Anda di halaman 1dari 20

NOTULENSI PRESENTASI KELOMPOK 2

PENDIDIKAN INKLUSI
LANDASAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN ABK DAN
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI INDONESIA
JUM’AT, 15 MARET 2024

1. Willujeng Rizky Ananda (228626019)


Pertanyaan : Seberapa jelas dan komprehensifkah kebijakan dan regulasi terkait
pendidikan ABK di Indonesia apakah kebijakan tersebut saling mendukung dan sesuai
dengan kebutuhan ABK?
Jawaban : Kejelasan dan Komprehensivitas Kebijakan Pendidikan ABK di Indonesia
Kejelasan:
 Landasan hukum : Cukup jelas, dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.
 Kerangka kebijakan : Cukup jelas, dengan Kebijakan Nasional Pendidikan
Inklusif (2017) dan Peta Jalan Pendidikan Inklusif (2018-2022).

Komprehensivitas:
 Cakupan : Cukup komprehensif, mencakup berbagai aspek pendidikan ABK,
seperti akses, layanan, dan kualitas.
 Detail : Masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal petunjuk teknis pelaksanaan
di lapangan.

Dukungan dan Kesesuaian dengan Kebutuhan ABK:


 Dukungan antar kebijakan : Cukup baik, dengan adanya sinkronisasi antar
berbagai regulasi.
 Kesesuaian dengan kebutuhan ABK : Perlu dikaji lebih lanjut, dengan
mempertimbangkan keragaman kebutuhan ABK.
Kesimpulan:
Kebijakan dan regulasi terkait pendidikan ABK di Indonesia sudah cukup jelas dan
komprehensif. Namun, masih terdapat beberapa kekurangan, seperti kurangnya detail
dalam petunjuk teknis dan perlunya memastikan kesesuaian dengan kebutuhan ABK yang
beragam.

2. Elsa Neha (228626097)


Pertanyaan : Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dan
tantangan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan ABK di Indonesia?
Jawaban : Upaya Mengatasi Hambatan dan Tantangan Pendidikan ABK di Indonesia
Beberapa upaya yang dapat dilakukan :
 Penguatan Koordinasi dan Sinergi
1. Meningkatkan koordinasi antar kementerian dan lembaga terkait.
2. Membangun sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti
pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan organisasi masyarakat sipil.
 Peningkatan Kapasitas dan Sumber Daya
1. Melakukan pelatihan dan pengembangan profesional untuk guru dan tenaga
kependidikan.
2. Menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang ramah ABK.
3. Mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang inklusif.
 Perluasan Akses Pendidikan Inklusif
1. Mendirikan SLB di daerah terpencil.
2. Menyediakan guru dan tenaga kependidikan khusus.
3. Memberikan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) kepada ABK.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
pembelajaran jarak jauh.
 Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan
1. Melakukan asesmen awal untuk mengetahui kebutuhan belajar ABK.
2. Menyusun program pembelajaran individual (PPI) yang sesuai dengan
kebutuhan ABK.
3. Memberikan layanan pendampingan dan terapi yang dibutuhkan ABK.
 Pembudayaan Sikap Inklusif di Masyarakat
1. Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pendidikan inklusif kepada
masyarakat luas.
2. Mendorong terciptanya lingkungan yang ramah dan inklusif bagi ABK

Pentingnya :
1. Komitmen dan kepemimpinan yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah.
2. Keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan.
3. Pendanaan yang memadai.

Contoh Implementasi:
1. Program Sekolah Ramah Anak Inklusi (SRAI)
2. Program Inklusi Berbasis Sekolah (IBS)

Kesimpulan :
Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan untuk
mengatasi hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan ABK di
Indonesia.

3. Retno (228626062)
Pertanyaan : Apa apa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk
memperbaiki akses dan kualitas pendidikan bagi ABK yang tinggal di daerah terpencil
atau pinggiran?
Jawaban : Memperbaiki Akses dan Kualitas Pendidikan ABK di Daerah Terpencil.
Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki akses dan kualitas
pendidikan bagi ABK yang tinggal di daerah terpencil atau pinggiran, antara lain :
1. Pendirian SLB di daerah terpencil:
Membangun SLB baru: Pemerintah membangun SLB baru di daerah terpencil untuk
mendekatkan akses pendidikan bagi ABK.
Merenovasi SLB yang sudah ada: Pemerintah merenovasi SLB yang sudah ada di
daerah terpencil untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas.
2. Penyediaan guru dan tenaga kependidikan khusus:
Pengangkatan guru khusus: Pemerintah mengangkat guru khusus untuk mengajar di
SLB di daerah terpencil.
Pelatihan guru: Pemerintah memberikan pelatihan kepada guru di daerah terpencil
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengajar ABK.
3. Bantuan Program Indonesia Pintar (PIP):
Pemerintah memberikan bantuan PIP kepada ABK: PIP membantu ABK dari keluarga
kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan di SLB.
4. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK):
Pembelajaran jarak jauh: Pemerintah memanfaatkan TIK untuk menyediakan
pembelajaran jarak jauh bagi ABK di daerah terpencil.
Penyediaan konten pembelajaran: Pemerintah menyediakan konten pembelajaran
yang ramah ABK di platform digital.
5. Kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil:
Pemerintah bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil: Bekerjasama untuk
meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi ABK di daerah terpencil.

Tantangan :
1. Keterbatasan infrastruktur: Akses jalan dan internet di daerah terpencil masih
terbatas.
2. Kekurangan guru khusus: Masih banyak daerah terpencil yang kekurangan guru
khusus.
3. Keterbatasan dana: Dana yang dialokasikan untuk pendidikan ABK di daerah
terpencil masih terbatas.

Solusi :
1. Peningkatan anggaran: Pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk pendidikan
ABK di daerah terpencil.
2. Penguatan kerjasama: Pemerintah perlu memperkuat kerjasama dengan berbagai
pihak, seperti organisasi masyarakat sipil dan perusahaan swasta.
3. Pengembangan model pembelajaran yang inovatif: Perlu mengembangkan model
pembelajaran yang inovatif untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur dan guru di
daerah terpencil.
Kesimpulan :
Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki akses dan kualitas
pendidikan bagi ABK di daerah terpencil. Namun, masih banyak tantangan yang harus
dihadapi. Diperlukan upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak untuk memastikan
bahwa semua ABK di Indonesia mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

4. Mayorita mauludiana (2286206013)


Pertanyaan : Bagaimana tingkat sosialisasi dan pemahaman tentang kebijakan
pendidikan ABK di kalangan pemangku kepentingan, seperti pemerintah, pemerintah
Daerah, sekolah, guru, dan orang tua?
Jawaban : Tingkat Sosialisasi dan Pemahaman Kebijakan Pendidikan ABK. Tingkat
sosialisasi dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan ABK di kalangan pemangku
kepentingan masih perlu ditingkatkan. Berikut adalah gambarannya:
 Pemerintah
Pemerintah pusat: Telah melakukan berbagai upaya sosialisasi, seperti seminar,
workshop, dan penyebaran informasi melalui website dan media sosial.
Pemerintah daerah: Di beberapa daerah, sosialisasi sudah cukup baik, namun di
daerah lain masih perlu ditingkatkan.
 Sekolah
Sekolah inklusi: Pemahaman tentang kebijakan pendidikan ABK umumnya lebih
baik dibandingkan sekolah regular.
Sekolah regular: Masih banyak guru yang belum memahami kebutuhan ABK dan
cara mengajar mereka.
 Guru
Guru SLB: Memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan ABK dan
cara mengajar mereka.
Guru regular: Masih banyak guru yang belum memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk mengajar ABK.
 Orang tua
Orang tua ABK: Memiliki tingkat pemahaman yang beragam, tergantung pada
tingkat pendidikan dan akses informasi mereka.
Masyarakat umum: Masih banyak yang belum memahami tentang hak-hak ABK
dan pentingnya pendidikan inklusif.

Faktor yang Mempengaruhi:


1. Ketersediaan informasi: Kurangnya informasi yang mudah diakses dan dipahami
oleh masyarakat.
2. Ketersediaan pelatihan: Kurangnya pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan
tentang pendidikan ABK.
3. Keterlibatan masyarakat: Kurangnya pelibatan masyarakat dalam proses sosialisasi
dan edukasi.

Upaya peningkatan
1. Peningkatan sosialisasi dan edukasi: Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi yang
lebih gencar kepada semua pemangku kepentingan.
2. Pengembangan bahan sosialisasi: Perlu dikembangkan bahan sosialisasi yang mudah
diakses dan dipahami oleh masyarakat.
3. Peningkatan pelatihan: Perlu ditingkatkan pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan tentang pendidikan ABK.
4. Pelibatan masyarakat: Perlu dilibatkan masyarakat dalam proses sosialisasi dan
edukasi.

Kesimpulan :
Tingkat sosialisasi dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan ABK masih perlu
ditingkatkan. Diperlukan upaya yang berkelanjutan dari semua pihak untuk memastikan
semua pemangku kepentingan memahami dan mendukung pendidikan ABK.

5. Nila Birotun N (2286206059)


Pertanyaan : Apa peran dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam
mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus?
Jawaban : Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mendukung Pendidikan ABK
Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran dan tanggung jawab bersama dalam
mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK). Berikut adalah uraiannya:
 Pemerintah pusat
1. Menetapkan kebijakan dan regulasi: Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan
regulasi yang terkait dengan pendidikan ABK, seperti Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.
2. Menyediakan pendanaan: Mengalokasikan dana dalam APBN untuk mendukung
pendidikan ABK, seperti dana alokasi khusus (DAK) dan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Kinerja.
3. Mengembangkan kurikulum dan pembelajaran: Menyusun kurikulum dan
pembelajaran yang ramah ABK dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Melakukan pelatihan dan pengembangan profesional: Memberikan pelatihan dan
pengembangan profesional kepada guru dan tenaga kependidikan tentang pendidikan
ABK.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kebijakan dan program pendidikan ABK.

 Pemerintah daerah
1. Melaksanakan kebijakan dan regulasi: Melaksanakan kebijakan dan regulasi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
2. Menyediakan infrastruktur dan fasilitas: Menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang
ramah ABK di sekolah-sekolah.
3. Mempromosikan pendidikan inklusif: Mendorong terciptanya lingkungan yang
ramah dan inklusif di sekolah-sekolah.
4. Memberikan dukungan kepada sekolah: Memberikan dukungan kepada sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan ABK, seperti bantuan keuangan dan tenaga ahli.
5. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak: Melakukan koordinasi dengan
berbagai pihak, seperti organisasi masyarakat sipil dan dunia usaha, dalam
mendukung pendidikan ABK.

Kesimpulan :
Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran dan tanggung jawab yang penting dalam
mendukung pendidikan ABK. Dengan kerjasama dan sinergi yang baik dari semua
pihak, diharapkan pendidikan ABK di Indonesia dapat terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi semua ABK.

6. Agustina (2286206072)
Pertanyaan : Dengan adanya sekolah inklusi beserta bagian-bagian yang sudah
diterapkan apakah sudah menjadi solusi yang terbaik dari pemerintah untuk pendidikan
anak ABK?
Jawaban :
 Sekolah Inklusi sebagai Solusi Pendidikan ABK
Sekolah inklusi merupakan salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk
pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah inklusi adalah sekolah yang
menerima semua anak tanpa terkecuali, termasuk anak-anak dengan kebutuhan belajar
khusus, untuk belajar bersama di kelas yang sama.
 Keuntungan sekolah inklusi
1. Mempromosikan kesetaraan dan inklusi: Memberikan kesempatan bagi ABK untuk
belajar bersama dengan anak-anak lain tanpa diskriminasi
2. Meningkatkan prestasi belajar: Interaksi dengan teman sebaya yang tipikal dapat
membantu ABK belajar dan berkembang dengan lebih baik.
3. Mengembangkan keterampilan sosial: ABK dapat belajar bersosialisasi dan menjalin
pertemanan dengan anak-anak lain.
4. Mempersiapkan ABK untuk kehidupan di masyarakat: ABK dapat belajar hidup
mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat.
 Tantangan sekolah inklusi
1. Ketersediaan guru dan tenaga kependidikan yang terlatih: Membutuhkan guru dan
tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
mengajar ABK.
2. Ketersediaan infrastruktur dan fasilitas yang ramah ABK: Membutuhkan
infrastruktur dan fasilitas yang dapat diakses dan digunakan oleh ABK.
3. Dukungan dari orang tua dan masyarakat: Membutuhkan dukungan dari orang tua
dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif bagi ABK.

Kesimpulan
Sekolah inklusi dapat menjadi solusi yang baik untuk pendidikan ABK, namun masih
banyak tantangan yang perlu diatasi. Diperlukan komitmen dan kerjasama dari semua
pihak, seperti pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkan
pendidikan inklusi yang berkualitas bagi semua ABK.

Solusi
 Peningkatan pelatihan dan pengembangan profesional: Memberikan pelatihan dan
pengembangan profesional kepada guru dan tenaga kependidikan tentang
pendidikan ABK.
 Penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang ramah ABK: Menyediakan
infrastruktur dan fasilitas yang dapat diakses dan digunakan oleh ABK.
 Peningkatan sosialisasi dan edukasi: Meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat tentang pendidikan inklusif.
 Pelibatan orang tua dan masyarakat: Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam
proses penyelenggaraan pendidikan inklusif.

7. (Aprilla Candra Wardani 2186206026)


Pertanyaan : Bagaimana cara guru untuk mengintegrasikan pendidikan pancasila agar
tidak menjadi hambatan pada pendidikan ABK?
Jawaban:
1. Memperhatikan konteks: Guru harus memahami konteks dan tingkatan siswa untuk
menyesuaikan pendidikan Pancasila dengan materi ABK. Misalnya, pendidikan
Pancasila dapat ditransformasikan menjadi aktivitas yang lebih berkaitan dengan
materi ABK, seperti menggambarkan bentuk dan warna pancasila dalam matematika
2. Menggunakan metode yang efektif: Guru dapat menggunakan metode belajar yang
efektif, seperti pembelajaran terintegrasi, yang memungkinkan siswa untuk
menggabungkan pendidikan Pancasila dengan materi ABK
3. Membuat aktivitas yang menarik: Guru dapat membuat aktivitas belajar yang
menarik dan memperbanyakkan pendidikan Pancasila dengan materi ABK, seperti
membuat gambar dan membuat tulisan tentang pancasila dalam materi ABK
4. Menggunakan konteks yang relevan: Guru dapat menggunakan konteks yang relevan
dengan pendidikan Pancasila dan materi ABK, seperti menggunakan situasi yang
terjadi di sekitar sekolah sebagai pembuka materi belajar
5. Memperhatikan keperluan siswa: Guru dapat memperhatikan keperluan siswa untuk
membuat pendidikan Pancasila lebih mudah dipahami dan terintegrasi dengan materi
ABK
6. Memperjelas konsep: Guru dapat memperjelas konsep pancasila dan koneksinya
dengan materi ABK, seperti memperjelas konsep "persatuan" dalam pendidikan
matematika.
7. Membuat aktivitas yang memperkuat karakter: Guru dapat membuat aktivitas belajar
yang memperkuat karakter siswa, seperti membuat siswa mengembangkan sikap
positif dan toleransi.
8. Menggunakan pendekatan yang inclusive: Guru dapat menggunakan pendekatan
yang inclusive, seperti mengambil kendali dari siswa dalam membuat materi belajar
yang mengintegrasikan pendidikan Pancasila dengan materi ABK

8. (Nia Agis Susanti 2186206029)


Pertanyaan : Menurut kelompok kalian, apakah implementasi pendidikan inklusi yang
ada di daerah kita ini di Trenggalek sudah sesuai dengan kebijakan yang berlaku?
jelaskan
Jawaban:
Menurut kelompok kami, implementasi pendidikan inklusi di Trenggalek *masih belum
sepenuhnya* sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Berikut beberapa alasannya:
1. Aksesibilitas
Fasilitas: Belum semua sekolah memiliki infrastruktur yang ramah disabilitas, seperti
ram, lift, dan toilet khusus.
Teknologi: Akses terhadap teknologi adaptif dan perangkat lunak khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus masih terbatas.

2. SDM
Jumlah Guru: Jumlah guru yang memiliki kualifikasi khusus untuk mengajar di kelas
inklusi masih kurang.
Pelatihan: Guru belum mendapatkan pelatihan yang memadai tentang bagaimana
mengajar di kelas inklusi.
3. Kesadaran Masyarakat
Masih ada stigma dan diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus.
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan inklusi.
4. Koordinasi
Koordinasi antar berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, sekolah, dan organisasi
masyarakat sipil, masih perlu dioptimalkan.
Meskipun demikian, perlu diapresiasi bahwa Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah
menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan inklusi. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa langkah yang telah diambil, seperti:

Peraturan Bupati No. 15 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.


Pendirian Satuan Pendidikan Inklusi (SPI) di beberapa sekolah.
Pelatihan guru tentang pendidikan inklusi.
Sosialisasi kepada masyarakat tentang pendidikan inklusi.

Kesimpulan
Implementasi pendidikan inklusi di Trenggalek masih perlu ditingkatkan agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Perlu adanya upaya bersama dari berbagai pihak
terkait untuk memastikan bahwa semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus,
mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Saran
Pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk pendidikan inklusi.
Perlu dilakukan pelatihan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan bagi guru.
Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat tentang pendidikan
inklusi.
Perlu dibentuk forum komunikasi antar berbagai pihak terkait untuk meningkatkan
koordinasi

9. (Duwi Ika Fitri Hardiyanti 2186206061)


Pertanyaan : Berikan salah satu contoh relevan yang dapat dilakukan pihak sekolah
guna pengembangan engembangkan pendidikan inklusi di sekolah dasar tersebut lebih
optimal
Jawaban:
Contoh Pengembangan Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar:
Salah satu contoh relevan yang dapat dilakukan pihak sekolah guna pengembangan
pendidikan inklusi di sekolah dasar lebih optimal adalah membentuk tim inklusi. Tim
inklusi ini terdiri dari berbagai pihak terkait, seperti:
 Guru kelas
 Guru pendidikan khusus
 Tenaga ahli (psikolog, terapis okupasi, fisioterapis)
 Orang tua siswa
 Komite sekolah

Tugas utama tim inklusi:


 Melakukan asesmen kebutuhan individual siswa berkebutuhan khusus
 Menyusun program pembelajaran individual (PPI)
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap PPI
 Memberikan dukungan kepada guru dan orang tua
 Mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi tentang pendidikan inklusi
Manfaat pembentukan tim inklusi:
 Meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus
 Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antar berbagai pihak terkait
 Membangun budaya sekolah yang inklusif
 Meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap pendidikan
inklusi

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan tim inklusi:


 Melakukan pelatihan bagi guru tentang strategi pembelajaran yang ramah
disabilitas.
 Mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan individual siswa
 Melakukan pendampingan individual bagi siswa berkebutuhan khusus.
 Mengadakan kegiatan bersama antara siswa inklusi dan siswa reguler.
 Bekerja sama dengan orang tua untuk mendukung pendidikan anak di rumah.

Pembentukan tim inklusi merupakan salah satu langkah penting dalam pengembangan
pendidikan inklusi di sekolah dasar. Dengan kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak
terkait, diharapkan pendidikan inklusi dapat berjalan dengan optimal dan memberikan
manfaat bagi semua siswa.

10. (Nisfah 2186206027)


Pertanyaan : Di manakah tertulis mengenai peningkatan kualitas in-service training
(INSET) lalu apakah yang dimaksud dengan (INSET) tersebut kemudian pada makalah
tertulis bahwa studi inklusi di sekolah dasar di Bandung menunjukkan bahwa masih ada
tantangan dalam implementasi pendidikan inklusif, termasuk kurangnya pengetahuan dan
dukungan serta kebutuhan untuk sistem evaluasi yang lebih baik dan standar operasi
prosedur (SOP) yang jelas. lalu apakah di Jawa Timur sudah berjalan dengan mulus?
Jawaban :
In-service training (INSET) adalah program pelatihan yang dirancang untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru, kepala sekolah, dan staf pendidikan
lainnya saat mereka bekerja. INSET dapat diadakan dalam berbagai bentuk, seperti:
 Lokakarya
 Seminar
 Pelatihan online
 Mentorship
 Pembelajaran mandiri

Tujuan utama INSET adalah untuk:


 Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
 Membantu guru untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang pendidika
 Meningkatkan keterampilan pedagogis guru
 Mendukung guru dalam menghadapi tantangan baru
 Meningkatkan motivasi dan profesionalisme guru

Tantangan Pendidikan Inklusif di Jawa Timur


Meskipun Jawa Timur telah menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan
pendidikan inklusif, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti:
 Kurangnya pengetahuan dan dukungan: Banyak guru yang masih belum
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengajar di kelas
inklusif. Selain itu, dukungan dari kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat
masih perlu dioptimalkan.
 Kebutuhan untuk sistem evaluasi yang lebih baik: Sistem evaluasi yang ada
saat ini belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan siswa berkebutuhan
khusus.
 Kebutuhan untuk Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas: SOP
yang jelas dan komprehensif diperlukan untuk memastikan bahwa pendidikan
inklusif diimplementasikan secara konsisten di semua sekolah.
Upaya Peningkatan Pendidikan Inklusif di Jawa Timur
Pemerintah Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tantangan-
tantangan tersebut, seperti:
 Pelatihan guru tentang pendidikan inklusif: Pemerintah telah
menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru dalam mengajar di kelas inklusif.
 Pengembangan bahan ajar: Pemerintah telah mengembangkan bahan ajar yang
ramah disabilitas untuk membantu guru dalam mengajar di kelas inklusif.
 Sosialisasi dan edukasi: Pemerintah telah melakukan sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat tentang pendidikan inklusif.

Meskipun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, Jawa Timur telah
menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan inklusif. Dengan upaya
yang berkelanjutan dari berbagai pihak terkait, diharapkan pendidikan inklusif di Jawa
Timur dapat berjalan dengan lebih optimal dan memberikan manfaat bagi semua siswa.

11. Wulan 2186206018


Pertanyaan : Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kebijakan
pendidikan ABK di Indonesia?
Jawaban : Cara Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan ABK di
Indonesia
Pendidikan inklusif di Indonesia menghadapi beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
Beberapa cara untuk mengatasi hambatan tersebut meliputi:
 Komitmen Pemerintah Daerah: Belum maksimalnya komitmen pemerintah daerah
terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif menjadi salah satu hambatan utama.
Seringkali terjadi hambatan dalam merespon berbagai kebutuhan ABK yang berbeda
karena belum semua warga negara Indonesia memperoleh haknya mendapatkan
pendidikan yang diamanatkan sesuai Undang-Undang.
 Peran Perguruan Tinggi: Sebagian perguruan tinggi belum berperan aktif dalam
implementasi pendidikan inklusif.
Layanan inklusif masih belum menyatu dalam sistem dan iklim sekolah, sehingga ada
dua label siswa ABK dan reguler.
 Pemahaman Kepala Sekolah, Guru, dan Pengambil Kebijakan: Pemahaman kepala
sekolah, guru, dan pengambil kebijakan di daerah terhadap konsep pendidikan inklusif
masih terbatas dan bervariasi.
Di tingkat sekolah, tidak semua guru dan kepala sekolah memahami dan mampu
menerapkan pendidikan inklusif, sehingga kebijakan sekolah menjadi tidak tepat, dan
proses pembelajaran menjadi tidak efektif.
 Keterbatasan Jumlah Guru Pembimbing Khusus: Terbatasnya jumlah guru
pembimbing khusus yang mengunjungi sekolah inklusif.
Belum optimalnya penyediaan bahan ajar sesuai kebutuhan ABK juga menjadi salah satu
hambatan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.

 Pemahaman Masyarakat: Tak sedikit masyarakat yang masih belum memahami peran
dan kehadiran pendidikan inklusif sehingga mereka tidak bisa mengambil sikap yang
tepat.
Masyarakat perlu memahami pentingnya pendidikan inklusif untuk mendukung
pelaksanaannya.
 Faktor Geografis, Ekonomi, dan Sosial: Faktor geografis, ekonomi, dan sosial menjadi
hambatan utama yang mempengaruhi kesetaraan pendidikan di Indonesia.
Salah satu hambatan yang paling mencolok adalah kurangnya infrastruktur pendidikan
yang memadai di daerah terpencil dan pedesaan.
 Pengawasan Pemerintah: Diperlukan pengawasan serius oleh pemerintah dalam
pelaksanaan inovasi pendidikan untuk mengatasi hambatan yang mempengaruhi
berjalannya inovasi pendidikan.

Dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diharapkan pelaksanaan kebijakan


pendidikan ABK di Indonesia dapat menjadi lebih efektif dan inklusif.

12. Nanda Berlian 2186206066


Pertanyaan : Bagaimana jika seorang anak yang berkebutuhan khusus itu tidak
diberikan hak dan kewajibannya dalam menempuh jenjang pendidikan? Jelaskan!
Jawaban : Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan seperti anak-anak lainnya. Pada prinsipnya, setiap anak memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan, termasuk anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki
kesempatan untuk bersekolah pada sekolah yang menerapkan sistem pendidikan inklusif.
Selain itu, telah tersedia satuan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, seperti
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),
dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Selain pada satuan pendidikan
khusus, siswa berkebutuhan khusus juga dapat menempuh pendidikan pada sekolah
terpadu. Sekolah terpadu merupakan sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan
khusus. Oleh karena itu, setiap anak berkebutuhan khusus harus diberikan kesempatan
untuk menempuh pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.
Namun, dalam praktiknya, masih terdapat beberapa hambatan dalam penyelenggaraan
pendidikan khusus, seperti integrasi antar jenjang dan jenis pendidikan yang belum
optimal, keterbatasan guru pembimbing khusus, serta kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pentingnya pendidikan inklusif. Selain itu, terdapat juga tantangan dalam
lingkungan sekolah, seperti penolakan dari sebagian orang tua/masyarakat, pelecehan
terhadap penyandang disabilitas, terbatasnya guru pembimbing khusus yang
berkompeten, kemampuan dalam adaptasi kurikulum dan pembelajaran yang masih
rendah, serta tersedianya media pembelajaran yang aksesibel belum maksimal.
Dalam upaya memenuhi hak pendidikan anak berkebutuhan khusus, diperlukan
komitmen pemerintah, peran aktif perguruan tinggi, pemahaman yang baik dari kepala
sekolah, guru, dan pengambil kebijakan, serta dukungan masyarakat dalam mewujudkan
pendidikan inklusif yang bermutu bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan
demikian, anak berkebutuhan khusus dapat mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.

13. Zulfa Alfin 2186206049


Pertanyaan : Bagaimana cara yang dilakukan guru dalam mengatasi kurikulum
pendidikan ABK yang tersusun kaku dan kurang tanggap tersebut?
Jawaban : Dalam mengatasi kurikulum pendidikan ABK yang tersusun kaku dan kurang
tanggap, guru dapat melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

 Fleksibilitas dalam Pengajaran


Guru dapat memperhatikan kebutuhan individual setiap siswa berkebutuhan khusus dan
menyesuaikan pendekatan pengajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini
memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan ritme dan gaya belajar mereka masing-
masing.

 Kolaborasi dengan Pihak Terkait


Guru dapat bekerja sama dengan tenaga pendidik lain, seperti guru pendamping, terapis,
atau ahli lainnya untuk merancang kurikulum yang lebih inklusif dan responsif terhadap
kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.

 Peningkatan Keterampilan Guru


Guru dapat mengikuti pelatihan dan pengembangan keterampilan khusus dalam mendidik
siswa berkebutuhan khusus. Hal ini termasuk pemahaman mendalam tentang kurikulum
inklusif dan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
 Penggunaan Sumber Daya yang Tersedia
Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah, seperti fasilitas
pendukung, teknologi, dan bahan ajar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa
berkebutuhan khusus.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, diharapkan guru dapat


mengatasi hambatan yang muncul akibat kurikulum pendidikan ABK yang kaku dan
kurang responsif, sehingga memberikan pengalaman belajar yang lebih inklusif dan
bermakna bagi siswa berkebutuhan khusus.

14. Sinta (2186206081)


Pertanyaan : Bagaimana agar sekolah inklusisi tidak dipandang rendah atau memiliki
sigma negatif oleh masyarakat?Dan bagaimana sekolah inklusi di indonesia mendapatkan
kepercayaan dimasyarakat agar anak anak mereka yang berkebutuhan khusus dapat
belajar dengan baik di sekolah inklusi? Jelaskan!
Jawaban : Untuk mengatasi pandangan rendah atau stigma negatif terhadap sekolah
inklusi, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang peran dan
kehadiran pendidikan inklusif. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa
pendidikan inklusif memberikan manfaat bagi semua siswa, baik yang berkebutuhan
khusus maupun tidak. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama tanpa
melihat keterbatasannya, dan pendidikan inklusif juga melatih siswa untuk menghormati,
menghargai, serta menerima satu sama lain dengan empati.

Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, sekolah inklusi perlu menunjukkan


komitmen dalam memberikan pendidikan yang bermutu bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa interaksi antarsiswa di
sekolah inklusi terjaga dengan baik, kondisi anak berkebutuhan khusus yang diterima di
sekolah diakomodasi dengan baik, dan fasilitas pendukung yang memadai disediakan.
Selain itu, kolaborasi dengan orang tua, pihak terkait, dan komunitas juga dapat
membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap sekolah inklusi. Dengan
demikian, anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar dengan baik di sekolah inklusi
dan mendapatkan dukungan penuh dari lingkungan sekitarnya.

15. Maulindar (2186206034) b


Pertanyaan : Bagaimana Cara untuk menyadarkan orang tua apabila memiliki anak yang
berkebutuhan khusus malah di sekolahkan di sekolah formal?
Jawaban : menyekolahkan mereka di sekolah formal, penting untuk memberikan
pemahaman tentang pentingnya pendidikan inklusif dan hak setiap anak untuk
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk menyadarkan orang tua:
 Pemahaman tentang Hak Anak
Orang tua perlu diberikan pemahaman bahwa setiap anak memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, termasuk anak
berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif memberikan kesempatan bagi anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak-anak lainnya.
 Pemahaman tentang Persiapan dan Dukungan
Orang tua perlu mengetahui bagaimana cara menilai kesiapan anak berkebutuhan khusus
sebelum mengirimnya ke sekolah. Mereka juga perlu memahami bahwa persiapan dan
dukungan yang tepat dapat membantu anak belajar dengan aman dan nyaman di
lingkungan sekolah formal.
 Kolaborasi dengan Tenaga Profesional
Orang tua dapat berkonsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog, untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi anak dan pilihan
pendidikan yang sesuai.
Dengan memberikan pemahaman yang komprehensif dan dukungan yang tepat,
diharapkan orang tua dapat menyadari pentingnya pendidikan inklusif bagi anak
berkebutuhan khusus dan memilih opsi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak
mereka.

Anda mungkin juga menyukai