Anisometropia PDF
Anisometropia PDF
PENDAHULUAN
Anisometropia yang merupakan salah satu gangguan penglihatan, adalah suatu keadaan
dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi.1,2 Anisometropia pada anak
merupakan penyebab utama diantara ambliopia dan strabismus, karena mata tidak dapat
berakomodasi secara independen dan mata yang lebih hiperopia terus menerus menjadi
kabur, selain itu anisometropia penyebab penting dari kebutaan monokular.3 Ambliopia
adalah penurunan ketajaman penglihatan tanpa dapat dideteksi adanya penyakit organik
pada suatu mata, dan akibat terburuknya bisa sampai terjadinya kebutaan monokular.4
dimana bayangan yang terbentuk tidak sama, baik ukuran, bentuk atau keduanya, yang
disebut aniseikonia. Perbedaan tersebut masih dapat ditoleransi apabila perbedaan besarnya
bayangan tidak lebih dari 5%. Apabila perbedaan besarnya bayangan sudah 5% atau lebih
maka akan menimbulkan aniseikonia yang akan mengakibatkan penderita merasa tidak
Miopia sebesar 26,1%, Astigmatisme sebesar 18,5%, Anisometropia sebesar 15,1%, dan
terjadi antara umur 6 sampai 18 tahun7. Meskipun anisometropia bukan penyakit mata yang
pada anak kecil harus tetap ditingkatkan. Dan yang paling penting kelainan-kelainan mata
1
lainnya yaitu hipermetropia, miopia dan astigmatisma yang tidak ditangani dengan baik
Makalah ini membahas tentang definisi, klasifikasi diagnosis dan penatalaksanaan pada
anisometropia.
anisometropia.
anisometropia.
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, humor akuaeus (cairan bilik mata), permukaan anterior dan posterior lensa, badan
2.1.1 Kornea
Kornea adalah jaringan transparan dan bersifat tembus cahaya, sifat tembus cahaya
pada kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgesens. Kornea
disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus
skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di
tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membrane Descement, dan lapisan endotel.
Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel, endotel hanya satu lapis. Lapisan
Bowman merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma yang berubah.
Membran Descement adalah sebuah membran elastik yang jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskopi elektron dan merupakan membran basalis dari enjhyndotel kornea.
Stroma kornea mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Bagian ini tersusun dari
lamella fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang saling menjalin yang hampir
mencakup seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea
dan karena ukuran dan periodisitasnya secara optik menjadi jernih. Lamella terletak di dalam
suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan keratosit yang menghasilkan kolagen
3
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisialis juga mendapatkan oksigen sebagian besar
dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari
Humor aquaeus diproduksi oleh korpus siliar. Setelah memasuki kamera posterior,
humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju
2.1.3 Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung
oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya vitreus. Kapsula lensa adalah suatu
membrane yang semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subskapular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamellae kosentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat
dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing
serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskopik, inti ini jelas
dibagian perifer lensa didekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.
4
Lensa digantung ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula
Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaann korpus siliare dan menyisip
kedalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.
2.1.4 Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua
pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina
struktur-struktur berikut: kapsula lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel,
retina dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat
sepanjang hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.
Perlekatan ke kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi segera
hilang.
Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua koponen, kolagen dan asam
hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena
5
2.2 Fisiologi Refraksi1,9
(referensi Lang GK. Ophthalmology a short textbook. Stuttgart: Thieme. 2000. 117-9)
Mata dapat dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem refraksinya menghasilkan
bayangan kecil, terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan kerucut di
retina, yang diteruskan melalui saraf optik(N II), ke korteks serebri pusat punglihatan, yang
kemudian tampak sebagai lapisan uang tegak. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan
cahaya diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi
maka pupil akan mengecil untuk menguranginya. Daya refraksi kornea hampir sama dengan
humor akueus, sedang daya refraksi lensa hampir sama pula dengan badan kaca.
Keseluruhan sistem refraksi mata ini membentuk lensa yang cembung dengan fokus 23 mm.
Dengan demikian, pada mata yang emetrop, dalam keadaan mata istirahat, sinar yang
sejajar, yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Fovea
sentralis merupakan posterior principal focus dari sitem refraksi mata ini, dimana cahaya
yang datang sejajar, setelah melalui sitem refraksi ini bertemu. Letaknya 23 mm di belakang
kornea, tepat dibagian dalam macula lutea. Pembiasaan yang tersebar terdapat pada
permukaan anterior dari kornea, ditambah dengan permukaan anterior dan posterior lensa.
Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media refrakta mata, dimana mata
6
dalam keadaan istirahat. Mata dalam keadaan istirahat berarti mata dalam keadaan tidak
berakomodasi.
Mata mengubah-ubah daya bias untuk memfokuskan benda dekat melalui proses
akomodasi terjadi akibat perubahan di lensa kristalina. Kontraksi otot siliaris menyebabkan
penebalan dan peningkatan kelengkungan lensa, mungkin akibat relaksasi kapsul lensa.
1. Teori Helmholtz: kalau m.siliaris berkontraksi, maka iris dan badan siliar, digerakkan
ke depan bawah, sehingga zonula Zinnii jadi kendor, lensa menjadi lebih cembung,
2. Teori dari Tschernig: bila m.siliaris berkontraksi, maka iris dan badan siliar
digerakkan ke belakang atas, sehingga zonula Zinnii menjadi tegang, juga bagian
danmenjadi cembung
1. Emetropia: keadaan refraksi mata, dimana semua sinar yang sejajar, yang datang dari
jarak tak terhingga, dan jatuh pada mata yang dalam keadaan istirahat, akan
2. Ametropia: keadaan refraksi mata, dimana sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga dan jatuh dimana dalam keadaan istirahat tidak pernah dikumpulkan tepat
7
a. Presbiopia merupakan hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata yang dalam keadaan
c. Miopia merupakan kelainan refraksi, dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat dibiaskan di depan retina
d. Astigmatisma merupakan kelainan refraksi, dimana sinar sejajar dari jarak tak
2.3 Anisometropia
2.3.1 Definisi
Isometropia merupakan keadaan dimana kedua mata memiliki kekuatan refraksi yang
sama. Anisometropia merupakan salah satu kelainan refraksi mata, yaitu suatu keadaan
perbedaan antara kedua mata lebih dari atau sama dengan 2,5 dioptri akan menyebabkan
perbedaan bayangan sebesar 5% atau lebih. Perbedaan bayangan antara kedua mata sebesar
2.3.2 Etiologi12
pengangkatan lensa pada katarak atau disebabkan oleh implantasi lensa intra okuler
8
dengan kekuatan yang salah. Dapat terjadi juga karena trauma intraokuker pada
mata.
2. mata yang satu hipermetropia atau miopia atau astagmatisma sedangkan yang lain
emetropia
3. mata yang satu hipermetropia dan yang lain juga hipermetropia, dengan derajat
4. mata yang satu miopia dan yang lain juga miopia dengan derajat refraksi yang tidak
sama
5. mata yang satu astigmatisma dan yang lain juga astigmatisma dengan derajat yang
tidak sama
1. Simple anisometropia: dimana refraksi satu mata adalah normal (emetropia) dan mata
miopia anisometropia).
sebelah mata memiliki gangguan refraksi lebih tinggi dari pada mata yang satunya
lagi.
3. Mixed anisometropia: dimana satu mata adalah miopia dan yang satu lagi
4. Simple astigmmatic anisometropia: dimana satu mata normal dan yang lainnya baik
9
5. Coumpound astigmatismatic anisometropia: dimana kedua mata merupakan
Biasanya keluhan muncul pada saat penderita menggunakan kacamata baru dan
yang diterima pada kedua retina. Adapun gejala anisometropia pada umumnya
sebagai berikut :
1. Sakit kepala.
1. Pusing. (dizziness).
2. Mual-mual.
10
7. Kesulitan mengendarai kendaraan.
adanya perbedaan visus kedua mata berakibat gangguan fusi, sehingga orang
tersebut akan menggunakan mata yang lebih baik, sedangkan mata yang kurang
visusnya akan disupresi. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan dapat terjadi
Secara klinik praktis aniseikonia yang terjadi akibat anisometropia dapat diketahui dari
yang penglihatannya berkurang.12 Pada pemeriksaan retinoskopi dinilai refleks fundus dan
dengan ini bisa diketahui apakah seseorang menderita hipermetropia, miopia atau
a. Pemeriksaan Visus
Pada penderita ini diperiksa visusnya tanpa lensa koreksi. Pemeriksaan ini
11
ditujukan untuk mengetahui visus penderita dan apakah sudah terjadi ambliopia
sebelumnya.
frame) dan lensa coba (trial lens). P em eriksaan di l akukan dengan refraksi
s ubj ekti f m onokul er sam pai m endapat kan visus yang terbaik. Pada penderita
dengan perbedaan status refraksi yang tinggi dapat mengakibatkan supresi pada
penderita yang sudah dewasa dan dapat mengakibatkan ambliopia bila kelainan
sempuma.
akan mengakibatkan strabismus. Strabismus ini terjadi pada mata yang lebih jelek
visusnya. Hal ini disebabkan karena adanya supresi pada mata tersebut. Pada
d. Penglihatan Binokuler
binokuler terbaik bagi penderita. Syarat penglihatan binokuler yang normal adalah :
Visus kedua mata sesudah dikoreksi refraksi anomalinya tidak terlalu berbeda
2. Otot ekstrinsik kedua bola mata seluruhnya dapat bekerja sarna dengan
baik, yakni dapat menggulirkan kedua mata sehingga kedua sumbu penglihatan
12
3. Susunan saraf pusatnya baik, yakni sanggup mernfusi dua bayangan
yang datang dari kedua retina menjadi satu bayangan tunggal. Untuk
2.3.7 Penatalaksanaan12
refraksi kedua mata 4D. lebih dari 4D koreksi dengan menggunakan kacamata dapat
2. Lensa kontak. Lensa kontak disarankan untuk digunakan untuk anisometropia yang
dan hipermetropia
c) Pengangkatan dari lensa kristal jernih untuk miopia unilateral yang sangat
13
2.3.8 Komplikasi6
dan strabismus sebagai kompensasi mata terhadap perbedaan kekuatan refraksi kedua mata
14
BAB III
KESIMPULAN
sama, baik ukuran, bentuk atau keduanya, yang disebut aniseikonia. Perbedaan tersebut
masih dapat ditoleransi apabila perbedaan besarnya bayangan tidak lebih dari 5%. Apabila
perbedaan besarnya bayangan sudah 5% atau lebih maka akan menimbulkan aniseikonia
Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media refrakta mata, dimana
mata dalam keadaan istirahat. Alat-alat refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, humor
akuaeus (cairan bilik mata), permukaan anterior dan posterior lensa, badan kaca (corpus
vitreum).8 Mata dapat dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem refraksinya
menghasilkan bayangan kecil, terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan
kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik(N II), ke korteks serebri pusat
punglihatan, yang kemudian tampak sebagai lapisan uang tegak. Supaya bayangan tidak
kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya
terlalu tinggi maka pupil akan mengecil untuk menguranginya. Dengan demikian, pada mata
yang emetrop, dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar, yang datang di mata akan
dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Refraksi mata adalah perubahan jalannya
cahaya, akibat media refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Mata dalam
keadaan istirahat berarti mata dalam keadaan tidak berakomodasi. Mata mengubah-ubah
daya bias untuk memfokuskan benda dekat melalui proses yang disebut akomodasi.9
15
Anisometropia merupakan salah satu gangguan penglihatan, yaitu suatu keadaan
dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi.1 Etiologi anisometropria adalah
refraksi kedua mata menjadi 3 tingkat yaitu anisometropia kecil, anisometropia sedang,
anisometropia besar.13 Gejala anisometropia pada umumnya sakit kepala, pada kedua mata
merasa tidak enak, panas, tegang. Gejala yang spesifik pada anisometropia yaitu pusing,
retinoskopi dinilai refleks fundus dan dengan ini bisa diketahui apakah seseorang menderita
kekuatan refraksi antara kedua bola mata dan ditentukan besar kecilnya derajat
mata. Adapun beberapa penatalaksanan baik menggunakan alat maupun tindakan, yaitu
menggunakan kaca mata, lensa kontak, kacamata aniseikonia, sedangkan tindakan yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kekuatan refraksi mata yaitu implantasi lensa
intraokuler, refractive cornea surgery ataupun pengangkatan lensa kristal jernih untuk
16
17