FARMAKOEKONOMI
CBA (Cost Benefit Analysis)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas makalah kelompok I Farmakoekonomi dengan materi CBA
(Cost Benefit Analysis) dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Farmakoekonomi.
Makalah ini kami susun dengan harapan dapat menjadi sarana pembelajaran serta
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, rekan mahasiswa, serta dosen.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
terutama dari segi penulisan dan kata-kata. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Kelompok I
Halaman
Cost Benefit Analysis adalah teknik analisis ekonomi yang menghitung dan
membandingkan biaya suatu intervensi kesehatan terhadap manfaat dalam satuaan moneter.
Nilai manfaat dari suatu intervensi adalah meningkatnya hasil pengobatan (kesembuhan,
pulihnya kemampuan fisik) bila dibanding dengan hasil serupa dari intervensi lain. CBA
merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membandingkan internal satu intervensi,
apabila nilai manfaat bernilai positif maka intervensi tersebut harus dilakukan.
Cost Benefit Analysis (CBA) adalah proses sistematis untuk menghitung dan
membandingkan manfaat dan biaya dari proyek untuk dua tujuan:
1. Untuk menentukan apakah itu adalah investasi yang sehat (pembenaran / kelayakan).
2. Untuk melihat bagaimana membandingkan dengan proyek-proyek alternatif (peringkat /
prioritas tugas). Ini melibatkan membandingkan biaya total diharapkan setiap pilihan
Berdasarkan hasil analisis ini, pemerintah dapat menentukan pilihan yang tepat dan
anggaran dapat dialokasikan secara efektif. Pemilihan alternatif dan penentuan prioritas ini
berkontribusi pada pencapaian anggaran berbasis kinerja. Kapasitas pengembangan daerah
tidak mutlak hanya dilakukan berdasarkan variabel manfaat dan biaya.
Dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah, analisis utama yang harus
dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah sejauh mana kontribusi suatu proyek dalam
komunitas dan ekonomi lokal suatu wilayah. Secara umum, cost benefit analysis-ratio
(BCR) dapat membantu penggunanya untuk:
1. Membantu dalam proses pengambilan keputusan.
2. Menambah alternatif atau pilihan.
3. Mengurangi biaya alternatif yang tidak efektif.
Menurut Remenyi (2002), mendefinisikan Cost Benefit Analysis (CBA) adalah untuk
mengevaluasikan apakah efektivitas dari manfaat lebih besar dari pada biaya, atau masih
mencukupi bagi masyarakat, dalam Cost-Benefit Analysis melibatkan serangkaian langkah
atau tahapan, adapun 5 tahapannya yaitu :
Teknik analysis yang bisa digunakan dalam Cost Benefit Analysis ada 3 teknik
(Cambell dan Ricard B, 2003), yaitu :
1. Net Present Value (NPV)
NPV mempunyai banyak istilah lain yang digunakan, Present Worth Analysis (PWA)
ataupun Present Value Menthod (PWM) dalam bahasa Indonesia diartiakan sebagai analisis
nilai sekarang. Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
NPV memanfaatkan tiga konsep secara seklaigus, yani konsep ekilvalensi (equivalent
concept), cash flows, dan faktor bunga majemuk (compound interst factor). NPV merupakan
metode untuk menentukan nilai uang yang sekarang ada dari berbagai aliran kas keluar dan
aliran kas yang masuk pada waktu tertentu yang ada di depan.
Analisis NPV adalah analisis dapat mengkonversi manfaat dan nilai-nilai masa datang
menjadi sebanding dengan nilai masa sekarang dari manfaat masa dengan memotong
manfaat tersebut menjadi biaya organisasi. Dari nilai yang tersebut dapat dibandingkan nilai
masa sekarang dari manfaat masa datang dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
mencapai manfaat tersebut, untuk menentukn apakah manfaat yang didapat lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate Return (IRR) sebagai laju pengembalian bunga pada pinjaman yang
dikembalikan saat jadwal pengembalian. Sehingga memberikan nilai present (jumlah
pengeluaran yang diekivalensi dengan nilai sekarang dan jumlah pengeluaran yang
diekivalensi waktu sekarang) sama dengan no. Nilai ekivalensi adalah nilai yang sama
dengan proyeksi waktu yang berbeda (Agus, 2011).
Net Benefit Cost Ratio (BCRn) merupakan metode BCR yang paling sulit karena
formula yang dipakai memadukan formula NPV dan BCRn secara bersamaan. Nilai
kelayakan BCRn lebih dari maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
Tabel 3.1 Hasil Identifikasi Unsur Manfaat (benefit) dan Unsur Biaya (Cost) Pada
Usulan Pembelian Alat CT-Scan di RSD Balung Jember
Tabel 3. 2 Hasil Identifikasi Unsur Manfaat (benefit) dan Unsur Biaya (Cost) Pada
Usulan Pembelian Alat Laser dioda photocoagulator di RSD Balung Jember
Tabel 3.3 Besaran Nominal Unsur Biaya (cost) dan Unsur Manfaat (benefit) Pada
Usulan Pembelian Alat CT-Scan Pada Tahun ke-0
Tabel 3.4 Besaran Nominal Unsur Biaya (cost) dan Unsur Manfaat (benefit) Pada
Usulan Pembelian Alat Laser dioda photocoagulator Pada Tahun ke-0
3. Perhitungan Nilai Sekarang (Present value) dari Manfaat (benefit) dan Biaya
(cost) dari Kedua Usulan Program di RSD Balung Jember
Setelah didapat present value untuk unsur biaya dan manfaat pada masing-masing
usulan program, maka langkah selanjutnya adalah menghitung rasio benefit-cost. Rasio
benefit-cost didapat dengan membagi antara antara present value benefit dibagi dengan
present value cost. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai rasio benefit-cost
untuk usulan pembelian alat CT-Scan sebesar 0,078 dan untuk usulan pembelian alat
Laser dioda photocoagulator adalah sebesar 0,858.
3.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil identifikasi unsur biaya
(cost) antara lain, biaya investasi yang terdiri dari biaya bangunan, tanah dan harga beli alat,
Biaya operasional tetap yang terdiri dari biaya pegawai, biaya ATK (Alat Tulis Kantor),
biaya BHP (Bahan Habis Pakai), biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan alat,
biaya umum (listrik, air, telepon) dan Biaya operasional tetap variabel. Untuk unsur manfaat
(benefit) terdiri dari pendapatan rumah sakit dari layanan CT-Scan dan layanan tindakan
fotokoagulasi laser.
Pada usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator, pada unsur biaya (cost)
tidak memasukkan Biaya operasional tetap variabel karena belum dilakukannya perhitungan
unit cost di RSD Balung sehingga pihak poli mata sendiri masih belum dapat memecah
biaya yang dibebankan ke pasien. Pada penelitian terdahulu mengenai Cost benefit analysis
rencana pengembangan alat diagnostic Panoramic X-ray di RSD Balung, unsur biaya (cost)
didalamnya terdiri dari biaya pengadaan yang dalam hal ini dapat digolongkan sebagai biaya
investasi, biaya tetap, dan Biaya operasional tetap. Terdapat sedikit perbedaan dalam
penggolongan biaya pada penelitian tersebut. Penelitian lain yang juga mengangkat
mengenai Cost benefit analysis, unsur biaya (cost) dalam rencana program yang diteliti juga
tidak memasukkan Biaya operasional tetap variabel dalam penelitiannya. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan dalam penamaan macam-macam biaya yang masuk ke
dalam unsur biaya (cost). Namun setelah dibandingkan masing-masing jenis biaya tersebut
ternyata pada dasarnya substansi yang ada di dalam macam-macam biaya tersebut adalah
sama sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam penggolongan unsur-unsur
biaya dan manfaat antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Pada penentuan nilai setiap unsur biaya dan unsur manfaat dengan besaran nilai
nominal, selisih antara total cost dengan total benefit adalah sebesar Rp 43.998.462.011
dimana total cost lebih besar dari total benefit. Kemudian pada usulan pembelian alat Laser
dioda photocoagulator didapat total cost sebesar Rp 4.107.638.126 dan total benefit sebesar
Rp 4.944.625.000. Selisih antara total cost dengan total benefit adalah sebesar Rp
836.986.874 dimana total benefit lebih besar dari total cost. Pada penelitian terdahulu yang
dilakukan, selisih biaya antara total cost dan total benefit adalah sebesar Rp 202.576.400,
lebih besar pada total benefit. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan selisih antara total
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan rasio benefit-cost, didapat rasio yang paling besar
adalah pada usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator yaitu 0,858 sehingga
rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan memprioritaskan pembelian alat Laser
dioda photocoagulator terlebih dahulu daripada pembelian alat CT-Scan.
Jannah, N., Apriliani, I., Astuti, D. R dan Yuli. 2018. Cost Benefit Analysis. Jakarta :
Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional.
Money, Arthur Remenyi, Dan, and Michael Sherwood-Smith. 2002. The Effective
Measurement and Management of IT Costs an Benefits, 2nd Edition.
Butterworth-Heinemann, Britain.
Nuryadi A. 2009. Cost Benefit Analysis (CBA) dalam Pengadaan Alat CT-Scan Antara
Pembelian Tunai Dibandingkan Sistem KSO di RS Siti Khodijah Sepanjang. Skripsi.
Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
Prasetya F. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian VI: Analisis Biaya dan Manfaat. Malang:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Sanchez RJ, et al. 2005. Exogenous Manganous Ion at Millimolar Levels Rescues All Known
Dioxygen-Sensitive Phenotypes of Yeast Lacking CuZnSOD. J Biol Inorg Chem
10(8):913-23.
Sanjaya. Retinopati Diabetika, P2KB Perdami Jawa Tengah [Internet]. 2010 [diakses 30
November 2019]. Available from : http://p2kb.wordpress.com/2010/05/10/referati-
retinopati-diabetika