Anda di halaman 1dari 80

PEDOMAN

STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA

2018
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan

2018
Ke Posyandu jangan
lupa membawa buku
KIA
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
iv

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan berbagai institusi pemerintah yang terkait
Yang Maha Esa, atas izin dan karunia-Nya maupun pihak non pemerintah seperti
sehingga dokumen Strategi Komunikasi swasta, masyarakat madani, dan komunitas.
Perubahan Perilaku dalam Percepatan
Pencegahan Stunting dapat tersusun dan Pilar 2 (dua) dikoordinasikan oleh
diterbitkan. Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Komunikasi dan Informatika, dengan
Pencegahan stunting memerlukan intervensi pembagian lingkup pekerjaan, yaitu
gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi pertama: Kementerian Kesehatan fokus pada
spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pencegahan Stunting dan kedua, adalah
intervensi terpadu yang melibatkan lintas Kementerian Komunikasi dan Informatika
sektor dan menyasar kelompok prioritas di yang fokus pada Kampanye Nasional
lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan Percepatan Pencegahan Stunting.
perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak,
yang pada akhirnya membantu terhadap Dokumen ini menjelaskan tentang Strategi
pencegahan stunting. Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku
dalam Percepatan Pencegahan Stunting
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan yang mencakup antara lain latar belakang
Stunting terdiri dari lima pilar, yaitu: 1) urgensi permasalahan stunting di Indonesia,
komitmen dan visi kepemimpinan; 2) tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin
Kampanye nasional dan komunikasi dicapai, kelompok sasaran, kerangka teori
perubahan perilaku; 3) Konvergensi, dan peta jalan sebagai panduan pelaksanaan
koordinasi, dan konsolidasi program pusat, program, pesan-pesan kunci, indikator
daerah, dan desa; 4) Gizi dan ketahanan program, pengaturan pembagian peran dan
pangan; dan 5) Pemantauan dan evaluasi. tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi,
Strategi ini diselenggarakan di semua serta contoh implementasi kegiatan yang
tingkatan pemerintah dengan melibatkan dapat dilakukan.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
v

Strategi Nasional Komunikasi Perubahan Percepatan Pencegahan Stunting sesuai


Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting dengan konteks lokal masing-masing.
ini disusun untuk memberikan arahan
dan panduan kepada para pemangku Kami ucapkan terima kasih kepada semua
kepentingan terkait di tingkat kabupaten dan pihak yang terlibat dalam penyusunan
kota dalam menyusun dan melaksanakan dokumen ini. Semoga dokumen ini
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2018

Direktur Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan Masyarakat
Kementerian Kesehatan

dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes


PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
vi

Sambutan
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan

Stunting akibat kekurangan gizi yang benar sesuai dengan standar, akan
terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan mampu meminimalisir segala dampak
(HPK) tidak hanya menyebabkan yang disampaikan di atas. Tingginya
hambatan pada pertumbuhan fisik dan prevalensi stunting saat ini menunjukkan
meningkatkan kerentanan terhadap bahwa terdapat permasalahan mendasar
penyakit, namun juga mengancam yaitu ketidaktahuan masyarakat terhadap
perkembangan kognitif yang akan faktor-faktor penyebab stunting dan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan pemberian pelayanan kesehatan yang
dan produktivitas anak serta risiko belum sesuai standar, baik di tingkat
terjadinya gangguan metabolik yang masyarakat maupun di fasilitas pelayanan
berdampak pada risiko terjadinya kesehatan yang mendorong terjadinya
penyakit degeneratif (diabetes melitus, stunting.
hiperkolesterol, hipertensi) di usia
dewasa. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk setiap kelompok
Prevalensi stunting merupakan salah sasaran sesuai perannya dalam
satu masalah gizi terbesar pada balita pencegahan stunting menjadi penting.
di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dengan meningkatnya pengetahuan
Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan tersebut, diharapkan kelompok sasaran
sebanyak 30,8% balita menderita dapat melakukan perubahan perilaku
stunting. Proporsi status gizi pendek dan yang mendukung pencegahan stunting.
sangat pendek pada bayi di bawah dua Di tingkat masyarakat, tenaga pelayan
tahun (baduta) mencapai 29,9% atau kesehatan diharapkan memiliki
lebih tinggi dibandingkan target RPJMN pengetahuan yang baik tentang stunting
2019, yaitu sebesar 28%. Padahal apabila sehingga dapat memberikan informasi
stunting terjadi pada masa baduta, dengan benar, melakukan intervensi
namun mendapatkan intervensi dengan layanan kesehatan dengan tepat, serta
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
vii

membangun kepercayaan masyarakat agar kelompok sasaran di wilayahnya masing-


akhirnya dapat terdapat perubahan perilaku masing untuk mengatasi permasalahan
pencegahan stunting yang signifikan. Selain stunting ini. Strategi Nasional Komunikasi
itu, permasalahan di tingkat kebijakan Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
yang belum konvergen dan memberikan Stunting dapat disesuaikan dengan konteks
dukungan terhadap pencegahan stunting lokal daerah, sehingga intervensi lebih tepat
juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dan memberi dampak signifikan terhadap
dalam upaya percepatan pencegahan turunnya angka stunting di Indonesia secara
stunting di Indonesia. keseluruhan.

Untuk mengatasi perubahan perilaku Akhir kata, kami mengucapkan banyak


tersebut, maka disusunlah Strategi Nasional terima kasih kepada seluruh pihak yang
Komunikasi Perubahan Perilaku yang terlibat dalam penyusunan Strategi
terpadu untuk mencegah stunting. Strategi Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku
ini memberi panduan dan arahan yang jelas, Percepatan Pencegahan Stunting ini.
serta menyediakan instrumen-instrumen Semoga segala upaya yang telah dilakukan
operasionaliasi pendukung agar dapat dapat memberikan manfaat yang baik dan
segera dipakai untuk melakukan intervensi mendukung pelaksanaannya di lapangan.
perubahan perilaku di tingkat kabupaten dan
kota. Kami mendorong pemimpin daerah di Mari kita bersama-sama mewujudkan mimpi
tingkat provinsi, kabupaten, kota, kecamatan anak-anak Indonesia yang lebih berkualitas
dan desa untuk memimpin dan memotivasi sehingga dapat menjadi generasi penerus
pelaksanaan strategi perubahan perilaku bangsa kita yang lebih maju.

Jakarta, Desember 2018

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat


Kementerian Kesehatan

dr. Kirana Pritasari, MQIH


PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
viii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iv

Sambutan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat


Kementerian Kesehatan vi

Daftar Isi viii

Daftar Singkatan xi

Daftar Istilah xii

BAB 1 Pendahuluan 2

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Tujuan dan Indikator Capaian 5

1.3 Landasan Strategi Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku


Percepatan Pencegahan Stunting 7

1.4 Dasar Hukum 9

BAB 2 Komunikasi Perubahan Perilaku 12

2.1 Kerangka Teori 12

2.2 Tahapan Perubahan Perilaku 14

2.3 Peta Jalan 15

BAB 3 Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 18

3.1 Analisis Situasi 18

3.2 Menentukan Kelompok Sasaran 19

3.3 Menyusun Struktur dan Dimensi Pesan Kunci 20

3.4 Mengembangkan Pendekatan Komunikasi 22

3.5 Mengelola Saluran Komunikasi 25

3.6 Mendesain Materi Komunikasi 25


PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
ix

BAB 4 Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku 28

4.1 Tingkat Nasional 28

4.2 Tingkat Daerah 37

4.3 Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku 43

BAB 5 Pemantauan dan Evaluasi 48

5.1 Metode Pemantauan dan Evaluasi 48

5.2 Sistem Pemantauan dan Evaluasi 49

Lampiran 1: Contoh Masalah Perilaku dan Praktik Terkait


Stunting & Analisa Saluran Komunikasi 54

Lampiran 2: Struktur Pesan Komunikasi Perubahan Perilaku


Percepatan Pencegahan Stunting 58

Referensi 64
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pilar Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 7

Gambar 2. Model Ekologi Sosial 13

Gambar 3. Tahapan Perubahan Perilaku 15

Gambar 4. Peta Jalan Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan Pencegahan


Stunting 16

Gambar 5. Sistem Manajemen Data untuk Pemantauan dan Evaluasi Komunikasi


Perubahan Perilaku 49

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan


Stunting 5

Tabel 2. Hubungan Dimensi Pesan Kunci dan Fase Perubahan Perilaku 21

Tabel 3. Pendekatan Komunikasi Untuk Percepatan Pencegahan Stunting 22

Tabel 4. Usulan Penguatan Kegiatan Utama Germas dengan Komunikasi Perubahan


Perilaku
29
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xi

DAFTAR SINGKATAN
ANC : Ante Natal Care
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Bappeda : Badan Perencanaan Daerah
BCC : Behaviour Change Communication
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Bimtek : Bimbingan Teknis
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
CLTS : Community Led Total Sanitation
GAIN : Global Alliance for Improved Nutrition
Gernas PPG : Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
GPR : Government Public Relations
IMA World Health : Interchurch Medical Assistance World Health
IPC : Interpersonal Communication
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPM : Kader Pembangunan Manusia
KSP : Kantor Staf Presiden
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
MES : Model Ekologi Sosial
NGO : Non-Governmental Organization
NSPK : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PDB : Produk Domestik Bruto
PKH : Program Keluarga Harapan
PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak
Pokjanal : Kelompok Kerja Operasional
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPK : Rencana Kerja Pemerintah
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
WASH : Water Sanitation and Hygiene
WHO : World Health Organization
1000 HPK : 1000 Hari Pertama Kehidupan
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xii

DAFTAR ISTILAH

Merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk


mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam
Advokasi
kebijakan publik secara bertahap untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat

Bentuk cerita atau narasi tentang suatu hal yang disajikan dengan
Advertorial
gaya bahasa jurnalistik (bahasa media massa)

Akuntabilitas Terbuka, transparan, dapat dipertanggungjawabkan

Adaptasi Penyesuaian, disesuaikan

Bentuk poster dengan ukuran yang lebih besar yang diletakkan


Billboard
tinggi di tempat tertentu yang ramai dilalui orang

Aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan oleh


Citizen journalism
wartawan

Champion Pelopor; perintis

Melakukan pengumpulan data dan informasi melalui dokumen-


Desk review dokumen yang sudah tersedia lalu melakukan analisa terhadap
data dan informasi tersebut

Proses untuk memeriksa atau melakukan pemeriksaan terhadap


Deteksi
sesuatu dengan menggunakan cara dan teknik tertentu.

Food taboo Makanan yang pantang untuk dikonsumsi

Fleksibel Mudah menyesuaikan diri

Sekelompok orang yang berkumpul pada waktu dan tempat yang


Flash mob telah ditetapkan untuk melakukan suatu hal, contoh: meneriakkan
pesan-pesan tertentu

Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan


Formative research terkait komunitas atau kelompok sasaran untuk mengarahkan
pembuatan/perencanaan program dan pengambilan keputusan.

Global Secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar:
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xiii

Hierarki Sebuah kumpulan yang disusun

Implementasi Pelaksanaan atau penerapan

Sebuah perbuatan atau tindakan campur tangan yang dilakukan


Intervensi oleh satu lembaga (badan) terhadap sebuah permasalahan yang
terjadi di dalam masyarakat

Informal Tidak resmi

Informasi atau data dalam bentuk visual atau grafis (tampilan grafik
Infografis
atau gambar)

Insight Sebuah pemahaman yang sangat mendalam tentang sesuatu

Konvergensi Keadaan menuju satu titik pertemuan; memusat

Terus-menerus berlangsung; tahan dalam waktu yang lama


Kronis
(tentang keadaan)

Perbuatan (hal dan sebagainya) untuk memperteguh atau


Konsolidasi
memperkuat (perhubungan, persatuan, dan sebagainya)

potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan


(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
Kognitif
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi
(evaluation)

Konsisten Tetap (tidak berubah-ubah)

Pemberian bimbingan oleh tenaga terlatih kepada seseorang


Konseling
dengan menggunakan pendekatan psikologis

Kanal Saluran

Koalisi Bekerja sama untuk satu tujuan

Kolaborasi Kerja sama

Konten Isi
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xiv

Bersifat mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang


Konservatif
berlaku

Komprehensif Bersifat menyeluruh, luas dan lengkap

Logis Masuk akal, sesuai logika

Lokus Menandakan tempat atau posisi

Kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi


Literasi
saat melakukan proses membaca dan menulis

Suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani,


Masyarakat madani
dan memaknai kehidupannya

Mobilisasi Pengerahan

Modifikasi Pengubahan

Mutakhir Terakhir; terbaru; modern

Media broadcast Media untuk melakukan penyiaran

Media visit Kunjungan media

Kegiatan diskusi mendalam terhadap suatu isu bersama beberapa


Media roundtable
media dalam skala kecil (4-8 wartawan)

News update Kabar terbaru (berita terbaru)

Orientasi Pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan

Open Defecation Daerah dimana tidak ada lagi warga yang melakukan buang air
Free besar sembarangan

Pilar Dasar, induk

Platform Tempat atau media untuk menjalankan program atau rencana kerja

Publik Umum
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xv

Pesan kunci Pesan utama

Regulasi Peraturan

Catatan mengenai apa yang telah dibicarakan dan diputuskan


Risalah
dalam suatu pertemuan

Ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena


Stigma
pengaruh lingkungannya

Stimulasi Dorongan, rangsangan

Pengiriman layanan pesan singkat (short message service, sms)


sms blast secara massal yang mesin pengirimnya dioperasikan langsung dari
perusahaan telekomunikasi tertentu

Terintegrasi Pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat

Terpadu Disatukan, dilebur menjadi satu

Testimoni Kesaksian
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
xvi

Salah satu kegiatan di


Posyandu mengukur
panjang badan bayi
BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 1
PENDAHULUAN
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
2

Memberikan imunisasi pada anak

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Stunting atau sering disebut pendek adalah mengakibatkan kerugian ekonomi. Kerugian
kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan ekonomi akibat stunting pada angkatan kerja
gizi kronis dan stimulasi psikososial serta di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai
paparan infeksi berulang terutama dalam 10,5% dari produk domestik bruto (PDB),
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu atau setara dengan Rp 386 triliun.3
dari janin hingga anak berusia dua tahun.1
Anak tergolong stunting apabila panjang Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir4
atau tinggi badannya berada di bawah minus menunjukkan bahwa stunting merupakan
dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya.2 salah satu masalah gizi terbesar pada balita
Masyarakat belum menyadari bahwa di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
stunting adalah suatu masalah serius, hal ini (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8%
dikarenakan belum banyak yang mengetahui balita menderita stunting dan 29.9% baduta
penyebab, dampak dan pencegahannya. pendek dan sangat pendek – yang apabila
dilakukan intervensi yang tepat maka dapat
Stunting dan kekurangan gizi lainnya mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya Masalah gizi lain terkait dengan stunting
menyebabkan hambatan pertumbuhan yang masih menjadi masalah kesehatan
fisik dan meningkatkan kerentanan masyarakat adalah ibu hamil Kurang Energi
terhadap penyakit, tetapi juga mengancam Kronis atau KEK (17,3%), anemia pada ibu
perkembangan kognitif yang akan hamil (48,9%), bayi lahir prematur (29,5%),
berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%),
dan produktivitas anak di masa dewasanya. balita dengan status gizi buruk (17,7%) dan
Secara jangka panjang, stunting dapat anemia pada balita.
BAB 1. PENDAHULUAN

Penurunan stunting menitikberatkan pada intervensi yang terpadu untuk menyasar


penanganan penyebab langsung dan tidak kelompok prioritas di lokasi prioritas
langsung. Mengacu pada “The Conceptual merupakan kunci keberhasilan perbaikan
Framework of the Determinants of Child gizi dan tumbuh kembang anak, serta
Undernutrition”5 , “The Underlying Drivers of pencegahan stunting.8
Malnutrition”6 , dan “Faktor Penyebab Masalah
Gizi Konteks Indonesia” 7 penyebab langsung Kendala penyelenggaraan pencegahan
masalah gizi pada anak, termasuk stunting, stunting di Indonesia, secara umum
adalah konsumsi makanan dan status diakibatkan lemahnya koordinasi program di
infeksi. Adapun penyebab tidak langsungnya berbagai tingkat administrasi:9
meliputi ketersediaan dan pola konsumsi
rumah tangga, pola asuh pemberian ASI/ a. Kebijakan yang dirumuskan dan
MP ASI, pola asuh psikososial, penyediaan program yang dilaksanakan oleh
MP ASI, kebersihan dan sanitasi, pelayanan berbagai sektor belum memriotaskan
kesehatan dan kesehatan lingkungan. intervensi yang terbukti efektif. Stunting
Intervensi terhadap penyebab langsung dan yang telah ditetapkan sebagai prioritas
tidak langsung tersebut diharapkan dapat nasional dalam RPJMN 2015-2019
mencegah masalah gizi, baik kekurangan belum dijabarkan menjadi program
maupun kelebihan gizi. dan kegiatan prioritas oleh seluruh
kementerian/lembaga terkait.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi
b. Penyelenggaraan intervensi gizi
gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik dan sensitif masih belum
spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global
terpadu, baik dari proses perencanaan
menunjukkan bahwa penyelenggaraan
dan penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, maupun evaluasi baik di
tingkat pusat, daerah hingga ke tingkat
desa. Akibatnya cakupan dan kualitas
berbagai pelayanan dasar kurang
optimal.

c. Pengalokasian dan pemanfaatan


sumber daya dan sumber dana belum
efektif dan efisien. Belum ada kepastian
pemenuhan kebutuhan sumber dana
untuk pencegahan stunting di tingkat
kabupaten/kota. Potensi sumber daya
dan sumber dana tersedia dari berbagai
sumber, namun belum diidentifikasi dan
dimobilisasi secara optimal.

d. Keterbatasan kapasitas penyelenggara


program advokasi, sosialisasi, kampanye
stunting, kegiatan konseling, dan
keterlibatan masyarakat.

e. Ketersediaan, kualitas, dan pemanfaatan


data untuk menyusun kebijakan serta
pemantauan dan evaluasi kurang
optimal.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
4

f. Stunting tidak hanya terjadi pada


kalangan masyarakat miskin tetapi juga
di kelompok rumah tangga terkaya, yaitu
sebesar 29% balita dari 20% rumah
tangga dengan status sosial ekonomi
tertinggi.15

g. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan


yang terbatas juga mempengaruhi
kepatuhan masyarakat, khususnya
ibu hamil dan ibu menyusui, untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai jadwal.

h. Ketimpangan akses air minum dan


Pemberian ASI sanitasi masih cukup besar, terutama di
pada anak wilayah Indonesia Timur16 .

Masalah perilaku individu, masyarakat,


sistem layanan dan kebijakan terkait stunting
dan faktor risikonya, secara lebih detil
Berbagai hasil desk review dan formative dijabarkan pada Lampiran 1.
research yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan menunjukkan berbagai perilaku Mengacu pada permasalahan di atas, maka
di masyarakat ditemukan belum optimal: dapat disimpulkan bahwa permasalahan
utama stunting di Indonesia adalah kombinasi
a. Asupan makan ibu hamil dipengaruhi antara kebijakan yang belum konvergen
oleh suaminya dan/atau mertua sebagai
dalam memberikan dukungan terhadap
orang yang mengambil keputusan
mengenai makanan apa yang akan dibeli pencegahan stunting serta permasalahan
dan dikonsumsi.10 perilaku yang terjadi baik di tingkat individu,
tingkat masyarakat, dan tingkat layanan
b. Inisiasi menyusu dini belum menjadi
kesehatan masyarakat.
norma; hanya sekitar setengah dari ibu
melahirkan melakukan inisiasi menyusu
dini dalam satu jam kelahiran.11 Untuk itu, Strategi Nasional Komunikasi
Perubahan Perilaku yang terpadu diperlukan
c. Pengenalan kepada makanan tambahan agar terjadi pembagian peran dan
yang terlalu dini, setengah dari anak
tanggung jawab masing-masing pemangku
yang mendapatkan ASI sudah menerima
makanan padat atau semi padat pada kepentingan untuk mendukung komunikasi
umur empat atau lima bulan.12 perubahan perilaku sebagai salah satu
upaya dalam pencegahan stunting.
d. Perilaku mencuci tangan dengan sabun
Kombinasi elemen advokasi kebijakan,
sebelum makan, memasak, atau saat
memberi makan masih rendah13 ,14 kampanye, komunikasi antar pribadi dan
mobilisasi sosial akan saling melengkapi
e. Status ekonomi dan pantangan makanan dan meneguhkan untuk memperkuat proses
(food taboo) masih menjadi faktor yang
pengambilan keputusan, koordinasi, kualitas
sangat berpengaruh bagi masyarakat
Indonesia. dan akuntabilitas program yang akan
diimplementasikan.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.2 Tujuan dan Indikator Capaian

Strategi Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting ini memiliki
tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:

1.2.1 Tujuan Umum


Meningkatkan kesadaran publik dan mengubah perilaku kunci yang berpengaruh pada faktor risiko
stunting, melalui strategi komunikasi perubahan perilaku.

Tabel 1. Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan


Stunting

Tujuan Khusus Indikator Capaian

1. Diterbitkannya regulasi/ Sebanyak 514 kabupaten/kota menerbitkan regulasi/


kebijakan di tingkat kebijakan terkait komunikasi perubahan perilaku dalam
kabupaten/kota terkait pencegahan stunting pada tahun 2024 yang di dalamnya
komunikasi perubahan mengatur elemen advokasi kebijakan, kampanye,
perilaku dalam komunikasi antar pribadi, dan mobilisasi sosial.
pencegahan stunting.

2. Terlaksananya Sebanyak 80% tenaga kesehatan di puskesmas mendapat


peningkatan kapasitas pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi (utamanya
komunikasi antar bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi kesehatan,
pribadi bagi tenaga petugas sanitasi) pada tahun 2024.
kesehatan (utamanya
bidan, perawat, petugas
gizi, petugas promosi
kesehatan, petugas
sanitasi) di puskesmas.

3. Terlaksananya Sebanyak 80% kader posyandu mendapatkan orientasi


peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi pada tahun 2024.
komunikasi antar pribadi
bagi kader posyandu.

4. Terlaksananya Sebanyak 80% tenaga kesehatan puskemas melakukan


komunikasi antar pribadi komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran pada
oleh tenaga kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan pada tahun 2024
puskesmas kepada terutama melalui platform program PIS-PK dan Posyandu.
kelompok sasaran
pada saat memberikan
pelayanan kesehatan.

5. Terlaksananya kampanye Sebanyak 514 kabupaten/kota melakukan kampanye


terkait stunting. pencegahan stunting sesuai strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan stunting pada tahun 2024.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
6

6. Terjadinya peningkatan ■■ Sebanyak 100% ibu hamil di daerah lokus prioritas


perubahan perilaku minum minimal 90 Tablet Tambah Darah (TTD).
dalam upaya pencegahan
■■ Sebanyak 60% ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil di
stunting pada semua
lokus prioritas.
kelompok sasaran.
■■ Sebanyak 75% rumah tangga yang telah mempunyai
akses pada jamban sehat di lokus prioritas,
menggunakan fasilitas ini.
■■ Sebanyak 75% bayi usia 0-6 bulan di lokus prioritas
mendapat ASI Eksklusif.
■■ Sebanyak 100% Rumah Tangga yang memiliki Baduta di
daerah lokus prioritas mendapat konseling MP ASI
■■ Sebanyak 80% bayi usia 6-24 bulan di lokus prioritas
mendapat MPASI dan makanan lokal.
■■ Sebanyak 100% baduta di daerah lokus prioritas
terpantau status gizi dan perkembangannya dan lingkar
kepala 3 bulan sekali
Senam di kelas
■■ Sebanyak 100% balita usia 24 bulan – 59
ibu hamil
bulan terpantau pertumbuhannya 8 kali dan
perkembangannya 2 kali setahun.
■■ Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapatkan
pengukuran panjang badan dan tinggi badan sedikitnya
dua kali per tahun.
■■ Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapat
pemantauan perkembangan per tahun.
■■ Sebanyak 80% remaja putri mengonsumsi tablet
tambah darah di lokasi sasaran program pemberian
tablet tambah darah.
■■ Sebanyak 50% rumah tangga di lokus prioritas
mendapatkan akses air minum layak.
■■ Sebanyak 95% bayi di lokus prioritas mendapat
Imunisasi Dasar Lengkap.
■■ Sebanyak 95% baduta (1-24 bulan) di lokus prioritas
Contoh porsi mendapat imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dan
makan anak Campak/MR.
■■ Sebanyak 100% ibu hamil KEK di lokus prioritas
mengonsumsi makanan tambahan ibu hamil per tahun.
■■ Sebanyak 100% anak usia 1-4 tahun di daerah endemis
kecacingan mengonsumsi obat cacing sesuai standar.
■■ Sebanyak 100% anak usia 0-59 bulan di lokus prioritas
mengonsumsi vitamin A per tahun sesuai standar.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.3 Landasan Strategi Nasional Komunikasi


Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting

Strategi Nasional Komunikasi Perubahan berperan terhadap pencegahan stunting (b)


Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting Meningkatkan komunikasi antar pribadi bagi
disusun mengacu pada Strategi Nasional pemberi pelayanan kesehatan dan kader
Percepatan Pencegahan Stunting yang untuk memotivasi perubahan perilaku di
terdiri dari lima pilar, yaitu: 1) Komitmen dan tingkat rumah tangga dalam mendukung
visi kepemimpinan; 2) Kampanye nasional ibu hamil dan mengasuh anak 0-23 bulan;
dan komunikasi perubahan perilaku; 3) dan (c) Advokasi secara berkesinambungan
Konvergensi program pusat, daerah, dan kepada para pembuat keputusan di berbagai
desa; 4) Ketahanan pangan dan gizi; dan tingkatan pemerintah dan masyarakat
5) Pemantauan dan evaluasi. Strategi agar dapat memberikan payung regulasi
ini diselenggarakan di semua tingkatan yang mendorong percepatan pencegahan
pemerintah dengan melibatkan berbagai stunting di daerah sesuai dengan konteks
institusi pemerintah yang terkait dan institusi lokal masing-masing.
non-pemerintah seperti swasta, masyarakat
madani, dan komunitas. Kelima pilar tersebut Pilar 2 (dua) dikoordinasikan oleh
tergambar pada Gambar 1 di bawah. Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Komunikasi dan Informatika di tingkat
Dokumen ini akan menjelaskan tentang pusat serta Dinas Kesehatan dan Dinas
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Komunikasi dan Informasi untuk tingkat
Stunting untuk Pilar 2 yang bertujuan kabupaten/kota, dengan pembagian lingkup
untuk meningkatkan kesadaran publik pekerjaan sebagai berikut:
dan perubahan perilaku masyarakat untuk
percepatan pencegahan stunting. Pilar ini 1. Kementerian Kesehatan fokus pada
meliputi: (a) Kampanye dan sosialisasi tingkat Komunikasi Perubahan Perilaku
nasional dan daerah dengan menggunakan Percepatan Pencegahan Stunting
berbagai media dan memanfaatkan momen
2. Kementerian Komunikasi dan
yang ada, termasuk kegiatan-kegiatan
Informatika fokus pada Kampanye
masyarakat pada kelompok sasaran
Nasional Percepatan Pencegahan
langsung maupun tidak langsung yang
Stunting

Gambar 1. Pilar Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Komitmen dan Kampanye Nasional Konvergensi Ketahanan Pemantauan dan


Visi Kepemimpinan dan Komunikasi Program Pusat, Pangan dan Gizi Evaluasi
Perubahan Perilaku Daerah dan Desa
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
8

Strategi pencapaian tujuan Pilar 2 (dua) Secara rinci, dokumen ini menjelaskan
meliputi: tentang target penerima dan penyampai
pesan terkait perubahan perilaku, dan
1. Kampanye perubahan perilaku bagi elemen-elemen teknis lainnya seperti
masyarakat umum yang konsisten dan platform yang dapat dipakai untuk melakukan
berkelanjutan, dengan memastikan komunikasi antar pribadi, pilihan kanal
pengembangan pesan, pemilihan komunikasi yang dapat digunakan untuk
saluran komunikasi, dan pengukuran setiap kelompok sasaran, usulan kegiatan
dampak komunikasi yang efektif, untuk mengimplementasikan komunikasi
efisien, tepat sasaran, konsisten, dan antar pribadi, kampanye, dan advokasi
berkelanjutan. kebijakan dan gambaran indikator capaian
dari seluruh kegiatan tersebut. Selanjutnya,
2. Komunikasi antar pribadi sesuai
Pemerintah Daerah akan mengadaptasi
konteks sasaran, dengan memastikan
Strategi Nasional Komunikasi Perubahan
pengembangan pesan sesuai dengan
Perilaku ini sesuai dengan kebutuhan dan
kebutuhan kelompok sasaran seperti
kearifan lokal di daerahnya masing-masing.
Posyandu, kunjungan rumah, konseling
pernikahan, konseling reproduksi
remaja, dan sebagainya.

3. Advokasi berkelanjutan kepada


pengambil keputusan, dengan
memastikan terselenggaranya
penjangkauan yang sistematis terhadap
para pengambil keputusan untuk
mendukung percepatan pencegahan
stunting melalui penyediaan alat
bantu, dan pengembangan kapasitas
penyelenggara kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku.

4. Pengembangan kapasitas pengelola


program, dengan memberikan
pengetahuan dan pelatihan bagi
penyelenggara kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku yang
efektif dan efisien.

Dokumen Strategi Nasional Komunikasi


Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting ini disusun untuk memberikan
arahan dan panduan kepada para pemangku
kepentingan dalam menyusun strategi
pelaksanakan komunikasi perubahan
perilaku untuk percepatan pencegahan
stunting di tingkat provinsi, kabupaten, kota
Pembuatan sumur oleh masyarakat
dan desa.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.4 Dasar Hukum

Berikut adalah beberapa landasan hukum Menengah Nasional (RPJMN) Tahun


yang mendasari Strategi Komunikasi 2015-2019.
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74
Stunting:
tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.
tentang Rencana Pembangunan Jangka 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
2025. tentang Rencana Strategis Kementerian
2. Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan Tahun 2015-2019.
Republik Indonesia Nomor 585/ 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa
Puskesmas. Rokok di Lingkungan Sekolah.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017
tentang Kesehatan. tentang Gerakan Masyarakat Hidup
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Sehat (Germas).
Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan 15. Peraturan Menteri Perencanaan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun Pembangunan Nasional/Kepala Badan
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kawasan Tanpa Rokok. Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
tentang Sistem Kesehatan Nasional. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

6. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 16. Keputusan Menteri Kesehatan


tentang Gerakan Nasional Percepatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
Perbaikan Gizi. Menkes/577/2018 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Stunting
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Kementerian Kesehatan.
Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Republik Indonesia Nomor 100 tahun
Kesehatan. 2018 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang 18. Peraturan Pemerintah Republik
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan
Gangguan Tumbuh Kembang Anak.

10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015


tentang Rencana Pembangunan Jangka
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
10

Pemberian makan bayi


oleh ibu
BAB 2 KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

11

BAB 2
KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
12

Pemberian informasi kesehatan


kepada masyarakat tentang
pentingnya makan buah dan sayur

BAB 2 Komunikasi Perubahan


Perilaku

2.1 Kerangka Teori

Konsep Komunikasi Perubahan Perilaku dan lingkungan yang menentukan perilaku.


adalah suatu model pendekatan sistematis Kerangka ini juga dapat digunakan untuk
dan interaktif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi daya ungkit perilaku dan
mempengaruhi dan mengubah perilaku organisasi, serta faktor perantara lainnya
spesifik suatu kelompok sasaran. untuk promosi kesehatan masyarakat.17

Pengembangan Strategi Nasional Komunikasi Terdapat lima tingkat hierarki dari MES,
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan yaitu: individu, antar pribadi, masyarakat,
Stunting ini mengacu pada Model Ekologi organisasi, dan kebijakan/lingkungan
Sosial (MES), yaitu sebuah kerangka pendukung (lihat Gambar 2 di bawah).
kerja berbasis teori untuk memahami efek
keragaman dan interaksi dari faktor pribadi
BAB 2 KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

13

Gambar 2. Model Ekologi Sosial18

ADVOKASI
Kampanye Nasional menggunakan media massa

MOBILISASI SOSIAL
KEBIJAKAN
Nasional, kabupaten/ kota dan desa

ORGANISASI
Organisasi dan institusi sosial

MASYARAKAT
Hubungan antar organisasi/komunitas
KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI PERUBAHAN SOSIAL
Keluarga, teman, kelompok sosial

INDIVIDU
Pengetahuan, sikap, perilaku
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU DAN
PERUBAHAN SOSIAL
Penggunaan data secara strategis untuk monitoring dan evaluasi
serta pengembangan kapasitas pemberi layanan KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

Referensi : Diadaptasi dari UNICEF/EAPRO Regional Communication Guide (2013)

Berikut adalah penjelasan tingkatan hierarki ■■ Masyarakat: perubahan perilaku


MES dan hal-hal yang mempengaruhi dipengaruhi oleh hubungan antara
perubahan perilaku di masing-masing organisasi atau lembaga dalam batasan
tingkat: yang sudah ditentukan, antara lain
lingkup rukun tetangga/rukun warga
■■ Individu: karakteristik individu yang (RT/ RW), tokoh masyarakat, dan lingkup
mempengaruhi perubahan perilaku bisnis.
antara lain pengetahuan, sikap, perilaku,
kepercayaan diri, riwayat pertumbuhan, ■■ Organisasi: organisasi atau institusi
jenis kelamin, usia, agama, ras/ suku, sosial yang memiliki aturan, sehingga
status ekonomi, sumber keuangan, nilai, dapat mempengaruhi perilaku sesuai
tujuan, harapan, literasi, stigma, dan lain- dengan batasan-batasan yang ada
lain. dalam organisasi.

■■ Antar pribadi: jaringan sosial formal ■■ Kebijakan/lingkungan sosial politik:


dan informal dan sistem pendukung perubahan perilaku dipengaruhi oleh
sosial yang dapat mempengaruhi kebijakan yang dibuat para pembuat
perilaku individu adalah keluarga, teman, kebijakan di berbagai tingkatan
teman sebaya, rekan kerja, komunitas (nasional, provinsi, kabupaten, kota,
keagamaan, kebiasaan, atau tradisi. desa) dan global. Misalnya, kebijakan
alokasi sumber daya untuk kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak, serta akses
terhadap layanan kesehatan.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
14

2.2 Tahapan Perubahan Perilaku

Komunikasi perubahan perilaku adalah Perubahan perilaku memiliki tujuan


sebuah proses interaktif antar individidu yang spesifik dan bervariasi antar setiap
dan komunitas untuk menyusun pesan kelompok. Namun, pemberian informasi
kunci pendekatan komunikasi, dan saluran kepada kelompok sasaran tidak serta merta
komunikasi yang paling sesuai agar tercipta menghasilkan perubahan perilaku. Dengan
perilaku positif yang dikehendaki sesuai dukungan lingkungan yang kondusif,
dengan konteks lingkungan masyarakat informasi dan kegiatan komunikasi yang
tersebut, sehingga dapat menyelesaikan tepat, maka perubahan perilaku kelompok
permasalahan kesehatan yang paling sasaran dapat dicapai.
penting di daerah tersebut. Komunikasi
perubahan perilaku menyediakan Perubahan perilaku dapat mencakup tahapan
lingkungan pendukung yang memungkinkan sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3.
individu dan masyarakat untuk berinisiatif,
mempraktikkan, dan mempertahankan
perilaku positif yang diharapkan tersebut.

Seorang ibu memeriksakan


kehamilannya di fasilitas kesehatan
BAB 2 KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

15

Gambar 3. Tahapan Perubahan Perilaku19

PEMELIHARAAN
Memelihara
perilaku
pencegahan
stunting dalam
AKSI/ kehidupan harian
TINDAKAN
Mempraktikan
tindakan
PERSIAPAN pencegahan
Mulai persiapan stunting
tindakan
pencegahan
KONTEMPLASI stunting

Mulai sadar
tentang stunting
& punya
PRE- kengininan untuk
KONTEMPLASI melakukan
Belum sadar/ perubahan
mengetahui perilaku
stunting

2.3 Peta Jalan

Untuk mengimplementasikan kerangka mengidentifikasi hasil awal atau hasil yang


Strategi Nasional Komunikasi Perubahan langsung terlihat dari intervensi/pendekatan
Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting, komunikasi, untuk 4) direfleksikan ke dalam
dibutuhkan peta jalan yang berfungsi hasil perubahan perilaku yang terjadi pada
memberikan gambaran keadaan saat ini setiap kelompok sasaran.
hingga perubahan perilaku yang diharapkan
dari berbagai pendekatan komunikasi Hasil akhir yang diharapkan adalah terjadinya
yang dilakukan di tingkatan hierarki yang tujuan utama komunikasi perubahan perilaku
berbeda. yaitu turunnya jumlah anak yang mengalami
stunting, akibat adanya perubahan perilaku
Peta Jalan akan menunjukkan alur yang dilakukan secara konsisten dari semua
cara mengimplementasikan komunikasi pemangku kepentingan, dimana perubahan
perubahan perilaku, diawali dengan 1) analisis perilaku tersebut berkontribusi mencegah
kondisi faktor-faktor penyebab stunting baik atau mengatasi atau meminimalisir faktor
penyebab langsung maupun tidak langsung, penyebab langsung maupun tdak langsung
2) intervensi/pendekatan komunikasi dari stunting.
perubahan perilaku yang dapat dilakukan
di berbagai tingkat kelompok sasaran, 3) Berikut adalah gambaran peta jalan tersebut.
Gambar 4. Peta Jalan Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Percepatan Pencegahan Stunting20

KONDISI HASIL KESEHATAN


BIDANG KOMUNIKASI HASIL AWAL HASIL DALAM PERILAKU
DASAR YANG BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN ■ Advokasi Kebijakan Pemimpin ■ Implementasi kebijakan & regulasi stunting di ■ Terbentuk kemitraan multi – sektoral
KONTEKS (NASIONAL, Provinsi, Kabupaten/Kota, desa tingkat nasional, kabupaten/ kota, desa ■ Perbaikan persepsi publik mengenai stunting
KABUPATEN/ ■ Membangun Koalisi Stunting di ■ Alokasi sumber daya manusia & keuangan ■ Munculnya pemimpin yang memiliki komitmen tinggi
KOTA, tingkat Kabupaten/Kota, desa ■ Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Nasional & menjadi penggerak
DESA)
■ Keterlibatan organisasi masyarakat untuk percepatan pencegahan stunting ■ Partisipasi pemangku kepentingan dalam forum dan
Beban Penyakit dan keagamaan ■ Strategi komunikasi perubahan perilaku kegiatan pencegahan stunting
■ Membangun dan memelihara kabupaten termasuk komunikasi antar pribadi ■ Dukungan media terhadap pencegahan stunting
Sosial koordinasi antar lintas sektor ■ Pendekatan yang disesuaikan dengan konteks lokal ■ Terbentuknya pokja-pokja / unit khusus dalam
■ Advokasi Media yang digerakkan oleh masyarakat implementasi program pencegahan stunting
Budaya
Ekonomi
ORGANISASI & ■ Penguatan keterampilan komunikasi ■ Peningkatan pengetahuan institusi berbasis ■ Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
Komunikasi MASYARAKAT perubahan perilaku petugas masyarakat pencegahan stunting.
kesehatan, kader kesehatan dan ■ Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ■ Peningkatan kualitas layanan komunikasi antar
Teknologi kader masyarakat petugas kesehatan, kader kesehatan dan kader pribadi layanan kesehatan terhadap kelompok
■ Peningkatan pengetahuan masyarakat sasaran.
Politik pencegahan stunting baik ■ Ketersediaan materi komunikasi untuksetiap ■ Kelompok masyarakat yang aktif menyebarluaskan
masyarakat melalui media yang tatanan masyarakat informasi tentang stunting.
Hukum sudah ada atau yang baru
■ Perbaikan konseling komunikasi antar pribadi ■ Peningkatan cakupan kunjungan rumah dalam
■ Keterlibatan Puskesmas dan ■ Penurunan jumlah anak
untuk semua kelompok sasaran implementasi program pencegahan stunting
Posyandu yang mengalami stunting
■ Pendampingan petugas puskesmas dalam ■ Peningkatan kualitas layanan posyandu di Kabupaten/Kota prioritas
■ Pemberdayaan kelompok masyarakat pelaksanaan posyandu Nasional

SUMBER DAYA
ANTAR PRIBADI ■ Pemanfaatan teknologi untuk ■ Partisipasi masyarakat ■ Peningkatan kunjungan ibu hamil dan baduta ke
& INDIVIDU penyebaran informasi ■ Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. posyandu dan bidan
■ Penggerakan masyarakat untuk isu ■ Peningkatan kesadaran masyarakat terkait ■ Peningkatan IMD dan ASI Eksklusif
Sumber Daya stunting stunting ■ Perbaikan praktek pemberian makanan untuk balita
Manusia dan ■ Komunikasi antar pribadi ■ Penggunaan teknologi seperti aplikasi untuk dan perbaikan pola makan ibu hamil
Keuangan ■ Peningkatan pengetahuan melalui penyebaran informasi terkait stunting ■ Peningkatan penerapan perilaku hidup bersih &
media-media yang tersedia ■ Tersebarnya informasi terkait stunting melalui sehat
Rencana
■ Pemanfaatan kelompok kelompok-kelompok yang ada di masyarakat ■ Ibu hamil melakukan setidaknya 4 kunjungan selama
Strategis/
masyarakat masa kehamilan.
Prioritas
Kesehatan ■ Menurunnya jumlah WUS, remaja dan ibu hamil yang
mengalami anemia.
Program ■ Norma masyarakat mengenai stunting terbentuk
Pengembangan
Lainnya
KAMPANYE ■ Kampanye menggunakan media ■ Mengingat dan paham pesan kampanye ■ Terciptanya kepedulian pemerintah, sektor swasta,
Kebijakan NASIONAL massa/sosial media ■ Kesadaran seluruh masyarakat untuk melakukan masyarakat sebagai lingkungan pendukung program
■ Pelibatan masyarakat untuk upaya pencegahan stunting pencegahan stunting di masyarakat
kampanye lokal
BAB 3 STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

17

BAB 3
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
18

Suasana penyuluhan di kelas ibu hamil

BAB 3 Strategi Komunikasi


Perubahan Perilaku

Proses perencanaan strategis memulai Elemen-elemen penting untuk menyusun


komunikasi perubahan perilaku dimulai strategi komunikasi perubahan perilaku
dengan perencanaan secara kolaboratif meliputi: (1) Analisis situasi; (2) menentukan
bersama lintas sektor di tingkat nasional kelompok sasaran; (3) menyusun stuktur dan
ditindaklanjuti di tingkat provinsi dan dimensi pesan kunci; (4) mengembangkan
kabupaten/kota. Di dalam perencanaan ini pendekatan komunikasi yang diperlukan;
menyatukan beragam sudut pandang dan (5) mengelola saluran komunikasi, dan (6)
pengalaman dari berbagai wilayah, daerah mendesain materi komunikasi.
dan masyarakat Indonesia yang dikenal
dengan keragamannya.

3.1 Analisis Situasi


Secara umum, strategi komunikasi primer maupun data sekunder, hasil survei/
perubahan perilaku percepatan pencegahan studi, berita media, laporan kasus, wawancara
stunting memerlukan analisis situasi yang dengan berbagai pemangku kepentingan
dapat menggambarkan faktor-faktor terkait stunting, dan jurnal serta informasi
penyebab langsung maupun penyebab tidak lainnya yang terkait. Hal ini dilakukan
langsung stunting di masing-masing daerah untuk mengidentifikasi kesenjangan dan
untuk penyusunan program intervensi menentukan opsi strategis, dalam menyusun
yang akan dilakukan. Analisis situasi dapat strategi komunikasi perubahan perilaku.
dilakukan dengan mempelajari telaah data
BAB 3 STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

19

3.2 Menentukan Kelompok Sasaran

Kunci keberhasilan komunikasi perubahan 3.2.2 Kelompok Sekunder


perilaku adalah berfokus pada beberapa
perilaku saja di setiap kelompok sasaran Kelompok sekunder adalah kelompok yang
dan disiplin berkomitmen untuk terus berpotensi untuk melahirkan, mencegah,
menyampaikan pesan yang sama di tiap dan mengoreksi anak stunting di masa
komunikasi program. Identifikasi kelompok mendatang dan kelompok penyedia layanan
sasaran dengan tepat dilakukan untuk kesehatan:
menentukan pendekatan komunikasi yang
paling efektif untuk setiap kelompok sasaran. a. Wanita usia subur

b. Remaja
Pembagian kelompok ini mengacu dan
memodifikasi dari Strategi Nasional c. Lingkungan pengasuh anak terdekat
Percepatan Pencegahan Stunting Periode (kakek, nenek, ayah)
2019-2024. Pembagian kelompok adalah d. Pemuka masyarakat
berdasarkan pesan yang disampaikan,
sehingga pembagian kelompok tidak e. Pemuka agama
dimaksudkan untuk memprioritaskan f. Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan
kelompok sasaran tertentu. Semua kelompok lain-lain)
sasaran ini saling terkait dan memengaruhi
satu sama lain. 3.2.3 Kelompok Tersier
Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang
3.2.1 Kelompok Primer
terlibat sebagai lingkungan pendukung bagi
Kelompok primer adalah kelompok yang upaya percepatan pencegahan stunting,
tergabung dalam rumah tangga dengan yang terdiri dari:
1.000 HPK dan tenaga kesehatan serta kader:
a. Pengambil kebijakan/keputusan, baik di
tingkat nasional maupun tingkat provinsi,
a. Ibu hamil
kabupaten, kota, dan desa
b. Ibu menyusui
b. Organisasi Perangkat Daerah
c. Anak usia 0-23 bulan
c. Dunia usaha
d. Anak usia 24-59 bulan
d. Media massa
e. Tenaga kesehatan: bidan, sanitarian,
tenaga gizi, dokter perawat

f. Kader
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
20

3.3 Menyusun Struktur dan Dimensi Pesan Kunci

Pesan kunci adalah poin-poin utama yang namun padat agar mudah dipahami dan
disampaikan oleh pemberi pesan untuk disampaikan oleh setiap pemberi pesan di
diingat dan dilaksanakan oleh kelompok ruang lingkupnya.
sasaran, pesan kunci dapat merupakan
panduan utama yang didiskusikan antara Agar struktur pesan dapat disampaikan
pemberi pesan dan kelompok sasaran untuk secara sistematis, logis dan mudah dipahami,
meningkatkan pemahaman dan mempererat maka pesan kunci disampaikan dalam
hubungan keduanya dalam berkomunikasi beberapa fase yang dihubungkan dengan
menuju perubahan prilaku. perubahan perilaku yang diharapkan dari
setiap fase tersebut.
Pesan kunci berfungsi sebagai panduan
utama menyusun konten materi komunikasi Fase bagi setiap daerah berbeda-beda,
di berbagai platform (tertulis, verbal, audio tergantung dari situasi pemahaman
visual). akan stunting (penyebab, dampak dan
pencegahannya, serta cara pandang
Struktur pesan kunci dibedakan berdasarkan mereka terhadap stunting menjadi masalah
kelompok sasaran agar setiap kelompok atau tidak). Misalnya untuk daerah yang
sasaran paham tentang upaya percepatan pemahaman akan stunting sangat perlu
pencegahan stunting yang harus dilakukan ditingkatkan maka akan dibutuhkan upaya
di ruang lingkupnya masing-masing. Pesan pengenalan stunting yang lebih lama
kunci ini merupakan panduan bagi semua dan terus menerus bagi setiap kelompok
pemangku kepentingan agar memiliki sasaran. Sebaliknya, bagi daerah yang
keseragaman pemahaman terhadap definisi sudah memiliki pengetahuan yang baik
dan upaya percepatan pencegahan stunting, terhadap pencegahan stunting, maka bisa
yang selanjutnya dapat dikembangkan langsung fokus pada upaya menumbuhkan
sesuai dengan konteks lokal masing-masing pemberdayaan dan penguatan kontrol sosial
daerah. Pesan kunci disusun dengan singkat bagi pencegahan stunting (Fase 3).

Diseminasi informasi mengenai


program kesehatan kepada lintas
sektor
BAB 3 STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

21

Tabel 2. Hubungan Dimensi Pesan Kunci dan Fase Perubahan Perilaku

FASE 1 FASE 2 FASE 3

Dimensi Pengenalan konsep Pengenalan cara Menumbuhkan motivasi


Pesan stunting (apa itu stunting, perubahan perilaku per-kelompok sasaran
kenapa stunting menjadi yang bisa dilakukan oleh dan memperkuat
penting, apa penyebab kelompok sasaran dalam kontrol sosial kelompok
langsung dan tidak rangka mencegah dan sasaran, dalam rangka
langsung, bagaimana merujuk atau menangani percepatan pencegahan
pencegahannya) yang kasus stunting stunting
disampaikan dengan
bahasa yang paling
tepat dan mudah
dipahami oleh kelompok
sasaran

Perubahan Setiap kelompok Setiap kelompok Setiap kelompok


Perilaku yang sasaran memahami sasaran memahami sasaran memiliki
Diharapkan perannya dalam dan menerapkan kemampuan
pencegahan stunting, langkah-langkah menjelaskan hal-hal
mampu mengidentifikasi yang harus dilakukan seputar isu stunting,
ciri umum dan faktor dalam pencegahan mengembangkan
risikonya, memiliki stunting dan pemberi solidaritas sosial
keingintahuan yang pelayanan menangani yang lebih kuat antar
lebih besar untuk anak stunting, serta individu, merasa
memeriksa kondisi diri mengimplementasikan prihatin dan ingin
dan anaknya dikaitkan langkah-langkah melakukan perubahan
dengan stunting dan tersebut dalam gaya bilamana terdapat
mencari informasi hidup sehat sehari-hari kasus stunting di
lebih banyak terkait lingkungannya
stunting dikaitkan
dengan perannya dalam
mendukung pencegahan
stunting

Panduan pesan kunci yang lebih lengkap


untuk setiap kelompok sasaran dapat dilihat
pada Lampiran 2.

Pemicuan STBM dilakukan


pada sekelompok sasaran
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
22

3.4 Mengembangkan Pendekatan Komunikasi

Untuk mendukung Strategi Nasional 1) pendekatan komunikasi yang dapat


Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan dipakai, 2) dikaitkan dengan tingkat hieraki
Pencegahan Stunting, maka intervensi Model Ekologi Sosial (seperti tercantum
terhadap lima tingkat hierarki di atas dalam bagian kerangka teori di bab
memerlukan pendekatan komunikasi yang sebelumnya), dan 3) kelompok sasaran yang
berbeda-beda. Tabel di bawah menjelaskan sudah ditentukan.

Tabel 3. Pendekatan Komunikasi Untuk Percepatan Pencegahan Stunting

Pendekatan Tingkat Hirarki Kelompok


Deskripsi Pendekatan Komunikasi
Komunikasi MES Sasaran

Kampanye ■■ Pemanfaatan saluran media Media massa/ ■■ Kelompok


Publik massa/sosial media untuk sosial media primer
mempromosikan pencegahan
■■ Kelompok
stunting secara luas kepada para
sekunder
pemangku kepentingan terkait.
■■ Kelompok
■■ Berfungsi sebagai sarana
tersier
informasi dan motivasi agar
seluruh pemangku kepentingan
merasa berada dalam satu
gerakan yang sama, yaitu
percepatan pencegahan
stunting.
■■ Menjadi saluran bagi para
pemangku kepentingan untuk
membagikan praktik terbaik
upaya pencegahan stunting,
sehingga menjadi inspirasi bagi
pemangku kepentingan lain
yang memiliki permasalahan
stunting yang serupa.
BAB 3 STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

23

Pendekatan Tingkat Hirarki Kelompok


Deskripsi Pendekatan Komunikasi
Komunikasi MES Sasaran

Advokasi ■■ Upaya strategis yang terorganisir Kebijakan/ Kelompok


Kebijakan untuk menginformasikan dan lingkungan tersier
memotivasi para pembuat sosial politik
kebijakan untuk menciptakan
lingkungan sosial politik
pendukung guna mencapai
tujuan percepatan pencegahan
stunting.
■■ Fokus pada lingkungan sosial
politik pembuat kebijakan,
untuk membuat atau mengubah
regulasi, kebijakan, dan praktik
administrasi terkait pencegahan
stunting.
■■ Bekerja melalui pembentukan
koalisi, mobilisasi komunitas,
dan komunikasi berbasis bukti.

Mobilisasi ■■ Proses yang berlangsung Organisasi Kelompok


Sosial secara terus menerus, yang tersier
melibatkan dan memotivasi
para pemangku kepentingan
terkait di tingkat nasional dan
daerah untuk meningkatkan
kesadaran terhadap stunting
dan semua upaya terkait untuk
pencegahannya.
■■ Fokus untuk menyatukan
pemangku kepentingan terkait
di tingkat nasional dan tingkat
masyarakat untuk tujuan
bersama, yaitu peningkatan
kesadaran dan perubahan
perilaku pencegahan stunting.
■■ Menekankan pada upaya kolektif
dan pemberdayaan untuk Dialog dilakukan antara pemerintah
menciptakan lingkungan sosial pusat, daerah dan masyarakat
politik yang mendukung tujuan
program.
■■ Bekerja melalui dialog,
pembentukan koalisi, dan
kegiatan organisasi/kelompok.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
24

Pendekatan Tingkat Hirarki Kelompok


Deskripsi Pendekatan Komunikasi
Komunikasi MES Sasaran

Komunikasi ■■ Proses dialog yang dilakukan ■■ Masyarakat ■■ Kelompok


Perubahan secara rutin antara para primer
■■ Media
Sosial pemangku kepentingan terkait
massa/sosial ■■ Kelompok
secara partisipatif untuk
media sekunder
mengidentifikasi permasalahan,
aset-aset yang dimiliki, dan ■■ Kelompok
upaya kolaborasi terkait tersier
pencegahan stunting agar
terjadi pembagian tugas yang
baik di antara para pemangku
kepentingan tersebut.
■■ Menekankan pada dialog
para pemangku kepentingan
untuk mengubah perilaku
di skala besar, termasuk
Dialog forum desa perubahan norma sosial dan
struktur masyarakat yang tidak
berimbang.
■■ Bekerja melalui komunikasi
antar pribadi, dialog masyarakat,
dan kampanye media massa/
sosial media.

Komunikasi ■■ Pemanfaatan komunikasi ■■ Individu ■■ Kelompok


Perubahan individu dan antar pribadi secara primer
■■ Antar pribadi
Perilaku strategis untuk mempromosikan
■■ Kelompok
keluaran perilaku pencegahan ■■ Media
sekunder
stunting yang diharapkan. massa/sosial
media ■■ Kelompok
■■ Strategi komunikasi tersebut
tersier
disusun berbasis teori dan
riset, serta proses interaksi
kelompok sasaran agar
terbentuk pesan kunci dan
pendekatan komunikasi yang
paling cocok untuk memotivasi
pengetahuan, sikap dan perilaku
individu secara konsisten dan
berkelanjutan.
■■ Bekerja melalui komunikasi
antar pribadi, serta didukung
oleh kampanye media massa/
sosial media.
BAB 3 STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

25

3.5 Mengelola Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi adalah sarana broadcast (televisi, radio), maupun


atau perangkat yang digunakan untuk media digital (online dan sosial
menyampaikan pesan pesan kepada media).
kelompok sasaran. Terdapat dua kelompok
▶▶ Owned media, yaitu saluran
saluran komunikasi:
informasi yang dikelola oleh aset
1. Pertemuan tatap muka, antara lain milik institusi tertentu, misalnya:
forum pertemuan, pertemuan koalisi, situs institusi, media sosial tokoh-
pemberian konseling antarapribadi, tokoh berpengaruh, pembuatan
sosialisasi, edukasi kelompok besar video yang diunggah di youtube, dan
hingga kecil, rembuk stunting, rapat sebagainya.
koordinasi, dan sebagainya. ▶▶ Earned media, yaitu informasi
2. Menggunakan medium perantara, yang dipublikasikan dari cara-
yang dapat dibedakan sebagai berikut: cara kehumasan (public relations),
misalnya: peliputan dari sebuah
▶▶ Paid media, yaitu informasi yang kegiatan bersama media, wawancara
disebarluaskan dengan cara tokoh tertentu, penulisan di kolom
membayar slot dari media terpilih – opini, kunjungan ke kantor redaksi
media cetak (koran, majalah), media media, dan sebagainya.

3.6 Mendesain Materi Komunikasi

Materi komunikasi adalah alat yang dipakai informasi penting seputar dukungan
untuk menyampaikan pesan pencegahan untuk melakukan ASI esklusif, karena
stunting kepada kelompok sasaran. Isi materi anggota keluarga dan kader bisa
dan metode komunikasi yang digunakan berkontribusi mendukung implementasi
bisa berbeda tergantung kelompok sasaran ASI ekslusif.
yang dituju dan disesuaikan dengan konteks
■■ Dalam menyusun materi komunikasi
lokal.
diperlukan pihak-pihak kreatif yang bisa
■■ Materi komunikasi sangat beragam mengemas pesan kunci menjadi menarik
bentuknya, mulai dari materi cetak, audio (kata-kata maupun tampilan).
(bersuara), dan visual (bergambar). Setelah mengetahui elemen-elemen dalam
■■ Isi materi komunikasi yang baik pembuatan strategi komunikasi perubahan
adalah yang dapat dipahami oleh perilaku percepatan pencegahan stunting,
kelompok sasarannya. Misalnya: jika maka selanjutnya adalah penyusunan
ingin menyampaikan pesan tentang rencana aksi agar strategi tersebut dapat
pentingnya ASI esklusif, maka posisikan dilaksanakan secara nyata di daerah masing-
diri sebagai ibu, suami, kakek, nenek, masing. Hal ini akan dibahas dalam bab
serta kader yang ingin menerima selanjutnya dalam dokumen ini.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
26

Memberikan edukasi pada


kelompok sasaran
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

27

BAB 4
RENCANA AKSI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
28

Pertemuan dalam rangka


“Penggerakan Penurunan Stunting di
100 Kabupaten/Kota”

BAB 4 Rencana Aksi Komunikasi


Perubahan Perilaku

Dalam rangka melaksanakan Strategi 2) pelaksanaan, dan 3) pemantauan


Nasional Komunikasi Perubahan Perilaku (monitoring) dan evaluasi.
Percepatan Pencegahan Stunting, setiap
kabupaten/kota perlu membuat rencana Bab ini akan membahas tentang perencanaan
aksi yang menjadi panduan operasionalisasi dan pelaksanaan komunikasi perubahan
pelaksanaan program dan kegiatan terkait perilaku pencegahan stunting, di tingkat
percepatan pencegahan stunting. Rencana nasional dan tingkat daerah. Sementara itu,
aksi terdiri dari seluruh rangkaian program/ pemantauan dan evaluasi akan dibahas di
kegiatan yang mencakup 1) perencanaan, bab berikutnya.

4.1 Tingkat Nasional

4.1.1 Perencanaan tingkat nasional, platform yang telah tersedia


untuk mendorong kerja sama lintas sektor
Di tingkat nasional komitmen pimpinan dalam memperkuat implementasi komunikasi
diperlukan untuk menggerakan perubahan perilaku percepatan pencegahan
implementasi komunikasi perubahan stunting adalah Gerakan Masyarakat Hidup
perilaku lintas kementerian/lembaga. Sehat (Germas). Dengan adanya Instruksi
Penguatan koordinasi antar 23 kementerian/ Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang
lembaga saat ini berada di bawah koordinasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
Kantor Sekretariat Wakil Presiden Republik hampir seluruh kementerian/lembaga telah
Indonesia. Tim Komunikasi di bawah memiliki program-progam terkait Gerakan
Kantor Sekretariat Wakil Presiden Republik Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Indonesia berperan mengarusutamakan
pesan-pesan kunci yang sudah disusun oleh Keseluruhan program ini bisa diperkuat
Kementerian Kesehatan ke dalam program dengan memasukkan elemen komunikasi
masing-masing kementerian dan lembaga, perubahan perilaku percepatan pencegahan
terkait percepatan pencegahan stunting. Di stunting, seperti tertera di Tabel 4.
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

29

Tabel 4. Usulan Penguatan Kegiatan Utama Germas dengan Komunikasi


Perubahan Perilaku

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
1 Kementerian ■■ Kampanye Gerakan ■■ Memakai kampanye Gerakan
Kesehatan Masyarakat Sehat Masyarakat Sehat (Germas)
(Germas) untuk memperkenalkan
pencegahan stunting
■■ Meningkatkan keterlibatan
kelompok sasaran dalam
gerakan masyarakat sehat
(Germas) dalam mendukung
percepatan penurunan stunting
■■ Pengembangan model
kegiatan Germas untuk setiap
kelompok sasaran dalam
mengimplementasikan pesan-
pesan terkait pencegahan
stunting

■■ Meningkatkan ■■ Meningkatkan kapasitas


pendidikan tentang kader dan tenaga layanan
gizi seimbang dan kesehatan untuk memotivasi
pemberian ASI esklusif, kelompok sasaran primer
serta aktivitas fisik tentang praktik makan gizi
Isi Piringku seimbang, melakukan pola
asuh yang benar pada balita
termasuk pemberian MP ASI
yang benar, pemanfaatan pola
pelayanan kesehatan sesuai
dengan program dalam upaya
pencegahan stunting
■■ Memotivasi praktik konsumsi
makan gizi seimbang sesuai
untuk setiap kelompok sasaran

2 Kementerian ■■ Mengoordinasikan ■■ Mengkoordinasikan


Koordinator pelaksanaan Germas pelaksanaan strategi
Bidang yang dilaksanakan komunikasi perubahan
Pembangunan kementerian/lembaga perilaku yang dilaksanakan
Manusia dan teknis kementerian/lembaga
Kebudayaan
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
30

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
3 Kementerian ■■ Mengoordinasikan dan ■■ Mengoordinasikan dan
Dalam Negeri memfalitasi Pemda memfasilitasi Pemda
dalam pelaksanaan (kabupaten/kota) dalam
kegiatan Germas pembuatan regulasi terkait
komunikasi perubahan perilaku
melalui komunikasi antar
pribadi untuk percepatan
pencegahan stunting

4 Kementerian ■■ Melakukan kajian ■■ Pengalokasian dana daerah


Keuangan kemungkinan adanya lokus stunting bagi kegiatan
skema insentif Germas yang mendukung
bagi daerah yang percepatan pencegahan
melaksanakan Gerakan stunting
Masyarakat Hidup
■■ Melakukan kajian skema
Sehat
insentif bagi daerah yang
melaksanakan Germas,
terutama yang melakukan
intervensi komunikasi
perubahan perilaku melalui
komunikasi antar pribadi
untuk percepatan pencegahan
stunting

5 Kementerian ■■ Mengawasi keamanan ■■ Secara nasional memastikan


Pertanian dan mutu pangan segar menanam bahan makan pokok
yang tidak memiliki sebagai bagian dari ketahanan
kandungan pestisida pangan.
berbahaya
■■ Memastikan penyediaan buah
■■ Meningkatkan produksi dan sayur dalam negeri yang
buah dan sayur dalam bermutu untuk kelompok
negeri dan mendorong sasaran dalam Strategi
pemanfaatan Komunikasi Perubahan Perilaku
pekarangan rumah Percepatan Pencegahan
untuk menanam sayur Stunting
dan buah
■■ Memfasilitasi atau memberi
Ketersediaan buah dan
sayur di pasar bantuan kepada kelompok tani
untuk meningkatkan produksi
bahan makanan pokok (padi,
palawija, sagu, dan lain-lain)
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

31

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
■■ Mendorong masyarakat
memanfaatkan pekarangan
rumah untuk menanam sayur
dan buah
■■ Memfasilitasi ketersediaan bibit
unggul buah dan sayur yang
bisa ditanam di perkarangan
rumah dengan harga terjangkau
dan mudah diakses

6 Kementerian ■■ Meningkatkan kegiatan ■■ Mendorong sekolah untuk


Pendidikan dan Usaha Kesehatan mempunyai kebijakan tentang
Kebudayaan Sekolah (UKS), KTR di lingkungan sekolah
mendorong sekolah
■■ Penyediaan ketersediaan air
sebagai KTR, dan
bersih dan sarana sanitasi
mendorong sekolah
sekolah
ramah anak
■■ Memastikan pemanfaatan
■■ Meningkatkan
air bersih dengan benar dan
kegiatan aktivitas fisik/
implementasi higiene sanitasi
olahraga di sekolah
diterapkan di sekolah dengan
dan satuan pendidikan
melaksanakan pemantauan
secara eksternal dan
secara berkala
ekstrakulikuler serta
penyediaan sarana ■■ Memasukan materi pencegahan
sanitasi sekolah stunting dalam pendidikan
keluarga
■■ Meningkatkan
pendidikan keluarga ■■ Penyediaan kantin sehat
untuk hidup sehat termasuk fasilitasi pedagang
sekitar sekolah untuk menjual
makanan termasuk camilan
sehat bagi anak didik
■■ Memastikan remaja putri di
SMP dan SMA daerah lokus
minum TTD seminggu sekali,
Ketersediaan air bersih disertai dengan informasi
di sekolah
lengkap tentang pentingnya
TTD
■■ Memasukkan materi kesehatan
reproduksi dan pencegahan
stunting dalam kegiatan UKS
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
32

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
7 Kementerian ■■ Melaksanakan ■■ Sosialisasi usia perkawinan
Agama bimbingan kesehatan yang tepat utamanya pada
pra-nikah untuk perempuan dalam rangka
mendorong perilaku pencegahan stunting
hidup sehat dan
■■ Melaksanakan bimbingan
peningkatan status
kesehatan pranikah untuk
gizi calon pengantin
meningkatkan kesehatan diri
serta mendorong
dan keluarga serta parenting
pelaksanaan kegiatan
rumah ibadah bersih ■■ Memasukkan materi tentang
dan sehat pencegahan stunting dalam
kesehatan pranikah
■■ Memperkuat fungsi Pos
Kesehatan Pesantren ■■ Melibatkan tokoh agama dalam
dan Upaya Kesehatan upaya sosialisasi terkait usia
Madrasah dan perkawinan ideal, pola asuh
mendorong madrasah anak yang benar serta higiene
sebagai KTR dan sanitasi
Madrasah Ramah Anak ■■ Mendorong perilaku hidup
■■ Meningkatkan kegiatan bersih dan sehat di lingkungan
aktivitas fisik/olahraga rumah ibadah, pesantren, dan
di madrasah dan masyarakat sekitar
penyediaan sarana ■■ Penyediaan air bersih dan
sanitasi madrasah sarana sanitasi di pondok
pesantren, dan institusi
pendidikan agama
■■ Meningkatkan pemanfaatan air
bersih dan menjaga higienitas
sanitasitasi di tempat ibadah,
pesantren dan institusi
pendidikan agama lainnya
■■ Mendorong pesantren dan
institusi pendidikan agama
untuk mempunyai kebijakan
tentang KTR di lingkungannya
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

33

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
8 Kementerian ■■ Meningkatkan dan ■■ Memasukkan materi
Kelautan dan memperluas Gerakan pencegahan stunting dalam
Perikanan Memasyarakatkan Gerakan Memasyarakatkan
Makan Ikan Makan Ikan (Gemarikan) pada
(Gemarikan) pada masyarakat
masyarakat
■■ Memastikan akses dan
■■ Mengawasi mutu ketersediaan produk perikanan
dan keamanan hasil untuk masyarakat
perikanan
■■ Memperkuat pengawasan
terhadap mutu dan keamanan
hasil perikanan

9 Kementerian ■■ Memfasilitasi ■■ Memastikan penyediaan air


Pekerjaan penyediaan air bersih bersih, sanitasi dasar, dan
Umum & dan sanitasi dasar pada saluran pembuangan limbah
Perumahan fasilitas umum pada fasilitasi umum tersedia,
Rakyat terutama di daerah lokus
stunting

10 Kementerian ■■ Melakukan diseminasi ■■ Melakukan kampanye nasional


Komunikasi & informasi layanan untuk mendukung komunikasi
Informatika masyarakat terkait pola perubahan perilaku percepatan
hidup bersih dan sehat pencegahan stunting
■■ Memasukkan materi terkait
pencegahan stunting dalam
kampanye nasional bersama
Komisi Penyiaran Indonesia
■■ Berkoordinasi dengan
Kementerian Kesehatan dalam
rangka menjaga informasi yang
akurat dan tepat sasaran

11 Kementerian ■■ Meningkatkan ■■ Memasukkan materi


Pemberdayaan komunikasi, informasi pencegahan stunting dalam
Perempuan & dan edukasi Germas kegiatan komunikasi, informasi
Perlindungan bagi keluarga, dan edukasi (KIE) bagi keluarga,
Anak perempuan, dan anak perempuan, dan anak
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
34

Kementerian/
No Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
12 Kementerian ■■ Memastikan sinergitas
Perencanaan perencanaan percepatan
Pembangunan/ pencegahan stunting

Badan ■■ Melakukan pemantauan dan


Perencanaan evaluasi kegiatan komunikasi
Pembangunan perubahan perilaku percepatan
Nasional pencegahan stunting
(Bappenas)
■■ Memasukkan pencegahan
stunting dalam pelaporan hasil
pelaksanaan Germas

13 Kementerian ■■ Mengawal desa agar memiliki


Desa, perencanaan dan alokasi
Pembangungan anggaran untuk percepatan
Daerah pencegahan stunting
Tertinggal dan
■■ Memastikan desa (terutama
Transmigrasi
lokus stunting) untuk
melaksanakan komunikasi
perubahan perilaku percepatan
pencegahan stunting

14 Kementerian ■■ Meningkatkan promosi ■■ Memasukkan materi


Perdagangan makanan dan minuman pencegahan stunting dalam
sehat termasuk sayur promosi makanan dan
dan buah produksi minuman dalam negeri
dalam negeri
■■ Memastikan promosi makanan
dan minuman sehat, termasuk
sayur dan buah produksi dalam
negeri

15 Badan ■■ Menjamin keamanan ■■ Memastikan keamanan dan


Pengawas Obat dan mutu pangan mutu pangan olahan yang
dan Makanan olahan yang beredar di berpengaruh pada stunting
(BPOM) masyarakat
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

35

4.1.2 Pelaksanaan

Unsur utama pelaksanaan adalah pembagian ▶▶ Berkoordinasi dengan


peran dan tanggung jawab melaksanakan Kementerian Komunikasi dan
Pilar 2, yaitu Kampanye Nasional dan Strategi Informatika, memberikan materi
Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan edukasi terkait stunting dan
Pencegahan Stunting. Di tingkat nasional, upaya pencegahannya agar
terdapat 2 (dua) kementerian kunci yang dapat disebarluaskan dalam
bertanggungjawab sebagai pelaksana, yaitu: bentuk kampanye nasional.

▶▶ Berkoordinasi dengan Tim


1. Kementerian Kesehatan
Komunikasi di bawah Kantor
Sebagai pemimpin dan pelaksana Sekretariat Wakil Presiden
utama Komunikasi Perubahan Perilaku Republik Indonesia untuk
Percepatan Pencegahan Stunting, mengarusutamakan pesan-
dengan kewenangan sebagai berikut: pesan kunci yang sudah disusun
ke dalam program masing-
a. Koordinasi di lingkup
masing kementerian dan
Kementarian Kesehatan
lembaga, terkait percepatan
pencegahan stunting.
▶▶ Membentuk Tim Koordinasi
Penanggulangan Stunting c. Koordinasi tingkat daerah
Kementerian Kesehatan di bawah
SK HK.01.07/Menkes/577/2018. ▶▶ Memastikan bahwa seluruh
kabupaten/kota memenuhi
▶▶ Melakukan koordinasi di dalam standar pelayanan minimal di
Kementerian Kesehatan untuk bidang kesehatan.
melaksanakan komunikasi
perubahan perilaku percepatan ▶▶ Memastikan bahwa seluruh
pencegahan stunting. kabupaten/kota prioritas
berkomitmen dalam melakukan
b. Koordinasi lintas Kementerian/
komunikasi perubahan perilaku
Lembaga
pencegahan stunting dengan
membuat regulasi lokal.
▶▶ Menetapkan standar pesan-
pesan kunci untuk dipakai oleh ▶▶ Mendorong pemimpin daerah
seluruh kementerian/lembaga untuk secara aktif melaksanakan
yang berperan dalam upaya upaya pencegahan stunting
percepatan pencegahan stunting khususnya terkait dengan
(sesuai dengan Lampiran 2). pendekatan komunikasi
perubahan perilaku yang
▶▶ Memberikan panduan dan
tercantum dalam regulasi lokal.
pedoman strategi komunikasi
perubahan perilaku bagi ▶▶ Mensosialisasikan kepada
seluruh kementerian/lembaga pemerintah daerah mengenai
yang berperan dalam upaya kebijakan prioritas nasional
percepatan pencegahan stunting, terkait dengan upaya percepatan
khususnya yang tertera dalam pencegahan stunting.
Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
36

d. Dukungan pelaksanaan di daerah ▶▶ Meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan tenaga kesehatan
Berkolaborasi dengan lintas dan kader dalam melakukan
kementerian dan lembaga untuk komunikasi antar pribadi agar
memfasilitasi pelaksanaan mampu memotivasi kelompok
komunikasi perubahan perilaku sasaran primer untuk melakukan
dalam rangka percepatan upaya percepatan pencegahan
pencegahan stunting di daerah lokus stunting.
intervensi stunting dalam bentuk;
▶▶ Melaksanakan pembinaan
▶▶ Memberikan bimbingan teknis dan pengawasan terhadap
dan pelatihan untuk memperkuat penyelenggaraan komunikasi
kapasitas kabupaten/kota perubahan perilaku untuk
dalam mengimplementasikan pencegahan stunting yang
komunikasi perubahan perilaku menjadi kewenangan daerah,
di daerah. selain juga melakukan
pengembangan sumber daya,
▶▶ Memberikan bantuan teknis koordinasi, dan bimbingan, serta
dan memastikan pemerintah pemantauan dan evaluasi.
daerah telah menyiapkan
sistem manajemen data yang ▶▶ Mengalokasikan dana (misalnya
terkait dengan implementasi BOK stunting) untuk komunikasi
percepatan pencegahan stunting perubahan perilaku percepatan
dengan pendekatan komunikasi pencegahan stunting.
perubahan perilaku pada
2. Kementerian Komunikasi
kelompok sasaran.
dan Informatika
▶▶ Melaksanakan supervisi
Sebagai pemimpin dan pelaksana
pelaksanaan komunikasi
utama Kampanye Nasional Percepatan
perubahan perilaku pada
Pencegahan Stunting, memiliki
kelompok sasaran di daerah
wewenang sebagai berikut:
lokus.
e. Implementasi strategi ▶▶ Menyediakan beragam saluran
komunikasi komunikasi massa untuk
mempromosikan isu stunting
▶▶ Menyusun modul pelatihan/ dan upaya pencegahannya, agar
orientasi komunikasi antar pribadi dapat menjangkau seluruh daerah
untuk meningkatkan kapasitas prioritas di seluruh Indonesia.
tenaga pelayan kesehatan (bidan,
tenaga gizi, tenaga sanitarian) ▶▶ Menyediakan sumber daya yang
dan kader dalam mendukung dibutuhkan untuk pelaksanaan
terjadinya perubahan perilaku kampanye nasional.

▶▶ Membuat alat bantu/media KIE ▶▶ Berkoordinasi dengan


(leaflet, lembar balik, poster, Kementerian Kesehatan untuk
video, food model, dan lain-lain) mendapatkan materi edukasi
sebagai penunjang implementasi terkait stunting dan upaya
komunikasi perubahan perilaku pencegahannya, agar dapat
percepatan pecegahan stunting disebarluaskan dalam bentuk
bagi kelompok sasaran. kampanye nasional.
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

37

Setiap kementerian/lembaga dapat perilaku sesuai dengan program/


mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dimilikinya dengan
saluran komunikasi untuk advokasi, mengacu pada standar pesan-pesan
komunikasi antar pribadi, mobilisasi kunci yang ditetapkan oleh Kementerian
sosial, dan kampanye publik yang Kesehatan.
mendukung terjadinya perubahan

4.2 Tingkat Daerah

4.2.1 Perencanaan ▶▶ menyusun pesan kunci


komunikasi perubahan perilaku
Meskipun dokumen ini menyajikan rencana untuk kelompok sasaran dituju,
aksi komunikasi perubahan perilaku sesuai konteks lokal.
di tingkat nasional; namun mengingat
▶▶ mengembangkan materi
kondisi Indonesia yang sangat beragam;
komunikasi perubahan perilaku
kabupaten/kota harus menyusun strategi
disesuaikan dengan konteks
komunikasi perubahan perilaku dalam upaya
lokal dan pemanfaatannya bagi
pencegahan stunting berdasarkan kondisi
advokasi, kampanye, sosialisasi
lokal. Dinas Kesehatan dan Dinas Komunikasi
pada kelompok tertentu, materi
dan Informatika di tingkat provinsi berperan
pelatihan bagi tenaga kesehatan
sebagai perpanjangan tangan Kementerian
dan kader.
Kesehatan dan Kementerian Komunikasi
dan Informatika dalam menyusun strategi ▶▶ Menganalisis saluran dan
komunikasi perubahan perilaku di tingkat aset komunikasi serta sumber
kabupaten/kota dan melakukan pengawasan daya yang dimiliki dalam
implementasi dari strategi tersebut. melaksanakan rencana
strategi perubahan perilaku
Berikut panduan bagi kabupaten/kota dalam mendukung percepatan
terkait perencanaan penyusunan strategi pencegahan stunting.
komunikasi perubahan perilaku untuk
2. Menyusun rencana kegiatan/
pencegahan stunting sesuai konteks lokal:
program komunikasi perubahan
1. Melakukan analisis situasi kondisi perilaku (disesuaikan dengan tujuan
status stunting di wilayahnya, serta khusus, alat dan saluran komunikasi,
menetapkan akar permasalahan, platform yang tersedia, indikator
faktor penyebab dan faktor risiko capaian dari masing-masing
dilanjutkan dengan; kegiatan).

▶▶ identifikasi perilaku prioritas 3. Menyusun pembagian peran dan


yang akan diangkat. tanggung jawab para pemangku
kepentingan terkait untuk mencapai
▶▶ menetapkan tujuan umum dan tujuan yang ditetapkan.
tujuan khusus berdasarkan
prioritas. 4. Menyusun rencana pemantauan
▶▶ identifikasi kelompok sasaran dan evaluasi dengan mengacu pada
primer, sekunder, dan tersier strategi komunikasi perubahan
yang akan dituju. perilaku nasional.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
38

5. Menerbitkan regulasi lokal terkait ▶▶ memastikan intervensi gizi


implementasi komunikasi perubahan spesifik dan gizi sensitif
perilaku yang mencantumkan terlaksana dengan baik.
strategi komunikasi perubahan
▶▶ mengalokasikan belanja bantuan
perilaku sesuai dengan konteks
khusus untuk kabupaten, kota
lokal.
dan desa yang kurang mampu
dari aspek pendanaan.
4.2.2 Pelaksanaan
■■ Memperkuat koordinasi antar
1. Pemerintah Provinsi lintas sektor dalam mendukung
percepatan pencegahan stunting
Peran provinsi dalam implementasi
dengan menggunakan pendekatan
percepatan pencegahan stunting dengan
komunikasi perubahan perilaku
menggunakan pendekatan komunikasi
dengan cara;
perubahan perilaku, sebagai berikut:
▶▶ memastikan hasil dari rembuk
■■ Mensosialisasikan kebijakan stunting sudah diakomodir dalam
prioritas pembangunan nasional RKPD kabupaten/kota.
terkait dengan upaya percepatan
▶▶ meningkatkan koordinasi antara
pencegahan stunting
OPD provinsi dengan OPD
■■ Merumuskan kebijakan daerah kabupaten/kota.
yang mendukung upaya percepatan
■■ Bersama pusat melakukan
pencegahan stunting dengan
pemantauan evaluasi termasuk
menggunakan pendekatan
bimbingan teknis, untuk;
komunikasi perubahan perilaku di
wilayah provinsi. ▶▶ memastikan intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif tepat
■■ Memfasilitasi implementasi
lokasi desa dan tepat kelompok
kabupaten/kota dalam percepatan
sasaran. Peran ini dilakukan
pencegahan stunting dengan
pada waktu evaluasi rancangan
menggunakan pendekatan
Peraturan Daerah tentang APBD
komunikasi perubahan perilaku
kabupaten/kota.
dengan cara;
▶▶ melakukan pengawaan
▶▶ mendorong Bupati/Walikota
pelaksanaan kegiatan
untuk berkomitmen dan
pencegahan stunting oleh
menyiapkan sistem manajemen
kabupaten/kota secara berkala.
data yang terkait dengan
implementasi percepatan ▶▶ menilai kinerja kabupaten/
pencegahan stunting dengan kota dalam upaya percepatan
menggunakan pendekatan pencegahan stunting dengan
komunikasi perubahan perilaku. menggunakan pendekatan
komunikasi perubahan perilaku.
▶▶ memberi bimbingan teknis dan
pelatihan untuk memperkuat
kapasitas kabupaten/kota dan
atau desa.
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

39

2. Pemerintah Kabupaten/Kota ■■ Memastikan;

Pemerintah kabupaten/kota ▶▶ rencana program/kegiatan


menyelenggarakan intervensi gizi untuk intervensi gizi spesifik dan
spesifik dan sensitif secara konvergen gizi sensitif yang telah disepakati
dengan menggunakan pendekatan pada hasil rembuk stunting
perubahan komunikasi dan perilaku, dan dimuat dalam RKPD/ Renja OPD.
melayani kelompok sasaran secara tepat
▶▶ penyelenggaraan rembuk
dengan cara;
stunting setiap enam bulan
dengan melibatkan unsur OPD
■■ merumuskan dan menghasilkan
provinsi terkait, desa, masyarakat
kebijakan daerah yang mendukung
dan pihak lainnya untuk upaya
upaya percepatan pencegahan
pencegahan stunting.
stunting dengan pendekatan
komunikasi perubahan perilaku. ▶▶ teralokasinya dana bantuan
khusus bagi desa-desa yang
■■ mensosialisasikan kebijakan terkait
kurang mampu dari aspek
upaya percepatan pencegahan
pendanaan, dalam upaya
stunting sebagai salah satu prioritas
pencegahan stunting.
pembangunan nasional, khususnya
kepada kecamatan dan desa. ▶▶ APB-Desa telah sesuai dengan
Sosialisasi pada kecamatan lokus kebijakan bupati/walikota
dilakukan secara berkala. tentang upaya percepatan
pencegahan stunting, serta
■■ Meningkatkan;
serasi dan sinergi dengan
▶▶ peran camat dalam program/kegiatan dalam RKPD
mengoordinasikan perencanaan, kabupaten/kota. Peran ini
pelaksanaan, dan pengendalian dilaksanakan pada saat evaluasi
percepatan pencegahan stunting rancangan peraturan desa
di wilayahnya. tentang APBDesa.
▶▶ kapasitas OPD kabupaten/ ▶▶ optimalisasi pemanfaatan APBD
kota terkait dan aparat desa dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
dalam melaksanakan Aksi untuk program layanan intervensi
Konvergensi/Aksi Integrasi gizi spesifik dan gizi sensitif,
pencegahan stunting dengan melalui proses penetapan DPA
memasukkan pendekatan OPD.
komunikasi perubahan perilaku.
▶▶ bantuan dari masyarakat,
▶▶ serta membangun sistem dunia usaha, donor, serta pihak
manajemen data yang terkait lainnya yang terkait dalam
dengan pencegahan stunting. upaya pencegahan stunting ke
kelompok sasaran dan lokasi
▶▶ koordinasi dengan kementerian/
desa terorganisir dengan baik.
lembaga, provinsi, desa, dan
pihak lainnya yang terkait dalam
pelaksanaan Aksi Konvergensi/
Aksi Integrasi pencegahan
stunting.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
40

■■ Melakukan pemantauan dan ▶▶ bersama dengan petugas gizi


evaluasi; melakukan analisis masalah gizi
pada balita, sehingga asuhan
▶▶ pelaksanaan kegiatan
gizi puskesmas dapat dilakukan
pencegahan stunting yang
secara tepat dan komprehensif.
dilakukan oleh desa.
▶▶ meningkatkan kapasitas
▶▶ kinerja desa dalam pencegahan
kader secara berkala untuk
stunting sebagai tugas
dapat melakukan pemantauan
pembinaan dan pengawasan,
pertumbuhan, plotting di buku
serta
KIA secara benar, dan mampu
▶▶ bertanggung jawab untuk melakukan konseling dengan
meningkatkan pelayanan memanfaatkan buku KIA.
intervensi gizi spesifik dan
2. Melakukan advokasi kepada camat
gizi sensitif kepada kelompok
dan lurah agar;
sasaran dan mempublikasikan
hasil capaian kinerja pencegahan
▶▶ membantu memfasilitasi agar
stunting di wilayahnya.
semua balita di wilayahnya
3. Puskesmas tumbuh kembangnya setiap
bulan di Posyandu, PAUD atau
Peran puskesmas dalam TK, serta fasilitas lainnya.
penyelenggaraan komunikasi perubahan
perilaku terkait isu stunting dilakukan ▶▶ membantu identifikasi secara
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berkala untuk balita dengan
berikut: kasus tertentu atau daerah sulit
akses.
1. Kepala Puskesmas dan Bidan ▶▶ mendukung kegiatan di
Koordinator; Posyandu dan PAUD agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat
▶▶ memastikan tenaga kesehatan
secara optimal.
memberi pelayanan kesehatan
(intervensi gizi spesifik) sesuai ▶▶ memberikan dukungan kepada
dengan standar melalui kegiatan kader Posyandu dan Bunda
bimbingan teknis secara berkala PAUD dalam melakukan
secara langsung maupun tidak kegiatannya.
langsung, dengan mengkaji
▶▶ membantu petugas Puskesmas
sumber data yang ada seperti
dalam rangka kunjungan rumah
buku KIA (sampling), data kohort,
untuk Program Indonesia Sehat
Buku Anak Sekolah, laporan TTD
dengan Pendekatan Keluarga
remaja putri, maupun sumber
(PIS-PK)
data lainnya.
▶▶ Membantu petugas puskesmas
▶▶ mendorong dan memastikan
memobilisasi remaja putri
bahwa semua balita yang
di luar sekolah agar dapat
dipantau tumbuh kembangnya
mengonsumsi TTD.
telah ditentukan status gizinya
dan terekam dalam buku KIA, ▶▶ ikut membantu sosialisasi
mendapatkan konseling dan pentingnya intervensi gizi
tindak lanjut sesuai dengan spesifik dan sensitif.
kondisinya.
BAB 4 RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

41

▶▶ memfasilitasi realisasi peran ■■ Memastikan;


lintas sektor terkait dalam
▶▶ adanya rencana aksi
mendukung percepatan
pencegahan stunting yang di
pencegahan stunting.
dalamnya mencakup rencana
▶▶ menyampaikan secara berkala aksi penggunaan komunikasi
kondisi dan perkembangan perubahan perilaku sebagai
intervensi upaya pencegahan salah satu metode intervensi di
stunting pada saat pertemuan desa dan daerah.
di tingkat kecamatan maupun
▶▶ bersama Puskesmas, adanya
kabupaten.
kelengkapan dan pemutahiran
3. Meningkatkan kapasitas tenaga data kelompok sasaran dan
puskemas (petugas gizi, perawat identifikasi permasalahan terkait
dan bidan yang membina posyandu) stunting dalam perencanaan
untuk: kegiatan.

▶▶ rembuk stunting desa juga


▶▶ menentukan status gizi dan
membahas peningkatan akses
pemantauan perkembangan
pelayanan untuk intervensi
secara berkala (bayi berumur
gizi spesifik dan gizi sensitif
sampai 23 bulan setiap 3 bulan
dalam mendukung pencegahan
sekali dan bayi berumur 24 bulan
stunting termasuk berjalannya
sampai 59 bulan setiap 6 bulan
komunikasi perubahan perilaku
sekali),
antara tenaga kesehatan/kader
▶▶ menindaklanjuti setiap masalah dengan kelompok sasaran.
status gizi pada balita
■■ Memfasilitasi peningkatan;
▶▶ melakukan komunikasi antar
▶▶ Kapasitas Kader Pembangunan
pribadi secara terus menerus
Manusia (KPM), kader posyandu
pada keluarga balita dengan
dan pelaku desa lainnya yang
masalah status gizi atau berisiko
terkait dengan pencegahan
stunting agar terjadi perubahan
stunting.
perilaku.
▶▶ Penyelengaraan posyandu
4. Pemerintah Desa
dengan kelengkapan sarana dan
Berdasarkan Undang Undang Nomor prasarana, mobilisasi masyarakat
6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa untuk akses ke Posyandu dan
berkewajiban mendukung kegiatan- biaya operasional kegiatan
kegiatan pembangunan yang menjadi posyandu.
program prioritas nasional, provinsi,
▶▶ Penyelenggaraan PAUD, Bina
maupun kabupaten/kota sesuai dengan
Keluarga Balita (BKB) dan
kewenangannya. Peran pemerintah desa
kegiatan kelompok sasaran
dalam percepatan pencegahan stunting
lainnya (Kelas ibu Hamil, Kelas
menggunakan komunikasi perubahan
Ibu Balita dan lainnya) dalam
perilaku adalah sebagai berikut:
mendukung upaya percepatan
pencegahan stunting dengan
■■ Sosialisikan kebijakan pencegahan
adanya komunikasi antara
stunting dengan menggunakan
tenaga kesehatan/kader ke
pendekatan komunikasi perubahan
kelompok sasaran.
perilaku.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
42

Kegiatan menimbang badan anak di


Posyandu

▶▶ penyuluhan pola hidup sehat 5. Posyandu dan PAUD


dalam upaya pencegahan
stunting. Peran posyandu dalam penyelenggaraan
komunikasi perubahan perilaku terkait
▶▶ koordinasi antar sektor dalam isu stunting sangatlah penting mengingat
mendukung pemenuhan sarana Posyandu merupakan ujung tombak
dan prasarana intervensi fasilitas yang paling banyak diakses oleh
gizi sensitif sesuai dengan balita. Oleh karenanya perlu dilakukan
kewenangannya. penguatan terkait dengan peningkatan
▶▶ kapasitas aparat desa, KPM, dan kemampuan kader dalam melakukan
masyarakat melalui pelatihan penyuluhan, pemantauan pertumbuhan
yang dilaksanakan oleh dan plotting pada buku KIA, komunikasi
pemerintah maupun lembaga antar pribadi secara sederhana,
non pemerintah lainnya. melakukan rujukan secara tepat pada
kasus gangguan pertumbuhan, dan
■■ Melakukan evaluasi terhadap pendampingan tenaga kesehatan saat
pelaksanaan pencegahan stunting, kunjungan rumah.
mengukur capaian kinerja desa, dan
melaporkan kepada bupati/walikota
melalui camat.
4.3 Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku

Pendekatan
Kelompok Sasaran Saluran Komunikasi Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi
Advokasi 1. Tingkat Tingkat Nasional: ■■ Audiensi/pertemuan ■■ Lembar fakta ■■ Diterbitkannya regulasi tentang strategi komunikasi yang
Kebijakan Nasional: 23 koordinasi dengan diadaptasi sesuai konteks lokal di daerah masing-masing
■■ Rembuk stunting ■■ Analisis kebijakan
kementerian/ pembuat kebijakan
■■ Pemimpin daerah menjadi penggerak dalam implementasi
lembaga ■■ Supervisi bimbingan terkait secara rutin ■■ Risalah kebijakan
program pencegahan stunting.
teknis terpadu
▶▶ Sesuai sektor/area
2. Tingkat ■■ Terbentuknya kelompok kerja/unit khusus untuk implementasi
Tingkat Daerah: keahlian
Daerah: program pencegahan stunting.
pemerintah ▶▶ Sesuai tingkatan
■■ Tim penanggulangan ■■ Terselenggaranya pertemuan koordinasi program pencegahan
provinsi, jabatan/posisi
kemiskinan daerah stunting minimal 2x/tahun disesuaikan waktunya setelah
kabupaten/ ▶▶ Sesuai konteks dan evaluasi di pertengahan tahun dan evaluasi di akhir tahun.
kota ■■ Rembuk Stunting
kebutuhan lokal
Provinsi ■■ Lahirnya champion lokal yang dapat membantu memimpin
advokasi kebijakan.
■■ Rembuk Stunting
Kabupaten
■■ Rembuk Stunting Desa
■■ Lokakarya mini
■■ Kelompok kerja (pokja)

43
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
44

Pendekatan Kelompok
Saluran Komunikasi Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi Sasaran
Kampanye 1. Kelompok ■■ Paid media Paid media: Materi visual Terkait pemberian pesan:
Publik Primer ■■ Owned media ■■ radio dan TV talk show ■■ Logo kampanye ■■ Meningkatnya jumlah pemuatan
2. Kelompok ■■ Earned media informasi seputar isu stunting yang
■■ billboard ■■ Aplikasi logo: poster, pin,
Sekunder ■■ Acara kreatif tersebar di berbagai kanal media
■■ iklan di media sosial gelang, payung, gelas,
3. Kelompok stiker, kaos, tas, dan (paid, owned, earned)
■■ iklan layanan masyarakat
Tersier sebagainya ■■ Meningkatnya jumlah jurnalis/
■■ advertorial produsen informasi yang paham
Materi tulisan
■■ penyampaian pesan lewat figur publik tentang isu stunting
(influencer) ■■ Siaran pers ■■ Meningkatnya jumlah jurnalis/
■■ sms blast ■■ Lembar fakta produsen informasi yang memuat isu
■■ kemitraan dengan media (liputan ■■ Kolom opini stunting
khusus, liputan investigasi, infografis, ■■ Infografis ■■ Meningkatnya jumlah kanal media
foto humanis); (paid, owned, earned) yang memuat
■■ Konten sosial media
isu stunting
Owned media: ■■ Advertorial
Terkait penerima pesan:
■■ Infografis
■■ newsletter
■■ Poster/e-flyer ■■ Meningkatnya jumlah publik yang
■■ majalah terpapar informasi yang memuat isu
■■ Konten sms
■■ sosial media (facebook, instagram, seputar stunting
twitter, blog, website, youtube) milik ■■ Konten billboard, dan
■■ Meningkatnya jumlah publik yang
institusi sebagainya
paham tentang isu stunting secara
Materi audio visual benar
Earned media:
■■ Video edukasi ■■ Meningkatnya jumlah publik yang
■■ kunjungan kantor media memberikan tanggapan terhadap
■■ Video iklan layanan
■■ kolom opini informasi seputar isu stunting
masyarakat
■■ konferensi pers ■■ Meningkatnya jumlah publik yang
■■ Video testimoni
menyebarluaskan informasi seputar
■■ diskusi media ■■ Video dokumentasi isu stunting kepada kelompoknya
■■ wawancara individu/kelompok) ■■ Stok foto untuk berbagai ■■ Meningkatnya jumlah publik yang ikut
■■ pelatihan untuk jurnalis materi edukasi dan menulis isu stunting dengan benar di
■■ kompetisi jurnalistik, dan sebagainya promosi kanal media masing-masing (blog,
■■ Talk-show citizen journalism)
Acara kreatif: ■■ Program serial TV
■■ tarian masal (flash mob)
■■ festival bebas stunting nasional
■■ festival kuliner bergizi, dan sebagainya
Pendekatan Kelompok
Saluran Komunikasi Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi Sasaran
Mobilisasi 1. Kelompok Kelompok Primer: Kelompok Primer dan Sekunder: Masyarakat: Masyarakat
Sosial dan Primer
■■ Kelas ibu hamil ■■ Sosialisasi program melalui pertemuan ■■ Materi edukasi yang ■■ Meningkatnya pengetahuan
Komunikasi 2. Kelompok
■■ Kelompok ibu menyusui warga, workshop menarik (poster, sticker, masyarakat tentang isu stunting
Perubahan Sekunder
■■ Mobil keliling gelang, gelas, topi, baju, ■■ Meningkatnya permintaan terhadap
Sosial ■■ Kelas ibu baduta
3. Kelompok tas, balon) penyediaan layanan kesehatan dan
(melalui ■■ Posyandu ■■ Lomba kreatif: jingle, yel-yel
komunikasi Tersier ■■ Video edukasi informasi pendukung terhadap isu
■■ Puskesmas ■■ Kuis cerdas cermat
antar pribadi) ■■ Jingle stunting stunting.
■■ Praktik bidan ■■ Komik
■■ Meningkatnya partisipasi masyarakat
■■ Kelas memasak untuk pengenalan gizi Petugas Pelayan
■■ Klinik ibu bersalin dalam kegiatan-kegiatan pencegahan
dari pangan lokal Kesehatan
■■ Perkumpulan informal stunting.
ibu/ arisan/pengaji-an/ ■■ Pemanfaatan lahan sekitar rumah ■■ Modul pelatihan ■■ Terbentuknya kelompok masyarakat
persekutuan doa ■■ Acara kreatif sesuai dengan konteks komunikasi perubahan penggerak yang mendorong
lokal perilaku perubahan perilaku pencegahan
Kelompok sekunder ■■ Jambore kader kesehatan  ■■ Lembah balik stunting di komunitasnya masing-
pemberian penghargaan untuk kader ■■ Video edukasi masing.
■■ Kader pembangunan
manusia ■■ Lomba kader kesehatan ■■ Aplikasi berbasis Petugas Layanan Kesehatan:
■■ Posyandu Kelompok Tersier: teknologi
■■ Meningkatnya pengetahuan
■■ PAUD penyedia layanan dan kader tentang
■■ Rapat koordinasi antara kementerian/
■■ Komunitas agama pencegahan stunting.
lembaga dan antar-Organisasi
■■ Program kesehatan Perangkat Daerah (OPD) ■■ Meningkatnya pengetahuan
organisasi keagamaan (NU, penyedia layanan dan kader tentang
■■ Sosialisasi tentang stunting kepada
Muhammadiyah) komunikasi antar pribadi untuk
kementerian/lembaga dan Organisasi
pencegahan stunting.
■■ Kelompok pemuda di Perangkat Daerah (OPD)
masyarakat (karang taruna) ■■ Meningkatnya kemampuan penyedia
layanan dan kader dalam melakukan
Kelompok Tersier komunikasi antar pribadi.
■■ Meningkatnya frekuensi kunjungan
■■ RT
rumah oleh penyedia layanan dan
■■ RW kader untuk mengimplementasikan
■■ PKK komunikasi antar pribadi dalam
■■ Kader Pembangunan pencegahan stunting.
Manusia (KPM)
■■ Dinas kesehatan
■■ Dinas terkait (PUPR, dinas
pemberdayaan masyarakat
dan desa (DPM-Desa)

45
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
46

kembang anak
mengetahui tumbuh
Pemeriksaan rutin untuk
BAB 5 PEMANTAUAN DAN EVALUASI

47

BAB 5
PEMANTAUAN
DAN EVALUASI
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
48

Kunjungan ke salah satu rumah


penduduk dalam pemantauan dan
evaluasi penanganan stunting

BAB 5 Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan 1. Keluaran utama


Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
2. Faktor-faktor yang mendukung
Percepatan Pencegahan Stunting akan
percepatan pencegahan stunting.
menitikberatkan pada:
3. Dampak dan capaian program

5.1 Metode Pemantauan dan Evaluasi

Metode untuk melakukan pemantauan dan b. Observasi/pengamatan


evaluasi antara lain:
Metode ini dapat dijadikan sebagai
a. Survei pelengkap informasi yang dihasilkan
dari survei pada masyarakat. Observasi
Survei dilakukan di tingkat nasional, bertujuan untuk melihat perubahan
sehingga hasilnya dapat digunakan oleh perilaku, fasilitas, dan dukungan
kabupaten/kota untuk melihat output lainnya terhadap pencegahan stunting
dan dampak dari intervensi pencegahan yang terjadi di masyarakat. Misalnya,
stunting di masyarakat. Selanjutnya, hasil terdapat antusiasme dari para ibu untuk
survei tersebut dapat dipakai sebagai memberikan ASI kepada anaknya, terdapat
referensi tindak lanjut bagi kabupaten/ perbaikan sistem sanitasi di desa tertentu,
kota. dan sebagainya.
BAB 5 PEMANTAUAN DAN EVALUASI

49

c. Cerita atau praktik terbaik Penyusunan standar dan format


pemantauan dan evaluasi untuk mengukur
Metode ini menekankan cerita perubahan
capaian dan perkembangan program
perilaku yang dialami oleh kelompok
komunikasi perubahan perilaku dilakukan
sasaran, sehingga bersifat personal,
oleh Kementerian Kesehatan (Badan
mendalam, dan unik tergantung dari
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan/
intervensi yang terjadi di masing-masing
Balitbangkes dan Direkotrat Jendral
daerah. Misalnya, seorang ibu yang
Kesehatan Masyarakat), berkoordinasi
belum berhasil memberikan ASI esklusif
dengan Tim Komunikasi Kantor Sekretaris
pada anak pertamanya; sementara
Wakil Presiden dan Kementerian Komunikasi
pada anak kedua, ibu tersebut berhasil
dan Informatika.
memberikan ASI esklusif karena telah
mengikuti kelas ibu hamil secara
konsisten.

5.2 Sistem Pemantauan dan Evaluasi


Berikut adalah sistem pemantauan dan evaluasi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
Pencegahan Stunting:

Gambar 5. Sistem Manajemen Data untuk Pemantauan dan Evaluasi Komunikasi


Perubahan Perilaku

LITBANGKES

LAPORAN
EVALUASI

LAPORAN
EVALUASI TERPADU

DAMPAK TENGAH TAHUN


LAPORAN
TAHUNAN

LAPORAN LAPORAN LAPORAN LAPORAN

KADER PUSKESMAS DINAS DINAS


POSYANDU KESEHATAN KESEHATAN
Minggu Ke-2 Juni Minggu Ke-3 Juni KEMENTERIAN
dan Minggu Ke-2
Desember
dan Minggu Ke-3
Desember
KESEHATAN
Minggu Ke-4 Juni
dan Minggu Ke-4 Desember

TINGKAT TINGKAT
TINGKAT DESA TINGKAT PROVINSI TINGKAT NASIONAL
KECAMATAN KABUPATEN/KOTA
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
50

Keterangan sistem: 2. Sumber informasi pemantauan


adalah dokumen rencana kegiatan
1. Data yang dipantau terbagi menjadi strategi komunikasi perubahan
dua periode: Januari – Juni dan Juli – perilaku pencegahan stunting
Desember. dengan menggunakan komunikasi
antar pribadi - yang termasuk di
2. Pengiriman data dari berbagai dalamnya adalah target kegiatan,
tingkat adalah berikut: alokasi pendanaan, dan indikator
komunikasi antar pribadi dalam
▶▶ Minggu ke-2 di setiap akhir
program pencegahan stunting.
periode (Juni dan Desember),
Puskesmas di tingkat kecamatan 3. Penanggung jawab kegiatan
memberikan laporan tentang pemantauan adalah Sesditjen
pelaksanaan komunikasi Kesehatan Masyarakat, Direktorat
perubahan perilaku pencegahan Jenderal Kesehatan Masyarakat.
stunting di wilayah kerjanya
kepada Dinas Kesehatan di 4. Pemantauan dilakukan setiap enam
tingkat kabupaten/kota. bulan sekali melalui laporan terpadu
▶▶ Minggu ke-3 di setiap akhir tentang perkembangan upaya
periode (Juni dan Desember), pencegahan stunting.
Dinas Kesehatan di tingkat
5. Rapat koordinasi lintas program di
kabupaten/kota memberikan
Kementerian Kesehatan dilakukan
laporan tentang pelaksanaan
untuk membahas hasil pemantauan
komunikasi perubahan perilaku
dan evaluasi guna menentukan
pencegahan stunting di
tindak lanjut pembinaan. Hasil
wilayah kerjanya kepada Dinas
pemantauan akan diberikan
Kesehatan di tingkat provinsi.
feedback.
▶▶ Minggu ke-4 di setiap akhir
periode (Juni dan Desember), 6. Umpan balik (feedback) hasil
Dinas Kesehatan di tingkat pemantuan dapat disampaikan
provinsi memberikan laporan melalui mekanisme persuratan.
tentang pelaksanaan komunikasi Ditentukan prioritasi mana yang
perubahan perilaku pencegahan memerlukan tindak lanjut segera
stunting di wilayah kerjanya termasuk dukungan lintas sektor
kepada Balitbangkes dan agar membawa perubahan yang
Direktorat Jenderal Kesehatan sesuai harapan
Masyarakat.
7. Hasil pemantauan akan menjadi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi pada bahan masukan dalam melakukan
tingkat nasional adalah sebagai berikut: evaluasi upaya komunikasi dalam
pencegahan stunting secara
1. Materi yang dipantau adalah
keseluruhan.
perkembangan pelaksanaan
kegiatan strategi komunikasi 8. Dilakukan pertemuan mid-
perubahan perilaku pencegahan review tengah tahun dan review
stunting dengan menggunakan implementasi perubahan prilaku
komunikasi antar pribadi. melalui komunikasi antar pribadi di
akhir tahun dengan mengundang
BAB 5 PEMANTAUAN DAN EVALUASI

51

seluruh kabupaten kota lokus 3. Pelaksana pemantauan di tingkat


intervensi. provinsi, kabupaten dan desa
menjadi tanggung jawab Bidang
Berikut kegiatan pemantauan dan evaluasi di Kesehatan Masyarakat yang
tingkat kabupaten/kota: mendapat penugasan dari pimpinan
institusi.
1. Materi yang dipantau adalah
perkembangan pelaksanaan 4. Pemantauan dilakukan setiap
kegiatan strategi komunikasi enam bulan sekali secara terpadu
perubahan perilaku pencegahan melalui laporan secara berjenjang,
stunting dengan menggunakan rapat koordinasi lintas program dan
komunikasi antar pribadi di provinsi, pembinaan terpadu.
kabupaten/kota dan desa.
5. Umpan balik (feedback) hasil
2. Sumber informasi pemantauan pemantuan dapat disampaikan
adalah dokumen rencana kegiatan melalui mekanisme persuratan dan
strategi komunikasi perubahan dapat dibawa ke forum pimpinan
perilaku pencegahan stunting apabila terdapat tindak lanjut yang
dengan menggunakan komunikasi memerlukan keputusan pimpinan
antar pribadi di tingkat provinsi, yang lebih tinggi.
kabupaten/kota dan desa; termasuk
di dalamnya adalah target kegiatan, 6. Hasil pemantauan akan menjadi
alokasi pendanaan, dan indikator bahan masukan dalam melakukan
komunikasi antar pribadi dalam evaluasi upaya komunikasi dalam
program pencegahan stunting. pencegahan stunting secara
keseluruhan.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
52

Monitoring pencegahan
stunting di Kabupaten
Rokan Hulu, Riau
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
53

LAMPIRAN
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
54

Lampiran 1:
Contoh Masalah Perilaku dan Praktik Terkait
Stunting & Analisa Saluran Komunikasi

A. Masalah Perilaku dan Praktik


Hasil desk review atas sejumlah intervensi terkait lainnya, sehingga pemahaman
yang telah dilakukan oleh Kementerian akan definisi operasional, faktor
Kesehatan dan institusi/NGO, juga penyebab langsung dan tidak langsung,
berbagai penelitian, serta rangkaian faktor risiko, dampak serta upaya
lokakarya dengan berbagai pemangku pencegahan dan penangannyanya
kepentingan termasuk Direktorat Gizi, masih sangat perlu ditingkatkan, baik
Direktorat Kesehatan Lingkungan, pre-service maupun in-service.
akademisi, asosiasi profesi dan
sebagainya, memperlihatkan terdapat ■■ Perlu peningkatan kepatuhan
beberapa tantangan di setiap tingkat pemberi pelayanan terhadap SOP,
target sasaran yang mempengaruhi melalui bimbingan teknis.
keberhasilan kampanye edukasi tentang ■■ Kunjungan petugas kesehatan
stunting ini. Kesimpulan dari hasil kajian sangat terbatas, bahkan tidak sama
tersebut dapat dilihat di bawah ini. sekali kepada keluarga sasaran.

Tingkat Kebijakan: ■■ Kurang maksimalnya informasi yang


diberikan petugas kepada sasaran
■■ Sebelum menjadi program nasional, dikarenakan tidak adanya orientasi
belum banyak pemegang kebijakan teknis tentang komunikasi kepada
terkait dengan stunting, belum petugas puskesmas.21
memahami tentang stunting, dan
■■ Kurangnya jumlah petugas
atau belum menganggap bahwa
kesehatan yang disebabkan oleh
stunting adalah suatu masalah.
distribusi yang tidak merata sehingga
Oleh karenanya masih banyak
menjadi kendala bagi ibu untuk
yang belum mengeluarkan
mengakses layanan kesehatan22 .
regulasi, mengalokasikan dana
dan melakukan perencaaan secara ■■ Tidak berjalannya program
terintegrasi dalam upaya percepatan penyuluhan kunjungan rumah.
penurunan stunting.
■■ Pemberian Makanan Tambahan
■■ Implementasi kebijakan terintegrasi (PMT) tidak sampai ke target.
lintas sektor tentang stunting belum
■■ PMT kurang variasi, kurang
dilaksanakan secara optimal.
memanfaatkan makanan lokal.
Tingkat Pemberi Pelayanan
■■ Tablet Tambah Darah (TTD) kurang
Kesehatan:
optimal sampai sasaran.23 SDKI 2012
mencatat bahwa terdapat 30,9%
Stunting belum sebagai mata ajar
jumlah perempuan yang melaporkan
prioritas di kurikulum pendidikan tenaga
bahwa mereka mengonsumsi
medis dan tenaga kesehatan kesehatan
suplemen zat besi folat selama
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
55

kurang dari 60 hari. Hampir 23% dari sosial perempuan mempengaruhi


wanita yang disurvei melaporkan kesenjangan dalam perawatan
bahwa mereka tidak mengonsumsi dimana banyak ibu di daerah
suplemen zat besi folat selama perkotaan dan pedesaan
kehamilan terakhir mereka. bergantung pada keputusan suami
dalam hal perawatan kesehatan bagi
■■ Kurangnya kepemilikan buku
diri mereka sendiri dan anak-anak.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Beberapa suami lebih memilih obat
■■ Kurangnya pembinaan Upaya tradisional dan dukun bayi daripada
Kesehatan Bersumberdaya fasilitas kesehatan.
Masyarakat (UKBM).
■■ Masih banyaknya desa yang belum
Tingkat masyarakat: Open Defecation Free (ODF).

■■ Sanitasi; pada umumnya, rumah


■■ Perlu peningkatan jumlah kader
tangga memiliki jamban namun
baik kuantitas maupun kualitas serta
masih banyak yang menyalurkannya
sebarannya.
langsung ke sumber air (badan air)
■■ Harus terus dilakukan sosialisasi dan masih sedikit yang melakukan
dan fasilitasi praktik pemberian pengurasan tangki septiknya.
makan yang kurang optimal
■■ Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
(kolostrum, ASI eksklusif). Data BPS
pada umumnya masyarakat tidak
2012 menunjukkan tingkat Inisiasi
mempraktekkan CTPS di 5 waktu
Menyusui Dini (IMD) dalam satu
penting.
jam kelahiran bervariasi menurut
provinsi, dimana Riau menunjukkan Tingkat individu dan antar pribadi:
tingkat terendah (26%) dan Nusa
Tenggara Barat dengan tingkat ■■ Perlu peningkatan kesadaran dan
tertinggi (74%).24 pengetahuan masyarakat, termasuk
petugas layanan kesehatan, bahwa
■■ Perlu dilakukan upaya
stunting merupakan masalah
menghilangkan atau meminimalisir
kesehatan.
pantangan makan sesuai
kepercayaan atau tradisi (food taboo) ■■ Hanya sebagian kecil responden,
di tengah masyarakat, misalnya ibu termasuk ibu hamil, ibu baduta,
hamil dan anak-anak tidak makan anggota RT, petugas kesehatan,
ikan karena takut kecacingan. Di tokoh agama dan tokoh masyarakat
Jawa Tengah, 26% perempuan serta dinas kesehatan, mengerti
hamil menghindari makanan bergizi dampak negatif dari stunting.
karena kepercayaan food taboo.
■■ Perlunya peningkatan pengetahuan
25
Selain itu, di beberapa daerah,
WUS (wanita menikah, remaja, calon
wanita biasanya makan terakhir,
pengantin, wanita hamil, wanita
termasuk selama kehamilan, karena
dalam masa nifas dan ibu baduta)
adanya keyakinan konservatif yang
tentang stunting.
menganggap suami sebagai pencari
nafkah sehingga layak mendapatkan ■■ Perlu sosialisasi terkait pemanfaatan
gizi makanan yang terbaik.26 fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes) dan meningkatkan
■■ Perlu ditingkatkan dukungan
kepercayaan dan akses masyarakat
dan peran suami saat kehamilan,
ke fasyankes.28
persalinan dan masa nifas.27 Posisi
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
56

■■ Perlu peningkatan pengetahuan ■■ Rendahnya kesadaran melakukan


masyarakat tentang pemanfaatan air praktik CTPS (Cuci Tangan Pakai
minum yang terstandardisasi. Perlu Sabun).
melakukan pengawasan terhadap
■■ Buang air besar (BAB) sembarangan
DAMIU agar terstandardisasi.
masih terjadi di kalangan masyarakat

B. Analisis Saluran/Kanal Komunikasi

1. Media Cetak spesifik, namun ketersediaan desainer


grafis untuk membantu mendesain,
Salah satu kanal komunikasi yang paling biaya cetak yang tinggi dan sebaliknya
banyak digunakan dalam intervensi hanya didukung biaya komunikasi yang
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan kecil, sangatlah mempengaruhi hasil.
anak bawah dua tahun adalah media Dibutuhkan materi cetak yang baru,
cetak (misalnya, buku KIA atau disebut materi media cetak yang relevan dan
“Buku Pink”, poster dan leaflet). Namun, sesuai lokal spesifik. Beberapa daerah
kajian yang dilakukan di lapangan telah mereproduksi media cetak namun
menyatakan bahwa terkait buku KIA terbatas pada penggantian gambar atau
tersebut, baru sedikit masyarakat yang memasang foto pejabat daerah.
saat ini terpapar dengan buku atau
pesan yang ada di dalam buku tersebut. 2. Media Audio dan Audio Visual
Media cetak telah digunakan dalam
berbagai kegiatan tetapi banyak dari Media audio dan audio visual terkait
materi tersebut belum sampai langsung kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan
ke masyarakat. Saat ini, materi terkait anak bawah dua tahun telah banyak
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui diproduksi oleh Kementerian Kesehatan;
dan anak bawah dua tahun masih namun belum ada yang secara
sangat terbatas di fasilitas kesehatan. tegas menginformasikan pentingnya
Materi tersebut menggunakan mencegah kejadian stunting pada anak.
bahasa Indonesia, sehingga menjadi Hanya ada satu video tentang TTD
keterbatasan tersendiri bagi sejumlah remaja putri, dan belum ada video yang
kelompok masyarakat yang masih menggambarkan secara benar makanan
menggunakan bahasa ibu. Misalnya, gizi seimbang bagi remaja putri,
masyarakat di Papua, umumnya padahal ini penting mengingat remaja
mereka tidak dapat mengidentifikasi putri sangat berkontribusi terhadapa
gambar yang digunakan dalam materi pencegahan stunting.
media cetak karena menggunakan
gambar wajah yang berbeda dengan Pada umumnya media elektronik ini
karakteristik etnik mereka. Beberapa tim dibuat hanya terbatas pada saat kegiatan
promosi kesehatan di dinas kesehatan kampanye saja. Ada tim promosi
kabupaten/kota telah mengembangkan kesehatan di provinsi yang juga telah
beberapa jenis media cetak, dalam memproduksi materi informasi untuk
bentuk materi yang relevan secara lokal media elektronik; namun masih terbatas
pada topik tertentu saja.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
57

3. Media Broadcast dan Digital Hal yang sama pada penggunaan SMS
melalui handphone. Walaupun jumlah
Di Indonesia, terdapat sekitar 800 kepemilikan dan penggunaan handphone
stasiun radio (nasional, swasta dan radio semakin meningkat, jangkauannya tetap
komunitas), namun jangkauan siaran lemah pada daerah yang terisolasi/
radio tersebut masih sangat terbatas dan terpencil. Perlu dipikirkan betul terkait
utamanya didengarkan oleh masyarakat dengan media yang digunakan pada
di daerah pedesaan. Kebiasaan masyarakat terisolir, apalagi daerah
masyarakat di pedesaan adalah ini justru memiliki kasus stunting yang
mendengarkan radio, baik radio miliknya tinggi.
sendiri maupun radio milik tetangga
ketika mereka berkunjung. Jumlah 4. Komunikasi Antar Pribadi dan
pendengar radio menjadi menurun Kelompok Kecil
pada daerah yang memiliki jangkauan
televisi yang baik. Media lainnya yang Meski media dan teknologi komunikasi
dimanfaatkan adalah sekitar 170 surat kini dapat terintegrasi dan menjadi
kabar harian dan sekitar 40 stasiun TV . medium komunikasi yang komprehensif
untuk meningkatkan kesadaran,
Internet dan media sosial juga perlu namun beberapa studi global tentang
digunakan seiring bertambahnya perilaku kesehatan menunjukkan
populasi sasaran khususnya di daerah bahwa komunikasi antar pribadi tetap
perkotaan utamanya oleh golongan menjadi metode yang sangat efektif
milenial. Menggunakan satu saluran dalam perubahan perilaku. Komunikasi
saja tidak akan menjawab tantangan antar pribadi juga dalam meyakinkan
komunikasi yang paling besar terkait sasaran untuk mengunjungi fasilitas
kesehatan ibu dan anak, sebaliknya kesehatan. Komunikasi tatap muka yang
iklan layanan masyarakat di televisi, dan sesuai dengan budaya, didesain secara
radio dapat membantu meningkatkan strategis untuk sasaran dan fasilitasi
kesadaran sasaran akan pelayanan fasilitator yang baik dapat mempercepat
kesehatan di fasilitas kesehatan, dengan peningkatan kesadaran dan perubahan
catatan perlu pertimbangan khusus perilaku yang sesungguhnya.
terkait dengan biayanya yang cukup
mahal dan bagi daerah dengan listrik
terbatas.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
58

Lampiran 2:
Struktur Pesan Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting

Keterangan
Kelompok
Kelompok Pesan
Sasaran
Sasaran
Primer Rumah tangga Kunci:
dengan anggota
keluarga yang ■■ Cegah stunting itu penting
berada pada
Pendukung:
periode 1.000
HPK: Ibu hamil, ■■ Manfaatkan pelayanan kesehatan.
Ibu menyusui, Ibu
dengan anak usia ■■ Perbaiki pola makan, pola asuh, dan kebersihan diri serta
0-23 bulan lingkungan.
■■ Anak stunting berisiko memiliki kecerdasan rendah,
sehingga berpotensi mengancam kesejahteraan mereka di
masa depan.

Tenaga Kesehatan Kunci:


(Bidan, Sanitarian,
Tenaga Gizi, ■■ Cegah stunting itu penting
Dokter, Perawat)
Pendukung:
dan Kader
■■ Stunting adalah permasalahan kesehatan yang dapat
dicegah melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif.
■■ Pencegahan stunting dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan yang terampil.
■■ Melakukan konseling antar pribadi melalui kunjungan
rumah, di posyandu, dan di institusi layanan kesehatan
penting untuk perubahan perilaku pencegahan stunting.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
59

Keterangan
Kelompok
Kelompok Pesan
Sasaran
Sasaran
Sekunder Wanita usia Kunci:
subur, Remaja,
Lingkungan ■■ Cegah stunting itu penting
pengasuh anak
Pendukung:
terdekat (kakek,
nenek, ayah, dan ■■ Cegah stunting itu penting dimulai dari remaja dan calon
lainnya), Pemuka ibu, dengan dukungan suami dan keluarga
masyarakat,
Pemuka agama, ■■ Remaja yang menikah dan hamil sebelum 20 tahun
Jejaring sosial berisiko melahirkan anak stunting
(PKK, group ■■ Remaja atau wanita usia subur yang anemia dan kurang
pengajian, dll) gizi berisiko melahirkan anak stunting
■■ Suami atau calon ayah, serta anggota keluarga lainnya
dihimbau untuk sejak dini terlibat dalam pemeliharaan
kesehatan keluarga.

Kelompok Kunci:
Masyarakat
Madani ■■ Cegah stunting itu penting

Pendukung:
(Tokoh Masyarakat,
Tokoh Agama, ■■ Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas kesehatan
Akademisi, Pemuka nasional
Adat, Pemimpin
Informal, Pemimpin ■■ Penguatan kesadaran publik penting untuk membantu
Opini) mencegah stunting
■■ Fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan agar tumbuh
kembang anak optimal
■■ Stunting menimbulkan dampak jangka panjang dan
mengancam kualitas generasi bangsa
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
60

Keterangan
Kelompok
Kelompok Pesan
Sasaran
Sasaran
Tersier Pembuat Kunci:
Kebijakan Tingkat
Kementerian/ ■■ Cegah stunting itu penting
Lembaga
Pendukung:
(Pemerintah
Pusat) ■■ Stunting adalah prioritas masalah nasional yang bisa
dituntaskan melalui komitmen para pemimpin, dan
kolaborasi lintas kementerian/lembaga.
■■ Para pembuat kebijakan dan pemimpin lintas sektor
perlu memastikan kebijakan yang telah ada agar
diimplementasikan dan disesuaikan seiring perkembangan
situasi sosial.
■■ Pemerintah pusat perlu berkoordinasi erat dengan
pemerintah daerah agar dapat mencapai tujuan
pengurangan angka stunting.
■■ Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor
untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama

Pembuat Kunci:
Kebijakan Tingkat
Daerah (Provinsi, ■■ Cegah stunting itu penting
Kabupaten, Kota)
Pendukung:

■■ Stunting adalah permasalahan prioritas di daerah, yang


bisa dituntaskan melalui komitmen pemimpin daerah, dan
kerja sama antar Organisasi Perangkat Daerah
■■ Para pembuat kebijakan dan pemimpin daerah perlu
memastikan implementasi kebijakan yang telah ada.
■■ Segera tindak lanjuti penguatan berbagai program
dan terus menyesuaikan kebijakannya seiring dengan
perkembangan situasi sosial, agar dapat mencapai tujuan
pengurangan angka stunting.
■■ Gunakan pendekatan komunikasi perubahan perilaku yang
disesuaikan dengan demografi sosial, segmen ekonomi,
adat dan budaya masyarakat setempat.

Pembuat Kunci:
Kebijakan Tingkat
Desa/Kelurahan ■■ Cegah stunting itu penting

Pendukung:

■■ Stunting adalah permasalahan mendesak yang terjadi di


tengah masyarakat dan dapat dicegah melalui komitmen
pemimpin desa, dan kerja sama antar warga masyarakat.
■■ Para pembuat kebijakan dan pemimpin desa perlu
memastikan implementasi kebijakan yang telah ada.
■■ Segera tindak lanjuti penguatan berbagai program dengan
menggunakan dana desa.
■■ Memastikan program pencegahan stunting diterima oleh
sasaran 1000 HPK.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
61
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
62

Referensi

1 Setwapres. (2018). Strategi Nasional Percepatan 15 Kementerian Kesehatan (2013). Riset Kesehatan
Pencegahan Stunting Periode 2012 – 2024 Dasar. Kemenkes: Jakarta.

2 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/ 16 Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik-BPS)


Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri (2012). “Indonesia Demographic and Health Survey
Penilaian Status Gizi Anak 2012”.

3 Galasso and Wagstaff (2017). The Economic 17 UNICEF. Modul 1 Social Ecological Model (SEM),
Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy Communication for Development (C4D) Training.
Research Note, World Bank Group, Development
Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank. 18 Diadaptasi dari UNICEF/EAPRO Regional
org/en/536661487971403516/PRN05-March2017- Communication Guide (2013)
Economic-Costs-of-Stunting.pdf
19 Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997).
4 Kementerian Kesehatan (2007, 2011, 2013). Riset The Transtheoretical Model of Health Behavior
Kesehatan Dasar. Kemenkes: Jakarta. Change. American Journal of Health Promotion, 12(1),
38–48. https://doi.org/10.4278/0890-1171-12.1.38
5 UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The
Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF: 20 Adaptasi dari Kerangka Berpikir (logical
New York. framework) Center for Communication Program (2018)
sesuai konteks Komunikasi Perubahan Perilaku di
6 International Food Policy Research Institute. (2016). Indonesia
From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030.
IFPRI: Washington DC. 21 Setyowati (2010). “An ethnography study of
nutritional conditions of pregnant women in Banten
7 Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Indonesia.” Makara Kesehatan 14(1): 5-10
Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting: Jakarta.
22 Agus, Y., et al. (2012). “Rural Indonesia women’s
8 Levinson, F.J., and Y. Balarajan. (2013). Addressing traditional beliefs about antenatal care.” BMC Res
malnutrition multisectorally: what have we learned Notes 5(589)
from recent international experience, UNICEF Nutrition
Working Paper, UNICEF and MDG Achievement Fund, 23 Badan Pusat Statistik-BPS (2012). “Indonesia
New York. Demographic and Health Survey 2012

9 Sekretariat Wakil Presiden RI dan Kementerian 24 Badan Pusat Statistik-BPS (2012). “Indonesia
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Demographic and Health Survey 2012
Kebudayaan. (2018). Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting Periode 2018-2024. TNP2K: 25 Badan Pusat Statistik-BPS (2012). “Indonesia
Jakarta. Demographic and Health Survey 2012

10 Alive and Thrive. (2018). Roadmap for Developing 26 Setyowati (2010). “An ethnography study of
an Advocacy and Behaviour Change Communication nutritional conditions of pregnant women in Banten
Strategy for Stunting Reduction in Indonesia. Indonesia.” Makara Kesehatan 14(1): 5-10

11 Ibid 27 Brooks, M., et al. (2017). “Health facility and skilled


birth deliveries among poor women with Jamkesmas
12 Ibid health insurance in Indonesia: a mixedmethods study.”
BMC Health Serv Res 17(105)
13 Hirai, M., et al. (2016) “Exploring Determinants of
Handwashoing with Soap in Indonesia: A Quantitative 28 Agus, Y., et al. (2012). “Rural Indonesia women’s
Analysis.” Int J Environ Res Public Health 13 (9). traditional beliefs about antenatal care.” BMC Res
Notes 5(589)
14 Greenland, K., et al. (2013). “The context and
practice of handwashing among new mothers in
SErang, Indonesia: a formative research study.”BMC
Public Health 13: 830.
PEDOMAN STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA
64

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Jl H.R.Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12950

Telp. 021-5201590 (hunting)

Anda mungkin juga menyukai