A. Etiologi
Acute kidney injury (AKI) / Gagal ginjal Akut (GGA). Banyak faktor yang
dapat mencetuskan AKI, biasanya penyebabnya tidak tunggal. Etiologi dari AKI
diklasifikasikan kedalam 3 hal, yaitu prerenal, renal dan postrenal (Thaib, 1991).
2) Pre renal: Kelainan kelompok ini banyak terjadi pada kasus bedah akut.
Langkah yang ditempuh untuk diagnosis sebagai berikut:
a) Riwayat penyakit dan pengobatan : Mencari hal-hal yang dapat
menyebabkan kehilangan cairan misalnya; dari traktus gastrintestinal, drain,
kehilangan incensible, diuretik, prosedur bedah.
b) Pemeriksaan fisik: Menemukan tanda-tanda kekurangan volume
cairan tubuh. Mendapatkan tanda-tanda gagal jantung atau gagal hati.
c) Tes-tes paraklinik
d) Pemeriksaan urin.
e) Pemeriksaaan nefrogram.
f) Pemeriksaan arteriografi.
B. Patofisiologi
Patofisiologi acute kidney injury (AKI) sangat kompleks dan dipengaruhi banyak
faktor. Sampai saat ini, patofisiologi AKI masih diperdebatkan karena sebagian besar peneliti
dilakukan pada binatang akibat sulitnya melaksanakan penelitian AKI pada kondisi gawat
darurat. Diperkirakan ada perbedaan antara patofisiologis AKI yang menyebabkan iskemia,
sepsis maupun obstruksi, namun ada pula penelitian yang menemukan kesamaan
biomolekuler. Mekanisme yang terlibat dengan etiologi AKI antara lain adalah Jejas endotel,
efek langsung dari nefrotoksik, hilangnya otot regulasi ginjal serta pembentukan mediator
keradangan. Iskemik pada ginjal akan menyebabkan berkurangnya atau serta rangkaian stres
oksidatif yang berakhir pada apoptosis, perubahan membran sel parenkim ginjal, kerusakan
struktur sel sel ginjal.
Pada AKI ada jeda waktu antara penurunan LFG awal terjadinya Jejas pada ginjal.
Setelah gangguan pada ginjal berhenti maka ginjal akan berada pada kondisi stabil dan
kemudian berangsur-angsur walau serangan pada ginjal telah berhenti, tetapi proses intrarenal
akan terus berlangsung sehingga LFG akan terus menurun.
c. Manifestasi
Pada acute kidney injury (AKI), manifestasi klinis tercetus dalam beberapa hari atau
minggu Mortalitas pasien dengan acute kidney injury (AKI) dan memerlukan hemodialisis
masih tinggi. Jika dilakukan tindakan bedah dan anestesia nilai ini meningkat sampai lebih
dari 60%; untuk bedah yang berat seperti laparatomi eksplorasi dapat mencapai 90%. Karena
itu bedah elektif tidak dapat dibenarkan dilakukan pada pasein acute kidney injury (AKI),
tetapi bedah akut untuk menyelamatkan pasien terpaksa dilakukan dengan segala
konsekuensi. Seorang dokter anestesiologist harus waspada terhadap gangguan fungsi ginjal
yang tidak terdiagnosa dan menjurus ke acute kidney injury (AKI) selama atau pasca
anestesia. Kondisi ini mungkin terjadi akibat komplikasi dari hipertensi, infark jantung atau
gagal jantung kongestif, aneurisma aorta abdominal, gagal hepar, diabetes vaskulopati,
kelainan kongenital traktus urinarius atau beberapa penyakit lainnya (Thaib, 1991; Bolsin,
1996).
https://books.google.co.id/books?id=BICSDwAAQBAJ&pg=PA500&lpg=PA500&dq=buku
+penyakit+Acute+kidney+injury&source=bl&ots=WMrThKvPD-
&sig=ACfU3U0tNi4NoV5GpBPfJ_yHfvnquF7VLQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwinuNXSj
sfnAhXacn0KHaTRCjk4ChDoATAHegQICxAB#v=onepage&q=buku%20penyakit%20Acu
te%20kidney%20injury&f=false