Proyek Pembangunan Gedung Parkir PDF
Proyek Pembangunan Gedung Parkir PDF
oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai karunia dan rahmat yang
telah diberikan sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan.
Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah spesial yang harus dilaksanakan
untuk mencapai gelar sarjana teknik pada Departemen Sipil FTUI. Tujuan mata kuliah ini
adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam proyek konstruksi secara
utuh diluar pemahaman teoritis di dalam kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka
laporan kerja praktek ini dibuat.
Penulis menyadari laporan kerja praktik ini masih ada berbagai kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar
penulisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kerja praktek dengan judul :
yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang kami ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari laporan kerja praktek yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mendapat gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia
maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Sipil
Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan disetujui untuk diajukan dalam sidang kerja
praktik.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
v
BAB IV METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN ........................................................ 41
vi
BAB IX MANAJEMEN KUALITAS ....................................................................................... 124
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.7.2 Foto waterstop
Gambar 4.7.3 Detail Bekisting Balok Dengan Tie Rod
Gambar 4.7.4 Detail Bekisting Balok Tanpa Tie Rod
Gambar 4.7.5 Scaffolding menahan balok yang baru dicor
Gambar 4.7.6 Pemasangan pelat precast
Gambar 4.7.7 Posisi Core Wall
Gambar 4.7.8 Denah Posisi Tangga
Gambar 4.7.9 Bekisting Tangga
Gambar 4.7.10 Tulangan tangga
Gambar 4.7.11 Bekisting anak tangga
Gambar 4.7.12 Posisi Ramp Lantai Dasar
Gambar 4.7.1 Posisi ramp Lantai Tipikal
Gambar 4.7.2 Bekisting ramp
Gambar 4.7.3 Penyimpanan besi tulangan
Gambar 4.7.4 Proses pembengkokan besi
Gambar 4.7.5 Proses penyusunan besi
Gambar 4.7.6 Pemasangan besi tulangan pelat lantai
Gambar 4.7.7 Pekerja menyusunan tulangan kolom
Gambar 4.7.8 Proses pekerjaan tulangan pada dinding geser
Gambar 4.7.9 Flow chart Pekerjaan pengecoran
Gambar 4.7.10 Beton segar diletakkan pada pelat yang telah diberikan tulangan
Gambar 4.7.11 Pekerja memadatkan beton segar dengan menggunakan vibrator
Gambar 4.7.12 Pekerja memberikan mortar utama pada pelat
Gambar 4.7.13 Proses finishing pengecoran pelat
Gambar 4.7.14 Blok Diagram Pemadam Kebakaran
Gambar 4.7.15 Skematik Diagram Air Bersih
Gambar 4.7.16 Blok Diagram Air Bersih
Gambar 4.7.17 Skematik Diagram Air Kotor
Gambar 4.7.18 Blok Diagram Air Kotor
Gambar 4.7.19 Pemasangan Chiller dan Pompa
Gambar 4.7.20 Skema Pemasangan Chiller dan Pompa
Gambar 4.7.21 Pemasangan Pipa Regrigerant
Gambar 4.7.22 Blok Diagram Tata Udara
Gambar 4.7.23 Metode Pemasangan Kabel Intalasi Indoor
Gambar 4.7.24 Pemasangan Saklar dan Stop Kontak
ix
Gambar 5.5.1 Kurva S Proyek Gedung Kejaksaan Agung
Gambar 5.5.2 Master Schedule
Gambar 8.1.1 Safety talk wajib diikuti setiap pekerja
Gambar 8.2.1 Papan slogan dan peraturan di lokasi proyek
Gambar 9.2.1 Standar Operasi QC
Gambar 9.3.1 Prosedur Slump Test
Gambar 9.3.2 Uji test slump beton
Gambar 9.3.3 Sampel beton yang akan dites tekan
Gambar 9.3.4 Pengukuran suhu beton
Gambar 9.3.5 Slump Test
Gambar 10.1.1 Diagram masalah klaim
Gambar 12.2.1 Kondisi as-8
Gambar 12.2.2 Balok terputus di as-7
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
10. Supplier Bekisting : PT. Supradjaya
PT. PCH
11. Peruntukan
Basement – lantai 6 : Parkir motor (355) , bis, dan mobil (347)
Lantai 7 : Ruang tahanan
Lantai 8 : Kantor KBPA, food court, ruang fitness, ruang
spa, dan ruang locker.
Lantai 9 (service) : Lapangan badminton dan tenis
12. Jenis Kontrak : Lumpsum Fixed Price
13. Nilai Kontrak (NK) : Rp 48.638.000.000,00
14. Cara Pembayaran : Monthly Payment
15. Uang Muka : 20%
16. Retensi : 5%
17. Lama Pelaksanaan: 210 hari kalender (21 April 2010 – 16 November
2010)
18. Masa Pemeliharaan : 180 hari kalender
19. Sumber Dana : APBN
20. Denda Keterlambatan
Pekerjaan : 10/00 (per seribu) dari harga kontrak atau bagian
kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
1.3.2. Data Fisik Proyek
No. Lantai
1. Basement
2. Semi Basement
3. Lantai 1
4. Lantai 2
5. Lantai 3
6. Lantai 4
7. Lantai 5
8. Lantai 6
9. Lantai 7
10.. Lantai 8
11.. Lantai 9 (service)
2
Gambar 1.3.1 Ilustrasi Proyek
3
Gambar 1.4.1 Lokasi proyek
4
Lantai Atas : Ruang PM, ruang administrasi, ruang engineering, dan
ruang pelaksana
Lantai Bawah : Ruang safety, ruang uitzet, ruang rapat, mushola, ruang
makan, dapur, dan toilet (2 unit)
b. Keet MK
c. Gudang logistik dan gudang peralatan
d. Pos jaga satpam
2. Tempat stock mekanikal
a. Stock besi
b. Stock kayu
c. Stock wiremesh
d. Pabrikasi
3. Alat penunjang
a. Generator set (Genset)
b. Towercrane (Radius 50 meter)
4. Fasilitas lainnya
a. Area parkir
b. Pompa air
c. Bedeng pekerja
d. Warung pekerja
5
v. Lantai Basement s/d Lt Dasar :
a. Waterproofing Integral
b. Waterproofing Coating
c. Retaining Wall
b. Pekerjaan arsitektur
i. Lantai Basement s/d Lt 6 B :
1. Pasangan Dinding
2. Plester Aci
3. Finish Beton
4. Railing Tangga
5. Plafond
6. Screed Lantai
7. Kansteen
8. Siku Kolom
9. Alur Ramp
10. Coring dan Grouting Instalasi ME
11. Koef Lampu
c. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
Lantai Basement s/d Lt 6B :
1. Pemadam Kebakaran
2. Plumbing
3. Tata Udara
4. Listrik
5. Elektronik
6
1.8. Deliverables
Deliverables dari proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Gedung parkir
b. As-built drawing
c. Maintenance Guarantee
d. Close out report
7
BAB X : MANAJEMEN KLAIM
BAB XI : MANAJEMEN KOMUNIKASI
BAB XII : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
BAB XIII : HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK
BAB XIV : KESIMPULAN DAN SARAN
8
BAB II
MANAJEMEN RUANG LINGKUP
(SCOPE MANAGEMENT)
Ruang lingkup proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11
lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini didasarkan pada rencana kerja dan
syarat-syarat serta dokumen kontrak yang telah ditandatangani.
2.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang berisi
tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa pada Buku A,
dengan ketentuan sebagai berikut
1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor untuk
menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan, penyampaian,
pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa.
2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk
hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila
terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasa
harus mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentangan
pengertian.
3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas
instruksi kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket
pekerjaan yang akan dikerjakan.
Buku A terdiri dari beberapa bab, Bab I umum, yang berisi tentang hal-hal
umum terkait lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan penyedia jasa, satu
penawaran, biaya penawaran, penjelasan dokumen, dan peninjauan lapangan. Di
samping itu terdapat dokumen lelang dan penyiapan penawaran (bahasa, dokumen,
harga, mata uang dan cara pembayaran, masa berlaku, jaminan, penawaran alternatif
dan rabat, bentuk dan penandaan penawaran) serta penyampaian penawaran,
pembukaan penawaran dan evaluasi serta ketentuan yang mengatur pemenang lelang
Bab II Data Proyek berisi tentang Lingkup pekerjaan, sumber dana, penjelasan
dokumen lelang, mata uang penawaran dan cara pembayaran, masa berlakunya
penawaran, jaminan penawaran, penawaran alternatif dan rabat, sampul dan tanda
penawaran, batas akhir waktu penyampaian penawaran, pembukaan penawaran,
evaluasi penawaran, penunjukan penyedia jasa, jaminan pelaksaaan, juru penengah.
9
Bab III berisi tentang bentuk surat penawaran, lampiran, surat penunjukan dan
surat perjanjian yang meliputi surat-surat berikut ini :
a. surat penawaran (dok. Administrasi)
b. surat penawaran (dok. Usulan biaya)
c. perjanjian kemitraan untuk kerja sama operasi (kso)
d. surat kuasa
e. surat penunjukan penyedia jasa
f. surat perjanjian
Bab IV mengatur tentang syarat-syarat umum kontrak berisi tentang definisi,
penerapan, asal jasa, penggunaan dokumen, kontrak dan informasi, hak paten, hak
cipta dan merek, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, harga dan sumber
dana, wewenang dan keputusan pengguna jasa, direksi teknis dan panitia peneliti
pelaksanaan kontrak,dll.
Bab V syarat-syarat khusus dan umum kontrak. Ketentuan umum berisi
tentang definisi, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadual
pelaksanaan, penggunaan penyedia jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil,
penyelesaian perselisihan, penyesuaian harga, denda dan ganti rugi, gambar
pelaksanaan, kegagalan bangunan. Ketentuan khusus berisi tentang kompensasi,
pedoman pengoperasian dan pemeliharaan, disamping itu terdapat pula bentuk-bentuk
jaminan
a. Bentuk jaminan penawaran (jaminan bank)
b. Bentuk jaminan penawaran (surety bond)
c. Bentuk jaminan pelaksanaan (jaminan bank)
d. Bentuk jaminan pelaksanaan (surety bond)
e. Bentuk jaminan uang muka (jaminan bank)
f. Bentuk jaminan uang muka (surety bond)
g. Bentuk jaminan pemeliharaan (jaminan bank)
h. Bentuk jaminan pemeliharaan (surety bond)
Disamping itu RKS juga berisi syarat-syarat teknis khusus pelaksanaan dan
pekerjaan seperti arsitektur, mekanikal dan elektrikal di dalam buku B.
10
2.2. Kontrak Kerja
2.2.1. Pelelangan
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung
bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini,
owner terlebih dahulu melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang terlibat
dan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam rangka pelaksanaan
pembangunan proyek. Sistem pemilihan tersebut dilakukan dengan cara
pelelangan.
Pada umumnya, proses pelelangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain:
a. Pelelangan Umum
Pelelangan umum merupakan jenis pelelangan yang sifatnya terbuka untuk
seluruh pihak dalam melakukan penawaran sesuai ketentuan yang berlaku.
Sistem pelelangan ini biasanya diumumkan melalui media cetak atau media
elektronika.
b. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas merupakan jenis pelelangan yang hanya memberikan
kesempatan pada pihak-pihak tertentu yang berkualitas dan bonafit, dalam arti
telah terpilih untuk memasukkan penawaran.
c. Penunjukan Langsung
Penunjukan langsung merupakan pelelangan dengan sistem penunjukan
langsung oleh rekanan owner, dimana penunjukan ini hanya berlaku pada satu
pihak yang memenuhi klasifikasi dan prestasi sebagai pihak yang akan
melaksanakan suatu proyek yang ditawarkan.
Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung
bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA,
pelelangan dilakukan dengan cara penunjukan langsung.
11
Kontrak dibuat setelah pemberi tugas (owner) menetapkan/menunjuk
pemenang pelelangan. Penetapan pemenang pelelangan dilaksanakan dengan
cara mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan/surat perintah kerja atau Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara
owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian
yang diatur dalam dokumen kontrak.
Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari:
Surat perjanjian
Surat penunjukan penyedia jasa
Surat penawaran
Adendum dokumen lelang
Syarat-syarat khusus kontrak
Syarat-syarat umum kontrak
Spesifikasi teknis
Gambar-gambar
Daftar kuantitas dan harga
Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak
Perjanjian yang terdapat dalam dokumen kontrak beserta dengan
lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya.
2.2.3. Jenis Kontrak
Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu
perjanjian atau persetujuan bersama secarala sukarela, tanpa ada unsur paksaan
yang mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik
proyek atau yang mewakilinya dengan kontraktor sebagai pelaksana proyek.
1. Fixed Lump Sum Contract (kontrak dengan harga tetap)
Fixed Lump Sum Contract yaitu suatu kontrak pengadaan
barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas
waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan
demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian
kontrak tersebut, sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem
kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan
contoh yang jelas atau untuk jenis borongan yang perhitungan
12
volumenya untuk masing – masing unsur / jenis pekerjaan sudah dapat
diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi
teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total
penawaran harga. Bila diperlukan daftar volume dan harga (bill of
quantities) dapat dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak
mengikat dalam kontak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan
untuk melakukan pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan
berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak
yang bersangkutan.
2. Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan)
Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan) adalah kontrak
pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan
tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,
sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada hasil pengukuran
bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan
oleh pemborong. Dengan demikian, pekerjaan tambah / kurang
dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan
yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak dengan cara ini
adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang
tinggi diperlukan survey dan penelitian yang sangat mendalam, detail,
sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga biayanya yang
sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah dalam
pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan harus
segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya
seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan sistem
lump sum.
3. Sistem Turn Key Contract
Sistem Turn Key Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa
pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas
waktu tertentu dengan jumlah harga tertentu sampai konstruksi barang
dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik
sesuai dengan criteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontraktor
melaksanakan seluruh jenis pekerjaan meliputi: survey lokasi, desain,
13
membuat / menyediakan mesin – mesin, alat – alat, mengangkut ke
lokasi, memasang, mengawasi, mengadakan uji coba pengoperasian,
pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini lebih
tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industry jadi, yang
hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan kepentingan
untuk alih teknologi selanjutnya.
4. Sistem Cost Plus fee Contract
Sistem Cost Plus Fee Contract yaitu kontrak pengadaan barang /
jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu, dimana jenis – jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui
dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan
pengeluaran yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah
pekerja dan lain – lain ditambah fee yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak (misalnya 10% dari jumlah biaya) yang telah dikeluarkan
oleh pemborong. Dalam sistem kontrak tersebut, pemilik pekerjaan
benar – benar hanya dan harus membayar sesuai bukti – bukti yang
dikeluarkan kontraktor untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut.
5. Kontrak Owner Builder
Merupakan jenis kontrak yang pemiliknya sekaligus sebagai
kontraktor, sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan kekuatan
sendiri atau dengan mensubkan pekerjaan tertentu pada subkontraktor.
6. Kontrak Design and Building
Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan
spesifikasi dan luas lahan. Setelah itu kontraktor merancang dan
mengerjakannya. Pada sistem ini perusahaan bertanggung jawab penuh
baik desain ataupun konstruksinya. Pembayarannya dilakukan pada saat
proyek sudah selesai dan owner hanya hanya tinggal menggunakan.
Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung
bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA yang
sedang dibangun ini, sistem kontrak yang digunakan adalah lumpsump fixed
price.
14
2.3. Work Breakdown Structure
Lingkup pekerjaan menginformasikan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dikerjakan pada gedung tersebut. Penjelasan lingkup sebagai bahan mengenai metode
apa saja yang harus dibuat dan bahan pembuatan schedule pelaksanaan.
Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi metode pelaksanaan secara umum.
Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi besaran dari pekerjaan. Penataan site plan
juga memperhatikan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan dalam rangka
perencanaan lokasi material dan alat transportasinya. Di samping itu, pemahaman
lingkup pekerjaan sangat mempengaruhi schedule pelaksanaan. Lingkup pekerjaan
akan mempengaruhi tidak saja durasi pelaksanaan, tapi juga urutan pelaksanaan dari
kondisi ketergantungan antar pekerjaan (keterkaitan antar kegiatan). Rincian lingkup
pekerjaan ini disebut sebagai Work Break down structure (WBS).
Lingkup pekerjaan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan umum
pekerjaan pelaksanaan gedung yang kemudian dapat di-breakdown lebih lanjut, yaitu :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan struktur
3. Pekerjaan Arsitektur
4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
5. Pekerjaan Landscape / pekerjaan luar
2.3.1. Pekerjaan Persiapan
Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur
sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan
metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan
peralatan untuk pekerjaan pembersihan lapangan, pembuatan instalasi
pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan galian tanah).
Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan
dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan dikeluarkan dari lapangan.
Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien.
Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya
agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama dapat
dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan pekerjaan.
Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk
keet kontraktor, los kerja, dan gudang, PT. PP (Persero), Tbk telah memiliki
design khusus yang praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan
tersebut harus memperhatikan aspek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi
15
efektif dan efisien. Foto dan gambar disain dari bangunan temporary facility
tersebut disampaikan pada bagian Site Plan.
16
siteworks), dikerjakan sebelum dan atau selama pekerjaan struktur dimulai
yaitu:
1. Pekerjaan Dewatering (jika diperlukan)
2. Pekerjaan tanah
3. Pekerjaan dinding penahan tanah sementara (jika ada dan diperlukan)
4. Pekerjaan ground anchor (jika ada dan diperlukan)
5. Pekerjaan strutting (jika ada dan diperlukan)
Metode pelaksanaan pekerjaan struktur terdiri atas banyak macam.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Metode konvensional
2. Metode precast
3. Metode Topdown
4. Metode Semi Top Down
Pemilihan metode sangat tergantung atas kondisi proyek yang akan
dikerjakan. Dapat dimungkinkan untuk melakukan kombinasi atas beberapa
metode pelaksanaan pekerjaan struktur di atas dan selanjutnya akan dibahas di
Bab IV Metode Konstruksi dan Peralatan.
Banyaknya keterkaitan antara suatu pekerjaan struktur dengan
pekerjaan struktur yang lain dan antara pekerjaan struktur dengan pekerjaan
arsitektur maupun Mekanikal dan Elektrikal, menuntut perencanaan dan
pelaksanaan yang baik. Suatu pekerjaan struktur tersebut harus dikerjakan
berdasarkan urutan yang benar dan dihubungkan dengan pekerjaan struktur lain
juga dengan benar. Setiap pekerjaan struktur dapat dibuat WBS berdasarkan
elemen dan urutan pekerjaannya.
17
2. Pekerjaan plesteran, aci, dan keramik dinding (finishing dinding)
3. Pekerjaan finishing lantai (keramik, marmer, granit, floor hardener,
karpet, dll)
4. Pekerjaan plafond (gypsum, accoustic, kayu, exposed, dll)
5. Pekerjaan Kusen pintu kayu, pintu besi, pintu dan jendela aluminium
6. Pekerjaan Cat
7. Pekerjaan Railling (railling tangga, railling void, railling balkon, dll)
8. Pekerjaan cubicle (toilet)
9. Pekerjaan Sanitari
10. Pekerjaan aksesoris lain
18
2. Pekerjaan Instalasi telepon
3. Pekerjaan sound system
4. Pekerjaan CCTV
5. Pekerjaan Master Clock
6. Pekerjaan radio Komunikasi
7. Pekerjaan fire fighting
8. Pekerjaan AC central dan split
9. Pekerjaan instalasi air bersih
10. Pekerjaan instalasi air kotor
11. Pekerjaan sanitary
12. Instalasi listrik
13. Pekerjaan panel dan genset
19
2.3.5. PEKERJAAN LANDSCAPE
Pekerjaan landscape pada dasarnya merupakan pekerjaan finishing area
halaman atau luar dari gedung. Pekerjaan ini terbagi dua kelompok yaitu
pekerjaan hardscape dan softscape. Penjelasan lebih rinci mengenai pekerjaan
ini dapat dilihat dalam detil metode pekerjaan landscape.
20
wewenang masing – masing pihak yang terlibat, sehingga pelaksanaan proyek dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan yang
telah dilakukan.
2.4.1. Stakeholder
Adapun unsur – unsur yang terlibat di dalam proyek pembangunan
tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana
olahraga, dan kantor KBPA ini, antara lain:
1. Owner (Pemberi Tugas)
Pemberi tugas (owner) adalah pihak yan mempunyai dana dan
ingin mendirikan suatu bangunan dengan menggunakan dana yang
dimiliknya tersebut. Adapaun pelaksanaan dari tujuan tersebut dapat
dilakukan sendiri atau dapat meminta pihak lain untuk
melaksanakannya sesuai dengan diinginkan dengan pertimbangan
tertentu.
Pemberi tugas dapat berupa perseorangan, badan, instansi,
maupun lembaga baik pemerintah maupun swasta. Pada proyek
pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai)
untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak
selaku pemberi tugas (owner) adalah Kejaksaan Agung RI.
Tugas dan wewenang dari pemberi tugas (owner), meliputi:
Menyediakan dana pembangunan proyek
Mengadakan pembebasan tanah
Mengusahakan izin yang diperlukan untuk pembangunan proyek
konstruksi tersebut (IMB)
Mengadakan pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan sesuai dengan kontrak
Melakukan pemilihan konsultan dan kontraktor dengan pelelangan
maupun penunjukan langsung serta mengadakan perjanjian dengan
mereka (kontrak)
Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan (tambahan /
pengurangan pekerjaan)
Memberikan keputusan dan instruksi yang berkaitan pada perubahan
pekerjaan, waktu, dan biaya.
21
Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat
memantau perkembangan proyek.
Menghadiri rapat – rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat
memantau perkembangan proyek
22
Melakukan proses penelitian dan pemeriksaan terhadap hasil-hasil
pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor di lapangan,
baik dari segi waktu, mutu, dan biaya.
Memberikan peringatan dan pengarahan kepada kontraktor jika terdapat
penyimpangan teknis, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS) dalam
proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Meminta penjelasan kepada kontraktor sehubungan rencana pekerjaan
ataupun hasil-hasilnya demi kepastian pelaksanaan proyek.
Menilai dan mensyahkan surat-surat berita acara laju pelaksanaan dan
perkembangan (kemajuan) pekerjaan, berita acara penyerahan
pekerjaan.
3. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang bergerak dalam bidang
jasa, yang memiliki kemampuan untuk merancang, merencanakan atau
memberikan konsultasi kepada pemilik bangunan sehingga tercipta
suatu rancangan yang sesuai dengan keinginan pemilik. Konsultan
perencana dapat berupa perseorangan atau perseroan yang berbadan
hukum.
Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung
bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor
KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan perencana adalah PT.
Adhika Karsa Pratama. Konsultan perencana ini dibagi menjadi
konsultan arsitektur dan konsultan struktur. Tugas dan wewenang dari
konsultan arsitektur :
Membuat rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari owner.
Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada owner mengenai
rancangan yang akan dibuat.
Membuat gambar rancangan yang telah disepakati dengan sedetail
mungki.
Sedangkan tugas dan wewenang dari konsultan struktur yaitu:
Memberikan konsultasi kepada konsultan arsitektur saat perencanaan
mengenai kekuatan konstruksi yang mungkin dapat diterapkan.
Memberikan masukan dan usulan mengenai konstruksi pendukung
bangunan (pondasi) terhadap kondisi tanah setempat.
23
Membuat revisi atas perencanaan sebelumnya jika ada yang tidak sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas
maupun pelaksana proyek tentang pelaksanaan pekerjaan.
Menghadiri rapat-rapat teknis dan koordinasi agar bila ada perubahan-
perubahan bisa cepat diketahui dan diantisipasi.
4. Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang menerima pekerjaan bangunan
menurut biaya yang telah disepakati dan melaksanakannya sesuai
dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang
telah ditetapkan.
Kontraktor berupa perseroan yang berbadan hukum atau badan
hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan.
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung
bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor
KBPA ini, yang bertindak selaku kontraktor adalah PT. Pembangunan
Perumahan (Persero). Tugas dan wewenang dari kontraktor meliputi:
Menyiapkan sumber daya manusia dari tenaga ahli sampai dengan
mandor-mandor dan pekerja-pekerja dalam berbagai bidang pekerjaan.
Mempelajari gambar kerja dengan seksama dan melaporkan kepada
pengawas setiap ada perubahan.
Menyediakan alat-alat yang dipergunakan, memperbaikinya apabila
rusak dan jika pekerjaan telah selesai wajib menyingkirkan alat-alat
tersebut dan membersihkan bekas-bekasnya.
Menyusun dan memperhitungkan keperluan dana untuk membiayai
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan.
Memperhitungkan syarat dan ketentuan dalam kontrak tentang bentuk,
volume, mutu, dimensi dan lain-lainnya dari bagian-bagian pekerjaan.
Memilih dan menetapkan metode pelaksanaan konstruksi (MPK) yang
akan dipakai.
Menyiapkan cash flow untuk pembiayaan pelaksanaan pekerjaan dan
rencana-rencana pendanaan (funding plan) serta sistem pengendalian
internal, baik bagiaspek keuangan maupun bagi operasional
pengendalian waktu dan mutu.
Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.
24
2.4.2. Struktur Organisasi Proyek
Penjelasan masing-masing bagian struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing divisi akan diberikan pada
Bab X mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia
25
BAB III
PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA
(SITE PLAN MANAGEMENT)
3.1. PENDAHULUAN
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu pekerjaan konstruksi, pekerjaan
yang pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini,
baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan
airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara umum
tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada masing-
masing proyek yang akan dikerjakan.
Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu
proyek konstruksi dan pada saat tender. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup
segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut.
Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, antara lain:
1. Perencanaan site plan
2. Perhitungan kebutuhan Sumber daya (listrik dan air)
3. Pembuatan shop drawing
4. Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan
5. Mobilisasi peralatan
6. Pelaksanaan di lapangan
26
8. Lokasi pembuatan komponen precast (jika ada)
9. Cleaning pit
10. Pos jaga
11. Toilet
12. Parkir
13. Instalasi air bersih
14. Instalasi air kotor
15. Instalasi Listrik
Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan
secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan
disesuaikan dengan disain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas
dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan.
Namun demikian yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan
sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat
sementara dan nantinya dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai dan
dikembalikan ke gudang peralatan kontraktor. Adapun kondisi lahan terhadap tapak
gedung yang akan dibangun disajikan pada gambar site plan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lay out fasilitas dan
sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:
1. Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek
yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pelaksanaan proyek. Kecuali jika lahan terlalu sempit dan atau telah
tersedia lahan area gedung (biasanya struktur basement) untuk dapat
ditempati.
2. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton
dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya,
sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.
3. Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca,
seperti: semen maupun material finishing lainnya dalam gudang
tertutup.
4. Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi strategis,
agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan tetap
memperhatikan aspek kemudahan erection dan dismantling. Di
27
samping itu perlu juga untuk memperhatikan area lingkungan sekitar
yang terlewati oleh jib TC.
5. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar
agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material
maupun manuver alat-alat berat.
6. Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
7. Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi
seluruh kegiatan proyek.
8. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika,
namun tetap efisien.
9. Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh
dari lokasi proyek.
Berdasarkan kondisi site yang akan terjadi karena penyelesaian tahap
pekerjaan, maka site plan dapat dibuat dalam beberapa kondisi yaitu:
1. Kondisi pekerjaan substructure (struktur bawah)
2. Kondisi pekerjaan upperstructure
3. Kondisi pekerjaan finishing
Perencanaan site plan yang baik apabila perubahan site plan atas perubahan
kondisi site tidak terlalu banyak dan efisien. Pada saat kerja praktek, site plan proyek
sedang berada pada fase kondisi pekerjaan upperstructure
28
3.2.1. Kantor Proyek / Direksi Keet
Kantor proyek / direksi keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para
staf baik staf dari kontraktor, pengawas maupun pemilik proyek di lapangan
yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan kerja staf, ruang rapat, ruang
pimpinan, musholla, dan toilet. Besar kecilnya kantor proyek ini tergantung
pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja.
Kantor konsultan dan kontraktor menggunakan keet standar dari PT. PP
(Persero), Tbk yang dapat berupa container, Keet rakitan dari baja, maupun
temporary office yang berada di dalam basement. Hal tersebut tergantung dari
ketersediaan lahan. Secara prinsip terdapat tiga kondisi yang umum dijumpai
yaitu pada saat pekerjaan substucture, upperstructure dan finishing /
landscape. Ketiga kondisi tadi membuat kondisi lahan yang juga berbeda.
Sehingga diperlukan perencanaan terhadap ketiga kondisi tersebut dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek penting lainnya seperti efisien dan efektifitas.
Adapun lokasi kantor proyek dapat dilihat pada gambar site plan dan detil dari
desain kantor dan contoh foto pelaksanaan dapat dilihat pada gambar dibawah.
29
Gambar 3.2.3 Denah lantai kantor
30
Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat
ringan, seperti : vibrator, mesin genset portable, alat-alat pengukuran, alat-alat
pekerjaan finishing serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi
gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan kantor
proyek. Yakni dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan
berulang kali.
Gudang material dibuat dengan standar PT. PP (Persero), Tbk, terbuat
dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari
plywood dan material seng.
31
Los kerja untuk fabrikasi kayu adalah los kerja standar dari PT. PP
(Persero), Tbk yang terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan
dibongkar dengan atap terbuat dari material seng. Adapun lokasi los kerja besi
dan kayu pada pelaksanaan proyek ini dapat dilihat pada gambar siteplan dan
detil dari disain los kerja besi dan kayu dapat dilihat dalam gambar dibawah.
Gambar 3.2.5 Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement
32
pemilik sudah memasang pagar proyek. Pada kondisi ini maka pagar proyek
oleh kontraktor sudah tidak perlu dipasang lagi, kecuali apabila ditemukan
beberapa bagian dari pagar existing yang dianggap rusak dan perlu diganti.
Pintu gerbang terbuat dari pintu dengan standar dari PT. PP (Persero),
Tbk. Gerbang terbuat dari rangka baja yang dengan mudah dipasang dan
dibongkar, dengan cover dari material logam dengan penampilan standar dari
PT. PP (Persero), Tbk.
33
3.2.6. Jalan Kerja
Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas
kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alat-
alat berat seperti mobile crane, tower crane, lift barang, dan lainnya.
Membuat jalan kerja ini, harus kuat walaupun bersifat sementara. Oleh
karena itu, jalan kerja dibuat dengan suatu perkerasan berupa sirtu, aspal
maupun beton dengan mutu minimal K-250 tanpa tulangan. Pemilihan design
dari jalan kerja ini berdasarkan kondisi jalur jalan kerja. Apabila kondisi tanah
permukaan cukup keras maka perkerasan tidak perlu dilakukan. Khusus untuk
perkerasan jalan kerja berupa beton bertulang, maka metode pelaksanaan dapat
dibuat dengan konvensional maupun precast.
Pada kondisi tidak akses sama sekali, maka jalan kerja dibuat dengan
melintasi area struktur, biasanya pada struktur pelat lantai ground floor. Pada
kondisi ini, dilakukan perhitungan-perhitungan untuk memastikan kemampuan
struktur pelat lantai atas beban lalu lintas yang akan ada. Umumnya dilakukan
perkuatan dengan memasang pipe support pada struktur pelat dan balok pada
lokasi yang akan dijadikan jalur jalan kerja.
3.2.7. Penempatan Alat Berat TC, PH, lift barang dan alat ringan lainnya.
Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi atau gedung
bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk
transportasi material, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem transportasi
vertikal ini, tower crane dan lift barang marupakan alat transportasi yang sering
digunakan pada proyek pembangunan gedung bertingkat.
Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahan-
bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, dan
material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa
menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan
dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut,
juga harus memperhitungkan beban maksimum yang mampu diangkatnya.
Pada kondisi tertentu, penggunaan tower crane tidak dimungkinkan, maka
digunakan mobile crane. Dapat pula digunakan kombinasi keduanya apabila
diperlukan.
Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah
pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah
34
mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat
setempat dengan bored pile atau tiang pancang. Pondasi tower crane pada
posisi tower crane di dalam gedung, memanfaatkan pondasi gedung yang akan
dibangun. Sedangkan bracing menggunakan material baja yang diangkurkan ke
struktur bangunan yang sudah jadi pada elemen struktur kolom maupun balok
dan plat lantai.
Sementara itu, lift barang atau passanger lift merupakan alat
transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun
tenaga kerja proyek. Konstruksi lift bahan dan penumpang ini, dibuat seperti
pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift,
diperkuat dengan bracing yang diangkur pada struktur bangunan yang sudah
jadi.
Penggunaan alat-alat ringan seperti compressor, alat pengukuran,
scaffolding, pompa air dan lain-lain menyesuaikan kebutuhan proyek.
35
Gambar 3.2.10 Foto Tower Crane
36
3.2.8. Pos Jaga
Untuk pengawasan area proyek terhadap aspek keamanan, diperlukan
pos keamanan. Semua pekerja yang akan masuk dan keluar harus melewati pos
keamanan untuk diperiksa. Begitu juga dengan keluar masuk barang, harus
melapor ke pos keamanan untuk dilakukan pencatatan. Pos keamanan juga
harus mendata setiap tamu yang akan masuk dan keluar proyek.
Pos keamanan dibuat dengan elevasi lebih tinggi dari vincity untuk
pengamatan yang luas dan lebih baik.
3.2.9. Toilet
Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet. Toilet
dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya. Toilet untuk karyawan
dan konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan
konsultan ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk
pekerja diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung.
Toilet dibuat dengan finishing keramik dan kloset dengan kualitas bagus.
Tersedia juga bak air.
37
Gambar 3.2.14 Toilet direksi
38
3.2.11. Instalasi Air Bersih
Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapa
kebutuhan seperti air curing beton, perawatan beton sample test, pembersihan
ban mobil, pekerjaan finishing, dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diperlukan instalasi air bersih.
Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan
pompa. Air bersih dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih
didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas
kegiatan proyek.
39
3.2.14. Traffic Management
Adanya aktifitas masuk dan keluar proyek berupa terutama material,
memerlukan pengaturan khusus. Pengaturan tersebut dapat berupa penentuan
pintu masuk dan pintu keluar, area manuver, area loading dan unloading
material, area antrian, dan aturan-aturan lain. Pengaturan lalu-lintas tersebut
disebut traffic management.
Traffic management sangat terkait dengan lalu lintas yang ada di luar
proyek dan lalu lintas yang diperkirakan terjadi di dalam proyek. Jumlah dan
kondisi akses serta rute jalan kerja saling menentukan dalam perencanaan lalu-
lintas di dalam proyek.
Pada lokasi proyek yang cukup luas, traffic management hanya fokus
pada pengendalian lalu lintas sekitar proyek. Namun, apabila lokasi proyek
sempit, maka pengaturan lalu lintas di dalam proyek menjadi lebih penting
untuk diperhatikan.
Pada proyek ini, lokasi lahan proyek sangat sempit. Sehingga traffic
manajemen menjadi cukup penting. Pada gambar site plan ditunjukkan disain
traffic manajemen untuk proyek ini.
40
BAB IV
METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN
4.1. PENDAHULUAN
Metode konstruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek
konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu.
Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu
metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat
menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak
sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan
konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian
proyek konstruksi bersangkutan.
Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi
lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek
yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda
dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi
dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan.
Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang
disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Hal yang berpengaruh dalam
metode pelaksanaan gedung adalah :
1. Kondisi dari lokasi proyek
2. Volume pekerjaan
3. Keadaan sekitar dari lokasi proyek
4. Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan
5. Ketersediaan alat
6. Tingkat kualitas yang dibutuhkan
7. Jadwal pelaksanaan (schedule)
8. Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sember daya
41
Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal
waktu yang disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini
akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang
akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian
mutu yang harus diterapkan.
Apabila waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan
gedung tersebut, maka berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah
tertentu dibuat schedule pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan
segala kemungkinan dalam pelaksanaan gedung.
Parameter Keterangan
Elevasi tanah eksisting -2.755
Elevasi lantai paling bawah - 3.51
Elevasi Muka air tanah - 9.00
Elevasi dasar pondasi - 27.00
Elevasi dasar pile cap / mass concrete -4.00
Jumlah lantai basement (rencana) 2 lantai
Jumlah lantai gedung di atas 8 Lantai
basement (rencana)
Tinggi gedung rencana + 38.41
Kondisi tanah Tanah keras mencapai
kedalaman - 27 m
Sistem struktur Konvensional
Tabel 4.2.1 Data-data teknis umum
42
4.3. SPESIFIKASI TEKNIS
Pada bagian ini berisi resume spesifikasi teknis yang mempengaruhi metode
pelaksanaan gedung. Adapun data-data mengenai resume spesifikasi teknis pada
proyek ini disampaikan dalam tabel sebagai berikut:
Parameter Resume Spesifikasi
A. Persiapan
Luas kantor pengawas dan owner Container Uk. 3x12
Perlengkapan kantor pengawas, konsultan dan owner Meja, Kursi, Komputer,
ATK
Perlengkapan Safety pengawas, konsultan dan owner Helm, Sepatu Safety, Safety
Belt, Jas Hujan, Kaos
Tangan, Masker
B. Struktur
Mutu beton Bore Pile : f’c 20
Kandungan fly ash maksimum -
Umur bongkar bekisting balok dan pelat 21 hari
Umur bongkar bekisting kolom dan dinding 7 hari
Mutu besi beton BJTD 40 untuk D ≥ 10 mm
BJTP 24 untuk Ø < 10 mm
Syarat mass concrete -
Mutu bekisting -
C. Arsitektur -
D. M/E
Pekerjaan Mekanikal -
Pekerjaan Elektrikal -
E. Landscape
Tanaman / Pohon -
F. Standart Test Material
Mutu beton Uji Tekan
Mutu besi beton Uji Tarik
Urugan tanah -
Tabel 4.3.1 Resume Spesifikasi Teknis
43
4.5. Peralatan
Setiap kegiatan konstruksi membutuhkan alat-alat tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan untuk mendukung kegiatan di dalamnya. Alat-alat yang digunakan bisa berupa alat
berat, alat bantu, ataupun alat pendukung.
44
Crane ini digunakan untuk memindahkan benda-benda yang
sulit diangkat dengan tenaga manusia, seperti tiang pancang, besi, dan
bagian dari alat berat. Dalam proyek ini digunakan 1 jenis crane yang
digunakan yaitu kapasitas 2 ton.
Gambar 4.5.1 Sketsa posisi tower crane terhadap gedung parkir yang dibangun
45
4.5.2. Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan dalam proyek pembangunan tahap III
(lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan
kantor KBPA antara lain:
1. Bar Bender
Bar bender adalah alat untuk membengkokan baja tulangan
sesuai dengan shop drawing, seperti membuat kait, sengkang, tulangan.
Alat ini bekerja dengan menggunakan daya listrik dan memakai sistem
hidrolis.
2. Bar Cutter
Bar Cutter digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai
dengan kebutuhan pemakai. Alat ini juga bekerja dengan tenaga listrik.
Terdapat operator khusus untuk menggunakan alat ini karena sangat
berbahaya.
3. Vibrator
Alat ini digunakan untuk memadatkan beton pada saat
pengecoran sehingga memperkecil rongga-rongga udara yang ada di
dalamnya dan meratakan adukan agar menyebar ke segala arah. Alat ini
terdiri dari ujung penggetar dan kabel penghubung dengan mesin diesel.
Cara kerja alat ini adalah dengan menggetarkan ujung getar
(nail) yang dimasukkan ke dalam adonan beton hingga ke sela-sela
bekisting dan tulangan selama proses pengecoran berlangsung.
4. Alat las
Alat ini digunakan untuk menyambung atau memotong besi
tulangan yang telah terpasang. Biasanya digunakan untuk menyambung
pada sambungan perpanjangan, maupun memotong kait atau tulangan
yang terlalu panjang atau berlebihan. Jenis alat ini ada dua macam,
yaitu menggunakan tenaga listrik dan yang menggunakan bahan bakar
karbit
5. Kompresor Udara (air compressor)
Air Compressor digunakan untuk pekerjaan pembersihan,
diantaranya bekisting yang akan dicor, pembersihan permukaan beton
yang akan disambung atau permukaan pelat yang akan dipasang
keramik/lantainya
46
6. Alat ukur
Alat ini terdiri dari theodolit dan water pass serta perlengkapan
lainnya yaitu statip dan bak ukur. Alat-alat ini berfungsi untuk
menentukan as kolom, as balok, leveling lantai dan marking /
penandaan posisi.
7. Theodolith
Theodolite merupakan alat bantu dalam proyek untuk
menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai
agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan.
Cara operasionalnya adalah dengan mengatur nivo dan unting-unting di
bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan.
Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal
yang ditetapkan tadi.
8. Waterpass
Alat untuk mengecek kedataran suatu bangunan. Alat ini biasa
juga digunakan untuk mengukurn perbedaan ketinggian elevasi.
47
Gambar 4.5.4 Waterpass
9. Scaffolding
Kegunaan dari alat ini adalah sebagai penyangga
pekerjaan struktur (perancah), penyangga bekisting, membantu
pekerjaan finishing, pemasangan kabel dan lain-lain. Scaffolding juga
dapat memperkecil lendutan yang terjadi pada saat adukan beton
dituangkan ke dalam bekisting. Tinggi rendahnya scaffolding dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan
10. Concrete bucket
Concrete bucket digunakan untuk pekerjaan pengecoran.
Alat ini menyerupai corong dengan alat penutup pada bagian mulut
yang dapat dibuka tutup saat pengecoran. Alat ini dapat menampung
beton cair hingga 0,8 m3. Terdapat operator khusus yang mengatur
mulut bucket ini. Alat ini diangkut dengan tower crane saat pengecoran
pada lantai teratas.
11. Tanki air dan pompa kerja
Tangki air digunakan untuk menampung air yang
disedot oleh pipa air untuk memenuhi kebutuhan proyek
12. Trowel
Alat ini digunakan untuk meratakan lapisan lantai
setelah diberi lapisan pengeras (floor hardening) yang dalam proyek ini
menggunakan semen MU-700.
13. Dynabor
14. Bekisting Sateko
48
4.5.3. Material dan Bahan
Material dan bahan yang digunakan di proyek gedung parkir kejaksaan
agung ini adalah sebagai berikut
1. Besi Baja Tulangan
2. Baja Wide Flange
3. Semen Instan Mortar Utama MU-700
4. Integral Compound
5. Curing Compound
6. Plamir
7. Air kerja
8. Plywood
9. Oli bekisting
Gambar 4.5.5 Mortar Utama MU-700 digunakan pada tahap finishing pengecoran pelat
49
Gambar 4.5.7 Bahan plywood
50
Gambar 4.5.10 Bahan plamir
4.5.4. Pelengkap
1. Kayu
Kayu yang dipergunakan pada proyek ini digunakan bantalan
base plate pada scaffolding, dan beberapa untuk waller pada bekisting.
Kayu yang digunakan harus berkualitas baik, tua, belum kering, dan
tidak bercacat. Kelembapan kayu yang digunakan untuk pekerjaan kayu
kasar kurang dari 18 %. Bahan yang digunakan yaitu kayu 6/12 cm,
kayu 5/7 cm dan 2/3 cm.
51
2. Paku
Paku yang digunakan dalam proyek sangat beragam ukuran dan
kegunaannya. Proyek ini menggunakan 4 jenis ukuran paku, yaitu 2",
3", 4", dan 5". Masing-masing digunakan untuk dimensi kayu yang
berbeda-beda.
3. Kawat bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan-
tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya. Sehingga
membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.
4. Kawat ayam
Kawat ayam berfungsi sebagai separator pada saat pengecoran,
ditempatkan pada lokasi stop cor. Sehingga beton tidak luber ke arah
yang tidak dicor.
52
5. Pipa PVC
Pipa ini digunakan untuk pekerjaan mekanikal, elektrikal dan
plumbing (MEP). Dalam proyek ini menggunakan pipa PVC karena
PVC tidak akan bereaksi kimia dengan baja tulangan. Oleh karena itu
PVC akan lebih aman dibandingkan dengan pipa galvanis.
53
adanya pengaruh pergerakan tanah sekitar, kebisingan dan debu sering menjadi
hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan struktur bawah gedung.
Metode pekerjaan struktur bawah gedung ini terdapat beberapa jenis.
Penggolongan metode pekerjaan berdasarkan arah kerjanya dibagi menjadi tiga
yaitu metode konvensional, metode top-down, dan metode semi top-down.
Berikut dijelaskan mengenai metode-metode tersebut:
1. Sistem konvensional
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh
pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana (sistem bottom up).
Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu, kemudian basement
diselesaikan dari bawah ke atas, dengan menggunakan scaffolding.
Kolom, balok dan slab dicor di tempat (cast in place).
Pada sistem ini, galian tanah dapat berupa open cut atau dengan
sistem dinding penahan tanah yang bisa sementara dan permanen.
Sistem dinding penahan tanah dapat dengan perkuatan strutting, ground
anchor atau free cantilever.
Proyek gedung parkir kejaksaan agung ini menggunakan metode
konvensional dalam proses konstruksinya.
2. Sistem Top Down
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan
dengan pekerjaan galian basement. Urutan penyelesaian balok dan plat
lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan,
struktur plat dan balok tersebut didukung oleh struktur tiang (king post)
yang dipasang bersamaan dengan bored pile.
Pada dinding basement dicor sistem dinding penahan tanahnya
yang dapat berupa diafragma wall atau contiguous pile yang dapat
bersifat permanen dan temporary yang juga berfungsi sebagai cut off
dewatering.
3. Sistem Semi Top Down
Pada sistem ini, pelaksanaannya hampir sama dengan metode
sistem top-down. Perbedaannya adalah terletak pada pekerjaan struktur
atasnya yang dapat dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan struktur
bawah.
Pada proses pengecoran struktur gedung, baik lantai maupun
dinding serta kolom, umumnya dicor bertahap karena luas area dan
54
volume pekerjaan yang besar. Sehingga dibuat dengan sistem zoning
dengan jumlah menyesuaikan dengan kapasitas sumber daya yang
tersedia pada daerah tersebut.
Zoning struktur yang tepat akan membantu kelancaran pelaksanaan dan
flow pengadaan sumber daya yang terkait yaitu bekisting, besi tulangan dan
beton ready mix. Dalam perencanaan zoning pekerjaan struktur ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kapasitas pengecoran harian rata-rata suatu daerah
2. Volume material beton, besi dan bekisting serta flow pengadaannya
3. Lahan yang tersedia untuk stok material
4. Ketersediaan tenaga kerja dan siklusnya.
5. Kondisi peralatan yang ada dan tingkat kesibukannya.
6. Dan lain-lain
Dalam menentukan zoning ini, perlu diperhatikan batas-batas antar
zone. Sebagai pedoman praktis, batas zone adalah ¼ bentang balok. Hal
tersebut dikarenakan pada area tersebut diperkirakan momen yang terjadi
adalah nol atau mendekati nol.
Disamping penentuan jumlah zoning, pada pekerjaan struktur juga
diperlukan perencanaan arah / flow pekerjaan struktur. Arah pekerjaan struktur
akan menentukan hampir semua arah metode pelaksanaan. Beberapa hal yang
penting untuk diperhatikan dalam menentukan arah / flow pekerjaan struktur
adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan lintasan kritis schedule pelaksanaan
2. Kemudahan pekerjaan
3. Hindari kondisi lokasi pekerjaan yang terjebak karena flow yang salah.
Contoh Zoning pada pekerjaan pengecoran:
55
Zoning Pengecoran
Lantai Basement & Lantai 1A
Keterangan :
Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai :
Luas Lt Basement 1 Tahap II = 943.72 m2
Volume Beton = 132.12 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 132.12 / 100
= 1.3 zone = 2 zone
Luas Lantai 1A = 823.91 m2
Volume Beton = 115.34 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 115.34 / 100
= 1.5 zone = 2 zone
Lantai 1B & Lantai 2A
56
Keterangan :
Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai :
Luas lantai 1B = 943.72 m2
Volume Beton = 132.12 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 132.12 / 100
= 1.3 zone = 2 zone
Luas lantai 2A = 823.91 m2
Volume Beton = 115.34 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 115.34 / 100
= 1.5 zone = 2 zone
Keterangan :
Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai :
Luas lantai B = 943.72 m2
Volume Beton = 132.12 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 132.12 / 100
= 1.3 zone = 2 zone
Luas lantai A = 823.91 m2
Volume Beton = 115.34 m3
Kapasitas Cor = 100 m3/hari
Pembagian zone = 115.34 / 100
= 1.5 zone = 2 zone
57
4.7. Metode-Metode Pekerjaan Struktur
4.7.1. Pekerjaan Struktur – Pile Cap
Pekerjaan pelat basement merupakan
pekerjaan yang terdiri atas beberapa elemen
struktur yaitu pelat lantai, tie beam dan pile cap.
Pekerjaan pile cap dapat dicor di awal dan dapat
pula bersamaan dengan tie beam dan pelat lantai.
Berikut disampaikan urutan pelaksanaan
pengecoran pile cap secara bersamaan dengan tie
beam dan pelat lantai.
58
3. Pembengkokan tulangan bored pile / tiang pancang sesuai dengan
gambar shop drawing yang telah disetujui bersama. Apabila jarak
penyaluran tulangan mencukupi dengan tinggi dari pile cap dan pelat
lantai, maka tulangan tidak perlu dibengkokan tegak lurus, tapi cukup
dimiringkan dengan sudut maksimum 45 derajat.
4. Urug pasir setebal 10 cm pada pile cap, tie beam dan pelat lantai.
Urugan pasir dibuat sebagai landasan untuk lantai kerja agar
permukaannya rata.
59
5. Buat lantai kerja untuk plat setebal 5 cm pada pile cap, tie beam dan
pelat lantai. Lantai kerja dibuat untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan pile cap di lapangan.
6. Pasang batako / batu bata di sekitar pile cap dan tie beam.
7. Instal pembesian pile cap, tie beam, pelat lantai dan besi kolom.
Pemasangan dilakukan sesuai dengan gambar rencana.
8. Pengecoran pile cap, tie beam dan pelat lantai dapat dilakukan secara
langsung dari truk mixer apabila volume pengcoran kecil. Pada
pengecoran dengan volume besar digunakan concrete mixer.
Pengecoran dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar
rencana.
60
4.7.2. Pekerjaan Struktur Plat Basement
Kemampuan pengecoran ± 100 – 350 m3/hari, mengakibatkan
pengecoran lantai basement harus dibagi menjadi 3 zone pekerjaan. Perbedaan
waktu pengecoran setiap zone, memungkinkan sambungan antar zone yang
tidak kedap air (berpotensi bocor). Untuk menghindari kebocoran ini dilakukan
pemasangan waterstop pada setiap pertemuan antar zone.
61
Gambar 4.7.2 Foto waterstop
62
2. Pasang penulangan utama dan sengkang. Pastikan jarak sesuai dengan
gambar rencana.
63
7. Lakukan pengecoran dan pemadatan dengan menggunakan vibrator.
64
4.7.4. Metode Pekerjaan Struktur Kolom
65
4. Kencangkan besi kolom dan stek besi dengan menggunakan sengkang
5. Pasang bekisting kolom dengan menempatkannya sesuai dengan marking yang
telah dibuat.
6. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
7. Lakukan pengecoran dengan menggunakan bucket dan dihubungkan dengan
pipa tremi, lalu dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibrator.
8. Bongkar bekisting kolom dan pasang kepalaan kolom.
66
4.7.5. Metode Pekerjaan Balok
67
Langkah – langkah pemasangan scaffolding adalah sebagai berikut:
68
3. Tempatkan Standard di atas Jack Base
69
8. Adjust ketinggian Bekesting sesuai dengan rencana dengan cara
memutar Base Jack atau U Head
10. Pengecoran
11. Pembongkaran bekisting plat dan balok (sistem reshoring) adalah 5 hari
dan support adalah 8 hari.
70
Gambar 4.7.5 Scaffolding menahan balok yang baru dicor
71
4.7.6.1. Metode Pelaksanaan
Instalasi Precast
a. Pengangkatan Precast dari atas truk dengan bantuan crane / tower
crane.
b. Proses penurunan Precast pada posisinya di atas balok.
c. Precast yang sudah tersetting lalu digelar wiremesh di atasnya,
sehingga siap dilakukan pengecoran.
72
2. Pemasangan Tulangan Balok dan Instalasi Plat Precast (pengangkutan)
menggunakan TC.
73
5. Pengecoran Plat
Kontraktor:
- Ruang kerja lebih leluasa
- Lokasi proyek lebih bersih
- Terhindar dari kehilangan material yang disebabkan penumpukan di
lapangan
- Kualitas lebih terjamin
- Waktu pelaksanaan lebih cepat
Konsultan / Owner:
- Pengawasan / Proses Inspeksi lebih mudah
- Kualitas lebih terjamin
- Waktu pelaksanaan lebih cepat
74
4.7.7. Pekerjaan Struktur Core Wall
KETERANGAN :
Core Wall dari Lt Basement 1 sampai Lt. 9
Sediaan bekisting Core Wall :
W1 = 1 set
75
2. Perakitan lantai / platform climbing, jarak antar climbing bracket sesuai
posisi angkur pada dinding corewall
76
5. Penempatan platform climbing
77
4.7.8. Pekerjaan Struktur Tangga
Keterangan pekerjaan struktur tangga:
Pekerjaan tangga 1 dan 2 dimulai dari Lt. Basement 1 sampai Lt. 9.
Pekerjaan tangga 3 dimulai dari Lt. 8 sampai Lt. 9.
Pekerjaan tangga 4 dimulai dari Lt. Basement 1 sampai Lt. Dasar.
Persediaan bekisting tangga:
T1 = 1 set
T2 = 2 set
T3/T4 = 1 set
Pembongkaran bekisting mengikuti cara bongkar bekisting balok dan
pelat lantai.
78
Gambar 4.7.9 Bekisting Tangga
79
Gambar 4.7.11 Bekisting anak tangga
80
KETERANGAN :
Pekerjaan Ramp 1 dari Lt. Semi Basement sampai Lt. 1
Pekerjaan Ramp 2 dan 3 dari Lt. 1 sampai Lt. 7
Pekerjaan Ramp 4 dari Lt Basement 1 sampai Semi Basement
Pekerjaan Ramp 5 dari Lt. Semi Basement sampai Lt. 1
Sediaan bekisting Ramp :
R1 = 1 set
R2 = 1 set
R3/R4 = 1 set
Pembongkaran bekisting mengikuti cara bongkar bekisting balok dan
pelat lantai
2. Pasang tulangan
3. Pasang besi siku pada tulangan setinggi selimut beton dengan jarak
masing-masing 30 cm
81
4. Cor ramp,kemudian ratakan permukaan atasnya.
5. Lepas bekisting
82
Gambar 4.7.2 Bekisting ramp
83
Gambar 4.7.3 Penyimpanan besi tulangan
84
Gambar 4.7.5 Proses penyusunan besi
Tahap Pemasangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan
adalah sebagai berikut :
1. Besi harus bersih (dari kotoran, minyak).
2. Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia
untuk proses pemadatan beton
3. Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang
sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis.
4. Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting
baru kemudian meletakan sesuai posisinya.
5. Flow proses penyimpanan hingga pemasangan harus direncanakan
paling efektif dan efisien.
Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada pelat dan balok lantai
:
Pembesian pada plat lantai harus berada di atas dudukan berupa beton
(bisanya disebut tahu beton) Ketinggian bantalan pembesian plat lantai
tergantung dari ketebalan selimut beton yang direncanakan
85
Gambar 4.7.6 Pemasangan besi tulangan pelat lantai
86
Gambar 4.7.8 Proses pekerjaan tulangan pada dinding geser
87
Gambar 4.7.9 Flow chart Pekerjaan pengecoran
88
Gambar 4.7.10 Beton segar diletakkan pada pelat yang telah diberikan tulangan
5. Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering,
beton diaduk dengan baik, jika menjatuhkan beton secara vertikal
jangan lebih dari 2m.
6. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk
mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton
memadat memenuhi bekisting
7. Internal vibration dilakukan dengan menggunakan poker, yang
dimasukkan ke dalam beton. External vibration dilakukan dari luar
bekisting, hal ini dilakukan karena internal vibration susah dilakukan.
8. Masukkan vibrator secara vertikal, masukkan kira-kira sejarak 15 cm
setelah pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5
sampai 15 detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan sekitar
7.5 cm/detik
9. Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga semua
beton bisa terpadatkan dan manjangkau lapisan di bawah yang sedang
dipadatkan
89
Gambar 4.7.11 Pekerja memadatkan beton segar dengan menggunakan vibrator
90
Gambar 4.7.13 Proses finishing pengecoran pelat
12. Curing dilakukan untuk menjaga kadar air beton tidak cepat kering
sehingga proses pemadatan beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Curing dilakukan langsung setelah proses finishing. Curing dilakukan
dengan menambahkan air pada permukaan beton/Mencegah kehilangan
air dari beton. Pancuran air harus perlahan untuk mencegah kerusakan
permukaan beton.
13. Curing dapat juga dengan menutup beton dengan plastik dan
mengaplikasikan curing compound.
14. Cuaca panas mengakibatkan beton lebih cepat kehilangan cairan,
sehingga proses pemadatan terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan
dilakukan jika suhu melebihi 32°C, kelembaban rendah, kecepatan
angin tinggi dan sianar matahari menyengat.
15. Untuk mencegah Kerusakan Akibat Hujan, harus memperkirakan cuaca
jika akan terjadi hujan, menyediakan alat pelindung seperti burlap dan
plastik, melakukan mixing dan pengiriman beton pada waktu yang tepat
yaitu ketika tidak hujan. Ketika Hujan Mulai Turun, lindungi beton
yang baru dituang secepat mungkin, pastikan semua permukaan beton
terlindungi, jangan menambahkan semen kepermukaan beton.
16. Setelah hujan reda, aplikasikan curing compound secepatnya bersamaan
dengan proses beton mengeras, memperbaiki permukaan yang cacat dan
membentuk permukaan beton jika diperlukan, membuang bagian beton
jika ada bagian yang dikhawatirkan rusak karena kadar air bertambah,
sehingga beton menjadi lemah.
91
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
C. Urutan Pelaksanaan
C1. Pemasangan Pipa Indoor
1. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan
jalur. pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Plumbing, Tray Cable dll.
2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
3. Lapisi pipa Black Steel (GIP jika akan di cat seluruh pipa) dengan cat
dasar (zingkromat).
4. Setelah dicat dasar lapisis pipa dengan cat merah.
5. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.
6. Pasang pipa GIP/Black Steel sesuai ukuran pada shop drawing,
penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan
diameter 2,5 inchi ke atas dengan las.
7. Gunakan benang & water pass untuk mengukur kelurusan pipa.
8. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa.
9. Lakukan tets tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang
berlaku.
92
10. Untuk pemasangan pipa dropper fire sprinkler harus dikoordinasikan
dahulu dengan pekerjaan plafon (arsitek) dan pekerjaan ME lainnya.
11. Lakukan test tekan ulang jika pipa dropper telah terpasang.
C2. Pemasangan Pipa Outdoor
1. Marking jalur pipa.
2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya.
3. Sambung pipa di atas galian.
4. Lapisi pipa dengan zingkromat.
5. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang
berlaku.
6. Beri lapisan pasir pada dasar galian.
7. Turunkan pipa ke dalam galian.
8. Lapis kembali galian dengan pasir.
9. Urug galian.
C3. Pemasangan Hydrant Box Indoor
1. Marking lokasi penempatan hydrant box dengan ketinggian bagian
atas 150 cm.
2. Bobok dinding bata sesuai ukuran marking.
3. Pasang hydrant box pada posisinya.
4. Pasang instalasi pipa yang menuju hydrant box.
5. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat.
6. Accessories hydrant dipasang setelah kondisi proyek aman.
C4. Pemasangan Hydrant Box Outdoor, Pillar, & Siamese Connection
Hydrant Box
1. Marking lokasi penempatan hydrant box.
2. Buat pondasi hydrant box
3. Pasang hydrant box pada posisinya.
4. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat.
5. Accessories hydrant dipasang setelah kondisi proyek aman.
Hydrant Pillar
1. Marking lokasi penempatan Hydrant pillar & Siamese connection
2. Gali lokasi marking dan jalur pipa yang menuju ke posisinya.
3. Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi Hydrant Pillar maupun
Siamese connection.
4. Pasang Hydrant pillar dan Siamese connection.
93
C5. Pemasangan Head Sprinkler
1. Pemasangan dropper dilakukan jika plafon telah terpasang
2. Gunakan seal tape untuk penyambungan sprinkler ke pipa dropper.
3. Lindungi Head sprinkler dari kotoran dan cat.
C6. Pemasangan Pompa
1. Marking lokasi penempatan pompa.
2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi.
3. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.
4. Pasang Pompa dan valve-valvenya.
5. Sambung instalasi daya ke pompa.
6. Atur pressure switch pompa sebagai berikut
Pompa jockey : On posisi 8,5 Bar Off posisi 9 Bar
Electric Pump : On posisi 7 Bar Off manual
Diesel Pump : On posisi 6 Bar Off manual
7. Lakukan running test pompa.
C7. Test Fire Fighting
Test Hydrant
1. Tutup seluruh krant pada hydrant box dan hydrant pillar.
2. Siapkan selang pemadang sesuai ukurannya.
3. Posisikan pengatur pompa pada auto
4. Buka valve pada hydrant box maupun hydrant pillar
Test Sprinkler
1. Buka Valve pada instalasi fire sprinkler.
2. Siapkan operator penutup valve pada lantai/zona yang akan ditest.
3. Posisikan pengatur pompa pada auto.
4. Panasi head sprinkler dengan api.
5. Setelah sprinkler pecah, dan test dinyatakan OK, segera tutup valve
pada instalasi yang menuju daerah test
6. Ganti head sprinkler yang pecah dengan yang baru.
94
Gambar 4.7.14 Blok Diagram Pemadam Kebakaran
95
3. Lapisi pipa Gip (jika akan di cat seluruh / daerah Expost) dengan
cat dasar (zingkromat).
4. Setelah dicat dasar lapisi pipa dengan cat (warna sesuai spesifikasi
teknis).
5. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.
6. Pasang pipa GIP sesuai ukuran pada shop drawing,
penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat
dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las.
7. Gunakan benang & water pass untuk mengukur kelurusan pipa.
8. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa.
9. Lakukan tets tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang
berlaku.
10. Untuk pemasangan pipa di dinding, harus dikoordinasikan dahulu
dengan pekerjaan keramik(arsitek) dan sanitary.
11. Lakukan test tekan ulang jika pipa di dinding telah terpasang.
C2. Pemasangan Pipa Outdoor
1. Marking jalur pipa.
2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya.
3. Sambung pipa di atas galian.
4. Lapisi pipa dengan zingkromat.
5. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis
yang berlaku.
6. Beri lapisan pasir pada dasar galian.
7. Turunkan pipa ke dalam galian.
8. Lapis kembali galian dengan pasir.
9. Urug galian.
C3. Pemasangan Valve
1. Check lokasi penempatan valve (space/jarak antar pipa yang telah
disiapkan telah sesuai dengan lebar valve)
2. Siapkan valve dengan flangenya.
3. Pasang valve.
4. Lakukan test tekan valve pada instalasi tersebut.
C4. Pemasangan Pompa
1. Marking lokasi penempatan pompa.
2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi.
96
3. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.
4. Pasang Pompa dan valve-valvenya.
5. Sambung instalasi daya ke pompa.
6. Untuk pompa transer automatisasi menggunakan water level
control (biasanya menggunakan elektrode)
7. Pengaturan pompa booster dengan pressure switch sebagai berikut
- Pada posisi tekanan instalasi 2.5 Bar pompa I (kesatu) ON
- Jika tekanan kembali ke 3 Bar pompa Off.
- Namun jika tekanan terus turun hinggga posisi 1.5 Bar pompa
kedua ON
- Jika tekanan naik lagi hingga 2 Bar pompa kedua Off
- Pompa kesatu dan kedua selalu bergantian posisi (alternated
parallel)
8. Lakukan running test pompa.
97
Gambar 4.7.16 Blok Diagram Air Bersih
98
4.7.14. Pekerjaan M/E Plumbing – Air Kotor
A. Material
- Pompa – pompa
- Valve
- Pipa PVC
- Material bantu
B. Peralatan
- Gerinda tangan
- Gergaji besi
- Bor duduk & bor tangan
- Kunci pipa, kunci pas, dsb
C. Urutan Pelaksanaan
C1. Pemasangan Pipa Indoor
1. Marking jalur pipa sesuai shop drawing.
2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
3. Pabrikasi gantungan pipa sesuai kebutuhan.
4. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking,
perhatikan kemiringan pipa ( 1-2% ).
5. Pasang pipa PVC sesuai ukuran pada shop drawing,
penyambunngan pipa menggunakan lem.
6. Gunakan benang untuk mengukur kelurusan pipa.
7. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah expos.
8. Lakukan test rendam untuk test kebocoran pipa.
C2. Pemasangan Pipa Outdoor
1. Marking jalur pipa.
2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya.
3. Sambung pipa di atas galian sepanjang jarak antar bak kontrol.
4. Lakukan test rendam untuk mengetest kebocoran pipa.
5. Beri lapisan pasir pada dasar galian.
6. Turunkan pipa ke dalam galian.
7. Lapis kembali galian dengan pasir.
8. Urug galian.
C3. Pemasangan Pipa Submersible
1. Bersihkan bak kontrol dari sampah & lumpu.
2. Pasang pompa di bak kontrol.
99
3. Sambung pipa dari dan ke pompa lengkap dengan check valve.
4. Sambungkan rangkaian daya pompa ke panel pompa(sumber daya).
5. Test pompa.
100
4.7.15. Pekerjaan M/E Tata Udara
Tata Udara AC Central
A. Material
- Chiler
- AHU/FCU
- BJLS
- Pipa Gip/ Black Steel
- Pipa PVC
- Bahan isolasi
- Diffuser & grill
- Material bantu
B. Peralatan
- Mesin las
- Gerinda tangan
- Bor duduk & bor tangan
- Gunting seng
- Takel
- Kunci pas, obeng, tang dsb
C. Urutan Pelaksanaan
C1. Pemasangan Ducting
1. Buat cutting list ukuran ducting & fittingnya yang akan
dipasang
2. Cetak ducting sesuai cutting list yang diminta (di workshop)
3. Buat fitting ( elbow / percabangan ) ducting
4. Pasang isolasi ducting dengan glas woll & aluminium foil
5. Marking jalur ducting
6. Pasang gantungan ducting dengan ketinggian sesuai
elevasinya
7. Pasang ducting
8. Test kebocoran ducting dengan sinar lampu saat malam hari
9. Pasang isolasi pada sambungan ducting
C2. Pemasangan Pipa Chiller
Pipa Indoor
1. Marking jalur pipa
2. Pasang gantungan pipa dengan ketinggian sesuai elevasinya
101
3. Pasang pipa pada gantungannya
4. Sambung pipa dengan las
5. Test pipa dengan compresor
6. Pasang isolasi pipa per satuan panjangnya
Pipa Outdoor
1. Marking jalur pipa
2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya
3. Sambung pipa di atas galian
4. Lakukan test tekan pipa
5. Pasang isolasi pipa
6. Beri lapisan pasir pada dasar galian
7. Turunkan pipa ke dalam galian
8. Lapis kembali galian dengan pasir
C3. Pemasangan AHU/FCU
1. Marking lokasi penempatan AHU/FCU
2. Pasang gantungan
3. Pasang AHU/FCU
4. Pasang karet mounting dan kencangkan bautnya
5. Sambung pipa chiller & draint serta ducting ke unit
6. Pasang instalasi listriknya
C4. Pemasangan Chiller
1. Marking pondasi chiller
2. Buat pondasi chiller
3. Letakkan chiller pada pondasinya
4. Pasang spring mounting chiller
5. Sambung instalasi pipa chiller lengkap dengan valvenya
6. Sambung instalasi listriknya
C5. Pemasangan Pompa Chiller
1. Marking pondasi pompa chiller
2. Buat pondasi pompa chiller
3. Letakkan pompa chiller pada pondasinya
4. Pasang mounting chiller
5. Sambung instalasi pipa ke pompa chiller lengkap dgn
valvenya
6. Sambung instalasi listriknya
102
Gambar 4.7.19 Pemasangan Chiller dan Pompa
103
B. Peralatan
- Mesin las
- Gerinda tangan
- Bor duduk & bor tangan
- Gunting seng
- Takel
- Kunci pas, obeng, tang dsb
C. Urutan Pelaksanaan
C1. Pemasangan Ducting
1. Buat cutting list ukuran ducting & fittingnya yang
akan dipasang
2. Cetak ducting sesuai cutting list yang diminta (di
workshop)
3. Buat fitting ( elbow / percabangan ) ducting
4. Pasang isolasi ducting dengan glas woll & aluminium
foil
5. Marking jalur ducting
6. Pasang gantungan ducting dengan ketinggian sesuai
elevasinya
7. Pasang ducting
8. Test kebocoran ducting dengan sinar lampu saat
malam hari
9. Pasang isolasi pada sambungan ducting
C2. Pemasangan Pipa Refrigerant
1. Marking pipa / rak pipa
2. Pasang gantungan rak pipa dengan ketinggian sesuai
elevasinya
3. Pasang rak pipa ( untuk satu jalur lebih dari 2 pipa)
4. Pasang isolasi pipa copper per satuan panjangnya
5. Pasang pipa pada rak / gantungannya
6. Sambung pipa dengan las tembaga
7. Test pipa dengan compresor
8. Rapikan isolasi pipa
C3. Pemasangan Indoor Unit
1. Marking lokasi penempatan indoor unit
104
2. Pasang gantungan
3. Pasang indoor unit
4. Pasang karet mounting dan kencangkan bautnya
5. Sambung pipa copper & ducting ke unit
6. Pasang instalasi listriknya
C4. Pemasangan Outdoor Unit
1. Marking pondasi outdoor unit
2. Buat pondasi outdoor unit
3. Pasang dinabolt pada pondasi
4. Pasang outdoor unit lengkap dengan mountingnya
5. Sambung pipa ke outdoor unit
6. Sambung instlasi listriknya
105
4.7.16. Pekerjaan M/E Instalasi Listrik
A. Material
- Kabel NYA / NYM / NYFBGY
- Las Dop
B. Peralatan
- Kawat Pancingan
- Tang, Obeng
- Lakban Kertas & Spidol
C. Urutan Pelaksanaan
C1. Instalasi Indoor
- Masukkan kawat pancingan ke dalam pipa konduit sesuai
groupnya
- Tarik kabel dengan bantuan kawat pancingan tersebut
- Tandai kabel sesuai group dengan lakban & spidol
- Sambungan kabel hanya boleh pada tee dos dan dengan las dop
- Merger kabel yang telah terpasang
C2. Instalasi Outdoor
- Marking jalur instalasi
- Tandai lokasi tiang lampu
- Gali jalur yang telah dimarking
- Gelar kabel NYFBGY sesuai ukuran pada shop drawing sesuai
groupnya
- Timbun dengan pasir
- Urug galian dengan tanah kembali
106
4.7.17. Saklar dan Stop Kontak
A. Material
- Saklar
- Stop kontak
- Grid switch
B. Peralatan
- Bor Tangan
- Tang, Obeng dll
- Water pas
C. Urutan Pelaksanaan
- Marking jalur konduit pada dinding
- Bobok dinding bata, jangan lupa gunakan cutter
- Pasang konduit & inbow dos
- Tunggu sampai dinding difinish arsitek
- Sambungkan saklar, stop kontak dengan instalasinya
- Pasang saklar & stop kontak, gunakan waterpas agar rata
107
BAB V
MANAJEMEN WAKTU
108
pekerjaan pembangunan perlu diatur sehingga masing – masing unsur dapat
bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk serta taat kepada
peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Penyimpangan yang
terjadi akibat tindakan dari salah satu unsur akan menimbulkan hambatan
dalam pelaksanaan.
d. Pengendalian
Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan tujuan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan biaya dan waktu yang
telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas unsur pengawas sangat penting,
terutama dalam membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan.
Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh
hasil kegiatan pengawasan.
Kegiatan pengendalian yang dilakukan diantaranya pelaksanaan tes / uji
terhadap material untuk menjaga kualitas dari material yang akan
digunakan, pembuatan master schedule, laporan secara berkala, S-Curve
actual dan lain – lain
109
1. Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dan untuk memberikan
prioritas perhatian dalam pengawasan dan pengendalian, agar proyek dapat
diselesaikan sesuai rencana, Terhindar dari keterlambatan, kenaikan biaya,
dan perselisihan-perselisihan kontraktual
2. Dipakai sebagai dasar penentuan progress payment, penyusunan cash flow
proyek dan pembuatan strategi pendanaan proyek.
3. Merupakan dasar atau pedoman untuk pengendalian, baik yang berkaitan
dengan waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran kemajuan pekerjaan,
dapat diketahui apabila ada penyimpangan pelaksanaan terhadap
rencana/jadwal, yang dengan bantuan alat-alat analisis tertentu, misalnya
dengan trend analysis dan sensitivity analysis, dapat segera dilakukan
tindakan-tindakan koreksi, untuk penyelesaian sisa proyek.
4. Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas
waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing.
5. Menghindari pengelolaan pelaksanaan proyek yang hanya mengandalkan
naluri saja.
6. Menghindari pemakaian sumberdaya dengan intensitas yang tinggi sejak
awal proyek, dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya.
7. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan kegitan-kegiatan proyek.
Kepastian tersebut dapat menghindari pekerja berada ditempat kerja lebih
lama dari waktu yang diperlukan, bergerombol menanti penugasan,
mondar-mandir tanpa tujuan, Dan sebagainya.
8. Dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak akibat adanya perubahan-
perubahan pelaksanaan proyek, baik yang berkaitan dengan waktu
penyelesaian proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat dipakai
sebagai dasar penyelesaian masalah kontraktual, seperti untuk
menyelesaikan tuntutan-tuntutan (Claims) kenaikan biaya maupun
perpanjangan waktu.
9. Apabila jadwal di-update secara teratur, sehingga selain untuk tindakan
koreksi, berfungsi pula sebagai dokumentasi adanya perubahan-perubahan
di dalam pelaksanaan pekerjaan, keterlambatan yang tidak diharapkan,
perubahan waktu penyelesaian kegiatan, dan adanya change order, maka
pen-dokumentasi-an jadwal awal berikut perubahan perubahannya dapat
dipakai sebagai dokumen historis proyek.
110
10. Memberikan dukungan yang sangat berharga dalam komunikasi diantara
pihak-pihak yang terlibat/berkepentingan dalam penyelenggaraan proyek.
5.4. Manajemen waktu
Penjadwalan konstruksi terkait dengan manajemen waktu yang diperlukan
untuk memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK dalam proses manajemen
waktu meliputi:
1. Definisi Kegiatan, yaitu mengidentifikasi jadwal kegiatan spesifik yang
diperlukan untuk menghasilkan berbagai deliverable proyek.
2. Urutan kegiatan, yaitu mengidentifikasi dan mendokumentasikan
ketergantungan diantara jadwal kegiatan.
3. Perhitungan sumber daya kegiatan, yaitu memperkirakan tipe dan jumlah
dari sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing
jadwal kegiatan.
4. Perhitungan durasi kegiatan, yaitu menghitung sejumlah periode-periode
pekerjaan yang diperlukan untuk melengkapi jadwal kegiatan individual.
5. Pengembangan jadwal, yaitu menganalisa urutan kegiatan, durasi,
kebutuhan sumber daya, dan batasan-batasan jadwal untuk membuat
jadwal proyek.
6. Pengendalian jadwal, yaitu mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam
jadwal proyek.
5.5. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu didasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan
pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran proyek. Agar dapat
berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur
tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan.
Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai
dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan
sebisa mungkin dihindari.
Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis
pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif
prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi.
111
Gambar 5.5.1 Kurva S Proyek Gedung Kejaksaan Agung
112
Gambar 5.5.2 Master Schedule
113
BAB VI
MANAJEMEN BIAYA
114
REKAPITULASI ( RAB )
Pembangunan Gedung Untuk Parkir Kendaraan, Sarana Olahraga dan
Kantor Perhimpunan Keluarga Besar Pernaja
Jl. Sultan Hasanuddin No.1, Jakarta Selatan
NO URAIAN VOLUME SAT. TOTAL
115
NO URAIAN VOLUME SAT. TOTAL
116
mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil
pekerjaan;
b). Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat dilakukan
senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahan-
bahan, alat-alat yang ada di lapangan;
c). Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari harus sudah
mengajukan surat permintaan pembayaran;
d). Sistem pembayaran prestasi pekerjaan sesuai dengan
ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak;
e). Bila terdapat ketidaksesuaian dalam perhitungan angsuran
tidak akan menjadi alas an untuk menunda pembayaran.
Pengguna jasa dapat meminta penyedia jasa untuk
menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan
mengesampingkan hal-hal yang sedang menjadi perselisihan
dan besarnya tagihan yang dapat disetujui untuk dibayar
setinggi-tingginya sebesar sesuai ketentuan dalam dalam
syarat-syarat khusus kontrak;
f). Setiap pembayaran harus dipotong jaminan pemeliharaan,
angsuran uang muka, denda (bila ada), dan pajak;
g). Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan
pembayaran kepada pengguna jasa harus dilengkapi bukti
pembayaran kepada seluruh sub kontraktor sesuai dengan
kemajuan pekerjaan;
h). Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan
selesai 100% (seratus persen) dan berita acara penyerahan
pertama pekerjaan diterbitkan.
117
BAB VII
MANAJEMEN RISIKO
118
NO JENIS RESIKO RESIKO YANG MUNGKIN MUNCUL
d Sangat sulit bekerja sama
e Segala keputusan menunggu keputusan dari perencana
Kualitas tidak baik, terjadi rework yang cukup besar (1 - 2
5 Shaft, Foreman a
%)
Kurang terampil (perlu waktu lama untuk menyelesaikan
b
pekerjaan)
c Kekurangan tenaga kerja jika proyek terlalu banyak
d Kualitas pekerja jelek
e Tenaga kerja pulang setiap 2 minggu
6 Sub kontraktor a Sub kont yang dipilih tidak bermodal kuat
b Harga lebih tinggi dari RAB
c Kesulitan pengadaan tenaga kerja
III TECHNICAL RISK
1 Value engineering a Konsultan awal tetap ditunjuk oleh owner
b Nilai VE tidak sesuai dengan rencana awal
c Jika VE gagal dilaksanakan
d Perubahan kontrak
2 Material a Produksi material tergantung cuaca
b Kebutuhan volume cukup besar
3 Equipment a Kekuarangan alat
b Umur alat tua sehingga tidak sesuai dengan produktivitas
c Daya dukung alat tidak sesuai kebutuhan
4 Kualitas a Pek. Basement biasanya gagal
b Pek finishing jelek
5 Proses konstruksi a Proses ijin belum selesai (IP, IMB, Ijin Sungai)
b Pek. Belum bisa dimulai karena masalah disain
Jalan masuk macet dan ramai sehingga material harus
6 Kondisi lapangan a
masuk malam hari
b Lokasi kerja dekat dengan pemukiman
7 Variation Order (VO) a Lambatnya evaluasi perhitungan VO
CONSTRUCTION
VIII Kegagalan konstruksi
DESIGN CAUSE RISK
ENVIRONMENTAL
IX a Komplain masyarakat
RISK
b Premanisme, pemulung
119
7.3. Evaluasi Resiko
Setelah menentukan level resiko dari tiap kegiatan, barulah kita mengevaluasi
resiko mana yang harus diprioritaskan dan sebanding dengan atau tidak dengan effort
(tindakan) yang dilakukan. Hal ini juga dapat menjadi acuan dalam menentukan
tindakan yang harus diambil dalam menindaki kemungkinan resiko tersebut.
7.4. Tanggapan dan Perlakuan Resiko
Dalam tahap ini kita mengambil tindakan untuk memberikan tanggapan
terhadap resiko setelah dievaluasi. Dari sini dapat dilihat pemberian tanggapan
terhadap resiko ini dapat dilakukan menjadi 4 bagian yaitu kurangi kemungkinan,
kurangi akibat, menerima dan mengalokasikan resiko. Penentuan tindakan ini diambil
berdasarkan level dan prioritas resiko tersebut
Dalam menyusun sasaran / tujuan dari tanggapan atas risiko perlu ditetapkan :
Kriteria untuk asesmen risiko
Ketentuan toleransi risiko dan level risiko yang perlu diberi tanggapan dan
perlakuan (sesuaikan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi,
kepentingan para pemegang kepentingan dan persyaratan peraturan).
Sumber daya (termasuk SDM & Anggaran) yang dibutuhkan
Standar informasi/pelaporan & rekaman-tercatat
7.5. Mendokumentasikan
Tahap mendokumentasikan ini merupakan hal yang sangat penting karena
resiko dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang sangat perlu untuk
didokumentasikan, terutama untuk proyek konstruksi yang bersifat dinamis. berikut
merupakan contoh pendokumentasian manajemen resiko.
120
BAB VIII
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KERJA
121
Gambar 8.1.1 Safety talk wajib diikuti setiap pekerja
122
Gambar 8.2.1 Papan slogan dan peraturan di lokasi proyek
123
BAB IX
MANAJEMEN KUALITAS
124
Quality Policy
Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan
Peningkatan kualitas yang berkesinambungan
Pendekatan rekayasa teknik maupun bisnis
Pemanfaatan teknologi mutakhir
Profesionalisme SDM yang berwawasan global
125
9.2. Standar Operasi
126
Gambar 9.3.2 Uji test slump beton
127
Gambar 9.3.3 Sampel beton yang akan dites tekan
Pengambilan benda uji setiap 100 m3 ( 17 truk mixer) diambil 1 set (minimal 4
benda uji).
- 1 benda uji untuk umur 7 hari
- 2 benda uji untuk umur 28 hari
- 1 benda uji untuk umur 56 hari (cadangan)
128
Gambar 9.3.5 Slump Test
Keterangan :
1. Pengecekan diameter tulangan dengan menggunakan jangka sorong.
2.Pemotongan panjang sampel benda uji sesuai dengan spesifikasi pengujian.
3. Pemberian tanda tiap 5 cm pada sampel (sebagai pembanding perubahan
panjang setelah uji kuat tarik).
4. Penempatan sampel pada alat uji kuat tarik dan memulai pengujian.
5. Pembacaan gerak jarum hingga tulangan putus.
129
Dari hasil uji kuat tarik diperoleh grafik antara besarnya gaya yang diberikan
dengan perubahan panjang sampel hingga sampel putus. Hasil ini
dibandingkan dengan standar SNI untuk besi tulangan apakah memenuhi atau
tidak.
9.4. Penetuan Hold Point Tiap Pekerjaan
9.4.1. Hold Point Pekerjaan Penulangan
Perihal Acceptance Criteria
Persetujuan material Persetujuan oleh konsultan
Sertifikat Persetujuan oleh konsultan
Pre – test Persetujuan oleh konsultan
130
Space tulangan atas – bawah sesuai Harus sesuai dengan shop drawing
dengan shop drawing
131
Perihal Acceptance Criteria
Cat dasar Alkali primer 1 lapis
Cat finish Acrylic Emultion Weathershield
minimal 2 lapis
Hold Point 2
Perihal Acceptance Criteria
Tes rendam Tidak terjadi kebocoran
No Pekerjaan Keterangan
A Beton
1 Kolom Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam
2 Balok Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam
3 Dinding Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam
B Arsitektur
Persimpangan rapi, naad keramik seragam, vertical dan horizontal
Keramik
naad bertemu
Plester & aci Permukaan halus dan rata, tidak retak, tali air lurus dan rapi.
Cat Permukaan halus, tidak mengelupas
Tidak bocor, plester rapi, jendela tertutup rapat dan rapi,
Alumunium
pemasangan silicon rapi
Kanstin Permukaan halus dan rapi
132
No Pekerjaan Keterangan
Mekanikal/
C
elektrikal
Berfungsi dengan baik, pemasangan simetris nat keramik, pipa air
Sanitari
tidak bocor, asesoris bersih dan rapi
Pipa bersih, klem terpasang seragam dan rapi, tidak bocor pada floor
Plumbing
drain, sambungan rapid an tidak bocor, ruang shaft bersih
Isolasi rapid dan utuh, tidak terjadi kondensasi, jarak gantungan
Ducting ac
seragam dan kuat
133
BAB X
MANAJEMEN KLAIM
10.1. Klaim
Klaim adalah suatu tuntutan/tagihan yang mucul karena beberapa hal. Adapun
masalah yang dapat menimbulkan klaim adalah sebagai berikut :
Variations
Variations
Keadaan
Keadaanlapangan
lapanganyang
yang
tidak
tidak sesuaikontrak
sesuai kontrak
Pelanggaran
Pelanggarankontrak
kontrak
Penghentian/
Penghentian/
Masalah
MasalahKlaim
Klaim Penghentian/
penundaan pekerjaan
penundaan pekerjaan
Keterlambatan
Keterlambatan&&
Pengaruhnya
Pengaruhnya
Special
SpecialRisk
Risk
Changest
ChangestCost
Cost&&
Legislation
Legislation
134
10.2. Manajemen Proyek Masa Pemeliharaan
Sistem manajemen selama masa pemeliharaan adalah sistem manajemen
proyek selama masa pemeliharaan yang dilakukan oleh PT. PP (Persero), Tbk yang
berhubungan dengan peraturan untuk memenuhi klausul kontrak. PT. PP (Persero),
Tbk bertanggung jawab untuk melaksanakan pemeliharaan yang dimulai saat tanggal
dari penandatanganan First Hand Over (HO-1) sampai waktu yang telah diterangkan
di dokumen kontrak. Periode ini akan berakhir dengan Second Hand Over (HO-2).
Adapun prosedur standart dari masa pemeliharaan ini adalah sebagai berikut:
PT. PP (Persero), Tbk Cabang III mempunyai tim yang dibentuk secara khusus
untuk menangani proyek yang sedang dalam masa pemeliharaan. Tim ini akan bekerja
sama dengan tim proyek yang dipimpin oleh PM selama masa pemeliharaan proyek
Sebelum masa pemeliharaan dimulai, PM menyampaikan pesan tertulis kepada
manajemen konstruksi / wakil pemilik proyek yang berisi informasi relevan dari masa
pemeliharaan proyek. PM adalah pegawai yang bertanggung jawab selama masa
pemeliharaan proyek Tanggung jawab PT. PP (Persero), Tbk selama masa
pemeliharaan proyek adalah :
1. Memperbaiki kerusakan atau ketidaksempurnaan pekerjaan yang
terdapat di dalam daftar kerusakan yang ada dalam First Hand Over
Dokument (HO-1)
2. Membuat laporan yang dibutuhkan untuk dihubungkan dengan
administrasi pekerjaan pemeliharaan
3. Variation order (VO) yang diminta oleh owner selama periode ini harus
mengikuti kondisi dari dokumen kontrak
4. PT. PP (Persero), Tbk akan memperbaiki pekerjaan yang tidak
memuaskan berdasarkan spesifikasi teknik, dokumen kontrak dan
standar kualitas dari dari PT. PP (Persero), Tbk.
5. Aspek Keselamatan, housekeeping dan lingkungan akan
dipertimbangkan secara konsisten oleh tim selama masa pemeliharaan
ini.
6. Jika regu ditugaskan tidak bisa melaksanakan tugas-tugas mereka
berdasar pada prosedur dengan baik, PM akan menyusun pengganti.
7. Ketika masa pemeliharaan berakhir dan pekerjaan perbaikan dalam list
kerusakan dan komplain telah dilaksanakan menurut standar dan spec,
PM akan menyampaikan laporan bahwa periode kewajiban telah selesai
135
dan menyertakan informasi terkait tentang penyelesaian dari daftar
kerusakan dan komplain lainnya.
8. Owner / managemen konstruksi akan memeriksa laporan bersama-sama
dengan PT. PP (Persero), Tbk
9. Hasil dari pemeriksaan yang dibuat dalam form “minutes of inspection”
akan ditandatangani bersama oleh owner / manajemen konstruksi dan
PT. PP (Persero), Tbk
10. Second Hand Over ( HO-2) ditandatangani oleh owner dan PT. PP
(Persero), Tbk
Adapun personil dan deskripsi tugasnya adalah sebagai berikut:
1. PT PP akan menempatkan personel dan tenaga kerja selama masa
pemeliharaan di bawah tanggung jawab dari PM
2. Tim akan selalu siap di lokasi selama masa pemeliharaan
Tugas utama dari tim ini adalah untuk menjamin perbaikan dari
pekerjaan cacat selama masa konstruksi untuk pekerjaan yang tidak sempurna.
Tim ini bertugas :
1. Mengkoordinasi pekerja untuk memperbaiki pekerjaan cacat
2. Mengikuti inspeksi yang berhubungan dengan temuan pekerjaan cacat
3. Membuat laporan
Adapun proses dari manajemen masa pemeliharaan ini, digambarkan
dalam flow chart berikut ini:
136
Deskripsi Bagan Alir Personil
Mulai
Selesai
Mulai
Penyelesaian Investigasi
oleh Tim Operasioanal dan Investigasi Manajer Proyek
dilaporkan kepada PM
Selesai
137
Deskripsi Bagan Alir Personil
HO - 1
Yes
Pelaksanaan perbaikan
berdasarkan proposal perbaikan Pelaksanaan Perbaikan
Tim Operasional
Yes
Pembuatan risalah inspeksi
berdasarkan laporan hasil Risalah Inspeksi
Semua
inspeksi bersama dan persetujuan
dari Owner / CM
Laporan akhir yang dibuat oleh
PM untuk diinformasikan kepada Laporan Akhir
Manajer Proyek
Owner dalam proses penyelesaian
pekerjaan perbaikan
Selesai
138
BAB XI
MANAJEMEN KOMUNIKASI
139
mutu (quality).
informasi tentang resiko
Pengadaan, dan lain-lain yg penting diperlukan
Salah satu strategi yang dilakukan untuk mempermudah proses komunikasi
dalam suatu proyek adalah adanya meeting (pertemuan) rutin yang diagendakan untuk
membahas apa-apa saja akan dihadapi atau dijalankan selama proses konstruksi
berlangsung. Frekuensi meeting (pertemuan) yang dilakukan biasanya terdiri dari
meeting pagi (tiap hari) sebelum memulai pengerjaan proyek, satu minggu sekali
(terjadi pengevaluasian progres pekerjaan, dan perencanaan yang akan dilakukan di
satu minggu berikutnya), satu bulan satu kali (bersama-sama dengan pihak konsultan
dan owner).
140
Agenda Rapat:
i. Penjelasan menyeluruh dari menajer proyek tentang :
Target keuntungan yang hendak dicapai
Target waktu penyelesaian proyek
Target mutu kerja
ii. Pembagian tugas pekerjaan
iii. Menyusun Standard Operating Procedure
iv. Target jangka pendek (1-2 minggu) yang hendak dicapai
Jadwal Rapat:
Kick of Meeting dilaksanakan saat kegiatan proyek akan dimulai dan kalau
belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat mungkin dengan lokasi.
141
Rapat harian dipimpin oleh GSI
Agenda Rapat
Melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai, dan
menetapkan target untuk besok hari.
Jadwal Rapat
Dikerjakan pada sore hari pada pukul 17.30 di kantor proyek
Peserta Rapat
Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf
Agenda Rapat, antara lain meliputi :
1. Meninjau notulen rapat bulan lalu
142
2. Pembahasan pencapaian Objectives/ program Kerja Proyek, antara lain
:
a. EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek)
b. Kinerja
c. Quality Target (mutu produk, house keeping, safety)
d. Potential problem
e. Custumer Complaint
f. Masalah SDM
g. Cash flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal
akuntansi dan keuangan)
h. Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi)
143
- Kemajuan pekerjaan subkontrak
- Total kemajuan konstruksi dalam bentuk jadwal gabungan
konstruksi
- Dilampirkan juga masalah mutu dan hasil-hasil inspeksi yang
dikerjakan
Dalam pelaksanaan pekerjaan biasanya kontraktor mengeluarkan form-
form berbentuk:
• SI (Site Instruction)
Yang mana SI ini berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang berada
diluar spesifikasi dan yang mana nanti akan ada penambahan biaya, yang
diajukan oleh kontraktor. Contoh form terlampir.
• Approval Material
Form ini diajukan oleh kontraktor untuk menyetujui material yang
dipakai oleh kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus disetujui
oleh konsultan/owner. Contoh form terlampir.
144
Bagan Alir Jalur Kordinasi
FLOW KOORDINASI
PROSEDUR KORDINASI INTERNAL - EKSTERNAL
(PEMBUATAN RENCANA METODE KERJA)
KONTRAKTOR OWNER
DRAFTER RENDAL ADTEK GSI / PELAKSANA SITE MANAGER PO SE / SPV
Perencanaan Perencanaan
Shop Drawing Metode Kerja Metode Kerja
No Sesuai
Yes
No Yes
Sesuai
145
FLOW KOORDINASI
PROSEDUR PEMBUATAN CONSTRUCTION DRAWING (SHOP DRAWING)
KONTRAKTOR OWNER
SURVEYOR DRAFTER SOE SM / GSI PLANNING & DESIGN CM
No No
Pengadaan dan
Distribusi
Shop Drawing
146
FLOW KOORDINASI
PENGELUARAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN / BARANG
KONTRAKTOR
PELAKSANA SM / GSI GUDANG MANDOR / PEKERJA
Shop Drawing
(Gambar Kerja)
Rencana
Kebutuhan Bahan Check
No Yes
147
BAB XII
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
148
7. Menghadiri rapat Koordinasi di Proyek antara Wakil Pengguna Jasa,
Pengawas Proyek,Konsultan dan Mitra Usaha.
8. Mempersiapkan Laporan Pertanggung Jawab Pelaksanaan Proyek
9. Membuat Laporan tentang kepegawaian, keuangan, peralatan, dan
persediaan bahan di proyek secara berkala
10. Bersama dengan Kep. Div. Construction memeriksa kemajuan pekerjaan
dan menyiapkan berita acara kemajuan.
12.2.2. Construction Manager
Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Divisi Construction :
1. Melaksanakan penerapan sistim jaminan mutu
2. Mengkoordinasi Site Manager dalam pelaksanaan pekerjaan fisik.
3. Menyiapkan konsep RBP (Rencana Biaya Pelaksanaan)
4. Bersama dengan Project Manager memeriksa kemajuan pekerjaan dan
menyiapkan berita acara kemajuan.
5. membuat program penyesuian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan
memenuhi syarat kontrak
6. Menyiapkan dan melengkapi metoda konstruksi bersama Site Manager.
7. Bersama manager lapangan menyiapkan, menyelesaikan, dan
mengumpulkan surat/dokumen pendukung untuk pembuatan addedum
kontrak baik berhubungan harga, volume, dan waktu pelaksanaan.
8. Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan kepada
Project Manager.
9. Melaksanakan koordinasi dengan mitra usaha
Tugas-Tugas
149
Mengarahkan kegiatan sub Kontraktor agar sesuai dengan apa yang
di rencanakan.
Mengkordinir dan mengarahkan para pelaksana agar mencapai hasil
yang di rencanakan dan sesuai prosedur kerja yang di tetapkan dalam
buku rencana proyek.
Menjelaskan kepada GSI dan pelaksana laporan realisasi pelaksanaan
pekerjaan serta mengadakan tindakan - tindakan koreksi atas
tejadinya penyimpangan – penyimpangan dari hasil kerja para
pelaksana , sesuai prosedur yang di tetapkan.
Bersama GSI dan Rendal melakukan review atas perencanaan periode
berikutnya.
Mengkoordinir permintaan pengadaan bahan, tenaga dan peralatan
guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan sesuai kebutuhan dengan
rencana kerja.
Menkoordinir pemakaian bahan, tenaga dan peralatan agar tidak
menyimpangdari perhitungan rencana kebutuhan bahan.
Menerima Laporan data pemakaian bahan,tenaga dan peralatan.
Melakukan evaluasi pemakaian bahan,tenaga dan pralatan untuk
dasar perencanaan pada periode berikutnya.
Menerima seluruh hasil realisasi pelaksanan pekerjaan yang telah di
kerjakan baik secara
periodik maupun secara komulatif.
Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan terhadap rencana.
Mendata penyimpangan dan menganalisa penyebabnya.
Bersama GSI melakukan review rencana kerja dan menjabarkan
perubahan pada saat Management Review Meeting di proyek.
mengusulkan penetapan amandemen rencana kerja.
Bersama kepala proyek menganalisa NC, menetukan penyelesaianya.
Mengkoordinasikan penyelesaian NC produk dan sistem.
Menetapkan tindakan pencegahan agar tidak terulang terjadinya NC.
150
2. Terkelolanya pengadaan bahan , alat dan tenaga untuk menjamin
penyelesaian pekerjaan seperti yang telah di rencanakan.
3. Tersedianya data realisasi pelaksanaan pekerjaan dan data review
perencanaan periode berikutnya.
4. Terselesaikan NC produk dan sistem di lingkup pelaksanaan.
Tugas-Tugas
1. Menjabarkan rencana harian dan mingguan berdasarkan rencana yang
di terima dari Rendal.
2. Mengarahkan kegiatan sub Kontraktor agar sesuai dengan apa yang di
rencanakan.
3. Mengkordinir dan mengarahkan para pelaksana agar mencapai hasil
yang di rencanakan
4. Dan sesuai prosedur kerja yang di tetapkan dalam buku rencana proyek.
5. Menjelaskan kepada pelaksana laporan realisasi pelaksanaan pekerjaan
serta mengadakan
6. Tindakan - tindakan koreksi atas tejadinya penyimpangan -
penyimpangan dari
7. Tasil kerja para pelaksana, sesuai prosedur yang di tetapkan.
8. Telakukan review atas perencanaan periode berikutnya.
9. Mengajukan permintaan penmgadaan bahan ,tenaga dan peralatan guna
memenuhi kebutuhan pelaksanaan sesuai kebutuhan dengan rencana
kerja.
10. Mengkoordinir pemakaian bahan, tenaga dan peralatan agar tidak
menyimpang dari perhitungan rencana kebutuhan bahan.
11. Mendata pemakaian bahan,tenaga dan peralatan.
12. Melakukan evaluasi pemakaian bahan,tenaga dan pralatan untuk dasar
perencanaan pada periode berikutnya.
13. Mencatat seluruh hasil realisasi pelaksanan pekerjaan yang telah di
kerjakan baik secara periodik maupun secara komulatif.
14. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan terhadap rencana.
15. Mendata penyimpangann dan menganalisa penyebabnya.
16. Melakukan review rencana kerja dan menjabarkan perubahan pada saat
managemen Review Meeting di proyek.
17. Mengusulkan penetapan amandemen rencana kerja.
18. Bersama kepala proyek menganalisa NC, menetukan penyelesaianya.
151
19. Mengkoordinasikan penyelesaian NC produk dan sistem.
20. Melaporkan kepada pengawas mutu atas penyelesaian NC.
21. Menetapkan tindakan pencegahan agar tidak terulang terjadinya NC.
12.2.5. Drafter
Tugas dan tanggung jawab dari drafter, meliputi:
- Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai draft.
- Membantu opname prestasi pekerjaan.
- Membuat shop drawing proyek.
- Memperbaiki / revisi kesalahan terhadap gambar rencana.
12.2.6. Logistik
Tugas dan tanggung jawab dari Logistik, meliputi:
- Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai logistik.
- Bertanggung jawab terhadap barang – barang / peralatan logistic untuk
pekerjaan di proyek.
- Evaluasi pengajuan material.
- Rapat masalah alat – alat logistik.
- Mencatat setiap kegiatan di dalam proyek.
- Prosedur pengujian / testing peralatan / material.
- Menyiapkan form – form standard yang diperlukan logistik.
- Persiapan check list dan defect list untuk pengawasan alat – alat pekerjaan.
- Pemeriksaan pengeluaran material / peralatan.
12.2.7. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab dari Surveyor, meliputi:
- Sebagai pendata di proyek.
- Membantu pelaksana di lapangan.
- Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai logistik.
- Menyiapkan form – form standard yang diperlukan.
- Membantu opname operasi pekerjaan.
12.2.8. Peralatan
Tugas dan tanggung jawab dari Peralatan, meliputi:
- Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai peralatan.
- Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan untuk pekerjaan di
proyek.
- Mencatat setiap peminjaman dan pemakaian alat – alat di dalam proyek.
- Prosedur pengujian / testing peralatan / material.
152
- Menyiapkan form – form standard yang diperlukan peralatan.
- Persiapan check list dan defect list untuk pengawasan alat – alat pekerjaan.
- Pemeriksaan pengeluaran peralatan.
12.2.9. Procurement
Tanggung Jawab
1. Terlaksananya pengadaan bahan dan peralatan sesuai jadwal
pelaksanaan yang telah tetapkan.
2. Bertanggung jawab atas volume dan mutu penerimaan barang dan alat
sesuai dengan permintaan.
3. Bertangguang jawab atas kalibrasi peralatan ukur.
Tugas-Tugas
1. Menerima data kebutuhan bahan dan peralatan sebagaimana yang telah
direncanakan oleh Kepala Pelaksana / Rendal sebagaimana hasil rapat
mingguan proyek (MRM Proyek)
2. Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur
3. Melakuakan penerimaan bahan sesuai prosedur
4. Melakukan penyimpanan barang agar terjaga jumlah dan mutunya.
5. Melakukan identifikasi dan status barang yang di terima.
6. Melaporkan sisa bahan secara periodik.
7. Melayani permintaan barang dari lapangan.
8. Memebuat daftar pengeluaran / pemakaian barang.
9. Membuat daftar permintaan penerimaan dan pengeluaran BBM.
10. Memeproses pelaksanaan atas Kalibrasi alat ukur.
11. Melaporkan status Kalibrasi secara periodik ke Cabang melalui logistik
cabang.
153
BAB XIII
HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK
Selama menjalankan kerja praktek di proyek gedung parkir kejaksaan agung ini,
penulis menemukan beberapa hal menarik yang dapat menganggu jalannya proyek ataupun
hal lain yang cukup menyimpang dari kebiasaan namun tetap dilakukan demi kelancaran
proses konstruksi secara keseluruhan. Disamping itu penyusun memperoleh informasi yang
menarik terkait dengan pengaruh waktu dan biaya yang dapat berbanding lurus dan disuatu
waktu dapat berbanding terbalik.
1. Curah hujan yang cukup tinggi
Proyek Pembangunan Tahap III (Lanjutan) Gedung Bertingkat 10 (11 Lantai)
untuk Parkir, Sarana Olahraga, dan Kantor KBPA (Keluarga Besar Purna Adhyaksa)
Kejaksaan Agung RI dikerjakan dari bulan April 2010 sampai bulan November 2010
pada interval waktu tersebut sering terjadi hujan meskipun musim penghujan belum
tiba.
Jika hujan turun, maka demi keselamatan pekerja, pekerjaan dihentikan sampai
hujan berhenti. Hal ini menyebabkan progress proyek menjadi terhambat.
Permasalahan ini ditindaklanjuti oleh pihak kontraktor dengan beberapa langkah,
yaitu:
a. Menggunakan metode half slab pada pembuatan pelat
Dengan menggunakan beton precast, maka pelat dapat dibuat dengan waktu yang
relatif lebih singkat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara konvensional
saja. Hal ini juga bermanfaat di dalam mengatasi permasalahan ketersediaan
bekisting yang terbatas (bekisting yang tersedia hanya untuk satu setengah lantai).
b. Jika hujan yang terjadi cukup sering, maka pekerjaan akan dilanjutkan sampai
malam, sehingga pekerja akan lembur. Dampak dari hal ini adalah kontraktor akan
mengeluarkan uang yang lebih banyak. Tapi hal ini juga mempertimbangkan
biaya-biaya yang lain akibat proyek terhambat.
c. Penggunaan floor hardener
Penggunaan floor hardener bertujuan agar permukaan pelat hasil pengecoran cepat
mengeras, sehingga ketika hujan turun, hasil pengecoran tidak rusak.
154
2. Demonstrasi yang terjadi di samping lokasi proyek
Hal ini disikapi oleh pihak kontraktor dengan mengamankan lokasi proyek dari
pagi hari dengan cara menutup gerbang proyek dengan rantai, hanya orang saja yang
dapat masuk ke lokasi proyek. Dan sudah direncanakan juga, pada hari itu tidak ada
material bangunan yang didatangkan ke lokasi proyek.
3. Sempitnya area pengerjaan proyek mengakibatkan as-8 tidak dikerjakan sampai
progress as-1 telah mencapai lantai 3A
Lokasi As-8 dekat dengan akses keluar masuk proyek sehingga area ini
ditinggalkan demi kemajuan proyek secara signifikan. Kondisi as-8 ditinggalkan
dalam kondisi bore pile masih dalam keadaan utuh namun sudah tergali. Disamping
itu, aspek keselamatan karena pekerjaan “terakhir” ini kurang diperhatikan terutama
masalah galian tanah (tampak pada gambar hanya ditutupi terpal) tanah setinggi 6 m
dapat berpotensi longsor tiba-tiba akibat beban yang ada diatasnya dan tanpa
perkuatan tanah.
155
Gambar 12.2.1 Kondisi as-8
Akibat kondisi ini seluruh pekerjaan balok seluruhnya tepat berhenti pada as-7
tanpa adanya balok yang menyembul keluar (untuk sambungan) ke as-8 karena pjakan
untuk bekisting tidak ada. Pada kondisi yang seharusnya, balok harus tetap dicor
hingga sekitar ¼ bentang, karena disitu diperkirakan terjadi momen 0.
156
Total besi 1750 ton, ada 7 lantai, maka setiap lantai per hari nya 250/7 = 34 ton
besi harus dipakai. 1 orang dapat melakukan pekerjaan besi (dengan diameter 16 mm
atau lebih kecil) 200 kg/ hari (jika besinya besar, diameter 25, 29, 32 mm, maka
400kg/hari). Maka jumlah pekerja yang dibutuhkan = 34000/200 = 170 pekerja.
Setiap 1 kg pekerjaan besi dihargai 750 rupiah, sehingga dapat diperhitungkan upah
pekerja besi
Upah pekerja untuk jam kerja normal 08.00 – 16.00 adalah Rp 35.000,00
apabila lembur Rp 70.000 sampai jam 22.00. Upah bisa mencapai 4 x Rp 35.000,00 =
Rp 140.000 apabila pekerja bekerja 24 jam (hanya untuk pekerjaan tertentu saja,
seperti pengecoran)
Bagian ini disajikan untuk mencapai kesimpulan bahwa untuk memacu
progress proyek lebih cepat seringkali biaya yang ada justru dapat membengkak
karena terjadi penambahan jumlah tenaga kerja namun hal tersebut kurang baik karena
kapasitas produksi pekerja yang ada justru menjadi kurang optimum. Apabila jumlah
pekerja tetap dan disuruh kerja lembur, upah pekerja justru dapat meningkat antara 2-3
kali lipat dan ini sangat berpengaruh terhadap biaya sedangkan kualitas pekerjaannya
menjadi kurang baik karena pekerja telah kelelahan.
157
BAB XIV
KESIMPULAN DAN SARAN
13.1. Kesimpulan
Kerja praktek ini merupakan bagian dari pengembangan kemampuan
mahasiswa di bidang praktis yang diperoleh lewat pengamatan di lapangan secara
langsung. Gedung Parkir Kejaksaan Agung merupakan gedung yang konstruksinya
dilakukan secara bertahap. Tahap III pembangunan gedung ini merupakan bagian
pengamatan penyusun yang meliputi konstruksi struktur lantai semi basement hingga
lantai 6.
Berikut ini merupakan kesimpulan dari proyek ini
1. Gedung Parkir Kejaksaan Agung ini memiliki 11 lantai, tahap III
sampai lantai 6
2. Sistem Struktur Gedung ini menggunakan pondasi borepile, struktur
rangka beton dengan atap penutup rangka baja (lantai 11)
3. Lantai Basement hingga lantai 6 diperuntukkan untuk tempat parkir,
lantai 7-11 digunakan untuk tempat tahanan, kantor, dan fasilitas
olahraga
4. Metode konstruksi pelat sistem half-slab, dengan slab precast.
5. Konstruksi balok menggunakan bekisting dari PCH, sedangkan kolom
dan dinding geser menggunakan bekisting sateko
6. Konstruksi tangga dilakukan diakhir karena sudah ada ramp untuk
mobilisasi pekerja antar lantai
7. Progress proyek lebih cepat sekitar +1%
8. Tidak ada masalah yang signifikan menghambat proyek baik dari segi
pembiayaan maupun masalah teknis seperti masalah K3
9. Manajemen PT. PP (Persero) sangat baik kinerjanya sesuai dengan
sertifikasi standar manajemen internasional yang telah dimilikinya.
Penyusun mempelajari berbagai metode konstruksi dari struktur bangunan
gedung parkir sekaligus mempelajari aspek manajemen konstruksi melalui
pembimbing lapangan. Penyusun juga ditunjukkan secara langsung kesalahan-
kesalahan di lapangan yang dapat terjadi dan bagaimana respon atau pertimbangan
untuk kebijakan yang diambil terkait dengan proses konstruksi. Disamping itu,
penyusun juga dapat menilai bagaimana kinerja suatu perusahaan kontraktor
dibandingkan dengan kondisi ideal yang telah didengar dalam kuliah-kuliah
158
manajemen konstruksi. Penyusun juga dikenalkan dengan beberapa metode praktikal
penyederhanaan perhitungan teoritis untuk kasus-kasus tertentu di lapangan.
Pembahasan laporan ini sebagian besar mengacu pada Project Management
Body of Knowledge 2004 yang meliputi berbagai bidang manajemen yang perlu
diperhatikan dalam suatu proyek.
13.2. Saran
Penyusun berharap dikemudian hari kerja praktek yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada proyek di lapangan tetapi juga pada proses desain bangunan yang
umumnya dilakukan di kantor konsultan selama beberapa waktu sehingga peserta
kerja praktek dapat memahami dan beradaptasi terhadap pilihan yang ada di dunia
kerja setelah menyelesaikan kuliah.
13.3. Penutup
Demikian laporan dari penyusun atas kerja praktek yang dilakukan, semoga
laporan ini dapat membawa manfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi
bagi peserta kerja praktek untuk tipe bangunan gedung parkir lainnya.
159
DAFTAR PUSTAKA
---. 2004. Project management body of knowledge 3rd edition. Project management institute,
four campus boulevard, Newton Square
Iman, Teguh, dkk. Laporan tugas besar proyek pembangunan overpass kereta api sta
85+447.852. Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Fatih, M, dkk. 2009. Laporan kerja praktek Kalibata Residence. Departemen Teknik Sipil
Universitas Indonesia
160