NIM 1919720037
MAGISTER KESEHATAN
PALEMBANG
2019
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Gambaran umum lokasi
1.1. Profil puskesmas OPI
1.1.1. Visi dan misi puskesmas OPI
1.1.2. Wilayah kerja puskesmas OPI
1.1.3. Keadaan demografi puskesmas OPI
1.1.4. Fasilitas Pelayanan Puskesmas OPI
1.1.5. Pelayanan kesehatan gigi puskesmas OPI
1.1.6. Program Kegiatan poli gigi
2. Alur proses pekerjaan
BAB 2. MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER GIGI
MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG
2.1. Identifikasi risiko
2.2. Analisis risiko
2.3. Evaluasi risiko
2.4. Pengendalian risiko
BAB 3. MATRIK MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJAAN DOKTER
GIGI MUDA DI PUSKESMAS OPI PALEMBANG
Lampiran
ISI
BAB 1
masyarakat
rendah, sungai dan anak sungai, serta sebagian kecil masih berupa
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai swasta yang bekerja pada
a. Penyuluhan/Promkes
- Penyuluhan di Puskesmas
- Penyuluhan di Posyandu
- Penyuluhan di Kelurahan/Kecamatan
b. Pelayanan Gizi
- KB
- UGD
- Pengobatan Umum
- Pengobatan Gigi
- Rujukan
4. Pelayanan Imunisasi
-BCG
- Polio
- DPT
- Hepatitis
- Campak
- Pemeriksaan Hepatitis B
- Pemeriksaan Spermatozoa
6. Lain-lain:
1 thaun sekali
oleh satu dokter gigi dan tiga perawat gigi yang berpengalaman dan
sebagai berikut:
4. Pengobatan.
1. Tugas Pokok
puskesmas.
2. Fungsi
3. Kegiatan Pokok
pendekatan PMKD.
1. Tugas Pokok
mulut.\
2. Fungsi
3. Kegiatan Pokok
berikut:
pemeriksaan klinis.
tindakan perawatan.
tindakan yang
ulang.
Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI
Tahun 2019
•Tertusuk sonde
3. Bahaya biologi
•Menyimpan bahan
•Terkena air liur dan
berbentuk bubuk di
darah pasien
lemari tertutup dan
•Gangguan memakai masker
pernapasaan saat mengambil
bahan.
Stress dan
mengganggu
mental dokter
gigi muda
•Kejatuhan alat
•Memar
2 Melakukan tindakan •Suara bising dari • Rasa tidak nyaman
kompresor yang
dipasang didalam
ruangan
•Terkontaminasi air
liur dan darah
pasien disebabkan
tidak memakai •Tertular penyakit
handscoon
•Posisi operator
yang membungkuk
dan terlalu
menunduk saat
melakukan
tindakan
•Muskuloskeletal
disorder
Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol
atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang mungkin
timbul, dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan dicatat
selengkap mungkin.
Tabel 3. Analisis risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019
2.3.Evaluasi risiko
Tabel 4. Evaluasi risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019
Tabel 5. Klasifikasi risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI Tahun
2019
Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan
untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan
ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Pengendalian risiko dapat
mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (hirarchy of control). Hirarki
pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) antara lain :
1. Eliminasi (elimination)
2. Substitusi (substitution)
Misalnya:
4. Isolasi (isolation)
Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan
untuk mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah
pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri sebaiknya tidak
digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainnya. Alat
pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan
alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan
personel akan lebih efektif.
BAB 3
Tabel 7. Matrik Manajemen pada Pekerjaan Dokter Gigi Muda di Poli Gigi Puskesmas OPI
Tahun 2019
Dampak
Peluang
1 2 3 4 5
Insignifikan Minor Moderat Major Catastropik
2 Likely
3 Possible 4
4 Unlikely
5 Rare 8
ABSTRACT
This research is aimed to hazard identification, risk assessment, risk control, and risk residual
on dentist’s job in Probolinggo. This kind of research is observational research by using
descriptive method with cross sectional design. The population of this research including dentists
in Probolinggo as much as 70 dentists that included in Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
Probolinggo. The sampling of this research is being done by using simple random sampling
method. The sample in this research is 41 people. This research is conducted in Probolinggo. The
instrument used is task risk assessment sheet, Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors
(BRIEF) observation sheet, questionnaire, sound level meter, and lux meter. Based on the result
of this research, it is known that the job of dentist has 12 potential of danger and 8 risks. Risk
assessment in the job of dentist has 3 low risk categories, 7 medium risk categories, and 2 high
risk categories. As the conclusion of this research shows that the job of dentist have not applied
risk control of ergonomics hazard yet. The suggestion for the respondent is by doing stretching
move either in the break time or when doing the action and take a chance to do physical activity
such as doing sport regularly.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, upaya pengendalian,
serta risiko sisa pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo. Jenis penelitian
ini adalah penelitian observasional dengan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional.
Populasi penelitian meliputi dokter gigi yang terdapat di Kabupaten dan Kota Probolinggo
sebanyak 70 dokter gigi yang tergabung dalam Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)
Probolinggo. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan metode simple random
sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 orang. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten dan Kota Probolinggo. Instrumen yang digunakan berupa lembar task risk
assessment, lembar observasi Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF),
kuesioner, sound level meter, dan lux meter. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
pekerjaan dokter gigi memiliki 12 potensi bahaya dan 8 risiko. Penilaian risiko pada pekerjaan
dokter gigi memiliki 3 kategori risiko rendah, 7 kategori risiko sedang, dan 2 kategori risiko
tinggi. Simpulan dari penelitian ini adalah pada pekerjaan dokter gigi belum menerapkan upaya
pengendalian pada bahaya ergonomi. Saran bagi responden yaitu melakukan gerakan peregangan
otot (stretching) baik pada waktu istirahat maupun pada saat melakukan tindakan serta
menyempatkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin.
©2019 IJOSH All right reserved. Open access under CC BY NC – SA license doi: 10.20473/ijosh.v8i1.2019.29–37
Received 12 August 2017, received in revised form 31 January 2019, Accepted 06 February 2019, Published: March 2019
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 30
ilmu untuk pengendalian bahaya serta risiko medis mengalami kecelakaan dan terkena
untuk dapat meminimalkan terjadinya accident penyakit sehingga menyebabkan petugas medis
dan injury, serta upaya pencegahan terhadap tersebut tidak masuk bekerja, dan jika
tenaga kerja yang mengalami gangguan dibanding dengan industri lain jumlah pada
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi petugas medis lebih besar. Kecelakaan akibat
pekerjaan maupun dari lingkungan kerja dari kerja (KAK) yang sering terjadi pada petugas
tenaga kerja tersebut (Suryani, dkk, 2013). medis yakni tertusuk jarum suntik atau biasa
disebut dengan needle stick injuries. Data dari
Kesehatan kerja atau yang biasa disebut Departemen Kesehatan RI tahun 2009,
dengan occupational health memiliki tujuan sebanyak 2 juta tenaga kerja terkena virus
untuk membuat tenaga kerja selalu sehat,
selamat, dapat bekerja secara produktif,
sejahtera, memiliki daya saing yang tinggi,
sehingga tenaga kerja tidak ada yang sakit
ataupun dalam kondisi yang tidak sehat dan
menjadikan tenaga kerja tersebut dapat
bekerja secara produktif, serta tidak terjadi
kecelakaan kerja yang dapat mengganggu
kegiatan produksi dalam pekerjaan
(Kurniawidjaja, 2010).
hepatitis B, sebanyak 0,9 juta tenaga kerja mudah dokter gigi untuk mengalami
terkena virus hepatitis C, sebanyak 170.000 kelelahan
tenaga kerja terkena virus HIV/AIDS, dan
sebanyak 8-12% tenaga kerja di rumah sakit (Alexopoulus, 2004).
sensitif terhadap bahan yang biasa digunakan
Kabupaten dan Kota Probolinggo
pada sarung tangan yakni bahan lateks.
memiliki dokter gigi sebanyak 70 orang
Menurut Depkes RI 2005, 40,5% pekerja di
dokter gigi yang terdaftar di Persatuan Dokter
Indonesia mempunyai keluhan gangguan
Gigi Indonesia (PDGI) Probolinggo. Pekerjaan
kesehatan yang berhubungan dengan
dokter gigi memiliki risiko yang bermacam
pekerjaannya dan diantaranya adalah
yaitu tergores pisau bedah, terkena mata bur
gangguan musculoskeletal sebanyak 16%
gigi, tertusuk jarum suntik, kejatuhan tang
(Lusianawaty, 2009).
cabut gigi, dan tertusuk alat-alat dokter gigi Penelitian ini merupakan deskriptif karena
yang tajam. Risiko yang paling sering diderita penelitian bertujuan untuk membuat gambaran
oleh dokter gigi yakni risiko keluhan tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian
musculoskeletal disorders (MSDs). Beberapa ini bersifat cross sectional karena penelitian
dokter gigi di Kabupaten dan Kota dilakukan dalam satu kurun waktu tertentu.
Probolinggo mengeluhkan nyeri di sekitar Populasi dalam penelitian ini adalah dokter
tulang punggungnya dan terdapat salah satu gigi yang terdapat di Kabupaten dan Kota
dokter gigi yang mengalami kondisi Probolinggo
melengkungnya tulang belakang (skoliosis),
serta terdapat pula dokter gigi yang mengalami
Herniated Nucleus Pulposus (HNP) yang artinya
adanya penonjolan yang dapat menekan saraf
sebagai akibatnya timbul rasa sakit, kesemutan,
dan kelemahan pada anggota gerak yang
dipersarafi seperti punggung, pinggang,
lengan, dan tungkai. Beberapa kejadian
tersebut mungkin disebabkan karena sikap
kerja pada saat melakukan tindakan terhadap
pasien.
METODE
sebanyak 70 orang dokter gigi yang potensi bahaya dan 8 risiko, seperti tampak
tergabung dalam Persatuan Dokter Gigi pada Tabel 1. Setelah dilakukan identifikasi
Indonesia (PDGI) Probolinggo. Sampel bahaya, kemudian langkah selanjutnya yakni
yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko sesuai dengan
sebagian dokter gigi yang ada di Kabupaten identifikasi bahaya yang telah dilakukan.
dan Kota Probolinggo, yang berjumlah 41
orang dokter gigi. Sampel diambil dengan Hasil penilaian risiko dikelompokkan
menggunakan prinsip simple random menjadi 3 kelompok yaitu kelompok low risk
sampling dari semua populasi. Penelitian ini jika risiko bernilai antara 1–4, kelompok
menggunakan data primer dan data sekunder. medium risk jika risiko bernilai antara 5–10,
Data primer diperoleh dari observasi dan dan kelompok high risk
wawancara dengan 41 responden. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait yang
berupa nama responden dan standard
operational procedure (SOP).
HASIL
jika risiko bernilai antara 12–25 sesuai dengan tahapan ini adalah ketidaknyamanan,
teori musculoskeletal disorders (MSDs), tertular
penyakit infeksi dan luka gores.
Risk Assessment Matrix AS/NZ 4360: 2004.
Bahaya yang terdapat pada tahapan yang
Dari hasil penilaian risiko pekerjaan ketiga adalah bahaya tergores alat-alat yang
dokter gigi pada 3 tahap pekerjaan terdapat 12 tajam, bahaya strerilisasi dari alat-alat dokter
potensi bahaya, dan memiliki 3 kategori redah, gigi yang kurang bersih, bahaya tidak
7 kategori risiko sedang, dan 2 kategori risiko melakukan sterilisasi setelah melakukan
tinggi. Setelah melakukan penilaian risiko tindakan. Risiko dalam tahapan ini adalah
terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan infeksi luka sayatan dan infeksi nosokomial
maka dilakukan langkah pengendalian risiko, atau tertular penyakit dari pasien.
untuk mencegah kerugian yang diakibatkan
oleh potensi bahaya agar tidak menimbulkan
suatu bahaya. Hasil pengendalian risiko dapat
dilihat pada Tabel 3.
PEMBAHASAN
Setelah diketahui bahaya pada masing- sangat mungkin terjadi disemua keadaan.
masing tahapan pekerjaan, dilakukan Penilaian risiko pada bahaya kesebelas yakni
penilaian risiko dengan menggunakan task sterilisasi alat yang kurang bersih, dengan nilai
risk assessment (TRA). Penentuan penilaian severity 3 yaitu perlu perawatan medis dan
risiko ini berdasarkan AS/ NZ 4360: Risk nilai likelihood 4 yaitu sangat mungkin terjadi
Management Guideline. Penilaian risiko pada disemua keadaan. Penilaian risiko pada bahaya
bahaya pertama yakni tergores pisau bedah, yang keduabelas yakni tidak melakukan
dengan nilai severity 2 yaitu perlu P3K dan
nilai likelihood 1 yaitu hanya dapat terjadi
pada keadaan tertentu. Penilaian risiko pada
bahaya kedua yakni kejatuhan alat-alat yang
tajam, dengan nilai severity 2 yaitu perlu P3K
dan nilai likelihood 2 yaitu mungkin terjadi
sewaktu-waktu dan potensi terjadi tahunan.
Penilaian risiko pada bahaya yang ketiga
yakni kebisingan dari bur dan kompresor,
dengan nilai severity 1 yaitu tidak ada
kecelakaan dan kerugian financial kecil dan
nilai likelihood 4 yaitu sangat mungkin
terjadi di semua keadaan. Penilaian risiko
pada bahaya yang keempat yakni anggota
tubuh seperti leher dan punggung miring dan
memutar, dengan nilai severity 2 yaitu perlu
P3K dan nilai likelihood 5 yaitu terjadi hampir
disemua keadaan. Penilaian risiko pada
bahaya yang kelima yakni bahu membentuk
sudut 45°, dengan nilai severity 2 yakni perlu
P3K dan nilai likelihood 5 yaitu terjadi hampir
di semua keadaan.
Tahapan
Potensi Bahaya Risiko Pengendalian yang Sudah Ada
Pekerjaan
Menyiapkan alat Bahaya mekanik seperti : Infeksi luka Menyediakan sarung tangan
Tergores pisau bedah sayatan Meletakkan alat di lemari kaca yang
Kejatuhan alat-alat yang tajam mudah terlihat dan mudah dijangkau
Memar dan lebam
Melakukan Bahaya Fisik seperti kebisingan dari Ketidaknyamanan Meletakkan kompresor diluar
Tindakan bur dan kompresor MSDs ruangan
Mengembalikan Bahaya Mekanik seperti tergores alat- Infeksi luka Menyediakan sarung tangan dan
alat alat yang tajam sayatan masker
Infeksi
Sterilisasi alat yang kurang bersih Mempunyai SOP pencucian dan
Tidak melakukan sterilisasi setelah nosokomial atau sterilisasi alat
melakukan tindakan tertular penyakit
dari pasien Menyediakan alat sterilisator
Menyediakan handrub
Terdapat poster mengenai cara
mencuci tangan
Tabel 2. Hasil Penilaian Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi menggunakan Task Risk Assessment (TRA) Tahun 2017
Peringkat
Risiko Kategori
Risiko
Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko
S LL RR
Melakukan tindakan Kebisingan dari bur dan kompresor Ketulian dan ketidak
1 4 4 Low
nyamanan
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 37
Mengembalikan alat Tergores alat-alat yang tajam Infeksi luka sayatan 2 4 8 Medium
(1)
sterilisasi setelah melakukan tindakan, dengan kompresor. Pengendalian risiko pada bahaya
nilai severity 3 yaitu perlu perawatan medis yang keempat yakni anggota tubuh seperti
dan nilai likelihood 2 yaitu mungkin terjadi leher dan punggung miring dan memutar,
sewaktu-waktu dan potensi terjadi tahunan. dengan strategi pengendalian yaitu belum ada,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 3 yaitu
Tahap selanjutnya yaitu pengendalian peralatan pengaman yang memerlukan aksi atau
risiko. Pengendalian risiko pada bahaya harus digerakkan secara aktif seperti
pertama yakni tergores pisau bedah, dengan menyediakan kursi operator untuk dokter gigi
strategi pengendalian bernilai 6 yaitu dan dental chair yang dapat disesuaikan.
pengaman untuk melindungi penerima
energi dari akibat kemungkinan cedera atau
kerusakan seperti memakai sarung tangan,
dan hierarki jenis pengendalian bernilai 5
yaitu cara atau pedoman yang dimaksudkan
untuk mengendalikan bahaya seperti
melakukan kewaspadaan dalam bekerja.
Pengendalian risiko pada bahaya kedua yakni
kejatuhan alat-alat yang tajam, dengan
strategi pengendalian bernilai 6 yaitu
pengaman untuk melindungi penerima energi
dari akibat kemungkinan cedera atau
kerusakan seperti memakai sarung tangan, dan
hierarki jenis pengendalian bernilai 1 yaitu
peralatan yang dapat mengurangi atau
mencegah penyaluran energi seperti meletakkan
alat di lemari kaca yang mudah terlihat dan
terjangkau.
pedoman yang dimaksudkan untuk Dari hasil analisis risiko pada pekerjaan
mengendalikan bahaya seperti memiliki SOP dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo,
jarum bekas sekali pakai dengan teknik one maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bahaya
hand. dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi,
dan faktor ergonomi pada lingkungan kerja
Pengendalian risiko pada bahaya yang dokter gigi di Kabupaten dan Kota Probolinggo,
kesepuluh yakni tergores alat-alat yang tajam, penilaian risiko pada pekerjaan dokter gigi di
dengan strategi pengendalian bernilai 6 yaitu Kabupaten dan Kota Probolinggo dengan
pengaman untuk melindungi penerima energi menggunakan task risk assessment (TRA)
dari akibat kemungkinan cedera atau memiliki 3 kategori rendah, 7 kategori risiko
kerusakan seperti memakai sarung tangan, dan sedang, dan 2 kategori risiko tinggi,
hierarki jenis pengendalian bernilai 5 yaitu pengendalian risiko
cara atau pedoman yang dimaksudkan untuk
mengendalikan bahaya seperti melakukan
kewaspadaan dalam bekerja.
SIMPULAN
Mia Rhosita Sawitri dan Mulyono, Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi… 43
pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Leggat, P. A., Smith, D. R., 2006.
Kota Probolinggo belum menerapkan Musculoskeletal Disorders Self-Reported by
pengendalian pada bahaya ergonomi, dan Dentist in Queensland, Australia. Australian
pada pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan Dental Journal, [e-Journal] 51(4): pp. 324-
Kota Probolinggo memiliki 3 risiko sisa. 327
DAFTAR PUSTAKA
National Safety Council (NSC)., 2004. Manajemen Stress Alih Bahasa Widyastutik.
Jakarta: Kedokteran ECG
Suryani, A. I., Ikhwansyah I., Eka L. M., 2013. Pengaruh Potensi Bahaya
terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X
Aceh. Jurnal Precure, [e-Journal] 1: pp. 34-42