Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN WAWANCARA

DESENTRALISASI PENDIDIKAN
(Studi tentang Alih Kelola Kewenangan Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah Umum
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat)

Nama : H. Nanang Nurwasid, S.Pd


Bidang : Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
NO Pertanyann
I. Kemampuan Daerah dalam Membiayai Pendidikan
1. Apa pendapat Bapak/lbu mengenai kemampuan daerah untuk membiayai pendidikan
dalam rangka kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat ?
Jawaban:
Kemampuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mendukung kebijakan
Desentralisasi Pendidikan salah satunya diwujudkan dengan adanya kebijakan
sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) gratis untuk sekolah menengah atas (SMA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), Sekolah Luar Biasa (SLB) negeri di Jawa Barat.
Biaya SPP gratis di Jabar akan diberlakukan pada tahun ajaran 2020/2021. Selain itu
sekolah swasta, Pemerintah Provinsi jawa Barat memberikan dana Bantuan
Pendidikan Menengah Universal (BPMU) untuk membiaya kebutuhan pendidikan.
2. Apa visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan pembiayaan
pendidikan dalam kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat?
Jawaban:
Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan pembiayan pendidikan
dalam kebijakan Desentralisasi Pendidikan adalah "Terwujudnya Jawa Barat Juara
Lahir Batin Dengan Inovasi dan Kolaborasi" (nilai religius, nilai bahagia, nilai adil,
nilai kolaboratif dan nilai inovatif) diwujudkan kedalam program unggulan
peningkatan akses pendidikan untuk semua. Contohnya pada bidang Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus adanya program pendidikan inklusif yang memberikan
akses pendidikan bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus di sekolah
umum.
3. Kebijakan apa saja yang sudah dibuat dalam rangka mewujudkan visi pembiayaan
pendidikan tersebut?
Jawaban:
Kebijakan pembiayaan pendidikan yang telah dilakukan adalah dengan adanya
Bantuan Operasional Sekolah, Bantuan Belajar, Bantuan Sarana Prasarana
Pendidikan, dan Dana Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU).
4. Bagaimana tingkat capaian dari pelaksanaan kebijakan Alih Kelola Kewenangan
Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah Umun di Jawa Barat berkaitan dengan
pembiayaan pendidikan
Jawaban:
Capaian pelaksanaan kebijakan Alih Keloka Kewenangan Pengelolaan SMU di Jawa
Barat dalam aspek pembiayan dapat dilihat dengan adanya dukungan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam memberikan dana bantuan pendidikan berupa BOS,
Bantuan Belajar, Bantuan Sarana Prasarana Pendidikan, dan Dana Bantuan
Pendidikan Menengah Universal (BPMU).
5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan pengbambat dari pelaksanaan aspek
pembiayaan pendidikan pada kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa
Barat ?
Jawaban:
 Faktor Pendukung : Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalokasikan 20% dan
APBD untuk pembiayaan pendidikan di Jawa Barat.
 Faktor Penghambat:Besaran anggaran yang diberikan kepada sekolah belum
mencukupi kebutuhan.
II Peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan
1. Siapa saja aktor-aktor yang berperan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat?
Jawaban:
Desentralisasi Pendidikan merupakan pengalihan kewenangan pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan satuan pendidikan (sekolah), maka aktor-aktor yang berperan
dalam meningkatan efektifitas dan efisiensi kebijakan Desentralisasi Pendidikan di
Provinsi Jawa Barat adalah seluruh komponen warga sekolah diantaranya kepala
sekolah, guru, peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, komite sekolah serta
para pemangku kepentingan (stakeholders).
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kewenangan dari lembaga-lembaga yang terkait
dengan kebijakan Desentralisasi Pendidikan ? Jelaskan
Jawaban:
Kewenangan lembaga-lembaga terkait dalam kebijakan Desentralisasi Pendidikan
adalah:
a. Pemerintah: kewenangannya menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria
untuk dijalankan oleh satuan pendidikan di wilayah binaan sesuai kewenangannya.
b. Satuan Pendidikan: kewenangannya menyelenggarakan pelayanan publik secara
langsung kepada masyarakat di bidang pendidikan sesuai norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah.
c. Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat: kewenangannya membina
terselenggaranya pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
yang didirikannya dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Organisasi Profesi, kewenangannya mendukung kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan dan mengembangkan keprofesian para anggotannya untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu di wilayahnya.
3. Bagaimana komitmen dan pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap efektifitas
dan efisiensi alih kelola SMU di Jawa Barat? Jelaskan?
Jawaban:
Komitmen dan pemahaman pelaksana kebijakan pengelola SMU di Jawa Barat harus
terus ditingkatkan agar desentralisasi pendidikan dapat berjalan dengan baik jika ada
komitmen yang kuat dari lembaga legislatif maupun eksekutif di daerah dalam
menyediakan anggaran daerah yang sangat memadai bagi pembangunan pendidikan
di daerah. Selain itu, peningkatan sumber daya pengelola pendidikan di daerah juga
sangat diperlukan untuk memacu percepatan pembangunan pendidikan tanpa selalu
tergantung pada pemerintah pusat. Dalam hal ini peranan dan kemandirian Dewan
Pendidikan sebagai mitra bagi legislatif dan eksekutif di daerah perlu ditingkatkan,
tanpa harus bergantung pada bantuan dari pusat.
4. Sejauh mana efektifitas dan efisiensi yang telah mereka lakukan untuk melaksanakan
program Desentralisasi Pendidikan ?
Jawaban:
Dengan adanya desentralisasi pendidikan, pemerintah daerah dapat mengembangkan
potensi wilayahnya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Salah satu kebijakan
yang dapat dikembangkan adalah membuat kurikulum sekolah yang berbasis
keunggulan lokal dan global. Desentralisasi pun mendorong terjadinya efisiensi
manajemen pendidikan, karena sebagian besar wewenang pengelolaan pendidikan,
baik perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan dan pengendalian penyelenggaraan
pendidikan diserahkan kepada pemerintah daerah, yang disesuaikan dengan keadaan,
kebutuhan, keinginan, dan kemampuan masing-masing daerah. Dengan wewenang
yangbesar dalam pengelolaan pendidikan, pemerintah daerah pun terdorong untuk
menggali berbagai potensi daerah dan mendorong partisipasi masyarakat untuk
membantu membiayai pembangunan pendidikan di daerahnya. Sebaliknya, partisipasi
masyarakat dapat dibangkitkan jika manajemen pendidikan di daerah atau sekolah
dapat dilaksanakan secara efisien, transparan, dan akuntabel, serta tanggap terhadap
kebutuhan, dan keinginan masyarakat.
5. Apa vang menjadi faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan efektifitas dan
efisiensi dari alih kelola kewenangan SMU dan kebijakan Desentralisasi Pendidikan
di Provinsi Jawa Barat
Jawaban:
Beberapa faktor penghambat pada pelaksanaan efektifitas dan efisiensi alih kelola
SMU dan kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat antara lain:
a. belum meratanya kesiapan SDM untuk mengelola pendidikan di daerah masing-
masing;
b. Keterbatasan tersedianya pendanaan APBD;
c. Belum optimalnya keterlibatan masyarakat terhadap pendidikan;
d. Bervariasi cara pandang masyarakat terhadap pembangunan bidang pendidikan
di masing-masing daerah, dan
e. Belum merata ketersediaan sarana-prasarana pendidikan di daerah
III Redistribusi Kekuatan Politik
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai redistribusi kekuatan politik pada
pelaksanaan kebijakan Desentralisasi Pendidikan?
Jawaban:
Baik, setiap kebijakan pendidikan berdasarkan aspirasi kepentingan masyarakat
melalui anggota dewan yang ada di Provinsi.
2. Apakah alih kelola kewenangan pengelolaan SMU ini telah memenuhi sebagai
organisasi pelaksana Desentralisasi Pendidikan?
Jawaban:
Ya, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
pengelolaan pendidikan menengah dan pendidikan khusus adalah kewenangan
pemerintah daerah provinsi.
3. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan hal-hal yang menunjang dan hal-hal yang
menghambat kebijakan Desentralisasi Pendidikan berkaitan dengan redistribusi
kekuatan politik di Provinsi Jawa Barat?
Jawaban:
 Faktor Penunjang : Adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan PP yang mengatur tentang kewenangan pengelolaan pendidikan antara
pemerintah pusat, provinsi dan kab/kota.
 Faktor Penghambat:
a. Keterkaitan keberlanjutan kebijakan pendidikan provinsi dan kab/kota perlu
disinergikan.
b. Pengelolaan aset di bidang pendidikan masih perlu dikoordinasikan dan
legalitas kepemilikan perlu diperjelas.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan alih kelola
kewenangan pengelolaan SMU di Provinsi Jawa Barat ?
Jawaban:
Faktor pendukung dari pelaksanaan alih kelola kewenangan pengelolaan SMU di
Provinsi Jawa Barat diantaranya:
a. Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah
lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki;
b. Efisiensi keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumbersumber
pajak lokal dan mengurangi biaya operasional;
c. Efisiensi administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang
dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat;
d. Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan pada
daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan
IV Peningkatan Kualitas Pendidikan
1. Bagaimana kualitas pendidikan SMU saat ini setelah kewenangannya diambil alih oleh
Provinsi ? Adakah peningkatan kualitas ?
Jawaban:
Ada peningkatan kualitas pendidikan SMU setelah kewenangananya dialihkan ke
Provinsi.
2. Apakah pihak pelaksana Desentralisasi Pendidikan telah memahami hakekat alih
kelola kewenangan mengelola SMU ?
Jawaban:
Ya, sudah
3. Apakah alih kelola kewenangan pengeloaan SMU ini telah sesuai dengan kebutuhan
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan?
Jawaban:
Sesuai
4. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan Desentralisasi Pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
pendidikan di Jawa Barat.
Jawaban:
Lembaga yang berperan dalam meningkatan efektifitas dan efisiensi kebijakan
Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat adalah seluruh komponen warga
sekolah diantaranya kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, komite sekolah serta para pemangku kepentingan (stakeholders).
5. Kalau Bapak/Ibu mengetahui lembaga-lembaga tersebut. Dapatkah Bapak/Tbu
menjelaskan aktor-aktor yang berkonstribusi terhadap Kebijakan Desentralisasi
Pendidikan.
Jawaban:
Pemerintah, satuan pendidikan dan stakeholders
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari program peningkatan
kualitas pendidikan pada pelaksanaan kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi
Jawa Barat ?
Jawaban:
 Faktor Pendukung : Adanya komitmen pemerintah yang memberikan bantuan
dana untuk mendukung pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan
 Faktor Penghambat:Masih adanya hambatan dalam aspek sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sarana. Kemampuan guru dan pelaksana
pendidikan masih harus ditingkatkan. Serta adanya permasalahan hak
kepemilikan aset SMU yang masih menjadi miliki pemerintah Kab/Kota.
V Peningkatan Inovasi
1. Apakah para pelaksana kebijakan telah memahami arah dan tujuan peningkatan
inovasi dari kebijakan Desentralisasi Pendidikan ?
Jawaban:
Sudah
2. Apakah para pelaksana kebijakan menerima atau menolak keberadaan UU dan Perda
yang berkaitan dengan Desentralisasi Pendidikan ?
Jawaban:
Menerima
3. Bagaimana intensitas koordinasi antar para pelaksana kebijakan dalam meningkatkan
inovasi Desentralisasi Pendidikan ?
Jawaban:
Intensitas koordinasi melalui kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara
berkelanjutan. Kebaikan dan kelemahan dalam penyelenggaraan desentralisasi
pendidikan harus segera dapat diketahui agar dapat dilakukan peningkatan bagi yang
telah ada atau perbaikan-perbaikan bagi yang masih memiliki kelemahan. Oleh karena
itu, pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun pihak lain dapat melakukan
monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan desentralisasi
pendidikan.
4. Bagaimana keadaan rezim yang berkuasa ? Apakah demokratis atau otoriter terhadap
inovasi kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi JawaBarat?
Jawaban:
Demokratis
5. Bagaimana kepatuhan aktor yang terlibat dalam peningkatan inovasi pendidikan dan
suksesnya kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Provinsi Jawa Barat?
Jawaban:
Semua yang terlibat mengikuti semua aturan dan kebijakan yang berlaku pada
kebiajkan Desentralisasi Pendidikan di Jawa Barat.
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan alih kelola
kewenangan pengelolaan SMU pada aspek peningkatan inovasi pendidikan di Provinsi
Jawa Barat ?
Jawaban:
 Faktor Pendukung : Adanya program-program pemerintah Jawa Barat untuk
meningkatkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pendidikan contohnya ada
lomba kreativitas guru, lomba kreativitas siswa
 Faktor Penghambat:Masih adanya hambatan dalam aspek sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sarana. Kemampuan guru dan pelaksana
pendidikan masih harus ditingkatkan. Serta adanya permasalahan hak
kepemilikan aset SMU yang masih menjadi miliki pemerintah Kab/Kota.

Anda mungkin juga menyukai