Anda di halaman 1dari 17

Skip to content

PUSTAKA BUKU BEKAS


jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

dodolit dodolit dodolibret — CERPEN


PILIHAN KOMPAS 2010
Written by admin

Judul: dodolit dodolit dodolibret — Cerpen Pilihan


Kompas 2010, 210 halaman.

Editor: Putu Fajar Arcana.

Penerbit: Kompas, Jakarta, 2011.

Review: Memuat delapan belas cerita pendek terpilih sepanjang 2010, buku ini sangat bisa
dinikmati sejak halaman pembuka hingga akhir. Semua kisah setara bagusnya, sama “mak
jleb”-nya. Banyak saksinya: Kiplik, Sukro, Pak RT, Masdudin, Mak Saniah dan satu lagi, si
Tukang Obat!

Tak percaya?

Cerita utama berkutat pada seorang lelaki yang merasa dirinya ahli sufi, yang memberi
pelajaran cara berdoa yang benar kepada sekelompok orang di pulau terpencil.

“Kasihan sekali jika orang-orang itu menjadi terkutuk karena cara berdoa yang salah,”
pikir sang guru.

Bagaimana pun, kebiasaan memang tak mudah diubah karena sudah mendarah daging.
Nah, belakangan sang ajengan memutuskan untuk meninggalkan pulau sepi itu. Namun tak
disangka, di tengah ketidakpuasan batin sang guru, ia justru mendapati murid-muridnya yang
bebal itu dapat berjalan di atas air!

Kok bisa mereka yang tak alim itu beroleh keanehan bak mukjizat?

Kisah yang lain, gimana?

Yang pasti, ada sesuatu di kedai tuak Martohap. Pemiliknya — Pita, perempuan tengah baya,
yang hidup dalam belitan kisah lama. Sengaja disebutnya warung minum itu dengan nama
laki-laki yang dulu membingkai hatinya.

“Mengapa kau datang lagi?” tanya si perempuan.

“Untuk melihat siapa yang membantumu menutup kedai ini,” jawab yang ditanya.

“Aku sendiri yang melakukannya.”

“Mengapa suami atau anakmu tak ikut membantu?”

“Aku belum pernah menikah.”

Hmm…

Terus, bagaimana cerita selanjutnya?

“Lucu juga kalau nggak ada angin nggak ada hujan abang tiba-tiba kepingin kue gemblong
Mak Saniah,” kata istrinya.

“Abang ngidam, ya?”

“Ngidam istri kedua?”

Haduh. Kok langsung ditembak gitu, sih? Dan bisa diduga… bakal panjang ini urusan laki
bini.

Sudah, ah.

Temukan sendiri saja lanjutannya, ya!

Harga: Rp. 40.000,- di luar ongkos kirim.

Persediaan terbatas.
Skip to content

PUSTAKA BUKU BEKAS


jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

WIDYAWATI
Written by admin

Judul: Widyawati, 230 halaman.

Penulis: Arti Purbani.

Penerbit: Balai Pustaka, Cetakan Ketujuh, 2001.

Review: Penasaran dengan kumpulan cerita pendek jadul karya penulis lokal?

Mau tahu serba-serbi kisah roman berlatar Jawa klasik era ’40-an?

Kalau ya, buku ini sebaiknya jangan dilewatkan!

Terlebih lagi, penulisnya dengan intens menjadikan perempuan sebagai tokoh utama dalam
setiap cerita. Nuansa eksotis terasa mulai dari halaman pertama!

Ambil kisah paling awal, misalnya. Adalah Sumirah, gadis kampung yang menolak pinangan
Haji Surki. Ayah Sumirah, Kromoprawiro, maklum. Ia sadar anak perempuannya ingin
mengubah nasib dan tak ingin jadi istri orang udik.

Sekian waktu berlalu. Ayah dan anak sama-sama menempuh laku prihatin khas orang Jawa
jaman old, seperti mandi kembang, berpuasa dengan aturan tertentu dan sebagainya.
Hingga pada suatu hari, Tuan Bupati Notonegoro mengutus beberapa orang ke rumah
Kromoprawiro. Mereka datang membawa pesan bahwa sang bupati ingin mempersunting
Sumirah. Mendengar itu, si bunga desa merekah girang. Terbayang olehnya bakal jadi istri
bupati dengan status bangsawan dan tinggal di kota.

Namun, selidik punya selidik ketahuan ada yang tak beres: Sumirah mesti rela jadi istri
simpanan.

Ironi klise, bukan?

Lantas dalam kisah selanjutnya, ada Roosmiati, gadis bangsawan yang urusan hatinya
ditelikung oleh orang kepercayaannya sendiri bernama Rinem.

Bagaimana bisa begitu?

Yah, bila dirunut alurnya, mungkin Rinem pada mulanya tak sepenuhnya bersalah. Ini karena
Sulendro, kekasih Roosmiati, mencoba bermain api. Ia iseng curi-curi kesempatan menggoda
Rinem. Sayangnya, hamba sahaya yang awalnya tak nyaman dengan kelakuan laki-laki
pacar ndoro-nya itu, belakangan justru berbalik menikmati ketidaknyamanan tersebut. Tak
salah lagi, Rinem mendustai Roosmiati.

Segitiga penuh kabut di antara mereka, tentu saja.

Seperti apa ujungnya?

Hmm… simak sendiri deh.

Oh ya, bagaimana dengan kisah utama berjudul Widyawati dan juga yang lainnya?

Well, ini buku roman. Jadi, sudah pasti isinya berkutat seputar asmara dengan suratan
kisahnya masing-masing.

Satu lagi, karena karya ini pertama kali terbit tahun 1949, pembaca mungkin bakal sedikit
kesulitan mengikuti gaya penulis dalam bercerita. Kalimat yang dihadirkan umumnya
panjang-panjang. Mungkin tipsnya adalah Anda perlu membaca ulang setiap paragraf agar
maknanya dapat ditangkap dengan jernih. Itu saja tantangannya. Selebihnya sih, oke punya!

By the way, sudahkah Anda menyempatkan ngobrol dengan Ibu hari ini? Selamat Hari Ibu,
ya…

Harga: Rp. 25.000,- di luar ongkos kirim.

Persediaan terbatas.

Skip to content
PUSTAKA BUKU BEKAS
jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

PANGGILAN RASUL
Written by admin

Judul: Panggilan Rasul — Kumpulan Cerpen, 163 halaman.

Penulis: Hamsad Rangkuti.

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia/KPG, cetakan pertama, 2010.

Review: Empat belas kisah pendek bernuansa Islami berjajar di buku kecil ini. Di sini,
Hamsad Rangkuti sungguh menunjukkan kelasnya dengan ragam karya yang realis, kaya
detil dan menggelitik.

Ambil contoh kisah pertama soal Suherman dan kekasihnya Sriutami Dewi.

Adalah si lelaki yang diminta mudik ke kampung sang pacar. Suherman harus tiba tepat dua
hari sebelum Idul Fitri. Tidak kurang tidak lebih. Alih-alih mengikuti kemauan jantung
hatinya, sang perjaka nekad berkunjung lima hari sebelum hari raya.

Nah, selama tiga hari sebelum waktu yang diminta kekasihnya, Suherman berlabuh di
penginapan dekat pasar. Ndilalah, didapatinya Sri berbelanja ke pasar itu.

Kira-kira, apa yang bakal dilakukan Suherman?

Menghampiri Sri?
Bukan.

Memanggil Sri dari jauh?

Bukan juga.

Lantas?

Ini jawabnya: si lelaki menyamar dan mencoba menggoda pacarnya sendiri.

Berhasilkah Suherman mempedaya si gadis kampung?

Hmm… kasih tahu gak, ya?

Hehee…

Terus, bagaimana dengan cerita pendek yang dijadikan judul buku ini?

Yang jelas, sama bagusnya. Berkisah tentang seorang tuan tanah yang punya tiga anak lelaki.

“Kamaruddin, anak tertua, disunat tanggal 6 Februari 1952. Meninggal dunia tanggal 6
Februari 1952.”

“Syaifuddin, anak kedua, disunat tanggal 10 November 1957. Meninggal dunia tanggal 11
November 1957.”

Belakangan, giliran Lasuddin, anak ketiga yang bakal di-Islam-kan.

“Jika putraku yang ini Kau selamatkan, ya Tuhan, kami akan serahkan dua per tiga dari
sawah-sawah kami…”

Seperti apa kira-kira nasib si bungsu?

Mengapa kedua kakak Lasuddin bernasib begitu mengenaskan hanya gara-gara disunat?

Biar puas, silakan Anda temukan sendiri kisah lengkapnya di buku ini.

Harga: Rp. 40.000,- di luar ongkos kirim


Skip to content

PUSTAKA BUKU BEKAS


jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

LAMPOR
Written by admin

Judul: Lampor — Cerpen Pilihan Kompas 1994, 172 halaman.

Penerbit: Kompas, Jakarta.

Review: Suka cerita pendek yang biasanya muncul di edisi Minggu koran nasional?

Pasti sempat tahu atau dengar judul yang satu ini, dong?

Yup, Lampor. Karya cerpenis Joni Ariadinata.

Cerita soal apa sih ini?

Intip, yuk cerita utamanya!

“Hari ini tidak ada kopi!” Sumiah menghempaskan badannya pada bangku kecil dengan
bunyi kreot. “Kau dengar Pak Tua? Hari ini tidak ada kopi!”

“Apa mulutmu tidak bisa berhenti, perempuan buruk?”


Bertengkar dengan laki-laki ini tak akan pernah menghasilkan apa-apa. Otaknya sudah
budek. Tiba-tiba Samiah tersenyum. Ia ingat ini hari Rabu. Bersungut-sungut ia pergi. Bukan
ke pasar tapi membeli dua lembar kupon.

Bisa terbayangkan seperti apa latar kutipan di atas?

Benar, itu gambaran komunitas kampung gembel pinggir kali, yang tiada hari tanpa teriakan,
bantingan piring atau gelas di samping juga hiruk pikuk penghuninya.

Bagaimana pun mereka ada. Ada dan hidup di tengah kekumuhan dan bau menyengat dari
lingkungan sekitarnya. Belum lagi kelakuan minus kebanyakan individu di dalamnya.

***

“Tahu apa kau soal Merah Delima, heh?”

“Kalau jadi… hem, kita akan lekas kaya! Aku akan bangun rumah dengan lampu yang…”

“Alaaahh sudah! Dasar pembual!”

***

“Lee…Tito, makan dulu, Le. Emak wadahkan yang banyak, ya?”

Anak satu ini baik, pikir Sumiah. Tidak seperti lainnya, yang kecil-kecil sudah belajar jadi
bajingan. Kakaknya Rohanah, belum-belum sudah menunjukkan bakat sebagai pelacur
sementara Rois bolak balik digebuki orang karena nyopet dan berani mencolek pantat
perempuan mandi.

Sungguhkah begitu adanya?

Bagaimana dengan kisah-kisah lainnya? Lampor akan membuka semuanya untuk Anda.

Tahan nafas saja, ya!

Harga: Rp. 45.000,- di luar ongkos kirim.


Skip to content

PUSTAKA BUKU BEKAS


jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

SEMATKAN RINDUKU DI DADAMU


Written by admin

Judul: Sematkan Rinduku di Dadamu — Kumpulan Novelet, 260 halaman.

Penulis: Mira W.

Penerbit: Gramedia, Jakarta, 2007.

Review: Buku ini merupakan kompilasi lima novel pendek yang enak dinikmati sejak
halaman pertama. Benar-benar menghibur plus mengajak pembacanya berimajinasi!

Empat kisah di luar cerita utama, yang diangkat menjadi judul buku ini, mungkin pernah
sekali waktu Anda baca. Ini dia daftarnya: Di Bawah Bayangan Keruntuhan, Kemelut
Menyapa dalam Duka, Petaka di Ujung Pertemuan dan Perempuan tanpa Masa Lalu.

Kita lihat cuplikannya sekilas, yuk!

“Ke mana lu, Gus?” tanya Rinto ketika siang itu mereka berbondong-bondong keluar dari
dalam kelas.

“Pulang.”

“Maksud gua, liburan nanti!”


“Nggak ke mana-mana. Eh, lu lihat Rini nggak?”

“Rini melulu yang dicari! Lu naksir ya, Gus!”

“Sialan. Gua mau nebeng mobilnya.”

“Mendingan kamu melamar jadi keneknya Rini saja, Gus!” gurau Ratna. “Biar tiap hari
nggak ditinggal-tinggal !”

Nah, itu dari kisah Sematkan Rinduku di Dadamu. Kental ceplas-ceplos penuh nuansa
remaja, ya?

Kalau yang ini, petikan dari kisah Di Bawah Bayangan Keruntuhan:

Nadine hampir tak dapat menahan kegembiraannya. Jawaban Dokter sihombing begitu
mantap.

“Ya, Ibu hamil. Kira-kira enam minggu.”

“Hamil?” Jerry tersentak bengong di kursinya ketika Nadine menyampaikan berita


kehamilannya.

“Mungkin Tuhan sudah mengampuni dosaku,” katanya lirih.

“Dosaku juga, Mas,” balas Nadine pelan.

Nadine memejamkan mata dalam pelukan suaminya. Dan masa lalunya yang kelam datang
lagi menghampiri kenangannya.

Wah, pasti ada apa-apa ini! Apa ya, kira-kira?

Silakan Anda ikuti sendiri saja.

Tiga novelet lainnya pun tak kalah seru. Ada perempuan bernama Windi Rindiantika yang
amnesia; ada Nina yang centil dan mengompor-ngompori kakak laki-lakinya yang kesengsem
teman sekelasnya; ada tokoh yang sering mendapat surat — entah itu surat cinta, surat
peringatan atau malah surat tagihan utang!

Pokoknya, it’s all about suka duka romansa masa muda. Nostalgianya terbawa hingga rambut
memutih. Bukan begitu?

Harga: Rp. 40.000,- di luar ongkos kirim.


Skip to content

PUSTAKA BUKU BEKAS


jangan beli buku kalau belum tahu isinya!
Menu

SAYU: Kumpulan Cerita Pendek


Written by admin

Judul: Sayu — Kumpulan Cerita Pendek, 133 halaman.

Penulis: Korrie Layun Rampan.

Penerbit: Grasindo, Jakarta, 2004.

Review: Kumpulan cerpen ini unik karena empat belas kisah di dalamnya dituliskan dalam
rentang waktu yang panjang — sejak tahun ’70-an hingga awal tahun 2000-an.

Cerita yang jadi judul buku ini berkutat pada dilema romantika perempuan dan laki-laki.

“Aku mencintaimu, Sri,” kataku pada suatu hari.

“Aku juga,” katanya tertawa.

“Aku percaya. Tapi, mungkin engkau hanya ingin menerima diriku saja. Sedang
kenyataannya aku bukan sendiri.”

“Aku suka anak-anak. Aku bisa menerima seluruh dirimu, Mas. Termasuk anak-anakmu…”

Hmm… bagaimana kisah utama ini berlanjut?

Simak sendiri saja biar makin afdol.


Tiga belas karya lainnya sama-sama menantang untuk dibaca. Ini sejumlah kutipan di
antaranya, yang diambil secara acak:

“Raymana dan Tingoksolai ternyata sudah kumpul kebo.”

“Saat kami tiba di rumah itu, keduanya sedang…

“Sedang apa?”

“Bertindihan seperti penyu…”

“Kawin!”

“Kawin?”

“Ya. Mereka belum menikah. Tapi, sudah kawin.”

“Apa hubungan kawin dan menikah….”

Ah, temukan sendiri sajalah jawabnya. Yang jelas, nama besar Korrie Layun Rampan adalah
cap jempol untuk buku ini. Bukan begitu, sodara-sodara?

Harga: Rp. 40.000,- di luar ongkos kirim.

Persediaan terbatas.
Senyum Karyamin
ADMIN ♦ NOVEMBER 12, 2013 ♦ 7 COMMENTS

Judul: Senyum Karyamin


Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 71
Senyum Karyamin adalah kisah pertama sekaligus judul yang dipilih Ahmad Tohari untuk
kumpulan cerita pendek ini. Bercerita tentang seorang pemuda pengangkat batu kali yang
bernama Karyamin. Karyamin dan kawan-kawannya setiap hari harus mengangkat batu dari
sungai ke pangkalan material. Kesewenang-wenangan para tengkulak mempermainkan harga
batu membuat kehidupan Karyamin dan kawan-kawannya tak menjauh dari kemiskinan dan
kelaparan. Para pengumpul batu itu senang mencari hiburan dengan menertawakan diri mereka
sendiri. Itu adalah cara mereka untuk bertahan hidup. “Bagi mereka, tawa atau senyum sama-
sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol
kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya
tanjakan (halaman 3).”

Pagi itu seperti biasa Karyamin mengangkut batu bersama kawan-kawannya. Namun beberapa
kali ia tergelincir. Ia merasakan matanya berkunang-kunang dan perutnya melilit. Setiap kali
tubuh Karyamin meluncur dan jatuh terduduk, beberapa kawannya terbahak bersama. Ketika
bibir Karyamin nyaris membiru dan pening di kepalanya semakin menghebat menahan rasa
lapar yang menggigit, Karyamin memutuskan untuk pulang walaupun ia tahu tak ada apapun
untuk mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Kegetiran Karyamin semakin menjadi ketika
sesampainya di rumah Pak Pamong menagih sumbangan dana Afrika untuk menolong orang-
orang yang kelaparan di sana.

Ironis, begitu barangkali membaca kisah Karyamin. Serupa dengan kedua belas cerita pendek
lainnya di dalam buku ini, Ahmad Tohari mendekatkan pembacanya melalui cerita kehidupan
orang-orang kecil yang lugu dan sederhana. Melalui tokoh-tokoh sentral ceritanya yang berasal
dari kalangan wong cilik itu Tohari seolah ingin menyampaikan pesan sebuah tanggung jawab
kemanusiaan. Dan mengutip kalimat di Prakata, “Inilah pesan persaudaraan yang berwawasan
lintas budaya dan lintas derajat antar makhluk.”

Matinya Seorang Buruh Kecil


ADMIN ♦ SEPTEMBER 16, 2012 ♦ 4 COMMENTS
Judul asli: Chekhov The Early Stories
Penulis: Anton Chekhov
Penerbit: Melibas
Tebal: 164
Mengutip catatan dari penerbit: “Tapi cerpen-cerpen Chekhov unik, selain meng-“KO” kan, ia
juga bisa membuat pembacanya tersenyum simpul dan senang. Tanpa beban, tapi membuat
penasaran, juga mengejutkan.”

Nukilan di atas ada benarnya. Ketiga belas cerita pendek dari Chekhov ini memiliki ending yang
mengejutkan. Cerita-cerita Chekhov juga lekat pada realitas kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial. Ditulis dalam bahasa sederhana yang dipenuhi dengan unsur humor dan olok-
olok, cerita-cerita dalam buku ini seperti menelanjangi sifat asli manusia.

Seperti kisah Di kota Ada Surga, yang menceritakan pengalaman kepala biara selama berada di
luar tembok biara demi niat awalnya untuk membantu mereka yang tersesat. Ia menggambarkan
semua rayuan iblis, cantik moleknya dosa, menggiurkannya tubuh perempuan dihadapan para
rahib yang terpaku di tempatnya. Mereka menelan setiap kata yang diucapkan kepala biara dan
hampir-hampir tak bisa bernapas karena keranjingan. Dan ketika esok harinya sang kepala biara
keluar dari kamarnya, ia tak melihat seorang rahib pun tertinggal di biara. Mereka semua lari ke
kota.

Atau cerita Peristiwa di Pengadilan, ketika seorang pengacara ternama harus membela terdakwa
yang berdasarkan bukti dan fakta-fakta telah dinyatakan bersalah. Akhir ceritanya sungguh tak
terkira. Satire. Sungguh membuktikan kata-kata si penulis di awal cerita yang menggambarkan
bahwa sang tokoh, si pengacara, adalah orang yang penuh kharisma dan disegani oleh banyak
orang.

Atau cerita Catatan Harian si Pemberang. Si tokoh kita ini yang sekilas tampak anti sosial, dan
lebih menyukai mengamati gerhana matahari serta pemikir yang dalam, tetap berupaya
meluangkan waktunya untuk tidak mengecewakan orang-orang di dalam lingkungan kecil
hidupnya. Sekalipun sesungguhnya dalam hati ia menyesali dan membenci ketidakberdayaan
dirinya sendiri. Di sini Chekhov begitu manis sekaligus menyayat menampilkan sisi manusiawi
dari kita, manusia.

Semua cerita di buku ini memang layak difavoritkan. Kesemua kisahnya memiliki keunikan dan
kedalaman pesan yang berbeda namun menyentuh. Tapi jika harus memilih satu cerita,
sepertinya saya memilih Moronoff, Pak Inspektur Polisi. Gambaran dalam cerita ini adalah
fenomena yang sampai detik ini masih banyak kita temukan. Mereka yang gagap dalam
mengambil keputusan ketika harus berbenturan dengan ‘orang-orang (yang mereka anggap)
penting’. Barangkali kita pun pernah mengalami situasi seperti yang digambarkan dalam cerita
Moronoff itu dan pada saat itu kita dihadapkan pada pilihan yang sulit, di mana hati nurani dan
kepentingan lainnya saling bertarung.
Atas Nama Malam
ADMIN ♦ JANUARY 19, 2012 ♦ 3 COMMENTS

Judul: Atas Nama Malam


Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Cetakan: Jakarta, 1999
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 157
Berisi kumpulan cerpen yang bercerita tentang kehidupan di malam hari. Ada 14 cerita dari tokoh
yang sama dalam satu bab dan ada 10 kisah dari bab kedua.

Tokoh pertama adalah seorang peracik minuman di sebuah bar. Sebagai pekerja malam
kehidupannya dimulai ketika senja datang sampai menjelang pagi. Kehidupan malam yang
kelam dan hening menjadi hingar bingar dengan musik, lampu disko serta asap nikotin yang
memenuhi ruangan. Orang-orang kesepian yang mencari kesenangan duniawi berkumpul dan
menyatu dalam lingkaran kebahagiaan yang semu. Dibalik keriaan tersembunyi tangis,
kebencian dan juga pertanyaan tentang makna hidup, seperti yang ada di dalam kisah Hidup
Terasa Panjang.

“Hidup akhirnya memang jalan terus. Namun, mimpi juga jalan terus. Hidup ini seperti perjalanan
yang panjang dan melelahkan.”

Pada sebuah kisah juga diceritakan seorang dokter yang ternyata sering datang ke bar tempat si
tokoh bekerja. Tak bisa ia mengerti bagaimana seorang dokter yang tentunya suka membaca
buku dan tidak rendah seleranya bisa sering mengunjungi bar. Bukankah bar tempat
berkumpulnya orang-orang sakit yang tak tahu harus melakukan apa, selain minum dan
memeluki perempuan-perempuan.

Pada akhir bab ini, si tokoh menutup kisahnya dengan Senja, Penutupan. Cinta.

“Hidup berlalu dan aku pun berlalu, kenyataan dan khayalan menyatu dalam waktu.”

Buku ini tidak hanya bercerita tentang cinta, dan kehidupan yang berlangsung di malam hari,
tetapi juga sisi gelap dalam kehidupan manusia. Setiap kita, manusia, mempunyai sebuah
rahasia dalam hidupnya.
Tulisan-tulisan Seno seperti biasa memaksa kita untuk merenung. Tapi itulah kelebihannya,
dalam sebuah kisah yang biasa, yang terjadi di sekitar kita, begitu banyak pelajaran kehidupan
yang bisa kita petik.

Negeri Kabut
ADMIN ♦ NOVEMBER 23, 2011 ♦ 6 COMMENTS

Judul: Negeri Kabut


Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Cetakan: kedua, Juli 1999
Penerbit: Grasindo
Tebal: 122
Mengutip dari sinopsis, “Buku Negeri Kabut ini berisi tiga belas cerpen tentang perjuangan
manusia dalam mencapai keinginannya. Terkadang, untuk mencapai semua itu, tanpa disadari
sang tokoh harus bertindak di luar kemampuannya. Ada pula keinginan yang di luar kendalinya:
sang tokoh terjebak dalam suatu konflik yang tak mungkin dapat dihindari lagi. …. Segala
sesuatu terjadi begitu saja. Tanpa siasat, tanpa rencana.”

Cerita pertama yang sekaligus menjadi judul buku ini adalah Negeri Kabut. Negeri kabut
berkisah tentang seorang laki-laki yang selama hidupnya terus berpetualang. Dalam
Perjalanannya menuju Negeri Kabut, ia banyak bertemu dengan pengembara lainnya. Para
pengembara itu menyampaikan berita-berita dari tempat mereka yang jauh; peperangan, wabah
penyakit, pembunuhan, dan kisah sedih lainnya. Para pengembara selalu mengatakan kepada
lelaki itu bahwa setiap orang harus peduli dengan keadaan dunia yang dihidupinya. Mereka
bilang, orang yang mencari ilmu harus kembali pulang untuk menyelamatkan bangsanya. Lelaki
itu terdiam. Ia merenung, bertanya-tanya apakah pengembaraannya selama ini untuk mencari
ilmu? Lelaki itu ragu. Mungkin yang sebenarnya ia hanya melarikan diri dari segala persoalan,
dari kenyataan, karena ia sebenarnya tak cukup tabah untuk menghadapi penderitaan.

Kedua belas cerpen lainnya sama menariknya dengan Negeri Kabut. Namun seperti yang
banyak dikatakan orang, tulisan Seno di buku Negeri Kabut ini adalah sebuah karya sastra
surealis. Setiap pembaca mempunyai interpretasi yang berbeda atas karya sastra yang
dibacanya. Maka, pesan dan makna yang ingin disampaikan dalam setiap cerita di buku ini akan
lebih mengena jika Anda membacanya langsung.
Saya sendiri paling suka kisah Negeri kabut. Menggambarkan bahwa sesuatu yang sempurna,
nyaris tak memberikan tantangan di dalamnya. Kesempurnaan tidaklah selalu memberikan rasa
nyaman, seperti yang kita kira. Kita, manusia membutuhkan ketegangan, kesulitan, serta
tantangan dalam hidup untuk memahami arti perjuangan dan kehidupan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai