Anda di halaman 1dari 5

Bagian Terbaik dari Buku Titik Nol

Author : Agustinus Wibowo

Buku Titik Nol- Makna sebuah perjalanan, ini ditulis oleh travel-
writer bernama Agustinus Wibowo. Buku ini bercerita tentang
perjalanan Agustinus menjelajah negara-negara di Asia. Buku ini
sangat bagus karena mengungkap makna dari sebuah perjalanan itu
sendiri, buku ini sangat cocokmuntuk dibaca oleh para backpacker,
traveler, atau siapapun yang ingin suka melakukan perjalanan untuk
mengetahui makna yang sesungguhnya dari suatu perjalanan. Pada
buku ini banyak sekali kata-kata yang memotivasi, crita yang sangat
lucu, menyentuh hati, menginspirasi dan menyadarkan makna dari
sebuah perjalanan. Baiklah berikut ini adalah bagian terbaik dari buku
Titik Nol – Makna Sebuah Perjalanan yang telah dirangkum menjadi
satu:

1. Saya baru tahu, ternyata di beberapa negara, sebuah Agama seolah


menjadi sebuah dagangan yang para turis di beli dan senangi,

“eksotisma religia: sekarang mereka punya daganagn baru agama”


(Titik Nol, hal: 104)

2. “Pada suatu ketika, ditanah Arabia, putri cantik Shahrazad mulai


mendongengkan rangkaian kisah untuk memperpanjang umurnya.
Setiap hari, satu cerita. Agar sang baginda raja bersabar menunda
keinginan untuk memenggal kepalanya. Potongan kisah terus
mengalir, satu cerita berarti 1 hari tambahan hidup bagi Sahrazad.
Demikian berlangsung terus hingga 1000 malam”. (Titik Nol, hal: 15)

di salah satu televisi swasata di Indonesia, beberapa waktu yang lalu


ada film yang berjudul Shahrazad, dan ternyata cerita ini diangkat dari
cerita putri Arab.

3. “Backpacker, Turis, Traveler, Flashpacker, Travelwriter, Fotografer


berbagai varian dari spesies yang sama "Homo Turisticus”. (Titik
Nol, Hal: 173)

Apabila ada ilmuwan di bidang biologi, mungkin kita bisa


memberikan gelar ilmuwan di bidang perjalanan kepada Agustinus
yang telah menemukan spesies baru yaitu homo turistic.

4. Ku Beri Judul Pro dan Kontra Si Penjelajah dan Penjajah.

“Bukan kebetulan pula kedua kata ini dalam Kamus Bahasa Indonesia
adalah sinonim. Kita yang dengan bangga menyebut diri sebagai
Penjelajah, pada hakikatnya juga adalah Penjajah. Kita bertopeng
sebagai Traveler atau Backpacker. Turisme telah menjadikan tempat-
tempat sebagai “atraksi”: “where to go” dan “what to see”. (Titik Nol,
hal 182).

Siapa yang menyangka bahwa orang-orang dengan bangga menyebut


dirinya penjelajah sebenarnya adalah penjajah?

5. Aku rasa seorang traveler sejati, atau penjelajah sejati, atau pencinta
alam sejati harus membaca buku ini terlebih dahulu, agar ketika
melakukan perjalanan memiliki ilmu yang bisa diandalkan untuk
menjaga alam

“Penulis perjalanan Paul Theroux berkata “begitu sebuah tempat di


sebut surga, segera pula dia akan berubah menjadi neraka”” (Titik
Nol, hal: 185).
6. Dari buku ini kita belajar rasa syukur. Rasa bersyukur apa yang telah
diiliki selama ini, check this quote:

“Dari sekian banyak ternakmu, kau hanya butuh 2 gelas susu,


Dari sedemikian luas tanahmu, hanya segenggam gandum,
Dari sebegitu besar rumahmu, hanya separuh kasur,
Wahai manusia, apalgi yang masih kau tuntut?
(Quote-China)” (Titik Nol, hal 158)

7. Aku baru sadar terkadang seorang petualang, atau pengembara


terkadang jiwanya juga akan berada di titik kesepian, ketika
memberanikan diri untuk berjalan jauh tetapi tak ada yang benar-
benar ada di sisinyaa. Mungkin Agustinus pernah merasakan hal
tersebut.

“aku hanyalah petualang yang menawarkan telinga, cerita,


persahabatan, lalu lenyap begitu saja. Itulah realita seorang
pengembara, hadir sesaat, sabar mendengar kisah, seolah untuk
berbagi derita, lalu pergi menghilang tanpa jejak seperti angin
serembus” (Titik Nol, hal 338)

8. Di negara Afghanistan di tengah kemelut negara yang membara


masih menghormati tamu sebagai raja, sangat sesuai dengan ajaran
Islam, ketika Agustinus pergi ke rumah seorang dokter di Afganistan,
lalu saking dokter tersebut menghormati tamu yang hadir
kerumahnya, dipotongnya lah semua ayam yang ada dirumahnya
utnuk dimasak dan disajikan kepada agustinus. Yaaa benar semua
ayamnya, Padahal si dokter tidak makan ayam, tapi ada hal yang
lucu, dari semua ayamnya yang dipotong ada yang tidak dipotong
yaitu ayam betina, mengapa begitu? Sang dokter menjawab “apabila
ayam betina dipotong maka aku tak akan pernah bisa makan telur lagi
(Titik Nol, hal 335)

9. Perbedaan Turis dan Traveler (Titik Nol, Hal 233)


Katanya:
- Turis pasti menginap di hotel mahal, sedangkan Traveler di rumah
penduduk lokal.
- Turis bawa koper, traveler bawa ransel.
- Turis naik pesawat, Traveler jalan darat.
- Turis ikut tour terima jadi, Traveler berpetualang sendiri.
- Turis suka manja, Traveler doyan derita.
- Turis banyak duit, Traveler pada pelit.
- Turis bawa buku panduan, Traveler mengintil angin.
- Turis selalu bilang “i am traveler, Traveler bilang “who cares?”.
- Turis adalah Traveler amatir, Traveler itu Turis profesional.
- Turis selalu berdebat beda antara Turis dan Traveler, sementara si
Traveler Cuma tertawa.
- Paul theroux bilang Turis tak ingat tempat mana yang sudah
dikunjungi, Traveler malah tak tahu kemana mau pergi.

10.Kisah Sang Pencinta Pohon

“Inilah India, dengan kontra-kontra dahsyat yang saling bertabrakan,


masyarakat Jodhur selalu mengisahkan sejarah legendaris tentang
cinta yang mampu mengalahkan segala: alkisah Maharaya Jodhur
diabad ke-18 mau membangun benteng raksasa. Dia mengirim
tentaranya mencari kayu. Para tentara datang ke desa dipinggir gurun,
tempat satu pohon besar. Tetapi warga penganut Bishoi disini terlalu
mencintai alam, menebang pohon adalah kejahatan tak termaafkan.
Armita di gadis desa langsung memeluk pohon besar itu, sambil
berseru ke arah bala tentara: tebanglah aku dulu sebelum kalian
tebang pohon ini! Para tentara pun langsung mengayunkan kapak.
Crot...Armita mati ditempat. Penduduk desa semua marah, tapi
bukannya menyerang tentara, mereka justru mengikuti jejak Amrita,
memeluk pohon itu dan pasrah pada ayunan kapak para tentara. Para
tentara raja tau berbelas kasihan, setiap orang yang menghalang pasti
langsung sitebas. Satu mati, yang lain menyusul. Begitu seterusnya,
darah membanjir. 363 penduduk tewas hanya demi menyelamatkan
sebatang pohon” (titik nol, hal 266)

11. Keramah tamahan orang Pakistan


“Pernah aku kehilangan uang saat menginap di rumah orang (yang
sering kedatangan tamu, si tuan rumah kemudian diam-diam
menyelipkan uang yang lebih banyak ke dalam tasku untuk
menggantikannya. Kejujuran dan keramahan orang Pakistan ini
sungguh membuatku malu. Tak berlebihan kalau dari semua negara
yang pernah kukunjungi Pakistan adalah yang paling ramah. Orang
mengatakan Menhmannarazi atau keramah tamahan adalah ajaran
Islam. Semua bilang: seperti itulah wajah Islam. (titik nol, hal 450)

12. Kebebasan yang Terlalu Membebaskan

“Ajaran Zen bilang, kita takkan melihat bayangan refleksi di atas


sungai yang mengalir. Bayangan itu baru terlihat di air yang tenang.
Berhenti sejenak, berhenti berpindah, duduklah, beristirahatlah.
Dalam perhentian, lihatlah dirimu sendiri. (Titik nol, hal 476)

Agustinus pernah bilang didalam bukunya, apabila kita sudah


mendapatkan kebebebasan yang terlalu membebaskan, maka
terkadang kita menanyakan nilai dari kebebasan itu sendiri. Semua
jawaban yang kita cari dalam perjalanan ada di rumah, maka
pulanglah...

Baiklah itulah dua belah bagian terbaik dari buku Titik Nol – Makna
Sebuah Perjalanan, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai