Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK – UJI KELARUTAN INTRINSIK

Disusun Oleh :

1. Moch.Wildan 170400
2. Selfi Nur Adni 17040040
3. Alghiffari 17040048
4. Desi Yuni Purnama 170400
5. Heru Hermawan 17040065
6. Nisa Rahmadila Rizqi 17040079
7. Novia Dwi Purwati 170400
8. Serly Azizah 170400
9. Virania Safitri 170400
10. Maulida Wahyu Liandari 18040057
11. Mei Merice Gepse 18040059
12. Moch Hamdan 18040062
13. Muhammad Apriyandi 18040063
14. Nabila Nopi Aviva S 18040064

S1 PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR.SOEBANDI
JEMBER
JL. Dr. SOEBANDI NO.99 PATRANG
JEMBER- JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah farmasi fisik dengan
judul “Uji Kelarutan Intrinsik”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kediri, 29 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersinmolekuler homogen. Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fiska dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada faktor teempertur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin,dkk,1990). Larutan terdiri dari beberapa,
antara lain larutan jenuh, larutan tidak jenuh atau hampir jenuh, dan larutan lewat jenuh.
Larutan jenuh adalah suatu arutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat zat terlarut). Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung hampir zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Sedangkan larutan lewat
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut
(Martin,dkk, 1990).

Menurut Farmakope Indonesia IV, kelarutan terutama dimaksudkan terutama sebagai


informasi dalam penggunaan, pengolahan dan peracikan suatu bahan, kecuali apabila
disebutkan khusus dalam judul tersendiri dan disertai cara ujinya secara kuantitatif
(Anonim,1990). Ahli farmasi mengetahui bahwa air adalah pelarut yang baik untuk garam,
gula, dan senyawa sejenis, sedang minyak mineral dan benzena biasanya merupakan pelarut
untuk zat yang biasanya hanya sedikit larut dalam air. Penemuan empiris ini disimpulkan
dalam pernyatan : like dissolved like Hal ini berkaitan dengan kepolaran suatu pelarut
(Martin,dkk,1990). Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut,
yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan
gula dan senyawa polihidroksi yang lain. Kelarutan zat juga bergantung pada gambaran
struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus nonpolar dari molekul. Apabila
panjang rantai nonpolar dari alkohol alifatik bertambah, kelarutan seyawa tersebut dalam air
akan berkurang. Rantai lurus alkohol monohidroksi, aldehida, keton, dan asam yang
mengandung lebih dari 4 atau 5 karbon, tidak dapat memasuki struktur ikatan hidrogen dari
air dan oleh karena itu hanya larut sedikit. Apabila ada gugus polar tambahan dalam molekul,
seperti pada propilena glikol, gliserin, dan asam tartrat, kelarutan dalam air naik banyak
(Martin,dkk,1990). Sebaliknya, aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon
berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik
antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah
karena pelarut nonopolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik, yakni pelarut yang tidak
menerima juga tidak memberi proton, dan dalam keadaan ini dapat menjadi netral
(Martin,dkk,1990). Dikenal pula pelarut semipolar. Pelarut semipolar seperti keton dan
alkohol dapat mengiduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar,
sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan. Kenyataannya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara
yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar (Matin,dkk,1990). Berbagai
macam obat analgetik, antireumatik dan antiinflamasi dewasa ini banyak sekali digunakan
oleh masyarakat. Untuk obat-obat golongan ini dikehendaki adanya efek terapi yang cepat.
Efek ini dapat dipenuhi apabila obat tersebut dapat diabsorbsi dengan cepat dan disertai
dengan dosis yang cukup. Banyak bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang
rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik.
Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna
atau tidak menentu. Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau
kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam formulasi
sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal (Widyaningsih, 2009).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses sistem
kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alat dan Bahan


 Beaker glass (50ml)
 Mortir dan Stamper
 Stirer
 Stopwatch
 Neraca Analitik
 Gula pasir halus dan kasar
 Aquadest pada suhu 25ºC dan hangat
B. Prosedur kerja
a) Pengaruh pengadukan
 Siapkan alat dan bahan
 Timbang gula pasir sebanyak 5 gram lalu repliksi sebanyak tiga kali,
masukkan kedalam beaker glass ad 50ml dengan menggunakan
aquadest sampai tanda batas
 Aduk menggunakan stirer dengan kecepatan yang berbeda-beda yaitu
200rpm, 500rpm dan 1000rpm
 Amati gula hingga larut sempurna dan catat seberapa banyak waktu
yang dibutuhkan
b) Pengaruh ukuran partikel
 Siapkan alat dan bahan
 Timbang gula pasir sebanyak 5 gram replikasi sebanyak dua kali
kemudian 5 gram pertama gerus menggunakan mortir dan stamper
hingga halus sedangkan 5 gram kedua masukkan kedalam beaker glass
masing-masing ad 50ml menggunakan aquadest hingga tanda batas
 Aduk menggunakan stirer pada kecepatan 500rpm
 Amati gula hingga larut sempurna dan catat seberapa banyak waktu
yang dibutuhkan
c) Pengaruh suhu
 Siapkan alat dan bahan
 Timbang gula pasir sebanyak 5 gram replikasi sebanyak dua kali
kemudian masukkan kedalam beaker glass ad 50ml aquadest hingga
tanda batas
 Siapkan aquadest dengan suhu ruang atau biasa dan dengan suhu
hangat lalu tuang aquadest pada beaker glass yang telah terisi gula
pasir sebanyak 5gram
 Aduk menggunakan stirer pada kecepatan 500rpm
 Amati gula hingga larut sempurna dan catat seberapa banyak waktu
yang dibutuhkan
C. Tabel Hasil Pengamatan
a) Pengaruh pengadukan
Sampel Kecepatan(rpm) Waktu (s)

200 rpm 121 sekon


Replikasi 1

500rpm 128 sekon


Replikasi 2

1000rpm 60 sekon
Replikasi 3

b) Pengaruh ukuran partikel dean kecepatan 500rpm


Ukuran Partikel Waktu (sekon)

31 sekon
Gula halus

55 sekon
Gula kasar

c) Pengaruh suhu dengan kecepatan 500rpm


Suhu ºC Waktu (sekon)

52 sekon
Dingin 28ºC

42 sekon
Hangat 50ºC
D. Pembahasan

Kelarutan adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogency. Kelarutan dapat juga didefenisikan dalam
besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Intrinsik obat merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menentukan absorbsi obat
yang masuk kedalam tubuh yang bertujuan mengetahui kelarutan intrinsik obat dalam tubuh,
dan proses penyerepannya. Pada hasil pengamatan diatas Kelarutan dipengaruhi adanya
tetapan dielektrik. Tetapan dielektrik (pemitivitas Listrik) adalah perbandingn listrik yang
tersimpan pada suatu bahan jika diberi sebuah potensial relative terhadap vakum (ruang
hampa) pengaruh tetapan dielektrik solven terhadap intrinsik obat. Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Dimana pelarut polar yang diberikan konstanta dielektrik
maka semakin besar kelarutannnya. senyawa polihidrasi yang lain.Percobaan yang dilakukan
adalah uji kelarutan intrinsik obat dimana bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol
dan kafein. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Efektivitas terapi obat yang
digunakan secara topikal tergantung dari kemampuannya berpenetrasinya dan terakumulasi
dalam tubuh. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh
momen dipolnya. Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam
formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini
bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien
dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat
tersebut di dalam tubuh. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai
tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut
sangat berkaitan

Obat-obat yang kelarutannya sangat kecil sering banyak menimbulkan masalah pada
proses absorpsinya setelah obat diberikan, karena obat dapat diabsorpsi oleh tubuh bila sudah
dalam bentuk terdistribusi secara molekular di tempat proses absorpsi berlangsung. Upaya
mengatasinya antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan kecepatan disolusinya. Proses
pelarutan disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Larutan dalam keadaan tertentu
menahan lebih banyak solut lebih dari keadaan normal solven.

Berbagai sifat dari larutan yang telah diuraikan di atas, seperti kepolaran, konstanta
dielektrik merupakan beberapa pendukung sistem kelarutan obat. Dalam bidang farmasi
kelarutan intrinsik obat memiliki peran yang sangat penting, karena dapat mengetahui dan
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat, mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan
dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Salah satu contoh yaitu pada percobaan
yang telah dilakukan dapat ditentukan pelarut mana yang paling baik untuk melarutkan
senyawa teofilin yang merupakan salah satu zat aktif pada sediaan farmasi.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda. Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy
radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interasi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik anaisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi
tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa, seperti :
pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan (absorpsi), flouresensi,
fosforisensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi merupakan dasar dari cara
spektroskopi karena proses absorpsi tersebut bersifat unik/spesifik untuk setiap zat kimia atau
segolongan zat kimia(aplikasi kualitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa bayaknya
absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aplikasi kuantitatif).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersinmolekuler homogen. Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fiska dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada faktor teempertur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin,dkk,1990). Larutan terdiri dari beberapa,
antara lain larutan jenuh, larutan tidak jenuh atau hampir jenuh, dan larutan lewat jenuh.
Larutan jenuh adalah suatu arutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat zat terlarut). Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung hampir zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Sedangkan larutan lewat
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut
(Martin,dkk, 1990).

3.2 Saran

Lebih diperhatikan dalam menimbang serta pengecekan bahan sebelum melakukan


parktikum agar praktikum berjalan dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA

1. Selasa 26 April 2016 - Laporan Farmasi Fisik Kelarutan Obat Intrinsik


http://mythasarmita.blogspot.com/2016/04/laporan-farmasi-fisika-kelarutan.html
2. Kelarutan Intrinsik Obat
https://www.academia.edu/8796252/KELARUTAN_INTRINSIK_OBAT
3. Nasarah Muhimi 2016 – Laporan Farmasi Fisik Kelarutan Intrinsik Obat
https://www.academia.edu/29769628/kelarutan_intrinsik_obatr.docx

Anda mungkin juga menyukai