Refarat POLINDES
Refarat POLINDES
PENYUSUN:
Nur Alfia Kusumaningsih, S.Ked
K1A1 15 096
PEMBIMBING:
dr. H. Hamzah, M.Kes.
Mengetahui,
Pembimbing
TINJAUAN PSUTAKA
A. Pengertian Polindes
Polindes adalah suatu tempat yang didirikan oelh amsyarakat atas dasar
musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan kesehatan masyarakat
desa, untuk memberikan pelayanan KIA dan KB (Sunarto, 2005). Program
pengadaan pondok bersalin di pedesaan merupakan bagian dari kerangka
kerja pembangunan kesehatan masyarakat oleh departemen kesehatan. Secara
institusi polindes merupakan representasi dari sistim medis modern yang
bertemu dengan sistim medis lokal milik masyarakat tradisional (Yunarti,
2003).
Untuk membantu masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
dibentuklah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM dibentuk
atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh dari, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
Sejalan dengan penempatan bidan di desa, masyarakat desa berpartisipasi dalam
penyediaan dan pengembangan Pondok Bersalin Desa (Polindes). Adanya Polindes
menyebabkan masyarakat memiliki aksesibilitas yang lebih baik terhadap pelayanan
kebidanan dasar, persalinan, pelayanan ibu nifas, serta pelayanan kesehatan bagi bayi
baru lahir, bayi dan anak pra-sekolah.
B. Tujuan Polindes
Tujuan Pondok bersalin desa adalah :
1. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk
pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
2. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
3. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
4. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan
bidan.
C. Fungsi Polindes
Adapun fungsi polindes adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
2. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatana pembinaan, penyuluhan dan
konseling KIA.
3. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
D. Persyaratan Polindes
1. Tersedianya bidan didesa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
G. Indikator Polindes
1. Fisik
Indikator polindes yaitu pertama dilihat dari fisik, bangunan polindes
tampak bersih, tidak ada sampah berserakan, lingkungan yang sehat,
polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan yang cukup untuk
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruanagan untuk
pertolongan persaliana n ,tempat yang bersih denga aliran udara/ventilasi
yang baik dan terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang
memadai untuk pelaksanaan pelayanan.
2. Tempat tinggal bidan didesa
Keberdaan bidan secara terus menerus/menetap menentukan
efektivitas pelayanan, termasuk efektifitas polindes, jarak tempat tinggal
bidan yang menetap didesa dengan polindes akan berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan dipolindes, bidan yang tidak tinggal didesa dianggap
tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan didesa.
3. Pengelolaan polindes
Pengeloaan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan
sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan
polindes yang baik adalah keterlibatan masarakat melalui wadah
kemudian dalam menentukan tariff pelayanan maka tariff yang ditetapkan
secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan
sekaligus dapat memuaskan semua pihak.
4. Cakupan persalinan
Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu mata
rantai upaya peningkatan keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan
persalinan dipengaruhi banyak factor, diantaranya ketersediaan sumber
dana kesehatan, termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta tenaga
profesionalnya yaitu bidan didesa, dihitung secara komulatif selama
setahun, meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong dipolindes
selain berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus
mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri, baik didalam kemampuan
teknis medis maupun didalam menjalin hubungan dengan masyarakat.
5. Sarana air bersih
Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang
dilengkapi dengan MCK, tersedianya sumber air(sumur,pompa,PDAM )
dan dilengkapi pula dengan SPAL
6. Kemitraan bidan dan dukun
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan
persalinan dipolindes, dihitung secara komulatif selama setahun.
7. Dana sehat
Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang
pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagi jenis upaya
kesehatn bersumber daya masyarakat setempat untuk itu perlu
dikembangkan keseluruh wilayah/kelompok sehingga semua penduduk
terliput dana sehat.
8. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang
bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara
serta melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi yang
bersifat praktis dengan keberadaan polindes beserta bidan ditengah-tengah
masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi anatara bidan dan
masyarakat. Interksi dengan intensitas dan frekuensi yang cukup tinggi
akan dapat mengatasi kesenjangan informasi kesehatan. Semakin sering
bidan menjalankan KIE akan semakin mendorong masyarakat untuk
meningkatakan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja didalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil. KIE untuk kelompok sasaran
seharusnya dilakukan minimal sekali setiap bulannya dihitung secara
komulatif selama setahun.
H. Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Pemanfaatan Polindes
Pemanfaatan polindes dan bidan di desa dalam pelayanan KIA di
daerah terpencil sampai saat ini masih sangat rendah yang disebabkan oleh
keadaan geografis dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk mencari
pelayanan kebidanan yang profesional yang memberikan kontribusi pada
tingginya kematian ibu bersalin. Sedangkan utilisasi Posyandu sebagai unit
pelayanan dasar untuk memantau perkembangan balita dan ibu hamil di
masyarakat perlu dilihat ditingkat desa dan kota. Utilisasi Posyandu tidak
terlepas dari faktor perorangan dan faktor lingkungan sehingga harus
dicarikan pemecahan permasalahannya untuk mendukung progam kesehatan
untuk semua. Melalui Riskesdas 2007 telah dikumpulkan data tentang
pemanfaatan polindes dan posyandu, diharapkan melalui analisis lanjut dapat
menjawab faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi polindes dan posyandu
(Sugiharti & Lestary, 2011).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM (usaha kesehatan bagi
masyarakat) yang didirikan masarakat oleh masyarakat atas dasar
musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk
memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai
dengan kemampuan bidan. Pengembangan pelayanan kesehatan diposyandu
meliputi :KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare
mempunyai konstribusi terhadap penurunan AKB dan anak balita. Adapun
yang menjadi unsur-unsur polindes yaitu adanya bidan didesa, bangunan atau
ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana, serta adanya
partisipasi masyarakat.Yang harus dilakukan oleh bidan dipolindes yaitu
membangun kemitraan dengan masyarakat/tokoh masyarakat dan dukun bayi,
meningkatkan profesionalisme, memobilisasi pendanaan masyarakat dalam
bentuk tabungan ibu bersalin, mendorong kemandirian masyarakat dalam
bidang kesehatan.
B. Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan dengan adanya Pondok Bersalin
Desa (POLINDES) dapat melaksanakan upaya peningkatan kinerja dan
kemampuan pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan melibatkan peran serta
masyarakat sehingga timbulnya kemandirian dan kesadaran dari setiap
masyarakat untuk berkehidupan yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA