Anda di halaman 1dari 9

Perbedaan rancangan penelitian multikasus dengan multi situs

Studi multikasus adalah rancangan penelitian yang mengkaji dua atau lebih subjek,
latar atau tempat penyimpanan data penelitian. Bogdan R,C & Biklen menyebutkan
bahwa tatkala peneliti mempelajari dua bidang atau lebih atas penyimpanan data, peneliti
biasanya menggunakan apa yang kita sebut studi multi kasus. Multi-case
studies mempunyai berbagai ragam bentuk, beberapa diantaranya memulai dengan hanya
satu kasus untuk memiliki pekerjaan utama sebagai seri pertama dalam penelitian atau
sebagai pemandu (pilot) untuk studi multi kasus. Ada penelitian lain sebelumnya tentang
sigle case study, tetapi masih kurang intens, kurang menyeluruh dan kurang mencakup
aspek lain dengan tujuan menjawab keseluruhan pertanyaan. Peneliti-peneliti lain
melakukan comparatitve case studies. Dua penelitian kasus atau lebih sudah dilakukan
kemudian dipelajari persamaan dan perbedaannya)
Penelitian berbasis kasus adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus
untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengkaitkannya dengan teori tertentu[4]. Istilah
penelitian berbasis kasus mengemuka karena berkembangnya fakta bahwa penelitian
kualitatif lebih menekankan kualitas dan kedalaman analisis terhadap obyek penelitian.
Pada hampir di seluruh jenis penelitian kualitatif, obyek penelitian dikaji tidak dari sudut
permukaan yang dangkal atau bagian per-bagian, tetapi dikaji secara menyeluruh dan
terperinci. Menurut penelitian berbasis kasus, obyek penelitian yang dipandang secara
demikian disebut sebagai ‘kasus’. Mengacu pada pemahaman ini, Banguin memasukkan
hampir seluruh jenis penelitian kualitatif, termasuk penelitian grounded theory,
ethnografi, phenomenologi, dan penelitian studi kasus ke dalam jenis penelitian berbasis
kasus.
Studi kasus dapat diartikan sebagai: an intensive, holistic description, and
analysis of a single instance, phenomenon, or social unit[5]. Pengertian tersebut
memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya studi kasus adalah suatu strategi penelitian
yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu orang subjek atau satu peristiwa
tertentu. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni penyajikan
pandangan subjek yang diteliti sehingga dapat ditemukan konsistensi internal yang tidak
hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan
(trustworthiness). Dipilihnya studi kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti
ingin mempertahan-kan keutuhan subjek penelitian. Peneliti juga beranggapan bahwa
fokus penelitian kualitatif biasanya akan lebih mudah dijawab dengan desain studi kasus.
Hingga saat ini masih terus berlangsung perdebatan tentang posisi ‘kasus’
sebagai obyek penelitian dalam penelitian kualitatif pada umumnya dan khususnya pada
penelitian studi kasus. Banyak peneliti yang memandang bahwa setiap obyek penelitian,
khususnya obyek pada penelitian kualitatif adalah ‘kasus’, Konsekuensinya, semua
penelitian kualitatif adalah penelitian studi kasus. Oleh karena itu, di dalam banyak
laporan penelitian, khususnya penelitian kualitatif, kata-kata ‘studi kasus’ banyak
dicantumkan sebagai bagian dari judul. Beberapa peneliti yang sekaligus juga penulis,
seperti Stake (1994, 2005), Creswell (1998, 2007), dan Yin (1994, 2003a, 2003b, 2009)
menolak anggapan demikian. Mereka berupaya menunjukkan perbedaan antara penelitian
studi kasus dengan penelitian berbasis kasus. Mereka memandang bahwa penelitian studi
kasus merupakan salah satu jenis penelitian dalam penelitian kualitatif yang memiliki
kedudukan yang sama seperti halnya dengan jenis strategi penelitian kualitatif yang lain,
seperti penelitian ethnografi, phenomenologi, grounded theory, dan biografi.
Secara khusus, pada tahun 1982, Yin[6] memperkenalkan penelitian studi kasus
sebagai metoda penelitian tersendiri, yang terpisah dan berbeda dari ragam penelitian
kualitatif yang lain. Yin lebih memperjelas pendapatnya dengan menulis buku khusus
yang secara terperinci menjelaskan argumen, kriteria dan proses penelitian studi kasus,
yang telah diterbitkan hingga empat edisi yaitu pada tahun 1986, 1994, 2003, dan 2009.
Pendapat Yin tersebut mendapatkan banyak tanggapan. Sebagian besar tidak
menentangnya, tetapi cenderung mendukung dengan menambahkan argumen-argumen
untuk lebih mempertegas kekhususan posisi, kedudukan, dan memperjelas arahan
penggunaannya. Dalam makalah ini akan di bahas secara ringkas tentang desain
penelitian studi kasus.
Intinya, kalau, kasusnya tunggal, maka disebut studi kasus, yakni jenis penelitian
yang berupaya melakukan eksplorasi terhadap suatu latar (a detailed examination of one
setting), atau satu peristiwa tertentu (one particular event), atau satu subjek (one single
subject) atau satu tempat penyimpanan dokumen (one single depository of document)
dengan cara menginvestigasi secara eksploratif, deskriptif dan utuh (wholeness)
fenomena sementara dalam konteks kehidupan nyata (real live context). Tetapi kalau
kasusnya dua atau lebih, maka disebut studi multi kasus , yakni rancangan penelitian yang
mengkaji dua atau lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data penelitian. Dalam
penelitian studi multikasus, diasumsikan diantara kasus yang satu dengan kasus lainnya
memiliki karakteristik yang berbeda [7].
Sedangkan Studi multisitus is a qualitative research approach that we designed to
gain an in-depth knowledge of an organizational phenomenon that had barely been
researched: strategic scanning. Rancangan studi multi-situs adalah suatu rancangan
penelitian kualitatif yang melibatkan beberapa situs, tempat dan subjek penelitian.
Subjek-subjek penelitian tersebut diasumsikan memiliki karakteristik yang sama.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen[8], studi multi-situs merupakan salah
satu bentuk penelitian kualitatif yang memang dapat digunakan terutama untuk
mengembangkan teori yang diangkat dari beberapa latar penelitian yang serupa, sehingga
dapat dihasilkan teori yang dapat ditrasfer ke situasi yang lebih luas dan lebih umum
cakupannya. Pada dasarnya studi multi-situs mempunyai prinsip sama dengan studi kasus
tunggal dan multi-kasus, perbedaanya terletak pada pendekatan. Studi multi-kasus dalam
mengamati suatu kasus berangkat dari kasus tunggal ke kasus-kasus berikutnya, sehingga
kasus yang diteliti memiliki dua atau lebih. Penelitian dengan multi-situs menggunakan
logika yang berlainan dengan pendekatan studi multi-kasus, karena arahnya lebih banyak
untuk mengembangkan teori kecenderungan memiliki banyak situs daripada dua atau
tiga. Menurut Bogdan dan Biklen pendekatan situs tunggal dan multi situs memiliki dua
jenis studi, yaitu induksi analitis modifikasi dan metode komparatif konstan.
A. Prosedur analisis data model Miles dan Haberman
Analisis data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan kedalam suatu
pola, kategori dan satuan uraian data. Ia merupakan proses secara sistematis untuk mengkaji
transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan hal-hal lain. Menurut Bogdan dan
Biklen[9] analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mendeskripsikannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif
bersifat induktif analitik yang menekankan pada pemaknaan kekhususan suatu kasus dan bukan
keumumannya (nomotetik).
Mengingat penelitian ini menggunakan rancangan studi multikasus, maka dalam
menganalisis data dilakukan dua tahap : (a) Analisis data kasus individu dan (b) Analsis data
lintas kasus[10]
(1) Analisis data kasus/situs individu ( individual case/situs analisys)
Analisa data kasus individu dilakukan pada masing-masing objek. Dalam menganalisis,
peneliti melakukan interpretasi terhadap data berupa kata-kata sehingga diperoleh makna
(meaning). Karena itu analisis dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpulan data, serta
setelah data terkumpul.
Menurut Miles dan Huberman[11] analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan, baik kesimpulan sementara, lalu diverifikasi maupun kesimpulan akhir, yang
secara skematis dapat dilihat pada dua gambar berikut :

Gambar I : alur analisis

Dalam penelitian ini penganalisisannya meliputi kegiatan-keigatan: penentuan


fokus penelitian sesuai dengan yang direncanakan atau perlu diubah, penyusunan
temuan-temuan, pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-
temuan sebelumnya, pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik untuk
mengumpulkan data berikutnya dan penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data .
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan upaya peneliti untuk memilih, menfokuskan dan
mentransformasikan data berserakan dari catatan lapangan. Reduksi data sebagai bagian
dari kegiatan analisis, maka peneliti melakukan analisis sekaligus memilah dan memilih
mana data yang dikode, mana yang diperlukan dan mana yang dibuang. Itulah sebabnya
reduksi merupakan kegiatan menggolongkan, mengarahkan, meringkas, mengkode,
menemukan tema, mengkatagori, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data sedemikian rupa hingga dapat mengambil kesimpulan. Proses reduksi berlangsung
selama penelitian di lapangan sampai pelaporan selesai.

2. Penyajian data
Penyajian data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data sebagai suatu
informasi yang memungkinkan untuk mengambil kesimpulan. Disini peneliti berupaya
membangun teks naratif sebagai suatu informasi yang terseleksi, simultan dan sistematis
dalam kesatuan bentuk (gestalt) yang kuat. sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan atau menjawab masalah yang di teliti.
Penyajian data masing-masing kasus didasarkan pada fokus penelitian yang
mengarah pada pengambilan kesimpulan sementara yang kemudian menjadi temuan
penelitian. Disamping penyajian data melalui teks naratif juga akan digunakan matrik
atau bagan yang dapat memudahkan peneliti membangun hubungan antara teks yang ada,
sehingga tersusun secara sistematis dalam bentuk yang padat dan mudah difahami, yang
pada gilirannya akan memudahkan pula dalam penarikan kesimpulan dari data yang
ditemukan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan lanjutan dari reduksi dan
penyajian data, dimana peneliti mencari makna secara holistik dari berbagai proposisi
yang ditemukan mengenai fokus penelitian. Dalam konteks ini makna holistik sebagai
suatu kesimpulan masih memerlukan verifikasi ulang pada catatan lapangan atau diskusi
dengan teman sejawat. Dengan kata lain kesimpulan yang dibuat masih ada peluang untuk
menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali dengan
data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali. Disamping itu, peneliti dapat bertukar
pikiran dengan teman sejawat, atau dengan cara triangulasi sehingga kebenaran ilmiah
dapat mendekati kesempurnaan.[12]
(2) Analisis data lintas kasus / situs (Cross case/situs analisys)
Analisa lintas kasus dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuan-temuan
yang diperoleh dari masing-masing kasus, sekligus sebagai proses memadukan antar ketiga
kasus. Pada awalnya temuan yang diperoleh di Kasus I, disusun kategori dan tema,dianalisis
secara induktif konseptual dan dibuat penjelasan naratif yang tersususn menjadi proposisi
tertentu yang selanjutnya dikembangkan menjadi teori substantif I.
Proposisi-proposisi dan teori substantif I selanjutnya dianalisis dengan cara
membandingkan dengan proposisi-proposisi dan teori substantif II untuk menemukan perbedaan
karakteristik dari masing-masing kasus sebagai konsepsi teoritik berdasarkan perbedaan.
Distingsi kedua kasus ini dijadikan temuan sementara untuk selanjutnya dikonfirmasikan pada
kasus berikutnya atau kasus III.
Pada tahap terakhir dilakukan analisys secara simultan untuk merekonstruksi dan
menyusun konsepsi tentang persamaan kasus I, II dan III secara sistematis. Selanjutnya
dilakukan analisis lintas kasus antara kasus I, II dan III dengan teknik yang sama. Analisis
terakhir ini dimaksudkan untuk menyusun konsepsi sistematis berdasarkan hasil analisis data
dan interpretasi teoritik yang bersifat naratif berupa proposisi-proposisi lintas kasus yang
selanjutnya dijadikan bahan untuk mengembangkan temuan teori substantif .
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis lintas kasus ini meliputi : (1)
menggunakan pendekatan induktif konseptualistik yang dilakukan dengan membandingkan dan
memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus individu, (2) Hasilnya dijadikan dasar
untuk menyususn pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kasus, (3) Mengevaluasi
kesesuaian proposisi dengan fakta yang menjadi acuan, (4) Merekonstruksi proposisi-proposisi
sesuai dengan fakta masing-masing kasus individu, dan (5) Mengulangi proses ini sesuai
kebutuhan sampai batas kejenuhan[13].
Ada dua macam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu(1) analisis data
dalam situs, dan (2) analisis data lintas situs, Contoh :
a. Analisis Data Dalam Situs
Analisis data dalam situs di dalam penelitian ini maksudnya analisis data di setiap
sekolah yang dijadikan situs penelitian, Oleh karena data kualitatif terdiri dari kata-kata
dan bukan angka-angka, maka penganalisisan datanya dilakukan seperti yang
dianjurkan oleh Bogdan dan Biklen, Miles dan Huberman, dan Schlegel, yaitu dimulai
sejak atau bersamaan dengan pengumpulan datanya dan setelah pengumpulan data
selesai. Penganalisisan data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data
meliputi kegiatan-kegiatan: (1) penetapan fokus penelitian apakah tetap sebagaimana
yang telah direncanakan atau perlu ada perubahan; (2) penyusunan temuan-temuan; (3)
pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan dari pengumpulan
data sebelumnya; (4) pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik untuk pengumpulan
data berikutnya; dan (5) penetapan sasaran pengumpulan data berikutnya. Kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memahami data yang telah dikumpulkan
dan untuk memikirkan peluang-peluang pengumpulan data berikutnya, sehingga
kualitasnya menjadi lebih baik dalam rangka penyempurnaan data yang kurang dan
menguji hipotesis-hipotesis dan gagasan-gagasan yang muncul selama pengumpulan
data.
Selanjutnya, setelah seluruh data yang diperlukan selesai dikumpulkan, semua
catatan lapangan yang telah dibuat selama pengumpulan data dianalisis lebih
lanjut secara lebih intensif dan seksama. Penganalisisan yang demikian itu
disebut dengan analisis setelah pengumpulan data. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam analisis data setelah pengumpulan data itu sebagai berikut.
Pertama, dilakukan sistem kategori pengkodean. Dengan sistem ini, data penelitian
dikelompokkan menurut kategori yang dibuat. Dalam rangka itu, semua data yang berupa
catatan lapangan dan ringkasan data situs sementara, dibaca dan ditelaah secara seksama.
Berdasarkan penelaahan tersebut kemudian diidentifikasi topik-topik liputan. Setiap
topik liputan dibuatkan kode yang menggambarkan topik tersebut.
Langkah kedua dalam analisis setelah pengumpulan data adalah pengelompokan
dan pemilahan data berdasarkan kode topik liputan. Setelah kode-kode tersebut dibuat
lengkap dengan pembatasan operasionalnya dan dituliskan pada sebelah kiri (kolom
koding) di setiap liputan yang sesuai, maka selanjutnya dilakukan pengelompokan dan
pemilahan data berdasarkan kode masing-masing liputan. Pengelompokan dan pemilahan
ini dilakukan dengan menggunting catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau
trakskrip dokumentasi berdasarkan kelompok kode yang sama, dan
kemudian menempelkan kembali pada lembaran kertas berdasarkan fokus penelitian.
Untuk mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan, transkrip
wawancara,dan atau transkrip dokumentasi dan ringkasan situs sementara yang asli, maka
sebelum dilakukan pengguntingan semua lembar data difotocopy terlebih dahulu. Di
samping itu, untuk memperjelas kedudukan data dan mempermudah pelacakannya pada
catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau transkrip dokumentasi, maka di bagian
bawah sebelah kanan setiap satuan data tersebut diberi kode notasi.
Langkah ketiga dalam analisis setelah pengumpulan data adalah peringkasan atau
kesimpulan data pada situs tersebut. Simpulan-simpulan data ini disusun dan diletakkan
di setiap akhir paparan data setiap subfokus penelitian pada situs tersebut. Untuk
memperjelas simpulan data, maka pada simpulan-simpulan tertentu, data itu dilengkapi
dengan pembuatan bagan atau chart tentang isi simpulan yang dimaksud.
Langkah keempat sebagai langkat terakhir dalam analisis setelah pengumpulan data
pada tiap situs penelitian adalah perumusan temuan penelitian. Temuan penelitian ini
disusun dalam bentuk susunan proposisi yang bertolak dari temuan sementara pada
masing-masing situs. Proposisi-proposisi ini disusun dan diletakkan pada bagian akhir
dari paparan dan simpulan data pada situs tersebut. Berdasarkan simpulan data dan
proposisi-proposisi tersebut dibuatlah diagram yang menggambarkan teori yang
ditemukan pada situs tersebut[14].
b. Analisis Data Lintas Situs
Jenis analisa ini hanya dapat digunakan pada studi multi situs. Analisis data lintas
situs dimaksudkan untuk memadukan dan mem-bandingkan temuan-temuan yang
dihasilkan dari seluruh situs. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data lintas
situs ini sebagai berikut.
Langkah pertama peneliti membuat pengelompokan situs penelitian. Misal dari
empat situs penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) situs kelompok X terdiri
atas situs 1 dan situs 2, dan (2) situs kelompok Y yang terdiri atas situs 3 dan situs 4.
Pengelompokan ini didasarkan atas kesamaan karakteristik tertentu yang terlihat
sebelum pengumpulan data dilakukan. Langkah kedua adalah melakukan analisis lintas
situs dalam satu kelompok situs. Berdasarkan temuan-temuan yang dihasilkan
pada masing-masing situs yang tersusun dalam bentuk proposisi-proposisi tertentu,
Langkah ketiga adalah melakukan analisis lintas kelompok situs. Temuan-temuan
sementara kelompok situs X dipadukan kesamaan dan dibandingkan perbedaannya
dengan temuan-temuan sementara kelompok situs Y, sehingga menghasilkan temuan-
temuan lintas kelompok situs XY. Temuan-temuan lintas kelompok situs ini berupa
pernyataan-pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kelompok situs.
Temuan-temuan inilah yang merupakan temuan teoretik-substantif sebagai temuan akhir
penelitian. Untuk keperluan analisis data secara keseluruhan, dibuatlah diagram
yang menggambarkan langkah-langkah mulai dari mengembangkan konsep sampai
dengan analisis lintas situs[15].
5. Empat jenis teknik analisis data kualitatif Spredley
a. Analisis Domaian (Domaian Analysis)
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum
tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data
secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam
data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan
detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih
berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil
pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan
pinggir.
b. Analisis Taksonomi (Taxonomi Analysis)
Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai
fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara
mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis
(exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang
penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam.
c. Analisis Komponensial (Componential Analysis)
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh .
Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan.
Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci
anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan
mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan
antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci
mengenai pokok permasalahan.
d. Analisis Tema Cultural (Discovering cultural themas)

Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari
analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus
budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu,
analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang
dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya
menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang
dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting,
(2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca
pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh
analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi.
Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti
untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian[16]..
6. Pengecekan data kualitatif
Pengecekan data kualitatif harus dilakukan sendiri oleh peneliti, karena dalam penelitian
kwalitatif instrumen kuncinya adalah peneliti sendiri. Dengan kata lain untuk dapat memahami
makna terhadap fenomena dan simbol-simbol strategi pengembangan pendidikan Islam berbasis
multikultural di tiga pondok pesantren diatas, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung
peneliti terhadap objek di lapangan. Oleh karena itu instrumen kunci dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri. Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah karena sifatnya yang
responsif dan adabtable, sehingga peneliti dapat menekankan pada
keutuhan (holistic), mengembangkan dasar pengetahuan (processual immediacy) dan
mempunyai kesempatan untuk mengklarifikasi dan meringkas (opportunity for clarivication and
zummarization) serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki respon yang
istimewa, ganjil atau khas (explore a typical or idiosyncratic responses).
Mengingat peneliti merupakan instrument kunci untuk memahami situasi dan
setting lapang, maka peneliti membangun keakraban dengan para informan. Selama
penelitian, peneliti berada di lokasi untuk mengadakan pengamatan agar diperoleh
informasi dan data yang lengkap untuk pengungkap makna yang di butuhkan, peneliti
juga mengkaji kembali data-data yang telah diperoleh melalui pengamatan, dokumentasi
maupun hasil wawancara untuk menetapkan apakah suatu data yang diperoleh sifatnya
umum atau cukup mendalam sesuai dengan fokus penelitian. Atas dasar itulah maka
kehadiran peneliti di lapangan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek tidak
dapat digantikan oleh alat lain.
Adapun macam-macam teknik pengecekan keabsahan data dalam penelitian
kwalitatif, sebagaimana dianjurkan oleh Lincoln dan Guba[17] antara lain : Credibelity (derajat
kepercayaaan), Transferability (keteralihan), Dependability (kebergantungan), dan Confirmability
(kepastian).
1. Credibility (derajat Kepercayaan)
Dalam melakukan penelitian kwalitatif yang notabene naturalistik, instrumen kunci
penelitiannya adalah peneliti sendiri. Karena itu, untuk menghindari kemungkinan
terjadinya going native atau kecenderungan kepurbasangkaan (bias), diperlukan adanya
pengujian keabsahan data (Credibility)
Kridebilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan atau keabsahan data
dengan mengkonfirmasikan anatra data yang diperoleh dengan objek penelitian, tujuannya
adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian.
Secara umum teknik kridebilitas ini berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian
rupa sehingga tingkat kepercayaan terhadap data dapat tercapai. Kedua, mempertunjukkan
derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti. Penggunaaan teknik ini meliputi : (1) Perpanjangan keikut
sertaan, (2) ketekukan pengamatan, (3) Trianggulasi, (baik triangulasi sumber, metode, situasi,
data, dll), (4) Pengecekan sejawat, (5) Kecukupan referensi, (6) Kajian kasus negative, dan
(7) Pengecekan Anggota.
Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada latar penelitian akan dapat meningkatkan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan, hal tersebut karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga
dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah konteks penelitian dipahami dan
dihayati dengan baik. Adapun ketekunan pengamatan adalah dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
Sedangkan trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini ialah pemeriksaan
melalui sumber. Triangulasi dalam penelitian ini diklasifikasi menjadi lima macam, yakni
trianggulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi penyidik, trianggulasi teori dan triangulasi
situasi.
Sementara pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan
sejawat.adapun maksudnya adalah sbb; (a) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap dan
pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. (b) diskusi
dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji
temuan peneliti.
Kemudian, teknik analisis kasus negative dilakukan dengan jalan menggumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Kasus negative juga digunakan
sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan. Sementara teknik kecukupan referensial
digunakan sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk
keperluan evaluasi. Dengan kata lain, bahan-bahan yang tercatat dan terekam dapat digunakan
sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Sedangkan
teknik pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat
penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya adalah untuk pemeriksaan
derajat kepercayaan.

2. Transferability (Keteralihan)
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian,
penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran
dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Salah satu tujuan penelitian ialah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. Karena itu, ketika temuan penelitian berupa
pola atau kaidah sudah diperoleh, tugas peneliti sebenarnya belum berakhir. Masih ada satu
tugas lagi yang sangat penting, yakni melaporkan atau memublikasikan hasil penelitian
tersebut untuk kepentingan khalayak dalam bentuk laporan penelitian. Membuat laporan
penelitian pada hakikatnya mengomunikasikan hasil penelitian kepada pembaca, bukan kepada
diri sendiri. Untuk itu, perlu dipertimbangkan tingkat pengetahuan dan latar belakang pembaca
agar laporan tersebut efektif.

3. Depandability (Kebergantungan)
Agar data tetap valid dan terhindar dari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian,
maka kumpulan interpretasi data yang ditulis dikonsultasikan kepada berbagai pihak untuk ikut
memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti, agar temuan penelitian dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiyah.
Dengan kata lain, seberapa jauh temuan penelitian relevan dengan persoalan atau konteks
dan fenomena yang sedang diteliti. Banyak sekali manfaat atau kegunaan penelitian, baik bagi
peneliti maupun masyarakat luas. Bagi peneliti, penelitian akan memberikan pengalaman sangat
berharga, dapat meningkatkan kualitas diri dan menyumbang karya yang berharga bagi
masyarakat. Bagi masyarakat, penelitian bisa menjadi khasanah data dan informasi yang
terpercaya, memberikan pengetahuan terapan untuk berbagai keperluan teknis, misalnya seagai
dasar untuk mengambil sebuah kebijakan. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian akan menyumbang
pengembangan ilmu. Menurut Popper, ilmu berkembang bukan karena banyaknya informasi atau
banyaknya buku yang ditulis tentang ilmu tersebut, melainkan sedikitnya kesalahan yang dibuat
oleh para ilmuwan. Tentu untuk mengeliminir kesalahan tersebut, salah satu caranya ialah
melalui penelitian. Tidak ada gunanya banyak pengetahuan tetapi campur-aduk antara yang
benar dengan yang salah. Ilmu maju karena ada yang mengajukan teori, tetapi juga ada yang
menguji teori. Teori gagal dalam pengujian akan gugur, teori lulus pengujian akan dipertahankan
sampai ada pengujian yang lebih ketat.

4. Confirmability (Kepastian)
Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan depandabilitas,
perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya, konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil
penelitian, terutama terkait dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian.
Sedangkan depandabilitas digunakan untuk menilai proses penelitian mulai pengumpulan data
sampai pada bentuk laporan penelitian yang terstruktur dengan baik. Dalam penelitian ini teknik
confirmability dilakukan dengan cara audit oleh dewan pakar . Dengan adanya depandabilitas
dan konfirmabilitas ini diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standart penelitian
kualitatif yang baik.

[1]Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2002), 54.
[2] Sugioyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung, Al-Fabeta, 2009)
hal 315
[3] Sugioyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung, Al-Fabeta, 2009)
hal 317
[4]Burhan Bungin ,Analisis datapenelitian kualitatif, (Jakarta ; PT Raja Grafindo
Persada,2003), hal 20.
[5]Ibid, hal 25.
[6] Yin, Case Study Research : design and methods. (California : Sage Publication.2009), hal 46.
[7]Imron Arifin, Penelitian Kwalitatif Dalam Ilmu-Sosial Keagamaan (Surabaya: Kalimasada
Press, 1996), 4.
[8]Bogdan, Robert & Sari Knopp Biklen..Qualitatif research for education: and introduction to theory
and methods. (Boston: Allyn & bacon Inc. 1982 ) hal, 105
[9]Ibid, hal 65
[10]Robert K Yin. Studi Kasus : Desain dan Metode, Terj. Djauzi Muzakkir (Jakarta.
Grafindo Persada, 2000),137
[11] Mattew B. Miles, A. Michael Huberman, Qualitative Data Analisys A Sources Book of
New Method (Baverly Hill : sage Publication, 1984), 18
[12] Lihat secara rinci penjelasan tentang hal ini pada Mattew B. Miles, A. Michael
Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjejep Rohidi (Jakarta: Universitas Indonesia,
1992), 20
[13]Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 190.
[14] Mattew B. Miles, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjejep
Rohidi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 152
[15] Denzin, N.K & Lincoln,. Handbook of Qualitatif Reseacrh, (London: Sage Publication, Inc.
2000) hal 187
[16] Secara lengkap tentang analisis data model Spradley, dapat dibaca pada Spradley, James,P.
Metode Etnografi, Terj: Misbah Zulfa Elisabet.( Jogjakarta, Tiara Wacana, 1997) 116-120
[17] Pembahasan teknik pengecekan keabsahan data , secara luas dan rinci dalam dilihat pada Lincoln
& Guba, Naturalistic inquiry (Biverly Hill, sage Publication, 1985) hal 89-124

Anda mungkin juga menyukai