Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak
dibawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal
dan terpilih sebagai gigi penyangga. Restorasi prostetik ini sering disebut
Removable Partial Denture.
Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui
tahapan-tahapn dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali
dengan pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang.
Mencetak merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan
berdasarkan pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Preparasi gigi tempat
sandaran termasuk salah satu tahap perawatan preprostetik. Penentuan relasi
rahang atas dan rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi tiruan yang
dilihat dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.
Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana
perawatan kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL
tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen tersebut serta faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya.
Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi
pengunyahan, fonetik, dan estetika saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan
kesehatan jaringan yang tersisa. Untuk tujuan terakhir ini selain erat kaitannya
dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaiman mengatur gaya-gaya yang
terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang
memungkinkan akan merusak.

1
1.2 Skenario
Bu Mira seorang guru, 45 tahun, datang ke dokter gigi ingin dibuatkan gigi
tiruan pada RA. Pasien merasa kurang nyaman untuk mengunyah.
Kemudian dokter gigi melakukan pemeriksaan. Pasien tidak mempunyai
kelainan sistemik. Hasil pemeriksaan ekstra oral tidak ada kelainan. Hasil
pemeriksaan intra oral : edentolous ridge pada 16, 17, 27, 28, sisa akar
pada gigi 15 dan 26. Ada oklusi. OH penderita bagus. Kemudian dokter
gigi melakukan rencana perawatan dengan melakukan ekstraksi pada gigi
15 dan 26 dan membuatkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan anasir
akrilik, basis akrilik. Setelah itu, pada kunjungan berikutnya melakukan
cetak anatomi dan setelah itu jadi model study, drg membuat desain
dengan menentukan klas berdasarkan Kennedy dan melakukan survey.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana desain GTSL sesuai skenario?
2. Bagaimana tahapan pembuatan GTSL?
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi dari
GTSL?
4. Apa sajakah indikator keberhasilan dari pemakaian GTSL?

1.4 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan desain GTSL sesuai
skenario.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tahapan pembuatan
GTSL
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi retensi dan stabilisasi dari GTSL
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan indikator
keberhasilan dari pemakaian GTSL

2
1.5 Mapping

Pemeriksaan

Subjektif Objektif

Diagnosis

Rencana
Perawatan

Desain

Tahapan
Retensi Stabilisasi
Pembuatan

Indikator
Keberhasilan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah
jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang
masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering
disebut juga removable partial denture (Applegate, 1960).
Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki
fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat
mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat
kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar
gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya
yang kemungkinan akan merusak (Ardan, 2007a).
Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku
suatu yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui
selengkap-lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa.
Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul data-data mengenai
bentuk, indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor,
bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan.
Selanjutnya, sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib
membuat rencana desain protesa yang akan diberikannya (Gunadi et al., 1995).
Setiap protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko
merusak kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil
dengan membuat desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pada pasien
tentang cara menjaga kebersihan mulut dan geligi tiruannya (Neil & Walter,
1992). Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap
penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan
(Gunadi et al.,1995).

4
2.2 Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian
Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian adalah:
1. Mengembalikan fungsi pengunyahan.
2. Mengembalikan fungsi estetis.
3. Mengembalikan fungsi bicara.
4. Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal.
5. Memperbaiki oklusi.
6. Meningkatkan distribusi beban kunyah.
7. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.
2.3 Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Indikasi pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut:
1. Hilangnya satu gigi atau lebih.
2. Gigi yang masih tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi abutment.
3. Keadaan processus alveolaris masih baik.
4. Oral hygiene pasien baik.
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
2.4 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Pada umumnya geligi tiruan yang konvensional baik yang terbuat dari
plastik maupun dari kerangka logam, terdiri dari bagian-bagian penahan, basis,
konektor, sandaran dan elemen gigi tiruan.
2.4.1 Penahan (retainer)
Penahan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi memberi retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada
tempatnya. Penahan dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Pertama, penahan langsung (direct retainer) yang berkontak langsung
dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram atau kaitan
presisi (Suryatenggara et al., 1991).
Kedua, penahan tak langsung (indirect retainer) yang memberikan
retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal
dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan cara
memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi

5
bekerja. Macam-macam bentuk penahan tak langsung antara lain; sandaran
oklusal, dukungan rugae, perluasan basis/ plat (Suryatenggara et al., 1991).
2.4.2 Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada
permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan
vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal
gigi posterior atau pada permukaan lingual gigi anterior (Suryatenggara et al.,
1991).
2.4.3 Konektor (connector)
Konektor pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama
(major connector) dan konektor minor (minor connector), sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan
sebagian lepasan yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada
salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya. Konektor minor atau
tambahan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan konektor utam dengan bagian lain (Suryatenggara et al.,
1991).
2.4.5 Elemen Gigi Tiruan
Elemen gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-
kadang merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa,
kecuali pada kasus masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan.
Dalam seleksi elemen ada metode untuk pemilihan gigi anterior dan
posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu ukuran, bentuk,
tekstur permukaan, warna dan bahan elemen (Suryatenggara et al., 1991).
2.4.6 Basis Geligi Tiruan (saddle)
Basis geligi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang
alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi (elemen) tiruan.
Basis geligi tiruan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) basis
dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle) dan (2) basis dukungan
jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end) (Suryatenggra et al.,
1991).

6
2.5 Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal
panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana
pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun
dukungannya (Gunadi et al., 1995).
Klasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA berupa klasifikasi geligi
tiruan berdasarkan distribusi beban, sebagai berikut.
1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal
dari gigi geligi.
2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh
mukosa dan lingir alveolar dibawahnya.
3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan
didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa (Watt &
McGregor, 1992).
Rincian Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut.
Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada ke dua sisi rahang (bilateral).
Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian
dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut
(Suryatenggara et al., 1991).
Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada
kedua sisi (Kelas I Kennedy). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah
dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

7
Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:
1. derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. tenggang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi tiruan
yang akan dipasang
3. jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah mengecil
4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5. gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi
7. ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
Kelas II: Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II Kennedy. Kelas ini
sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :


1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.

8
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.
4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka
waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.
Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya
tidak lagi mampu memberikan dukungan pada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis, dijumpai keadaan:


1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai goyangnya
gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi protesa: protesa sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain
bilateral.
Kelas IV: daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy. Pada
umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian lepasan, jika:
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
2. Gigi harus disusun dengan “overjet” besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi
pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien
dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan.

9
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor
estetik

Indikasi protesa:
(a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.
(b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau
jaringan atau kombinasi.
(c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat protesa sebagian lepasan.
Kelas V : Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus
seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut
karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.
Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah
satu alasan berikut ini :

a. Daerah tak bergigi sangat panjang


b. Daya kunyah pasien berlebihan
c. Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
d. Tulang pendukung lemah
e. Penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap
tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan
perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini
Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian lepasan dengan
desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior.

10
Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi
asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan
daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.

Biasanya dijumpai keadaan klinis :

a. Daerah tak bergigi yang pendek


b. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung
penuh
c. Sisa processus alveolaris memadai
d. Daya kunyah pasien tidak besar
Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI

a. Geligi tiruan cekat


b. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral
(protesa sadel)

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Desain gigi tiruan

1. Menentukan klasifikasi dari daerah yang tidak bergigi : Kelas II Kennedy


modifikasi 1
2. Menentukan outline saddle : free end saddle harus seluas mungkin dan
pada daerah bounded, saddle hanya pada daerah tidak bergigi
3. Menentukan support : daerah free end didukung oleh Tooth tissue
supported denture (Kombinasi dukungan antara gigi dan mukosa) dan
pada daerah bounded oleh The all tooth supported denture (dukungan
pada gigi)
4. Menentukan gigi penyangga : 25, 14, dan 17
5. Menentukan retensi dan stabilisasi : Retensi didapat dari gigi dengan
menggunakan klamer 2 jari + rest pada 25 dan 3 jari pada 14 dan 17.
Stabilisasi didapat dari lengan klamer di atas garis survey (bracing dan
sayap gigi tiruan serta plat akrilik pada bagian palatum
6. Menetukan indirect retainer : menggunakan extention plate ke arah
anterior dan digunakan direct retainer, yaitu cingulum rest pada 12.

12
3.2 Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
A. Kunjungan Pertama
1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
- Alat : Sendok cetak nomor dua
- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
- Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal
sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.
- Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak
dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan
posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di
samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan
mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok
dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi
dengan stone gips dan di-boxing.

B. Kunjungan Kedua
1. Membuat work model
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Metode mencetak : mucocompresi
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis
tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah

13
posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi
penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan
kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh
mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi
operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak
ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien
diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan
muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan
melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai
sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang
dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,
polishing.

C. Kunjungan Ketiga
1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang
tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara :
pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam
merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.
Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam
tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior
maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi

14
gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan
dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi
yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus
alveolar dan tepi gingiva.
5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,
polishing.

Flasking
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam
suatu flasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking :
1. Pilih flask yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan
model dalam flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya
cukup.
2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan
vaselin tipis dan plug bagian bawah flask diletakkan.
3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air
sabun).
4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask bagian bawah lalu
model ditanam dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.
5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.
6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan
sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung
udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam
flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.
7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan
kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press
(bagian-bagian flask kontak antar metal).
Cara flasking ada 2, yaitu:
a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out,
gigi-gigi akan ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah
memulaskan separating medium dan packingnya mudah, karena seluruh
mold terlihat.

15
b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips
sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu
packing adonan akrilik harus melewaqti bagian bawah gigi untuk
mencapai daerah sayap, yang disebut packing through).
Boiling Out
Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak
kurang lebih 1 jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet
ditaruh pada dalam air yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk
melunakkan malam, dan memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian
mold dicuci dengan air panas hingga tidak terdapat lagi sisa residu.
Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit.
Panas membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan
mempercepat pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture
gigi, maka material yang terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat
atau alat yang lain. Setelah pemisahan kuvet telah mengering dan kuvet telah
mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu kamar, maka mold siap untuk
pembuatan resin akrilik.
Packing Acrylic
Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin
akrilik. Yang mempunyai dua metode yaitu:
a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung
didalam mold.
b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan
bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.
Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang
berbentuk cair. Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan
tersebut sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan.
Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam.
Bahan ini berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.
Macam-macam bahan akrilik adalah:
1. Bahan akrilik heat cured

16
2. Bahan akrilik self cured
3. Bahan akrilik light cured
Komposisi dari bahan polimerisasi:
1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari
polimerisasi metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak
teratur bentukannya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan
polimer.
2. Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.
Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya
polimerisasi selama penyimpanan.
Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida
Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.
Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir
2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah
3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat
lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut,
monomer bebas meresap ke dalam polimer.
4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat
hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita
inginkan.
5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer
yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan
yang kasar.
6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras
dan getas pada permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan
masih kenyal.

17
Prosedur kerja packing:
a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen
yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam
bubuk (polimer:monomer, 3:1),
b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan
polimer tercampur dengan baik,
c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat
polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,
d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak
lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,
e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari
telunjuk yang terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah
untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,
f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.
g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian
press dan pasang baut.
Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
Polimerisasi ada 2 cara yaitu,
1. Secara thermis yang disebut heat curing
2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang
disebut dengan cold/self curing.
Pemberian panas dapat secara :
1. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering
2. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas
3. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di
laboratorium
Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan
polimer itu sendiri bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka
temperature resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan
mendidih pada temperature 1000C. Oleh karena itu, pada tahap permulaan

18
polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian
panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan investingnya,
dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan
mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga
disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press
sehingga terjadi shrinkage porosity.
Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi
kimia, kadang kadang disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan
pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan, hampir tidak mungkin
mencegah masuknya gelembung udara kedalam adukan. Gelembung udara ini
mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen selama
polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak
memiliki pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan
bahan dan pembentukan bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan
begitu tahap inisiasi selesai. Jadi, proses polimerisasi terus menerus terganggu
sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi.
Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan
pengadukan mulai dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan
sumber sinar untuk mengaktifkan system inisiator. Dengan mempertimbangkan
kekurangan resin cold curing, adalah bahwa bahan-bahan dengan pengerasan
sinar memiliki keuntungan dengan memungkinkan operator menyelesaikan baik
pemasukan bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum pengerasan
dimulai.
Alat dan bahan curing:
1. Alat perebus cuve (panci dan kompor)
2. Timer
3. Air
Prosedur kerja curing:
1. Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)
2. Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.
3. Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.
4. Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.

19
5. Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.
Finishing dan Polishing
Finishing
Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari
menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin
akrilik di sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi
tiruan akibat dari processing.
Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur
geligi tiruan . jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial
denture telah diwaxing dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat
ditentukan. Selain itu, jika geligi tiruan malam telah di wax contouring dengan
seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan, proses penyelesaian yang
diperlukan akan lebih sederhana.
Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena
tekanan yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi
tiruan de ngan menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar
perlahan lahan. Jika geligi tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya
sedikit sekali. Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang berada
disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil kecil/pahat yang tajam.
Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah
permukaan stone akan membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang
digunakan waktu prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah
didalam ruang kosong tersebut dan akan terlihat sebagai gumpalan/nodul
diperukaan geligi tiruan yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan dengan jari
tangan terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan
stone/bur bulat kecil.
Polishing
Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan
geligi tiruan tanpa mengubah konturnya .
Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus
dibuang, sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan
permukaan geligi tiruan ang licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan

20
brush wheel harus difunakan dengan salah satu bahan poles. Roda-roda ini tidak
boleh digunakan secara bergantian dengan bahan abrasive yang berbeda. Rag
wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan pumice basah
untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.
Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi
permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak
kontur asli dan stain pada permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh
permukaan fasial geligi tiruan.
Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan
brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial
digunakan tekanan seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.
Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak
boleh dipoles.
Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik
tersebut harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape,
sehingga anatomi gigi tidak akan rusak.

D. Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas
di dapat dengan cara :
- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi
tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.

21
- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari
lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan
berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan
dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes
ini.
4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan
di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan
gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan
dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna
yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang
tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi
yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi
ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL
(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL
(pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta
memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu
agar pasien terbiasa.
o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum
dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.

22
o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan
direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak
berubah ukurannya.
o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan
lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap
segera kontrol.
o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

E. Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan
yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
o Melihat posisi cangkolan.
o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

3.3 Faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi


Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, oclusal rest , contour,
landasan denture, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.
Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi
tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.
- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari
lengan retensi yang menempati undercut gigi abutment. Lengan
Retensi, terdiri dari :

23
1. Direct Retainer, fungsinya adalah Menahan gigitiruan tetap pada
tempatnya dan bertahan terhadap pergeseran atau daya yang melepaskan.
bersifat fleksible. Terletak : dibawah garis survei
2. Bracing, fungsinya adalah mencegah gigitiruan bergerak kearah
lateral. bersifat: kaku dan terletak diatas garis survei

BRACING

- Stabilisasi
Perlawanan atas ketahanan terhadap pemindahan tempat. Stagnasi ditentukan oleh
tiga titik sandaran yang harus meliputi luas permukaan yang sebesar – besarnya
agar beban yang diterima protesa setiap unit bisa sekecil.

3.4 Indikator keberhasilan pemakaian GTSL


1. Gigi tiruan tersebut harus bertahan lama
2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi
yang masih ada serta jaringan sekitarnya
3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk
apapun
4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang
harmonis

24
5. Kooperatifan pasien
6. Kondisi rongga mulut pasien
7. Kemampuan tehniker
8. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi
rongga mulut pasien
9. Ukuran, warna dan bentuk gigi dan gusi yang cocok
10. Sifat dan material yang sesuai dengan kondisi mulut

25
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah kami jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:

1. Komponen dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan disusun atas beberapa komponen, yaitu:
 Retainer
 Rest
 Konektor
 Gigi tiruan
 Sadel/basis

2. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Klasifikasi Gigi tiruan sebagian lepasan ada bermacam0macam, tetapi yang
paling sering digunakan adalah klasifikasi kennedy, yaitu:
 Kelas I Kennedy: daerah tidak bergigi di bagian posterior dari gigi
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
 Kelas II Kennedy: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi saja
(unilateral)
 Kelas III Kennedy: daerah yang tak bergigi terletak di antera gigi-gigi
yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya unilateral.
 Kelas IV Kennedy: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior
dan gigi yang masih dan melewati garis median (tengah).

3. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan sesuai dengan skenario


Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik
maupun kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain
dikenal empat tahap yaitu:
(1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
(2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

26
(3) tahap III: menentukan macam penahan
(4) tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).

4. Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Tahapan dalam pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai
berikut:
 Anamnesa
 Pemeiksaan
 Pencetakan model study
 Pembuatan desain
 Penyusunan gig
 flasking
 moulding
 packing
 curing
 deflasking
 pengasahan
 polishing dan finishing
 insersi

27
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan jilid 2. Jakarta: Hipokrates
Suryatenggara, F. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Lepasan. Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.

28

Anda mungkin juga menyukai