Anda di halaman 1dari 35

DATA LITERATUR

PUSAT PERBELANJAAN / MALL


DESAIN INTERIOR III

DOSEN UTAMA

DWI SULISTYAWATI S.Sn., MT. Ars.

DOSEN PEMBIMBING

MARIA FLORENCIA S.DS., MA.

ANGGOTA

AGRES LESTARI (615170079)

ERINA (615170076)

AERILIA DWIYANA B.K (615170095)

JONATHAN CHRISTIAN ( 615170088)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang:
Ruang komersial seperti toko banyak kita jumpai dalam kehidupan era modern saat ini.
Mulai dari letaknya di dalam pusat perbelanjaan seperti mall maupun di luarnya.
Perancangan dan desain sebuah ruang komersial membutuhkan pengetahuan dan
informasi tentang syarat-syarat apa saja yang perlu diperhatikan sehingga seorang
desainer tidak salah ambil langkah dalam mendesain dan mampu membuat brand dari
toko tersebut lebih baik di mata pelanggan
B. Identifikasi Masalah
• Bagaimana sistem display yang optimal untuk sebuah toko?
• Bagaimana menciptakan desain toko yang sesuai dengan citra dari suatu brand?
• Bagaimana pembagian area (zoning dan blocking) dalam toko?
C. Tujuan Perancangan
• Mendeskripsikan system perancangan display toko yang optimal dalam sebuah
toko
• Mendeskripsikan cara mendesain suatu toko yang sesuai dengan citra dari suatu
brand
• Mendeskripsikan pembagian area dalam toko
BAB II

TINJAUAN DATA

A. TINJAUAN DATA LITERATUR

1. DEFINISI
Shopping mall/ pusat perbelanjaan adalah istilah moedern, terutama di Amerika Utara,
untuk bentuk pusat perbelanjaan, dimana satu atau lebih bangunan membentuk kompleks
pertokoan yang mempresentasikan pedagang dengan jalur pejalan kaki yang saling
terhubung yang memungkinkan pelanggan berjalan dari unit keunit.

Mall adalah sebuah kumpulan dari arsitektur yang bersatu pada pendirian secara komersil
yang dibangun pada sebuah lahan yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan
dikelola sebagai unit operasi yang berhubungan dengan lokasi, ukuran dan tipenya dari
toko-toko untuk perdagangan yang disediakan. ( 1947, by Urban Land Institute (ULI))

2. SEJARAH MALL
Pada tahun 1947 “shopping center” dideskiribsikan sebagai sebuah kumpulan dari
arsitektur yang bersatu pada pendirian secara komersil yang dibangun pada sebuah lahan
yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola
sebagai unit operasi yang berhubungan dengan lokasi, ukuran da
n tipenya dari toko-toko untuk perdagangan yang disediakan. (
1947, by Urban Land Institute (ULI))
Pendirian komersial ini harus menyediakan lahan parkir
yang berhubungan dan sesuai tipe dan total ukuran dari toko-
toko. Mall/ pusat perbelanjaan tertutup dibangun sebagai sarana
untuk mengatasi munculnya mobil di Amerika. Pengembangan
kawasan pinggiran kota dan produksi massal dari mobil memberi
inspirasi sebuah tipe baru dari pusat perbelanjaan, satu
yang memadukan impian dari pusat kota pada Eropa
Kuno dan pergantian arcade abad dengan tata
arsitektural yang modern. Victor Gruen, dipercaya
menjadi “Bapak” dari mall/ pusat perbelanjaan tertutup,
membuat blue print untuk pusat perbelanjaan tertutup,
sebuah model yang bertahan selama 50 tahun dari aliran pertokoan.
VICTOR GRUEN

Pada 1970, Edward Bouton, presiden dari Roland Park Company,


membangun sebuah pusat perbelanjaan di Baltimore yang tergabung dari
lahan satuan yang dikelola dengan arsitekural bangunan yag bersatu,
mengatur kembali dari jalan untuk memberikan ruang pada kereta ruang
yang ditarik. Tanpa sepengetahuan Bouton, pusat perbelanjaan Roland Park
menjadi model sebagai standar pembangunan untuk retail di Amerika,
mengubah lanskap secara permanen. Pusat perbelanjaan Roland Park
bertahan, walaupun dalam sebuah pembaharuan dengan lahan parkir yang diaspal, sampai pada
awal tahun 1970an ketika perusahaan bertindak untuk merobohkannya yang disebabkan oleh
struktur yang memburuk dan bisnis yang melemah.

Komunitas yang ada melakukan protes dan


mengambil tindakan untuk menyelamatkan struktur
bangunan, mengutip dari hubungan sejarah. Karena usaha
penyelamatan komunitas tersebut, kita masih bisa
menikmati impian Bouton tahun 1907. Roland Park,
menjadi pusat perbelanjaan utama, merupakan contoh tidak
hanya sebuah pembangunan baru yang muncul berdasarkan
dari area parkir dan arsitektru yang dikelola di pusat, tetapi juga menggambarkan pentingnya
komunitas dari pusat perbelanjaan.

EDWARD BOUTON

Tahun 1920an, J.C. Nichols , terinspirasi dari pembangunan Roland Park, Ia mendirikan
Country Club Plaza di kota Kansas. Struktur bangunan didukung dengan adanya garasi parkir
dan jalanan yang tidak langsung dengan struktur sekitarnya. Pusat ini bisa didefinisikan menjadi
pusat perbelanjaan pertama di pinggir kota, bersamaan dengan pertama kalinya seorang
developer membangun area yang dikelola di pusar dengan tema yang muncul dari suasana
berbelanja di kawasan urban pada pinggiran kota.
J.C. NICHOLS

Tahun 1940 an, akibat dari perang dunia ke II , dua area pinggiran kota dan kota kembali
menjadi pusat. Hal tersebut menghasilkan pergerakan massa pinggiran kota yang tergantung
secara otomatis. Untuk mengatasi masalah dari belanja yang mudah diakses dipinggiran kota
yang baru terbentuk pada tahun 1950an , Gruen membayangkan pusat perbelanjaan yang
menjadi “Heart and Brain” dari kota dan sekitarnya. Ia ingin menciptakan sebuah “pengalaman
idealis”. Ia ingin sebuah ruang menjadi sebuah tempat yang lebih dari tempat sederhana untuk
membeli keperluan; impiannya adalah merancang sebuah ruang yang akan membantu pemakai
untuk berlama-lama, demikian memperpanjang sosialisasi dan komunitas.

Gruen dalam merancang terinpirasi dari kota di Eropa. Ia ingin memvisualisasikan pusat
perbelanjaan seperti kota tertutup yang menggambarkan pemandangan kota-kota di Eropa, yang
mana pemakai dapat berjalan-jalan dengan nyaman tanpa hambatan.

Pusat perbelanjaan daerah yang modern mulai untuk mengambil bentuk di Northgate
Mall, pada pinggiran kota Seattle. Northgate Mall didirikan oleh John Graham, Jr., atas nama
Allied Stores Corporation tahun 1950, adalah awal dari titik pusat perbelanjaan menjadi lebih
dari sekedar koleksi toko-toko. Sebuah pusat perbelanjaan terbuka yang sekitarnya adalah area
parkir, semua toko yang ada menghadap pada pusat pejalan kaki di mall dan termasuk pada
bawah tanah yang menjadi area tidak terlihat untuk distribusi.

Tahun 1970 an, pusat perbelanjaan dianggap menjadi sumber polusi udara karena
banyaknya pengguna mobil disekitaran mall. Hal ini menjadi kesadaran adanya pusat
perbelanjaan bagi lingkungan. Lalu mulai adanya system kategori toko-toko pada pusat
perbelanjaan. Kategori berdasarkan barang-barang yang ditawarkan secara umum, pakaian dan
perabot rumah. Lalu muncul juga mal-mal dengan kategori yang sesuai dengan barang yang
hanya akan dijual pada mall tersebut.

Pada 1990 an didirikan pusat perbelanjaan yang sangat sesuai dengan daerah tersebut ke
dalam “Mega Malls” yang terdapat taman hiburan, bioskop, area kuliner, untuk menarik
penikmat dari berbagai daerah. Salah satunya terdapat di West Edmonton Mall di Canada dan
The Mall of America in Minnesota.

SEJARAH GAYA INTERIOR TOKO DAN BANGUNAN MALL

❖ 1950
Profesi sebagai perancang dan perencanaan dimulai dengan sederhana dan awal yang
tidak dibuat-buat pada era setelah perang dunia II. Pusat perbelanjaan mall tertutup yang
ditambahkan oleh dua atau lebih departemen store/ toko, menunjukan bahwa sebuah
bangunan arsitektur baru sedang terbentuk. Dalam arsitektur, gaya internasional sangat
berkuasa. Kata kunci pada saat ini adalah “Functionalism” (fungsional) dan “less is
more”. Pada saat ini, barang yang diperdagangkan diletakkan pada rak-rak dan “the
Gondola” yang disebut “the Silent sales man”. Hal itu dirancang untuk membuat
pengalaman berbelanja dan transaksi akhir berjualan menjaid lebih nyaman,cepat dan
efesien.
Visual merchandising belum diketahui saat itu. Biasanya menggunakan manequin yang
ada didepan toko dengan latar dari arsitketur yang ada pada toko. Perlengkapan yang
digunakan showcase kaca tertutup dengan laci dibawahnya sebagai tempat menyimpan,
menggunakan meja dan rak. Kabinet kayu diperhalus untuk menjadi lebih simple,
kontemporer, dan elegan untuk mendominasi tampilan.
Warna dan material umumnya menggunakan warna pastel, walaupun beberapa
menggunakan warna untuk mewakilkan produk yang dijual.
Lighting / pencahayaan menggunakan lampu fluorescent (TL) karena jangka hidup yang
panjang, efisien dan ekonomis.

❖ 1960

Tahun 1960an adalah waktu tandingan budaya. Kemanusiaan yang baru, ekologi yang
baru dan kelahiran dari individualisme dan responsif manusia; ketertarikan pada pakaian,
fashion, dan kerajinan tangan; tumbuhnya waktu santai dan hobi; tuntutan warna dalam
segala hal; munculnya gerakan protes dari pengguna/pembeli yang mana semua
menuntun untuk pembuktian standar kesukaan masyarakat. Merchandising didominasi
oleh teknik, variasi, dan perbaikan pada penetapan self-selection. Tempat kaca sudah
ditemukan, bersamaan dengan pernyataan desain penetapan merchandising yaitu “less is
more”. Material kayu dan material hiasan trandisional dipakai untuk display.

Display yang digunakan melanjutkan dari tahun 1950 an dan penetapan level lantai yang
berbeda dengan pelataran pada peletakan mannequin dan teknik tanda informasi titik
pembayaran pada toko.

Konsep perencanaan yang canggih dimulai untuk mencerminkan pengalaman baru dan
kematangan. Penggunaan sudut, poligon, dan kurva yang terinspirasi dan grid kordinat
yang lurus.

Desain dibuat semakin mungkin dan kompleks untuk mencapai tampilan yang kuat dan
ciri khas dari toko. Desain menjadi sebuah alat vital untuk menggambarkan karakter toko
di dalam dunia persaingan penjualan. Desain grafis, dengan tipografi yang tebal dan
fotografi membawa pada ciri khas toko.

Penetapan gaya berlanjut dari tahun 1950 an dimana penekanan pada sistem self-
selection, material dan warna.

Warna bold dan pattern mendominasi, terutama pop art geometri kontemporer yang
digunakan dimanapun, seperti lantai, dinding dan ceiling.

Menggunakan ceiling plan yang simple. Pencahayaan menggunakan the high intensity
discharge (HID) lamp yang memberikan warna dingin.

❖ 1970

Pada tahun ini barang-barang konsep desain toko semakin tersebar ke seluruh dunia.
Penerapan tren pada gambaran gaya hidup dalam berbagai zona pada toko. Gagasan dari
fleksibilitas dan pertukaran menghilang dibawah tekanan dari kegembiraan, drama,
ketertarikan dan sorotan dinamis khusus penyebaran yang luar biasa pada barang
fashion high-style.
Pada saat ini, visual merchandising tidak lagi menggunakan mannequin, melainkan
produk itu sendiri yang ditampilkan pada display pada rak-rak kotak dengan garis lurus.
Gagasan perencanaan toko yang kompleks mendominasi menuju kesempurnaan,
kecanggihan dan berbagai arsitketural juga elemen ruang. Penggunaan ceiling plan yang
terlihat untuk menggambarkan perhatian pada elemen barang yang dijual. Desain toko
tertuju pada contemporary, pluralistic, and rich.

Penerapan material metal dan komponen hardware yang merupakan gaya modern,
aplikasi yang menyeluruh, cepet pemasangan, dan diadaptasi dari berbagai barang yang
dijual pada gambaran teknologi. Penggunaan material bertekstur untuk memperdalam dan
memperkaya desain sangat terlihat. Kayu alami, veneer, batu, dan metal kekokohan dan
kulitas.

Pencahayaan mulai memanfaatkan dari open space desain, menggunakan lampu TL yang
menggunakan penutup juga ceiling plan, dan sistem pencahayaan yang kontras dan
dramatis dengan intesitas yang tinggi.

❖ 1980

Amerika menjadi pusat global. Eropa dan Pasifik menikatkan ketertarikan pada
perencanaan toko, desain toko dan metodologi desain US. Dalam segi arsitektur,
bangunan postmodern, klasik melambangkan pergerakan yang mengekspresikan
pembentukan martabat, kemakmuran dan elit.

Dalam perancanaan desain menjadi terobsesi dengan mencari tanda tangan, yang mana
sebuah gaya menjadi sebuah keunikan dari tampilan toko dan suasana penjualan akan
berbeda dari kompetisi,

Dekorasi lantai kayu, pattern veneer buatan manusia, warna tidak terbatas, finishing, dan
desain laminasi plastik, semuanya mungkin, tergantung dengan kondisi biaya dan
perawatan yang mudah.
Pencahayaan pada tahun ini, masih diperngaruhi oleh tahun 1970-an , dimana
penggunaan cahaya toko dibuat seperti di teater. Penggunaan lampu kecil ditetapkan
untuk melengkap skala baru dan karakter ruang interior.

❖ 1990

Pada tahun ini, terdapat etika profesional dan estetika yang baru, tanggung jawab
lingkungan sosial dan moral dalam desain untuk menambah kualitas hidup dan
melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Terdapat moral,
kesehatan dan ‘green’ buildings. Konsep ramah lingkungan melalui ‘green’ products
untuk menjawab pertanyaan dari ekosistem dan menyediakan keberlanjutan.

Para penjual menyadari bahwa desain dan perencanaan toko adalah suasana penjualan
yang harus menjadi cerminan perilaku pengguna, keragaman hayati, generasi dengan
sikap budaya, dan pengaruh komunikasi dan sikap media. Teknologi membantu
meningkatkan keuntungan dalam bisnis dan mempengaruhi pada keberagaman,
tampilan dan tambahan barang yang dijual.
3. DISPLAY
1) Closed Back Window
Window display dapat menjadi display yang dramatis bagi sebuah toko. Display ini
adalah panggung miniatur dimana subjek penjualan ditata semenarik mungkin dengan
kontras cahaya dan perpaduan background. Display jenis ini membutuhkan waktu , biaya
, keahlian tinggi , dan tenaga yang lebih untuk mewujudkannya. Display jenis ini biasa di
gunakan di jalan ramai , biasanya toko yang menggunakan display jenis ini adalah toko
yang menganggap penting penampilan sebuah toko demi gengsi dalam persaingan
penjualan.

2) Open Back Window


Open back window memungkinkan pembeli untuk melihat keseluruhan isi toko melalui
window toko. Jenis display ini dapat memancing hasrat pembeli untuk masuk ke dalam
toko. Namun presentasi keseluruhan isi toko harus dibuat semenarik mungkin.

3) Special Window
Selain dua jenis Window display dasar, ada banyak treatment special untuk window
display sebuah toko. Hal ini bergantung pada benda yang akan di display dan kreatifitas
seorang desainer. Desainer bisa mengkombinasikan warna, bahan , ataupun treatment
dari kedua window display dasar.
4) Island Display
Permukaan island display yang memiliki elevasi setinggi level mata atau diatasnya adalah
display yang diletakkan di posisi tengah yang berpotensi bagus. Biasanya diletakkan di
antara pintu masuk utama toko dan escalator yang menargetkan lalu lintas pelanggan
yang ramai. Presentasi benda menggunakan island display bersifat bold dan dapat
menjadi tempat properti untuk mempromosi benda yang sedang trend.

5) Showcase and Counters


Terdapat beberapa macam showcase, ada yang full glass dan ada yang half glass.
Showcase ini biasa digunakan untuk menampilkan benda-benda berukuran kecil. Benda
berharga seperti perhiasan atau parfum biasanya diletakkan di dalam showcase kaca
dangkal.

6) Display Platforms
Platform yang dielevasi biasa diletakkan di area strategis dalam toko, menggunakan
partisi pendek dan meletakkan manekin di depannya. Biasanya platform ini dilengkapi
dengan aksesoris yang menunjang. Pembuatan Display platform ini harus memperhatikan
sisi keamanan agar tidak membahayakan pengunjung. Elevasi dan peletakkan harus
mengindari terjadinya kecelakaan seperti tersandung, terlebih jika dilewati oleh anak
kecil.
7) Enclosed Display
Display ini tertanam di interior sebuah toko. Ditutupi oleh kaca dan merupakan statement
dan mood sebuah toko yang menampilkan kualitas benda di toko tersebut. Display ini
memerlukan pencahayaan yang tepat dan perawatan yang baik.

8) Perimeters
Latar belakang sebuah toko, perimeter, yang menggabungkan barang penjualan,
presentasi, desain interior , dan grafik adalah hal yang penting. Karena semua hal ini akan
menentukan lalu lintas pengunjung. Dengan desain perimeter toko yang tepat, maka akan
semakin banyak pengunjung yang memasuki toko.

9) Columns
Kolum dalam toko telah menjadi kontroversi dalam desain retail. Ada yang mengatakan
untuk menghindari adanya kolum dan memaksimalkan jarak pandang pembeli tanpa
adanya gangguan seperti kolum . Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dengan adanya
kolum, dapat dimanfaatkan menjadi sebuah display yang baik atau untuk menaruh
pajangan seasonal.
4. ERGONOMI
Ergonomi display

Ergonomi lintasan publik

Ergonomi kursi dan counter

Ergonomi kursi dan counter yang rendah


5. MATERIAL DAN WARNA
1) Material
▪ Material Lantai
Pada material lantai terdapat 2 klasifikasi utama yaitu :
1. Hard Flooring, merupakan material yang termasuk batu, kayu, plastic,
granit, marmer, Slate (batu berwarna abu-abu), travertine (batu krem),
terrazzo, keramik batuan komposit, crab orchard flagstone, bata, keramik,
kayu parket, kayu strip, kayu komposit, kayu veneer, vinyl, vinyl
komposit, linoleum.

2. Soft Flooring, diantaranya adalah penggunaan karpet : Broadloom, strip,


individual rugs, wol alami dan buatan, loop atau cut Pile, tekstur, satu
warna, anyaman, atau printed pattern, modern dan tradisional, permanen
dan tidak.

Kriteria dalam pemilihan material lantai :


1. Pemeliharaan (Maintenance) , daya tahan (wearability) , jangka waktu
yang sudah diperhitungkan, hal tersebut bergantung pada apakah material
dipakai pada lokasi sirkulasi yang tinggi, sedang atau rendah.
2. Biaya yang sesuai dengan anggaran.
3. Kelayakan dan pencapaian dari gaya dan karakter.

▪ Material Dinding
Kebanyakan system partisi dari toko adalah papan yang di plaster (panel) atau
konstruksi gypsum. Hasil akhir permukaan dinding menjadi komponen yang
didominasi dari gaya dan suasana. Berikut adalah material yang sesuai untuk
dinding:
1) Metal Sheeting , Mouldings

2) Kaca berwarna dan berstruktur

3) Cermin

4) Dinding yang dilapisi kain


5) Wallpaper

6) Cat

▪ Material pada Peralatan


Material juga perlu diperhatikan pada peralatan penunjang yang ada pada
toko:
1) Furniture
Furniture menyediakan fungsional, kenyamanan dan atribut tampilan pada
interior . Gaya furniture menjadi pendukung dari karkater dan gaya toko.
Kenyamanan menjadi kunci utama dalam pemilihan furnitur yang ada di
toko.
2) Furnishing
Furnishing / pelengkap termasuk material pelapis, curtain, tirai, dan
jendela. Setiap klasifikasi tersebut menambahkan kekayaan, kedalaman,
warna, motif, dan kelembutan pada desain yang memiliki sisi keras.
3) Dekoratif
Aksesoris dekoratif meliputi : lampu diatas meja atau pada fitting room,
tanaman hias, furniture kecil, foto frame, poster, hiasan pecah belah.
Semua itu membantu memberikan suasana toko yang lebih nyaman dan
lebih beragam.
4) Pencahayaan
Pencahayaan termasuk pada tempat lilin, chandelier. Hal tersebut harus
menyatu antara desain dan pencahayaan. Biasanya mereka tidak
menyediakan penerangan yang banyak, tetapi menekankan pada highlight
dan aksen.
5) Artwork
Artwork atau karya seni berupa lukisan, foto, permadani/karpet, dan
oatung. Setiap karya seni harus memiliki medium yang sesuai dengan
ruang yang ada pada area toko, juga sesuai dengan karakter dan gaya toko.
2) Warna
Pernyataan umum tentang warna yang umumnya harus dimengerti dalam merancang
interior :
1. Setiap warna yang ada ada pada spectrum memiliki 3 karkateristik :
a. Hue adalah warna asli
b. Lightness (penerangan) adalah bagian/bayangan dari warna : banyaknya
warna hitam atau putih yang dicampur hue. Hal itu memiliki kadar.
c. Saturation (saturasi warna) adalah intensitas dari kejelasan warna.
2. Warna-warna yang sama adalah warna yang berdekatan pada roda warna, seperti
merah dan oranye.
3. Warna-warna kontras memiliki 3 warna pada roda warna diantara mereka, seperti
merah dan hijau.
4. Warna komplementer adalah warna yang berbeda sisi dari roda warna, seperti
merah dan biru-hijau.
5. Warna adalah tak terhingga. Semua campuran dari 3 warna primer yaitu merah,
biru, dan kuning, dicampur dengan berbagai derajat dari warna putih dan atau
hitam.
6. Terdapat 3 komposisi dasar pada warna atau disebut skema warna :
a. Monokromatik , penggunaan satu warna yang mengatur berbagai intensitas,
tekstur, motif dan material.
b. Harmoni . penggunaan warna yang serupa atau berdektana, yang mengatur
untuk menghasilkan sebuah suasana dominan.
c. Kontras, penggunaan warna berbeda, intensitas warna, untuk karya yang
berwarna bold, dinamis, dan skema yang dramatic.
7. Tekstur menggambarkan kualitas peraba, sentuhan yang jelas dari sebuah
permukaan.
6. ELEMEN DESAIN

Elemen adalah dasar dari desain. Seperti halnya membangun sesuatu, kita tak bisa langsung ke
atas, kita harus mulai dari dasar. Seperti itu pula desain. Terdiri atas 6 hal yaitu garis (line),
bentuk (shape), tekstur (texture), ruang, ukuran, dan warna.

1.) Garis (Line)


Garis adalah sebuah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya
sehingga tergambarlah sebuah garis dengan bentuk lengkung (curve) atau lurus (straight).
Mampu membuat keteraturan, mengarahkan pandangan dan memberikan kesan bergerak serta
memiliki karakter tertentu. Penggunaan garis dapat diaplikasikan dalam pembuatan grafik atau
bagan.

2.) Bentuk (Shape)

Bentuk adalah seperangkat garis yang ditempatkan berdekatan, memiliki diameter, tinggi dan
lebar. Ini merupakan obyek 2 (dua) dimensi. Berdasarkan sifatnya, bentuk dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu huruf, simbol, dan bentuk nyata (form). Selain itu hal ini dapat digunakan
sebagai perantara sebuah ide.

3.) Tekstur (Texture)

Tekstur merupakan sebuah visualisasi dari permukaan yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau
diraba. Pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda.
Tekstur dapat menambah dimensi dan kekayaan sebuah layout, menegaskan atau membawa ke
dalam sebuah rasa/emosi tertentu.

4.) Ruang

Ruang adalah jarak yang memisahkan antar sesuatu. Biasanya digunakan memisahkan atau
menyatukan elemen-elemen layout. Ruang juga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi mata.
Dalam bentuk fisiknya, pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek
(figure) dan latar belakang (background).

5.) Ukuran

Ukuran adalah seberapa besar atau kecil sesuatu hal. Perbandingan ukuran satu bentuk terhadap
bentuk lainnya. Dengan menggunakan elemen ini kamu dapat menciptakan kontras dan penekan
(emphasis) pada obyek desain, sehingga orang akan tahu sisi menarik atau menonjol dari desain
itu dan melihatnya terlebih dahulu.

6.) Warna

Warna merupakan media paling akhir dalam komunikasi simbolik dan yang terpenting.Nyatanya,
warna dibagi ke dalam dua section, warna yang timbul karena sinar (RGB) dan warna yang
dibuat dalam unsur tinta atau cat (CMYK). Dengan warna si desainer dapat menampilkan
identitas, menyampaikan pesan atau menarik perhatian serta menegaskan sesuatu.
7. FISIKA BANGUNAN

1.) Sistem Pencahayaan adalah bagaimana kita bisa membuat benda-benda dalam ruang agar
dapat tampak atau terlihat, sedang mengenai suasana (mood) tergantung dari fungsi ruang.

2.) Sistem Penghawaan; Yang dimaksud dari penghawaan adalah suatu usaha pem baharuan
udara dalam ruang melalui penghawaan buatan maupun penghawaan alami dengan pengaturan
sebaik-baiknya dengan harapan untuk mencapai tujuan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang.
Jumlah udara segar yang dimaksudkan berguna untuk menurunkan kandungan uap air di dalam
udara, menghilangkan bau keringat, gas karbondioksida

3.) Akustik; Akustik merupakan unsur penunjang dalam sebuah disain, karena akustik memberi
pengaruh luas dan dapat menimbulkan efek psikis dan emosional bagi orang yang
mendengarnya. Pengendalian akustik yang baik membutuhkan penggunaan bahan dengan tingkat
penyerapan yang tinggi seperti pada lapisan permukaan lantai, dinding, plafond, luas ruang,
fungsi ruang, isi ruang, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, karpet, udara di dalam
ruang dan pengaruh lingkungan sekitarnya, akustik yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruang
untuk mampu meredam bunyi bising yang ditimbulkan dengan persyaratan tingkat kebisingan 60
dB.
8. METODOLOGI DESAIN

Tahap 1
➢ STRATEGI DESAIN
- TOLOK UKUR KESUKSESAN
- RESEARCH PASAR
- LINGKUNGAN KOMPETITIF ATAU PESAING
- JENIS PRODUK
- MERCHANDISE / KRITERIA DATA REPRESENTASI
- KRITERIA OPERASI
- JADWAL PROYEK
- PARAMETER BUDGET PROYEK

➢ GOAL: STRATEGI DESAIN OBJEKTIF

Tahap 2
➢ KONSEP DESAIN
- DENAH DESAIN / MECHANDISE
- KONSEP LANTAI DAN PLAFON
- KRITERIA MERCHANDISE DAN REVIEW
- KRITERIA VISUAL MERCHANDISE
- KONSEP DESAIN
- PERNYATAAN PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI

➢ GOAL: PRESENTASI KONSEP

Tahap 3
➢ PENGEMBANGAN DESAIN
- FLOOR PLAN, TATA LETAK, ALUR SIRKULASI
- DENAH MERCHANDISE
- DESAIN PLAFON
- SPESIFIKASI PENCAHAYAAN
- DESAIN LANTAI
- SPESIFIKASI MATERIAL DAN WARNA
- SPESIFIKASI FURNITUR DAN PERLENGKAPAN
- TAMPILAN KETINGGIAN INTERIOR
- PERNYATAAN PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI

➢ GOAL: PRESENTASI FINAL


Tahap 4
➢ DOKUMEN KONTRAK
- FLOOR PLAN, TATA LETAK, ALUR SIRKULASI
- DENAH PEMASANGAN PERLENGKAPAN
- DENAH PARTISI DAN DETAIL
- DENAH REFLECTED CEILING DAN DETAIL
- DESDENAH PENUTUP LANTAI DAN DETAIL
- KENAIKAN INTERIOR DAN DETAIL
- SPESIFIKASI MATERIAL DAN WARNA
- PERNYATAAN PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI
- KUALITAS ATAU REVIEW KONTEN

➢ GOAL: PENGAJUAN PENAWARAN PROYEK


Tahap 5

➢ ADMINISTRASI KONSTRUKSI
- REVIEW PENGAJUAN PROYEK
- INTERPRETASI DOKUMEN KONTRAK
- GAMBAR TOKO DAN SAMPLE
- SURVEI OBSERVASI DAN PENYELESAIAN BERTAHAP
- MENINJAU DISPLAY DAN MERCHANDISE
- EVALUASI

➢ GOAL: PEMBUKAAN TOKO

Tahap 6
- ANALISA KATEGORI PRODUK
- MENETAPKAN KUANTITAS PER KATEGORI
- VALIDASI KUANTITAS DENGAN MODEL FINANSIAL
- DATA MERCHANDISE DAN PROGRAM AREA PELETAKAN
MERCHANDISE

➢ GOAL: DENAH MERCHANDISE, ANALISIS DATA


ANALISIS DATA LAPANGAN

ANALISIS LOKASI MAKRO

Mall Grand Indonesia


Jalan M.H. Thamrin no. 1, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat

Mall Grand Indonesia adalah mall multi-guna yang sekeliling terdapat hotel, gedung
perkantoran, pusat kota, dan pusat perbelanjaan lainnya. Dengan luas mall Grand Indonesia
adalah 250.000 m2, terdapat 226 toko dan 142 restaurant. Mall yang terletak di pusat kota
Jakarta memiliki konsep multy use building, dengan tipe banguna high rise. Mall ini memiliki
desain yang cukup elegan dan high-end. Sehingga retail yang ada pada mall kebanyakan
merupakan produk fashion international.

AKSES KE LOKASI
Menggunakan busway koridor halte Tosari.
Menggunakan Kereta commuter Line di stasiun Sudirman.
Menggunakan kendaraan pribadi melalui senayan dan sekitaran Jakarta lainnya.

LOKASI MAKRO
➢ Utara : pasar tanah abang, Plaza Indonesia, kedutaan besar Jepang.
➢ Timur : bundaran HI, taman Menteng
➢ Barat : Thamrin City
➢ Selatan : Stasiun Sudirman
SASARAN PENGUNJUNG MALL GRAND INDONESIA
TIPE PENGUNJUNG
- Keluarga
- Pasangan
- Pekerja
- Anak muda
UMUR PENGUNJUNG
- Dewasa ( 25- 60 Tahun)
- Anak muda ( 16 – 22 Tahun)
PROFESI PENGUNJUNG
- Pekerja kantor
- Mahasiswa
HARI KUNJUNGAN
- Weekdays : mahasiswa, orang kerja, ibu & Anak.
- Weekend : pasangan, keluarga, anak muda.
TINGKAT PENDAPATAN
Kalangan menengah atas.

SWOT MALL GRAND INDONESIA


STRENGTH / KEKUATAN
- Berada di pusat kota Jakarta
- Pusat perbelanjaan high-end yang besar
- Dekat dengan perkantoran dan apartmen.
- Konsep multy-use building
- Akses mudah.
WEAKNESS / KELEMAHAN
- Berada di pusat kota yang padat penduduk dan kendaraan, daerah rawan macet.
- Jauh dari kota-kota sekitarannya.
OPPORTUNITY/ KEUNTUNGAN
- Berada di pusat Kota Jakarta
- Dekat dengan bangunan dan lokasi iconic Jakarta.
- Masyarakat Jakarta yang Konsumtif dan lifestyle di perkotaan.
THREAT / ANCAMAN
- Disekitaran terdapat Mall Plaza Indonesia dan beberapa pusat perbelanjaan lainnya.
- Kawasan padat kendaraan.
Mall grand Indonesia

LANTAI UG
88 Jewelry, Alleira Batik, Bonia, Braun Buffel, Bric’s, Brutus Rumah Mode, Central
Departement store, Charles & Keith, Emporium Jewels, Forever 21, Golden Eiffel, H&M,
International Jewelry, L’occitane, Miss Mondial, Model Baru Jewelry, Parang Kencana, Pull &
Bear, Roemah Pengantin by Anne Avantie, Seibu, Steve Madden, The Body Shop, Wong Hang.
LANTAI LG
Adorama, Art & science, BCA, Browhaus & Strip, Century, Coco by C&F Perfumery, Dua Sisi,
Erha Apothecary, G Card Counter, Guardian, Ibox, Innisfree, Kay Collection, Kenko,
Kinokuniya, Marco’s Chop Shop, Natural Farm, Ranch Market, Stop ‘N’ Go, The
FoodHall,Uniqlo, Urbanlife, Watson.
LANTAI G
Calvin Klein Jeans, Central Departement Store, Coach, Etienne Aigner, H&M, II Bisonte,
INTime, MAC, Massimo Dutti, Pull & Bear, Seibu, TAG Heuer, Tommy Hilfiger, Tumi.
LANTAI B
The Nail Shop
LANTAI 1
Bath & Body Works, Central, Dorothy Perkins, Fossil, Gc, Giordano Ladies, Guess, La Senza,
Lacoste, Linea, Localstrunk, Love Bonito, Mango, Marks & Spencer, Pedro, Quiksilver, Seibu,
Staccato, Stradivarius, Superdry, Swarovski, The Cufflinks Store, Tissot, Topman, Topshop,
Victoria’s Secret, VNC, Watch Club, Zara, Watch Zone
LANTAI 2
Adidas, Aldo, Bag’s City, Bala-Bala, Brikenstock, By The Sea, Camper, Casio, Central, Cotton
On, Cotton On Kids, Damn I Love Indonesia, DC Comics Super Heroes, Destiny, Dr. Martens,
Early Learning Center, Everbest, G Card Counter, Gingersnaps, Giordano, Guess Kids, Infinite,
Justice, Keds, Lego, Levi’s, Made With Love, Melissa, Michiko, Mothercare, Nike, Nike Young
Athletes, Niu, Optik Melawai, Optik Seis, Optik Tunggal, Our Daily Dose, Owndays, Paul
Frank, Pepe Jeans, Red Army Watches, Seibu, Sunglass Hut, Swatch, Teddy House, The Watch
Co, Timberland, Urban Icon, Wakai, Watch World, Wilio, Zara.V
LANTAI 3
2XU, Absolute New York, Alun Alun Indonesia, Anna Wijaya Salon, Asics, Bareskin,
Bathaholic, BCA, Bose, Bridges Eyeware, Century Heathcare, Coconut Island, Converse,
Crocodile, Dope & Dapper, Dwidaya Tour, Elle, Empat Delta, Energy Reflexology Bar, Erafone,
Et Cetera, Fisik Football, Fitflop, Gino Mariani, Gramedia, Haircode, Hollywood White, Hoops,
Hurley, Hush Puppies, Irwan Team Hair Design, Johnny Andrean, Martha Tilaar, Minimal,
Muji, MyFee+, New Balance, Nikon Experience Hub, Nixon, Oke Shop, Owl, Panorama Tours,
Planet Sports , Play, Polytron, Puma, Pure Laser Clinic, Reebok, Sabrina, Samsung, Saucony,
Scoop, Shortcut, Skechers, Sony, Sporty Time, The Body Shop, The Executive, The Kase, The
North Face, Timex, Toko PDA.Com, Tokyo Belle, Tokyo Nail Collection, Toto, Under Armour,
Vans, Vidvie, Watch Studio, Wellcomm Shop, Wood, XL Prioritas, Yamaha Smile Music, ZAP.
Foodcourt
LANTAI 3A
ATM Center, Best Denki, Carniville, T-REX Family Karaoke,

LANTAI 5
Ace Home Center, Bank Mandiri, BNI 46, Cimb Niaga Digital Lounge, Citibank, Funworld,
Grapari Tekom, Toys Kingdom, Watch Care.

LANTAI 8
CGV* Cinemas, Galeri Indonesia Karya
ENTRANCE PADA MALL GRAND INDONESIA

ENTRANCE PADA BANGUNAN MALL

ENTRANCE KE DALAN GEDUNG MALL (UNTUK KENDARAAN)

Terdapat 11 pintu masuk menuju ke dalam Mall Grand Indonesia. Terletak di beberapa titik. Semua
pintu masuk terletak di lantai G,

Terdapat 12 pintu masuk untuk kendaraan mobil ataupun motorke dalam area Mall Grand Indonesia.
SIRKULASI MALL GRAND INDONESIA

SIRKULASI HORIZONTAL

Sirkulasi horizontal merupakan jalan lalu-lalang antar ruang dalam satu lantai. Persentasi
kemiringan pada jenis sirkulasi ini tidak lebih dari 10 %. Sedangkan alat transformasi jenis
sirkulasi horizontal ini adalah koridor dan konveyor.

Sirkulasi horizontal pada mall Grand Indonesia cukup luas. Mall ini mengklaim bahwa mall ini
ramah terhadap disabilitas dan pengguna stroller bayi. Area dapat dilalui banyak orang sekaligus
bersamaan.

SIRKULASI VERTIKAL

Transportasi vertical, adalah moda transportasi digunakan untuk mengangkut sesuatu benda dari bawah
ke atas ataupun sebaliknya. Ada berbagai macam tipe transportasi vertikal di antaranya lift, travator,
eskalator dan dumbwaiter. Terdapat sekitar 5 titik lift pada setiap lantai yang saling berhubungan.
Terdapat sekitar 35 eskalator pada mall ini, setiap lantao terdiri dari 5 eskalator.
ZONING LANTAI UG
Jewelry , Fashion
LANTAI LG
Health & Beauty , Electronics
Lifestyle
LANTAI G
High End Fashion
LANTAI 1
Accessories , Fashion
LANTAI 2
Sport , Baby and Kids , Fashion
LANTAI 3
Electronics
LANTAI 5
Food Area
INTERIOR MALL GRAND INDONESIA

MATERIAL DAN WARNA

LANTAI

Lantai pada mall grand indonesia kebanyakan menggunakan material marmer berwarna cream
dan abu-abu. Selain itu juga peggunanaan lantai bermotif dengan material marmer berwarna
cream dan coklat.
Lantai pada mall grand indonesia juga menggunakan material dari batu-batuan alam berwarna
abu-abu dengan berbagai pola. Terdapat pola bersusun kotak, lantai pola batu alami, ataupun
dengan motif tertentu. Selain itu terdapat lantai dengan batuan kecil. Juga terdapat lantai dengan
material mozaik.

DINDING

Dinding mall Grand Indonesia umumnya bermaterial beton. Finishing umum pada dinding di
mall ini ada cat berwarna putih, cream, abu-abu, coklat. Juga dinding yang dihias dengan panel-
panel.

CEILING

Ceiling pada mall ini sangat beragam dalam segi bentuk dan material. Material yang dipakai
umumnya adalah gypsum yang diukir dengan motif tertentu untuk menghiasi ceiling. Terdapat
juga beberapa ceiling menggunakan panel kayu dengan motif tertentu dan material kayu alami.
Pada warna ceiling umumnya berwarna putih, cream dan coklat.
TATA KONDISIONAL RUANG

Tata cahaya pada mall ini umumnya menggunakan lampu downlight berwarna warm. Cahaya
mengikuti warna-warna pada elemen lantai, dinding, dan ceiling pada mall. Tata udara pada mall
ini menggunakan AC central. Dan tata suara yang tidak kedap suara karena penggunaan material
yang keras.
BAB IV

KESIMPULAN

Grand Indonesia merupakan pusat perbelanjaan yang nyaman untuk dikunjungi. Mall ini juga
menyediakan retail yang lengkap mulai dari fashion, elektronik, supermaket , dan lain-lain.
Selain itu, pilihan makanan yang terdapat di Mall Grand Indonesia juga sangat banyak, hal
tersebut menjadikan Mall Grand Indonesia dapat menjadi pilihan pengunjung untuk
mengunjungi mall ini karena dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya dalam satu lokasi.
Oleh karena itu, peletakkan retail toko elektronik menjadi pilihan yang tepat karena selain lokasi
mall yang strategis, Mall Grand Indonesia juga selalu ramai dikunjungi berbagai kalangan dan
rentang usia.
DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, James, S. Merrit, Frederick. 1990. BUILDING ENGINEERING AND


SYSTEMS DESIGN. Canada : Van Nostrand Reinhold.

D.K. Ching, Francis.2012 . Kamus Visual Arsitektur. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Israel, Lawrence J. 1994. Store Planning Design. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Johan, Yandi. 2017. SIRKULASI (VERTIKAL & HORIZONTAL) PADA


BANGUNAN BERTINGKAT. https://docplayer.info/33983053-Sirkulasi-vertikal-horizontal-
pada-bangunan-bertingkat.html. 7 Maret 2019.

Mun David.1981. SHOPS : A Manual of Planning and Design. London. The


Architectural Press.

Panero, Julius. 1979. Human Dimension. New York : Bilboard Publication.

Scharoun, Lisa. 1979. AMERICA AT THE MALL ; The Cultural Role of a Retail
Utopia. United States of Amerika : McFarland & Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai