TINEA CORPORIS
Oleh :
AHMAD ZAKY M
10542 0457 13
Pembimbing :
DR. dr. Hj. SITTI MUSAFIRAH, Sp. KK
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Makassar.
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Laporan Kasus berjudul “Tinea Corporis” ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Secara khusus
penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada DR. dr.
Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan
koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
RESUME .................................................................................................... 2
DIAGNOSIS ............................................................................................... 4
PENATALAKSANAAN ............................................................................ 4
PROGNOSIS .............................................................................................. 4
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berkeratin seperti rambut, kuku, dan kulit.2 Beberapa dermatofita terbatas secara
Trichophyton rubrum yang merupakan dermatofita yang paling umum yang memiliki
pekerjaan, dan penggunaan alas kaki telah menyebabkan perubahan pada distribusi
berdasarkan bagian tubuh yang terkena setelah kata “tinea” seperti tinea capitis yang
mengenai kepala, tinea barbae yang menginfeksi daerah berjanggot pada pria dewasa,
tinea corporis yang mengenai badan dan ekstremitas, tinea cruris yang mengenai lipat
paha, perineum, dan perianal, tinea manum yang mengenai telapak tangan dengan lesi
yang kering dan bersisik terutama pada fleksor telapak tangan, tinea pedis terletak pada
celah-celah jari kaki, tumit, punggung dan terkadang pergelangan kaki, dan tinea
tubuh kecuali wajah, kepala, janggut, tangan, kaki, dan lipat paha genital, dan perianal.5
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Resume
pada paha kiri sebelah luar yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya
keluhan dirasakan muncul pertama kali di perut sebelah kiri yang sangat gatal yang
dirasakan memberat saat berkeringat atau lembab. Riwayat demam disangkal. Riwayat
keluarga disangkal, riwayat gigitan serangga disangkal. Pasien sudah pernah berobat di
puskesmas dan diberikan salep namun tidak sembuh malah lesinya semakin melebar.
Status Presens
Pemeriksaan klinis
Kesadaran (composmentis/uncomposmentis)
Status Dermatologi
Efloresensi : plak bulat eritema berbatas tegas dengan vesikel dan papul di
2
Gambar 1. Tampak lesi-lesi yang terdiri dari plak dengan pinggir yang polisiklik terdiri
dari papulovesikel dan lebih aktif di tepi dibandingkan bagian tengah, berbatas tegas,
Gambar 2. Hasil pemeriksaan KOH, terdapat hifa bercabang dan bersepta. Spora tidak
Diagnosis Banding
- Dermatitis seboroik
3
- Psoriasis
- Ptyriasis rosea
Diagnosis
Penatalaksanaan
Terapi Topikal
- Asam salisilat 3%
Terapi Sistemik
Prognosis :
4
BAB III
PEMBAHASAN
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh tiga genus jamur
untuk menginvasi dan memperbanyak diri di dalam jaringan berkeratin ( rambut, kulit,
dana kuku). Jamur-jamur ini hanya menginvasi keratin dan inflamasi yang terjadi akibat
produk metabolik jamur atau karena reaksi hipersensitivas tipe lambat. Jamur- jamur ini
yang menular melalui hewan ke manusia) menyebabkan inflamasi yang lebih berat
daripada yang antropophilic ( jamur yang menyebar dari orang ke orang). Dalam
penamaan infeksi akibat dermatofita digunakan kata latin “Tinea” yang mendahului
daerah yang diinefksi seperti Tinea pedis yaitu infeksi dermatofita pada kaki.3,7
Tinea corporis adalah dermatofitosis yang mengenai daerah kulit glabrosa selain
tangan, kaki, rambut, kuku, dan lipatan paha.3,6 Tinea corporis ditandai dengan keluhan
subjektif berupa gatal pada daerah lesi terutama bila berkeringat. Dapat juga ditemukan
berbagai faktor predisposisi seperti udara lembab, lingkungan yang padat, sosial
sistemik penggunaan antibiotika dan obat steroid. Higiene juga berperan untuk
timbulnya penyakit ini.1 gambaran klinis berupa plak eritema dengan skuama dan
kadang-kadang disertai vesikel dan papul yang lebih aktif di tepi dan meluas secara
sentrifugal.7,8 Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, pasien
5
mengeluh gatal pada daerah paha kiri terutama bila kondisi lembab, dan terdapat lesi
berupa plak eritema disertai skuama dan papul dipinggir yang lebih aktif dibandingkan
bagian tengahnya yang terdapat di daerah paha kiri sebelah lateral. Pasien juga
mengeluh lesinya semakin melebar setelah diberikan salep dari puskesmas. Ini mungkin
disebabkan karena salep yang diberikan adalah kortikosteroid sehingga jamur semakin
berkembang dan menimbulkan lesi yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan teori
Penyebab penyakit ini adalah kelompok jamur dermatofita yang dapat dilihat
adanya hialin, septa, hifa bercabang atau rantai artrokonidia.9 Hal ini sesuai dengan
hasil temuan pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien yaitu
terdapat jamur dengan hifa bercabang dan bersepta pada pemeriksaan KOH.
lain yang membuat spesies tersebut bersifat cukup spesifik pejamu. Dermatofita
digolongkan sebagai geofili, zoofili, atau antropofili yang bergantung pada habitat
classic ringworm tapi bisa dalam bentuk yang lain.10 Ada banyak macam manifestasi
klinis dari tinea korporis, dan dapat menyerupai penyakit kulin yang lain. Seperti pada
infeksi dermatofit lainnya, perluasan inflamasi tergantung pada agen kausatif dan
response imun host. Juga karena folikel rambut berfungsi sebagai reservoir infeksi,
6
sehingga daerah tubuh yang mengandung banyak rambut lebih resisten terhadap
pengobatan.3 penggunaan pakaian yang ketat dan tertutup, iklim yang lembab, kontak
kulit ke kulit, serta trauma minor dapat membuat erupsi kulit lebih sering terjadi dan
lebih berat.6
sisik disepanjang lesi dengan tepi eritem. Tepinya bisa vesikular, atau papul yang
meluas secara sentrifugal. Ditengah plak biasanya bersisik tapi bisa juga bersih atau
terdapat central healing. Pada lesi lingkaran yang terbentuk dari vesikel konsentris
mengarah pada Tinea incognito yang sering disebabkan oleh T. Rubrum sedangkan
Tinea imbricata berupa lesi berbentuk lingkaran eritem dengan sedikit atau tidak ada
vesikel. Infeksi T.rubrum bisa tampak sebagai plak polisiklik besar akibat berkonfluen
diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Pemeriksaan langsung
sediaan basah dilakukan denga mikroskop. Sediaan basah dibuat dengan meletakkan
bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH. Pemberian larutan
KOH bertujuan untuk memisahkan hifa dari keratinosit, untuk melihat elemen jamur
lebih nyata dapat ditambahkan zat warna berupa tinta Parker superchroom blue black.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa sebagai dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora (artrospora) pada kelainan kulit lama
7
sediaan langsung dan untuk menentukan spesies jamur. Spesimen diinokulasi ke dalam
agar kapang inhibitorik atau bagian miring agar Sabouraud yang mengandung
diinkubasi selama 1-3 minggu pada suhu ruangan.8,9,11 Hal ini sesuai dengan yang
dilakukan pada pasien yaitu dilakukan pemeriksaan sediaan basah denga cara kerokan
kulit pada paha dan dcampur dengan larutan KOH dan dilihat dibawah mikroskop.
Pada hasilnya terlihat gambaran hifa bercabang dengan sekat dan bercabang. Namun
pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan biakan karena lesi dan keluhan pasien
sudah khas mengarah pada tinea corporis. Adapun diagnosis banding pada penyakit ini
adalah dermatitis seboroik, psoriasis vulgaris, dermatitis kontak alergi, dan ptiriasis
daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah, dan badan. Dermatitis ini dikaitkan dengan
cuaca, ataupun trauma, dengan derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan bentuk
eritroderma. Dermatitis seboroik lebih banyak ditemukan pada kelompok orang dengan
HIV yaitu sebanyak 36% yang umumnya diawali pada usia pubertas, dan memuncak
pada usia 40 tahun. Jenis kelaimin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.8
Lokasi yang sering terkena yaitu daerah kulit kepala berambut; wajah, alis, lipat
nasolabial, sideburn, telinga dan liang telinga, bagian atas tengah dada dan punggung,
lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak. Dapat ditemukan skuama kuning berminyak,
eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupakan
yang pada tahap lanjut dapat menjadi plak eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat
8
membentuk rangkaian plak disepanjang batas rambut frontal dan disebut korona
juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Lesi ini dimulai dengan makula eritematosa
berukuran kurang dari 1 cm atau papul yang melebar ke arah pinggir dan bergabung
beberapa menjadi satu, berdiameter satu sampai beberapa sentimeter. Adanya lingkaran
putih pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat dikenal sebagai Woronoff’s ring. Psoriasis
ini umunmnya dijumpai di skalp, siku, lutut, punggung, lumbal, dan retroaurikuler.
Hampir 70% pasien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau nyeri terutama bila kulit kepala
terserang.8
. Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-
titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai dengan
plakat yang menutupi seluruh bagian tubuh umumnya simetris. Dapat terjadi fenomena
9
Koebner yaitu munculnya lesi pada kulit psoriasis setelah terjadi trauma atau
mikrotrauma.8
Gambar 4. Psoriasis vulgaris. Lesi berupa plak eritematosa dengan skuama tebal yang
Ptiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai denga lesi
awal eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di
badan, lengan, tungkai atas yang tersusun sesuai denga lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam 3-8 minggu. Ptiriasis rosea didapati pada semua umur terutama pada
usia 15-40 tahun. Penyakit ini dimulai dengan lesi pertama (herald patch) umumnya di
badan, soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3cm. Ruam terdiri atas
eritema dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari sampai beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran khas,
sama denga lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan costa, sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi pada batang tubuh. Lengan atas
bagian proksimal, dan tungkai atas sehingga menyerupai pakaian renang perempuan
10
jaman dulu. Pada anak-anak lesi dapat berupa urtika, vesikel, dan papul. Penyebab
ptiriasis rosea diduga akibat virus yang merupakan reaktivasi dari Human Herpes Virus
Gambar 5. Ptiriasis rosea, lesi berupa eritema denga skuama halus di pinggir.
Dermatitis kontak alergi adalah peradangan pada epidermis dan dermis akibat
bahan/substansi yang menempel pada kulit yang telah tersensitisasi. Biasanya gatal
merupakan gejala utama yang dikeluhkan.6 kelainan kulit bergantung pada tingkat
keparahan dan lokasinya. Pada DKA akut lesi dimulai dengan bercak eritematosa
berbatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau
bula bisa pecah dan menyebabkan erosi dan eksudasi. Pada DKA yang kronis terlihat
kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, berbatas tidak
tegas.
Gambar 6. Dermatitis kontak alergi, lesi berupa eritema dan edema setempat
11
Pada pengobatan tinea corporis, terdapat bermacam pengobatan topikal yang
dapat digunakan. Untuk plak lokal, dapat digunakan allylamine topical, imidazole,
4 minggu. Terdapat studi yang menyatakan tidak ada perbedaan efektivitas pada
azole dengan kortikosteroid topikal lebih baik dalam memperbaiki gejala klinis
dibandingkan penggunaan azole sendiri.6,12 Penggunaan terapi oral digunakan pada lesi
inflamasi yang lebih luas. Sebuah studi komparatif pada orang dewasa menunjukkan
bahwa penggunaan terbinafine 250 mg sehari selama 2-4 minggu, itraconazole 200 mg
sehari selama seminggu, dan fluconazole 150-300 mg seminggu selama 4-6 minggu
tercapai. Regimen yang aman dan efektif untuk anak-anak termasuk terbinafine 3–6
dapat diberikan pada kasus-kasus yang resisten pada griseovulfin dengan dosis 200 mg/
hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan
kontraindikasi pada penderita kelainan hepar.8 Pada kasus ini diberikan terapi topikal
berupa ketoconazole cream sebagai antijamur dan asam salisilat 2% diberikan selama
14 hari. Terapi oral juga diberikan berupa ketoconazole 200 mg/hari selama 14 hari
dan cetirizine 10 mg/hari selama 10 hari sebagai antipruritus karena pasien mengeluh
gatal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketoconazole dapat
12
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien yaitu faktor-faktor yang perlu
dihindari atau dihilangkan untuk mencegah terjadi tinea korporis antara lain:
menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing atau kontak
dengan penderita lain, menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya di kuku atau
di kaki, meningkatkan higienitas dan mengatasi faktor predisposisi lain seperti diabetes
mellitus, kelianan endokrin yang lain, leukimia harus terkontrol dengan baik. Juga
beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada tinea korporis harus dihindari
atau dihilangkan antara lain: temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan,
pakaian dari bahan karet atau nilon, kegiatan yang banyak berhubungan dengan air,
misalnya berenang, kegemukan, selain faktor kelembaban, gesekan kronis dan keringat
yang berlebihan disertai higienitas yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi jamur.1
sistem kekebalan tubuh, dan perilaku keseharian penderita. Tinea korporis merupakan
salah satu penyakit kulit yang menular dan bisa mengenai anggota keluarga lain yang
tinggal satu rumah dengan penderita.5 Anak-anak dan remaja muda paling rentan
dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna. Tinea korporis mempunyai
prognosa baik dengan pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit
13
BAB IV
KESIMPULAN
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi
inflamasi maupun non inflamasi pada glabrous skin (kulit yang tidak berambut) seperti
muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Angka kejadian yang tinggi didapatkan
pada daerah tropis, terjadi pada hampir semua usia dan umumnya pada pekerjaan yang
berhubungan dengan hewan. Dapat menular melalui kontak langsung dan tidak
langsung. Gejala yang khas adanya central healing, dengan bagian tepi terliat meninggi
dan biasanya lebih aktif. Rasa gatal juga dirasakan bertambah saat penderita
berkeringat.
dengan sediaan langsung dengan KOH 10-20% untuk menegakkan diagnosis, karena
ada beberapa penyakit kulit yang dapat mengaburkan tinea korporis. Pengobatan dapat
diberikan melalui topikal dan sistemik, tergantung lokasi dari lesi yang ditimbulkan.
Pencegahan dilakukan mulai dari gaya berbusana, kebersihan penderita dan juga gaya
hidup penderita. Prognosis tinea korporis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab
penyakitnya, umumnya tinea korporis dapat hilang dengan sempurna dan dengan
14
DAFTAR PUSTAKA
3. Bolognia Jean L, Jorizzo Joseph L, et al. Dermatology. Third ed. United State:
5. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew‟s Diseases of the Skin: Clinical
Medicine 8th edition Volume one. Mc Graw Hill Medical. United States of
America. 2012.
15
8. Linuwih, Sri. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Fakultas
2007.
Text Fifth Edition. Churchill Living Stone Elsevier. United Kingdom. 2012.
12. El-Gohary M, van Zuuren EJ, et al. Topical antifungal treatments for tinea
16
LAMPIRAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : IRT
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien pada tanggal 7 juli 2017 di BP
kulit,
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke BP Kulit dengan keluhan gatal pada
paha kiri sebelah luar yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya keluhan
dirasakan muncul pertama kali di perut sebelah kiri yang sangat gatal yang dirasakan
memberat saat berkeringat atau lembab. Riwayat demam disangkal.. Riwayat keluarga
disangkal, riwayat gigitan serangga (-). Pasien sudah pernah berobat di puskesmas dan
diberikan salep namun tidak sembuh, malah lesi kulitnya semakin membesar.
17
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Pasien
Keadaan Umum
Sakit : Ringan
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Baik
Tanda Vital
Kepala
2. Status Dermatologi
Efloresensi : plak bulat eritema berbatas tegas dengan vesikel dan papul di
tepi yang disertai erosi, skuama dan krusta.
18