NPM: 1801110076
KELAS : RP3B
SENIN 07.30-10.00
Contoh studi kasus berikut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
dari penerapan teori keunggulan komparatif dalam lingkup perdagangan
internasional.
Keuntungan Komparatif
(Jam Kerja Per Satuan Output)
Hasil kerja per satuan
output Dasar Tukar Dalam Negeri
Negara
(DTD)
Beras Elektronik
Berdasarkan data tabel di atas, Jepang unggul atas dua jenis produk, baik
beras maupun elektronik dibandingkan Indonesia. Namun, keunggulan
tertinggi Jepang pada produksi elektronik. Sementara, Indonesia lemah
baik pada produksi beras maupun elektronik, akan tetapi kelemahan
terkecilnya pada produksi beras. Oleh sebab itu, sebaiknya Jepang
berspesialisasi pada produk elektronik, sedangkan Indonesia pada produk
beras. Apabila kedua negara melakukan perdagangan, maka keduanya
akan sama-sama memperoleh keuntungan.
permadani
permadani
Pada tabel 3 bila dilihat jumlah jam (waktu) yang digunakan tanpa
memperhatikan perbandingan dasar tukar domestik antara permadani
dan sutra di kedua negara, tampaknya India memiliki keunggulan
absolut atas permadani dan sutra, karena India dapat menghasilkan
permadani dalam waktu 30 menit/meter, sedangkan Malaysia
menggunakan waktu yang lebih banyak 40 menit/meter, begitu pula
sutra, India hanya menggunakan waktu 24 menit/meter, sedangkan
Malaysia menggunakan 50 menit/meter. Dengan demikian berdasarkan
teori keunggulan absolut, perdagangan antara India dan Malaysia tidak
akan terjadi, karena India memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis
komoditi.
Apabila DTD kedua negara atau salah satu negara sama dengan DTI 1 :
1, maka perdagangan antara kedua negara kecil kemungkinan untuk
terjadi karena perdagangan luar negeri menghasilkan keuntungan sama
dengan perdagangan domestik. Demikian halnya bila DTD kedua
negara adalah 1 : 1, maka perdagangan juga tidak terjadi karena salah
satu negara akan memperoleh kerugian. Jadi perdagangan yang akan
memberi keuntungan kedua negara apabila DTI 1 : 1 berada di antara
DTD masing-masing negara.