Anda di halaman 1dari 42

PENGAMATAN OPERASI REAKTOR DESULFURISASI

DI LAPANGAN PRODUKSI MUDI

JOB PERTAMINA - PETROCHINA EAST JAVA

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :
Nama Mahasiswa : WISNU HILMAN FADHLI RAHMAN
NIM : 15421028
Program Studi : TEKNIK PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS
Konsentrasi : REFINERY
Diploma : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL Akamigas

STEM Akamigas

Cepu, Mei 2016


LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui sebagai

Laporan Praktik Kerja Lapangan

di

LAPANGAN MUDI TUBAN

JOINT OPERATING BODY

PERTAMINA – PETROCHINA EAST JAVA

PEMBIMBING PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Produksi Pengawas Produksi
Judul :Pengamatan Operasi Reaktor Desulfurisasi di Lapangan
Produksi Mudi JOB-PPEJ Tuban
Nama Mahasiswa : Wisnu Hilman Fadhli Rahman
NIM : 15421028 / B
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak Dan Gas
Konsentrasi : Refinery
Diploma : I (Satu)

Menyetujui :
Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Minarto S. Rahardjo, S.T , M.Si.


NIP.

Mengetahui :
Ketua Progam Studi

Annasit, S.T , M. T
NIP. 19810601 200604 1 001
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kertas Kerja Wajib dengan judul “PENGAMATAN OPERASI REAKTOR
DESULFURISASI DI SRU CENTRAL PROCESSING AREA JOB
PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA” yang dilaksanakan di JOB
Pertamina-Petrochina East Java Tuban dengan baik.

Penyusunan Kertas Kerja Wajib ini diajukan sebagai syarat kelulusan


program diploma I pada Program Studi Produksi STEM Akamigas Cepu. Kertas
Kerja Wajib ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta bantuan
pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Tuhan YME
2. Kedua orang tua penulis
3. Bapak Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan, M.Sc. selaku Ketua STEM
Akamigas
4. Ibu Ir. Sri Lestari, M.T., selaku Ketua Prodi Pengolahan Minyak dan
Gas
5. Bapak Annasit, M.T., selaku Ketua Konsentrasi Refinery
6. Bapak Minarto Slamet Rahardjo, S.T., M.Si. selaku dosen pembimbing
KKW
7. Bapak dan Ibu dosen STEM Akamigas
8. Bapak Andari, selaku HRD JOB Pertamina-Petrochina East Java
9. Bapak Taryono, selaku Production Superintendent JOB Pertamina-
Petrochina East Java
10. Bapak Yusuf Yulianto dan Bapak Amma, selaku Production Supervisor
sekaligus Koordinator Pembimbing Praktik Kerja Lapangan JOB
Pertamina-Petrochina East Java
11. Bapak Mantigto Sigit, Bapak Sholikin dan Bapak Puji Hartono selaku
Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di JOB Pertamina-Petrochina East
Java
12. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
Kertas Kerja Wajib ini

Cepu, Mei 2016


Penulis,

WISNU HILMAN F.
NIM. 15421028 /B
INTISARI

Sulfur Recovery Unit (SRU) merupakan salah satu unit yang berada di JOB
Pertamina-Petrochina East Java Tuban. Unit ini memiliki fungsi untuk mengolah
sour gas menjadi sweet gas dengan cara mengurangi kadar H2S dengan
menggunakan katalis berupa ion besi.
SRU sendiri terdiri dari 4 unit utama yaitu coalescing filter, absorber, oxidizer,
dan filter press. Coalescing filter berfungsi sebagai penyaring kondensat agar
tidak terikut dalam aliran gas. Absorber berfungsi sebagai tempat terjadinya
kontak antara sour gas dan larutan, sehingga terjadi reaksi oksidasi dimana S-
akan menjadi S0 yang berbentuk padat. Sour gas masuk absorber melalui sparger
yang digunakan sebagai pengatur aliran gas. Larutan masuk absorber melalui
bagian atas sementara sour gas masuk melalui bagian bawah absorber.
Larutan yang mengandung sulfur padat selanjutnya masuk menuju oxidizer.
Oxidizer berfungsi sebagai tempat regenerasi katalis Fe2+ menjadi Fe3+, di dalam
oxidizer chemicals akan ditambahkan sebagai pengganti chemicals yang hilang
akibat reaksi di absorber tadi. Sulfur padat yang terkumpul dalam oxidizer akan
dipisahkan dari larutan dengan menggunakan filter press. Pemisahan sulfur pada
unit ini dibantu dengan tekanan yang tinggi dari udara. Selanjutnya sulfur yang
telah dipisahkan akan ditampung di bag untuk mempermudah pemindahan ke
tempat penampungan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 3


INTISARI................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ................................................................................................ 6
DAFTAR TABEL ...................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN .............................. Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 10
1.1 Latar Belakang ............................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Permasalahan .............................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Batasan Masalah ......................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan ......................................... Error! Bookmark not defined.
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 2
II. ORIENTASI UMUM ............................................................................ 10
2.1 Sejarah Lapangan........................................................................ 12
2.2 Sejarah Produksi ......................................................................... 13
2.4 Struktur Organisasi ..................................................................... 16
2.5 Sarana dan Fasilitas Produksi ..................................................... 17
III. TINJAUAN PUSTAKA..................... Error! Bookmark not defined.2
3.1 Iron Chelate Processes .............. Error! Bookmark not defined.2
3.2 H2S Removal ............................................................................. 12
3.3 Teori Operasi ............................................................................. 23
3.4 Reaksi-reaksi yang terjadi........................................................... 14
3.5 Metode Penelitian ....................................................................... 16
3.6 Lokasi ......................................................................................... 17
3.7 Cara Kerja ................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 22
4.1 Hasil ............................................................................................ 22
4.2 Pembahasan ................................................................................ 23
V. PENUTUP ............................................................................................. 27
5.1 SIMPULAN ................................................................................ 27
5.2 SARAN ....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 28
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Permasalahan yang dijumpai ........................................... 22


Tabel 4.2 Tabel Data Operasi Desember 2014 .......................................... 23
Tabel 4.3 Tabel Data Operasi Januari 2015 ............................................... 23
Tabel 4.4 Tabel Data Operasi Mei 2015 .................................................... 23
Tabel 4.5 Tabel Data Operasi Juni 2015 .................................................... 23
Tabel 4.6 Tabel Analisa Faktor Penyebab Dominan ................................. 24
Tabel 4.7 Tabel Alternatif Solusi ............................................................... 24
Tabel 4.8 Tabel Evaluasi Hasil .................................................................. 25
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Lokasi PetroChina .................................................................. 3
Gambar 2.2 Struktur Organisasi ................................................................. 8
Gambar 4.1 Flow Diagram SRU ................................................................ 19
Gambar 4.2 NTA-Iron Complex ................................................................. 20
Gambar 4.3 Thiosulfat dan Chelate ........................................................... 20
Gambar 4.4 Analisa Perbaikan ................................................................... 26
Gambar 4.5 Analisa Perbaikan ................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam proses pengolahan minyak dan gas bumi, Sulfur Recovery Unit

(SRU) berfungsi untuk mengubah sour gas menjadi sweet gas dengan cara

mengurangi kandungan gas asam melalui proses absorbsi, dan mengkonversi gas

asam (H2S) menjadi sulfur padat sehingga aman bagi lingkungan. Proses utama

mengubah ini sour gas menjadi sweet gas.

Proses yang terjadi di Reaktor Desulfurisasi sangatlah penting

karena hal ini yang menjadi kunci berjalannya Sulfur Recovery Unit dengan baik.

Hasil dari SRU dimanfaatkan sebagai feed gas untuk stripper, sebagai gas

blanketing untuk tanki penyimpanan, sebagai feed gas untuk gas turbine, dan

sisanya akan di bakar di flare. Karena pentingnya proses yang terjadi di Reaktor

Desulfurisasi ini maka penyusun mengambil judul “Pengamatan Operasi Reaktor

Desulfurisasi di Lapangan Produksi Mudi JOB – Pertamina Petrochina East Java

Tuban”.

1.2 Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah :

a. Menempuh tugas akhir Diploma I di Stem Akamigas.

b. Memahami prinsip kerja dan operasi Reaktor Desulfurisasi di JOB –

PPEJ.

c. Mengetahui tipikal proses pada Reaktor Desulfurisasi di JOB – PPEJ.


d. Mengetahui permasalahan dan troubleshooting pada Reaktor

Desulfurisasi.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib penulis membatasi tentang:

a. Pengamatan kondisi operasi

b. Variable proses

c. Prosedur operasi

d. Masalah yang sering terjadi dan troubleshooting

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Kertas Kerja Wajib ini disusun sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan sebagai penyampaian latar belakang pemilihan judul, maksud

dan tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II: Membahas sejarah singkat dan perkembangan perusahaan, produksi,

struktur organisasi, serta sarana dan fasilitas produksi.

Bab III: Tinjauan pustaka yaitu membahas bagian bagian Sulfur Recovery Unit.

Bab IV: Pembahasan yang membahas pengoperasian serta, permasalahan-

permasalahan yang terjadi pada Reaktor Desulfurisasi.

Bab V: Bagian penutup yaitu akhir dari penulisan yang akan memuat simpulan

akhir dari pembahasan serta beberapa saran yang dapat diberikan untuk suatu

peningkatan.
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Lapangan

Pengelolaan migas di lapangan Tuban Block mengalami beberapa

perubahan. Pada tanggal 29 Februari 1988, Trend International Ltd.

menandatangani kontrak bagi hasil dengan Pertamina, sehingga terbentuk JOB

Pertamina–Trend Tuban. Pada tanggal 31 Agustus 1993, perusahaan ini

mengalami peralihan dari JOB Pertamina-Trend Tuban menjadi JOB Pertamina-

Santa Fe Tuban.

Pada tanggal 02 Juli 2001, perusahaan ini menjadi JOB Pertamina-Devon

Tuban.Pada tanggal 1 Juli 2002, perusahaan ini berubah menjadi JOB Pertamina

Petro China East Java Tuban (untuk selanjutnya disebut JOB-PPEJ Tuban) sampai

sekarang. Wilayah operasinya meliputi 6 kabupaten yaitu: Tuban, Bojonegoro,

Lamongan, Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Untuk melihat Peta Lokasi JOB –

PPEJ lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.


Gambar 2.1 Lokasi Petrochina

2.2 Sejarah Produksi

Lapangan Mudi diproduksikan secara kontinyu sejak awal bulan januari

1998 dengan metode sembur alam. Besarnya laju produksi setiap tahun adalah

sebagai berikut :

 1998 : Laju produksi pada awal januari 1998 adalah sebesar 4.800

bopd. Pada akhir tahun 1998, jumlah sumur dilapangan mudi

sebanyak 12 sumur dengan produksi 18.469 BOPD, 3.767

MSCFD, dan 105 BWPD. Total produksi selama tahun 1998

adalah 5.298.050 bbl.

 1999 : Laju produksi pada tahun 1999 adalah 10.040 BOPD, 3.097

MSCFD, dan 2.725 BWPD. Total produksi selama tahun 1999

adalah 6.291.802 bbl.

 2000 : Laju produksi pada tahun 2000 adalah 12.326 BOPD, 3.838

MSCFD, dan 5.664 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

mudi sebanyak 17 sumur dan berubahnya sumur mudi # 7

menjadi water injection. Total produksi selama tahun 2000

adalah 3.740.245 bbl.

 2001 : Laju produksi pada tahun 2001 adalah 12.409 BOPD, 5.189

MSCFD, dan 8.669 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

mudi sebanyak 18 sumur dan berubahnya sumur mudi # 6

menjadi water injection. Total produksi selama tahun 2001

adalah 4.235.163 bbl.


 2002 : Laju produksi pada tahun 2002 adalah 11.044 BOPD, 4.764

MSCFD, dan 15.859 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

mudi sebanyak 21 sumur. Total produksi selama tahun 2002

adalah 3.948.338 bbl.

 2003 : Laju produksi pada tahun 2003 adalah 7.630 BOPD, 6.272

MSCFD, dan 24.276 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

mudi sebanyak 23 sumur. Total produksi selama tahun 2003

adalah 3.518.595 bbl.

 2004 : Laju produksi pada tahun 2004 adalah 12.436 BOPD, 12.075

MSCFD, dan 24.054 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

sukowati sebanyak 2 sumur. Total produksi selama tahun 2004

adalah 3.307.182 bbl.

 2005 : Laju produksi pada tahun 2005 adalah 15.692 BOPD, 13.698

MSCFD, dan 27.574 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

sukowati sebanyak 4 sumur dan dilapangan gondang sebanyak 1

sumur. Total produksi selama tahun 2005 adalah 5.008.687 bbl.

 2006 : Laju produksi pada tahun 2006 adalah 18.519 BOPD, 16.695

MSCFD, dan 27.763 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

sukowati sebanyak 5 sumur. Total produksi selama tahun 2006

adalah 5.806.527 bbl.

 2007 : Laju produksi pada tahun 2007 adalah 24.364 BOPD, 20.769

MSCFD, dan 29.619 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan


sukowati sebanyak 6 sumur. Total produksi selama tahun 2007

adalah 7.404.544 bbl.

 2008 : Laju produksi pada tahun 2008 adalah 28.189 BOPD, 23.830

MSCFD, dan 27340 BWPD dengan jumlah sumur dilapangan

sukowati sebanyak 8 sumur. Total produksi selama tahun 2008

adalah 10.103.527 bbl.

 2009 : Laju produksi pada tahun 2009 adalah 44.471 BOPD, 32.394

MSCFD, dan 27.684 BWPD dengan diproduksikan sumur

dilapangan Lengowangi sebanyak 2 sumur. Total produksi

selama tahun 2009 adalah 11.483.621 bbl.

 2010 : Laju produksi pada tahun 2010 adalah 45.122 BOPD, 26.108

MSCFD, dan 19.030 BWPD dengan berubahnya mudi # 14

menjadi water injection dan mudi # 7 diproduksikan. Total

produksi selama tahun 2010 adalah 15.523.445 bbl.

 2011 : Laju produksi pada tahun 2011 adalah 45.703 BOPD, 32.931

MSCFD, dan 24.887 BWPD. Dengan penambahan sumur

dilapangan sukowati sebanyak 4 sumur Total produksi selama

tahun 2011 adalah 16.511.951 bbl.

 2012 : Laju produksi pada tahun 2012 adalah 40.409 BOPD, 30.853

MSCFD, dan 29.614 BWPD. Jadi total produksi selama tahun

2012 adalah 14.749.611 bbl.


 2013 : Laju produksi pada tahun 2013 adalah 30.661 BOPD, 30.200

MSCFD, dan 28.545 BWPD. Jadi total produksi selama tahun

2013 adalah 15.234.627 bbl.

 2014 : Laju produksi pada tahun 2014 adalah 25.364 BOPD, 25.466

MSCFD, dan 35.343 BWPD. Jadi total produksi selama tahun

2014 adalah 15.873.452 bbl.

 2015 : Laju produksi pada tahun 2015 adalah 19.023 BOPD, 20.567

MSCFD, dan 42.873 BWPD. Jadi total produksi selama tahun

2015 adalah 15.938.472 bbl.

 2016 : Laju produksi pada per tanggal 22 April 2016 adalah 13.330

BOPD, 15.758 MSCFD, dan 49.844 BWPD. Jadi total produksi

per tanggal 22 April 2016 15.698.965 bbl.

2.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di JOB PPEJ dipimpin oleh seorang Field Manager

yang membawahi tiga Superintendent, yaitu Field Admin Superintendent, Field

Operation Superintendent dan HSE Superintendent. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada Gambar 2.2.


FIELD MANAGER

FIELD ADMIN SUPT FAS FIELD OPERATION SUPT HSE SUPT


FOS

DEPARTMENT DEPARTMENT DEPARTMENT

 ENGINEERING  FIRE & SAFETY


 HRD
 PRODUCTION  H2S
 ACCOUNTING
 INSTRUMENT  ENVIROMENTAL
 COST CONTROL
 MECHANIC  MEDIC
 GOVREL
 ELECTRIC
 SERVICES
 CIVIL
 MATERIAL
 MARINE TERMINAL

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

2.5 Sarana dan Fasilitas Produksi

JOB PPEJ mempunyai pusat pengolahan di lapangan Mudi yang disebut

Central Processing Area (CPA). Proses pengolahan di CPA menggunakan

peralatan produksi yang dioperasikansecara semi-otomatis. Peralatan ini dikontrol

dari sebuah ruang kontrol yang dioperasikan oleh seorang operator, sedangkan

operator yang berada di lapangan mengoperasikan peralatan secara

langsung.Peralatan produksi di lapangan ini juga dilengkapi dengan fasilitas Shut

Down System yang dikontrol dari ruang kontrol. Shut Down System ini akan

mematikan operasi peralatan-peralatan produksi secara otomatis bilater jadi suatu

kondisi yang menyimpang dari operasi produksi normal.


Beberapa peralatan produksi yang terdapat di CPA MUDI meliputi:

 Free Water Knock Out (FWKO), berfungsi memisahkan fluida produksi

dari sumur menjadi 3 fasa, yaitu:

 Fasa Gas, di mana gas ini kemudian diproses di dalam Sulfur Recovery Unit

(SRU) untuk dijadikan gas bersih sebagai bahan bakar turbin generator dan

sebagian lagi dipakai dalam proses sweetening unit.

 Fasa Minyak, dimana minyak ini kemudian diproses di dalam Stripper (Oil

Sweetening Unit).

 Fasa Air, yang kemudian diinjeksikan lagi kedalam sumur sebagai air injeksi

(water disposal).

 Stripper, peralatan ini berfungsi memisahkan dan menyerap gas H2S yang

masih terlarut di dalam minyak dengan menggunakan media gas bersih

(sweet gas) dari SRU.

 Degassing Boot, berfungsi melepaskan sisa gas yang masih terlarut di

dalam minyak dan menurunkan tekanan sebelum masuk ke tanki

penimbun.

 Tanki Timbun (Storage tank), berfungsi untuk menampung hasil produksi

sementara sebelum dipompakan ke kapal pengangkut (Tanker).

 Pompa Pengirim (Shipping Pump), berfungsi mengirimkan minyak dari

CPA ke kapal pengangkut yang berada di tengah laut, kira–kira 18,5 km

dari pantai Palang, Tuban.


 Sulfur Recovery Unit (SRU), merupakan unit untuk memurnikan gas dari

senyawa H2S sehingga menghasilkan sweet gas. Sweet gas tersebut dapat

digunakan untuk bahan bakar generator listrik dan suplai gas ke Stripper.

 Filter Press, berfungsi untuk menyaring sulfur yang terlarut dalam larutan

yang telah digunakan SRU dalam memurnikan gas, sehingga di dapatkan

produk berupa sulfur cake.

 Heat Exchanger, berfungsi untuk menukar panas antara air yang baru

dipisahkan dari FWKO, dengan minyak yang akan dikirimkan ke Tanker.

 Kompresor Gas. Ada dua gas kompresor yang mempunyai fungsi sendiri–

sendiri, yaitu Fuel Gas Compressor, yang berfungsi untuk menaikkan

tekanan bahan bakar gas bersih untuk turbin dan gas engine sampai 300

psig. Dan Vapour Recovery Gas Compressor, berfungsi menaikkan

tekanan gas buang dari Stripper untuk diproses lagi di dalam SRU.

 Pembangkit Tenaga Listrik. Kebutuhan tenaga listrik untuk proses

produksi dipenuhi dari pembangkit tenaga listrik. Beberapa pembangki

tmenggunakan turbin gas dan gas engine yang berbahan bakar gas dari

produksi, sedangkan sisanya menggunakan mesin diesel yang berbahan

bakar solar.

 High Temperatur Flare (HTF), HTF ini berfungsi untuk membakar gas

buang dengan pembakaran stoichiometric sempurna. HTF ini


menghasilkan api biru yang pendek sehingga pengaruh radiasi panas yang

rendah dan tanpa adanya asap hitam yaitu gas CO yang berbahaya bagi

lingkungan serta berkurangnya tingkat kebisingan.

Untuk keterangan lebih lanjut flow diagram central processing area dapat

dilihat di lampiran no 7.
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Iron Chelate Processes ( 1 : 21-24 )

Proses pemisahan sulfur dari gas H2S menjadi sulfur padat menggunakan

katalis Fe3+ dan larutan (aqueous solution) yang mengandung chelate, surfactant,

biostat, dan KOH. Chelating agent biasanya merupakan molekul organik yang

mampu mengikat kation logam sehingga kation terpisah dari larutan.

Salah satu contoh penggunaan proses ini ada pada proses Lo-Cat II. Proses

ini dapat diterapkan langsung pada sweetening gas alam atau treating H2S pada

gas asam untuk menkonversi H2S menjadi sulfur. Proses ini menggunakan larutan

besi yang ditambahkan ke dalam larutan. Larutan besi ini akan mengikat sulfur

pada H2S di dalam absorber. Namun kandungan chelate pada larutan akan

mencegah reaksi ini, sehingga sulfur padat akan terpisah. Sulfur padat ini nantinya

akan dipisahkan dari larutan. Sementara larutan besi akan diregenerasi di dalam

oxidizer supaya dapat digunakan kembali.

3.2 H2S Removal( 1: 54-57 )

Proses penghilangan H2S yang digunakan pada SRU di JOB P-PEJ Tuban

ini adalah kelanjutan dari Seri No. 548,294, 3 November 1983 yang kini sudah

ditinggalkan. Penemuan proses ini terkait dengan perbaruan proses siklik

berkelanjutan untuk menghilangkan hydrogen sulfida dari fuida dengan

mengontakkan aliran fluida dengan larutan chelated polyvalent metal catalyst dan

meregenerasi larutan katalis untuk digunakan kembali ke dalam proses. Utamanya

penemuan ini terkait dengan cara mencegah keurangan dan kehilangan


aminopolycarboxylic acid chelating agent selama proses penghilangan hydrogen

sulfide pada seri sebelumnya. Sesuai dengan penemuan saat ini dan berdasarkan

mekanisme pengurangan selat pada seri sebelumnya, telah ditemukan bahwa

beberapa komponen penstabil saat digabungkan dengan larutan katalis sangatlah

efektif untuk memperlambat atau mencegah putusnya ikatan nitrogen-karbon yang

terjadi saat kekurangan aminopolycarboxylic acid chelating agent. Hasil yang

optimal diperoleh dengan menggunakan nitrilotriasetic acid-Iron Complex (NTA-

Iron Complex) segabai selat dan alkaline thiosulfate sebagai komponen penstabil.

Komponen penstabil lain yang efektif antara lain t-butanol dan etilen glikol.

3.3 Teori Operasi ( 2 : 6 )

Pada dasarnya pembuatan SRU di desain untuk memurnikan gas asam

hasil dari pemisahan di separator untuk digunakan sebagai feed gas untuk

keperluan pengikatan H2S pada crude oil di stripper, namun hasil gas yang lebih

banyak dari perkiraan akhirnya digunakan sebagai feed gas untuk gas turbine

sebagai pembangkit listrik plant sebagian gas lainnya dijual dan sisanya dibakar

di flare.

SRU ARI LO-CAT II di desain untuk digunakan pada proses isothermal,

yang merupakan pengembangan dari reaksi kimia :

H2S + 1/2 O2 ---> H2O + S° ........................................................................ (1)

Reaksi ini terjadi pada solution aqueous ( larutan yang berbahan dasar air )

yang menggunakan ion logam yang terlarut dalam air yang mampu teroksidasi

oleh oksigen pada udara ambien, serta memiliki elektropotensial yang cocok

untuk mengoksidasi ion sulfide menjadi sulfur padat. Dengan kata lain reaksi
dilakukan di dalam larutan air yang mengandung ion logam yang mampu

menghilangkan muatan negatif ion sulfide (S=) untuk membentuk sulfur padat

dan juga dapat mentransfer elektron ke oksigen (O2) pada saat reaksi regenerasi.

Meskipun banyak logam yang dapat melakukan fungsi ini namun besi (Fe)

dipilih karena harganya yang murah dan tidak beracun.

3.4 Reaksi – reaksi yang terjadi ( 2 : 6 )

Reaksi dasar yang terjadi pada SRU dapat dibagi menjadi 2 yaitu absorption dan

regeneration :

ABSORBSI :

H2S (gas) + H2O (liq) <--> H2S (aq) + H2O (aq) ......................................... (2)

Ionisasi

H2S (aq) <---> H+ + HS- .............................................................................. (3)

HS- + 2Fe+3 --->S°(solid) + 2Fe+2 + H+......................................................... (4)

Keseluruhan reaksi absorbsi dapat ditulis :

H2S (gas) + 2Fe+++ ---> 2H+ + S° + 2Fe++ ................................................. (5)

S- - + 2H++ 2Fe+++ → S° + 2H++ 2Fe++

REGENERASI :

Absorbsi O2 oleh blower oxidizer

1/2 O2 (gas) + H2O <---> 1/2 O2 (aq) + H2O ............................................... (6)

Regenerasi Ferrous Ions (Fe++)

1/2 O2 (aq) + H2O + 2Fe++---> 2OH- + 2Fe+++ ............................................ (7)

Keseluruhan reaksi regenerasi dapat ditulis :


1/2 O2 (gas) + H2O + 2Fe++ ---> 2OH- + 2Fe+++ ....................................... (8)

1/2O2 + 2H+ + 2Fe++ → H2O + 2Fe+++

Dalam keseluruhan reaksi, ion besi berfungsi untuk mengangkut elektron

dari sisi penyerap dari reaksi ke sisi regenerasi, dan perlu untuk memasok

setidaknya dua atom besi per atom sulfur yang diproduksi. Dalam hal ini, ion

besi berfungsi sebagai katalis

Baik ion besi atau besi yang stabil dalam larutan air dan biasanya akan

mengendap baik sebagai hidroksida besi atau besi sulfida sebagai berikut:

Fe+++ + 3OH- ---> Fe(OH)3 (ppt.) .............................................................. (9)

atau

Fe++ + S= ---> FeS (ppt.) .............................................................................. (10)

Untuk mencegah terjadinya reaksi pengendapan maka ditambahkan

chelate yang merupakan senyawa organik yang akan berikatan dengan Fe

sehingga akan mencegah terjadinya reaksi tersebut.

pH larutan merupakan variabel yang penting karena jumlah H2S yang

diserap dalam larutan sebanding dengan pH larutan. Semakin asam larutan maka

semakin buruk pengikatan H2S nya.

Selain H2S, gas yang memiliki kandungan karbon dioksida (CO2) yang

tinggi akan memiliki masalah lain yaitu tingginya konsentrasi bikarbonat (HCO3-

) dan ion karbonat (CO3=) yang dihasilkan dari kelarutan CO2 pada larutan. Dapat

dilihat dari reaksi :

CO2(gas) + H2O(aq) <---> H2CO3 (aq) ....................................................... (11)


H2CO3 (aq) <---> H+ + HCO3- ................................................................... (12)

HCO3- <---> CO3= + H+ .............................................................................. (13)

Pelepasan ion H+ akan menurunkan pH larutan sehingga akhirnya akan

menurunkan kemampuan larutan untuk menyerap H2S. untuk menstabilkan pH

larutan, maka perlu penambahan alkaline seperti KOH ke dalam larutan.

CO2 (gas) + H2O(aq) <---> H2CO3(aq) ....................................................... (14)

H2CO3(aq) + 2KOH <---> K2CO3 + H2O .................................................... (15)

K2CO3 + H2CO3<--> 2KHCO3 .................................................................... (16)

PH dijaga pada kisaran 8,0 sampai 8,5, pH yang terlalu tinggi akan

mengakibatkan terjadinya pembentukan thiosulfate yang akan mengurangi

penyerapan oksigen dan sulfur. Sedangkan oksigen yang terlalu rendah akan

mengakibatkan penyerapan H2S akan berkurang.


IV. PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi proses

Lapangan minyak (sumur) Mudi dan Sukowati JOB PPEJ (Joint Operation Body

Pertamina-Petrochina East Java) memiliki karakteristik reservoir yang berbeda

karena mengandung gas H2S yang cukup tinggi yaitu sebesar ±2% (20.000 ppm).

H2S merupakan gas yang berbahaya bagi mahluk hidup dan sangat korosif pada

peralatan sehingga H2S harus ditreating terlebih dahulu sebelum dapat diproduksi

dan dikonsumsi.

Oleh karena itu minyak ini dialirkan ke CPA (Central Processing Area)

untuk kemudian ditreating di SRU Plant. SRU merupakan unit yang berfungsi

untuk mengolah sour gas menjadi sweet gas dengan cara mengurangi kandungan

gas H2S dan mengolah gas H2S tersebut untuk dikonversi menjadi sulfur cake lalu

menjadi sulfur padat. Prosesnya yaitu melalui absorber PV-1110 gas yang

dialirkan melalui coalescing filter PV-1100 dengan cara mensirkulasikan larutan

kimia (solution) dengan metoda counter current antara gas dengan larutan

tersebut. Dimana gas masuk ke dalam bejana absorber PV-1110 dari bawah

sedangkan larutan kimia dari atas. Di dalam absorber terjadi reaksi oksidasi S2-

menjadi S(s) karena adanya transfer muatan Fe3+ yang dimanfaatkan untuk

mengubah H2S menjadi sulfur. Proses ini berlanjut ke oxidizer TK-1130 di dalam

oxidizer terdapat 5 ruang yaitu reaction chamber, chamber 1,2,3, dan de-gas

chamber. Solution yang masuk dari absorber menuju reaction chamber lalu

mengalami proses regenerasi Fe2+ menjadi Fe3+ di chamber 1,2, dan 3 karena
terdapat air blower yang menyerap udara(O2) dari luar. Dari de-gas chamber Fe2+

yang telah mengalami regenerasi menjadi Fe3+ dialirkan kembali menuju absorber

sebagai katalis. Sulfur padat yang terbentuk di oxidizer di dalam solution perlu

disaring setelah mencapai konsentrasi yang cukup (0,5% Weight Sulfur).Sulfur

solution yang terbentuk dipompakan dengan Filter Feed Pump PP-1160 masuk

ke dalam Sulfur Filter FT-1270, dimana sulfur solution dipisahkan menjadi

sulfur cake. Sulfur cake sendiri masih mengandung larutan sebesar 40%, lalu

dikeringkan sampai menjadi sulfur padat, sedangkan larutan dari sulfur cake akan

dialirkan kembali ke oxidizer melalui chamber 3. Berikut flow diagram dapat

dilihat di gambar 4.1.

Gambar 4.1 Flow Diagram

4.2 Bahan Kimia

 ARI-340 (Ferric Ions) sebagai katalis


Katalis berupa besi kompleks. Untuk meminimalisasi katalis losses, unit di

desain beroperasi pada level besi 600 ppm. Pada desain ion besi akan hilang

sebesar 0.095 lbs/hr karena pembersihan sulfur. Make up rate sebesar 0.35 GPH.

 ARI-350 (Chelating Agent)

ARI-350 merupakan chelating agent berupa larutan Trisodium

Nitrilotriasetat yang berfungsi untuk mengikat Fe3+ sehingga Fe tidak berikatan

dengan S dan transfer elektron antara Fe3+ dan S- dapat berlangsung. Berikut

gambar Fe3+ ketika diikat dengan chelate.

Gambar 4.2 NTA-Iron Complex

 Thiosulfate (S2O3)

Thiosulfate dibutuhkan untuk untuk menstabilkan jumlah bakteri chelate.

Thiosulfate digunakan untuk mengurangi jumlah penggunaan chelate dan untuk

mengoptimalkan proses dibutuhkan sekitar 60 gm/kg. Berikut gambar Thiosulfate

di dalam ikatan dengan chelate.


Gambar 4.3 Chelat dengan Thiosulfat

 ARI-400 (Biostat)

ARI-400 biostat berfungsi untuk menahan laju pertumbuhan bakteri yaitu

dengan cara mensterilkan bakteri yang ada di dalam larutan. Akan tetapi terlalu

banyak biostat dapat menimbulkan foam. Sehingga pada desain biostat yang

digunakan hanya sebesar 0.03– 0.08GPH.

 ARI 600 (Surfactant)

Partikel sulfur yang telah lepas biasanya terjebak pada gelembung udara

dan akan mengapung pada permukaan larutan. Untuk menghindarinya dibutuhkan

surfaktan yang berfungsi sebagai penghilang ketegangan larutan. Surfaktan juga

bisa berfungsi sebagai anti foam. Namun surfaktan yang berlebihan malah akan

menjadi penyebab terjadinya foaming. Dosis surfaktan sebesar 0.02– 0.06GPH

dari volume larutan.

 Anti Foam

Anti foam merupakan larutan yang dibutuhkan untuk menghilangkan foam

yang ada di oxidizer. Penambahan anti foam dilakukan hanya saat terjadi foaming

yang sekiranya dapat mengganggu proses di oxidizer sehingga sering dilakukan

pengecekan di oxidizer.

 KOH
KOH berfungsi sebagai penstabil pH di SRU, pH yang terdapat di dalam

SRU sangatlah rendah sehingga dibutuhkan KOH sebagai penstabil asam yang

ada di SRU. Oleh karena itu, KOH dibutuhkan agar penyerapan H2S dapat

berlangsung dengan baik.

4.3 Bagian-bagian SRU

Peralatan utama pada sulfur recovery unit adalah coalescing filter ( PV-1100

A/B), Absorber (PV-1110), Oxidizer (TK-1130), dan sulfur filter (FT-1270).

 Coalescing Filter (PV-1100)

o MAWP : 100 psi

o Cor. Allow : 0.250 in

o Liquid Level : 21 ft

o Operation Press. : 60-85psig

o Design Press : 100 psig

o Gas Flow Rate : 11 MMSCFD

o Gas Temperature : 125 oF


Gambar 4.4 Coalescing filter

Gambar coalescing filter dapat dilihat pada gambar 4.4 yang merupakan

peralatan yang berfungsi untuk menyaring fuel gas untuk dihilangkan kondensat

yang terikut liquid. Fuel gas disaring dengan menggunakan 2 buah filter

berbentuk tabung yang memiliki ukuran filter sebesar 100 mikron. Karena

hydrocarbon yang terikut masuk ke absorber bisa menyebabkan sulfur settling

dan foaming larutan.

Terdapat 2 coalescer, jadi bila ada satu yang beroperasi, peralatan yang

lainnya di bypass. Setiap coalescer di desain dengan 2 sightglasses untuk melihat

level liquid high dan low. Pada setiap filter terdapat 2 drain valve yaitu di atas dan

di bawah, drain valve atas merupakan automatic drain valve sedangkan drain

valve bawah merupakan manual drain valve, yang akan dibuka untuk menjaga

level liquid agar tetap berada pada level diantara 6” dan 21”.
Terdapat pressure gauge untuk mengetahui tekanan yang ada pada

coalescer. Terdapat pula pressure safety valve untuk menjaga peralatan dari

tekanan yang berlebihan. Apabila ada tekanan yang berlebihan pressure safety

valve akan terbuka dan gas yang berlebihan akan dibuang pada HP flare.

Blowdown valve juga ada untuk mengurangi tekanan pada peralatan jika terjadi

emergency shutdown.

 Absorber (PV-1110)

o Shell MAWP : 80 psi @ 150 oF

o Shell MAWT : 0 0F @ 80 psi

o Diameter : 3962 mm

o Height : 40 ft

o Capacity : 92 kl
Gambar 4.5 Absorber

Gas masuk ke absorber pada tekanan 60 PSIG dan flow rate 7,639 SCFM.

Gas masuk melalui bagian bawah vessel dan keluar dari atas. Sedangkan sirkulasi

larutan berlawanan arahnya. Level liquid dijaga setinggi 23’0”.

Absorber memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya kontak antara larutan

dan sour gas. Larutan akan mengikat sulfur yang terkandung dalam gas dan akan

melarutkannya ke oxidizer.

Gas yang masuk ke dalam absorber melalui 3 branches yang memiliki

ukuran masing - masing branch 8” dan 2 branches berukuran 6”. Kecepatan gas

diatur dengan jumlah branches yang dibuka.


Gas yang telah di treating keluar melalui mist eliminator sebelum keluar

melalui discharge. Digunakan untuk mencegah larutan terikut gas dan juga sulfur

agar tidak terikut dalam gas system. Terdapat control valve dengan timer berguna

untuk pembersihan mist eliminator yang di set 10 detik setiap 60 menit. Tapi

waktu pembersihan mist eliminator bisa diatur tergantung diferensial pressure

yang ada. Semakin besar diferensial pressure berarti mist eliminator sedang

dalam keadaan kotor sehingga butuh dibersihkan.

 Oxidizer (PV-1130)

o Nominal Diameter : 11 m

o Nominal Capacity : 527 m3

o Design Pressure : 100 PSIG

o Corr. Allw. : 0,125 inch

o Nominal height : 5.5 m

o Design Liquid level : 4.0 m

o Working Pressure : 60 psig


Gambar 4.6 Oxidizer

Pada proses perubahan H2S menjadi sulfur, katalis besi terreduksi dari

bentuk ferric ions (Fe3+) menjadi ferrous ions (Fe2+). Dibutuhkan setidaknya

1130 ppm katalis besi pada larutan untuk merubah H2S menjadi sulfur. Untuk itu

dibutuhkan proses regenerasi katalis agar katalis dapat kembali digunakan di

absorber. Proses regenerasi itu terjadi di dalam oxidizer, yaitu pengembalian ion

katalis (Fe2+) menjadi Ferric Ions (Fe3+) dengan bantuan oksigen.

Di dalam oxidizer katalis besi di oksidasi kembali menjadi ferric ions

sebelum di pompakan kembali menuju absorber. Effisiensi oksidasi tergantung

pada level liquid. Normal level pada oxidizer diatur oleh level control valve pada

make up suplai air. Yang akan terbuka bila berapa pada 1” dibawah NLL dan

akan menutup pada 1” diatas NLL.


Oxidizer (TK-1130) dibangun dengan 5 chamber yang terpisahkan dengan

weir dan baffle. Terdapat reaction chamber, 3 oxidizer chamber, dan satu degas

chamber. Terdapat dua transisi kecil diantara oxidizer chamber, dimana liquid

akan mengalir melewati weir kemudian mengalir ke bawah baffle. Oksidasi

katalis terjadi 3 tahap melewati setiap oxidizer chamber. Setiap oxidizer chamber

disemprotkan udara dari air blower. Terdapat pipa di lantai bawah oxidizer yang

akan menyemprotkan udara. Pipa tersebut memiliki lubang dan ditutupi dengan

perforated rubber sleeve yang dapat melepas udara dalam bentuk gelembung

gelembung kecil. Untuk menjaga rubber sleeve dalam keadaan bersih dari deposit,

pipa dapat di flush dengan air secara berkala.

Larutan yang telah teroksidasi akan mengalir masuk menuju degas

chamber dimana gelembung udara yang terikut akan dilepaskan. Didalam

oxidizer juga terjadi proses regenerasi katalis. Namun ada kemungkinan

regenerasi katalis tidak terjadi sehingga dibutuhkan penambahan katalis secara

continue. Larutan yang telah terregenerasi akan di pompa oleh recirculated pumps

dari degas chamber menuju absorber. Dan sebagian larutan akan di pompa

menuju overspray, dan filter press. Dimana HS- akan dioksidasi Fe3+ menjadi

sulfur di absorber. HS- dari overspray berikatan dengan O2 akan menjadi

thiosulfate yang akan berguna sebagai chelon stabilizer reaksi ini harus dijaga

agar SG dari larutan kurang dari 1,20.

Jika konsentrasi thiosulfate pada larutan kurang dari 60-80 gm/kg,maka

akan ditambahkan secara manual dan liquid yang kembali dari absorber bypass

reaction chamber dan akan masuk ke oxidizer chamber 1, dimana HS- akan
bereaksi dengan O2. Menjaga jumlah thiosulfate dibutuhkan untuk menjaga

konsumsi chelating agent.

Chemicals di masukkan ke oxidizer chamber 3. Sampel larutan dapat

diambil dari de-gas chamber dan reaction chamber, jadi derajat re-oksidasi dapat

di ketahui.

 Verti press filter (VPC-100-3)

o Kapasitas : 25.000 GPM

o Preesure : 120 psig

Gambar 4.7 Verti Prees Filter

Verti press filter di rancang untuk memisahkan padatan tersuspensi sangat

kecil di setiap konsentrasi padatan. Pemisahan awal dilakukan dengan

menggunakan pompa bertekanan hingga 275 bar (40 psig).


Siklus filter dimulai dengan masuknya feed berbentuk bubur (slurry) ke

dalam ruang penyaring horizontal. Kemudian semua chamber ditutup dan akan

diberi tekanan oleh udara sebesar 8,3 bar (120 psig). Padatan tersuspensi akan

tertahan pada filter yang berbentuk lembaran kain. Proses pemberian tekanan akan

berakhir setelah volume padatan mencapai set point setebal 25 mm.

Kemudian dilanjutkan dengan siklus pencucian diawali dengan menutup

valve feed masuk dan valve udara dibuka. Udara bertekanan masuk pada setiap

ruang filter tekanan pada filter chamber dipertahankan pada tekanan 2,75 bar (40

psig) sampai kering. Kemudian udara dikeluarkan dan akan memulai siklus

pencucian dengan air.

RO water digunakan untuk mencuci cake pada filter air disuplai ke filter

sebesar 2,75 bar (40 psig). Air ini digunakan untuk melarutkan larutan yang ikut

tersuspensi di dalam penyaring.. Setelah selesai proses pencucian dengan air,

Siklus pencucian dengan udara akan dilakukan lagi. Proses ini dilakukan untuk

mengeringkan kembali sulfur cake. setelah pengeringan selesai sulfur cake akan

di buang melalui pintu diverter dan akan ditampung pada bag.

4.4 Variabel Operasi

 Suhu

Suhu pada oxidizer dijaga karena pada reaksi kimia oxidizer membutuhkan

panas untuk melakukan reaksinya.suhu panas dihasilkan oleh heater yang ada di

dalam oxidizer. Suhu di oxidizer dijaga pada suhu 128oF.


 Flow

Gas yang masuk ke dalam absorber memiliki maksimal flow 7639 SCFM

atau 11 MMSFCD. Jumlah aliran yang masuk dapat diatur dengan menggunakan

sparger. Pengaturan kapasitas gas yang masuk sparger sebagai berikut, dalam %

20 to 27% Branch 3

24 to 33% Branch 1

30 to 44% Branch 2

45 to 60% Branches 1 & 3

51 to 67% Branches 2 & 3

55 to 74% Branches 1 & 2

75 to 100% All branches

Branches 1&3 berukuran 6 in. sedangkan branch 2 berukuran 8 in.

 Level

Ketinggian cairan pada absorber dijaga pada level 23ft dari batas bawah

vessel, dan ketinggian cairan pada oxidzer dijaga pada level 24ft. Terdapat

transmitter yang berfungsi sebagai indikator high level dan low level serta valve

yang digunakan untuk menjaga level cairan.

 pH

pH larutan penting untuk diketahui karena mempengaruhi kemampuan

penyerapan H2S oleh larutan. pH yang rendah maka penyerapan akan rendah

sedangkan pH yang tinggi akan meningkatkan kemampuan penyerapan H2S. pH

yang optimal disini berkisar 8,2-8,5. Namun pH yang terlalu tinggi akan
mendorong pembentukan ion thiosulfat, mengurangi penyerapan oksigen dan

menghambat pengelompokan sulfur. Analisa pH dilakuan setiap hari sebanyak 3

kali yaitu pukul 08.00, 11.00, dan 14.00. Pengambilan sample pH diambil dari

oxidizer.

 Potensial Redoks

Penentuan potensial redoks bertujuan untuk mengetahui aktivitas larutan yang

berhubungan dengan oksidasi Fe di dalam larutan. Menurut teori potensial

redoks untuk absorber sebesar -250 mV sedangkan untuk oxidizer sebesar -150

mV. Potensial redoks tersebut akan menjamin kecukupan katalis dalam

absorber-oxidizer. Analisa potensial redoks juga dilakukan setiap hari sebanyak

3 kali bersamaan dengan sampling SRU.

 Kadar Thiosulfat

Penentuan thiosulfat untuk bertujuan untuk mengetahui jumlah thiosulfat

yang terdapat di dalam solution di oxidizer. Penentuan ini dilakukan setiap hari

Jumat. Thiosulfat merupakan hasil samping dari reaksi ion HS- dan oksigen,

selain itu didapat dari penambahan solution thiosulfat secara manual.

Keberadaan thiosulfat dalam solution harus ada, karena untuk menjaga

kestabilan chelating agent.

 Kadar Besi

Penentuan kadar besi bertujuan untuk mengetahui kecukupan besi dalam

solution sebagai katalis. Keberadaan besi dalam solution sangat diperlukan

untuk mengubah H2S menjadi sulfur dengan cara memindahkan elektron


(reduksi Fe3+ menjadi Fe2+). Menurut teori katalis besi dapat bekerja dengan

baik apabila jumlahnya berkisar 550ppm/kg. Kadar besi yang baik dalam

solution di absorber dapat bekerja dengan baik sebagai katalis sehingga

pengikatan H2S baik dan sweet gas yang dihasilkan lebih baik.

4.5 Data Operasi

Data kondisi operasi merupakan data yang menunjukkan kerja SRU dalam

menyerap kandungan sulfur yang ada dalam gas. Adapun data kondisi operasi

yang dapat diambil :

Absorber Oxidiser
Date pH Redox pH Redox Fe Tio
mV mV
1 8,22 -174,35 8,56 -114,30 620,57 77,19
2 8,27 -173,40 8,60 -116,15
3 8,23 -175,23 8,61 -119,30
4 8,29 -174,50 8,61 -121,60
5 8,26 -177,60 8,63 -124,23
6 8,29 -174,85 8,64 -116,83
7 8,30 -174,30 8,66 -115,88
Tabel 4.1 Absorber-Oxidizer
Iron
Date Katalis Chelat KOH 45 % Biostat Surfactant
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Konsumsi Konsumsi
GPD GPD GPD GPD GPD
1 1,32 116,38 112,65 2,64 1,32
2 7,93 134,46 72,08 1,32 1,32
3 3,96 125,22 80,34 2,64 1,32
4 5,28 126,09 69,64 2,64 1,32
5 3,96 142,02 82,54 1,32 1,32
6 4,49 77,90 146,88 3,43 1,59
7 4,76 144,73 72,18 3,70 1,59
Tabel 4.2 Chemicals on SRU

H2S Sulfur Product


Date Sour Sweet (bag)
( %) (ppm)
1 1,6 2,1 6
2 1,6 2 8
3 1,7 2 8
4 1,7 2,5 8
5 1,6 2,3 6
6 1,6 2,5 6
7 1,6 2,7 8
Tabel 4.3 H2S dan Sulfur

Anda mungkin juga menyukai