Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

CAMPAK

Di susun Oleh :

Kelompok 6

M Iqbal Basuki (14.401.17.054)

Nike Alistina (14.401.17.064)

Nur Inayah (14.401.17.065)

Nur Itikavia (14.401.17.066)

Qisy Ayu Andini (14.401.17.071)

Shifwatul Jayyidah L (14.401.17.078)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan makalah Campak.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari


dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga berhasil terutama kepada dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung


kekurangan karena keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kepentingan makalah penulis dimasa mendatang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat


memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis
sendiri.

Glenmore, 08 September 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Campak......................................................................................... 2
2.2 Etiologi Campak......................................................................................... 2
2.3 Manifestasi Klinis Campak ........................................................................ 4
2.4 Klasifikasi Campak .................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi Campak ................................................................................. 6
2.6 Komplikasi Campak ................................................................................... 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 9
2.8 Penatalaksanaan ......................................................................................... 10
BAB III KONSEP ASKEP
1. Konsep askep ............................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 12
3. Intervensi ..................................................................................................... 13
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak.
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak measles golongan
paramyxovirus, penularannya dapat terjadi melalui udara yang telah
terkontaminasi oleh droplet. Yang gejala awalnya demam, yang timbul
sekitar 10-12 hari setelah terpapar virus. Umunya pada anak-anak usia pra
sekolah (3-6 tahun) dan usia SD (7-12 tahun) yang terjangkit (Zulyanto,
2013, hal. 78).

Indonesia merupakan salah satu dari 47 negara penyandang kasus


campak terbesar di dunia pada tahun 2007. Tahun 2007 dilaporkan terdapat
14.640 kasus campak, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 12.681 kasus.

Camapak merupakan penyakit yang timbul akibat interaksi ketiga


faktor tersebut. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yakni dari
family paramyxovirus, genus morbillivirus.

Untuk memberikan kekebalan secara aktif, terutama pada anak-anak,


maka vaksin campak diberikan satu kali pada anak usia 9-11 bulan,
disuntikkan dibawah kulit ( subkutan) (Zulyanto, 2013, hal. 78).

1.2 Tujuan
Setelah mempelajari askep campak mahasiswa diharapkan:
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari campak
2. Mahasiswa dapat memahami apa gejala dari campak
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana penatalaksanaan dari campak
4. Mahasiswa dapat memahami dan membuat asuhan keperawatan pada
campak

1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penatalaksaan
penanganan campak
2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya keperawatan pada kasus campak.
3. Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada kasus campak.
4. Menambah ketrampilan atau kemampuan mahasiswa dalam menerapakan
asuhan keperawatan pada kasus campak.

2
BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Campak merupakan salah satu virus menular yang diketahui dan dapat
dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi. Campak yang dicurigai
suspected adalah sebagai demam yang terjadi bersamaan dengan munculnya
ruam (Armini, 2017).
Campak merupakan salah satu virus menular yang diketahui dan dapat
dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi. Campak adalah suatu infeksi
akut yang sangat menular disertai dengan timbulnya bercak merah
makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam
dan mengelupas. (Fanani, 2009, hal. 61).
Jadi campak adalah virus yang menular dengan tingkat kematian tinggi
disertai dengan timbulnya bercak merah yang menyebar keseluruh tubuh.

2.2 Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus dari famili paramikoviridae. Virus penyebab campak ini
biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus
campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan,
hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat
menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang
tinggal serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau
batuk, virus juga dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain
yang belum mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi
jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus
juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus
dapat ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam
pertama kali timbul.

3
2.3 Manifestasi Klinis
1. Stadium awal (prodromal)
Pada stadium awal campak berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai
dengan: panas, lemas (malaise), batuk, pilek, konjungtivitits, fotofobia
(silau bila terkena cahaya), diare karena adanya peradangan pada saluran
pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah
Morbili dapat dibuat bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di
mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa
bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2
minggu terakhir.
2. Stadium timbulnya bercak (erupsi)
Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan di kulit) yang
terasa agak gatal, muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal. Ditandai
dengan: demam meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh,
disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta
di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang
tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari ketiga. Kadang
disertai diare dan muntah.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas
serta suhu tubuhnya mencapai 40°C. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya
turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, flu, batuk dan mata merah meradang selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan meluas ke
tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
3. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu
tubuh menjadi normal, kecuali ada komplikasi.

4
2.4 Klasifikasi
Berikut klasifikasi virus berdasarkan ciri-ciri tertentu :
1. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus diklasifikasi menjadi 2
yaitu :
a. Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa
RNA.
Contoh : togavirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis),
arenavirus (penyebab meningitis), picornavirus (penyebab polio),
orthomyxovirus (penyebab influenza), rhabdovirus (penyebab rabies),
hepatitisvirus (penyebab hepatitis pada manusia), dan retrovirus (dapat
menyebabkan AIDS).
b. Deoksiribovirus (virus DNA), yaitu virus yang asam nukleatnya
berupa DNA.
Contoh : virus herpes (penyebab herpes), poxvirus (penyebab kanker
seperti leukemia dan limfoma, ada pula yang menyebabkan AIDS),
dan papovavirus (penyebab kutil pada manusia/papiloma)
2. Berdasarkan bentuk dasarnya, virus diklasifikasi sebagai berikut :
a. Virus bentuk ikosahedral : bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20
segitiga sama sisi dengan sumbu rotasi ganda. Contoh virus polio dan
adenovirus.
b. Virus bentuk helikal: menyerupai batang panjang, nukleokapsidnya
tidak kaku, berbentuk heliks, dan memiliki satu sumbu rotasi. Pada
bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer, misal virus influenza
dan TMV.
c. Virus bentuk kompleks : Struktur yang amat kompleks dan pada
umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya. Contoh
poxvirus (virus cacar) yang mempunyai selubung yang menyelubungi
asam nukleat.
3. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus
b. Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus
c. Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus

5
d. Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus
e. Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus
4. Berdasarkan sel inangnya, virus diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Virus yang menyerang manusia, contoh HIV
b. Virus yang menyerang hewan, contoh rabies
c. Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV
d. Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T

2.5 Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal
dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat
di sel-sel epitel saluran napas. Setelah, melekat virus bereplikasi dan diikuti
dengan penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di
sistem retikoendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus
juga terjai di tempat awal meleketanya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7
infeksi, terjadi viremia sekunder diseluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah, saluran
pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai
berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel
epitel, monosit, dan makrofag (Halim, 2016).
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan
gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan
gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang
terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus
dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam
eliminasi virus.
Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena pH asam, ether, dan trypsin
dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus memalui sistem
pernapasan, dimana mereka terjadi pemebelahan diri secara stempat.
Kemudian infeksi menyebar kejaringan limfoid regional, dimana terjadi

6
pembelahan diri selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang
kemudia beriplikasi dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya viremia
sekunder bersemai pada permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran
pernapasan dan kongjungtiva. Adanya peristiwa diatas timbul penyakit
mendadak yang ditandai dengan pilek, demam, batuk, bercak koplik dalam
tubuh, kemerahan pada kulit, binti-bintik dan rasanya gatal-gatal pada kulit
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit. Membran mukosa
nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Disekitar kapiler
terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel
polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari campak ialah terdapatnya
distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari
penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah sel
Wathin Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid,
tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan sel Epitel raksasa yang muncul
terutama pada epitel saluran napas. Lesi didaerah kulit terutama terdapat di
sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum
pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid
dan membran mukosa trakeibronkial. Pnemonitis intersisial karena virus
campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht.
Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri

7
Pathway Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus,polimoronukleus

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Reaksi inflamasi : demam, suhu naik,


Hipertermi
metabolisme naik, RR naik

Saluran cerna Bercak koplik Kulit menonjol Konjungtiva


meluas ke jari di sekitar radang
trakeobronkial kelenjar sebasea
Bercak koplik pada mukosa dan folikel
berwarna kelabu bukalis rambut konjungtivitis
di kelilingi
eritema pada
mukosa bukalis, Batuk, pilek, RR
berhadapan pada meningkat, Eritema
molar, palatum prodksi sekret membentuk Gangguan
macula papula di
durum, mole persepsi
kulit
sensori
Obstruksi
Mulut pahit saluran napas
Rash, ruam pada
balik telinga,
anorexia Bersihan leher, pipi,
jalan nafas muka, seluruh
tubuh, Rasa gatal, tidak
tidak efektif deskuamasi rasa nyaman, nyeri
Intake nutrisi gatal
kurang

Gangguan
Kerusakan rasa nyaman
Hygiene tidak integritas
Perubahan dijaga
kulit
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Defisit
perawatan
diri

8
2.6 Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai
akibat penyakit Campak.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun oleh bakteri
(pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus
influenza).
2. Encephalitis
Dugaan penyebab timbulnya penyakit ini antara lain adalah adanya proses
autoimun maupun akibat virus campak tersebut. Kondisi ini dialami 1 dari
1.000 penderita campak. timbul pada 0,01 –0,1% kasus campak. Gejala
berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya
ruam. Umumnya self-limited (dapatsembuh sendiri), tetapi pada sekitar
15% kasus terjadi perburukan yangcepat dalam 24 jam. Gejala sisa
dapatberupakehilanganpendengaran, gangguan perkembangan,kelumpuhan
dan kejang berulang
3. Subacute Sclerosing Panencephalitis(SSPE):
suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi
persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya
7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental,
kejang mioklonik,dan gangguan motorik.
4. Otitis media akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus campak ke dalam telinga
tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan
stadum erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
5. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita campak, penderita
mengalami diare pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus
kedalam sel mukosa usus.

9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, dimana
jumlah leukosit cenderung menurun
2. Pemeriksaan antibodi Ig M merupakan cara tercepat untuk mendeteksi
infeksi campak akut, sebaiknya diambil pada hari ke 3 setelah munculnya
rash untuk menghindari hasil pemeriksaan false negative.
2.8 Penatalaksanaan
Menuru (Saripudi & Yuliani, 2010) penatalaksanaan pada kasus campak
pada anak yaitu :
1. Tirah baring di tempat tidur
2. Diet makanan cukup cairan dan cukup kalori
3. Antipiretik bila demam: parasetamol 10-15 mg/kgBB/
4. Pada pasien dengan campak juga sebaiknya diberikan vitamin A. Vitamin
A berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi, seperti diare dan bronkopneumonia. Vitamin A
diberikan satu kali dengan dosis 200.000 IU pada anak usia 12 bulan atau
lebih dan 100.000 IU pada anak usia 6-11 bulan

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada penderita campak lebih rentan pada anak berusia 1-14th dan
menyerang pada jenis kelamin perempuan dan laki laki tergantung dari
sistem kekebalan setiap individu (Oktaviasari, 2018).
2. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama pada kasus campak : demam menerus berlangsung 2±4
hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus 2 ± 4 hari, batuk pilek, nyeri
menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), ruam kulit.
3. Status kesehatan terdahulu
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
b. Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III, DPT I, II, III, dan campak.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis namun bisa juga mengalami penurunan
tergantung dari kondisi pasien
2) Tanda-tanda vital :
Suhu biasanya ≥ 38,50C yang terjadi selama 3-5 hari, RR
meningkat
b. Head to toe
1) Kepala dan leher
a) Kepala
Wajah simetris, eritema timbul sepanjang rambut.

11
b) Mata
Pada konjungtiva timbul garis radang transversal sepanjang
pinggir kelopak mata (garis Stimson). konjungtivitis yang
makin berat timbul selama viremia sekunder dari fase
eksantematosa dan fotofobia
c) Hidung
Terdapat sekret, influeza, perdarahan hidung (pada stadium
erupsi)
d) Mulut
Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit ,
muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis)
e) Telinga
Eritema timbul dibelakang telinga dan bagian belakang bawah
f) leher
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah belakang leher.
2) Dada
Terdapat ruam pada dada dan punggung, terdengar ronchi / bunyi
tambahan
3) Abdomen
Ruam pada daerah perut, bising usus 9-12x/menit dan biasamya
mengalami diare karena adanya peradangan pada saluran
pencernaan.
4) Integumen
Inspeksi : eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik, rasa
gatal, Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian
bawah garis rambut) dan menyebar kesebagian besar tubuh dalam
waktu 24 jam dengan arah distribusi dari servikal ke kaudal. Ruam
seringkali berkonfluensi. Kadangkala disertai dengan adanya
petekie ataupun perdarahan (campak hitam/black measles). Saat

12
ruam menghilang terjadi perubahan warna ruam menjadi
kecoklatan kemudian mengalami deskuamas
Palpasi : turgor kulit > 2 detik, CRT > 2 detik
5) Sistem persyarafan
Pada pasien campak biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem ini , namun pada pasien campak berat dapat mengakibatkan
komplikasi neurologis yang berupa ensefalitis, gangguan mental
dan SSPE. Akibat dari resistensi umum yang menurun sehingga uji
berkulin yang semula positif ke negatif yang menyebabkan
mudahnya terkena komplikasi tersebut.
6) Sistem imun
Daya tahan tubuh menurun sebagai akibat dari respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan pada pasien campak :
1. Hipertermi
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentan normal tubuh
Penyebab : dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit
( infeksi)
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda Minor
Su jektif : tidak tersedia
Objektif : kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait : proses infeksi, hipertiroid, stroke, dehidrasi (PPNI,
2016, hal. 284)

13
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab : hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan, respon alergi
Gejalan dan tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdapat suara tambahan
wheezing dan rochi
Gejala dan tanda Minor
Subjektif : Dispnea, sulit berbicara, orthonea
Objektif : sianosis, gelisah, pola napas berubah, frekuensi napas berubah
Kondisi klini terkait : Infeksi saluran napas, Stroke, Cedera kepala,
Depresi sistem saraf pusat (PPNI, 2016, hal. 18)
3. Gangguan intregitas kulit
Definisi : kerusakan kulit (dermis, epidermis ) atau jaringan (membran
mukosa ,kornea, fasia, tendon, tlang, kartilago, sendi dan logamen ).
Penyebab : perubahan sirkulasi , perubahan status nutrisi, perubahan
pigmentasi
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : kerusakan jaringan atau lapisan kulit
Gejala dan tanda Minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma
Kondisi klinis terkait : imobilisasi, gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
diabetes militus (PPNI, 2016, hal. 282)
3.3 Intervensi keperawatan
1. Hipertermi berdasarkan (Wilkinson, 2016)
Kriteria hasil
Pasien akan :
a. Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu tubuh

14
b. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermi
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
1) Pantau aktivitas kejang
2) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran
mukosa)
3) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
4) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermi
2) Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan
c. Aktivitas lain
1) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan
selimut
2) Gunakan waslap dingin (kantong es) di aksila, kening, tengkuk
dan lipat paha
3) Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan
d. Aktivitas kolaboratif
1) Berikan obat antipiretik
2) Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berdasarkan (Wilkinson, 2016)
Kriteria hasil
Pasien akan :
a. Batuk efektif
b. Mengeluarkan sekret secara efektif
c. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

15
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
2) Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik
3) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya,
oksigen, mesin penghisapan)
2) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada
sputum, seperti warna, karakter, jumlah, dan bau
3) Intruksikan kepada pasien dan atau keluarga tentang cara
penghisapan jalan napas, jika perlu
c. Aktivitas Kolaboratif
1) Berikan udara atau oksigen yang telah dihumifikasi (dilembabkan)
sesuai dengan kebijakan institusi
d. Aktivitas Lain
1) Anjurkan penggunaan aktivitas fisik untuk memfasilitasi
pengeluaran sekret
2) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengeluarkan sekret
3. Gangguan intregitas kulit berdasarkan (Wilkinson, 2016)
Kriteria hasil
Pasien akan :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi.
b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
Aktivitas keperawatan :
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.

16
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit adanya kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat
menular pada umumnya menyerang anak-anak. Pasien campak tanpa penyulit
dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan
pengobatan bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif,
ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak
dengan penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak
dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan
umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet yang memadai.
4.2 Saran
Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anaknya pada saat terkena campak,
agar menjaga kebersihan diri anak tersebut dan tida berdampak negatif atau
terdapat komplikasi lain setelah sembuh dari campak.

18
Daftar Pustaka

Armini, N. W. (2017). Asuhan Keperawatan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: CV Andi Ofiset.

Depkes RI. (2018). Campak erat kaitanya dengan Kurang Gizi. Jakarta:
Kementrian Kesehantan Republik Indonesia.

Fanani, A. (2009). Kammus Kesehatan. Jakarta: Citra Pustaka.

Halim, R. G. (2016). Campak pada Anak RS Hosana Medica Lippo Cikarang,


Indonesia. CDK-238 Vol.43 No 3, 186-189.

Oktaviasari, K. E. (2018). Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian


Campak di Provinsi Jawa Timur http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/.
Journal Berkala Epidemiologi Vol 6, No. 2, 166-173.

PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: PPNI.

Saripudi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Zulyanto, A. (2013). Pencapaian MDGs di Indonesia2013. Bandung: Unpad


Press.

19

Anda mungkin juga menyukai