PT PLN (PERSERO)
PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN
KANTOR INDUK
Jl. Banten No. 10 Bandung
Nomor : IK-TEK-03
INSTRUKSI KERJA Revisi : 00
Tanggal :
Non Destructive Test – ULTRASONIC TESTING
Halaman : 1 dari 6 halaman
1. TUJUAN
Instruksi Kerja NDT – Ultrasonic Testing (UT) disusun untuk memberi acuan standar pada pelaksanaan
pekerjaan NDT yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) PUSHARLIS, yang akan digunakan oleh
teknisi, operator atau tim pelaksana di lapangan.
2. RUANG LINGKUP
2.1 Instruksi kerja ini mencakup penjelasan alur kerja dan pedoman teknis pelaksanaan Non Destructive Test
(NDT) Ultrasonic Test (UT).
2.2 Instruksi kerja ini berlaku di lingkungan PT PLN (Persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan.
3. PENANGGUNG JAWAB
3.1 Manager Unit Pelaksana bertanggung jawab terhadap pelaksanaan prosedur dan mengetahui laporan
akhir hasi uji NDT pekerjaan.
3.2 Manager Bagian Produksi dan Tim Quality Assurance (QA) bertanggung jawab memastikan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan prosedur standar pekerjaan yang berlaku.
3.3 Tim Quality Control (QC) bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan uji NDT sesuai dengan prosedur
pekerjaan yang berlaku.
4. REFERENSI
4.1 Introduction dan Code & Standard Non Destructive Testing – Ultrasonic Testing (UT) Level I Training
Course. Balai Besar Besar dan Bahan Teknik (B4T) – Bandung (2019).
4.2 Non Destructive Testing UT, MT, PT –Level 1
4.3 Masterscan D-70 Sona Test user’s manual - America (2014)..
4.4 ASME Boiler and Pressure Vessel Code (BPVC), Section V (2017) - Article 4 dan 5.
5. PERSYARATAN UMUM
Manager Unit Pelaksana harus memastikan :
5.1 Semua personil yang terlibat pekerjaan ini memiliki kompetensi yang sesuai.
5.2 Bahwa semua personil telah memahami alur proses dan prosedur pelaksanaan pekerjaan sesuai
spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
5.3 Para pelaksana memahami pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur pekerjaan yang ditentukan.
5.4 Peralatan yang digunakan telah sesuai standard dan prosedur pelaksanaan pekerjaan.
[1]
Peralatan Ultrasonic Testing (UT) yang digunakan adalah SONATEST Tipe D-70.
[2]
2. Pilih MENU >> CAL (Calibration). Kemudian setting sebagai berikut :
Probe Zero =0
Velocity = 5930 (Steel)
Range = 100 mm
Delay =0
3. Pilih MENU >> CAL >> Amp (Amplifier) >> Tx Mode (Single)
Untuk memastikan probe yang digunakan adalah tunggal (single), bukan ganda (double).
Dan Frequensi yang digunakan Filter = 3 - 8 MHz.
Pastikan dalam MENU >> MEMORY >> PANEL, sudah menggunakan file setting yang sesuai
dengan probe yang ditentukan.
4. Dalam kalibrasi ini akan menentukan pulse dan angka (nilai) yang bisa ditampilkan di layar.
Untuk mengatur Pulse, dilakukan penyesuaian hingga mendapatkan 4 pulse di layar.
Dengan cara mengatur Delay dan Probe Zero nya. Rumusan untuk menentukan jarak
yang ditentukan berdasarkan :
Jumlah Pulse = Range n = R = 100 = 4 Pulse
t Std t Std 25
Untuk mengatur Angka (nilai), dilakukan penyesuaian setting pada menu AUTOCAL dan
GATE nya.
I=
2,5
II =
5
III =
7,5
IV =
10
Proses setting AutoCal, setting garis bersinggungan dengan pulsa pertama dengan
kalibrasi Blok V1. Distance 1 = 25 mm dan Distance 2 = 100 mm. Untuk memastikan
pulsa pertama dipastikan = Skala 2,5 yaitu dengan cara mengatur nilai Delay dan Probe
Zero nya. Misal : Nilai Probe zero nya diubah = 1 dan nilai delay = 0. Hal ini dilakukan
untuk memposisikan agar Pulsa berada pada posisi yang tepat.
Rumusan untuk menentukan jarak yang ditentukan berdasarkan :
= Ketebalan x Skala layar contoh : 25 x 10 = 2,5
Range 100
Menu GATE 1 atau GATE 2 (garis merah) dapat digunakan untuk melihat nilai yang yang
ingin diketahui.
Apabila nilai hasil pengukuran tidak sesuai dapat dilakukan pada menu ACCEPT, jika
nilai distance 1 dan distance 2 sudah sesuai.
[3]
c. Hasil Pengukuran Blok Kalibrasi V1 dan Sampel Benda Uji
Hasil Pengukuran Blok Kalibrasi V1 sesuai dengan standar kalibrasi yang umum
digunakan.
Posisi 1 2 3 4 5 6 7 8
Hasil
Pengukuran 25,11 X 100,05 91,13 86,08 13,46 33,5 200,04
(mm)
Secara umum dan disarankan untuk mengukur ketebalan (thickness) sebuah material
atau benda tidak menggunakan ultrasonic testing (UT), tetapi menggunakan alat
thickness gauge sendiri yang lebih tepat dan akurat.
[4]
benda uji pipa atau plat tipis. Sehingga harus menggunakan probe normal double.
b. Prosedur Kalibrasi.
1. Prosedur kalibrasi yang dilakukan pada probe normal double secara umum sama dengan
penggunaan probe normal ganda (double).
2. Nyalakan Alat UT (tekan ON), hubungkan Probe Double ke Alat UT melalui kabel yang sesuai
tombol fungsi probe normal. Kemudian akan muncul menu sebagai berikut :
Posisi 1
(mm)
A 3,70
B 4,14
C 3,08
D 3,05
E 3,05
a. Langkah Kerja
1. Menentukan ukuran Benda Uji (Spesimen)
2. Menentukan Range pada Alat Uji UT
[6]
Pilih MENU >> CAL (Calibration). Kemudian setting sebagai berikut :
Probe Zero =0
Velocity = 5930 (Steel)
Range = 100 mm (nilai range > tebal benda uji)
Delay =0
Pilih MENU >> CAL >> Amp (Amplifier) >> Tx Mode (Single)
Untuk memastikan probe yang digunakan adalah tunggal (single), bukan ganda (double).
Dan Frequensi yang digunakan Filter = 3 - 8 MHz.
Cek hasil pengukuran pada Menu >> CAL >> Gate 1 (garis merah). Untuk mengetahui nilai
Gate dapat mengatur melalui menu G1 Start, G1 Width dan G1 Level.
Proses setting menu >> AutoCal, setting garis bersinggungan dengan pulsa pertama dengan
kalibrasi Blok V1. Distance 1 = 25 mm dan Distance 2 = 100 mm. Untuk memastikan pulsa
pertama dipastikan = Skala 2,5 yaitu dengan cara mengatur nilai Delay dan Probe Zero nya.
Misal : Nilai Probe zero nya diubah = 1 dan nilai delay = 0.
[7]
Lakukan penggeseran probe hingga menemukan cacat indikasi akan berada di bawah tebal
benda uji (back wall), catat berapa kedalamannya. Catat lokasi cacat.
Geser probe di sekitar cacat tersebut hingga amplitudo indikasi cacat tingginya sama
dengan amplitude back wall serta beri tanda pada benda uji posisi tengah-tengah probe
pada kondisi ini.
Ulangi langkah-langkah tersebut diatas sehingga seluruh bagian pinggir cacat dapat
ditentukan dan lakukan kembali untuk menentukan cacat lainnya.
Gambarkan hasil kedalaman dan tanda pada benda uji.
b. Hasil Pengukuran
Dokumentasi Pelaksanaan Experiment.
Dari hasil Pelaksanaan pengukuran mencari cacat laminasi dengan metode equalisasi dapat
digambarkan dengan hasil sebagai berikut :
[8]
Hasil yang didapat dari Pelaksanaan UT :
[9]
7.3.2 Menentukan Lokasi Dimensi Cacat Laminasi dengan Probe Normal pada Benda Uji Tertutup.
a. Langkah Kerja
1. Menentukan ukuran Benda Uji (Spesimen)
2. Menentukan Range pada Alat Uji UT
3. Melakukan kalibrasi Jarak
Probe Zero =0
Velocity = 5930 (Steel)
Range = 100 mm
Delay =0
Laksanakan proses kalibrasi merujuk pada Poin 7.3.1 Examination (Experiment III)
b. Hasil Pengukuran.
Dokumentasi Pengukuran.
Dari hasil Pelaksanaan pengukuran mencari cacat laminasi dengan metode equalisasi dapat
digambarkan dengan hasil sebagai berikut :
[ 10
]
7.4 Examination (Experiment IV)
KALIBRASI ALAT PESAWAT UT
7.4.1 Pemeriksaan Linieritas Horizontal
a. Langkah Kerja
1. Kalibrasi/ Setting pesawat dengan jarak/range 250 mm pada ketebalan 100 mm standar
Blok V1 maka harus muncul 2 pulsa pada skla layar. Dengan perhitungan sebagai berikut :
Atur tombol delay dan sweep range sehingga pulsa ke 1 pada posisi 4 dan pulsa ke 2
pada posisi skala 8.
[ 11
]
2. Letakkan probe pada ketebalan 25 mm maka akan muncul 10 pulsa, amati layar apakah
indikasi 1,2,3 dst terletak tepat pada skala 1,2,3 dst seperti pada gambar :
3. Linieritas skala horizontal dianggap baik bila letak tiap indikasi tepat pada skala
layar apakah indikasi tepat pada skala layar dengan toleransi ±2%.
b. Hasil Pengukuran
1. Pengukuran pada sisi kalibrasi blok 100 mm
[ 12
]
Hasil pengukuran menunjukkan 10 pulsa pada pemeriksaan ketebalan blok kalibrasi 100 mm.
Hasil pengukuran menunjukkan 10 pulsa pada pemeriksaan ketebalan blok kalibrasi 25 mm.
Atur tombol delay dan tombol sweep range sehingga pulsa ke 1 dan posisi skala 4 dan pulsa ke 5 pada
posisi skala 10.
[ 13
]
d. Tanpa merubah letak/ posisi probe atur tombol gain secara bertahap dengan tahapan 2 dB hingga
amplitudo indikasi II mencapai 100% tinggi layar dan turunkan gain secara bertahap hingga 20% tinggi
layar.
e. Cata besarnya gain indikasi I dan II, pada tiap tahap pengaturan tombol gain.
Hasil Pengamatan :
Linieritas skala vertical yang dianggap baik adalah apabila amplitude indikasi I sebesar 50% amplitude indikasi
II dengan toleransi ±5% amplitude indikasi I. (Tabel I)
Tabel I.
+/- Perubahan Gain (dB) Pulsa I (%) Pulsa II (%) Rasio
+4 94 30 60 2
+2 93 31 60 1,9
0 91 50 90 1,8
-2 89 19 20 1,9
-3 88 10 19 1,9
GRAFIK :
[ 14
]
7.4.3 Pemeriksaan Linieritas Tombol Gain
Pemeriksaan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa step tombol dari pesawat UT adalah linier.
Gb.5
1. Letakkan probe pada ketebalan V1, muncullah salah satu pulsa pada layar
2. Atur gain sehingga tinggi pulsa 80 % (Gb.5)
3. – Turunkan gain -6 dB, amati layar dan catat penurunan tinggi layar kembalikan ke posisi awal
pada 80 %
– Turunkan gain -12 dB, amati layar dan catat penurunan tinggi layar atau tombol gain ke posisi
awal pada 40 %
– Naikkan gain +6 dB, amati layar dan catat kenaikkan tinggi layar atau tombol gain ke posisi awal
pada 20 %
– Naikkan gain +12 dB, amati layar dan catat penurunan tinggi layar
Hasil Pengamatan
80% -6 dB 35 32 - 48%
40 % + 6dB 70 64 - 96 %
20 % + 12 dB 80 64 – 96 %
7.4.4 Resolusi
1. Kalibrasi/Sting pesawat untuk range 100 mm pada ketebalan 25 mm standard V1. Maka harus
muncul 4 pulsa pada skala layar seperti gambar.
Atur tombol delay dan tombol sweep range sehingga pulsa pada posisi skala 2,5; 5; 7,5; 10
2. Letakkan probe pada ketebalan 86,91 dan 100 mm sehingga ketiganya terlihat pada layar.
3. Atur amplitude, indikasi pulsa, amati ketiga indikasi tersebut. Catat setiap indikasi pulsa pada
[ 15
]
ketinggian berapa % kaki kaki pulsa pada skala 86, 91 dan 100 mm dapat dibaca dengan jelas
ketinggiannya.
Menentukan range
[ 16
]
a. Sudut probe 45° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada celah 30 mm. Didapatkan nilai
indeks awal di skala 12 mm
b. Sudut probe 60° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada celah 30 mm. Didapatkan nilai
indeks awal di skala 12,5 mm
[ 17
]
c. Sudut probe 70° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada celah 30 mm. Didapatkan nilai
indeks awal di skala 16 mm
c. Tentukan nilai indeks baru berdasarkan nilai sudut pada skala blok V1 dan disamakan dengan
sudut pada probe sudut yang digunakan. Kemudian hitung berapa simpangan dari toleransi
sudut ± 2°
Hasil pengukuran titik indeks baru :
- Sudut probe 45° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada skala sudut 45°. Didapatkan
nilai indeks baru 11 mm. Nilai indeks baru didapat dengan menurunkan gain dengan pulsa
maksimum pada gain 32 %.
a = indeks lama – indeks baru
= 12 – 11
= 1 mm
b = 9 mm
β= x (50° - 45°)
= 0,55°
- Sudut probe 60° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada skala sudut 60°. Didapatkan
nilai indeks baru 14 mm. Nilai indeks baru didapat dengan menurunkan gain dengan pulsa
maksimum pada gain 32 %.
a = indeks lama – indeks baru
= 12 – 12,5
= -0,5 mm
b = 21 mm
β= x (60° - 55°)
= -0,11°
- Sudut probe 60° dengan menggunakan blok V1 ditempelkan pada skala sudut 45°. Didapatkan
nilai indeks baru 12 mm. Nilai indeks baru didapat dengan menurunkan gain dengan pulsa
maksimum pada gain 45 %.
a = indeks lama – indeks baru
= 15 – 16
= -1 mm
b = 8 mm
[ 19
]
=
= 0,25°
Pulsa yang muncul adalah pada titik 2,5 dan 10 seperti pada gambar dibawah ini :
Hal ini dikarekan jarak rambat gelombang ultrasonic untuk leg pertama hingga ke dinding adalah 25
mm dan leg kedua (pantulan kedua) adalah total 100 mm.
Sesuai dengan rumus dibawah ini :
b. Tahap Kedua memposisikan probe pada titik indeks dengan posisi pada gambar.
Pulsa yang muncul adalah pada titik 5 seperti pada gambar dibawah ini :
[ 20
]
Hal ini karena gelombang ultrasonic yang muncul untuk leg pertama hingga ke dinding adalah
50 mm. Sehingga dengan range 100 maka gelombang akan muncul pada titik 5.
1. Lakukan kalibrasi gain sensitivity
Kalibrasi Gain Sensitivity untuk mengetahui nilain gain yang paling sensitive untuk mengetahui
cacat. Dilakukan dengan menemukan pulsa tertinggi pada kalibrasi block V1 (Seperti Gambar)
kemudian menaikkan 6 dB. Pulsa yang akan muncul menyesuaikan sudut probe sesuai dengan
gambar formula dibawah ini :
β (sudut probe)
Kalibrasi jarak dilakukan untuk menentukan jarak pulsa awal berdasarkan ke-3 jenis probe
sudut.
S= S= S=
= 2,14 =3 = 5,13
Gambar :
[ 21
]
- Penentuan cacat dilakukan dengan menggeser probe sudut diatas benda uji sampai didapat pulsa
mencapai titik maksimum. Kemudian catat hasil pengukuran yang tertera pada layar alat sonatest Sc
(jarak dari indeks baru ke ujung lokasi cacat berdasarkan sudut probe), Pc (jarak dari indeks baru ke
lokasi tengah cacat), Px (jarak dari indeks baru ke lokasi ujung material) diukur menggunakan
mistar, t (kedalaman cacat), dan x = Px – Pc.
- Kemudian geser probe arah sumbu Y sampai pulsa turun 50 % (-6dB) dan catat berapa nilai L
(panjang cacat)
Berikut hasil pengukuran penentuan cacat dari benda uji 1 dan benda uji 2 :
[ 22
]
Pulsa Tepian ditandain dengan penurunan ketinggian pulsa hinggal 50%. Diusahakan agar Nilai
Sc, Pc dan Tc bernilai mendekati sama dari nilai Sc, Pc dan Tc pada saat pada ketinggian pulsa
maksimal.
Dari hasil pengukuran tersebut disampaikan pada table dibawah mengacu pada keterangan
gambar sebagai berikut :
No. Sisi Sudut Sc Pc Tc Px X L
BENDA UJI 1
1 1B 45° 12,3 8,7 8,7 21 12,3 26
2 2A 45° 24,32 17,19 17,19 35 17,81 46
3 1B 60° 18,71 16,21 9,36 39 22,79 27
3 2A 60° 36,33 31,46 18,17 37 5,54 45
4 1B 70° 28,82 27,08 9,86 47 19,92 26
5 2A 70° 56,04 52,66 19,17 71 18,34 46
[ 23
]
Tampilan SCAN B dan SCAN C :
Langkah Kerja :
1. Mengukur tebal Benda Uji
2. Mencari cacat laminasi, apabila tidak ada cacat laminasi maka teruskan.
3. Memilih Sudut Probe – menentukan sudut probe – mengecek sudut probe
4. Menentukann Range – R = t / cos β ; 2t / cos β
5. Melakukan Kalibrasi Jarak
6. Melakukan Kalibrasi Gain Sensitivity
7. Melakukan Pemeriksaan Sambungan Las
Penentuan Scanning Area
HAZ
[ 24
]
Dengan Keterangan sebagai berikut :
Sc = Dilihat dilayar -> Sc = (2,5/10) x 100 = 25 mm
Px = Diukur pada BU
Pc = dihitung -> Pc = Sc sin β
X = Px – Pc
L = diukur pada BU
Tc = dihitung -> leg 1 -> tc = Sc .cos β ------ leg 2 -> tc = 2t – Sc cos β
Penentuan Lokasi dan Dimensi Cacat.
tc
L (panjang cacat)
H = 50 % max
[ 25
]
SCAN B
SCAN C
[ 26
]
[ 27
]