Vdocuments - MX - 3 Laporan Pendahuluan Fraktur Humerus
Vdocuments - MX - 3 Laporan Pendahuluan Fraktur Humerus
FRAKTUR HUMERUS
DI RUMAH SAKIT DR MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Oleh
Muslikah
P.17420113061
E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi:
1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris
menyebabkan paralisis m.Deltoid.
2. Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cdera
n.Radialis, harus dilakukan operasi reduksi dan internal fiksasi dengan
plate screw untuk humerus disertai eksplorasi n.Radialis.
3. Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor,
Pulselesness, Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan
menyebabkan nekrosis otot-otot dan saraf.
4. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk
O, secara fungis baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi
dengan operasi meluruskan siku dengan teknik French osteotomy.
F. PATOFISIOLOGI
Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur.
Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka
biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen, dan
pembuluh darah.
Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka
karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga
akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan
kemungkinan terjadinya infeksi.
Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.
Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada
daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab tulang berada pada
posisi yang kaku.
G. PATHWAYS
(TERLAMPIR)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi tempat terjadinya fraktur ini pada lateral atau medial
dsb.
2. Scan tulang, temogram, scan CT/MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jaringan lunak.
3. Hitung darah lengkap
Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stres normal
steelah trauma.
4. Kratinin
Trauma pada otot meningkat beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau
cedera hati.
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsuhidajat (1998) prinsip pengelolaan patah tulang adalah
reposisi dan immobilisasi. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Proteksi saja, misal mitela untuk fraktur dengan kedudukan baik
2. Immobilisasi dengan fiksasi atau immobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi
tetap memerlukan immobilisasi agar tidak terjadi diskolasi fragmen
3. Reposisi diikuti immobilisasi
4. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu, diikuti
immobilisasi
5. Reposisi diikuti immobilisasi fiksasi luar
6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam
pada tulang secara operatif
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan
pemasangan fiksasi internal
8. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada tulang humerus (mungkin
segera, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan,
nyeri)
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi (respons stress, hipovolemia), penurunan/tak ada
nadi pada bagian yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada
tulang humerus, pembekakan jaringan atau masa hematoma pada sisi
cedera.
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan/sensasi, spasme ott, kebas/kesemutan
(oarestesis)
Tanda : deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berederik), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain)
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat ciderea (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan/kerusakan tulang humerus, dapat berkurang pada
immabilisasi, tak ada nyeri akibat kerusakan saraf)
Spasme/kram otot (setelah immobilisasi)
e. Keamanan
Tanda : laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna
pembekakan lokal (dapat meningkat secara tertahap atau tiba-tiba)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang,
kompresi saraf, cedera neuromuscular, trauma jaringan, dan reflex
spasme otot sekunder.
2. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah.
3. Resiko trauma berhubungan dengan kehilangan intergritas tulang
(fraktur)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi,
status ekonomi, dan perubahan fungsi peran.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
mengenai pengobatan dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
6. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang.
7. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik.
8. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entrée
luka operasi pada lengan atas.
9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular
dan penurunan kekuatan lengan atas.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut yang berhubungan
dengan pergerakan fragmen
tulang, kompresi saraf, cedera
neuromuscular, trauma jaringan,
dan reflex spasme otot sekunder.
2. Resiko disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah.
3. Resiko trauma berhubungan
dengan kehilangan intergritas
tulang (fraktur)
4. Ansietas berhubungan dengan
krisis situasional, akan menjalani
operasi, status ekonomi, dan
perubahan fungsi peran.
5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
keterbatasan informasi mengenai
pengobatan dan penatalaksanaan
perawatan dirumah.
6. Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan tulang,
nyeri sekunder akibat
pergerakan fragmen tulang.
7. Resiko kerusakan intergritas
kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik.
8. Risiko tinggi infeksi yang
berhubungan dengan adanya
port de entrée luka operasi pada
lengan atas.
9. Deficit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular dan penurunan
kekuatan lengan atas.
LAMPIRAN
PATHWAYS
TRAUMA
Fraktur terbuka/tertutup
Fraktur humerus
Kehilangan integritas
Gerakan ligament Kerusakan jarinagan tubuh kulit
tulang
Resiko tinggi
disfungsi
neurovaskuler
Immobilasi fisik