540 0.125
550 0.112
560 0.103
570 0.094
580 0.083
590 0.07
600 0.059
610 0.051
620 0.041
630 0.034
640 0.032
650 0.038
660 0.048
670 0.039
680 0.018
690 0.01
700 0.007
Sumber: Hasil Pengukuran dengan Spektrofotometer Uv-Vis
Tabel 4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Range 200-210 nm
Panjang Gelombang (nm) Range 200- Absorbansi (A)
210 nm
200 0.786
201 1.019
202 1.224
203 1.351
204 1.412
205 1.425
206 1.422
207 1.401
208 1.371
209 1.343
210 1.311
Sumber: Hasil Pengukuran dengan Spektrofotometer Uv-Vis
2. Hasil Ekstraksi Zat Warna dari Daun Jati Muda (Tectona grandis
Etanol
Tabel 4.3 Data Nilai Absorbansi Tiap Ekstrak Zat Warna dari Variasi
Konsentrasi Pelarut Etanol
Nomor Kosentrasi Pelarut Etanol Nilai Absorbansi pada λmaks
(%v/v) 205 nm
1. 50% 1.272c
2. 60% 1.188d
3. 70% 1.163e
4. 80% 1.425a
5. 90% 1.361b
205
1.6
1.4
1.2
Absorbansi
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
50% 60% 70% 80% 90%
Konsentrasi Pelarut Etanol
Gambar 4.1 Diagram batang hubungan variasi konsentrasi pelarut etanol terhadap
absorbansi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa daun jati muda (Tectona
grandis Linn. F.) dapat mewarnai benang tenunan Bima dengan warna
ungu, karena daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) mengandung
fisik benang hasil pewarnaan menggunakan zat warna dari daun jati
muda dengan konsentrasi pelarut 50%, 60%, 70%, 80% dan 90% setelah
60%
70%
80%
90%
70% menggunakan bahan fiksasi berupa kapur dan tawas adalah warna
ungu muda, untuk konsentrasi pelarut 80% dan 90% adalah warna ungu
B. Analisis/Pengujian Hipotesis
tiap hasil ekstrak zat warna dengan variasi konsentrasi pelarut etanol. Dapat
hasil ekstrak zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.)
C. Pembahasan
1. Tahap Preparasi Sampel Daun Jati Muda (Tectona grandis Linn. F.)
Daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) yang masih segar
Selanjutnya, daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) yang telah
bersih kemudian dikeringkan pada suhu ruang tanpa terkena oleh cahaya
simplisia termasuk dalam salah satu faktor penentu hasil ekstraksi yang
tidak diukur dalam penelitian ini, sehingga untuk tiap perlakuan ukuran
berwarna cokelat.
2. Tahap Pembuatan Pelarut Etanol Berbagai Konsentrasi
Etanol dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang semi polar sehingga
dapat mengekstraksi zat warna yang terkandung dalam daun jati muda
(Tectona grandis Linn. F.) yang bersifat non polar, semi polar dan
polar (like dissolve like). Pelarut etanol juga mudah didapatkan dan
Hasil ekstraksi zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis
untuk mengukur absorbansi dari sampel daun jati muda (Tectona grandis
Linn. F.) adalah 500-700 nm. Namun, ketika rentang panjang gelombang
agar sampel dapat terbaca oleh sinar UV. Berdasarkan hal tersebut, maka
absorbansi dari tiap panjang gelombang seperti yang tertera pada Tabel
4.1 dan Tabel 4.2. Setelah diketahui rentang panjang gelombang untuk
pengukuran hasil ekstraksi zat warna dari daun jati muda (Tectona
berdasarkan nilai absorbansi yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2,
yaitu sebesar 1.425. Oleh karena itu, panjang gelombang 205 nm dipilih
ekstrak zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) dengan
ekstraksi zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.)
dan 90%.
daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) yang dihasilkan. Sesuai
dari tiap hasil ekstrak zat warna dengan variasi konsentrasi pelarut etanol.
Dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi pelarut etanol memberikan
pengaruh terhadap hasil ekstrak zat warna dari daun jati muda (Tectona
grandis Linn. F.) dengan metode maserasi. Hal ini sesuai dengan
ekstrak dari rumput laut Sargassum sp. yang dihasilkan dari proses
setiap variasi konsentrasi pelarut adalah karena zat warna dalam daun jati
muda (Tectona grandis Linn. F.) bersifat polar, semi-polar, non-polar dan
hasil ekstrak dengan pelarut etanol konsentrasi 50%, 60%, dan 70%.
konsentrasi optimum pelarut etanol untuk ekstraksi zat warna dari daun
jati muda (Tectona grandis Linn. F.) dengan metode maserasi adalah
konsentrasi 80% dan nilai absorbansinya adalah 1.425. Hal ini sesuai
Etnol
benang dikeringkan.
ekstrak daun jati muda selama 15 menit, dan dikeringkan tanpa terkena
60% dan 70% dengan konsentrasi pelarut 80% dan 90% yang
menggunakan bahan fiksasi kapur dan tawas yaitu warna ungu muda
70%, 80% dan 90% adalah warna abu-abu. Hal ini disebabkan
A. Kesimpulan
warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) dengan metode
maserasi.
dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.) dengan metode maserasi
absorbansi 1.425.
B. Saran
ekstraksi zat warna dari daun jati muda (Tectona grandis Linn. F.). dan
2. Teliti pada saat proses pewarnaan benang agar warna yang dihasilkan
merata.
DAFTAR PUSTAKA
Fardyanti, D., S., & Ria, D., R. (2015). Pemungutan Brazilin dari Kayu
Secang (Caesalpinia Sappan L) dengan Metode Maserasi dan
Aplikasinya untuk Pewarnaan Kain. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 4 (1):6-13.
Puspitarum, D. L., Sriatun, Agus, Y., & Sulhadi. (2013). Aplikasi Ekstrak
Daun Jati (Tectona grandis) sebagai Film Kaca Non Permanen.
Hal.7-11.
Putri, U. S., Ana, H. M., & Ayu, R. S. (2018). Pengaruh Konsentrasi
Pelarut Etanol Terhadap Absorbansi Brazilin pada Simplisia Kayu
Secang (Caesalppinia sappan L.). Semarang. Seminar Nasional
Mahasiswa Unismu.
Rohmaniyah, M. (2016). Uji Antioksidan Ekstrak Etanol 80% dan Fraksi
Aktif Rumput Bambu (Lophatherum gracile Brongn) Menggunakan
Metode DPPH serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim.