Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENJUALAN PRIBADI DALAM ERA REFORMASI

Dosen Pengampu :

Raya Sulistyowati, S.Pd., M.Pd.,.

Nama Kelompok :

Zayyan Syafika Mumtaz (17080324002)

Nabila Syafitri (17080324014)

Meilawati Indra Pratiwi (17080324018)

Dinda Dwi Ramadhani (17080324060)

Alfista Firdaus (17080324068)

Made Oktavira Astasari (17080324072)

Pendidikan Tata Niaga

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Surabaya

2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Peluang untuk wanita dan kelompok minoritas dalam bidang penjualan ........................ 3
2.2 Karakter dan posisi jasa dalam penjualan ........................................................................ 4
2.2.1 Karakter dari pelaku jasa (sales) dalam penjualan .................................................... 4
2.2.2 Posisi pelaku jasa (sales) dalam penjualan ............................................................... 5
2.3 Karakter dan Posisi Pengecer dalam penjualan .............................................................. 6
2.3.1 Karakter pengecer dalam penjualan .......................................................................... 6
2.3.2 Posisi pengecer dalam penjualan ............................................................................... 7
2.4 Karakter dan posisi Grosir dalam Penjualan ................................................................... 7
2.4.1 Karakter grosir dalam penjualan .............................................................................. 8
2.4.2 Posisi grosir dalam penjualan ................................................................................. 11
2.5 Karakter dan Posisi Pabrik dalam penjualan ............................................................... 13
2.5.1 Karakter pabrik dalam penjualan ............................................................................ 13
2.5.2 Posisi pabrik dalam penjualan ................................................................................ 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu cepat membawa
dampak yang begitu kuat terhadap situasi perdagangan nasional. Tingkat persaingan
yang begitu tajam dalam dunia usaha merupakan salah satu implikasi dari kondisi
akrual yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan. Setiap perusahaan baik perusahaan
dagang maupun perusahaan industri tentu mempunyai tujuan untuk mendapatkan
keuntungan atau laba. Laba adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan dan
perkembangan perusahaan itu sendiri. Perusahaan harus meningkatkan dan
mempertahankan kualitas perusahaan secara sinergi dan memanfaatkan segala
instrumen yang dimiliki perusahaan seoptimal mungkin. Manajemen yang efisien dan
efektif merupakan kunci pokok untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut. Maka di
dalam perusahaan diperlukan seorang pemimpin yang ahli agar dapat memenuhi
tuntutan yang diinginkan perusahaan sehingga perusahaan mampu bersaing dengan
perusahaan lain khususnya dalam bidang perdagangan.
Tercapainya volume penjualan sangat di pengaruhi oleh kemampuan dan
keberhasilan dari pelaksanaan saluran disribusi yang digunakan oleh perusahaan di
dalam usaha pemasaranya. Banyak perusahaan yang kurang tepat sasaran dalam
penjualan yang direncanakan sehingga memperlambat bahkan dapat memacetkan
usaha penyaluran barang ke pasar. Seringkali perusahaan menganggap kegiatan
saluran distribusi sebagai kegiatan yang akan berjalan sendiri. Mereka lupa bahwa
dengan saluran distribusi yang efektif penyebaran dan jangkauan barang relatif leebih
luas dan merata. Volume penjualan dapat ditingkatkan dan biaya distribusi dapat
ditekan serendah mungkin. Baik tidaknya saluran distribusi yang digunakan sebuah
perusahaan dapat di pandang sebagai keseluruhan, begitu juga saluran yang di
gunakan dapat di pandang sebagai keseluruhan dan saluran yang di gunakan
perusahaan dalam mencapai konsumen akhir. Dalam hal ini keberhasilan perusahaan
sering tergantung pada hasil kerja saluran distribusinya dan tentunya tidak boleh kita
mengabaikan masalah lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja peluang peluang untuk wanita dan kelompok minoritas dalam bidang
penjualan?
2. Bagaimana karakter dan posisi jasa dalam penjualan?
3. Bagaimana karakter dan posisi pengecer dalam penjualan?
4. Bagaimana karakter dan posisi grosir dalam penjualan?
5. Bagaimana karakter dan posisi pabrik dalam penjualan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peluang untuk wanita dan kelompok minoritas dalam bidang
penjualan?
2. Untuk mengetahui karakter dan posisi jasa dalam penjualan.
3. Untuk mengetahui karakter dan posisi pengecer dalam penjualan.
4. Untuk mengetahui karakter dan posisi grosir dalam penjualan.
5. Untuk mengetahui karakter dan posisi pabrik dalam penjualan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peluang untuk wanita dan kelompok minoritas dalam bidang penjualan.
Menurut Shrimp (2004:298), proporsi perempuan yang bekerja di bidang
penjualan telah memingkat secara substansial. Pendapat bahwa perempuan dapat
menjadi tenaga penjualan (wiraniaga) yang lebih baik dari pada pria juga makin
populer.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan
yang lebih dibandingkan laki-laki dalam melakukan pekerjaan penjualan misalnya
dalam membangun dan memelihara hubungan dan interaksi konsultatif antara tenaga
penjualan dan pelangannya (Sigauw dan Honeycutt, Bettles dan Lane 2005).
Berdasarkan analisis Gong terhadap 519.000 penjualan via sambungan telepon
yang tercantum di artikel online (Kabar24.com), dapat diketahui bahwa rat – rata
monolog yang dilakukan sales pria kepada konsumen wanita memiliki periode yang
lebih lama yakni 108 detik dan 90 detik kepada konsumen pria. Saat berkomunikasi,
sales pria 61% cenderung lebih mendominasi percakapan. Namun, sales wanita
melakukan lebih banyak kesepakatan penjualan dari pada sales pria. Sales wanita
meraih 70% closing penjualan dengan pembeli pria dan 72% dengan pembeli wanita.
Sementara itu, sales pria meraih 68% closing penjualan dengan pembeli wanita dan
67% dengan pembeli pria.
Saat ini, peran wanita dalam dunia usaha sangatlah penting. Dengan
banyaknya keterampilan yang dimiliki para wanita seperti kemampuan multitasking
dapat memudahkan kaum wanita dalam mengembangkan peluang usaha atau
penjualan. Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan yang
memiliki kepitalitas pasar diatas USD 10 Miliyar oleh Credit Suisse Research
Institute, dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan yang dikendalikan oleh wanita
dapat berjalan lebih baik daripada dikendalikan oleh laki-laki.
Berdasarkan riset, saat ini di Amerika telah tercatat sebanyak 10,1 juta wanita
telah sukses memiliki usaha sendiri dan telah mampu menghasilkan omzet sebesar
$1.9 triliyun, serta memberikan peluang usaha kepada 13 juta warga di negara
tersebut. Sedangkan di Indonesia, masih tercatat 6% dari warga negera Indonesia
yang telah memasuki jajaran wanita karis yang telah memiliki usaha sendiri. Angka
tersebut masih terbilang kalah jauh dari negara Eropa yang saat ini mencapai 17% dan
Amerika 15%.
Dalam memulai atau mendirikan sebuah bisnis, kini kaum wanita dan
kelompok minoritas tidak lagi memiliki hambatan. Hal tersebut dikarenakan semakin
berkembangnya internet yang memudahkan wanita untuk mendirikan bisnisnya
sendiri. Para wanita dan kelompok minoritas dapat memiliki usaha sampingan, seperti
online store. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wanita dan
kelompok minoritas memiliki peluang yang sangat besar dalam bidang penjualan.
2.2 Karakter dan posisi jasa dalam penjualan
2.2.1 Karakter dari pelaku jasa (sales) dalam penjualan.
1. Aktif Mencari Target
Pangsa pasar harus telah terencana bersama dengan pemikiran konsep
bisnis. Hal ini memudahkan saat produk siap dipasarkan. Kerja sales bisa
dimulai sejak beberapa waktu sebelum proses produksi selesai. Kabarkan
kepada masyarakat terkait temuan hasil perusahaan. Tumbuhkan rasa ingin
tahu mereka dengan cara menginfokan keunggulan yang dimiliki produk
tersebut. Pantau lokasi dimana calon pembeli berada. Tentukan berdasarkan
wilayah dan sebar sales pada masing-masing tempat itu. Berlakukan
sistem rolling ketika sales belum mampu mencapai target di area tertentu. Hal
ini sebagai bentuk penyegaran dan pembaharuan strategi. Sesuaikan cara
promosi dengan kondisi lokasi yang dijajaki.
2. Merekap Data Hasil Penjualan
Data hasil penjualan harus disusun rapi, detail dan terperinci. Hal ini
untuk memudahkan pihak lain saat menganalisinya. Evaluasi dilakukan atas
dasar rekapan data tersebut. Selanjutnya akan dipakai untuk menilai ketepatan
strategi sales. Cara promosi tepat ketika penjualan meningkat dari waktu ke
waktu.
3. Menjamin Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan terjadi karena manfaat yang diberikan produk
sesuai informasi sales saat promosi. Paparkan semua hal yang menyangkut
produk agar pelanggan tidak merasa tertipu. Bila salah satu unsur dari produk
tidak diketahui dan mengakibatkan kerugian, maka berdampak pada
kekecawaan. Jangan anggap sepele masalah ini, rasa kecewa menumbuhkan
sikap tidak percaya. Sulit meyakinkan pelanggan yang sudah pernah
menggunakan produk tetapi tidak puas akan manfaatnya. Garansi ialah trik
antisipasi mencegah kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian perusahaan.
Jaminkan kualitas produk unggul yang dilengkapi dengan garansi untuk
menjaga kepuasan pelanggan.
4. Mencari Mitra Kerja
Menggandeng pihak lain guna meningkatkan penjualan produk ialah
cara mempercepat proses penjualan. Tentu harus dengan persetujuan
pemimpin dari hasil diskusi yang telah dilakukan sales sebelumnya.
Kerjasama ini harus menguntungkan bagi kedua belah pihak. Mitra sales
marketing dapat berasal dari kalangan lembaga keuangan, jasa pengiriman
barang dan lain sebagainya.
5. Menyusun Strategi Lanjutan
Penyusunan strategi lanjutan menjadi tanggun gjawab sales marketing
bila cara-cara anjuran perusahaan tidak dapat memenuhi target. Ketentuan
yang telah disepakati bersama boleh dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi
lapangan. Jangan merubah total, ingat hanya menghasirkan inovasi saja.

2.2.2 Posisi pelaku jasa (sales) dalam penjualan


Dari serangkaian kegiatan yang dilakukan pemasaran, team saleslah yang bisa
menghasilkan pendapatan. Team sales akan melakukan aktivitas prospecting hingga
menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Dari sinilah peran sales penting bagi
perusahaan supaya perusahaan mendapatkan pendapatan, pendapatan ini kemudian
dikelola perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa lagi.
Di sisi lain, sales adalah team yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Secara
tidak langsung, team sales akan mewakili citra perusahaan. Kepedulian team sales
terhadap kebutuhan pelanggan menentukan sikap pelanggan terhadap perusahaan.
Team sales ini juga yang akan membantu layanan purna jual yang diberikan
perusahaan kepada pelanggan. Dari sini team sales mempunyai peranan terhadap
kualitas layanan dan memperngaruhi kepuasan pelanggan.
2.3 Karakter dan posisi Pengecer dalam penjualan
2.3.1 Karakter Pengecer dalam penjualan :
1. Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Lokasi Geografis
Penggolongan pengecer menurut lokasi geografis ini mempunyai hubungan
dengan pola pembelian konsumen. Secara umum dapat dikatakan bahwa perdagangan
eceran ini lebih mengelompok dibandingkan dengan penyebaran penduduk.
Analisa lokasi geografis ini dapat dipakai untuk mengadakan penilaian
terhadap pasar potensial secara regional dari beberapa macam barang. Berdasarkan
pada lokasi geografisnya, pengecer dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1) pengecer yang berada di desa dan
2) pengecer yang berada di kota
2. Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Bentuk Pemilikan
Berdasarkan bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu:
1) Toko Berangkai
Toko berangkai (corporate chain store) ini merupakan beberapa toko yang
berada dalam satu organisasi, yang dimiliki oleh sekelompok orang. Masing-
masing toko menjual product line yang sama, dan struktur distribusinya juga
sama.
2) Toko Independen
Dalam toko independen (independent store) ini pemilik mempunyai
kebebasan yang lebih besar dalam menentukan kebijaksanaan dan strateginya. Hal
ini disebabkan karena pemilik toko, juga sebagai pemimpinnya, bukanlah
sekelompok orang sehingga usahanya diusahakan sendiri, tidak tergantung pada
orang lain.
3. Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Banyaknya Product Line
Product line adalah sekelompok barang-barang yang pada pokoknya
cenderung mempunyai tujuan penggunaan sama dan memiliki karakteristik secara
fisik yang hampir sama. Menurut banyaknya product line, pengecer (retailer) dapat
digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) General Merchandise Store
General merchandise store adalah sebuah toko yang menjual berbagai macam
barang atau berbagai macam product line. Jenis toko yang dapat dimasukkan ke
dalam general merchandise store ini adalah toko serba ada (department store).
Barang-barang yang dijual antara lain berupa: alat-alat olahraga, pakaian jadi,
sepatu, alat-alat listrik, alat-alat rumah tangga, kosmetik, alat-alat tulis, dan
sebagainya.
2) Single-Line Store
Penggolongan ini dihubungkan dengan kelompok barang-barang yang
dijual (jenis product line-nya). Termasuk ke dalam jenis ini antara lain: toko
makanan, toko mebel, toko bahan-bahan bangunan, toko alat-alat olahraga, toko
kain, dan sebagainya. Ada juga yang menggolongkannya ke dalam toko barang-
barang untuk wanita dan toko barang-barang untuk pria. Jadi, mereka hanya
menjual product line tunggal.
3) Specialty Store
Di sini barang yang dijualnya lebih terbatas, hanya meliputi sebagian dari
product line saja (barang konvenien atau barang shopping* saja). Misalnya toko
tembakau, toko roti, toko sepatu pria, dan sebagainya. Jadi, specialty store ini
tidak selalu menjual barang spesial saja, tetapi juga yang lain.
4. Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Ukuran Toko
Untuk mengetahui ukuran toko dapatlah dilihat volume penjualannya,
sehingga masing-masing pengecer mempunyai ukuran yang berbeda-beda dengan
masalah-masalah manajemen yang berbeda pula. Kegiatan-kegiatan seperti promosi,
pembelanjaan, pembelian, personalia, dan pengawasan biaya dipengaruhi oleh
besaran volume penjualan toko tersebut.
Berdasarkan ukuran tokonya, pengecer digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pengecer kecil (small scale retailer)
2. Pengecer besar (large scale retailer)
Posisi persaingan diantara kedua pengecer tersebut dapat dinilai menurut faktor-
faktorsebagai berikut:
1) Pembagian Tenaga Kerjanya
Dalam hal ini pengecer besar lebih mampu mempekerjakan tenaga
spesialis misalnya untuk bagian pembelian, promosi dan akuntansi. Sedangkan
pada pengecer kecil tidaklah demikian. Hal ini disebabkan oleh tersedianya dana
yang lebih kecil.
2) Fleksibilitas Operasinya
Pada umumnya, toko-toko kecil menjalankan praktik manajemen yang
lebih fleksibel dibandingkan dengan toko-toko besar. Disamping jumlah tenaga
kerjanya yang lebih sedikit, juga beberapa fungsi dipegang oleh satu orang
(pimpinan).
3) Daya Beli
Pengecer besar memiliki daya beli yang lebih besar dibandingkan dengan
pengecer kecil. Semakin besar daya beli mereka, semakin besar pula jumlah yang
mungkin mereka beli, sehingga dapat memperoleh potongan yang lebih besar
dalam pembelian barang yang akan dijualnya.
4) Periklanan
Dalam hal periklanan, toko-toko besar dapat menggunakannya secara lebih
efektif dibandingkan dengan toko-toko kecil.
5) Merk Pengecer
Pengecer besar mempunyai posisi yang lebih baik dalam mengembangkan
dan mempertahankan merk-nya.
6) Kemampuan Keuangan
Biasanya pengecer besar mempunyai posisi keuangan yang lebih baik.
Mereka lebih mudah dalam memperoleh dana dari pemilik (penanam modal) atau
kreditur. Karena posisi keuangannya kuat maka memungkinkan bagi mereka
untuk memberikan potongan tunai kepada pembeli. Selain itu, mereka juga akan
memperoleh kepercayaan dalam penyaluran barang dari produsen.
7) Integrasi Horizontal dan Vertikal
Kadang-kadang dapat terjadi bahwa fungsi perdagangan besar dilakukan
juga oleh pengecer besar; bahkan kegiatan pemasaran produsen dapat
dilakukannya. Hal ini akan menimbulkan adanya integrasi vertikal. Jika pengecer
besar tersebut mejual barang yang dihasilkan oleh beberapa produsen dengan
merk yang berbeda-beda, maka akan terjadi integrasi horizontal.
8) Biaya Operasi
Secara umum, pengecer besar mempunyai perbandingan biaya operasi
yang lebih besar daripada pengecer kecil. Pengecer besar juga mempunyai
persentase yang lebih besar dalam biaya-biaya yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja selain penjual.
9) Pengujian, Inovasi dan Riset Pemasaran
Karena mempunyai kemampuan keuangan yang lebih besar,
maka pengecer besar lebih mampu mengadakan pengujian barang, inovasi dan
riset pemasaran.
10) Pertimbangan Hukum
Dari segi hukum, sering pengecer tidak dapat secara bebas menentukan
harga jual eceran barang hasil produsennya. Hal ini disebabkan karena adanya
suatu peraturan atau perjanjian yang menetapkan harga minimum pada tingkat
pengecer.
2.3.2 Posisi Pengecer dalam penjualan :
Pengecer dalam penjualan merupakan perantara dagang setelah
pedangang besar (Grosir). Pada dasarnya, perantara pedagang (merchant
middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilik semua barang yang
dipasarkannya. Dalam hubungannya dengan pemindahan milik, kegiatan
perantara ini berbeda dengan lembaga-lembaga lain seperti bank,
perusahaan asuransi, dan perusahaan angkutan sebab lembaga-lembaga
tersebut walaupun ikut membantu proses pemasaran tetapi tidak secara
aktif terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan.

2.4 Karakter dan posisi Grosir dalam penjualan


2.4.1 Karakter Grosir (Pedagang Besar) dalam penjualan
1. Grosir pedagang Besar
Grosir pedagang besar (merchant wholesalers) adalah bisnis mandiri
yang menangani barang-barang dagangan mereka, biasa disebut dengan
pemborong, penyalur atau tempat suplai hasil pabrik. Para grosir ini dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. grosir dengan pelayanan penuh
Para grosir menyediakan pelayanan jasa seperti biaya pergudangan,
wiraniaga,pemberian kredit,penyerahan barang dan pemberian bantuan
manajemen. Mereka terdiri dari 2 jenis, yaitu :
 Pedagang grosir (Pedagang grosir menjual ke pengecer dan member
pelayanan jasa penuh.)
 Grosir barang umum : Menjual beberapa lini barang dagangan
untuk memenuhi kebutuhan baik pengecer barang dagangan
umum atau pengecer lini tunggal.
 Grosir khusus : Melakukan penjualan beberapalini barang
secara mendalam. Contoh : grosir makanan sehat,
grosirmakanan ikan laut.
 Penyalur Industri (Penyalur Industri adalah grosir pedagang yang lebih
menjual jasanya kepada pabrik disbanding pada para pengecer)
b. Grosir- dengan - pelayanan – terbatas
Para grosir dengan pelayanan terbatas lebih sedikit memberikan
pelayanan jasa kepada para pensuplai dan pembeli mereka. Terdapat
beberapa jenis grosir dengan pelayanan terbatas, yaitu :
 Grosir yang menjual secara tunai
Grosir yang menjual secara tunai mempunyai barang produk
terbatas yang laku cepat, menjual kepada pengecer-pengecer kecil
secara tunai dan biasanya tidak mengirim. Sebuah pengecer toko ikan
misalnya, biasanya setiap pagi pergi ke toko ikan, membeli beberapa
peti ikan, membayar di tempat itu, dan kembali membawa barang
dagangan tersebut ke toko serta membongkarnya.
 Grosir dengan truk
Grosir dengan truk ( pemborong truk ) terutama bergerak dalam
penjualan dan pengiriman. Mereka menjual beberapa jenis barang
dagangan yang agak cepat rusak (seperti susu, roti, makanan kecil )
dan mereka jual secara tunai pada saat mereka keliling toko swalayan,
toko makanan kecil, rumah sakit, rumah makan, kafetaria pabrik, dan
hotel-hotel.
 Grosir perantara
Grosir ini beroperasi pada industri-industri besar, seperti batu
bara, kayu, dan alat-alat berat. Mereka tidak menjual barang-barang
sediaan atau menangani prosuksi. Grosir perantara memiliki barang
dan menanggung resiko mulai waktu pesanan diterima sampai
pengiriman kepada pembeli. Karena grosir tidak menjual barang
sediaan, biayanya lebih rendah, dan mereka tidak bisa menguntungkan
para pembelinya.

2.4.2 Posisi grosir dalam penjualan


Grosir dalam penjualan merupakan perantara dagang Pada dasarnya,
perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap
pemilik semua barang yang dipasarkannya.
2.5 Karakter dan posisi Pabrik dalam penjulan
2.5.1 Karakter pabrik dalam pemasaran
Perusahaan manufaktur memiliki karakteristik tertentu yang tidak
ditemukan di industri lain. Karakteristik perusahaan manufaktur adalah
sebagai berikut:
1. Proses Pengolahan Produk
Kegiatan perusahaan dilakukan dengan mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi di mana prosesnya membutuhkan waktu dan energi yang
cukup besar. Barang jadi ini kemudian dijual ke konsumen melalui proses
pemasaran.
2. Mesin Berskala Besar
Kegiatan produksi di perusahaan manufaktur menggunakan mesin dan
peralatan skala besar untuk menghasilkan sejumlah produk dan kualitas
tertentu. Namun, kegiatan produksi masih membutuhkan sumber daya
manusia yang profesional untuk mengendalikan mesin dan peralatan.
3. Biaya Produksi
Untuk dapat menghasilkan produk jadi yang berkualitas tinggi,
diperlukan biaya yang besar untuk mendukung kegiatan produksi. Biaya-biaya
ini untuk pengadaan bahan baku, biaya tenaga kerja, perawatan mesin, dan
lainnya. Meskipun biaya produksi di industri ini sangat besar, potensi
keuntungan yang dapat dihasilkan juga sangat besar.
4. Proses Produksi
Pada umumnya kegiatan produksi di perusahaan manufaktur sangat
kompleks, membutuhkan pembagian tugas dan koordinasi yang baik antar
divisi. Sebagai contoh, operator mesin bekerja memastikan bahwa mesin
bekerja sesuai dengan fungsinya, sedangkan bagian kontrol kualitas bekerja
untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan standar dan
layak dijual ke pasar.
5. Pemasaran dan Penjualan
Kegiatan produksi akan terkait erat dengan proses pemasaran dan
penjualan produk. Tanpa pemasaran dan penjualan yang baik, proses produksi
akan mengalami masalah.
2.5.2 Posisi pabrik dalam pemasaran.
Selain sebagai produsen yang akan mendistribusikan produknya
kepada perantara dalam pemasaran Tidak menutup kemungkinan bahwa
produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang karena selain
membuat barang juga memperdagangkannya.
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dalam bidang penjualan, wanita memiliki peluang yang sangat besar. Hal tersebut
sudah dibuktikan melalui beberapa survey serta riset yang dilakukan oleh peneliti yang
kemudian membuktikan bahwa wanita lebih produktif daripada pria dalam melakukan
penjualan. Didalam penjualan, terdapat saluran distrubusi yang masing masing pelaku
memiliki karakter dan posisi yang berbeda dalam berlangsungnya penjualan. Adapun pelaku
penjualan tersebut adalah jasa, pengecer, grosir, dan pabrik.
DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty

https://kabar24.bisnis.com/read/20170726/20/675116/riset-sales-pria-banyak-bicara-sales-
wanita-lebih-produktif

https://wartakota.tribunnews.com/2018/04/08/ini-yang-membuat-profesi-penjualan-langsung-
didominasi-wanita

https://distribusipemasaran.com/salesmanship-3-penampilan-diri-dan-komunikasi-penjualan/

https://distribusipemasaran.com/kenali-lebih-dekat-saluran-distribusi-pemasaran-anda/

Anda mungkin juga menyukai