Disusun Oleh :
1. Moch.Wildan 170400
2. Selfi Nur Adni 17040040
3. Alghiffari 17040048
4. Desi Yuni Purnama 170400
5. Heru Hermawan 17040065
6. Nisa Rahmadila Rizqi 17040079
7. Novia Dwi Purwati 170400
8. Serly Azizah 170400
9. Virania Safitri 170400
10. Maulida Wahyu Liandari 18040057
11. Mei Merice Gepse 18040059
12. Moch Hamdan 18040062
13. Muhammad Apriyandi 18040063
14. Nabila Nopi Aviva S 18040064
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah farmasi fisik dengan
judul “Uji Kelarutan Intrinsik”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersinmolekuler homogen. Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fiska dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada faktor teempertur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin,dkk,1990). Larutan terdiri dari beberapa,
antara lain larutan jenuh, larutan tidak jenuh atau hampir jenuh, dan larutan lewat jenuh.
Larutan jenuh adalah suatu arutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat zat terlarut). Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung hampir zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Sedangkan larutan lewat
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut
(Martin,dkk, 1990).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses sistem
kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
BAB II
PEMBAHASAN
1000rpm 60 sekon
Replikasi 3
31 sekon
Gula halus
55 sekon
Gula kasar
52 sekon
Dingin 28ºC
42 sekon
Hangat 50ºC
D. Pembahasan
Kelarutan adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogency. Kelarutan dapat juga didefenisikan dalam
besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Intrinsik obat merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menentukan absorbsi obat
yang masuk kedalam tubuh yang bertujuan mengetahui kelarutan intrinsik obat dalam tubuh,
dan proses penyerepannya. Pada hasil pengamatan diatas Kelarutan dipengaruhi adanya
tetapan dielektrik. Tetapan dielektrik (pemitivitas Listrik) adalah perbandingn listrik yang
tersimpan pada suatu bahan jika diberi sebuah potensial relative terhadap vakum (ruang
hampa) pengaruh tetapan dielektrik solven terhadap intrinsik obat. Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Dimana pelarut polar yang diberikan konstanta dielektrik
maka semakin besar kelarutannnya. senyawa polihidrasi yang lain.Percobaan yang dilakukan
adalah uji kelarutan intrinsik obat dimana bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol
dan kafein. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Efektivitas terapi obat yang
digunakan secara topikal tergantung dari kemampuannya berpenetrasinya dan terakumulasi
dalam tubuh. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh
momen dipolnya. Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam
formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini
bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien
dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat
tersebut di dalam tubuh. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai
tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut
sangat berkaitan
Obat-obat yang kelarutannya sangat kecil sering banyak menimbulkan masalah pada
proses absorpsinya setelah obat diberikan, karena obat dapat diabsorpsi oleh tubuh bila sudah
dalam bentuk terdistribusi secara molekular di tempat proses absorpsi berlangsung. Upaya
mengatasinya antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan kecepatan disolusinya. Proses
pelarutan disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Larutan dalam keadaan tertentu
menahan lebih banyak solut lebih dari keadaan normal solven.
Berbagai sifat dari larutan yang telah diuraikan di atas, seperti kepolaran, konstanta
dielektrik merupakan beberapa pendukung sistem kelarutan obat. Dalam bidang farmasi
kelarutan intrinsik obat memiliki peran yang sangat penting, karena dapat mengetahui dan
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat, mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan
dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Salah satu contoh yaitu pada percobaan
yang telah dilakukan dapat ditentukan pelarut mana yang paling baik untuk melarutkan
senyawa teofilin yang merupakan salah satu zat aktif pada sediaan farmasi.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda. Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy
radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interasi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik anaisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi
tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa, seperti :
pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan (absorpsi), flouresensi,
fosforisensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi merupakan dasar dari cara
spektroskopi karena proses absorpsi tersebut bersifat unik/spesifik untuk setiap zat kimia atau
segolongan zat kimia(aplikasi kualitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa bayaknya
absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aplikasi kuantitatif).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersinmolekuler homogen. Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fiska dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada faktor teempertur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin,dkk,1990). Larutan terdiri dari beberapa,
antara lain larutan jenuh, larutan tidak jenuh atau hampir jenuh, dan larutan lewat jenuh.
Larutan jenuh adalah suatu arutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat zat terlarut). Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung hampir zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Sedangkan larutan lewat
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut
(Martin,dkk, 1990).
3.2 Saran