Anda di halaman 1dari 21

Immogene M.

King

Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang terdiri atas tiga sistem
yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga sistem interaksi
yang dinamis-personal,interpersonal, dan sosial yang mengarah pada perkembangan teori
pencapaiantujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).

Contoh Kasus :
Tn. X usia 52 tahun datang dengan istri dan kedua anak laki – lakinya ke UGD RS.B, keluhan
nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya seperti tertusuk, sesak nafas, RR : 38
x/mnt, bibir dan kuku (aliran perifer) terlihat sianosis. Kapleri refill>3 detik. Lama nyeri
dada kurang lebih 20 – 30 menit. Tn. X mengatakan ia seringmengalami mudah lelah, nyeri
pada dada kirinya saat beraktifitas yang berat sepertimengangkat beras dan barang – barang
lain ditoko, dan sesak. Namun ia tidak pernah berobat kedokter, karena beliau sibuk dengan
pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain itu istri dan kedua anak Tn. X tidak
mengetahui bahwa beliau menderita penyakit jantung (nyeri dada kiri), karena Tn. X tidak
pernahterlihat sering mengalami nyeri dada saat di rumah.

Pengkajian :
Pengkajian meliputi : Persepsi, peran, pertumbuhan dan perkembangan, ruang, waktu,
komunikasi, interaks, transaksi, stress dan koping.

Persepsi

1. Bagaimana perasaan anda tentang kesehatan diri anda secara keseluruhan?

2. Bagaimana perasaan anda tentang nyeri dada yang anda rasakan?

3. Apakah anda tahu penyebab dari nyeri dada anda?

4. Apakah anda pernah berobat ke dokter untuk mengobati nyeri dada anda?

5. Apakah anda pernah terpikirkan bahwa anda menderita penyakit yangserius?


Peran

1. Bagaimaa penyakit dapat berefek untuk peran kehidupan anda?


2. Bagaimana peran keluarga anda setelah anda memiliki penyakit MCI?

3. Bagaimana anda melakukan peran anda setelah anda menderita MCI?

4. Apakah menurut anda perawat dan dokter telah meakuan perannya?


Transaksi

1. Informasi apa yang dan perawat berikan untuk informasi yang berhubunganuntuk
penyakit anda?

2. Perawatan seperti apa yang anda inginkan ?

3. Apakah anda merasakan penting bila perawat mendiskusikan dengan anda setiap
kan memberikan asuhan keperawatan?

4. Bagaimana perawaan anda ketika dokter dan perawat berdiskusi mengenai proses
perawatan?
Stress dan Koping

1. Apakah penyakit anda membuat anda stress?

2. Bagaimana anda berperilaku ketika anda mengalami stress?


3. Apakah anda menginginkan seseorang memotivasi anda ketika anda stress?
4. Apakah nyeri dada membuat anda stress?
Komunikasi
1. Ketika anda memiliki masalah apakah anda menceritakan pada keluargaanda?
2. Apakah dokter dan perawat memberikan informasi mengenai penyakitanda?
3. Apakah anda mengerti anda menderita penyakit apa?
4. Observasi proses komunikasi, ekspresi wajahnya, kontak matanya?
Ruang
1. Apa yang anda inginkan dari orang lain ketika anda mengalami nyeri dada?
2. Siapa yang anda inginkan, untuk mendampingi anda ketika nyeri dada ?
3. Apakah anda menginginkan privasi, ketika anda berada di rumah sakit?
4. Apakah anda merasa nyaman dengan ruang rawat anda selama di rumahsakit ?
Waktu
1. Apakah anda sering mengalami nyeri dada?
2. Kapan anda mengalami nyeri dada pertama kali?
3. Apakah nyeri dada anda meberi effek kepada setiap aktivitas anda?
4. Apakah saat anda mengalami nyeri dada keluarga anda selalu menemanianda?
Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Apa pengalaman anda dalam menangani nyeri dada?
2. Ketika nyeri dada, bagaimana anda menangani nyeri dada anda dan bagaimana
hasilnya?
3. Apakah aktivitas yang anda lakukan sebelum terkena penyakit Myocard Infarct?
Interaksi

1. Apakah anda sering berinteraksi dengan keluarga anda?

2. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda?

3. Bagaimana perasaan anda ketika anda kontak dengan perawat dan dokter?

4. Apakah anda merasa nyaman dengan interaksi pasien lain diruang rawat anda?
Diri sendiri

1. Apakah anda merupakan manusia yang memiliki inisiatif?

2. Apakah perasan anda ketika anda menderita penykit MCI?

3. Apakah anda merasa diri anda dapat menyelesaikan masalah anda sendiri?aksi-
reaksi antara perawat-klien

Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan


kebutuhan tubuh.

3. Ansietas b/d perubahan kesehatan-status sosial-ekonomi ancaman kematian.

4. defisiensi pengetahuan b/d kurang pajanan

Perencanaan
Nyeri, cemas, takut adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasirespon verbal,
non verbal yang bersifat individual sehingga perlu digambarkansecara rinci untuk
mengevaluasi keberhasilan penanganan respon nyeri akut pada pasien MCI, Intoleransi
aktivitas (pembatasan aktivitas) dapat dikaitkan denganteori King, mewakili keadaan diri
klien terhadap stress dan koping pasien, dan bagaimana kita menyeting ruangan, waktu untuk
interaksi, transaksi, peran pasien dalam menjalani aktivitasnya sehari – hari di rumah sakit
Masalah Interaksi klien dapat teratasi dengan informasi yang diberikan kepada pasien
untuk melakukan aktivitas dengan kegiatan interaksi, transaksi, peran pasien dalam
menjalani aktivitasnya sehari – hari. Lakukan Pendidikan Kesehatanterhadap pasien MCI
dalam proses interaksi, transaksi, peran pasien untuk menjalani aktivitasnya sehari – hari.
Yang mana dalam hal ini dapat mencegahtimbulnya nyeri dada kembali. Dengan
pengembangan pengkajian danmenerapkannya pada penegakkan diagnosa, pemberian
informasi pada setiapintervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil, maka
pencapaian tujuan pasien dapat dicapai.

Analisis Teori Imogene M. King


Analisis kelompok terhadap teori Imogene King mengacu pada tujuh kategori atau prosedur
yaitu sumber teori, makna teori, kecukupan logika dariteori, manfaat teori, derajat
kemampuan menggeneralisasi, parsimony teoridan kemampuan untuk diujikan dari teori.
Berikut ini kami akan menguraikananalisis teori tersebut yaitu:

Sumber Teori
Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang
dimulai pada periode 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (
General Concepts of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui
penelaahan literatur. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul
“Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual Framework for Nursing ) yang
berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment).Konsep utama dari teori Goal
Attainment meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh
kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986).

Teori King memformulasikan teorinya melalui studi leteratur, diskusi, penelitian dan lain-
lain.Teori King sangat ideal untuk dikembangkan pada saat sekarang dimana informasi dan
komunikasi yang berkembang begitu cepat. Teori ini berkembang secara deduktif yaitu
diidentifikasi masalah, lalu mengidentifikasi teori terkait, kemudian dibuat pertanyaan
penelitian yaitu bagaimana komunikasi bisa terjadi bila menggunakan bahasa yang
universal, memilih dan mendefinisikan konsep/variabel dari pertanyaan penelitian.

Makna Teori

Kelompok menganalisis bahwa teori keperawatan Imogene King sangat mudah untuk
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu
pengetahuan keperawatan(Body of Knowledge).
Manfaat dari teori ini adalah:

1. Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.

2. Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.

3. Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk
menganalisa dan mengidentifikasi kejadiandalam situasi keperawatan yang sepesifik.

4. Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yangdijadikan dasar praktek
keperawatan profesional.

5. Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya:

6. Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten.

7. Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori.
Hal tersebut didasarkan bahwa interaksi antara perawat dan klien itu sangat penting.
Kendala yang sering dihadapi adalah kesulitan komunikasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh perawat di dunia.

Kecukupan logika teori

Berdasarkan analisa kelompok, Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap
perubahan, perkembangan iptek, sosial,ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan
dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh
beberapa riset. Teori King menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk mempengaruhi kehidupan,
kesehatan, maupun mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hal diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa teori King adalah cukup logis
dipandang dari cakupan teori atau pernyataan yang dikemukakan karena teori King ini sangat
sesuai karena keberhasilan perawatan adalah adanya interaksi yang terus menerus antara
perawat dan klien serta lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. King juga
menyatakan bahwa intervensi keperawatan adalah adanya interaksi perawat dengan klien
yang meliputi komunikasi, persepsi yang menimbulkan aksi dan reaksi serta menetapkan
tujuan dengan maksud tercapainya persetujuan dan adanya traksaksi.

Manfaat Teori

Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada lingkup klinik maupun pada
lingkup komunitas. Banyak riset dan studiyang mendukung teori ini berpusat pada aspek
teknis perawatan klien dan system pelayanan keperawatan. Dalam praktek baik di lahan
klinik maupun lahan komunitas interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan perawat.
Jadi untuk aplikasi di klinik maupun di komunitas teori dari King ini sangat relevan karena
kesembuhan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dan klien.

Kemampuan menggeneralisasi

Teori King menurut kelompok memiliki cakupan isi teori yang sangat luas dan cukup dan
komplek untuk diaplikasikan pada tatanan praktek keperawatan. Teori ini cocok diterapkan
pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia
dan lingungannya. Manusia sebagai individu dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor
internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber
yang dimiliki seseorang untuk mencapai kesehatan optimal.

Parsimony

Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudahdan dapat
dipahami meskipun cukup komplek dan defenisi yangdikemukakan cukup jelas.
Kemampuan teori untuk diujikan (Testability)

Teori King menurut kelompok, sudah ada gambaran yang jelas dan sangat sesuai dengan
kondisi teknologi dan informasi pada saat sekarang. Teori ini dapat memprediksi suatu
kejadian/phenomena dalam keperawatan melalui penetapan hypothesis dalam penelitian.

Analisa Kelebihan dan Kekurangan Teori Imogene King


Kelebihan

1. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapatdipergunakan
dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan.

2. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan jelas


dan dapat diamati dalam praktek keperawatan.

3. Mengedepankan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan


bersama,mengambil keputusan , dan interaksi untuk mencapa tujuan klien.

4. Teori King dapat dipakai pada semua tatanan pelayanan keperawatan,

5. Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset.

6. Teori ini sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan


Kekurangan

1. Beberapa definisi konsep dasar kurang jernih. Misalnya konsep mengenaistres


yang kurang jelas karena ia menyatakan bahwa stres memilikikonsekuensi positif dan
menyarankan para perawat harus menghapus pembuat stress dari lingkungan rumah sakit.

2. Teori ini berfokus pada sistem interpersonal. Sehingga tujuan yang akan dicapai
sangat bergantung pada persepsi perawat dan klien yang terlibat dalam hubungan
interpersonal dan hanya pada saat itu saja.

3. Teori King belum menjelaskan metode yang aplikatif dalam penerapan konsep
interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi, misalnya pasien- pasien tidak dapat
berinteraksi secara kompeten dengan perawat, seperti bekerja dengan pasien koma, bayi
yang baru lahir, dan pasien psikiatrik.
Kesimpulan

1. Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan derivat dari


kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human
Being.
2. Teori pencapaian tujuan berfokus pada interpersonal systems dengan berorientasi
pada pencapaian tujuan dengan sembilan konsep utama, yaitu : interaksi, persepsi,
komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu, dan ruang.

3. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan jelas


dan dapat diamati dalam praktek keperawatan.

4. Manfaat dari teori ini adalah: mengkontribusi pada pengembangan tubuhilmu


pengetahuan (Body of Knowledge), dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki
praktek keperawatan, konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga
peneliti. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek,
sosial,ekonomi dan politik.

Saran

1. Melibatkan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan bersama, mengambil


keputusan, dan interaksi untuk mencapai tujuan klien di berbagai tatanan pelayanan
keperawatan baik di klinik maupun dikomunitas.

2. Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan,


harus mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang adadalam teori pencapaian tujuan
(Goal Attainment) dan memilikikemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan
individu sambilmendorong partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
 Alligood, Martha Raile.(2006). Nursing Theory : Utilization and Application 3th edition.
mosby elseiver : United Stated of America
 Christensen, Paula J. (2009) : Nursing Process:Aplication of Conceptual Models, 4th
ed. St.Louis: Mosby-Year Book, Inc.
 Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit Salemba
Medika: Jakarta.
 Kozier, B. Et al. (1995). Fundamentals of nursing; concepts, process, and practice. Fifth
Edition, California; Addison Wesley.
 Marriner-Tomey &Alligood (2006). Nursing Theorist and Their Work. Seventh
edition. St.Louis: Mosby-Year Book, Inc.
 Meleis Ibrahim A., (1997). Theoretical nursing: development and progress, 3rd edition,
Philadelphia: Lippincott.
 Muwarni A.(2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya :Yogyakarta
 Perry & Potter. 2005. Fundamental of Nursing, Concept, Process, and Practice: Edisi 4,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
CALLISTA ROY

Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui
filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang
mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada
alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme
dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan
menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam
kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk
mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a) tujuan eksistensi manusia
b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah
laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek
dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi
dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya
di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

KASUS :
Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang mau
mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar kamar dan
merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Keputusan membawa tuan B ke RSJ
karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan B yang sering berbicara sendiri jika sudah
malam hari. Tuan B mengatakan bahwa yang sering datang pada malam hari tersebut adalah
pamannya, dan hanya pamannya yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B
pendidikannya tamat SMA, pernah bekerja di perusahaan tetapi
keluar karena tidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang tidak
menghargai dirinya, merasa tidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-
mana dan tidak akan bertemu dengan orang. Teori Callista Roy terhadap kasus diatas.
Untuk serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya sisitem kesehatan dalam tubuhnya.
Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan secara fisioligis untuk mempertahankan
kesehatan dalam tubuhnya. Yang kedua adalah konsep diri yang mempunyai pengertian
bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang
lain. Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam diri di dalam kamar, dan tidak
mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya Tuan B tidak menutup diri dalam
lingkungan karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B akan mengenal
pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sehingga tidak muncul anggapan
bahwa dirinya diacuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Yang ketiga adalah fungsi peran
merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana
peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan
orang lain.

Tuan B keluar dari pekerjaannya karena merasa tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini
dikarenakan Tuan B tidak dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, seharusnya
yang dilakukan Tuan B adalah belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya,
sehingga dia selalu nyaman dengan apa yang dia temui. Dan terjalinlah hubungan sosial
dengan rekan-rekan kerjanya. Dan yang keempat adalah interdependent merupakan
kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan
melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Tuan B
selalu tertutup dengan segala aktifitasnya, selalu menyendiri dan merasa tidak ada yang
memperdulikannya, seharusnya Tuan B dapat membuka diri dengan keluarganya,
mencurahkan keluh kesahnya selama ini dan mencari solusi masalahnya.
Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B dan kelurganya rasa kasih sayang antar anggota
keluarga akan muncul sehingga Tuan B merasa diperdulikan dan diperhatikan oleh
lingkungannya dan tidak akan menutup diri untuk berinteraksi secara sosial.

Daftar Pustaka :
Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California:
Appleton & Large. 1991.
Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998:
Mosby
LEVINE

Aplikasi Teori Levine


1. Kasus
Tn. A, umur 45 tahun dirawat di ruang perawatan Bedah Saraf Rumah Sakit X dengan
kelemahan pada ekstremitas kanan pasca stroke NHS. Tn. A sudah seminggu di rawat
didampingi oleh istri dan seorang anak perempuannya. Selama di rawat pasien Tn. A tidak
pernah dimandikan karena kelemahan yang diderita oleh pasien dan adanya kepercayaan
keluarga bahwa pasien yang sakit tidak boleh dimandikan.
2.Analisa Kasus
1) Pengkajian
1. Konservasi energi
TN. A usia 45 tahun, mengalami kelemahan pada ekstremitas kanan
2.Konservasi integritas struktural
Karena kelemahan yang dialami Tn. A sehingga hal inilah yang membuat pasien tidak
mampu untuk melakukan perawatan diri, badan pasien tampak kotor, kusam dan berbau.
3. Konservasi Integritas Personal
Pasien dan keluarga menganut kepercayaan jika sakit tidak boleh mandi
4. Konservasi Integritas pasien
Perawat berbicara dengan anggota keluarga pasien dan mereka mengatakan Tn. A tidak mau
dimandikan karena takut penyakit Tn. A bertambah berat bila banyak bergerak.
2) Diagnosa Keperawatan
Deficit Perawat diri b/d kelemahan fisik
3) Intervensi / Implementasi
1. Terapeutik
Bina hubungan saling percaya :
 Salam terapeutik
 Memperkenalkan diri perawat dan nama panggilan
 Menanyakan nama panggilan yang disukai
 Menanyakan keadaan pasien hari ini
1. Supportif
Memberikan motivasi, semangat dan support kepada pasien
1. Intervensi
 Konservasi energy :
ü Membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang adekuat
ü Membantu mobilisasi pasien dengan posisi miring kiri dan kanan setiap 30 menit.
 Konservasi integritas structural
ü Membantu pasien dalam latihan ROM
ü Membantu pasien mempertahankan personal higiene
 Konservasi integritas personal
ü Menjaga privasi pasien
ü Menyapa pasien dengan sopan
ü Meminta izin sebelum melakukan tindakan
ü Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum meninggalkan pasien
ü Melindungi kebutuhan akan jarak (space)
 Konservasi integritas social
Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga dalam perawatan pasien termasuk
menganjurkan memanggil rohaniawan untuk memberikan support spiritual kepada pasien.
4) Evaluasi
1. Pasien tampak bersih, segar dan rapi
2. Pasien dan keluarga mengerti dan mau berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.
TEORI YANG DIKEMUKAKAN

“Nursing is human interaction.Nursing knowledge, thoroughly grounded in modern scientific


concepts, allows for a sensitive and productive relationship between the nurse and the individual
entrusted to her care. In the care of the sick, this has always been true, but never before has
there been available to the nurse so rich and demanding a body of knowledge to use in the
patient’s behalf” Myra Levine (1973, p. 1)

Model Levine berfokus pada individual sebagai makhluk holistic dan area utama yang
menjadi konsern perawat dalam memelihara keutuhan seseorang (person’s wholeness). Model
konsep Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling
berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya.Dan intervensi keperawatan adalah suatu
aktivitas konservasi dan konservasi energy adalah bagian yang menjadi pertimbangan.Kemudian
sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut pandang konservasi energi, sedangkan dalam
keperawatan terdapa tempat konservasi di antaranya energy klien, struktur integritas, integritas
personal dan integritas social, sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukkan
padapengguanaan sumber-sumber kekuatan klien secara optimal.
PEPLAU

Fenomena kasus keperawatan dan analisanya dengan teori interpersonal Peplau.


Dalam Kasus:
Ibu T, umur 45 th, yang dirawat dirumah Sakit Umum Daerah Bukittinggi sejak 2 minggu yang
lalu, didiagnosis mengalami Ca stadium lanjut (stadium IV). Kondisi ibu T seorang wanita karier
yang bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan terkemuka, mempunyai 3 orang anak yang
masih menjalani pendidikan. Setelah Ibu T mendapat informasi dari tim medis tentang penyakitnya
(Ca servix stadium IV) setelah itu kondisi ibu T mulai menurun. tidak mau makan, mengurung
diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya, kadang marah tanpa
sebab, eksprssi wajah terlihat sedih, kadang terilahat menangis, ibu T menolak pengobatan dan
perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu T mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena
umurnya tidak akan lama lagi.

Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami perilaku yang ditunjukkan
oleh ibu T yaitu dengan membantu ibu T dalam mengatasi masalah yang dirasakan
dan menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul pada ibu T selama
pengalaman tersebut. Berdasarkan data diatas Ibu T berada dalam kondisi Depressi. Perawat perlu
untuk melakukan hubungan interpersonal dengan ibu T yang sedang mengalami kondisi depresi
karena pada saat seseorang mengalami kondisi depresi maka sebenarnya dia membutuhkan orang
lain yang dapat mendengarkan, menerima dan memahami dirinya. Hubungan interpersonal antara
perawat dan ibu T melalui 4 tahap yaitu:

1. Tahap Orientasi:

Pada tahap ini perawat mencoba untuk mendekati klien dan membangun hubungan saling percaya.
Perawat memperkenalkan dirinya dan menunjukkan sikap mau membantu klien . pada fase ini
perawat berperan sebagai role of the stranger, dimana perawat sebagai orang lain bagi ibu T, maka
dia harus berbicara dengan sopan, jujur dan menerima klien apa adanya.

2. Tahap Identifikasi
Pada fase ini sudah terbentuk hubungan saling percaya antara perawat dengan ibu T, perawat
meyakinkan pada ibu T bahwa untuk mengatasi masalah ibu T. kemudian perawat
mengidentifikasi keluhan apa yang dirasakan oleh ibu T saat ini. Pada fase ini perawat dapat
menjalankan perannya sebagai peran wali (surrogate rule), yaitu sikap dan tingkah laku perawat
menciptakan perasaan tertentu (feeling tones) dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul
dari hubungan sebelumnya. Pada fase ini baik perawat maupun ibu T merasakan adanya
keterikatan ( dependen), independen dan interdependen .

3. Tahap Exploitasi

Setelah perawat mengidentifikasi masalah klien yaitu klien berperilaku seperti itu karena dia
merasa malu dengan kondisinya dan merasa tidak berguna dan tidak siap untuk meninggalkan
semuanya ( pek erjaan, suami dan terutama anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan dia).
Perawat berusaha untuk menjelaskan tentang penyakitnya, memotivasi klien untuk mengikuti
pengobatan dan perawatan yang diberikan dan meningkatkan spiritual dan kepada keluarga untuk
bisa menerima dan ikut mensuport klien. Pada fase ini perawat menjalankan
perannya sebagai narasumber, (role of resourc e person), peran pengajaran (teaching
role), peran kepemimpinan dan peran konseling.

4. Tahap Resolusi

Pada tahap ini perawat bersama ibu T, menyimpulkan apa yang sudah dicapai selama interaksi
dilakukan dan bagaimana interaksi dapat dilanjutkan terhadap masalah lain yang mungkin terjadi
pada ibu T. dalam fase ini peran perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role).

C. Analisa Empat Konsep Sentral Keperawatan Dengan Menggunakan Model Hubungan


Interpersonal Peplau :
1. Manusia
Manusia dalam kasus ini adalah Ibu T yang pada saat ini mengalami ketidak stabilan pada kondisi
psikologisnya dimana ibu T kadang marah tanpa sebab, ibu T menolak pengobatan dan perawatan
yang diberikan dengan oleh perawat, ketidakstabilan pada fisik dimana ibu T menderita Ca servik
dan ketidakstabilan social dimana menolak berinteraksi dengan orang lain termasuk dengan
keluarganya. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mencapai kestabilan Ibu T tersebut melalui
hubungan interpersonal antara perawat dan Ibu T
.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam kasus ini adalah orang – orang yang dekat dengan Ibu T yatu terutama adalah
keluarga ( suami dan anak-anaknya ) yang sangat diperlukan dalam mensupport ibu T dengan
melakukan hubungan interpersonal yang adekuat.

3. Sehat dan sakit


Tejadinya kondisi sebagai berikut pada Ibu T yaitu : Tidak mau makan, mengurung diri, tidak
mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, ibu
T menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu T mengatakan dia tidak
perlu lagi diperhatikan karena umurnya tidak akan lama lagi. Semua data tersebut menunjukan
adanya kondisi sakit khususnya terjadinya depressi pada Ibu T akibat dari penyakit fisik yang
dialaminya ( akibat Ca cervik yang terjadi ).

4. Keperawatan
Pada kasus ibu T ini maka sangat penting adanya hunungan interpersonal yang terapeutik antara
perawat dan Ibu T. Klien Ibu T dalam kondisi depressi sangat memerlukan adanya orang lain yang
dapat memahaminya, menerimanya, memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi masalah
yang terjadi. Perawat melalui hubungan interperosonal terapeutik yang dibina dapat melakukan
perannya ( sebagai narasumber, wali, guru, pemimpin, konselor ) dan mengguanakan seni dan
ilmunya dalam meberikan dorongan pada pertumbuhan dan perkembangan Ibu T sehingga Ibu T
dapat kembali dalam kondisi yang lebih baik pada psikholgis maupun fisiologisnya.
D. Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini diantaranya adalah :
1. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada klien, perawat sebisa
mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa aman, sebagai contoh perawat mengatakan bahwa
klien tidak perlu takut terhadap kondisinya, bahwasanya setiap penyakit pasti ada obatnya dan
seluruh pengobatan adalah usaha yang mesti kita lakukan sedangkan berkaitan dengan kematian
adalah suatu hal yang ditentukan oleh Tuhan.
2. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang menjalin hubungan
yang saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati. Sehingga mampu berinteraksi dengan perawat, keluarga dan orang
lain.

E. Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi


Peran perawat dalam terapi adalah
1. Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa
yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain).
2. Therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
3. Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan
dengan orang lain.

Pengertian Teori Keperawatan Psikodinamik

Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan spikodinamik


(Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpesonal yang bersifat
terapeutik (significant therapeutic interpersonal process)
Hildegard E. Peplau mendefenisikan teori keperawatan psikodinamikanya sebagai berikut
“Psychodynamic nursing is being able to understand one’s own behaviorto help others identify
felt difaculties, and to apply priciples of human relations to the problems that arrise at all levels
of experience”

Menurut Peplau, perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku


seseorang untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.

Anda mungkin juga menyukai