Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI

MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG

Nama : Kinanti Nabila Suraiya

NIM 1919720037

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Dr. Pitri Noviadi, SPd., M.Kes

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

MAGISTER KESEHATAN

UNIVERSITAS KADER BANGSA

PALEMBANG

2019
DAFTAR ISI

Daftar isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Gambaran umum lokasi
1.1. Profil puskesmas OPI
1.1.1. Visi dan misi puskesmas OPI
1.1.2. Wilayah kerja puskesmas OPI
1.1.3. Keadaan demografi puskesmas OPI
1.1.4. Fasilitas Pelayanan Puskesmas OPI
1.1.5. Pelayanan kesehatan gigi puskesmas OPI
1.1.6. Program Kegiatan poli gigi
2. Alur proses pekerjaan
BAB 2. MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI
MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG
2.1. Identifikasi risiko
2.2. Analisis risiko
2.3. Evaluasi risiko
2.4. Pengendalian risiko
BAB 3. MATRIK MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER
GIGI MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG
Lampiran
ISI

BAB 1

1. GAMBARAN UMUM LOKASI

1.1. Profil Puskesmas OPI Palembang

1.1.1. Visi dan Misi Puskesmas OPI

1) Visi Puskesmas OPI adalah “Terciptanya Kelurahan 15 Ulu

Sehat dan Tuan Kentang Sehat Tahun 2023”

2) Misi Puskesmas OPI, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan

masyarakat

2. Meningkatkan profesionalitas sumber daya masyarakat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan

sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima

3) Motto Puskesmas OPI

“Senyum, Ramah, Sabar, Disiplin”

1.1.2. Wilayah Kerja Puskesmas OPI

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Palembang tanggan

28 April 2009, Puskesmas Pembantu OPI yang dibangun pada

tahun 1998 yang menginduk pada Puskesmas 1 Ulu beralih

menjadi Puskesmas OPI (Puskesmas Induk). Puskesmas OPI

meliputi satu kelurahan atau wilayah kerja, yaitu Kelurahan 15 Ulu

Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang. Berdasarkan atas

Surat Keputusan Walikota Palembang tanggal 13 November 2017


tentang Perubahan atas Keputusan Walikota Palembang Nomor

332/KPTS/DINKES/2017 tentang izin operasional pusat kesehatan

masyarakat di kota Palembang wilayah Puskesmas OPI berada

pada Kecamatan Jakabaring meliputi dua kelurahan yaitu

Kelurahan 15 Ulu dan Kelurahan Tuan Kentang.

1.1.3. Keadaan Demografi Puskesmas OPI

Batas wilayah Puskesmas OPI yaitu Silaberanti (Utara),

Sungai Ogan Kertapati dan Kecamatan Pengayut Kabupaten OI

(Selatan), Kecamatan Pemulutan Kabupaten OI (Timur), dan

Kelurahan 8 Ulu (Barat). Luas wilayah kerja Puskesmas OPI di

Kelurahan 15 Ulu 1.200 Ha dan Kelurahan Tuan Kentang 40,5 Ha.

Puskesmas OPI dalam aktivitas kerjanya dibantu 4 puskesmas

pembantu yaitu Puskesmas Pembantu 15 Ulu, Puskesmas

Pembantu Sungai Buaya, Puskesmas Pembantu Jakabaring dan

Puskesmas Pembantu Tuan Kentang.

Keadaan wilayah kerja Puskesmas OPI terdiri dari dataran

rendah, sungai dan anak sungai, serta sebagian kecil masih berupa

rawa-rawa. Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas OPI

Kelurahan 15 Ulu Tahun 2018 berjumlah 24.561, Laki-laki

berjumlah 12.149 dan perepuan berjumlah 12.412. Kelurahan Tuan

Kentang tahun 2018 berjumlah 11.609, laki-laki berjumlah 5.684

dan perempuan berjumlah 5.961. Jumlah total penduduk wilayah

Puskesmas OPI 36.170, berdasarkan sosial ekonominya sebagian

pekerjaan penduduk di Kelurahan 15 Ulu adalah buruh kasar,


pedagang, pensiunan, pengrajin, selain itu sebagian besarnya

adalah pegawai negeri sipil dan pegawai swasta yang bekerja pada

sektor formal dan informal.

1.1.4. Fasilitas Pelayanan Puskesmas OPI

1. Ruang Promkes/Penyuluhan Kesehatan

a. Penyuluhan/Promkes

- Penyuluhan di Puskesmas

- Penyuluhan di Posyandu

- Penyuluhan di SD/ SLTP/ SMU

- Penyuluhan di Kelurahan/Kecamatan

b. Pelayanan Gizi

- Pemberian vit. A dan garam beryodium

- Konsultasi Balita BGM dan Obesitas

- Konsultasi Lansia (menu makanan siang)

2. Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

- Ibu hamil, nifas, menyusui

- KB

-Bayi dan balita sakit (MTBS Terpadu)

3. Ruang Pelayanan Pengobatan Umum

- UGD

- Pengobatan Umum

- Pengobatan Gigi

- Rujukan
4. Pelayanan Imunisasi

-BCG

- Polio

- DPT

- Hepatitis

- Campak

-Anti tetanus serum

5. Ruang Pelayanan Laboratorium

- Pemeriksaan urine rutin

- Pemeriksaan darah (asam urat, kolesterol, gula darah)

- Tes kehamilan (PT)

- Pemeriksaan Hepatitis B

- Pemeriksaan Spermatozoa

6. Lain-lain:

a. Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS

b. Pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali

c. Upaya kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD

1 thaun sekali

d. Pelaksanaan BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada

murid kelas 1 dan kelas 3 SD.

1.1.5. Pelayanan Kesehatan Gigi

Pelayanan Kesehatan gigi mulut di puskesmas bertujuan

untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimum.


Program dilakukan dengan cara menambah kesadaran dan

pengertian masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan

gigi, menghilangkan atau mengurangi hal-hal yang dapat

merugikan kesehatan gigi yang secara prinsip merupakan

penanggulangan yang bersifat pencegahan/peningkatan dan

pengobatan darurat. Petugas kesehatan yang terdiri dari dokter gigi

dan perawat gigi, selain melakukan usaha penanggulangan yang

bersifat pencegahan/peningkatan dalam bentuk pelayanan asuhan,

juga usaha yang bersifat pengobatan/pemulihan dan juga

perencanaan secara menyeluruh (Depkes RI, 1993).

Puskesmas OPI melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi

seluruh lapisan masyarakat yang mebutuhkannya, terutama pengobatan

dasar seperti pencabutan dan penambalan gigi. Puskesmas OPI dilayani

oleh satu dokter gigi dan tiga perawat gigi yang berpengalaman dan

terlatih. Puskesmas OPI melaksanakan kegiatan UKGS bagi anak

sekolah di sekolah-sekolah dan UKGM bagi masyarakat umum,

terutama balita dan ibu hamil di posyandu. UKGS dan UKGM

dilaksanakan dua kali setahun.

1.1.6. Program Kegiatan Poli Gigi di Puskesmas OPI

Adapun program kegiatan poli gigi di Puskesmas OPI, adalah

sebagai berikut:

1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di

sekolah, posyandu dan UKGMD.

2. Pencabutan dan penambalan gigi.


3. Scalling.

4. Pengobatan.

a) Tugas, Fungsi dan Kegiatan Pokok Dokter Gigi

1. Tugas Pokok

Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan

pencegahan penyakit gigi dan mulut dalam wilayah

puskesmas.

2. Fungsi

Mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut di puskesmas serta sebagai dokter gigi di puskesmas.

3. Kegiatan Pokok

Memberi pelayanan, pencegahan dan pengobatan

kelainan gigi dan mulut, supervisi dan bimbingan teknis

pada perawat gigi, melakukan penyuluhan kesehatan gigi

pada penderita ibu hamil dan masyarakat di wilayah kerja,

merujuk kasus kelainan gigi dan mulut yang tidak dapat

diatasi di puskesmas, melaksanakan kegiatan-kegiatan

fungsi manajemen, membantu kerjasama lintas sektoral

dalam pengembangan peran serta masyarakat melalui

pendekatan PMKD.

b) Tugas, Fungsi dan Kegiatan Pokok Perawat Gigi

1. Tugas Pokok

Membantu melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut.\
2. Fungsi

Membantu dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan di

puskesmas sebagai perawat gigi di puskesmas.

3. Kegiatan Pokok

Menyiapkan semua alat yang dibutuhkan, membersihkan

dan mensterilkan alat kedokteran gigi setelah dipakai,

melakukan anamnesa dan mencatat dalam kartu pasien,

menyimpan kartu pasien agar dapat dicari dengan mudah,

memeriksa gigi, mengobati gigi yang sakit, menambal gigi

yang berlubang, dan membersihkan karang gigi, merujuk

kasus kelainan gigi dan mulut yang tidak diatasi di

puskesmas, memeriksa gigi ibu hamil dan anak-anak, bersama

dokter mengunjungi sekolah untuk melakukan pemeriksaan

gigi siswa setiap 6 bulan sekali dan memberikan penyuluhan

tentang kesehatan gigi dan mulut, mencatat buku register gigi

dan membuat laporan kegiatan, dan membantu dokter dalam

mejalankan fungsi manajemen.

II. ALUR PROSES PEKERJAAN/KEGIATAN

Adapun protap pelayanan Poli Gigi di Puskesmas OPI, adalah sebagai

berikut:

1. Petugas memanggil pasien berdasarkan nomor pendaftaran.

2. Pasien disuruh duduk dan dianamnesis.

3. Dilakukan pemeriksaan klinis terhadap pasien di kursi gigi.


4. Petugas menetapkan diagnosa berdasarkan anamnesis dan hasil

pemeriksaan klinis.

5. Menentukan rencana perawatan.

6. Pasien diberi informasi biaya perawatan untuk setiap jenis

tindakan perawatan.

7. Setelah dilakukan perawatan, diberikan penjelasan mengenai

tindakan yang

telah dilakukan dan resep serta penjelasan kapan harus kontrol

ulang.

8. Pasien membayar biaya tindakan di unit pendaftaran.

9. Pasien disuruh menyerahkan resep ke unit apotik.

10. Petugas mengisi buku kegiatan harian dan mengembalikan

kartu ke unit pendaftaran.

Alur proses pekerjaan

Mempersiapkan ruangan dan alat

Pelayanan atau pengerjaan pasien

Membersihkan dan sterilisasi alat


BAB 2

MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI MUDA DI

PUSKESMAS OPI PALEMBANG

2.1. Identifikasi risiko

Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI
Tahun 2019

No Tahapan Pekerjaan Potensi bahaya Risiko Pengendalian yang


sudah ada

1 Menyiapkan Bahaya Fisik


ruangan
Lantai yang licin Terpleset di Pemberitahuan
setelah dipel lantai yang licin petugas kebersihan
jika lantai licin
setelah dibersihkan.

2 Menyiapkan Alat Bahaya Fisik

Tertusuk atau Terluka dan Berhati-hati saat


kejatuhan alat yang memar mengambil atau
tajam seperti sonde memindahkan alat
dan alat lainnya & meletakan alat
ditempat yang
mudah djangkau.

3 Melakukan 1. Bahaya Fisik


tindakan •Tertusuk jarum saat
memasang penutup •Terluka •Memakai handscoon
jarum suntik setelah dan menggunakan
mengisi spuit satu tangan saat
dengan cairan memasang tutup
anestesi spuit

•Tertusuk sonde

•Suara bising dari


•Memakai handscoon
kompresor
•Terluka
2. Bahaya Kimia
•Bahan berbentuk •Kompresor dipasang
bubuk yang mudah •rasa jauh dari operator
tidak
terbawa angin dan nyaman
terhirup

3. Bahaya biologi
•Menyimpan bahan
•Terkena air liur dan
berbentuk bubuk di
darah pasien
lemari tertutup dan
•Gangguan memakai masker
pernapasaan saat mengambil
bahan.

4. Bahaya ergonomi Menggunakan


Posisi tubuh saat masker dan
melakuan tindakan. handscoon saat
Berupa punggung melakukan tindakan
yang membungkuk
Tertular
atau kepala yang
penyakit akibat
terlalu menunduk.
bakteri atau
virus jika
5. Bahaya psiko-sosial
dimiliki pasien
Pasien yang tidak
mau dilayani atau Menyediakan kursi
tidak percaya dengan operator, dan
koas dan hanya mau bekerja dengan
dilayani oleh dokter Gangguan postur badan tegap
gigi. dan kepala tidak
muskuloskeletal
terlalu menunduk.
berupa nyeri
punggung
bagian bawah
(lower back
pain) Pendampingan dan
penjelasan oleh
dokter gigi poli

Stress dan
mengganggu
mental dokter
gigi muda

4 Membersihkan alat 1. Bahaya Fisik


Tertusuk sonde dan
jarum suntik setelah Terluka Memakai
digunakan handscoon dan
menggunakan satu
tangan saat
2. Bahaya biologi memasang tutup
Terkena/tertusuk spuit
jarum suntik setelah
digunakan untuk
pasien
Tertular Memakai
penyakit handscoon
kemudian
membuang jarum
suntik ke kotak
khusus yang
berwarna kuning.

Tabel2. Hasil Penilaian Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda

No Tahapan pekerjaan Potensi bahaya Resiko

1 Menyiapkan alat •Tergores alat yang •Terluka


tajam

•Kejatuhan alat
•Memar
2 Melakukan tindakan •Suara bising dari • Rasa tidak nyaman
kompresor yang
dipasang didalam
ruangan

•Terkontaminasi air
liur dan darah
pasien disebabkan
tidak memakai •Tertular penyakit
handscoon

•Posisi operator
yang membungkuk
dan terlalu
menunduk saat
melakukan
tindakan
•Muskuloskeletal
disorder

3 Membersihkan alat •Tergores alat yang • Terluka


setelah dipakai tajam
•Terkena alat yang •Tertular penyakit
terkena darah
pasien

2.2. Analisis Risiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol
atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang mungkin
timbul, dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan dicatat
selengkap mungkin.

Tabel 3. Analisis risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019

N Rincian pekerjaan Risiko Konsekuen Paparan ( Kemung Nilai


o si E) kinan ( L risiko
)
(C)

1 Menyiapkan ruangan Terpleset di 1 6 10 60


lantai yang licin
2 Menyiapkan Alat Terluka dan 3 0.5 10 15
memar karena
kejatuhan atau
tertusuk alat
tajam

3 Melakukan tindakan Terluka dan 3 0,5 10 15


memar karena
kejatuhan atau
tertusuk alat
tajam

4 Menyiapkan bahan yang Gangguan 3 0,5 3 4,5


berupa bubuk pernapasaan
(penambalan GIC)

5 Kompresor sedang Rasa tidak 3 6 10 180


beroperasi nyaman karena
suarakompresor

6 Tindakan pemeriksaan. Tertular 3 10 10 300


scaling, pencabutan, dan penyakit akibat
penambalan. bakteri atau
virus jika
dimiliki pasien

7 Melakukan tindakan Gangguan 3 10 10 300


muskuloskeletal

8 Berkomunikasi dengan Stress dan 1 6 0.5 3


pasien dan teman mengganggu
sejawat di dalam mental dokter
ruangan gigi muda

9 Membersihkan alat Terluka dan 3 6 10 180


memar karena
kejatuhan atau
tertusuk alat
tajam

10 Membersihkan alat Tertular 3 6 10 180


penyakit akibat
bakteri atau
virus

2.3.Evaluasi risiko
Tabel 4. Evaluasi risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019

N Rincian pekerjaan Risiko Nilai Kondisi sekarang Rekomendasi


o risiko

1 Menyiapkan ruangan Terpleset di 60 -waktu -membersihkan


lantai yang licin membersihkan ruangan setelah
ruangan yang usai jam kerja
masih ada pada
jam kerja -memasang
warning sign

2 Menyiapkan Alat Terluka dan 15 -terlalu banyak - meletakan


memar karena meletakan alat secukupnya saja
kejatuhan atau diatas meja dental alat sisanya
tertusuk alat unit disimpan kemudian
tajam diambil saat
diperlukan

3 Melakukan tindakan Terluka dan 15 terlalu banyak - meletakan


memar karena meletakan alat secukupnya saja
kejatuhan atau diatas meja dental alat sisanya
tertusuk alat unit disimpan kemudian
tajam diambil saat
diperlukan

4 Menyiapkan bahan yang Gangguan 4,5 - sisa bubuk GIC - langsung


berupa bubuk pernapasaan terkadang membuang sisa
(penambalan GIC) dibiarkan saja bubuk GIC yang
tidak terpakai

5 Kompresor sedang Rasa tidak 180 -kompresor berada -memindahkan


beroperasi nyaman karena didalam ruangan kompresor ke luar
suarakompresor ruangan

6 Tindakan pemeriksaan. Tertular 300 -Posisi operator - operator mengatu


scaling, pencabutan, dan penyakit akibat terkadang terlalu jarak
penambalan. bakteri atau dekat dengan -menyediakan
virus jika pasien pelindung alat
dimiliki pasien scaller elektrik
-tidak tersedia
pelindung alat
scaler

7 Melakukan tindakan Gangguan 300 Posisi dan postur Operator mengatur


muskuloskeletal operator terlalu posisi dan postur
membungkuk agar tegap dan
tidak terlalu
menunduk

8 Berkomunikasi dengan Stress dan 3 Beberapa pasien Tidak terlalu


pasien dan teman mengganggu meremehkan status memikirkan,
sejawat di dalam mental dokter “koas” perbanyak sabar.
ruangan gigi muda

9 Membersihkan alat Terluka dan 180 Jarum suntik Segera menutup


memar karena terkadang tidak jarum suntik
kejatuhan atau langsung ditutup dengan
tertusuk alat dan tidak diletakan menggunakan
tajam pada nirbeken teknik satu tangan

10 Membersihkan alat Tertular 180 Bowl atau termpat Langsung


penyakit akibat meludah pasien membersihkan
bakteri atau tidak langsung bowl dengan
virus dibersihkan larutan desinfektan

Tabel 5. Klasifikasi risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019

N Rincian pekerjaan Risiko Nilai Klasifikasi Evaluasi


o risiko

1 Menyiapkan ruangan Terpleset di 60 Resiko substansial, Acceptable Risk


lantai yang licin perlu tindakan
perbaikan

2 Menyiapkan Alat Terluka dan 15 Resiko sedang, Acceptable Risk


memar karena perlu tindakan
kejatuhan atau perbaikan namun
tertusuk alat dapat dijadwalkan
tajam

3 Melakukan tindakan Terluka dan 15 Resiko sedang, Acceptable Risk


memar karena perlu tindakan
kejatuhan atau perbaikan namun
tertusuk alat dapat dijadwalkan
tajam

4 Menyiapkan bahan yang Gangguan 4,5 Resiko rendah Acceptable Risk


berupa bubuk pernapasaan
(penambalan GIC)

5 Kompresor sedang Rasa tidak 180 Resiko Risk Reduction /


beroperasi nyaman karena substansial, perlu Controling
suarakompresor tindakan perbaikan

6 Tindakan pemeriksaan. Tertular 300 Resiko tinggi, Acceptable Risk


scaling, pencabutan, dan penyakit akibat perbaikan dengan
penambalan. bakteri atau segera
virus jika (keterlibatan
dimiliki pasien managemen)

7 Melakukan tindakan Gangguan 300 Resiko tinggi, Risk Reduction /


muskuloskeletal perbaikan dengan Controling
segera
(keterlibatan
managemen)

8 Berkomunikasi dengan Stress dan 3 Resiko rendah Acceptable Risk


pasien dan teman mengganggu
sejawat di dalam mental dokter
ruangan gigi muda

9 Membersihkan alat Terluka dan 180 Resiko substansial, Acceptable Risk


memar karena perlu tindakan
kejatuhan atau perbaikan
tertusuk alat
tajam

10 Membersihkan alat Tertular 180 Resiko substansial, Acceptable Risk


penyakit akibat perlu tindakan
bakteri atau perbaikan
virus

2.5. Pengendalian Risiko


Tabel 6. Pengendalian risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI
Tahun 2019

N Rincian pekerjaan Risiko Nilai Pengendalian


o risiko risiko

1 Menyiapkan ruangan Terpleset di 60


lantai yang licin

2 Menyiapkan Alat Terluka dan 15 Menggunakan alat


memar karena pelindung diri
kejatuhan atau seperti masker dan
tertusuk alat handscoon.
tajam

3 Melakukan tindakan Terluka dan 15 Menggunakan alat


memar karena pelindung diri
kejatuhan atau seperti masker dan
tertusuk alat handscoon.
tajam

4 Menyiapkan bahan yang Gangguan 4,5 Menggunakan alat


berupa bubuk pernapasaan pelindung diri
(penambalan GIC) berupa masker

5 Kompresor sedang Rasa tidak 180 Rekayasa teknik


beroperasi nyaman karena dengan cara
suarakompresor mengubah posisi
kompresor menjadi
keluar ruangan

6 Tindakan pemeriksaan. Tertular 300 Menggunakan alat


scaling, pencabutan, dan penyakit akibat pelindung diri
penambalan. bakteri atau seperti masker dan
virus jika handscoon.
dimiliki pasien

7 Melakukan tindakan Gangguan 300 Pengendalian


muskuloskeletal administratif
berupa posisi kerja
yang ergonomi

8 Berkomunikasi dengan Stress dan 3 Pengendalian


pasien dan teman mengganggu administratif untuk
sejawat di dalam mental dokter mengurasi stress
ruangan gigi muda

9 Membersihkan alat Terluka dan 180 Menggunakan alat


memar karena pelindung diri
kejatuhan atau seperti masker dan
tertusuk alat handscoon.
tajam

10 Membersihkan alat Tertular 180 Menggunakan alat


penyakit akibat pelindung diri
bakteri atau seperti masker dan
virus handscoon.

Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan
untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan
ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Pengendalian risiko dapat
mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (hirarchy of control). Hirarki
pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) antara lain :

1. Eliminasi (elimination)

Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau tahapan proses yang


berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem
kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang
tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau
kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi
adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.

2. Substitusi (substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan


perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih
aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima.

Misalnya:

a) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.

b) Proses menyapu diganti dengan proses vakum.

c) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.

3. Rekayasa teknik (engineering control)

Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah


seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin,
penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton,
pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang
mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.

4. Isolasi (isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan


seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari
tempat tertutup (control room) menggunakan remote control.

5. Pengendalian Administrasi (administration control)


Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem
kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.
Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
administrasi ini.

6. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment)

Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan
untuk mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah
pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri sebaiknya tidak
digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainnya. Alat
pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan
alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan
personel akan lebih efektif.
BAB 3

MATRIK MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI

MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG

Tabel 7. Matrik Manajemen pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI
Tahun 2019

Dampak
Peluang
1 2 3 4 5
Insignifikan Minor Moderat Major Catastropik

1 Almost 1 2,3,7,9,10 5,6


certainly

2 Likely

3 Possible 4

4 Unlikely

5 Rare 8

(pekerjaan diwakili oleh nomor)

ANALISIS RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI


DI KABUPATEN DAN KOTA PROBOLINGGO

RISK ANALYSIS ON THE JOB OF DENTIST IN


PROBOLINGGO

Mia Rhosita Sawitri, Mulyono

Departemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo,
Surabaya, Jawa Timur 60115
E-mail:
miarhose@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research is aimed to hazard identification, risk assessment, risk control, and risk residual
on dentist’s job in Probolinggo. This kind of research is observational research by using
descriptive method with cross sectional design. The population of this research including dentists
in Probolinggo as much as 70 dentists that included in Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
Probolinggo. The sampling of this research is being done by using simple random sampling
method. The sample in this research is 41 people. This research is conducted in Probolinggo. The
instrument used is task risk assessment sheet, Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors
(BRIEF) observation sheet, questionnaire, sound level meter, and lux meter. Based on the result
of this research, it is known that the job of dentist has 12 potential of danger and 8 risks. Risk
assessment in the job of dentist has 3 low risk categories, 7 medium risk categories, and 2 high
risk categories. As the conclusion of this research shows that the job of dentist have not applied
risk control of ergonomics hazard yet. The suggestion for the respondent is by doing stretching
move either in the break time or when doing the action and take a chance to do physical activity
such as doing sport regularly.

Keywords: hazard identification, risk assessment, risk controlling

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, upaya pengendalian,
serta risiko sisa pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo. Jenis penelitian
ini adalah penelitian observasional dengan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional.
Populasi penelitian meliputi dokter gigi yang terdapat di Kabupaten dan Kota Probolinggo
sebanyak 70 dokter gigi yang tergabung dalam Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
Probolinggo. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan metode simple random
sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 orang. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten dan Kota Probolinggo. Instrumen yang digunakan berupa lembar task risk
assessment, lembar observasi Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF),
kuesioner, sound level meter, dan lux meter. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
pekerjaan dokter gigi memiliki 12 potensi bahaya dan 8 risiko. Penilaian risiko pada pekerjaan
dokter gigi memiliki 3 kategori risiko rendah, 7 kategori risiko sedang, dan 2 kategori risiko
tinggi. Simpulan dari penelitian ini adalah pada pekerjaan dokter gigi belum menerapkan upaya
pengendalian pada bahaya ergonomi. Saran bagi responden yaitu melakukan gerakan peregangan
otot (stretching) baik pada waktu istirahat maupun pada saat melakukan tindakan serta
menyempatkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin.

Kata kunci: identifikasi bahaya, pengendalian risiko, penilaian risiko


PENDAHULUAN adalah dengan menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan
Potensi bahaya akan selalu timbul pada kesehatan kerja (K3) adalah upaya
saat seseorang melakukan pekerjaan. Potensi perlindungan untuk tenaga kerja dan orang lain
bahaya tersebut dapat berasal dari sifat yang berada di tempat kerja agar dapat
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, mesin terhindar dari potensi yang dapat menimbulkan
yang digunakan oleh pekerja, lingkungan kerja bahaya, sehingga tenaga kerja tersebut selalu
dari pekerja, proses produksi, dan cara kerja dalam kondisi selamat dan sehat. Keselamatan
pekerja. Untuk meminimalkan terjadinya dan kesehatan kerja juga merupakan
potensi bahaya tersebut,

©2019 IJOSH All right reserved. Open access under CC BY NC – SA license doi: 10.20473/ijosh.v8i1.2019.29–37

Received 12 August 2017, received in revised form 31 January 2019, Accepted 06 February 2019, Published: March 2019
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 30

ilmu untuk pengendalian bahaya serta risiko medis mengalami kecelakaan dan terkena
untuk dapat meminimalkan terjadinya accident penyakit sehingga menyebabkan petugas medis
dan injury, serta upaya pencegahan terhadap tersebut tidak masuk bekerja, dan jika
tenaga kerja yang mengalami gangguan dibanding dengan industri lain jumlah pada
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi petugas medis lebih besar. Kecelakaan akibat
pekerjaan maupun dari lingkungan kerja dari kerja (KAK) yang sering terjadi pada petugas
tenaga kerja tersebut (Suryani, dkk, 2013). medis yakni tertusuk jarum suntik atau biasa
disebut dengan needle stick injuries. Data dari
Kesehatan kerja atau yang biasa disebut Departemen Kesehatan RI tahun 2009,
dengan occupational health memiliki tujuan sebanyak 2 juta tenaga kerja terkena virus
untuk membuat tenaga kerja selalu sehat,
selamat, dapat bekerja secara produktif,
sejahtera, memiliki daya saing yang tinggi,
sehingga tenaga kerja tidak ada yang sakit
ataupun dalam kondisi yang tidak sehat dan
menjadikan tenaga kerja tersebut dapat
bekerja secara produktif, serta tidak terjadi
kecelakaan kerja yang dapat mengganggu
kegiatan produksi dalam pekerjaan
(Kurniawidjaja, 2010).

UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang


kesehatan, pasal 23 menyebutkan bahwa
semua tempat kerja yang mudah terjangkit
penyakit, tempat kerja yang memiliki risiko
bahaya kesehatan, dan tempat kerja yang
memiliki karyawan paling sedikit 10 orang,
wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Rumah sakit, balai
kesehatan, klinik perusahaan, puskesmas,
laboratorium merupakan tempat kerja yang
termasuk dalam kategori yang disebutkan
dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 tersebut,
dikarenakan dalam tempat tersebut terdapat
bahaya yang dapat mengganggu kesehatan
tenaga kerja yang bekerja di tempat tersebut,
tetapi bukan hanya tenaga kerja yang bekerja
di tempat tersebut saja yang dapat terancam
kesehatannya namun pasien dan pengunjung
tempat tersebut juga dapat terkena dari
ancaman bahaya kesehatan. Tempat tersebut
wajib menerapkan upaya-upaya keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit. Rumah sakit
juga tidak hanya memiliki potensi bahaya
seperti penyakit infeksi tetapi memiliki potensi
bahaya yang lain seperti penerapan ergonomi
yang kurang tepat, kebakaran, kecelakaan yang
bersumber dari instalasi listrik, radiasi, gas
anestesi, serta bahan kimia berbahaya
(Departemen Kesehatan RI, 2006).

Data yang diperoleh dari The National


Safety Countil (NSC) tahun 2004
melaporkan bahwa sebanyak 41% petugas
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 31

hepatitis B, sebanyak 0,9 juta tenaga kerja mudah dokter gigi untuk mengalami
terkena virus hepatitis C, sebanyak 170.000 kelelahan
tenaga kerja terkena virus HIV/AIDS, dan
sebanyak 8-12% tenaga kerja di rumah sakit (Alexopoulus, 2004).
sensitif terhadap bahan yang biasa digunakan
Kabupaten dan Kota Probolinggo
pada sarung tangan yakni bahan lateks.
memiliki dokter gigi sebanyak 70 orang
Menurut Depkes RI 2005, 40,5% pekerja di
dokter gigi yang terdaftar di Persatuan Dokter
Indonesia mempunyai keluhan gangguan
Gigi Indonesia (PDGI) Probolinggo. Pekerjaan
kesehatan yang berhubungan dengan
dokter gigi memiliki risiko yang bermacam
pekerjaannya dan diantaranya adalah
yaitu tergores pisau bedah, terkena mata bur
gangguan musculoskeletal sebanyak 16%
gigi, tertusuk jarum suntik, kejatuhan tang
(Lusianawaty, 2009).

Risiko lain yang dapat menyerang tenaga


medis yaitu risiko gangguan muskuloskeletal.
Hal tersebut dikarenakan sikap kerja yang
sering dilakukan oleh praktisi kesehatan
adalah sikap kerja yang tidak ergonomis.
Sikap kerja tersebut juga dilakukan dalam
waktu yang lama dan dilakukan berulang-
ulang. Praktisi kesehatan yang paling
berisiko mengalami gangguan musculoskeletal
yakni dokter gigi (Andayasari, 2012).
Literatur menunjukkan tingginya prevalensi
gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi.
Dokter gigi diasumsikan memiliki gerakan
yang statik saat bekerja dan membutuhkan
lebih dari 50% otot tubuhnya untuk
berkontraksi, sehingga prevalensi gangguan
musculoskeletal pada dokter gigi berkisar
antara 63–93% (Rabiei, 2012). Berdasarkan
data dari National Safety Council, diketahui
bahwa frekuensi yang paling tinggi
kejadiannya pada sakit akibat kerja adalah
sakit punggung dengan frekuensi 22% dari
1.700.000 kasus. Dokter gigi di Australia
memiliki prevalensi gangguan
muskuloskeletal sebanyak 87,2%,
sedangkan prevalensi gangguan
muskuloskeletal pada dokter gigi di India
sebanyak 78%, di Lithuania sebanyak 86,5%,
dan di Turki sebanyak 94% (Muralidhalan,
2013). Gangguan muskuloskeletal pada dokter
gigi dapat terkait dengan jenis kelamin, usia,
lama praktik, dan jumlah pasien dokter gigi
dalam sehari (Leggat, 2006). Sesuai dengan
hasil studi tersebut menunjukkan bahwa dokter
gigi yang memiliki jenis kelamin perempuan
mengalami ketidaknyamanan yang lebih
tinggi dari pada dokter gigi yang memiliki
jenis kelamin laki-laki. Semakin banyak
jumlah pasien dalam sehari dan semakin lama
masa praktik dokter gigi, maka semakin
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 32

cabut gigi, dan tertusuk alat-alat dokter gigi Penelitian ini merupakan deskriptif karena
yang tajam. Risiko yang paling sering diderita penelitian bertujuan untuk membuat gambaran
oleh dokter gigi yakni risiko keluhan tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian
musculoskeletal disorders (MSDs). Beberapa ini bersifat cross sectional karena penelitian
dokter gigi di Kabupaten dan Kota dilakukan dalam satu kurun waktu tertentu.
Probolinggo mengeluhkan nyeri di sekitar Populasi dalam penelitian ini adalah dokter
tulang punggungnya dan terdapat salah satu gigi yang terdapat di Kabupaten dan Kota
dokter gigi yang mengalami kondisi Probolinggo
melengkungnya tulang belakang (skoliosis),
serta terdapat pula dokter gigi yang mengalami
Herniated Nucleus Pulposus (HNP) yang artinya
adanya penonjolan yang dapat menekan saraf
sebagai akibatnya timbul rasa sakit, kesemutan,
dan kelemahan pada anggota gerak yang
dipersarafi seperti punggung, pinggang,
lengan, dan tungkai. Beberapa kejadian
tersebut mungkin disebabkan karena sikap
kerja pada saat melakukan tindakan terhadap
pasien.

Beberapa jenis aktivitas dokter gigi di


Kabupaten dan Kota Probolinggo dalam
melakukan tindakan terhadap pasien secara
umum dapat menimbulkan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs), seperti
posisi pada saat melakukan tindakan
pencabutan gigi pasien dan tindakan
lainnya, dalam melakukan pemeriksaan dan
perawatan gigi pasien, dokter gigi
mempunyai posisi bahu dan tangan yang
stabil dalam waktu yang cukup lama dan
posisi statis dalam merawat pasien. Apabila
dalam melakukan pekerjaan, dokter gigi
tidak memperhatikan segi ergonominya, serta
perhatian terhadap kesehatan tenaga kerja yang
kurang dari instansi terkait seperti rumah sakit,
puskesmas, dan dokter gigi yang membuka
praktik mandiri, maka keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan
analisis risiko pada pekerjaan dokter gigi di
Kabupaten dan Kota Probolinggo. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
bahaya, menilai risiko, upaya pengendalian,
serta risiko sisa pada pekerjaan dokter gigi di
Kabupaten dan Kota Probolinggo.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian


observasional karena data yang diperoleh
berasal dari pengamatan secara langsung.
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 33

sebanyak 70 orang dokter gigi yang potensi bahaya dan 8 risiko, seperti tampak
tergabung dalam Persatuan Dokter Gigi pada Tabel 1. Setelah dilakukan identifikasi
Indonesia (PDGI) Probolinggo. Sampel bahaya, kemudian langkah selanjutnya yakni
yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko sesuai dengan
sebagian dokter gigi yang ada di Kabupaten identifikasi bahaya yang telah dilakukan.
dan Kota Probolinggo, yang berjumlah 41
orang dokter gigi. Sampel diambil dengan Hasil penilaian risiko dikelompokkan
menggunakan prinsip simple random menjadi 3 kelompok yaitu kelompok low risk
sampling dari semua populasi. Penelitian ini jika risiko bernilai antara 1–4, kelompok
menggunakan data primer dan data sekunder. medium risk jika risiko bernilai antara 5–10,
Data primer diperoleh dari observasi dan dan kelompok high risk
wawancara dengan 41 responden. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait yang
berupa nama responden dan standard
operational procedure (SOP).

Instrument dalam penelitian ini


menggunakan lembar task risk assessment
(TRA), alat tulis, dan kamera digital. Teknik
analisis data dalam penelitian ini yakni data
yang telah diambil (baik data primer maupun
data sekunder) dikumpulkan melalui lembar
observasi dan wawancara disajikan dalam
bentuk tabel kemudian dilakukan penentuan
tingkat risiko dengan cara mengalikan
tingkat kemungkinan (likelihood) dan
tingkat keparahan (severity), kemudian
digambarkan melalui pengendalian risiko,
dan kemudian dihitung sisa risikonya. Hasil
pengolahan data yang ada akan dianalisis
dalam bentuk narasi yang kemudian dapat
digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai
hasil akhir penelitian.

HASIL

Langkah pertama adalah melakukan


identifikasi bahaya, kemudian penilaian
risiko, upaya pengendalian, dan yang terakhir
risiko sisa. Identifikasi bahaya dilakukan pada
3 tahapan pekerjaan dokter gigi yaitu saat
dokter gigi melakukan persiapan sebelum
melakukan tindakan terhadap pasien, pada
saat dokter gigi melakukan tindakan terhadap
pasien, dan pada saat dokter gigi selesai
melakukan tindakan terhadap pasien.
Identifikasi bahaya menggunakan tabel Task
Risk Assessment (TRA).

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya


pada pekerjaan dokter gigi, terdapat 3 tahapan
pekerjaan dan keseluruhannya memiliki 12
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 34

jika risiko bernilai antara 12–25 sesuai dengan tahapan ini adalah ketidaknyamanan,
teori musculoskeletal disorders (MSDs), tertular
penyakit infeksi dan luka gores.
Risk Assessment Matrix AS/NZ 4360: 2004.
Bahaya yang terdapat pada tahapan yang
Dari hasil penilaian risiko pekerjaan ketiga adalah bahaya tergores alat-alat yang
dokter gigi pada 3 tahap pekerjaan terdapat 12 tajam, bahaya strerilisasi dari alat-alat dokter
potensi bahaya, dan memiliki 3 kategori redah, gigi yang kurang bersih, bahaya tidak
7 kategori risiko sedang, dan 2 kategori risiko melakukan sterilisasi setelah melakukan
tinggi. Setelah melakukan penilaian risiko tindakan. Risiko dalam tahapan ini adalah
terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan infeksi luka sayatan dan infeksi nosokomial
maka dilakukan langkah pengendalian risiko, atau tertular penyakit dari pasien.
untuk mencegah kerugian yang diakibatkan
oleh potensi bahaya agar tidak menimbulkan
suatu bahaya. Hasil pengendalian risiko dapat
dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil pengendalian risiko


pada 3 tahap pekerjaan dokter gigi yang
memiliki 12 potensi bahaya, pihak dokter gigi
telah menerapkan pengendalian teknis,
administrasi, dan penggunaan alat pelindung
diri (APD), namun terdapat 1 tahapan
pekerjaan yang belum menerapkan
pengendalian administrasi, seperti tampak
pada Tabel 3.

PEMBAHASAN

Pekerjaan dokter gigi memiliki 3


tahapan yakni menyiapkan alat, melakukan
tindakan, dan mengembalikan alat. Disetiap
tahapan pekerjaan memiliki bahaya. Bahaya
yang terdapat pada tahap pekerjaan yang
pertama adalah bahaya tergores dan
kejatuhan alat-alat yang tajam. Risiko dalam
tahapan ini adalah infeksi luka sayatan pada
bagian tubuh yang terkena goresan serta
memar dan lebam pada bagian tubuh yang
kejatuhan alat. Kemudian bahaya yang
terdapat pada tahapan pekerjaan yang kedua
yakni melakukan tindakan adalah bahaya
kebisingan dari bur dan kompresor, bahaya
anggota tubuh dokter gigi seperti leher dan
punggung miring dan memutar, bahaya bahu
membentuk sudut lebih dari 45°, bahaya posisi
kaki bertumpu pada 1 kaki, untuk dokter gigi
yang memiliki sikap kerja berdiri pada saat
melakukan tindakan, bahaya kontak atau
terciprat air liur (saliva) dari pasien, bahaya
tergores alat-alat yang tajam, bahaya tertusuk
jarum suntik yang telah dipakai. Risiko dalam
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 35

Setelah diketahui bahaya pada masing- sangat mungkin terjadi disemua keadaan.
masing tahapan pekerjaan, dilakukan Penilaian risiko pada bahaya kesebelas yakni
penilaian risiko dengan menggunakan task sterilisasi alat yang kurang bersih, dengan nilai
risk assessment (TRA). Penentuan penilaian severity 3 yaitu perlu perawatan medis dan
risiko ini berdasarkan AS/ NZ 4360: Risk nilai likelihood 4 yaitu sangat mungkin terjadi
Management Guideline. Penilaian risiko pada disemua keadaan. Penilaian risiko pada bahaya
bahaya pertama yakni tergores pisau bedah, yang keduabelas yakni tidak melakukan
dengan nilai severity 2 yaitu perlu P3K dan
nilai likelihood 1 yaitu hanya dapat terjadi
pada keadaan tertentu. Penilaian risiko pada
bahaya kedua yakni kejatuhan alat-alat yang
tajam, dengan nilai severity 2 yaitu perlu P3K
dan nilai likelihood 2 yaitu mungkin terjadi
sewaktu-waktu dan potensi terjadi tahunan.
Penilaian risiko pada bahaya yang ketiga
yakni kebisingan dari bur dan kompresor,
dengan nilai severity 1 yaitu tidak ada
kecelakaan dan kerugian financial kecil dan
nilai likelihood 4 yaitu sangat mungkin
terjadi di semua keadaan. Penilaian risiko
pada bahaya yang keempat yakni anggota
tubuh seperti leher dan punggung miring dan
memutar, dengan nilai severity 2 yaitu perlu
P3K dan nilai likelihood 5 yaitu terjadi hampir
disemua keadaan. Penilaian risiko pada
bahaya yang kelima yakni bahu membentuk
sudut 45°, dengan nilai severity 2 yakni perlu
P3K dan nilai likelihood 5 yaitu terjadi hampir
di semua keadaan.

Penilaian risiko pada bahaya yang


keenam yakni posisi kaki bertumpu pada 1
kaki (untuk sikap kerja yang berdiri), dengan
nilai severity 2 yaitu perlu P3K dan nilai
likelihood 5 yaitu terjadi hampir disemua
keadaan. Penilaian risiko pada bahaya yang
ketujuh yakni kontak atau terciprat air liur
(saliva) pasien, dengan nilai severity 3 yaitu
perlu perawatan medis dan nilai likelihood 5
yaitu terjadi hampir disemua keadaan.
Penilaian risiko pada bahaya yang kedelapan
yakni tergores alat-alat yang tajam, dengan
nilai severity 2 yaitu perlu P3K dan nilai
likelihood 4 yaitu sangat mungkin terjadi
disemua keadaan.

Penilaian risiko pada bahaya yang


kesembilan yakni tertusuk jarum suntik yang
bekas pakai, dengan nilai severity 3 yaitu
perlu perawatan dan nilai likelihood 3 yaitu
dapat terjadi sewaktu-waktu. Penilaian risiko
pada bahaya yang kesepuluh yakni tergores
alat-alat yang tajam, dengan nilai severity 2
yaitu perlu P3K dan nilai likelihood 4 yaitu
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 36

Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Dokter Gigi Tahun 2017

Tahapan
Potensi Bahaya Risiko Pengendalian yang Sudah Ada
Pekerjaan

Menyiapkan alat Bahaya mekanik seperti : Infeksi luka Menyediakan sarung tangan
Tergores pisau bedah sayatan Meletakkan alat di lemari kaca yang
Kejatuhan alat-alat yang tajam mudah terlihat dan mudah dijangkau
Memar dan lebam

Melakukan Bahaya Fisik seperti kebisingan dari Ketidaknyamanan Meletakkan kompresor diluar
Tindakan bur dan kompresor MSDs ruangan

Bahaya Ergonomi seperti: Tertular penyakit Menyediakan kursi operator untuk


Anggota tubuh seperti leher dan seperti TBC dokter gigi dan dental chair yang
punggung miring dan memutar Luka gores dan dapat disesuaikan
tertular penyakit
Bahu membentuk sudut lebih dari 45˚ infeksi Menyediakan sarung tangan dan
Posisi kaki bertumpu pada 1 kaki masker
(untuk sikap kerja yang berdiri)
Bahaya Biologi seperti: Mempunyai SOP jarum bekas sekali
pakai dengan teknik one hand
Kontak atau terciprat air liur (saliva)
pasien

Bahaya Mekanik seperti :


Tergores alat-alat yang tajam
Tertusuk jarum suntik yang bekas
pakai

Mengembalikan Bahaya Mekanik seperti tergores alat- Infeksi luka Menyediakan sarung tangan dan
alat alat yang tajam sayatan masker
Infeksi
Sterilisasi alat yang kurang bersih Mempunyai SOP pencucian dan
Tidak melakukan sterilisasi setelah nosokomial atau sterilisasi alat
melakukan tindakan tertular penyakit
dari pasien Menyediakan alat sterilisator
Menyediakan handrub
Terdapat poster mengenai cara
mencuci tangan

Tabel 2. Hasil Penilaian Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi menggunakan Task Risk Assessment (TRA) Tahun 2017

Peringkat
Risiko Kategori
Risiko
Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko

S LL RR

Menyiapkan alat Tergores pisau bedah Infeksi luka sayatan 2 1 2 Low

Kejatuhan alat-alat yang tajam Memar dan lebam 2 2 4 Low

Melakukan tindakan Kebisingan dari bur dan kompresor Ketulian dan ketidak
1 4 4 Low
nyamanan
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 37

Anggota tubuh seperti leher dan MSDs


2 5 10 Medium
punggung miring dan memutar

Bahu membentuk sudut lebih dari 45° MSDs 2 5 10 Medium

Posisi kaki bertumpu pada 1 kaki


MSDs 2 5 10 Medium
(untuk sikap kerja yang berdiri)

Kontak atau terciprat air liur (saliva) Tertular penyakit seperti


3 5 15 High
pasien TBC

Tergores alat-alat yang tajam Luka gores 2 4 8 Medium

Tertusuk jarum suntik yang bekas


Tertular penyakit infeksi 3 3 9 Medium
pakai

Mengembalikan alat Tergores alat-alat yang tajam Infeksi luka sayatan 2 4 8 Medium

Sterilisasi alat yang kurang bersih Infeksi nosocomial 3 4 12 High

Tidak melakukan sterilisasi setelah Infeksi nosokomial atau


3 2 6 Medium
melakukan tindakan tertular penyakit dari pasien
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 38

Tabel 3. Pengendalian Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Tahun 2017

Tahapan Potensi Risk Control Total Total


Risiko Kategori
Pekerjaan Bahaya RA RR
Strategi Hierarki Total

Menyiapkan Tergores Infeksi Memakai Kewaspadaan 30 2 -28 Baik


alat pisau luka sarung tangan dalam bekerja
bedah sayatan (6) (5)

Kejatuhan Memar Memakai Meletakkan alat di 6 4 -2 Baik


alat-alat dan lebam sarung tangan lemari kaca yang
yang tajam (6) mudah terlihat dan
terjangkau

(1)

Melakukan Kebisingan Ketidak Memberikan Meletakkan 3 4 1 Baik


tindakan dari nyamanan penutup mesin kompresor diluar
kompresor ruangan
bur dan
kompresor (3) (1)

Anggota MSDs Belum ada Menyediakan kursi 0 10 10 Terdapat


tubuh (0) operator untuk residual
seperti dokter gigi dan risk
leher dan dental chair yang
punggung dapat disesuaikan
miring dan (3)
memutar

Bahu MSDs Belum ada Menyediakan kursi 0 10 10 Terdapat


membentuk (0) operator untuk residual
sudut lebih dokter gigi dan risk
dari 45˚ dental chair yang
dapat disesuaikan
(3)

Posisi kaki MSDs Belum ada Menyediakan kursi 0 10 10 Terdapat


bertumpu (0) operator untuk residual
pada 1 dokter gigi dan risk
kaki (untuk dental chair yang
sikap dapat disesuaikan
(3)
kerja yang
berdiri)

Kontak Tertular Memakai Menyediakan SOP 30 15 -15 Baik


atau penyakit sarung tangan (5)
terciprat seperti dan masker
air liur TBC (6)
(saliva)
pasien

Tergores Luka gores Memakai Kewaspadaan 30 8 -22 Baik


alat-alat sarung tangan dalam bekerja
yang tajam (6) (5)
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 39

Tertusuk Tertular Memakai Menyediakan SOP 30 9 -21 Baik


jarum penyakit sarung tangan (5)
suntik infeksi (6)
yang bekas
pakai

Mengembalikan Tergores Infeksi Memakai Kewaspadaan 30 8 -22 Baik


alat alat-alat luka sarung tangan dalam bekerja
yang tajam sayatan (6) (5)
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 40

Tahapan Potensi Risk Control Total Total


Risiko Kategori
Pekerjaan Bahaya RA RR
Strategi Hierarki Total

Sterilisasi Infeksi Menyediakan Menyediakan SOP 15 12 -3 Baik


alat yang nosokomial alat sterilisator (5)
kurang (3)
bersih

Tidak Infeksi Menyediakan Menyediakan SOP 15 6 -9 Baik


melakukan nosokomial (5)
sterilisasi atau handrub
setelah tertular
melakukan penyakit (3)
tindakan dari pasien

sterilisasi setelah melakukan tindakan, dengan kompresor. Pengendalian risiko pada bahaya
nilai severity 3 yaitu perlu perawatan medis yang keempat yakni anggota tubuh seperti
dan nilai likelihood 2 yaitu mungkin terjadi leher dan punggung miring dan memutar,
sewaktu-waktu dan potensi terjadi tahunan. dengan strategi pengendalian yaitu belum ada,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 3 yaitu
Tahap selanjutnya yaitu pengendalian peralatan pengaman yang memerlukan aksi atau
risiko. Pengendalian risiko pada bahaya harus digerakkan secara aktif seperti
pertama yakni tergores pisau bedah, dengan menyediakan kursi operator untuk dokter gigi
strategi pengendalian bernilai 6 yaitu dan dental chair yang dapat disesuaikan.
pengaman untuk melindungi penerima
energi dari akibat kemungkinan cedera atau
kerusakan seperti memakai sarung tangan,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 5
yaitu cara atau pedoman yang dimaksudkan
untuk mengendalikan bahaya seperti
melakukan kewaspadaan dalam bekerja.
Pengendalian risiko pada bahaya kedua yakni
kejatuhan alat-alat yang tajam, dengan
strategi pengendalian bernilai 6 yaitu
pengaman untuk melindungi penerima energi
dari akibat kemungkinan cedera atau
kerusakan seperti memakai sarung tangan, dan
hierarki jenis pengendalian bernilai 1 yaitu
peralatan yang dapat mengurangi atau
mencegah penyaluran energi seperti meletakkan
alat di lemari kaca yang mudah terlihat dan
terjangkau.

Pengendalian risiko pada bahaya ketiga


yakni kebisingan dari bur dan kompresor,
dengan strategi pengendalian bernilai 3 yaitu
mencegah agar energi tidak keluar dari sistem
seperti memberikan penutup mesin kompresor,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 1 yaitu
peralatan yang dapat mengurangi atau
mencegah penyaluran energi seperti meletakkan
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 41

Pengendalian risiko pada bahaya kelima yakni


bahu membentuk sudut lebih dari 45°, dengan
strategi pengendalian yaitu belum ada, dan
hierarki jenis pengendalian bernilai 3 yaitu
peralatan pengaman yang memerlukan aksi
atau harus digerakkan secara aktif seperti
menyediakan kursi operator untuk dokter gigi
dan dental chair yang dapat disesuaikan.

Pengendalian risiko pada bahaya yang


keenam yakni posisi kaki bertumpu pada 1
kaki, dengan strategi pengendalian yaitu
belum ada, dan hierarki jenis pengendalian
bernilai 3 yaitu peralatan pengaman yang
memerlukan aksi atau harus digerakkan
secara aktif seperti menyediakan kursi
operator untuk dokter gigi dan dental chair
yang dapat disesuaikan. Pengendalian risiko
pada bahaya yang ketujuh yakni kontak atau
terciprat air liur (saliva) pasien, dengan
strategi pengendalian bernilai 6 yaitu pengaman
untuk melindungi penerima energi dari akibat
kemungkinan cedera atau kerusakan seperti
memakai sarung tangan dan masker, dan
hierarki jenis pengendalian bernilai 5 yaitu
cara atau pedoman yang dimaksudkan untuk
mengendalikan bahaya seperti menyediakan
SOP.

Pengendalian risiko pada bahaya yang


kedelapan yakni tergores alat-alat yang tajam,
dengan strategi pengendalian bernilai 6 yaitu
pengaman untuk melindungi penerima energi
dari akibat kemungkinan cedera atau
kerusakan seperti memakai sarung tangan,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 5
yaitu cara atau pedoman yang dimaksudkan
untuk mengendalikan bahaya seperti
melakukan kewaspadaan dalam bekerja.
Pengendalian risiko pada bahaya yang
kesembilan yakni tertusuk jarum suntik bekas
pakai, dengan strategi pengendalian bernilai
6 yaitu pengaman untuk melindungi
penerima energi dari akibat kemungkinan
cedera atau kerusakan seperti memakai sarung
tangan, dan hierarki jenis pengendalian
bernilai 5 yaitu cara atau
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 42

pedoman yang dimaksudkan untuk Dari hasil analisis risiko pada pekerjaan
mengendalikan bahaya seperti memiliki SOP dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo,
jarum bekas sekali pakai dengan teknik one maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bahaya
hand. dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi,
dan faktor ergonomi pada lingkungan kerja
Pengendalian risiko pada bahaya yang dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo,
kesepuluh yakni tergores alat-alat yang tajam, penilaian risiko pada pekerjaan dokter gigi di
dengan strategi pengendalian bernilai 6 yaitu Kabupaten dan Kota Probolinggo dengan
pengaman untuk melindungi penerima energi menggunakan task risk assessment (TRA)
dari akibat kemungkinan cedera atau memiliki 3 kategori rendah, 7 kategori risiko
kerusakan seperti memakai sarung tangan, dan sedang, dan 2 kategori risiko tinggi,
hierarki jenis pengendalian bernilai 5 yaitu pengendalian risiko
cara atau pedoman yang dimaksudkan untuk
mengendalikan bahaya seperti melakukan
kewaspadaan dalam bekerja.

Pengendalian risiko pada bahaya yang


kesebelas yakni sterilisasi alat yang kurang
bersih, dengan strategi pengendalian bernilai
3 yaitu mencegah penyebaran energi agar
energi tidak keluar dari sistem seperti
memakai menyediakan alat sterilisator, dan
hierarki jenis pengendalian bernilai 5 yaitu
cara atau pedoman yang dimaksudkan untuk
mengendalikan bahaya seperti menyediakan
SOP pencucian dan sterilisasi alat.
Pengendalian risiko pada bahaya yang
keduabelas yakni tidak melakukan sterilisasi
setelah melakukan tindakan, dengan strategi
pengendalian bernilai 3 yaitu mencegah
penyebaran energi agar energi tidak keluar
dari sistem seperti memakai menyediakan
handrub untuk mencuci tangan, dan hierarki
jenis pengendalian bernilai 5 yaitu cara atau
pedoman yang dimaksudkan untuk
mengendalikan bahaya seperti menyediakan
SOP.

Perhitungan risiko sisa yang telah


dilakukan menghasilkan sejumlah risiko
sisa. Hal ini dikarenakan beberapa
pengendalian yang dilakukan masih belum
cukup untuk mengendalikan risiko yang ada.
Risiko tersebut adalah risiko musculoskeletal
disorders (MSDs). Pengendalian yang bisa
disarankan oleh peneliti untuk pihak terkait
adalah pengendalian secara teknik dan
administratif.

SIMPULAN
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 43

pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Leggat, P. A., Smith, D. R., 2006.
Kota Probolinggo belum menerapkan Musculoskeletal Disorders Self-Reported by
pengendalian pada bahaya ergonomi, dan Dentist in Queensland, Australia. Australian
pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Dental Journal, [e-Journal] 51(4): pp. 324-
Kota Probolinggo memiliki 3 risiko sisa. 327

Muralidhalan, D., Nusrath F., M. Shanti.,


2013. Musculoskeletal Disorders
UCAPAN TERIMA KASIH among Dental Practitionres: Does it
affect Practice?. Epidemiology Research
Penulis mengucapkan terima kasih International, [e-Journal] 2013: pp. 1-6
kepada para responden dokter gigi di
Kabupaten dan Kota Probolinggo serta pihak-
pihak yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, E. C., Stathi, I. C., and Charizani,


F., 2004. Prevalence of Musculoskeletal
Disorders in Dentist. BMC Musculoskeletal
Disorders, [e-Journal] 5(1): pp.16

Andayasari, L., Anorital., 2012. Gangguan


Muskuloskeletal pada Praktik Dokter Gigi
dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang
Kesehatan, [e-Journal] 22 (2): pp. 70-77
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.


Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Klana, N. A. P., 2014. Gangguan


Muskuloskeletal pada Praktik Dokter Gigi
Puskesmas di Surabaya. Skripsi. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga
Kurniawidjaja, L. M., 2010. Teori dan Aplikasi
Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas
Indonesia Press

Lusianawaty, D., Sulistiyowati, T., 2009.


Hubungan Lama dan Posisi Kerja dengan
Keluhan Otot Rangka Leher dan
Ekstremitas Atas pada Pekerja Garmen
Perempuan di Jakarta Utara. Buletin
Penelitian Kesehatan, [e-Journal] 37(1):
pp. 12-22.
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 44

National Safety Council (NSC)., 2004. Manajemen Stress Alih Bahasa Widyastutik.
Jakarta: Kedokteran ECG

Nurliah, A., 2012. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada


Operator Forklift di PT. LLI Tahun 2012. Tesis. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Nurrahmi, B. L., 2014. Gambaran Kinerja Dokter Gigi Puskesmas di Kabupaten


Jember Ditinjau dari Aspek Ergonomi Kerja. Skripsi. Jember: Fakultas
Kedokteran Gigi Univesitas Jember
Rabiei, M., Maryam, S., Habibolah, D-S., Mohamad, T., 2012. Musculoskeletal Disorders
in Dentist. International Journal Occupational Hygiene, [e-Journal] 4(1): pp. 36-40
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 45

Standards New Zealand., 2004. Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS


4360:2004 (Handbook). (online). Sydney/Wellington: Standards Australia/
Standards New Zealand

Suryani, A. I., Ikhwansyah I., Eka L. M., 2013. Pengaruh Potensi Bahaya
terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X
Aceh. Jurnal Precure, [e-Journal] 1: pp. 34-42

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003. Tentang Kesehatan. Jakarta:


Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai