Anda di halaman 1dari 2

INLET DRAINASE, ITU PENTING

I Made Kamiana
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

Ketika pada suatu permukaan jalan dengan cepat terjadi genangan oleh hujan, walaupun
kemiringan permukaan jalan itu sudah sesuai dengan persyaratan, dan saluran drainase belum
meluap, maka hal itu mengindikasikan bahwa disana belum ada bangunan pelengkap drainase.
Bangunan pelengkap yang dimaksud, mungkin saja inlet drainase, atau dalam Permen PUPR
Nomor 12 Tahun 2014 disebut dengan istilah “tali air” atau “street inlet”.
Ketika tali air atau street inlet, selanjutnya dalam tulisan ini disebut inlet drainase, sudah
ada di suatu ruas jalan, tetapi genangan pada permukaan jalan juga tetap terjadi misalnya, maka
hal itu mengindikasikan bahwa inlet drainase mungkin tersumbat lumpur atau sampah, dan
mungkin saja tertutup oleh lapis perkerasan baru jalan. Atau, mungkin saja inlet drainase
kurang tepat dari segi dimensi, jarak atau lokasi, dan elevasinya.

Inlet drainase, dalam sekilas


Inlet drainase, merupakan bangunan pelengkap drainase yang berfungsi untuk
mengalirkan air pada permukaan jalan menuju saluran drainase (Prodjopangarso, 1987;
Gribbin, 2013). Secara sederhana mengenai hubungan antara dimensi inlet dan jarak inlet
drainase dapat dijelaskan sebagai berikut (Urban Stormwater Management Manual, tanpa
tahun): apabila dimensi inlet dibuat semakin besar maka jarak antar inlet dapat dibuat semakin
panjang atau jumlah inlet yang diperlukan semakin sedikit; sebaliknya, apabila dimensi inlet
dibuat semakin kecil maka jarak antar inlet harus semakin pendek atau jumlah inlet yang
diperlukan semakin banyak.
Apabila ditinjau dari posisinya, inlet drainase dikelompokkan menjadi beberapa tipe,
antara lain tipe vertikal (curb type) dan posisi horizontal (grate type). Inlet drainase horizontal
dipasang sejajar dengan permukaan jalan dibagian tepi jalan atau di bagian-bagian lain
misalnya di bagian tengah jalan. Sedangkan inlet drainase dengan tipe vertikal hanya bisa
dipasang dibagian tepi jalan, dan tegak lurus permukaan jalan (Gribbin, 2013; Drainage Design
Manual, 2017).
Dengan adanya inlet drainase, diharapkan genangan pada permukaan jalan perlahan-
lahan surut karena sebagian air mengalir menuju inlet drainase kemudian mengalir melalui
saluran pembawa menuju ke saluran drainase. Namun demikian, pemasangan inlet drainase
juga harus memperhatikan aspek keselamatan lalu lintas kendaraan maupun keselamatan
pejalan kaki di jalan.
Rumus-rumus untuk perencanaan teknis inlet drainase umumnya berupa rumus empiris.
Oleh karenanya, bentuk rumus dari tiap-tiap tipe inlet drainase belum tentu sama. Namun,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil perencanaan dan data masukan yang diperlukan
untuk perencanaan inlet drainase hampir sama.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil perencanaan inlet drainase, antara lain:
kondisi geometrik jalan, kekasaran permukaan jalan, ketinggian genangan yang diinginkan
pada permukaan jalan atau pada inlet drainase, dan hujan rencana (Suharyanto, 2014).
Mengenai data untuk perencanaan inlet drainase, terdapat dua kelompok data yang diperlukan,
yaitu kelompok data yang berkaitan dengan karakteristik permukaan jalan dan kelompok data
yang berkaitan dengan hujan (Pane dkk, 2016). Sedangkan lingkup analisisnya, terdiri dari
analisis hidrologi dan analisis hidraulika. Analisis hidrologi dimaksudkan untuk memperoleh
besaran debit yang akan mengalir ke inlet drinase, dan analisis hidraulika untuk memperoleh
besaran luas penampang lintang inlet drainase, jarak, dan elevasinya (Khirzin dkk, 2017).
Selain itu, analisis hidraulika juga dimaksudkan untuk memperoleh besaran luas penampang
lintang saluran pembawa (Suharyanto, 2014).

Contoh hasil studi, dan harapan


Cukup banyak contoh genangan pada permukaan lahan atau jalan akibat tidak optimalnya
kinerja inlet drainase. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada artikel hasil penelitian/ studi
perencanaan berikut: Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi Genangan di Sub
Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir (Kusumadewi dkk, 2012); Analisis Sistem Drainase
Kota Tondano (Nurhamidin, 2015); Evaluasi Sistem Drainase dan Prngendalian Genangan Air
di Kampus dan Perumahan ITS Surabaya (Alvin, 2017), Perencanaan Drainase Jalan Pahlawan
dan Jalan Sriwijaya, Semarang (Khirzin dkk, 2017). Memperhatikan uraian pada artikel-artikel
tersebut, dan melihat kondisi terjadinya genangan pada permukaan jalan dalam keseharian,
maka dapat dikatakan bahwa genangan yang terjadi pada pemukaan jalan tidak semata-mata
disebabkan oleh meluapnya air dari saluran drainase ke permukaan jalan. Genangan pada
permukaan jalan dapat juga disebabkan oleh kondisi sebaliknya, yakni air pada permukaan
jalan tidak dapat mengalir ke saluran drainase.
Kerusakan jalan tidak semata-mata oleh beban lalu lintas, tetapi juga dapat diakibatkan
oleh genangan pada permukaan jalan. Beberapa hasil penelitian mengenai hal itu dapat dilihat
pada hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh: Sulistiyatno dkk (2012), Nahak dkk (2017),
Chairuddin dkk (2018), Muliawan (2019). Jenis kerusakan jalan, termasuk akibat genangan,
pada umumnya dapat dibedakan ke dalam beberapa pola (Muliawan, 2019). Terlepas dari pola
kerusakannya, dan mengingat secara terus menerus menerima beban lalu lintas, maka jalan
yang rusak akan semakin parah tingkat kerusakannya apabila tidak dengan segera diperbaiki.
Selain itu, akan dapat berdampak buruk pada kelancaran dan keselamatan berlalu lintas. Rozari
(2015) menjelaskan bahwa kerusakan jalan merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan kemacetan lalu lintas. Selain itu, dalam Marsaid dkk (2013) dijelaskan bahwa
kondisi fisik jalan, dalam hal ini jalan yang rusak, merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan contoh-contoh hasil studi di beberapa tempat, yang telah diuraikan di atas,
secara jelas bisa dipahami bahwa kerusakan jalan beserta dampak ikutannya itu dapat diawali
oleh adanya genangan; dan, salah satu faktor penyebab genangan ini adalah tidak adanya inlet
drainase atau buruknya kinerja inlet drainase yang sudah terpasang. Oleh karena itu, perhatian
terhadap inlet drainase dalam pembangunan konstruksi jalan maupun drainase, menjadi hal
yang penting. Perhatian itu, seharusnya sudah diterapkan mulai dari tahap perencanaan,
pembangunan, hingga tahap pemeliharaan. Khususnya pada tahap pemeliharaan, sangat
penting adanya peran institusi yang berwenang dan partisipasi masyarakat dalam melakukan
pemeliharaan secara rutin ataupun berkala terhadap inlet drainase. Hal ini dimaksudkan agar
inlet drainase yang sudah terpasang tetap berfungsi dengan baik.
Terakhir, sebagai bahan renungan bersama. Coba dibayangkan, jika suatu jalan sudah
terbangun lengkap dengan trotoar dan saluran drainasenya. Tetapi tidak ada inlet drainase.
Kemudian terjadi hujan lebat dengan durasi lama. Apa yang akan terjadi? Genangan, bukan?
Artinya, walaupun disebut hanya sebagai bangunan pelengkap, hanya sebagai item pekerjaan
minor, tetapi inlet drainase itu tetap memiliki nilai penting.

Anda mungkin juga menyukai