Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asimetri
Simetri berarti adanya persamaan ukuran, bentuk dan susunan pada bidang,
titik atau garis pada satu sisi dengan sisi yang lain.1,2 Asimetri berarti adanya
ketidakseimbangan ukuran, bentuk serta susunan pada bidang, titik ataupun garis
antara satu sisi dengan sisi yang lain. Asimetri merupakan kondisi yang dapat ditemui
hampir pada semua individu seperti halnya asimetri fungsi ataupun asimetri
morfologi yang dapat terlihat dalam aktivitas hidup sehari – hari seperti dominan
menggunakan tangan kanan atau tangan kiri.3

2.2 Etiologi Asimetri


Penyebab asimetri bersifat multifaktorial dan berbeda pada setiap individu
serta melibatkan faktor genetik dan lingkungan.2,7 Erupsi gigi yang tidak normal, gigi
desidui yang tanggal terlalu dini, ekstraksi gigi permanen dan kelainan skeletal yang
meliputi maksila dan mandibula dapat menjadi faktor penyebab asimetri. Meskipun
sangat beragam, etiologi asimetri dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
karena defek perkembangan, trauma dan patologi.7
Defek perkembangan adalah adanya gangguan yang terjadi selama proses
perkembangan seseorang yang menyebabkan kondisi yang sebelumnya simetri
menjadi asimetri seperti kebiasaan mengunyah di satu sisi, tidur dengan posisi miring
ke satu sisi yang menyebabkan terjadi perubahan skeletal ataupun jaringan lunak
yang bersifat ipsilateral (hanya pada satu sisi).3 Trauma pada sendi
temporomandibula dapat menyebabkan perkembangan mandibula pada sisi yang
terkena trauma tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya sehingga
menyebabkan tampilan asimetri pada wajah.2,3 Penyakit seperti artritis dan infeksi
pada sendi temporomandibula, dan paralisis otot – otot ekspresi wajah seperti yang
terjadi pada pasien Bell’s Palsy juga menyebabkan asimetri pada wajah.1,3

Universitas Sumatera Utara


2.3 Klasifikasi Asimetri
Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat
menjadi asimetri dental, asimetri skeletal, asimetri jaringan lunak dan asimetri
fungsional dan keempat jenis asimetri tersebut dapat menimbulkan tampilan asimetri
pada wajah.1,3,6,7

2.3.1 Asimetri Dental


Asimetri dental merupakan asimetri yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia, jumlah
gigi rahang atas dan bawah pada segmen yang sama dan ketidakseimbangan lengkung
gigi rahang atas dan bawah secara keseluruhan atau sebagian (Gambar 1).7
Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi karena faktor – faktor lokal seperti
kehilangan dini gigi desidui, kehilangan satu atau sekelompok gigi secara kongenital,
dan kebiasaan mengisap jari.1,3,14 Faktor – faktor genetik yang mempengaruhi ukuran
material gigi dan ukuran lengkung rahang dinilai belum terlalu memberi pengaruh
terjadinya asimetri dental.1,18

Gambar 1. Asimetri dental7

Keberadaan asimetri pada lengkung gigi dapat dinilai beberapa teknik


diantaranya dengan menggunakan ruled grid (Gambar 2)19,20. Teknik ini dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dengan meletakkan ruled grid yang transparan diatas foto model gigi dengan
memperhatikan maxillary raphe sebagai garis tengah model sehingga dapat dinilai
kesimetrisan pada lengkung gigi tersebut. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu dapat
dengan cepat menentukan sisi kiri atau kanan yang lebih lebar dan dapat dengan
mudah melihat pergeseran gigi.19

Gambar 2. Ruled grid transparan yang diletakkan


diatas foto model gigi19

Teknik penentuan asimetri lengkung gigi dengan menggunakan ruled grid


jarang dipakai dalam penelitian. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menilai
keberadaan asimetri lengkung gigi seperti yang dilakukan oleh Maurice TJ dan
Mahmoud JK menggunakan titik – titik referensi pada model cetakan gigi yaitu
mesial insisivus sentralis, cusp kaninus, cusp mesiobukal molar dua desidui dan cusp
mesiobukal molar satu permanen (Gambar 3). Titik – titik tersebut dipilih karena
dapat dievaluasi secara klinis dan mudah diidentifikasi pada model studi.21

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Titik – titik referensi pada model gigi13

Garis tengah pada model cetakan gigi dapat ditentukan beberapa cara.
Penelitian Kula K dan Maurice TJ menghubungkan titik pertemuan rugae palatina
kedua kiri dan kanan pada maxilary palatal raphe dan titik yang jaraknya 1 cm lebih
distal dari titik pertama pada maxilary palatal raphe. Garis tengah model rahang
bawah diambil dari refleksi garis tengah model rahang atas.4,13
Teknik lain yang dipakai oleh Mahmoud JK untuk menentukan garis tengah
model rahang atas adalah dengan menghubungkan 2 titik referensi yaitu titik
pertemuan bagian distal papila insisivum dan fovea centralis. Garis tengah model
rahang bawah juga diambil dari refleksi garis tengah model rahang atas.21
Perhitungan setiap titik referensi kiri dan kanan ditentukan setelah garis
tengah model cetakan gigi diperoleh sehingga dapat dinilai kesimetrisan lengkung
gigi pada model cetakan gigi. Penelitian Maurice TJ, Kula K, dan Mahmoud JK
mengkategorikan asimetri lengkung gigi secara klinis bila selisih jarak titik referensi
kiri dan kanan ke garis tengah model ≥ 2 mm (Gambar 4).4,21

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Perhitungan asimetri
lengkung gigi13

Asimetri lengkung gigi juga diteliti oleh Estevao P,dkk. Penelitian tersebut
membandingkan tingkat asimetri lengkung gigi pada sampel yang memiliki oklusi
normal dengan sampel yang memiliki maloklusi Klas II Angle. Garis tengah pada
model cetakan gigi rahang atas menggunakan papila insisivus dan sutura median
palatina sebagai referensi. Garis tengah model rahang bawah diambil dari refleksi
garis tengah model rahang atas (Gambar 5). Penelitian tersebut menggunakan cusp
caninus sebagai titik referensi untuk menentukan keberadaan asimetri lengkung gigi
(Gambar 6).14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Garis tengah model rahang atas
dan bawah pada penelitian
Paulo14

Gambar 6 . Menentukan asimetri lengkung


gigi pada penelitian Paulo14

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Asimetri Skeletal
Asimetri skeletal dapat mencakup satu atau beberapa tulang pendukung
5
wajah. Salah satu bentuk asimetri mencakup beberapa tulang pendukung wajah
adalah hemifacial microsomia (Gambar 7) .1,3 Mengunyah disatu sisi dalam waktu
lama merupakan salah satu penyebab terjadinya asimetri skeletal.22
Bagian 1/3 wajah bawah yang mencakup maksila dan mandibula, asimetri
skeletal lebih sering terjadi pada mandibula.22 Posisi mandibula yang dapat bergerak
dan pusat pertumbuhan utamanya adalah kondilus merupakan hal yang
mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut dan bila terjadi gangguan pada kondilus
pada masa pertumbuhan maka hal ini akan mengganggu pola pertumbuhan normal
pada mandibula.5 Asimetri pada mandibula juga dapat terjadi karena pertumbuhan
bagian mandibula yaitu body dan ramus yang terlalu berlebihan atau sebaliknya yang
berkaitan dengan faktor genetik.5 Asimetri skeletal juga dapat merupakan hasil dari
perkembangan asimetri dental, jaringan lunak maupun fungsional yang tidak dirawat
dalam waktu yang lama.3

Gambar 7. Hemifacial Microsomia1

2.3.3 Asimetri Jaringan Lunak


Asimetri jaringan lunak merupakan asimetri yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan perkembangan otot – otot ekspresi wajah. Asimetri ini dapat
terjadi pada kondisi penyakit hemifacial atrophy atau cerebral palsy. Asimetri

Universitas Sumatera Utara


jaringan lunak/muscular asymmetry dapat menyebabkan disproporsi wajah dan
diskrepansi midline.1

2.3.4 Asimetri Fungsional


Asimetri fungsional dapat terjadi karena adanya gangguan untuk mencapai
oklusi sentrik sehingga mandibula beradaptasi dengan bergerak lebih ke arah lateral
atau anteroposterior ketika oklusi sentrik. Hal yang dapat menghalangi oklusi sentrik
tersebut antara lain terjadinya kontriksi lengkung rahang atas ataupun dapat juga
karena adanya gigi yang malposisi.1 Pada kasus gangguan sendi temporomandibula di
satu sisi, asimetri fungsional ditunjukkan dengan adanya pergeseran garis tengah
wajah saat pembukaan mulut disebabkan adanya gangguan pergerakan mandibula di
bagian yang terganggu.3

2.4 Asimetri Wajah


Asimetri wajah merupakan fenomena yang normal yang dapat ditemui pada
setiap individu. 1,6,10 Asimetri wajah merupakan ketidakseimbangan yang terjadi pada
bagian yang homolog pada wajah dalam hal ukuran, bentuk, posisi pada sisi kiri dan
kanan.7 Asimetri wajah juga dapat terlihat pada saat berbicara.8
Langkah pertama dalam menganalisis simetri dan proporsi wajah adalah
dengan menilai wajah dari arah frontal. Dalam kapasitas proporsi wajah yang ideal,
wajah dibagi menjadi bagian sentral, medial, dan lateral pada lima bagian wajah.
Proporsi lebar pada mata, hidung, ataupun mulut dapat dilihat dari lima bagian
tersebut (Gambar 8). Jarak mata dan lebar mata seharusnya memiliki besar yang sama
ditentukan pada bagian sentral dan medial. Hidung dan dagu seharusnya berada pada
bagian sentral, lebar hidung sama dengan atau lebih lebar sedikit dari bagian sentral
wajah, jarak interpupil sama dengan lebar mulut.19

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Proporsi wajah ideal19

Asimetri wajah dalam batas – batas tertentu dianggap normal dan dapat
ditemui hampir pada seluruh individu. Batas dimana asimetri wajah yang dianggap
normal menjadi abnormal adalah ketika perbedaan antara sisi kiri dan kanan
mencapai ≥ 2 mm.4,10,19 Pada asimetri wajah yang masih dalam batas normal
umumnya sisi kanan wajah lebih lebar dibanding dengan sisi kiri.3,9
Asimetri wajah juga merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan tingkat
kesehatan individu. Individu dengan wajah yang simetri dianggap memiliki kesehatan
yang lebih baik dan lebih resisten terhadap penyakit dibanding dengan individu yang
memiliki wajah yang asimetri.16
Asimetri wajah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam
menegakkan diagnosis kasus ortodonti bila dalam melakukan perawatan ortodonti
klinisi tidak menyadari adanya asimetri, maka hal ini beresiko membuat jangka waktu
perawatan menjadi lebih lama.7
Asimetri wajah dapat diketahui dengan berbagai cara, diantaranya dengan
mengukur langsung tulang kranial, melakukan perhitungan pada hasil radiografi
misalnya panoramik, menggunakan 3D computed tomography maupun dengan
menggunakan konsep antropometri.3,10

Universitas Sumatera Utara


Konsep antropometri merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam
penelitian yang membahas asimetri wajah. Faktor yang penting diperhatikan dalam
penggunaan konsep ini adalah penentuan garis tengah wajah, dan ada beberapa
metode yang dapat digunakan.17 Dari beberapa metode penentuan garis tengah wajah
tersebut, metode yang sering dipakai dalam penelitian seperti yang dilakukan oleh
Haraguchi S adalah dengan mengambil titik tengah interpupil. Metode ini dipilih
untuk menghindari kemungkinan terjadinya asimetri pada bagian wajah yang lain
sehingga dapat menyebabkan penentuan garis tengah wajah tidak tepat.9
Berikut beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan garis
tengah wajah.17
1. Menghubungkan glabella dengan Cupid’s bow (Gambar 9).

Gambar 9 . Garis tengah wajah dengan


menghubungkan titik
glabella dan Cupid’s bow17

Universitas Sumatera Utara


2. Mengambil titik tengah interpupil untuk kemudian ditarik garis tegak lurus
yang memotong titik tersebut (Gambar 10).

Gambar 10. Garis tengah wajah


dengan mengambil
titik tengah inter-
pupil17

3. Menghubungkan trichion, glabella, nasion, pronasale, subnasale, labiale


superius, stomion, labiale inferius, sublabiale dan gnation (Gambar 11).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11. Garis tengah wajah dengan
menghubungkan 11 titik
pada wajah17

Penelitian mengenai asimetri lengkung gigi yang merupakan salah satu


penyebab asimetri wajah sudah dilakukan sejak tahun 1994 oleh Bishara dan terus
berkembang hingga saat ini.1 Penelitian – penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
asimetri lengkung gigi banyak dijumpai pada kondisi maloklusi walaupun sampai
saat ini penelitian mengenai asimetri lengkung gigi berkaitan dengan maloklusi lebih
banyak dilakukan pada maloklusi Klas I Angle dan maloklusi Klas II Angle.

2.5 Maloklusi
Defenisi oklusi menurut Angle merupakan suatu kondisi dimana gigi geligi
berada pada posisi interkuspasi maksimum ketika rahang atas berkontak dengan
rahang bawah.2 Maloklusi merupakan suatu keadaan adanya posisi postural adaptif,
gerak penutupan translokasi, mekanisme refleks, gigi berjejal, susunan gigi yang
tidak teratur, trauma gigi terhadap jaringan lunak dan penampilan pribadi yang buruk
atau gangguan pada bicara normal yang disebabkan oleh posisi gigi.23

Universitas Sumatera Utara


Secara umum, maloklusi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:2
a. Maloklusi intra-arch, mencakup variasi pada posisi satu atau sekelompok gigi
yang berada dalam satu rahang.
b. Maloklusi inter-arch, yang terjadi karena adanya malrelasi lengkung gigi
rahang atas dengan rahang bawah.
c. Maloklusi skeletal, yang terjadi karena malrelasi tulang pendukung rahang
atas dan rahang bawah.
Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi
molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle,
yang menjadi kunci oklusi adalah molar satu permanen rahang atas. Berdasarkan
relasi molar tersebut, Angle mengklasifikasikan maloklusi menjadi tiga Klas yaitu
Klas I, Klas II dan Klas III.2

2.5.1 Maloklusi Klas I Angle


Maloklusi Klas I Angle merupakan kondisi dimana relasi molar normal (cusp
mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada pada groove bukal molar satu
permanen rahang bawah ketika beroklusi) namun garis oklusi tidak baik.2

2.5.2 Maloklusi Klas II Angle


Klas II Angle ditunjukkan dengan letak molar satu permanen rahang bawah
berada lebih distal dari rahang atas, sehingga ketika beroklusi cusp mesiobukal molar
satu permanen rahang atas berada di anterior groove bukal molar satu permanen
rahang bawah.2
Prevalensi maloklusi dinilai semakin bertambah seiring waktu. Maloklusi
Klas II Angle merupakan jenis maloklusi yang cukup banyak dijumpai. Pada survei
yang dilakukan tahun 1930 – 1965, tingkat maloklusi di Amerika Serikat adalah
sekitar 35%, tetapi ketika dilakukan survei kembali pada tahun 1989 – 1994,
prevalensi maloklusi meningkat menjadi 70%. Ada teori yang mengatakan bahwa hal
tersebut terjadi karena banyaknya perkawinan antar ras yang berbeda sehingga
ukuran lengkung berubah tetapi tidak disertai dengan perubahan ukuran material gigi

Universitas Sumatera Utara


sehingga terjadi ketidakseimbangan antara ukuran lengkung yang tersedia dengan
ukuran lengkung yang dibutuhkan. Teori lain juga menyebutkan bahwa
meningkatnya prevalensi maloklusi mungkin dikarenakan jenis makanan yang
dikonsumsi masyarakat saat ini yang lebih banyak mengonsumsi makanan lunak
sehingga tidak menstimulasi pertumbuhan rahang.19 Berdasarkan klasifikasi Angle,
maloklusi Klas II dibagi menjadi maloklusi Klas II divisi 1, maloklusi Klas II divisi
2 dan subdivisi.2

2.5.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1


Maloklusi Klas II Angle divisi 1 dikarakteristikkan dengan adanya proklinasi
pada insisivus sentralis rahang atas sehingga overjet besar (Gambar 12 (a)). Kondisi
ini biasanya disertai dengan hipotonik bibir atas sehingga tidak dapat membentuk seal
yang ideal ketika menutup mulut.2,23

2.5.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2


Maloklusi Klas II Angle divisi 2 dikarakteristikkan dengan adanya inklinasi
ke lingual pada insisivus sentralis rahang atas dan inklinasi ke labial pada insisivus
lateralis rahang atas dan biasanya terdapat deep anterior overbite pada pasien tersebut
(Gambar 12 (b)).2,23

(a) (b)

Gambar 12. (a). Maloklusi Klas II Angle divisi 1, (b). Maloklusi


Klas II Angle divisi 223

Universitas Sumatera Utara


2.5.2.3 Maloklusi Klas II Angle Subdivisi
Maloklusi Klas II Angle subdivisi merupakan kondisi dimana relasi molar
Klas II Angle hanya terdapat pada satu sisi rahang. 2

2.5.3 Maloklusi Klas III Angle


Maloklusi Klas III Angle merupakan kondisi dimana molar satu permanen
rahang bawah berada lebih mesial dari rahang atas sehingga ketika beroklusi cusp
mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada di posterior groove bukal molar
satu permanen rahang bawah.2
Maloklusi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan timbulnya
asimetri lengkung gigi dimana asimetri lengkung gigi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya asimetri dental.6

2.6 Diagnosis
Diagnosis merupakan hal harus dilakukan untuk mengetahui apakah seorang
pasien perlu dilakukan perawatan atau tidak, sama halnya dengan kasus asimetri,
penegakan diagnosis bahwa asimetri tersebut memerlukan perawatan ortodonti harus
benar – benar dianalisis sebelumnya.5,9 Rencana perawatan yang tepat dapat
dilakukan jika sebelumnya sudah dilakukan suatu proses penegakan diagnosis yang
tepat. Penegakan diagnosis asimetri lengkung gigi dan asimetri wajah dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti analisis fotometri, pemeriksaan klinis dan analisa
radiografi.1,3,7,10 Penggunaan beberapa metode dalam mendiagnosis asimetri
disarankan agar memperoleh hasil yang lebih akurat.1

2.6.1 Analisis Fotometri


Penilaian asimetri wajah dengan metode fotometri dilakukan dengan
mengambil foto wajah pasien baik dari arah frontal maupun lateral. Metode fotometri
dapat digunakan untuk menganalisis proporsi wajah, simetri wajah, konveksitas
jaringan lunak wajah dan bentuk wajah.24,25

Universitas Sumatera Utara


Teknik pengambilan foto merupakan hal yang penting untuk diperhatikan
dalam analisis fotometri. Pengambilan foto frontal dilakukan dengan posisi kepala
pasien dan jarak pasien ke lensa kamera harus sesuai dengan standar. Pengambilan
foto dilakukan saat posisi kepala pasien berada dalam natural head position, jarak
pasien ke lensa kamera adalah 1,5 m, pandangan mata fokus ke lensa kamera. Saat
pengambilan foto sebaiknya pasien tidak memakai kaca mata, mulut ditutup dengan
posisi oklusi normal pasien tersebut.17
Penilaian asimetri wajah dengan fotometri dapat menggunakan konsep
antropometri dengan menggunakan titik – titik referensi pada wajah. Tragion-
glabella, tragion-nasion, tragion-exocanthion, otobasion superius-nasion, otobasion
superius-exocanthion merupakan bagian sepertiga wajah atas. Tragion-subnasale,
tragion-cheilion, otobasion inferius-subnasale merupakan bagian sepertiga wajah
tengah. Otobasion inferius-gnathion, gnathion-gonion merupakan bagian sepertiga
wajah bawah (Gambar 13).17 Setelah menentukan garis tengah wajah maka penilaian
terhadap asimetri wajah dapat dilakukan dengan membandingkan jarak titik – titik
yang bersesuaian ke garis tengah wajah.17

Gambar 13. Titik – titik referensi


menentukan asimetri
wajah17

Universitas Sumatera Utara


Metode yang sama dipakai oleh Lucas,dkk dalam penelitiannya untuk
mengevaluasi asimetri pada wajah yang dinilai dari pandangan frontal wajah dengan
menggunakan foto frontal yang diambil dengan kamera SLR. Garis tengah wajah
harus tegak lurus dengan lantai saat pengambilan foto. Titik-titik biometrik yang
digunakan dalam analisis wajah tersebut membagi wajah menjadi tiga bagian yaitu
sepertiga atas antara titik 1 dan 2, sepertiga tengah antara titik 2 dan 3, dan sepertiga
bawah antara titik 3 dan 6. Kemudian sepertiga bawah wajah dibagi lagi menjadi tiga
bagian menjadi panjang bibir atas antara titik 3 dan 4, panjang bibir bawah antara titik
4 dan 5, dan regio mentum antara titik 5 dan 6 (Gambar 14). Penilaian asimetri
dilakukan dengan membandingkan jarak titik yang bersesuaian ke garis tengah
wajah.26

Gambar 14. Titik biometrik dalam analis


asimetri wajah dalam
26
penelitian Lucas, dkk.

Universitas Sumatera Utara


Metode pemeriksaan yang dipakai Okamoto dalam menganalisis asimetri
pada 1/3 wajah bawah dengan foto frontal dilakukan dengan melihat jarak antara
jaringan lunak gonion kanan dan kiri ke garis midline wajah. Dalam penelitian
tersebut, dikatakan asimetri bila selisih antara jarak gonion kanan dan kiri ke garis
midline wajah ≥ ± 2 mm (Gambar 15).27

Gambar 15. Pengukuran asimetri wajah


oleh Okamoto27

2.6.2 Pemeriksaan Klinis


Pemeriksaan klinis dapat mengevaluasi asimetri secara vertikal, sagital dan
transversal.1 Pemeriksaan klinis merupakan ‘alat’ diagnosis yang paling penting
dalam mengevaluasi asimetri wajah.3 Pemeriksaan klinis dimulai dengan
mendengarkan keluhan utama pasien yang kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis riwayat medis pasien. Pemeriksaan klinis juga dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan visual pada seluruh permukaan wajah, palpasi pada jaringan
lunak wajah dan tulang, pemeriksaan kesesuaian midline wajah dan dental dan juga

Universitas Sumatera Utara


melakukan evaluasi terhadap keberadaan maloklusi yang ada pada individu baik
dalam satu rahang maupun maloklusi yang mencakup hubungan antar rahang.3
Secara umum ada empat hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan klinis
dalam menegakkan diagnosis asimetri yaitu evaluasi midline dental, evaluasi oklusi
vertikal,evaluasi oklusi dalam arah transversal dan anteroposterior dan evaluasi
skeletal dan jaringan lunak secara transversal.1

2.6.2.1 Evaluasi midline dental


Dalam mengevaluasi midline dental harus dilakukan dalam beberapa posisi
yaitu ketika membuka mulut, ketika pasien dalam relasi sentrik, kontak pertama dan
oklusi sentrik (Gambar 16).1 Asimetri yang disebabkan oleh struktur skeletal atau
dental yang tidak disertai oleh faktor lain akan menunjukkan diskrepansi midline
yang sama ketika relasi sentrik dan oklusi sentrik. Di sisi lain, asimetri yang
disebabkan karena adanya diskrepansi oklusal akan menunjukkan gerakan mandibula
yang lebih condong ke satu sisi. Arah pergeseran gerakan mandibula tersebut dapat
berada pada arah yang sama atau berbeda dengan arah asimetri dental atau asimetri
skeletal. Evaluasi terhadap sendi temporomandibula harus segera dilakukan jika
ditemui adanya asimetri midline dental, hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
asimetri fungsional.1,7

Gambar 16. Pergeseran midline saat oklusi


sentrik7

Universitas Sumatera Utara


2.6.2.2 Evaluasi oklusi vertikal
Bidang oklusal yang miring menunjukkan adanya perbedaan tinggi kondilus
dan ramus pada sisi kanan dan kiri. Hal yang sama juga dapat terjadi ketika maksila
ataupun tulang temporal yang mendukung fossa glenoid tidak sama tinggi. Asimetri
ini dapat diobservasi dengan menginstruksikan kepada pasien untuk menggigit
sebuah tounge blade dan memeriksa keberadaan asimetri dengan membandingkan
garis gigitan tounge blade dengan garis interpupil (Gambar 17).1,7
Asimetri skeletal dari arah vertikal berhubungan dengan perkembangan
unilateral open bite yang dapat terjadi karena hyperplasia condylar ataupun
neoplasia.1

Gambar 17. Asimetri karena pergeseran vertikal7

2.6.2.3 Evaluasi oklusi dalam arah transversal dan antero-posterior


Evaluasi asimetri dalam arah transversal dan anteroposterior harus dilakukan
dengan hati – hati untuk menentukan asimetri tersebut merupakan asimetri skeletal,
dental atau fungsional. Beberapa kelainan yang dapat dijumpai melalui evaluasi
dalam arah ini adalah crossbite posterior yang bersifat unilateral, asimetri lengkung

Universitas Sumatera Utara


gigi yang disebabkan oleh faktor lokal misalnya premature loss gigi desidui atau
rotasi lengkung gigi dan tulang pendukungnya (Gambar 18).1
Lundstorm menyatakan bahwa penggunaan maxillary raphe sebagai garis
referensi untuk menentukan median plane masih kurang tepat untuk mengevaluasi
asimetri dalam arah anteroposterior atau lateral. Oleh karena itu masing – masing
lengkung gigi harus dievaluasi secara terpisah baik secara klinis ataupun dengan
menggunakan bantuan model gigi untuk menentukan kesimetrisan posisi molar dan
kaninus.1

Gambar 18. Asimetri yang disebabkan oleh pergeseran posterior


unilateral mandibula sebelah kiri.7

2.6.2.4 Evaluasi skeletal dan jaringan lunak secara transversal


Deviasi pada dorsum dan puncak hidung juga philtrum dan ujung dagu juga
perlu dievaluasi. Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dari arah frontal
dengan memperhatikan relasi titik pada puncak dagu dengan struktur wajah yang
lain.1

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat
dalam mendiagnosis kasus ortodonti terkhusus asimetri. Pemeriksaan radiografi
merupakan pemeriksaan yang dapat dipakai untuk menilai apakah kasus tersebut
bersifat skeletal atau jaringan lunak. Secara umum, radiografi dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral. Untuk menilai kasus
asimetri ada beberapa jenis radiografi ekstraoral yang dapat digunakan yaitu
sefalometri lateral, radiografi panoramik, radiografi posteroanterior.1,3,7

2.6.3.1 Sefalometri Lateral


Radiografi sefalometri lateral merupakan radiografi yang paling banyak
dipakai oleh klinisi. Dalam menentukan keberadaan asimetri, jenis radiografi ini
memberikan informasi yang lebih sedikit dibanding jenis radiografi ekstraoral yang
lain. Hal ini disebabkan posisi dalam pengambilan foto yaitu dari arah lateral yang
menyebabkan struktur kanan dan kiri wajah berimpit satu sama lain sehingga sulit
untuk menentukan titik yang akan dijadikan referensi untuk menilai asimetri (Gambar
19).1

Gambar 19. Sefalogram


lateral3

Universitas Sumatera Utara


2.6.3.2 Radiografi Panoramik
Jenis radiografi panoramik merupakan jenis radiografi yang paling disarankan
untuk menilai asimetri karena hasil foto radiografi ini dapat digunakan untuk melihat
struktur dental dan tulang pada maksila dan mandibula. Selain itu dapat juga
dievaluasi kondisi patologi yang mungkin terdapat di maksila, mandibula maupun
sendi temporomandibula (Gambar 20).1,7

Gambar 20. Radiografi panoramik3

2.6.3.3 Sefalometri Posteroanterior


Radiografi ini merupakan jenis radiografi yang cukup akurat untuk menilai
struktur wajah sebelah kiri dan kanan karena jarak pengambilan foto pada sisi kiri
sama dengan sisi kanan (Gambar 21).7 Pengambilan foto juga dapat dilakukan dengan
mulut terbuka sehingga dapat juga dinilai keberadaan asimetri fungsional.1,3,7

Universitas Sumatera Utara


Gambar 21. Sefalometri Postero-
anterior pada pasien
dengan ankilosis
TMJ sebelah kanan3

2.7 Perawatan Asimetri


Perawatan terhadap kasus asimetri dapat dilakukan jika memenuhi indikasi
perawatan ortodonti. Indikasi perawatan ortodonti mencakup indikasi psikososial,
perkembangan, fungsional dan trauma. Indikasi psikososial adalah adanya
ketidaknyamanan pada seseorang terhadap tampilan gigi maupun wajahnya. Indikasi
perkembangan adalah adanya gangguan perkembangan pada seseorang, misalnya
pertumbuhan gigi permanen yang terlambat. Indikasi fungsional bila kondisi struktur
gigi dan wajah pada seseorang menghambatnya untuk bernafas, menelan,berbicara
dan kegiatan – kegiatan normal lainnya dan yang dimaksud dengan indikasi trauma
adalah bila struktur gigi pasien telah menyebabkan trauma pada rongga mulut.19
Proses pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
suatu kasus asimetri dapat menyimpulkan apakah kondisi tersebut memenuhi indikasi
dilakukannya suatu perawatan ortodonti atau tidak. Dalam menyusun rencana
perawatan, perlu diketahui apakah asimetri tersebut bersifat dental, skeletal, jaringan

Universitas Sumatera Utara


lunak ataupun fungsional sehingga perawatan yang diberikan sesuai dengan jenis
asimetri yang terjadi.7,19

2.7.1 Perawatan Asimetri Dental


Perawatan terhadap asimetri dental harus disesuaikan dengan penyebab
terjadinya asimetri tersebut. Asimetri dental yang disebabkan oleh gangguan pada
proses perkembangan gigi dapat dirawat dengan melakukan observasi ataupun
dengan selective extraction. Asimetri dental yang disebabkan oleh supernumerary
teeth dapat dirawat dengan pencabutan beberapa gigi yang harus dilakukan dengan
sangat hati – hati agar tidak merusak gigi yang lain.19
Asimetri dental yang disebabkan asimetri lengkung gigi dapat dirawat dengan
melakukan sekuens asymmetric extraction. Perawatan prostodonti dan perbaikan gigi
dengan komposit dapat digunakan sebagai pilihan perawatan untuk merawat asimetri
dental yang disebabkan oleh bentuk gigi yang tidak simetri.1,3

2.7.2 Perawatan Asimetri Skeletal


Perawatan asimetri skeletal pada kasus yang ringan dan pasien masih dalam
masa tumbuh kembang cukup dilakukan dengan menggunakan alat – alat ortodonti
misalnya dengan melakukan ekspansi rahang menggunakan slow expansion maupun
rapid maxillary expansion baik dengan piranti lepasan maupun cekat, tetapi untuk
kasus yang berat maka bedah orthognati pada rahang yang menyebabkan asimetri
merupakan pilihan perawatan.1,3,5

2.7.3 Perawatan Asimetri Jaringan Lunak


Perawatan asimetri jaringan lunak dapat dilakukan dengan pembedahan
augmentasi atau reduksi jaringan lunak yang menyebabkan terjadinya asimetri.
Augmentasi yang disebutkan mencakup pencangkokan tulang untuk mengembalikan
kontur wajah.1

Universitas Sumatera Utara


2.7.4 Perawatan Asimetri Fungsional
Salah satu pilihan perawatan untuk asimetri fungsional adalah dengan
melakukan koreksi oklusi dengan menggunakan piranti ortodonti sederhana. Bila
asimetri fungsional merupakan efek dari kebiasaan buruk seperti mengunyah pada
satu sisi, maka perawatan dengan menggunakan occlusal splints mungkin diperlukan
untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Pada asimetri fungsional yang
disebabkan oleh asimetri skeletal maka perawatan dengan rapid maxillary expansion,
bedah ortognati kombinasi piranti ortodonti merupakan pilihan perawatan.1

Universitas Sumatera Utara


2.8 Kerangka Teori

Asimetri

Skeletal Fungsional Jaringan Dental


Lunak

Asimetri Asimetri Asimetri lengkung


deviasi pergerakan Atrofi otot gigi
rahang mandibula wajah

Mal- Mal- Mal-


oklusi oklusi oklusi
Klas I Klas II Klas III
Angle Angle Angle

Divisi 1 Divisi 2 Subdivisi

Asimetri Wajah

Diagnosis

Perawatan

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Konsep

Asimetri Asimetri
Lengkung gigi Wajah

Maloklusi
Klas II Angle

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai