Pendekatan Total Dan Marginal - Bagian Banik
Pendekatan Total Dan Marginal - Bagian Banik
adalah penjumlahan antara ongkos total tetap dengan ongkos total variabel ( TC = TFC
TVC ),
>> Total Fixed Cost(ongkos total tetap) adalah jumlah ongkos yang tetap
yang tidak dipengaruhi
oleh tingkat produksi.Contoh penyusutan, sewa, dsb.Biaya total (TFC
tidak tergantung pada
kuantitas output (Q),sedangkan biaya variabel total bergantung pada
kuantitas output.
>> Total Variabel Cost ( ongkos variabel total ) adalah jumblah ongkos
ongkos yang dibayarkan
yang besarnya berubah menurut tingkat yang dihasilkan.Contoh ongkos
bahan mentah,
tenaga kerja dan sebagainya.
C. Pendapatan Maksimum
Terdapat tiga pendekatan perhitungan pendapatan maksimum, yaitu :
1. Pendekatan Totalitas (totality approach)
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika
harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q.
Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali
biaya variable per unit, sehingga:π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang
diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung
berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian
besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.
2. Pendekatan Rata-rata (average approach)
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total
dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.π = (P – AC).Q
Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka impas bila P
sama dengan AC.Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan
besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau
memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus
menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π) makin besar.
3. Pendekatan Marginal (marginal approach)
Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan
pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC.
π = TR – TC
Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan
nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai
turunan pertama TC (δTC/ δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0. Dengan demikian,
perusahaan akan memperoleh laba maksimum (atau kerugian minimum) bila ia
berproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Makalah memaksimalkan laba
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema
dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang
terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-
baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga
menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen. Salah
satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan
kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada
untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi
konsumennya. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan
dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan ,
pendapatan total sebagai TR, dan biaya total adalah TC, maka = TR - TC
Ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum yang akan dibahas dalam bab ini :
1. Pendekatan totalitas (totality approach)
2. Pendekatan rata-rata (average approach)
3. Pendekatan marjinal (marginal approach)
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Laba/keuntungan?
2. Bagaimana pendekatan totalitas itu?
3. Bagaimana pendekatan rata-rata itu?
4. Bagaimana pendekatan marginal itu?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian laba/keuntungan
2. Untuk mengetahui pendekatan totalitas
3. Untuk mengetahui pendekatan rata-rata
4. Untuk mengetahui pendekatan marginal
BAB II PEMBAHASAN
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang
kreatif, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual
jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya
dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi uang jajan)
adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams membeli
alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya produksi per
biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00. Apakah rencana di atas
layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat menggunakan rumus dalam
Persamaan (7.4). Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah
biaya tetap (FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel
per unit (v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00
Untuk mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual (Q*)
adalah: Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen. Untuk mencapai titik
impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah target ini terlalu
berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia bersikap pesimis,
misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yang
terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen. Sehingga 20.000
biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin minimal 50%
potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat per hari, 20.000 biji permen
akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah 20.000 biji permen, penjualan
selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per biji, karena itu makin banyak
permen yang dapat dijual, makin besar laba yang diperoleh. Pendekatan totalitas
sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang mudah dan
sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan: a) Dalam praktik sulit
membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik yang
digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada
yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam
perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan
administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel). b) Pendekatan ini
mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang menyebabkan baik
kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus (lihat kembali
Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha
yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
Pendekatan Rata-rata
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah
laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. π= (P - AC).Q ….. (7.5)
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output
(P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas
bila P sarna dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan
perbandingan besamya P dengan AC. Bila P lebih kedl atau sarna dengan AC,
perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah
perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling)
agar laba (1t) makin besar.
Contoh Kasus: PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk
singkong akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per
kilogram. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton.
Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini:
a. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
b. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan)
serta tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar.
c. Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada
musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per
kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya
biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan
lahan dan penanaman.
Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan
perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan
25 ton singkong, maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan
adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah
Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00. Karena harga jual singkong (P) adalah
Rp150,00 per kilogram, maka π = (P - AC ).Q (7.6) 1.000.000.000 = (150 - 70).Q Q =
(1.000.000.000: 80) kg = 12.500.000 kg = 12.500 ton Jumlah singkong yang harus
dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500 ton. Karena per hektar
menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
Pendekatan Marginal
Pada pembuktian
Secara matematis telah diketahui bahwa nilai π (laba) akan maksimum bila MR = MC
Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis singgung b1
dan b2.
Garis singgung b1 adalah turunan pertama fungsi TR atau sarna dengan MR. Garis
singgung b2 adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC Kita melihat
garis singgung b1 sejajar garis singgung b2 yang artinya MR = MC c. Penjelasan
Secara Verbal Apakah benar perusahaan akan mencapai laba maksimum bila
memproduksi di Q3? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mengonsentrasikan
diri pada pergerakan kurva lab a (n) sepanjang interval Q1-Q5' Pergerakan tersebut
kita bagi menjadi tiga sub-interval:
Q1-Q3' Q3' dan Q3-Q5' 1) Penambahan output sepanjang sub-interval
Q1-Q3 bergerak naik yang artinya laba bertambah besar.
Bila memperhatikan kurva TR dan TC, terlihat bahwa sudut kecuraman garis
singgung al (MR) lebih besar dari sudut kecuraman garis singgung a2 (MC).
Ternyata jika output ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang
dihasilkan lebih besar dari tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan. Karena itu
akan lebih menguntungkan bila perusahaan terus menambah output. Dengan cara
penjelasan yang sama dapat dipahami mengapa kurva π bergerak naik sampai
jumlah output Q3 Kalau kita melihat sudut kemiringan kurva π makin mendatar, hal
itu menunjukkan terjadinya hukum pertambahan hasil yang makin menurun
(LDR). Ketika output ditambah dari Q1 ke Q2 kurva 2) Pada saat jumlah output Q3
Pada saat jumlah output Q3 seperti telah dijelaskan, garis singgung bl (MR) sejajar
garis singgung b2 (MC). Jika output ditambah satu unit, maka tambahan
pendapatan (MR) yang diperoleh sama persis dengan tambahan biaya (MC) yang
harus dikeluarkan. 3) Interval Q3-05 Jika output ditambah dari Q3 ke Q4 terlihat
bahwa sudut kemiringan garis singgung c1 (MR) sudah lebih kecil dari sudut
kemiringan garis singgung c2 (MC).
Artinya jika outputditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang diperoleh
lebih kecil dibanding tambahan biaya (MC). Dalam kondisi seperti itu perusahaan
akan merugi bila terus menambah output. Terlihat dari gerak menurun kurva π.
Dengan demikian, tingkat output yang membuat perusahaan mencapai laba
maksimum adalah Q3' Penjelasan di atas dapat diringkas dengan menyatakan:
1. Pada interval Q1-Q3 MR > MC. Karenanya penambahan output akan
meningkatkan laba.
2. Pada interval Q3-Q5 MR < MC. Karenanya penambahan output akan menurunkan
laba.
3. Pada saat output adalah Q3, MR = MC. Perusahaan mencapai laba maksimum. [3]
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi
atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang
timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Pendekatan totalitas
membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika harga jual per unit
output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya total
adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya
variable per unit, sehingga: π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi
penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin
besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan
harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik
impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan
efektif. Dalam pendekatan rata-rata perhitungan laba per unit dilakukan dengan
membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P)
kemudian laba total dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang
terjual.
π = (P - AC).Q Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual
per unit output (P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai
angka impas bila P sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi / tidak
didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama
dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata
adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum
selling) agar laba (π) makin besar. Perhitungan laba dilakukan dengan
membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba
maksimum akan tercapai pada saat MR = MC. π = TR – TC Laba maksimum tercapai
bila turunan pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan nilainya sama dengan
nilai turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC
(δTC/ δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0.
Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh laba maksimum (atau kerugian
minimum) bila ia berproduksi pada tingkat output di mana
MR = MC.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------