Anda di halaman 1dari 2

3.

Para ulama rahimahumullah menegaskan bahwa ‘amar ma’ruf nahi munkar’ adalah wajib atas
ummat ini, tidak ada pilihan lain. Hukumnya adalah fardhu kifayah, jika sebagian dari ummat ini telah
melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban yang lain. Namun jika tidak ada seorangpun yang
menegakkan perkara ini, maka dosanya akan ditanggung oleh seluruh individu ummat ini. Dan
Allah subhanahu wata’ala akan mempertanyakan dan menghisabnya pada hari kiamat kelak.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:

َْ ِ‫ن ْال ُم ْن َك ِْر َوأُولَئ‬


ْ‫ك ُه ُم‬ ِْ ‫ْر َويَأ ْ ُْم ُرونَْ ِب ْال َم ْع ُر‬
َ َْ‫وف َويَ ْن َه ْون‬
ِْ ‫ع‬ ُ ‫ن ِم ْن ُك ْْم أ ُ َّمةْ يَ ْد‬
ِْ ‫عونَْ إِلَى ْال َخي‬ ْْ ‫َو ْلت َ ُك‬
َْ‫ْال ُم ْف ِل ُحون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.
Ali Imran: 104)

2. Mereka dianggap umat terbaik, karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman yang
menghendaki untuk melaksanakan segala perintah Allah, dan karena mereka menyempurnakan
pula orang lain dengan menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah yang munkar, atau dengan kata
lain mengajak manusia kepada Allah, berjihad dan mengerahkan kemampuan untuk
mengembalikan mereka dari kesesatan dan kemaksiatan. Ayat ini merupakan dalil keutamaan
umat Nabi Muhammad disbanding umat-umat yang lain. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
Dalam ayat ini terdapat seruan halus dari Allah kepada Ahli Kitab untuk mengajak mereka beriman
(masuk Islam), namun sayang kebanyakan mereka menolak. Bahkan lebih dari itu, mereka pun
memusuhi orang-orang yang beriman dengan berbagai bentuk permusuhan, tetapi semua itu
tidaklah membahayakan kaum mukmin selain gangguan kecil saja

Sedangkan mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, mengganggu rasul dan kaum mukmin, lagi
mengingkari janji. Oleh karena itu, Allah layak berlepas diri dari mereka, dan tidak mengadakan
perjanjian aman dengan orang-orang musyrik.
Dari kalangan musyrikin.
Yang dimaksud dengan dekat Masjidilharam adalah Al-Hudaibiyah, suatu tempat yang terletak
dekat Makkah di jalan ke Madinah. Pada tempat itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan kaum musyrikin selama 10 tahun.
Dengan mengindahkan perjanjian dan tidak merusaknya.
Dengan memenuhi janji dan tidak melanggarnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berlaku lurus
terhadap mereka dengan mengindahkan perjanjian sampai mereka melanggarnya dengan
menolong Bani Bakar melawan Khuza†™ah.

Orang-orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu tidak dibenarkan


memiliki perjanjian (damai) dan jaminan keamanan di sisi Allah dan rasul-Nya,
kecuali perjanjian yang kalian -wahai orang-orang Islam- adakan bersama
orang-orang musyrik itu di dekat Masjidilharam dalam Perjanjian Hudaibiyah.
Maka sepanjang mereka menghormati perjanjian yang kalian buat dengan
mereka itu dan tidak melanggarnya maka kalian pun harus menghormatinya
dan tidak boleh melanggarnya. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-
hamba-Nya yang bertakwa, yang menjalankan perintah-perintah-Nya, dan
menjauhi larangan-llarangannya

Anda mungkin juga menyukai