BIOGRAFI
BIOGRAFI
SEJARAH PRIBADI
Perkenalkan nama aku Hulda Kristina Anggraeni lahir di kota kecil Kraksaan, Probolinggo,
Jawa Timur pada tanggal 10 November 2000. Memiliki hobi membaca novel fiksi remaja, mengarang
cerita walaupun tidak terlalu bagus, dan melukis. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku
seorang laki-laki bernama Wuyung Pratama Waryanto, berprofesi sebagai photografer. Beberapa kali
aku diminta untuk menjadi model. Terlahir di keluarga sederhana, Ayah yang bernama lengkap Achmad
Hidayanto seorang karyawan swasta di sebuah Pabrik PT. Sasa Inti, Gending. Juga, sebagai majelis di
Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur. Seorang Ibu yang bernama
lengkap Dwi Suwarti, seorang ibu rumah tangga yang sangat sabar menghadapi sifat putra-putrinya
juga salah satu guru sekolah minggu dan anggota komisi yang ada di Gereja. Setiap harinya Ayah dan
Ibu sibuk di Gereja entah itu rapat pleno, sidang dan masak. Ibu pandai memasak terutama sambal.
Rasa sambal yang Ibu buat memiliki ciri khas rasa yang unik. Mengikuti jejak orang tua yng melayani
Baptis pertama pada tanggal 2001 yang dilayani oleh Bapak Pendeta Soenjoto. Awal katekisasi
disaat umurku 12 tahun. Kelas 10 pada bulan Pebruari, aku beserta keempat teman seperjuangan
mengikuti katekisasi SIDI. Kelas 11 semester genap, tepatnya pada tanggal 26 November 2017 aku
beserta teman-teman dinyatakan menjadi warga dewasa yang dilayani oleh Ibu Pendeta
Ketika berumur 5 tahun sampai dengan umur 12 tahun aku bersekeolah di Santo Pius. Sekolah
Katolik satu-satunya di Kraksaan. Selama bersekolah di Santo Pius aku memiliki teman yang sama.
Jumlah murid per-kelas hanya 25-35 murid saja. Tetapi berbeda pada angkatan ku, jumlah murid ada
sekitar 44 anak. Ketika aku berumur 13 tahun aku memilih sekolah negeri. SMP Negeri 1 Kraksaan
menjadi pilihanku untuk menuntut ilmu. Salah satu faktornya adalah sekolah tersebut merupakan
sekolah ter-favorit kala itu, selain itu juga karena aku ingin mencari suasana dan teman baru. Terbukti,
setelah aku dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari warga SMP Negeri 1 Kraksaan aku mengenal
wajah dan sifat baru. Setiap aku naik kelas pasti mendapati teman, suasana dan kelas baru. Selepas
lulus SMP di tahun 2016, aku bersekolah di SMA Negeri 1 Kraksaan yang terletak di depan SMP
Negeri 1 Kraksaan. Yang memiliki sebutan lain, yakni SMADEP artinya SMA DEPAN, itu hanyalah
julukan dari alumni SMP Negeri 1 Kraksaan. Sebenarnya, sebutan lain untuk SMA Negeri 1 Kraksaan
adlah SMANSA. Selama aku menjalani masa putih abu-abu, aku mengembangkan hobi mengarang dan
melukis pada ekstrakulikuler Jurnalistik. Ingin mencoba yang lain akupun mengikuti ekstrakulikuler
Waktu awal memasuki SMP guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, memberi tugas
“Menceritakan arti atau makna nama kalian masing-masing. Tanyakan kepada orang tua kalian”.
Malam harinya di waktu ayah dan ibu sedang bersantai di ruang tamu, aku bertanya “Pak, Bu, kenapa
aku diberi nama Hulda Kristina Anggraeni dan apa artinya?”. Dan mengalirlah cerita dari mulut kedua
orang tua ku. Dulu waktu Ibu hamil aku kira-kira usia kandungan 8 bulan, Ibu mendengarkan khotbah
dari bapak Pendeta Wimbo Sancaka tentang seorang nabi perempuan bernama Hulda yang memiliki
tugas mengurus pakaian-pakaian (2 Raja-raja 22:14; 2 Tawarikh 34:22). Walaupun seorang nabi tetapi
ia berpelayanan sungguh-sungguh. Dari situlah Ibu memberi aku nama Hulda agar kelak aku selalu
setia dan berpelayan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Kristina yang memiliki arti orang Kristen, para
pengikut Kristus. Dan Anggareni bentuk lain dari Anggraini merupakan tokoh legenda Mahabarata.
Istri Prabu Ekalawya alias Palgunadi, Raja Paranggelung. Berwajah cantik karena merupakan seorang
puteri apsari (bidadari) Warsiki. Kata Ayah arti nama Anggraeni itu “mantesi” (dalam Bahasa Jawa)
yang memiliki makna memakai apa saja itu pantas, enak dilihat, tidak berlebihan, sederhana.
Pada liburan pertengahan semester kelas 2 SMP Negeri 1 Kraksaan, aku beserta keluarga
berlibur ke rumah kakek dan nenek di Malang. Hari Minggu, aku beribadah di GKJW Talun, Malang.
Dipertengahan khotbah yang dilayani oleh bapak Pendeta Sistrianto yang sekarang bertugas di GKJW
Lawang, aku ingin menjadi Pendeta dan saat itu juga aku bilang kepda Ayah dan Ibu. Mereka sangat
Sebelum aku mendaftar di UKSW melalui jalur PEMAMIK (Jalur tanpa tes). Aku pernah
mendaftar di UKDW, Yogyakarta. Tetapi sayang sekali aku tidak lolos seleksi. Ternyata, Tuhan
memiliki rencana lain dengan menempatkan aku di UKSW, Salatiga. Aku senang bisa kuliah di UKSW,
karena memiliki teman baru dan di UKSW ternyata tidak hanya dari suku Jawa saja. Aku bisa lebih