Anda di halaman 1dari 4

Telaah Jurnal terkait Sirosis Hepatis

 Judul
HUBUNGAN NILAI PROTHROMBIN TIME DAN ALBUMIN DENGAN STAGING PASIEN SIROSIS
HEPATIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
 Kata Kunci
Sirosis Hepatis, Staging, Prothrombin time, Albumin
 Penulis Jurnal
Novia Wira Tungadi
 Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah kondisi dimana hepar secara perlahan mengalami penurunan fungsi dan
tidak dapat berfungsi secara dan adanya jaringan parut yang menggantikan jaringan hepar yang
sehat dan menghalangi sebagian aliran darah melalui hepar. Dari hasil survei CDC tahun 2014,
sirosis sendiri merupakan salah satu dari 15 penyebab kematian tertinggi di dunia. Sirosis
hepatis menempati peringkat 12 dengan total kematian 12%. Sirosis hepatis secara umum dibagi
menjadi dua yaitu yang terkompensasi atau fase asimptomatik dan yang tidak terkompensasi
akibat perkembangan disfungsi hati. Digunakan 5 pembagian stadium klinis dari sirosis hepatis
yakni: stadium 1 yang dikarakteristikkan dengan tidak adanya varises esophagus pada sirosis
yang terkompensasi; stadium 2 adalah stadium sirosis hepatis terkompensasi dengan varises
esophagus; stadium 3 adalah pada sirosis hepatis yang tidak terkompensasi dengan gejala
perdarahan pencernaan bagian atas tanpa gejala lainnya; stadium 4 dikarakteristikkan dengan
adanya asites, kuning, atau ensefalopati; dan stadium 5 apabila adanya lebih dari 1 gejala tidak
terkompensasi dari stadium 4. Pemeriksaan lab dapat dilakukan untuk menilai abnormalitas
fungsi hepar. Yang dinilai dalam penelitian ini adalah fungsi hepar dalam transport dan
metabolisme protein berupa albumin, serta kemampuan produksi faktor koagulasi melalui nilai
PT (prothrombin time).
 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan nilai prothrombin time dan albumin dengan staging pasien sirosis
hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari – Desember 2016

A. Analisa Penelitian
1. Polulasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi penelitian ini
adalah data seluruh pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makassar terhitung sejak Januari – Desember 2016
2. Sample
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini
adalah data pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makassar yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan dari
September – November 2017
4. Instrument/metode penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan
menggunakan metode pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional
merupakan penelitian seksional silang dengan variabel sebab atau resiko dan
akibat pada objek penelitian dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali
saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan pada studi ini
tidak ada follow up
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik, alat
tulis, komputer, dan program komputer untuk mengolah data.
5. Analisa data dan hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
nilai PT dengan staging sirosis hepatis. Dimana nilai p value < 0,05, yaitu 0,000 dan
besar r = 0.523. Arah hubungan ini meningkat berbanding lurus antara peningkatan
nilai PT dan peningkatan staging sirosis hepatis.
Dari penelitian ini diketahui bahwa hasil yang didapatkan bahwa semakin
meningkat staging, maka terlihat bahwa nilai prothrombin time semakin memanjang.
Pemeriksaan PT yang termasuk dalam pemeriksaan hemostasis masuk ke dalam
pemeriksaan fungsi sintesis hati karena hampir semua faktor koagulasi disintesis di
hati kecuali faktor VII. PT menilai faktor I, II, V, VII, IX, dan X, sehingga
pemeriksaan PT sensitive untuk melihat fungsi sintesis hati. Sintesis faktor koagulasi
oleh hati berkurang sehingga PT memanjang. (Azma Rosida, 2016). Dengan
demikian, penelitian ini menemukan bahwa angka kejadian gangguan hemostasis
pada pasien sirosis hati cukup besar sesuai dengan stagingnya. Kerusakan sel-sel hati
pada penderita sirosis hati tentu akan mengganggu pembentukan faktor-faktor
pembekuan tersebut. Pada pasien sirosis hati dekompensata yang dilakukan
pemeriksaan waktu protrombin, maka akan didapati pemanjangan waktu protrombin
43 akibat defisiensi faktor jalur pembekuan ekstrinsik dan jalur bersama, sehingga data
yang diperoleh dapat memperkuat teori yang sudah ada (Garry G S et al, 2016).
 Judul
HUBUNGAN HIPONATREMIA DENGAN SKOR CHILD-PUGH PADA PENDERITA SIROSIS HATI DI
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015
 Kata Kunci
sirosis hati, hiponatremia, skor Child-Pugh
 Penulis Jurnal
TRIA RIZKI YUSNITA HUTASUHUT
 Latar Belakang
Sirosis hepatis merupakan salah satu penyebab utama kematian dan menyebabkan komplikasi
fatal seperti asites , encephalopati hepatik dan perdarahan varises esophagus. Pasien sirosis
hepatis sering mengalami gangguan fungsi ginjal dan elektrolit dan hiponatremia merupakan
keadaan yang paling sering dijumpai. Penelitan ini bertujuan untuk melihat hubungan kadar
natrium dengan tingkat keparahan sirosis hepatis yang diukur dengan skor Child-Pugh.
 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan hiponatremia dengan skor Child-Pugh pada pasien sirosis hati
B. Analisa Penelitian
1. Polulasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien sirosis hati di RSUP Haji Adam Malik Medan
dari Januari sampai Desember 2015
2. Sample
Penelitian ini mengambil sampel dengan cara consecutive sampling dimana semua
subjek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan di masukkan dalam penelitian sampai
jumlah subjek sampel yang di perlukan terpenuhi. Subjek pada penelitian ini adalah
rekam medis pasien dengan diagnosa sirosis hati di RSUP Haji Adam Malik pada Januari
sampai Desember 2015, dengan kriteria inklusi seluruh pasien yang menderita penyakit
sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3. Lokasi
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien-pasien yang menderita sirosis hati di RSUP
Adam Malik Medan pada bulan Juli sampai Oktober 2016. Rumah sakit dipilih karena
merupakan rumah sakit rujukan untuk kasus-kasus penyakit hati yang terjadi di
Sumatera Utara.
4. Instrument/metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analisis dengan
desain cross sectional, dimana penelitian ini akan menjelaskan bagaimana hubungan
antara hiponatremia dengan gambaran prognosis penderita sirosis hati menggunakan
skor Child-Pugh
5. Analisa data dan hasil
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 39 pasien penderita sirosis hati di RSUP Haji
Adam Malik Medan periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015, 28 orang berjenis
kelamin laki-laki (71,8%) dan 11 orang berjenis kelamin perempuan (28,2%) dengan usia
rata-rata diatas 51±11,4 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan jumlah
pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.5,19 Berdasarkan
etiologi penyebab sisrosis hati terbanyak iyalah hepatitis B yaitu sebanyak 21 orang (53
%) sesuai dengan teori penelitian sebelumnya yang mengatakan penyebab sirosis hati
terbanyak di Indonesia adalah Hepatitis B.4,5 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan pencegahan terhadap hepatitis oleh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan skor Child-Pugh pada subjek penelitian adalah kelas C sebanyak 23 orang (
59%) dan 16 orang (41%) pada kelas B. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan oleh
RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pusat rujukan sehingga banyak terdapat
pasien sirosis yang menahun. Teori ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
mengatakan sebanyak 50 % pasien sirosis hati dengan komplikasi hiponatremia berada
pada skor Child-Pugh kelas C, 42 % kelas B, dan hanya 7,9% pada kelas A.18,19
Berdasarkan hasil laboratorium kadar rata-rata natrium dari seluruh subjek penelitian
adalah 131,54±4,8. Sedangkan kadar rata-rata natrium pada pengelompokan skor Child-
Pugh kadar rata-rata natrium pada skor Child-Pugh C lebih rendah dibandingkan skor
Child-Pugh B 130,00±5,09 : 133,75±3,87. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
terjadinya kerusakan hati pada skor Child-Pugh C lebih parah disbanding skor Child-Pugh
B. Teori ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan kadar natrium
lebih rendah terdapat skor ChildPugh C.16
Berdasarkan hasil uji analisis hubungan antara skor Child-Pugh dengan
terjadinya hiponatremia dari seluruh subjek penelitian terdapat hubungan yang
signifikan dimana 23 orang (59.0%) dikategorikan pada skor Child-Pugh C sedangkan 13
orang (41%) dikategorikan pada skor Child-Pugh B. Dimana kejadian hiponatremia lebih
banyak dijumpai pada penderita sirosis hati dengan skor Child-Pugh C dibandingkan
dengan skor Child-Pugh B yaitu 28,2 % : 5,1% dari seluruh subjek penelitian atau 84,6% :
15,4 % dari seluruh subjek penelitian yang menalami hiponatremia (P < 0,021). Hal ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat hubugan
antara skor Child-Pugh dengan terjadinya hiponatremia.17,18 Namun, berbeda dengan
penelitin lainnya yang mengatakan tidak ada hubungan antara hiponatemia dengan skor
ChildPugh.19 Terjadinya hiponatremia pada sirosis hati disebabkan oleh pembentukan
fibrosis pada jaringan hati sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi portal kemudian
akan menyebabkan volume aliran darah berkurang. Oleh karena itu, diaktifkanlah sistem
rennin angiotensin di ginjal sebagai kompensasi penambahan cairan untuk menambah
volume darah ke jantung dengan menarik seluruh cairan dari tubuh termasuk natrium.
Maka, terjadilah hiponatremia

Anda mungkin juga menyukai