Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Embriogenesis
Embriogenesis adalah perkembangan dari zigot atau sel atau jaringan dari tumbuhan untuk
menjadi individu baru atau menjadi tumbuhan yang lengkap. Perkembangan Embrio biji
tumbuhan dalam keadaan embrio (lembaga) diselubungi oleh kulit buji dan dibekali dengan
sumber cadangan makanan (Hakim, 2008). Embrio dikelilingi oleh kotiledon dan endosperma
yang merupakan persediaan makanan. Endosperma berkembang dari pembelahan mitosis
nukleus yang dihasilkan dari peleburan salah satu gamet jantan dengan kedua nucleus polar atau
dengan nukleus sekunder. Embrio dan persediaan makanannya terbungkus oleh radikula yang
merupakan bakal akar. Bagian sumbu embrionik dari kotiledon disebut epikotil. Pada ujungnya
terdapat plumula yang merupakan bakal pucuk atau daun. Pada bagian batang dibawah keping
biji disebut hipokotil yang terdapat batang akar atau radikula. Baik plumula atau radikula
terdapat meristem apeks yang letaknya di ujung. Selain itu terdapat kotiledon yang akan
menyerap zat-zat makanan dari endosperma dan memindahkannya ke embrio ketika biji mulai
berkecambah. Pembelahan sel didalam embrio diiringi dengan pertumbuhan serta vakuolasi yaitu
dibentuknya vakuola yang membesar dari sel-sel yang terjadi, memulai organisasi dari sistem
jaringan. Bakal epidermis ditunjukan oleh lapisan permukaan yang bersifat meristematik yakni
protoderm (Maheswari, 1950).
B. Embriogenesis pada gymnospermae.
Fase awal perkembangan embrio ditandai dengan adanya periode inti bebas, kecuali pada
Gnetum, Welwitschia dan Sequoia sempervirens. Setelah periode bebas terbentuk dinding-dinding
sekat dan embrio menjadi seluler, kemudian mengalami diferensiasi. Embrio bersifat endoskopik.
Poliembrioni merupakan keadaan yang umum terjadi pada Gymnospermae. Pada Coniferophyta
terjadi poliembrioni belahan (cleavage polyembryoni) (Batigyna, 2004).
C. Embriogenesis pada angiospermae
Telur yang telah dibuahi disebut zigot, dan ini merupakan sel tunggal yang bersifat diploid.
Polaritas embrio pada Angiospermae adalah endoskopik, yaitu berlawanan dengan mikropil.
Pembelahan zigot yang pertama kali pada kebanyakan Angiospermae adalah dengan dinding
melintang, sehingga menghasilkan proembrio 2 sel. Dari proembrio 2 sel ini :
a) Sel bagian atas disebut sel terminal (sel apikal), merupakan sel yang jauh dari mikropil.
b) Sel bagian bawah disebut sel bawah, merupakan sel yang letaknya dekat dengan mikropil
(Barunawati, 2006).

Pembelahan zigot dengan dinding tegak lurus (suku Loranthaceae) atau miring (Triticum
sp.) adalah jarang. Variasi pola perkembangan embrio pada awal embriogeni merupakan hal umum
pada tumbuhan monokotil dan dikotil. Dari stadium 2 sel sampai stadium pembentukan organ
biasanya disebut proembrio. Perkembangan awal proembrio pada monokotil dan dikotil adalah
sama sampai pada stadium oktan (8 sel) (Barunawati, 2006).
Suspensor merupakan bagian embrio yang letaknya berdekatan dengan ujung radikula.
Perkembangan suspensor mencapai maksimum pada saat embrio mencapai stadium bulat
(globuler). Pada biji yang masak sisa-sisa suspensor masih dapat dilihat. Suspensor menunjukkan
variasi bentuk, ukuran serta sel yang menyusunnya. Variasi ini biasanya berhubungan dengan
fungsi nutritif bagi embrio. Pada tumbuhan yang tidak mempunyai endosperm, suspensor bersifat
haustorium. Dikatakan pula selain memberi makan, suspensor merupakan akar embrionik yang
bersifat sementara (Batigyna, 2004).
Campbell, N.A., J.B. Reece and L.G. Mitchell, 2011. Biology, Fifth Edition,Pearson Education, San
Francisco, America.
Solomon, E.P., L.R. Berg., D.W. Martin, 2011. Biology, Fifth Edition, International Edition, Nelson
Education, Canada.
Barunawati, N. 2006. Embriogenesis pada Tanaman Angiospermae. Bandung: ITB.
Maheswari, P. 1950. An Introduction to the Embryology of Angiosperms. McGraw-Hill, New
York.
Batigyna, T.B.2004. Polymorphism of Sexual and Somatic Embryos as Manifestation of Their
Developmental Parallelism Under Natural Condition and in Tissue Culture.
Rusia:Rusian Academy of Science.
Hakim, Lukman. , M.Anis Fauzi. 2008. Pengaruh Ukuran Kotiledon terhadap pertumbuhan
Semai Ulin (Eusyderoxylon zwageri T.Et B). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2(1): 2-5

Anda mungkin juga menyukai