ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN KEBIJAKAN
PENDIDIKAN DI KEPULAUAN
KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA KEPULAUAN
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan Upaya Pemerintah Daerah dalam
proses dan hasil perumusan langkah-langkah meningkatkan kualitas pendidikan Di strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, Komunitas Adat Terpencil Desa Sesap misi pendidikan, dalam rangka untuk Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten mewujudkaan tercapainya tujuan pendidikan Kepulauan Meranti, adalah sebagai berikut : dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun 1. A. Pelayanan (Public Service) waktu tertentu secara khusus Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Muchlis, 2002). Dapat disimpulkan bahwa memberikan pelayanan dibidang kebijakan pendidikan nasional adalah suatu pendidikan Non Formal dengan cara produk 111 yang dijadikan sebagai panduan penyelenggaraan pendidikan sekolah pengambilan keputusan pendidikan yang paket A, B, C dan juga program legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan Keaksaraan Fungsional dan hidup pendidikan secara moderat. Fungsi Keterampilan Fungsional (KF), di kebijakan pendidikan yaitu kebijakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman (PKBM) untuk menekan angka putus dalam bertindak, mengarahkan kegiatan sekolah maupun buta aksara dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah 2. Pemberian Beasiswa Murid Miskin dengan masyarakat dan pemerintah untuk faktor penyebab anak putus sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dilingkungan masyarakat Suku Asli Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis adalah dikarenakan faktor ekonomi umum untuk bertindak bagi pengambilan yang paling mendominasi, keputusan pada semua jenjang pendidikan permasalahan kemiskinan sebagai atau organisasi. Kebijakan pendidikan faktor utama penyebab anak putus memiliki karakteristik yang khusus sekolah, maka Pemerintah Daerah (Subarsono, 2013) , yakni: a) Memiliki tujuan Kabupaten melalui Dinas Pendidikan pendidikan. Kebijakan pendidikan harus dan Kebudayaan memberikan memiliki tujuan, namun lebih khusus, bahwa pelayanan berupa bantuan beasiswa ia harus memiliki tujuan pendidikan yang khusus murid dari golongan yang jelas dan terarah untuk memberikan tidak mampu di Kabupaten kontribusi pada pendidikan. b) Memenuhi Kepulauan, agar mereka bisa aspek legal-formal. Kebijakan pendidikan bersekolah dan tidak putus sekolah tentunya akan diberlakukan, maka perlu dikarenakan faktor adanya pemenuhan atas pra-syarat yang harus ekonomi/kemiskinan. dipenuhi agar kebijakan pendidikan itu diakui 3. Pembangunan (Development) . dan secara sah berlaku untuk sebuah wilayah. Pembangunan Asrama Pelajar Suku Maka, kebijakan pendidikan harus memenuhi Asli. Pemerintah Daerah Kabupaten syarat konstitusional sesuai dengan hirarki Kepulauan dalam meningkatkan konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah pendidikan Komunitas Adat Terpencil hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja berlaku di wilayah tersebut. Sehingga, dapat dan Transmigrasi melakukan dimunculkan suatu kebijakan pendidikan pembangunan asrama pelajar. yang legitimat. c) Memiliki konsep 4. Pemberdayaan (Empowering). operasional. Kebijakan pendidikan sebagai Sosialisasi Pendidikan Kepada sebuah panduan yang bersifat umum, Masyarakat. Dinas Pendidikan dan tentunya harus mempunyai manfaat Kebudayaan memberikan sosialisasi operasional agar dapat diimplementasikan dan pentingnya pendidikan kepada ini adalah sebuah keharusan untuk masyarakat. sosialisasi yang dilakukan memperjelas pencapaian tujuan pendidikan sebagai pemberdayaan terhadap yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan akan masyarakat, pemberdayaan dilakukan kebijakan pendidikan adalah fungsi dengan cara memberikan penjelasan pendukung pengambilan keputusan. d) Dibuat mengenai pentingnya serta manfaat oleh yang berwenang. Kebijakan pendidikan dari pendidikan /bersekolah kepada itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya masyarakat melalui proses sosialisasi. yang memiliki kewenangan untuk itu, 5. Pengaturan (Regulation). sehingga tak sampai menimbulkan kerusakan kebijakan kelonggaran - kelonggaran pada pendidikan dan lingkungan di luar peraturan yang diberikan seperti pendidikan. Para administrator pendidikan, pendaftaran sekolah yang tidak pengelola lembaga pendidikan dan para dibatasi usia, tidak adanya syarat politisi yang berkaitan langsung dengan membawa akta kelahiran untuk pendidikan adalah unsur minimal pembuat mendaftar sekolah dan tidak adanya kebijakan pendidikan. e) Dapat dievaluasi. keharusan untuk memakai seragam Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak sekolah, kalau tidak mempunyainya luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk khusus untuk suku asli yang mau ditindak lanjuti. Jika baik, maka. Beberapa bersekolah, dalam hal ini Dinas langkah program yang telah dijalankan di Pendidikan dan Kebudayaan beberapa daerah, berkaitan dengan kebijakan berkoordinasi dengan pihak sekolah pendidikan dalam rangka peningkatan mutu agar memberikan kelonggaran - berbasis sekolah dan peningkatan mutu kelonggaran peraturan untuk pendidikan berbasis masyarakat masyarakat suku asli ini, agar mereka diimplementasikan sebagai berikut : mau bersekolah.
1. telah dibentuknya Komite Sekolah
sebagai pengganti BP3. 2. Telah diterapkan muatan lokal dan pelajaran keterampilan di sekolah SMP 3. ihapuskannya sistem Rayonisasi dalam penerimaan murid baru. 4. Pemberian insentif kepada guru-guru negeri. 5. Bantuan dana operasional sekolah, serta bantuan peralatan praktik sekolah. 6. Bantuan peningkatan SDM sebagai contoh pemberian beasiswa pada guru untuk mengikuti program Pascasarjana. 7. Peningkatan profesionalisme guru dan dosen melalui penyelenggaraan profesi guru dan dosen untuk memperoleh sertifikat pendidik dan menjadi guru dan dosen profesional. 8. Penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi semua jenjang pendidikan.
Analisis dari 2 perbandingan di atas:
1. Pemerintah Daerah melalui instansi terkait Dinas Pendidikan dan Kebudayaan harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap program yang ada di Pusat Kegiatan Masyarakat khusus untuk KAT yang bersukukan suku asli, agar menemukan solusi yang tepat. 2. Pemerintah Daerah harus lebih selektif lagi melakukan kebijakan bantuan beasiswa, dikarenakan bantuan beasiswa bukan diperuntukkan untuk keperluan sekolah, namun digunakan orangtua mereka untuk keperluan sehari-hari, sedangkan banyak anak suku asli ini tidak punya seragam sekolah, maupun perlengkapan sekolah lainnya. 3. Pemerintah Daerah perlu terus melakukan sosialisasi memberikan penjelasan mengenai pentingnya serta manfaat dari pendidikan/bersekolah agar bisa memotivasi dan menyadarkan para orangtua akan pentingnya pendidikan anak-anak mereka di karenakan faktor tidak sekolah maupun putus sekolah disebabkan ketidak pedulian orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. 4. Pemerintah Daerah harus saling berkoordinasi melalui instansi-instansi terkait dalam meningkatkan pendidikan.