Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

SISTEM KEWASPADAAN DINI


DAN RESPONS

JAKARTA 2008
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku “ Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons“ ini selesai disusun melalui
proses yang cukup panjang.

Buku tentang EWARS (Early Warning Alert and Respons System) terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons“
2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respons serta Format Penyelidikan Epidemiologi“
3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak (Software) Peringatan Dini Penyakit Menular“

Buku ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi dan Kabupaten sebagai pedoman
dalam menjalankan piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini disusun
secara sederhana dengan tambahan beberapa gambar visual seperti yang ditampilkan pada layar
monitor agar mudah dimengerti dan dapat dipraktekan bagi pengguna.

Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.

Jakarta, Februari 2009


Direktur SEPIM-KESMA

Dr. H. Andi Muhadir, MPH


Sambutan Direktur Jenderal PP & PL

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku “ PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS“ ini dapat terwujud.

Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR (International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respons Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR.

Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi TN, reduksi maupun eliminasi campak, eliminasi malaria,
pengendalian HIV/AIDS maupun TB Paru. Untuk eradikasi polio, Indonesia mengalami KLB Polio
tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349 kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat
ditangani dengan baik untuk memutus mata rantai penularan melalui PIN sehingga sampai saat ini
tidak ditemukan kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans AFP yang
optimal juga sangat berperan penting.

Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah KLB Polio di Indonesia tahun 2005
terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini dunia telah mengalami
perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin cepat. Kondisi ini juga
akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara langsung maupun tidak
langsung misalnya seperti malaria, dbd, maupun penyakit new emerging seperti flu burung.

Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, DBD, diare, kolera, difteri, antrax, rabies, campak, pertusis, maupun ancaman flu
burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak dipantau dan dikendalikan maka
akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau
bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.

Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respons ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.
Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan
sinyal “alert“ adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik wilayah
kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi. Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik,
maupun peta.

Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respons di Indonesia.

Jakarta, Februari 2009


Direktur Jenderal PP & PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama


DAFTAR ISI
BAB I: GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
 Tujuan..................................................................................................................................... 1
 Populasi dalam Surveilans...................................................................................................... 1
 Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru.......................................................................... 1
 Jenis Surveilans....................................................................................................................... 1
 Unit Pelapor............................................................................................................................ 1
 Alur Data................................................................................................................................. 1
 Pengiriman Data..................................................................................................................... 2
 Format Mingguan................................................................................................................... 2
 Pelaporan menggunakan SMS................................................................................................ 3
 Entri Data dan Analisis............................................................................................................ 3
 Indikator.................................................................................................................................. 3
 Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem............................................................................ 3
 Validasi Data............................................................................................................................ 3
 Monitoring laporan.................................................................................................................. 3
 Umpan Balik............................................................................................................................. 4
 Sistem Manajemen Kejadian Penyakit..................................................................................... 4
 Konfirmasi Laboratorium......................................................................................................... 4
 Kewaspadaan Dini dan Respon................................................................................................ 4

BAB II: PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
 Prosedur Pelaporan Data di setiap tingkat Pelaksana ............................................................. 7
 Validasi Data............................................................................................................................. 8
 Monitoring............................................................................................................................... 9
 Evaluasi ................................................................................................................................... 9
 Keterbatasan ........................................................................................................................... 9
 Kepemilikan Data .................................................................................................................... 9

Lampiran 1 : Daftar Prioritas Penyakit Potensial KLB


Lampiran 2 : Format Mingguan (W2)
Lampiran 3 : Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem
Lampiran 4 : Tatacara Pengambilan, Pengiriman Dan Pemeriksaan Spesimen
Lampiran 5 : Tes Diagnosis dan Manajemen Spesimen dalam Laboratorium
Lampiran 6 : Buku Catatan Laboratorium (Log Book)
Lampiran 7 : Lembaran Rujukan Spesimen
Lampiran 8 : Format Penyelidikan Epidemiologi Umum
Lampiran 9 : Format Sistem Manajemen Rumor KLB
Lampiran 10 : Daftar Penyakit Atau Kejadian Yang Wajib Dilaporkan Segera (<24 Jam) Ke Dinas Kesehatan
Lampiran 11 : SOP Manajemen Kasus Dalam Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons di Kabupaten/Kota
Lampiran 12 : SOP Manajemen Kasus Dalam Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons di Propinsi
BAB I
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

 Tujuan
o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.
o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.
o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB.
o Memonitor kecenderungan penyakit menular.
o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

 Populasi dalam Surveilans


Adalah semua penduduk di wilayah propinsi

 Surveilans Penyakit dan Definsi Kasus Baru


Adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana terdapat dalam daftar
Lampiran 1, yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang seharusnya dilaporkan.
Kasus Baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan memiliki diagnosis
baru. Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukan kedalam laporan.

Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (lampiran 2).
Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan,
algoritma tersedia dalam pedoman “Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respons Serta Format
Penyelidikan Epidemiologi”. Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk
respons KLB dalam pedoman tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana
kasus, respons kesehatan masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.

 Jenis Surveilans
Dalam kegiatan ini surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin
Lengkap: seluruh unit kesehatan yang telibat adalah puskesmas dan unit yang berada di bawah
puskesmas.
Pasif: Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau nihil.
Data Agregat: adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi
agregat di tingkat puskesmas.
Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mingguan

 Unit Pelapor
Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit
pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara
otomatis dihitung oleh aplikasi software.

1
 Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)

WAKTU UNIT & TINGKAT Koordinator Cara Pengiriman


Yg bertanggungjawab
Sabtu sore Pustu, Bidan Desa kirim via SMS. Petugas kesehatan yg Melalui SMS, HT, dll
Format Surveilans Mingguan ke bertanggung jawab
puskesmas terhadap pengumpulan
data
Senin pagi Data agregat Puskesmas dan kirim Petugas surveilans di Melalui SMS, HT, dll
data ke tingkat kabupaten/kota tingkat puskesmas
Selasa pagi Petugas Surveilans Kabupaten Petugas Surveilans Melalui Email
melakukan entri data dan mengirim Kabupaten
file export ke propinsi
Petugas Surveilans Kabupaten Petugas Surveilans
melakukan analisis data dan Kabupaten
menghasilkan laporan mingguan
Selasa Petugas surveilans propinsi Petugas surveilans
siang melakukan analisis data dan propinsi
menghasilkan laporan mingguan
Petugas surveilans propinsi Petugas surveilans Melalui Email ke
mengirimkan file export ke Subdit propinsi ewars.pusat@yahoo.com
Surveilans Depkes RI

 Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dll.
Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans Epidemiologi) data dikirim melalui email

Pustu Pasien Rawat Klinik


Bidan Desa Jalan Puskesmas swasta/private
di desa

Pengumpulan
spesimen Petugas Surveilans Puskesmas

Pengiriman Petugas Surveilans Kabupaten/Kota


spesimen

Petugas Surveilans Propinsi

Otoritas Kesehatan
Konfirmasi Nasional (Depkes),
Laboratorium Propinsi Laboratorium
Nasional (Depkes),
WHO

2
 Format Mingguan (W2)
Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa maupun puskesmas melalui Format Mingguan (lihat
lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini:

o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan
laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan
dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.

o Identitas Unit Kesehatan:

 Puskesmas/Pustu/Bidan
 Kecamatan
 Kabupaten

o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan. Unit
puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari
Minggu dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.

o Data Penyakit:
Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang
dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem
surveilans. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru
(konsultasi pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.

 Pelaporan menggunakan SMS


Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format baku
pencatatan perlu mengikuti standar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:
 Minggu Epidemiologi ke:
 Nama unit pelapor
 Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut:
 Jumlah Total Kunjungan Pasien.

CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS

2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110

Artinya

Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10,
jumlah kasus malaria = 15, jumulah kasus tersangka DBD = 3,
jumlah kasus kluster penyakit yg tidak diketahui = 4,
Jumlah kunjungan = 110

 Entri Data dan Analisis


Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat Kabupaten dan Propinsi yang dapat digunakan untuk
melakukan entri data secara sederhana, analisis, alert atau peringatan, dan indikator baku serta
laporan secara otomatis. Setiap puskesmas menyimpan format mingguan yang sudah diisi dan file
menurut minggu dan bulan.

3
 Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi membolehkan penghitung indikator
laporan mingguan dan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan,
kabupaten/kota dan propinsi.

 Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu


 Total Kunjungan
 Proporsi Kesakitan
 Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis
 Ketepatan waktu dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota
 Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Propinsi
 Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota dan Propinsi
 Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor
 Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai ambang batas

 Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem


Merujuk pada lampiran 3 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit.

 Monitoring Laporan
o Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima. Hubungi fasilitas kesehatan
yang belum mengirimkan informasi/laporan.
o Tingkat Propinsi
Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas
surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.

 Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin
Mingguan) termasuk:
o Alert (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yang relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB.
o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB.

 Sistem Manajemen Rumor KLB


Petugas surveilans propinsi mengamati informasi tentang rumor KLB yang berasal dari media massa
atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio, TV)
yang berada di wilayah propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format (lampiran 9)
dan mulai proses verifikasi rumor dengan menghubungi Kabupaten/Kota.

Proses Pengumpulan Informasi


Staf akan:
 memindai setiap pagi website lokal dan salah satu propinsi tetangga untuk memeriksa setiap rumor
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan masyarakat di propinsi.
 Menghubungi secara aktif departemen/dinas seperti pertanian, pengendalian air dan sanitasi,
keamanan makanan, dll jika ada informasi mengenai ancaman bagi kesehatan masyarakat.
 Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor hotline, merekap seluruh
informasi mengenai seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.
 Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari masyarakat atau sumber lain.

4
Penyaringan
Staf akan:
Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi.
Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 9) berupa informasi dibawah ini:
- Kejadian
- Populasi Resiko
- Lokasi
- Waktu Kejadian
- Tanggal Kejadian diketahui
- Tanggal Verifikasi
- Kronologis Kejadian
- Status (sedang atau sudah verifikasi)

Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/ kejadian penyakit, petugas surveilans
propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
melakukan klarifikasi terhadap rumor/ kejadian penyakit yang terdeteksi/ didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi
terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian
(benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan
lampiran 10 (Tabel Ringkasan Manajemen Kejadian Penyakit).

 Kewaspadaan Dini dan Respon

Unit Surveilans Kabupaten/Kota:


Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan
penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan
terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk
melakukan klarifikasi terhadap sinyal tersebut.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans
kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa
spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Propinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.

Melaksanakan Investigasi Pendahuluan


Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya
masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari
Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.

Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila
tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat
lampiran 8). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet
(program microsoft exel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data
untuk menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan orang.

Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:


- Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan.
- Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
- Tes hipotesis
- Menulis laporan dan rekomendasi.

5
Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
- Tatalaksana kasus
- Pengendalian infeksi
- Pencarian kontak kasus
- Pengendalian lingkungan
- Mobilisasi sosial
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat

 Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti
pada Lampiran 4, 5, 6 dan 7.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf
laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi.

Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu:


- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluan
untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterima
sesuai dengan alat transportasinya.
- Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.
- Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindari
kedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
- Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, berita acara,
dan dokumen pengiriman.
- Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.

Sebelum mengirim spesimen harus ada:


- Perjanjian atau persetujuan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima.
- Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk menerima spesimen.
- Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap
menerima spesimen.

Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman
pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus “SELALU” menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh
digunakan lagi.
Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang
tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi risiko terkontaminasi.

6
Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan
kuman pathogen.

Tipe Penularan/
Kondisi/ Situasi Alat Yang Digunakan
Transmisi
Kontak Penulran dapat terjadi melalui kontak - Sarung Tangan (Gloves)
langsung dengan pasien atau kontak - Baju Pelindung (Gown)
dengan lingkungan pasien.
Droplet Penularan dapat terjadi melalui droplet - Sarung Tangan (Gloves)
yang mengandung kuman penyakit - Baju Pelindung (Gown)
dengan ukuran partikel partikel >5 - Masker
micron, droplet dapat dihasilkan ketika - Kaca mata (Gogle)
mereka batuk, bersin atau berbicara.
Udara Penularan dapat terjadi melalui udara. - Sarung Tangan (Gloves)
- Baju Pelindung (Gown)
- Kaca mata (Gogle)
- Masker N95
- Ruang isolasi (di RS)

7
BAB II
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

 Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana

1. Pustu, Bidan Desa:


1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan mengisi format
mingguan berdasarkan buku register harian.
2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans di puskesmas
melalui SMS dengan kode standar.

2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dll) dan buat transkrip setiap SMS
ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui SMS maka
puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan
semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ......
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakit
dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka isi jumlah kunjungan dengan
angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan
agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans
kabupaten/kota.

3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas.
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format
mingguan.
3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan.
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas menggunakan aplikasi komputer.
7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan.
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman.
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email
10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan
ketepatan laporan.
12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sasuai SOP (Lihat Algoritma Respon)

8
13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP.
14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas.

4. Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota.
2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada
pertanyaan tentang data.
4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman.
5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans
Epidemiologi dengan email ke alamat: ewars.pusat@yahoo.com)
8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.

5. Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.
2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia
3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya sinyal
/alert.
4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk.
5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang
hasil pemeriksaan laboratorium.
7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya.
8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.

 Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus
baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik
swasta/privat, dll)
 Cek bahwa periode laporan benar.
 Tulis nomor urut format mingguan.
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)

9
o Kabupaten/Kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini:
 Tulis nomor urut format mingguan.
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
 Lakukan entri data
 Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (table, grafik dan peta) apakah ada
kesalahan/ error.

 Monitoring

Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas
tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).

Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:


- Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten.
- Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi.
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi
- Kemampuan menerima
- Jumlah dari KLB yang terdeteksi
- Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data.

 Evaluasi

Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:

- Keterwakilan
- Kemampuan menerima
- Kesederhanaan
- Ketepatan waktu
- Kegunaan
- Kepekaan
- Fleksibilitas

 Keterbatasan

Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila:


1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak
terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kapasitas dan peran laboratorium dalam sistem surveilans dan pada saat KLB.

10
 Kepemilikan data

Adalah pada masing-masing tingkat seperti dalam peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Depkes.

11
Lampiran 1:

DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB

1. Diare Akut

2. Malaria Konfirmasi

3. Tersangka Demam Dengue

4. Pneumonia

5. Diare Berdarah

6. Tersangka Demam Tifoid

7. Jaundice Akut

8. Tersangka DBD

9. Tersangka Flu Burung pada Manusia

10. Tersangka Campak

11. Tersangka Difteri

12. Tersangka Pertussis

13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

15. Tersangka Antrax

16. Demam yg tdk diketahui sebabnya

17. Tersangka Kolera

18. Kluster Penyakit yg tdk diketahui

19. Tersangka Meningitis/Encephalitis

20. Tersangka Tetanus Neaonatorum

21. Tersangka Tetanus

12
Lampiran 2: Nomor Urut Format:.........

FORMAT MINGGUAN (W2)

Puskesmas/Pustu/Bidan* ..................................................
Kecamatan ..................................................
Kabupaten/Kota ………………..................................

Periode pelaporan: dari Minggu tgl ……/……/……..sampai Sabtu tgl ……/……/……….

Minggu Epidemiologi ke-: ..........

KODE SMS PENYAKIT JML KASUS BARU


A Diare Akut
B Malaria Konfirmasi
C Tersangka Demam Dengue
D Pneumonia
E Diare Berdarah
F Tersangka Demam Tifoid
G Jaundice Akut
H Tersangka DBD
J Tersangka Flu Burung pada Manusia
K Tersangka Campak
L Tersangka Difteri
M Tersangka Pertussis
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Q Tersangka Antrax
R Demam yg tdk diketahui sebabnya
S Tersangka Kolera
T Kluster Penyakit yg tdk diketahui
U Tersangka Meningitis/Encephalitis
V Tersangka Tetanus Neaonatorum
W Tersangka Tetanus
X TOTAL (Jumlah kunjungan)**

* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan)


** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan

Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110, artinya:


Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10,
jumlah kasus malaria = 15, jumulah kasus tersangka DBD = 3, jumlah kasus kluster penyakit yg tidak diketahui = 4,
Jumlah kunjungan = 110

13
DEFINISI KASUS PENYAKIT
KODE PENYAKIT DEFINISI
SMS
A Diare Akut BAB dengan konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
B Malaria Konfirmasi Demam > 37,5ºC disertai mengigil, berkeringat, sakit kepala dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan
atau pemeriksaan Mikroskopis positif.
C Tersangka Demam Demam yg berlangsung 2-7 hari ditandai dg nyeri sendi, nyeri retroorbital, sakit kepala, kemerahan pd
Dengue badan (ruam)
D Pneumonia pada usia <5 thn ditandai dgn batuk dan tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai
tarikan dinding dada), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita:
• <2 bulan: 60/menit
• 2-12 bulan: 50/menit
• 1-5 tahun: 40/menit
Dan kadang disertai demam.
Pada usia >5thn ditandai dgn demam >38°C, batuk dan kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat bernafas
E Diare Berdarah Diare akut disertai dengan darah ATAU lendir
F Tersangka Demam Tifoid Penderita dengan demam terus-menerus, bertahap dan memanjang atau menetap yang disertai nyeri
kepala berat, mual-mual, hilang nafsu makan, serta dapat diikuti dengan obstipasi atau diare, tanpa
penunjang.
G Jaundice Akut Penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit dan sclera berwarna kuning dan urine
berwarna gelap
H Tersangka DBD Demam 2-7 hari ditandai dgn manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif, ptekie, perdarahan pd
gusi, dan epistaksis atau mimisan.
J Tersangka Flu Burung panas >38°C, dan ada riwayat kontak dengan unggas sakit/mati mendadak.
pada Manusia
K Tersangka Campak Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, batuk, pilek
atau mata merah (konjungivitis)
L Tersangka Difteri panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan
(pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.
M Tersangka Pertussis batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dgn bunyi
“whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
N AFP (Lumpuh Layuh Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun.
Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan kasus digitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada
Penular Rabies manusia .
ATAU
Kasus dengan gejala Studium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Studium
Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan
terhadap ransangan sensorik).
Q Tersangka Antrax (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan,
haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam,
sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang
disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites
dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin
berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis
timbul.
R Demam yg tdk diketahui Demam >38oC, berlangusng dalam 48 jam terakhir,(belum dapat diketahui penyebabnya).
sebabnya
S Tersangka Kolera Diare dengan konsistensi seperti air cucian beras dan berbau amis
T Kluster Penyakit yg tdk Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/ desa
diketahui dalam satu periode waktu yang sama, yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi kasus penyakit yang
lain.
U Tersangka panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada
Meningitis/Encephalitis anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.
V Tersangka Tetanus setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan
Neaonatorum kejang rangsang.
W Tersangka Tetanus ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.

14
Lampiran 3

NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT DALAM SISTEM

PENYAKIT Nilai Ambang


1. Diare Akut Mean + 2SD
2. Jaundice Akut Poisson
3. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 1 kasus
4. Pneumonia Mean + 2SD
5. Diare Berdarah Mean + 2SD
6. Kluster Penyakit yg tdk diketahui 3 kasus
7. Tersangka Difteri 1 kasus
8. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies 1 kasus
9. Kluster Demam yg tdk diketahui asalnya 3 kasus
10. Tersangka Flu Burung pada Manusia 1 kasus
11. Malaria Konfirmasi Mean + 2SD
12. Tersangka Pertussis Poisson
13. Tersangka Antrax 1 kasus
14. Tersangka DBD Poisson
15. Tersangka Demam Tifoid Poisson
16. Tersangka Kolera 1 kasus
17. Tersangka Dengue Mean + 2SD
18. Tersangka Campak 5 kasus
19. Meningitis/Encephalitis Poisson
20. Tetanus Neaonatorum 1 kasus
21. Tersangka Tetanus 1 kasus

Keterangan:

- Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan,dll) atau luas daerah tertentu
- Mean ± 2 SD adalah nilai ambang batas yang dihitung berdasarkan rata-rata jumlah kasus
dalam beberapa minggu ditambah 2 kali standar deviasinya.

15
Lampiran 4

TATACARA PENGAMBILAN, PENGIRIMAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN


Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil Laboratorium digunakan untuk:
 Mendiagnosa suatu penyakit
 Memantau hasil pengobatan
 Memverifikasi penyebab (atau etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.

Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan


persyaratan sebagai berikut :
 Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
precaution)
 Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport yang sesuai.
 Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.

Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh laboratorium sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil
pemeriksaan yang dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil
pemeriksaan. Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lain:
 Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis
 Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang
dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara
cepat.
 Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau
antibodi menjadi berkurang.
 Spesimen tidak dibiakan pada media dan reagents yang tepat.
 Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan

Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan
laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka Hasil pemeriksaan laboratorium akan
dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan
nlaboratorium negatif maka dapat dilakukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis.

Gambar referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk
konfirmasi penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:
 Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB)
 Jenis spesimen yang dikumpulkan
 Waktu pengumpulan spesimen
 Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium
 Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium
 Sumber / referensi sebagai informasi tambahan

Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika
terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai

16
Lampiran 5

Tes Diagnosis dan Manajemen Spesimen dalam Laboratorium

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
Acute flaccid paralysis Isolasi virus polio Stool (tinja) Ambil sample dari setiap kasus  Letakan tinja, masukan kedalam Hasil tes awal umumnya tersedian antara
(Suspected polio) suspek AFP. container/wadah yg tdk bocor, 14-28 hari setelah spesime diterima lab.
beri label secara jelas.
Ambil specimen pertama waktu Bila virus polio liar ditemukan, maka
 Segera tempatkan dalam kulkas
investigasi kasus. program nasional segera membuat
atau coldbox tdk dignakan untuk
rencana aksi yg tepat.
menyimpan vaksin atau obat.
Ambil specimen kedua pada
REFERENCE:  Kirim specimen, sampai di lab
pasien yg sama 24 s/d 48 jam
WHO global action plan for polio dalam waktu kurang dari 72
kemudian.
laboratory containment of wild jam.
Note: Jika tdk ada
polio viruses. WHO/V&B/99.32,  Bila tertunda, spesimen tdk
specimen yang
Geneva, 1999 terkirim dlm jangka 72 jam,
dikumpulkan, evaluasi
pasien setelah 60 hari bekukan spesimen pada suhu
Manual for the virological untuk konfirmasi klinis minus 20oC atau lebih dingin.
investigation of polio Kemudian kirim spesimen dgn dry
polio (AFP)
WHO/EPI/GEN/97.01 ice atau cold packs juga beku
Geneva, 1997 pada suhu -20oC or lbh dingin.
Kumpulkan contoh tinja dari kasus X Letakan spesimen (tinja atau
Kolera Isolate V. cholerae dari kultur tinja Tinja cair atau rectal Tes Kolera mungin tidak secara rutin
suspek kolera pertama. Jika lebih rectal swab) di suatu kontainer
dan menentukanseroipe O1 swab dilaksanakan oleh semua laboratorium.
dari satu suspek, kumpulkan yang tahan bocor , bersih, dan
menggunakan polyvalent antisera
spesimen 5 sampai 10 kasus. steril kirim ke laboratorium dalam Hasil kultur biasanya 2 sampai 4 hari
untuk V. cholerae O1.
Kumpulkan tinja menurut definisi waktu 2 jam. setelah spesimen sampai di
berikut: X Jika penundaan diperkirakan laboratorium.
Jika diinginkan,
lebih dari 2 jam, letakan tinja atau Medai transport Cary-Blair biasanya
mengkonfirmasikan identifikasi
X serangan di dalam 5 hari rektal swab ke dalam medium dalam kondisi stabil dan baik dalam
dengan Inaba dan Ogawa antisera.
yang terakhir, dan transport Cary-Blair. waktu satu tahun setelah persiapan.
Jika medium pengangkut Cary- Tidak diperlukan pendinginan (lemari es)
Jika spesimen bukanlah X sebelum pemberian Blair tidak tersedia, dan spesimen
serotypable, mempertimbangkan; jika kontainer dalam kondisi steril dan
antibiotik dimulai tidak akan menjangkau tersegel. Jika warna berubah (medium
menganggap, V.cholerae O139 laboratorium dalam 2 jam maka:
(lihat catatan di kolom hasil). menguning) atau mengkerut
Jangan menunda perawatan X Simpan pada suhu 4°C - 8°C (mengering), jangan gunakan media itu.
pasien yang mengalami X Jangan biarkan spesimen
dehidrasi. Spesimen-spesimen itu mengering. Tambahkan sedikit serotipe O139 belum dilaporkan di Afrika
bisa dikumpulkan setelah 0,85% NaCl jika perlu. dan hanya jika beberapa tempat di dalam
rehidrasi (ORS atau IV therapy) X Untuk pengiriman, transport Asia barat daya.
REFERENCE:
sudah mulai. dalam kondisi baik dan kontainer Penentuan Serological Ogawa atau Inaba
“Laboratory Methods for the
tahan bocor tidak secara klinis diperlukan. Ini juga
Diagnosis of Epidemic Dysentery
and Cholera”. CDC/WHO, 1999 X Transport Kontainer dalam Cold tidak dibutuhkan jika hasil dari
Box pada suhu 4°C - 8°C polyvalent antisera adalah positif secara
CDC, Atlanta, GA, USA
jelas.

17
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
Air minum atau air Lakukan pengambilan sampel air X Gunakan media Pepton Water dan
bersih dari daerah sekitar terjadinya lakukan pengiriman seperti
kasus/suspek prosedur diatas
Diare Berdarah (Shigella Isolasikan Shigella dysenteriae Kumpulkan sampel ketika terjadi - Tempatkan stool swab atau rectal
Stool or rectal swab. Hasil kultur biasanya tersedia 2 sampai 4
dysenteriae jenis 1) dan shigellae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk suspek KLB. Kumpulkan tinja dari swab dalam media transport Cary-
hari setelah diterima oleh laboratorium.
lain mengkonfirmasikan KLB shigella 5-10 pasien yang mempunyai Blair. Segera kirim ke laboratorium.
diare berdarah dan: Jika ditemukan Isolat SD1 lanjutkan
Catatan: SD1 infeksi/peradangan - Onset di dalam 4 hari yang - Jika media transport Cary-Blair tidak dengan uji kepekaan antibiotik.
Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan
bersifat mudah mewabah dan terakhir, dan tersedia, kirim sample ke Setelah konfirmasi awal 5-10 kasus
uji kepekaan antibiotik dengan
yang dihubungkan dengan tingkat - Sebelum pengobatan antibiotik laboratorium dalam waktu 2 jam dalam KLB, sampel kasus diperiksa hanya
obat yang sesuai.
tingginya terhadap ketahanan diberikan. dalam wadah yang bersih, kering dalam jumlah sampai KLB berakhir.
antibiotik. SD1 adalah shigella dengan penutup yang kuat. Spesimen
paling signifikan karena dapat Ambil/kumpulkan spesimen tinja tidak dipelihara di Cary-Blair secara Lihat pada petunjuk penyakit spesifik di
menyebabkan tingkat kematian dalam wadah yang kering dan signifikan akan mengurangi shigellae Section 8 untuk informasi tambahan
yang cukup tinggi pada usia steril. Hindari terjadinya setelah 24 jam. tentang potensi yang mewabah dari
muda maupun tua. Hal ini kontaminasi oleh material lain. Shigella dysenteriae 1
disebabkan karena bakteri ini Ambil spesimen tinja pada - Jika ruang simpan diperlukan,
dapat berasosiasi dengan bagian yang berdarah atau gunakan temperatur penyimpanan
sindrom uremic yang hemolytic berlendir. 4oC s.d 8oC. Hindari penyimpanan
(HUS). pada temperatur beku

ACUAN: Jika stool tidak bisa dikumpulkan,


- Metoda-metoda Laboratorium maka dapat dilakukan
untuk Diagnosis dari Epidemic pengambilan spesimen rectal
Dysentery dan Cholera". swab dengan menggunakan lidi
CDC/WHO, 1999 kapas steril.

CDC, Atlanta, GA, AS

HIV ELISA untuk HIV Peroleh spesimen menurut Gunakan universal precution untuk
Serum Tes HIV sangat diatur dengan kendali
strategi program nasional memperkecil pajanan terhadap benda
yang tegas untuk release informasinya.
atau HIV/AIDS untuk klinis atau tajam dan cairan tubuh apapun. Hasil lab biasanya tersedia setelah satu
epidemiological sampling.
minggu sejak sampel tiba di
Lihat pada Petunjuk Program Untuk ELISA:
laboratorium.
Nasional HIV/AIDS untuk uji Ambil/kumpulkan 10 ml dari darah
diagnosis yang direkomendasikan vena.

X Biarkan darah dalam tabung


selama 30 menit supaya terjadi
penggumpalan, selanjutnya
darah di sentrifuse untuk
memisahkan serum dari sel
darah.

18
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
REFERENCE: X Secara aseptik tuangkan serum
Guidelines for Second Generation ke dalam tabung bersekrup dan
HIV Surveillance, WHO and steril.
UNAIDS, 2000 X Simpan Serum pada suhu 4oC
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5 X Kirim sampel serum
menggunakan pengemasan yang
sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran.

Lepra Konfirmasi laboraotorium rutin


untuk surveilans tidak diperlukan
Malaria X Adanya parasit dalam sediaan Untuk Blood Smear: persiapkan Untuk Blood Smear:
Darah Hasil usap tebal dan tipis tersedia pada
darah untuk kasus suspek film sediaan darah untuk semua Ambil/kumpulkan darah secara
hari yang sama sebagai persiapan.
Referensi: Biasanya diambil dari kasus yang dicurigai pada fasilitas langsung, benar, bersih dan beri label
“Basic Laboratory Methods in X Hematokrit atau hemoglobin pembuluh kapiler di rawat inap, atau menurut slide mikroskop dan lakukan usap
Medical Parasitology” WHO, untuk suspek malaria pada jari. petunjuk manajemen kasus tebal dan tipis. Pemeriksaan mikroskop slide malaria
Geneva, 1991 anak-anak 2 bulan sampai 5 malaria nasional dapat juga mengungkapkan adanya
tahun. Pada bayi/balita Untuk hematokrit atau X Biarkan usapan mengering secara parasit lain dalam darah.
pengambilan sampel hemoglobin: menyeluruh.
darah dapat dilakukan Dalam pengaturan pasien rawat X Gunakan pewarnaan dengan Perhatikan mutu Giemsa yang digunakan
pada tungkai atau inap, lakukan uji laboratorium teknik yang sesuai.
tempat lainnya bagi pasien dengan anemia berat X Simpan stained dan slide
dikeringkan secara menyeluruh
pada suhu-kamar, hindari cahaya
matahari langsung.

Untuk hematokrit atau hemoglobin:


Kumpulkan spesimen menurut
petunjuk nasional.

Campak Adanya IgM antibody virus Ambil/Kumpulkan sampel darah 5 X Untuk anak-anak, kumpulkan 1
Serum Spesimen sebaiknya sampai di
campak dalam serum suspek campak saat KLB campak sampai 5 ml dari darah vena.
laboratorium dalam 3 hari setelah
(biasanya lebih dari 5 kasus dalam Kumpulkan ke dalam suatu
diambil/dikumpulkan..
kabupaten/kota dalam satu tabung reaksi, pipa kapiler atau
Referensi: bulan) microtainer.
WHO Guidelines for Epidemic Hasil lab biasanya tersedia setelah 7 hari.
Preparedness and Response to Di Negara dalam fase eliminasi: X Pisahkan sel darah dari serum:
Measles Outbreaks X Ambil/Kumpulkan spesimen
WHO/CDS/CSR/ISR/99.1 setiap ada suspek kasus - Biarkan darah selama 30 Jika sedikitnya 2 dari 5 kasus suspek
campak. sampai 60 menit pada suhu- campak adalah konfirmasi laboratorium,
X Kumpulkan serum untuk uji kamar supaya terjadi pemisahan maka KLB tersebut ditetapkan sebagai
antibodi pada kesempatan atau gumpalan darah. Lakukan KLB Campak.
pertama atau pada kunjungan sentifuge pada kecepatan 2000
di fasilitas kesehatan. rpm selama 10-20 menit dan
19
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
tuangkan serum ke dalam
Hindari spesimen dari goncangan
tabung kaca yang bersih.
sebelum serum dikumpulkan.
- Jika tidak ada centrifuge,
letakan sampel dalam lemari Untuk mencegah pertumbuhan bakteri
pendingan semalam (4 sampai 6 terlalu cepat, pastikan bahwa serum itu
jam) sampai terjadi gumpalan dituangkan ke dalam suatu tabung reaksi
dan pemisahan serumi. gelas/kaca yang bersih. Tabung tidak
Tuangkan serum besoknya. perlu steril tetapi bersih.

- Jika tidak ada centrifuge dan


tdk ada lemari es, biarkan darah Angkut serum dalam satu pengangkut
mengendap sedikitnya 60 menit vaksin tangan EPI pada suhu 4-8 derajat
(tanpa goncangan atau sarana celcius untuk mencegah pertumbuhan
lain). Tuangkan serum ke dalam bakteri terlalu cepat (sampai dengan 7
suatu tabung yang bersih. hari). Jika tidak didinginkan, serum
disimpan di suatu tabung yang bersih
X Letakan serum pada 4°C. dalam waktu sedikitnya 3 hari.

X Kirim sampel gunakan


pengemasan yang sesuai untuk
mencegah kerusakan atau
kebocoran-kebocoran selama
pengiriman.

Meningitis Pemeriksaan mikroskop CSF untuk Cairan tulang belakang Kumpulkan spesimen 5 sampai 10 X Persiapkan pasien dan secara Isolasi Neisseria meningitidis, suatu
diplokokus Gram-negatif cerebral (CSF) kasus ketika yang ada sinyal siaga aseptik kumpulkan CSF ke dalam organisme sensitif, mahal, dan sulit. Itu
atau ambang tindakan ( lihat tabung reaksi yang steril dengan memerlukan teknik-teknik sempurna
REFERENSI: Kultur dan isolasi N. meningitis Swab nasopharing "Meningitis" di Section 8) sudah tanda. untuk mengumpulkan spesimen dan
“Laboratory Methods for the dari CSF atau swab nasopharing dicapai. penanganannya dan mahal untuk media
Diagnosis of Meningitis Caused Catatan: CSF adalah X Dengan segera menempatkan 1 dan antisera.
by Neisseria meningitis, spesimen [pilihan ml dari CSF ke dalam suatu botol
Streptococcus pneumoniae and utama ] untuk kultur yang pre-warmed dari medium Spesimen awal dalam satu KLB atau
Haemophilus influenzae”. dan uji mikroskopis. trans-isolate. karena satu demi satu terjadi isolat-isolat
WHO document Jika CSF tidak tersedia, dari N. meningitis harus serotyped dan
WHO/CDS/EDC/99.7 kumpulkan darah (10ml X inkubasi pada pada suhu tubuh satu antibiogram yang dilaksanakan
WHO, Geneva orang dewasa, 1-5 ml (36 sd 37 derajat selsius). untuk memastikan perawatan yang
untuk anak-anak) untuk sesuai.
kultur. X Jangan pernah mendinginkan
spesimen yang akan dibiakkan. Trans Isolate medium (TI) kukuh stabil.
Jaga dengan baik menyimpan pada
X Simpan CSF untuk uji mikroskopis temperatur lemari es (4 derajat selsius)
dan kimia dalam syringe orsinil dan dapat beratahan sampai dengan dua
(replace cap). Dinginkan dan tahun setelah persiapan. Di dalam lemari
20
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
kirim ke laboratorium secepat es, fasa-cair berubah seperti agar-agar
mungkin. hanya pada suhu-kamar. botol-botol TI
Yang Tak Terpakai harus dijaga dengan
ketat tersegel. Jika ada setiap warna
berubah (menguning atau pengabutan
media cair) atau pengeringan atau
adanya penyusutan jelas dan nyata dari
agar-agar merosot, medium itu
sebaiknya jangan digunakan.

PES Isolasi hama Yersinia dari aspirat Aspirat dari bubo-bubo, X Kumpulkan spesimen dari X Spesimen harus dikumpulkan Kultur hanya dikirim ke laboratorium
bubo atau dari kultur dari darah, darah, CSF, dahak, kasus pertama suspek pes. dengan teknik aseptik. Bahan yang memiliki kemampuan diagnostik
CSF atau dahak. mencuci tracheal atau Jika lebih dari satu suspek untuk kultur harus dikirim ke Pes atau WHO Collaborating Center
REFERENSI: bahan-bahan otopsi kasus, kumpulkan spesimen 5 laboratorium menggunakan untuk Pes.
“Plague Manual: Epidemiology, Identifikasi zat darah penyerang untuk kultur sampai 10 kasus sebelum media transport Cary Blair atau
Distribution, Surveillance and kuman kepada Y.pestis F1 antigen administrasi antibiotik. dibekukan (terutama/lebih Hasil kultur akan tersedia sedikitnya
Control”. WHO/CDS/EDC/99.2 dari serum. Darah untuk uji disukai dengan batu karbon dalam 3 sampai 5 hari kerja setelah
WHO, Geneva, 1999 serological X Dengan bubo, suatu jumlah dioksida (CO2 beku). Spesimen yg diterima oleh laboratorium.
yang kecil dari bersifat garam tdk diawetkan harus sampai di
“Laboratory Manual of Plague yang steril (1-2 ml) bisa laboratorium pada hari yang Pengobatan antibiotik harus diaktipkan
Diagnostic tests”. CDC/WHO disuntik ke dalam bubo itu sama. sebelum kultur muncul diperoleh.
publication, 2000, Atlanta, GA untuk memperoleh satu
spesimen yang cukup X Cairan Spesimen (aspirat) harus Pasien Pes seroconvert kepada antigen
terserap oleh suatu kain penyeka F1 Ypestis 7-10 hari setelah serangan.
X Jika antibiotik mulai kapas yang steril dan
diberikan, pes dapat menempatkannya ke dalam
ditetapkan oleh media transport Cary-Blair.
seroconversion (4-fold atau Mendinginkan.
lebih besar titer) kepada
antigen F1 oleh hemaglutinasi X Jika pengangkutan akan
yang pasif yang menggunakan memerlukan 24 jam atau lebih
sera yang dikupas. Serum dan medi transport Cary Blair
harus digambar/ditarik di tidak tersedia, maka bekukan
dalam 5 hari serangan lalu spesimen dan mengirimkannya
lagi; kembali setelah 2-3 dengan kemasan dingin.
minggu.

Sexually transmitted Konfirmasi laboraotorium rutin


infections (STIs) untuk surveilans tidak diperlukan

Adanya baksil tahan asam (AFB) Dahak dari saluran Kumpulkan dahak (bukan air liur) usapan harus diuji pada fasilitas TB mikroskopi dibaca harian. Hitungan
TB Paru:
pada pewarnan Ziehl Neelsen (ZN) nafas bagian bawah untuk usapan mikroskopi kesehatan di mana spesimen itu mengamati mycobacteria dilaporkan
(BTA positif)
(paru-paru) langsung dan menguji sedikitnya diambil. dengan berbagai metoda pelaporan.

21
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
tiga pewarnaan spesimen dengan Lihat pada criteria yang digunakan oleh
REFERENSI: hari yang berbeda (S-P-S) laboratorium penguji.
Laboratory Services in
Tuberculosis Control, Parts I, II
and III. WHO publications
WHO/TB/98.258
Demam-demam hemorrhagic Adanya IgM antibody terhadap Untuk ELISA: Kumpulkan spesimen suspek TANGANI DAN KIRIM SPESIMEN Jasa diagnostik untuk VHF tidak secara
karena virus Ebola, Marburg, CCHF, Lassa atau kasus pertama. PASIEN SUSPEK VHF WITH rutin tersedia. Pengaturan-pengaturan
Demam Dengue Darah utuh, serum atau PERINGATAN EXTREME. GUNAKAN advance biasanya diperlukan untuk jasa
REFERENSI: plasma Jika lebih dari satu suspek, PAKAIAN PELINDUNG DAN VHF diagnostik. Hubungi otoritas
atau kumpulkan pesimen 5 sampai10. MENGGUANAKAN BARRIER National yang sesuai atau WHO.
Infection Control for Viral Untuk PCR: PRECAUTION.
Hemorrhagic Fevers in the Adanya Ebola di kulit post-mortum
African Health Care Setting necropsy Gumpal Darah atau Untuk ELISA atau PCR:
WHO/EMC/ESR/98.2 darah utuh,
serum/plasma atau X Dinginkan serum atau gumpal
Viral Infections of Humans; jaringan/tisu
Epidemiology and Control. 1989. x Pembekuan (-20C atau lebih
Evans, A.S. (ed). Plenum Medical Untuk dingin) spesimen-spesimen
Book Company, New York immunohistochemistry: jaringan/tisu untuk pengasingan
spesimen Kulit atau virus
jaringan/tisu dari
kasus-kasus fatal. Untuk Immunohistochemistry:
X Menentukan/memperbaiki
spesimen carik kulit di dalam
formalin. Spesimen dapat
disimpan sampai 6 minggu.
Spesimen itu tidaklah cepat
menyebar saat dalam formalin.

X Simpan pada suhu-kamar

X Spesimen Formalin-fixed bisa


dikirimkan pada suhu-kamar.

Demam Kuning ELISA untuk menentukan adanya Serum Kumpulkan spesimen dari suspek X Kumpulkan 10 ml darah vena Spesimen sebaiknya sampai di
IgM antibodi demam kuning kasus pertama demam kuning. orang dewasa, 1-5 ml dari anak- laboratorium dalam 3 hari setelah
Referensi: Jika lebih dari 1 suspek, anak. Di suatu tabung reaksi pengumpulan.
District guidelines for Yellow kumpulkan spesimen 5 sampai 10 gelas/kaca yang standar, pipa
22
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnosis Spesimen Kapan Mengumpulkan Bagaimana Menyiapkan, Hasil
Menyimpan dan
Mengapalkan
Fever Surveillance, sampel kapiler atau microtainer. Hindari goncangan spesimen sebelum
WHO/GPVI/EPI/98.09 serum dikumpulkan.
X Sel darah terpisah dari serum:
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri
Yellow Fever. 1998.
- Gumpal dibiarkan menarik terlalu cepat, pastikan bahwa serum itu
WHO/EPI/Gen/98.11
kembali selama 30 sampai 60 dituangkan ke dalam suatu tabung reaksi
menit pada suhu-kamar. gelas/kaca yang bersih. Tabung tidak
Centrifuge pada 2000 rpm untuk perlu steril tetapi cukup bersih.
10-20 menit dan tuangkan serum
ke dalam suatu tabung kaca yang Angkut serum dalam satu pengangkut
bersih. vaksin tangan EPI pada suhu 4-8 derajat
selsius untuk mencegah pertumbuhan
- Jika tanpa centrifuge, bakteri terlalu cepat (sampai dengan 7
sampel ditaruh dalam lemari es hari). Jika tidak didinginkan, serum
semalam (4 sampai 6 jam) disimpan di suatu tabung yang bersih
sampai gumpal menarik kembali. akan baik untuk sedikitnya 3 hari.
Tuangkan serum besoknya.

- Jika tanpa centrifuge dan


tanpa lemari es, biarkan darah
mengendap sedikitnya 60 menit
(tanpa goncangan atau suatu
sarana). Tuangkan serum ke
dalam suatu tabung yang bersih.

X Simpan Serum pada suhu 4°C.

X Kirim sampel serum


menggunakan pengemasan yang
sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran-
kebocoran selama pengiriman.

23
Lampiran 6

BUKU CATATAN LABORATORIUM (LOG BOOK)

Nomer Tanggal Pengambilan Jam Jenis spesimen Nama Pasien Jenis Umur Alamat Tanggal Pengiriman Jam Petugas Diagnosis
Identitas Kelamin Pengambil sementara

24
Lampiran 7

LEMBARAN RUJUKAN SPESIMEN

Format Permintaan Pemeriksaan Spesimen KLB


Nama & Alamat Pengirim Dokter/ Pemeriksa:
(RS/Puskesmas):

Nama Lengkap Pasien: Alamat Pasien:

Umur: Jenis Kelamin:

Informasi Klinis yang penting: Diagnosa Klinis/ Diagnosa sementara:

Tanggal Mulai Gejala: Antibiotik yang telah diberikan:

Jenis Spesimen: Waktu Pengambilan Spesimen:

25
Lampiran 8
Format Penyelidikan Epidemiologi Umum

Kabupaten/Kota:……………………………………………… Kecamatan:……………………………….
Desa:………………………………………...

Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan :……………………..............................

Tanggal:…../……/…….

Nama Petugas : …………………………………………………….

Suspek Penyakit / Syndrom : Gejala dan Tanda yang timbul :

Berikan tanda () pada kotak dibawah ini : Berikan tanda () pada kotak dibawah ini:
[ ] Diare Cair Akut ( suspek Kolera) [ ] BAB lembek
[ ] Diare Akut [ ] BAB cair seperti cucian beras
[ ] Diare Akut Berdarah [ ] BAB Berdarah/ lendir
[ ] Sindrom Akut Joundis [ ] Demam
[ ] Suspek Meningitis / Encephalitis [ ] Hipothermia
[ ] Infeksi Akut Saluran Pernafasan Bawah [ ] Kemerahan (rash)
[ ] Suspek Campak [ ] Lesi Kulit Lainnya
[ ] Demam yang tidak diketahui sebabnya [ ] Batuk
[ ] Suspek Malaria [ ] Napas berbunyi (stridor)
[ ] Suspek Demam Dengue [ ] Dispnoe (sulit bernapas)
[ ] Demam Berdarah Akut [ ] Muntah
[ ] Kluster Kasus Kematian Penyakit yang [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
tidak diketahui sebabnya [ ] Kaku kuduk
[ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Kejang
[ ] Suspek Tetanus [ ] Koma
[ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak
[ ] Suspek Avian Influenza [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat )
[ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Perdarahan Gusi
[ ] Lainnya ( sebutkan ) : [ ] Ptekhie
[ ] Mimisan
[ ] Konjungtivitis
[ ] Sakit kepala
[ ] Lain-Lain (sebutkan):

TOTAL JUMLAH KASUS YANG DILAPORKAN :

26
Data Kasus
Nomor Usia Alamat Jenis Tanggal Jenis Terapi Kondisi Diagnosis
Kasus: Kelamin Onset Spesimen yang Sekarang
(dd/mm/YY) yang diberikan (**)
diambil
(*)

* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS=Liquor serebro Spinal, U=Urine, L= Lainnya
(sebutkan )
**Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal

Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya , ada beberapa Pertanyaan yang perlu ditanyakan
sebagai berikut:

Pertanyaaan:

A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus


1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?
Tolong Jelaskan :

2. Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit?

3. Selama sakit gambaran klinis apa saja yang nampak?

27
B. Epidemiologi
1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?

2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,
dan sumber air ?

3. Adakah kelompok yang spesifik?

C. Sumber yang memungkinkan

1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya),
minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distributor
tunggal atau dari pabrik?I

2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah dikumpulan di tempat tersebut seperti buah,
sayur mayor, ikan, dan jamur?

3. Adakah sumber air yang dipakai bersama?

4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayoritas kasus?

5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa
digunakan?

6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?

28
Lampiran 9
Format Sistem Manajemen Rumor KLB

Lampiran 10

Status:
Kejadian Populasi Tgl Laporan Kronologis Tgl Mulai 1) dlm proses
Lokasi Waktu Kejadian
Penyakit Risiko Diterima Kejadian Verifikasi verifikasi
2) telah verifikasi

29
DAFTAR PENYAKIT ATAU KEJADIAN
YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA (<24 JAM)
KE DINAS KESEHATAN

Jika anda menemukan penyakit dibawah ini segera hubungi dinas kesehatan kabupaten/ kota

 Tersangka Kolera
 Tersangka Flu burung pada Manusia
 Tersangka Flu Burung pada Unggas
 AFP (Lumpuh Layuh Akut)
 Tersangka Difteri
 Meningitis/Encephalitis
 Tetanus Neonatorum
 Keracunan Makanan
 Tersangka Antraks
 Gigitan Hewan Penular Rabies
 Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui

DR._____________

TELEPON:__________________

Jika Telepon Tidak Dapat Dihubungi , Anda dapat menghubungi Telepon Kantor
Dinas Kesehatan pada Bagian Seksi Surveilans

Ingat masing-masing kasus diatas sangat penting untuk segera dilakukan


penatalaksanaan kasusnya

30
Lampiran 11

INFORMASI PENTING TENTANG RUMOR ATAU KEJADIAN

Jika anda mendapatkan telepon tentang kejadian atau kasus penyakit


potensial KLB lakukan klarifikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah Kasus
2. Jumlah Kematian
3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit
4. Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan
Waktu Kejadian
5. Kapan Waktu Awal Kejadian
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke
Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat

Informasikan hal tersebut diatas kepada petugas surveilans dinas


kesehatan propinsi

TELEPON:………………………..

31
Lampiran 12

SEGERA LAPOR BILA TERJADI KLB !!!!

Bila menerima informasi tentang kejadian penyakit dari kabupaten/kota


yang ada di wilayah propinsi lakukan segera klarifikasi dan investigasi
untuk konfirmasi.

Jika hasil konfirmasi merupakan kejadian luar biasa maka segera


melaporkan kepada Subdit Surveilans Epidemiologi Ditjen PP&PL
DEPKES RI.

TELEPON : ___________________

FAX : ___________________

EMAIL : skd_klb@yahoo.com
surveilans.terpadu@gmail.com

32
Kontributor:

Dr. Andi Muhadir, MPH


Dr. Hari Santoso, SKM, M.Epid
Frank Mahoney (CDC-Atlanta)
Augusto Pinto (WHO-SEARO)
Gina Samaan (WHO-INDONESIA)
Prasetyo Wicaksono (WHO-INDONESIA)
Edy Purwanto, SKM, MKES
Dr. Iqbal Djakaria
Dr. Mieke Vennyta
Viviyanti Sidi, SKM
Dr. Nani Rizkiyati, M.Kes
Dr. Darmawali Handoko
Sukman Didi, SKM, M.Kes
Dr. Elvieda Sariwati
Dr. Soitawati
Subdit Malaria
Subdit Arbovirosis
Subdit ISPA
Subdit Zoonosis
Subdit Diare
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-propinsi Lampung

33

Anda mungkin juga menyukai