Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PETROGRAFI

Disusun Oleh :

Nama : Gusti Rendi W

No.Mhs : 410012090

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
OLEH :

Gusti Rendi W

410012090

Diajukan sebagai laporan akhir praktikum petrografi

Yogyakarta, 4 Juni 2014

ASISTEN PETROGRAFI

LABORATORIUM HARD ROCK

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Petrografi yang di
semester 4 jurusan teknik geologi STTNAS Yogyakarta ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen Petrografi yaitu IR.
Dianto Isnawan, ST,MT yang dengan tabah berkenan membimbing dan mengajar pada mata
kuliah Petrografi sehingga kedepannya mahasiswa didik dapat menerapkan apa yang didapat
di semester ini dan kepada kakak-kakak asisten praktikum telah memberi sedikit bimbingan
dalam penyusunan laporan Petrografii serta pihak-pihak yang tentu tidak bisa disebutkan satu
per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Petrografi ini.

Demikian pula dengan tugas ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun tetap penyusun nantikan demi kesempurnaan laporan
praktikum dan laporan-laporan yang akan diberikan di lain waktu.

Yogyakarta, 4 Juni 2014

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………….. 1

Halaman Pengesahan……………………………………………………… 2

Kata Pengantar.............................................................................................. 3

Daftar isi…………………………………………………........................... 4

BAB I Pendahuluan

I.1 Pengertian Petrografi ........................................................................ 6

I.2 Maksud dan Tujuan ................................................................... 7

BAB II Petrografi Batuan Beku

II.1 Pengertian Batuan Beku.................................................................... 8

II.2 Tekstur...............................................................................................8

II.2.1 Tekstur Khusus................................................................................ 10

II.3 Struktur............................................................................................. 14

II.4 Klasifikasi......................................................................................... 16

II.4.1 Konsep Kerabat Batuan................................................................... 16

II.4.1.1 Batuan Beku Asam...................................................................... 17

II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet............................................................ 20

II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra basa............................................... 23

II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya........ 25

II.4.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen.................... 29

II.4.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Anthony R. Philphot (1989) 30

II.5 Penentuan Jenis Plagioklas................................................................ 31

4
II.6 Petrogenesa....................................................................................... 33

BAB III Petrografi Batuan Sedimen

III.1 Pengertian Batuan Sedimen.............................................................. 35

III.2 Tekstur.............................................................................................. 35

III.3 Komposisi Mineral Batuan............................................................... 39

III.4 Struktur............................................................................................. 39

III.5 Klasifikasi......................................................................................... 41

III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan Breksi........................................ 42

III.5.2 Klasifikasi Batupasir................................................................ 42

III.6 Petrogenesa.................................................................................... 49

BAB V Petrografi Batuan Metamorf

IV.1 Pengertian Batuan Metamorf..................................................... 51

IV.2 Metamorfisme............................................................................. 51

IV.3 Tekstur........................................................................................ 53

IV.3.1 Tekstur Secara Petrografis........................................................... 53

I V.3.2 Tekstur Metamorfisme ............................................................... 54

IV.4 Struktur....................................................................................... 56

IV.4.1 Struktur Foliasi........................................................................... 57

IV.4.2 Struktur Non Foliasi................................................................... 58

IV.5 Klasifikasi.................................................................................. 59

IV.6 Petrogenesa.................................................................................. 61

KESIMPULAN.......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 65

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Pengertian Petrografi

Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan. Pengamatan


seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop, dengan tentunya didukung
oleh data-data pengamatan singkapan batuan di lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-
tama akan diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan
sangat membantu dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang
terjadi selama pembentukan batuan.

Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang mmempelajari
batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk didalamnya untuk dipergunakan
sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian dan klasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi
pada batuan pertama-tama melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan
penentuan komposisi dan hubungan tekstural antar butir batuan,
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana
petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan
dan menerangkan asal-ususl batuan.

Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :

1. Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat
hasil magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan
hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil kegiatan organisme (Pettijohn,
1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari suatu
batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat
sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur,
HGF. Winkler, 1967,1979).

6
1.2 Maksud Dan Tujuan Pembelajaran Petrografi

Maksud dan Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan
batuan secara optis sehingga dapat diketahui pertologinya, hal ini akan sangat terbatas tanpa
bantuan dari cabang ilmu geologi lain, seperti mineralogi, mineral optik, petrologi, dan
petrografi. Kepentingan Petrogafi dalam hal ini merupakan bagian sangat berarti dalam
petrologi ( ilmu tentang pembentukan batuan ).
Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan,
selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam pengelompokan batuan
selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama pembentukan batuan.

7
BAB II
PETROGRAFI BATUAN BEKU

II.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah cairan
silikat pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (900 - 1300 0 C), terbantuk alamiah dan berasal dari dalam
perut bumi atau bagian atas selimut atau cenderung bergerak kebagian permukaan bumi. Karena hasil
pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang
menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk
kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.

Dalam mempelajari, menganalisa dan menginterprestasikan batuan beku terdapat


beberapa hal yang sangat mendasar yang harus diperhatikan yaitu kenampak secara optik dan
makronya.Dalam penamaan batuannya juga menggunakan persentasi mineral primer sebelum
terjadi ubahan, namun dapat digunakan kata terubah lajut dibelakangnya.Dalam mempelajari
sayatan tipis :Thin Section” juga dipelajari bersama-sama contoh setangannya,dikarenakan
sayatan tipisnya tidak mewakili batuan secara menyeluruh, juga persentasi kehadiran
mineraloginya.

II.2 Tekstur

Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada disekitarnya,
tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh dari kenampakan
mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk butir, dan pertumbuhan bersama
Kristal. Tekstur merupakan kenampakan hubungan antra komponen dari batuan yang dapat
mereflikasikan sejarah kejadiannya atau petrogenesa.

Tekstur tergantung atas beberapa faktor :

1. Tingkat kristalisai
a. Holokristalin : Seluruhnya terdiri dari massa kristal – kristal

8
Gambar : Holokristalin
b. Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas

Gambar : Hollohialin

c. Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdi dari massa
gelas.

Gambar Hipokristalin
2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
1. Halus : Ø < 1 mm.
2. Sedang : Ø 1 – 5 mm.
3. Kasar : Ø 5 – 30 mm.
4. Sangat kasar : Ø > 30 mm.

3. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi bentuk
butirnya.

9
a. Euhedral/Idiomorfik (Automorfik), Krisral – Kristal mempunyai bentuk
lengkap dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
b. Anhedral/Allotriomorfik (Xenomorfik), mineral tidak mempunyai bentuk
sendiri yang jelas.
c. Subhedral/Hipidiomorfik, bentuk – bentuk Kristal kurang baiksebagian sisi
Kristal tidak jelas batasnya.

Anhedral Subhedral Euhedral

4. Hubungan Kristal
- Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai ukuran butir
hampir sama atau seragam.
- Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai ukuran butir
yang tidak sama atau tidak seragam.

II.2.1 Tekstur khusus.

Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses kristalisasinya,


seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi dalam (plutonik) memiliki
tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh
adalah bentuk kristal batuan beku dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar
anhedral hingga subhedral (Tabel)

Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik

Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal dan
Batuan Vulkanik
(plutonik) Ekstrusi
Tekstur
10
Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular
Subhedral-
Bentuk kristal Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
anhedral

Ukuran kristal Kasar (> 4 mm) Halus-sedang Halus-kasar

Porfiritik: intermediet-
Porfiritik-poikilitik
- basa
Tekstur khusus Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam-intermediet
Derajad Hipokristalin Hipokristalin
Holokristalin
Kristalisasi Holokristalin Holokristalin
Zoning pada
plagioklas, tumbuh
bersama antara
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal

a) Tekstur trakitik

 Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran
 Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
 Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria;
gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang

11
Gambar V.1. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah
orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik
juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan
piroksen orto.

b) Tekstur Intersertal

 Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial.

Gambar V.2. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar
kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit

c) Tekstur Porfiritik

 Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang
dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
 Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
 Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur
glomeroporphyritic.

12
Gambar V.3. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam
massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar
plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii)

d) Tekstur Ofitik

Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara
acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih
besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar
V.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara
bersamaan.

Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari intergranular


menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku
basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt
dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih
lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik
(dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit
antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.

13
Gambar V.4. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino

Gambar V.5. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.

II.3 Struktur

Struktur Batuan Beku

Struktur batuan yang berhubungan dengan magma dikenal dengan struktur batuan vulkanik,
struktur batuan plutonik, dan struktur dari hasil inklusi. Struktur batuan beku yang pada umunya
merupakan kenampakan skala besar sehingga dapat dikenali dilapangan seperti :

a. Perlapisan
b. Lineasi (laminasi, segregasi)
c. Kekar (lembar, tiang)
d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)
e. Aliran

14
 Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas;
dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit,
gabro dan inti andesit
 Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur;
dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan
vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
 Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur; dijumpai
pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam.
 Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral
lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit
dan andesit

Gambar V.6. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing
mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral
plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah)
dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm

15
rongga
rongga

rongga

rongga
rongga

rongga

Gambar V.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas saat
pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada
posisi nikol sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas
fenokris plagioklas berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-
1,5 mm, dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas
dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter <1 mm.

II.4 Klasifikasi

II.4.1. Konsep kerabat batuan

Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954) mengelompokkan kerabat
batuan beku meliputi :

 Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir


 Karabat batuan gabro kalk alkali
 Kerabat batuan gabro alkali
 Kerabat batuan diorite monzonit syenit
 Kerabat batuan granodiorit adamelit granit

16
Tabel 2.1 Diagranm ciri-ciri kerabat batuan beku, Williams, 1954.

II.4.1.1 Batuan Beku Asam

Kerabat Batuan Granodiorit - Adamelit - Granit

a. Pembagiannya didasarkan atas perbandinganKF dengan TF.


b. Dibedakan dengan kerabat batuan Diorit – Monzonit – Syenit dari jumlah
kuarsanya :
- Ciri – ciri : - kuarsa > 10%
- KF > 1/8 TF
- Indeks warna 10
- Mineralogi : - kuarsa -
Horblende <<
- Plagioklas asam (albit)

- Biotit >>

17
Jenis batuan :

1/8TF < KF< 1/3TF < KF< KF > 2/3


TEKSTUR 1/3TF 2/3TF TF

Halus Dasit Riodasit Riolit

Kasar Granodiorit Adamelit Granit

Tekstur Halus

 Kelompok Dasit – Riodasit – Riolit


 Mempunyai titik lebur yang rendah
 Tekstur yang khas : vitroferik, porfiritik, grafik, granofirik.
 Dasit
 Indeks warna 10
 Tekstur : porfiritik, vitroferik
 Mineralogi : - kuarsa > 10%
- Biotit >>
- Hornblende <
- Plagioklas asam (albit)
 Pada fenokris kuarsa sering memperlihatkan “embayment” akibat proses korosi
larutan magma sisa.

 Riodasit
 Tekstur : trakhitik, vitroferik
 Mieralogi : - kuarsa > 10%
- plagioklas asam,
- mafik mineral : Hornblende <
Biotit >>

 Riolit
 Tekstur Holokriatali, holohialin
 Mineralogi : - kuarsa >105

18
- KF > 2/3 TF
- Plagioklas asam (albit)
- Sering terdapat tekstur “Grafik” (pertumbuhsn bersama antara KF
dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit :

 Potash Riolit :
- kaya K
- Mineral mafik : biotit, hb
- embayment sangat jarang
 Soda Riolit : kaya akan Na
 Mineral mafik : amfibol

Tekstur Kasar

 Granodiorit
 Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus “Granophirik”
- KF sering tumbuh bersama.
 Mineralogi : - Plagioklas (andesin)
- Orthoklas
- Kuarsa > 10%
 Adamelit
 Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus Granofirik, Grafik
- Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas asam).
- Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.
 Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)

- Mafik mineral : Hb <

Biotit  khas

19
 Granit
 Tekstur : - Hipidiomorfik granular, kadang porfiritik
- Khas : Granofirik, Grafik, rapakivi, mkirmekitik
 Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)

- Mafik mineral : Biotit >>


Hb jarang

- Bila hornblende > 10%  Granit hornblende


 Granit kalk alkali
- Mafik mineral : Hb hijau, biotit, kuarsa >>, muskovit
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, bijih besi, sphene.

 Granit alkali
- Mafik mineral : Hb coklat  anhedral
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll
II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet

Kerabat Batuan Diorit - Monzonit - Syenit

Ciri - ciri : - Cl < 40

a. Kandungan silica 52% - 66%


b. Tidak mengandung kuarsa atau < 10%
c. Feldspar : Plagioklas An50
d. Alkali feldspar (KF)
e. Tekstur : porfiritik
f. Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitriferik, trachyt
g. Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, Olivine, Piroksen.
h. Mineral penyerta : apatit, zircon

20
Jenis batuan :

KF<1/3T 1/3TF < KF< KF > 2/3


TEKSTUR F 2/3TF TF Feldspatoid
Halus Andesit Trachyandesit Trachyt Phonolite
Kasar Diorit Monzonit Syenit Feldspatoid
syenit

 Berbutir Halus
 Andesit
Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik

Komposisi : - KF < 1/3 TF

- Plagioklas < An50 (oligoklas, Andesine)


- Mineral Mafik : Piroksen < , amfibol, Olivine <<< (jarang)

Berdasarkan kandungan mineral mafik (>10%)

 Andesit olivine (okivin > 10%)


 Andesit piroksen (piroksen > 10%)
 Andesit hornblende/biotit (hornblende/biotit >10%)

 Propilit : Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi


mineral sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah. Perubahan
tersebut karena larutan hydrothermal (“Propilitisasi”).
 Trachyandesit (Latite)
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik

Komposisi : - Kf > 10%

- Plagioklas < An50 (oligoklas, andesine)


- mineral mafik : Hb >>, Px <<

21
- mineral penyerta : apatit, zircon
- masa dasar : kriptokristalin atau gelas
 Trakhit
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik

Komposisi : - Kf > 2/3 TF

- mineral mafik : Amfibol, biotit, piroksen <<


Masa dasar : mikrolit

Bila mengandung kuarsa > 10% = Rhyolit

Bila mengandung feldspatoid > 10% = Phonolit

Sulit dibedakan dengan trachyandesit

 Ponolit

 Berbutir Kasar
 Diorit
 Monzonit
 Syenit

 Diorit
Tekstur : Equigranular, kadang – kadang Porfiritik

Komposisi : - Plagioklas < An50 (Andesin)

- Orthoklas sedikit, KF < TF

- mineral mafik : Px << , Hb >>, Biotit <<<


Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Diorit kuarsa

Mineral penyerta : Apatit, Zircon

Struktur zoning pada plagioklas macamnya progressive zoning, reverse zoning,


oscillatory zoning.

22
 Monzonit
Peralihan antara syeit dan diorite

Indeks warna 30 – 40

Tekstur : Equigranular, hipidiomorfik granular

Tekstur khusus : poikilitik, pertit/antipertit, mirmekit

Komposisi : - KF = Plagioklas

- mineral mafik : Px , Hb, Biotit


- kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Monzonit kuarsa

Bila kuarsa banyak : Adamelit

 Syenit
 Indeks warna (cl) rendah
 KF > 2/3 TF
 Kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik

Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid > 10 % : Feldspatoid syenit.

II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra Basa

 Dasar Teori
 Kerabat Batuan Gabbro Alkali
Ciri – ciri umum : - Cl 40 – 70

- Kandungan SiO2 45 – 52 %

- Feldspar / feldspatoid (>10 %), untuk membedakan


dengan kerabat batuan gabbro kalk alkali.

- Mineralogy : olivine, piroksen

- Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik, intersertal,


poikilitik, trakhitik.

23
Macam – macam batuannya :

 Tekstur halus / berbutir halus


 Trachybasalt
 Spilite
 Tekstur kasar
 Kentalinite
 Shonkinite
 Malignite

 Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali


Ciri – ciri : - Indeks warna (Cl) > 40

- Plagioklas basa An50 – An80


- SiO2 45 % – 52 %
- Kuarsa, K. Feldspar bias hatir / tidak hadir denga kehadiran <
10 %.
- Mineralogy : olivine, piroksen

Macam – macam batuannya :

 Tekstur halus / berbutir halus


 Basalt
 Basalt olivine
 Diabas
 Tholeitik basalt
 Tekstur kasar
 Gabbro
 Norit
 Eucrit
 Anortosit
 Olivine gabbro
 Troctolit

24
 Gabbro kuarsa

 Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir


Ciri – ciri : - Disebut juga sebagai batuan atau kelompok peridotit

- Indeks warna (Cl) > 70


- Tidak mengandung feldspar
- Kandunga silica < 45 %
- Mineral utama adalah mieral mafik
- Umumnya berbutir kasar
- Mineral bijih : kromit, magnetit
- Dijumpai pada dasar intrusi (sill, lapolith)
- Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari
substratum (mantle atas)
- Merupakan batuan yang tersuisun oleh mineral – mineral yang
membeku pada kesempatan pertama.

Macam – macam batuannya :

 Tekstur halus / berbutir halus


 Picrite
 Limburgite
 Tekstur kasar
Dunite
Peridotite

II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya

(a) Kelompok batuan beku intrusi plutonik


1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit

Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada wilayah
dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai samudra
dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap,

25
mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik
(plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan
basanit. Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan toleeit.

Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan


didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa dan ultra
basa (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10%
sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan
olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar V.2 bawah).
batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar V.2. atas).
Batuan ultra basa terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain
(Gambar V.2 bawah).

Gambar V.8. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber
IUGS classification)

26
2) Batuan beku asam - intermediet

Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik


kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini
membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan
beku kaya kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa
maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit;
sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan
anorthosit (Gambar V.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka
tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.

Gambar V.9. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa,
alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)

(b) Kelompok batuan beku luar

27
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur
vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api
yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung
api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak
mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini
dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).

Gambar V.10. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas
kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS
classification)

Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di
samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende
(amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral
asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
28
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi
magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi
dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-
trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.

II.4.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen

Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.

29
Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.

II.4.4 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

Gambar : klasifikasi batuan beku ultramafik ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

30
Gambar 2.3 klasifikasi batuan beku Volcanic ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

II.5 Penentuan Jenis Plagioklase

Cara penentuan Jenis plagioklase yaitu dengan melihat jenis kembarannya, ada 3 metode
dalam penentuan plagioklase yaitu :
1.Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan kurva :Michel Levy.
2.Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva F.E Wright
3.Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.

Gambar Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit

31
Gambar Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan
kurva:Michel Levy.

Gambar Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva F.E Wright.

32
Gambar Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.

II.6 Petrogenesa

Petrogenesa batuan beku cukup didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan
beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava).
Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan
batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari
kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill,
dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1!). Karena pembekuannya di dalam, batuan
beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian,
kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik,
sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi
dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya
memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.

33
Gambar V.11. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan dike

34
BAB III
PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN

III.1 Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan dari bahan
endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi,
suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa – sisa tetumbuhan dan hewan yang sudah mati.
Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena ketidakstabilan secara kimia maupun
secara fisika dari pembentukan batuan beku maupun batuan metamorf terhadap kondisi
atmosfer. Keseimbangan yang baru ini akan membentuk material baru ataupun material
rombakan sebagai material pembentuk batuan sedimen.

Di dalam proses sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan


litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk di dalam kelompok batuan sedimen, karena
dihasilkan langsung dari aktivitas gunungapi, tidak ada proses erosi. Terdiri dari:

 Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksi butirannya


 Batuan sedimen non-klastik --- menyesuaikan dengan kondisi batuannya.

III.2 Tekstur
Tekstur batuan sedimen merefleksikan sejarah pembentukannya.Tekstur batuan sedimen
terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan Non klastik (tekstur yang
dihasilkan tidak dari proses transportasi : kalsitifikasi, evaporit, biokimia, dan proses
alami lainnya),Tekstur batuan sedimen terdiri dari :

a. Bentuk butir
Bentuk butir didapatkan berdasarkan perbandingan diameter panjang, menengah dan
pendek. Maka eda empat bentuk butir didalam batuan sedimen yaitu : Oblate, Equant,
Bladed,dan Prolate.

35
Gambar: Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod).

b. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan dari butir sedimen maka kategori kebundaran
ditunjukan dalam enam tingkat, yaitu :

1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)


2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar: kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
c. Ukuran Butir

36
Pada umumnya ukuran butir pada batuan sedimen menggunakan klasifikasi Pettijohn,
yaitu :

Ukuran butir Nama butiran Nama batuan


(mm)
Boulder/ bongkah Breksi ( bentuknya
Ø – 256 runcing)
Cobble/ kerakal Konglomerat
64 – 256 ( bentuknya
relative membulat
4 – 64 Pebble Batupasir kasar
2–4 Granule ( kerikil ) Batupasir sedang
1/16 – 1/ 2 Sand ( pasir ) Batupasir halus
1/16 – 1/256 Silt ( lanau ) Batulanau
Ø Clay ( lempung ) batulempung

d. Kemas/ fabric
Pada batuan sedimen kemas terbagi kedalam dua istilah yaitu kemas tertutup dan kemas
terbuka.

1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau
bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran
butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported.
Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast
supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar : memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah
memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.

37
Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir
sertahubungan antara butir matrik.

e. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sediment,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya juga seragam maka
pemilahan semakin baik.

1. Pemilahan baik, bila ukuran butir dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir didalan batuan sedimen ada yang
seragam dan ada yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen sangat seragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat dalam batuan sedimen
dengan kemas terbuka.

Gambar Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.

38
f. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori didalam batuan. Batuan
dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila dijumpai pori. Sedangkan batuan
dikatakan berporositas rendah apabila kenampakannya kompak atau tersementasi dengan
baik sehingga tidak ada pori.

g. Permeabilitas

Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri dari batuan yang
permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air dan batuan impermiabel yaitu batuan
yang tidak dapat meloloskan air lewat porinya.

III.3 Komposisi Mineral Batuan

Mineral-mineral yang biasanya menyusun batuan sediment berupa mineral tek stabil
(olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan mineral stabil (albit, ortoklas,
mikroklin, muscovite, dan kuarsa).

Mineral tak stabil terbagi dalam dua kelompok yaitu :

 Mineral Alogenik
Mineral ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil yaitu olivine, piroksen,
plagioklas Ca (An 50 – 100), hornblende, andesine – oligoklas, sfene, epidot, andalusit,
staurolit, kianit, megnetit, ilmenit, garnet, dan spinel.

 Mineral Autigenik
Mineral stabil dalam kondisi diagenesa dan tidak stabil dalam proses pengendapan,
yaitu : gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya akan Ca),
klorit, ortoklas, mikroklin.

Mineral stabil dalam siklus sedimentasi baik mineral alogenik maupun produk autigenik
seperti : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit, tourmaline, sirkon, rutil, brokit,
anatase.

III.4 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan Dari perlapisan normal dari batuan
sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi pembentukannya.
Pembentukannya dapat tejadi pada waktu pengendapan ataupun segera setelah proses
pengendapan.Pembelajaran struktur sedimen akan sangat baik dilakukan di lapangan
(Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat dikelompokkan

39
menjadi 2 yaitu: struktur syngenetik dan struktur epygenetik.
1. Struktur syngenetik
a. Karena proses fisik
 Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal:(contoh: bentuk lembaran, lensa, lidah,
delta,dan lain-lain).termasuk didalamnya berupa konkresi menjari dan melidah.
 Struktur intemal : tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh: a.Perlapisan
dan laminasi: pelapisan normal, perlapisan silang siur, perlapisan
bersusun.b.Kenampakan
permukaan lapisan: ripple mark, md curk, rain drops print, swash and rill marks, flute
cast dan load cast.c.Struktur deformasi: terjadinya perubahan struktur batuan pada
saat sedimen terendapkan karena adanya tekanan).
b. Karena proses biologi
 Struktur ekatenal: contoh: biostromes dan bioherm.
 Struklur intemal: contoh: fosil dalam batuan.
2. Struktur epigenetik
a. Karena proses fisik
 Struktur eksternal: kelihatan dari luar, (contoh: batas antara tiap lapiaan seperti
batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak selaras: lipatan dan struktur).
 Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh: "clastic
dike” yaitu terjadi karena adanya tekan hidrostiatika yang kuat sehingga
materlal seperti diinjeksikan).
b. Karena proses kimia dan organisme
Contoh: Corrosion zone, concreations, stilolites, cone in cone, crystal mold and cast
seins and dike.

III.5 Klasifikasi

40
Berdasarkan proses dominan yang mempengaruhi: Sedimen Klastika terrigen
(silisiklastika atau epiklastika); Sedimen biogen, biokimia dan organik; Sedimen
kimiawi dan Sedimen volkaniklastika.

Sedimen klastika Sedimen biogen, Sedimen kimiawi Sedimen


terrigen biokimia & volkaniklastika

organik
Konglomerat/ Batugamping, Sedimen evaporit Ignimbrit,
breksi, batupasir rijang, fosfat, dan “ironstone” aglomerat, tuf
dan mudrocks batubara dan “oil
shale”
Tabel : Klasifikasi Batuan Sedimen

Gambar : Klasifikasi batuan sedimen (Koesoemadinata 1981)

41
Gambar : Klasifikasi umum batuan sedimen

III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan breksi

Gambar : Klasifikasi Batuan sedimen yang fragmennya pebble dan cobble.

III.5.2.Klasifikasi Batupasir
Bahan penyusun utama batu pasir:
• Kuarsa/silika (kuarsa, opal & kalsedon)
• Felspar (K-felspar & plagioklas)
• Fragmen batuan

42
MUDROCKS
WACKES
QUARTZ ARENITES quartzwacke
quartz arenite
s ubarkos e 5

s ublitharenite
25
arkos e
lithicarkos e 75

lith- 50
arkos ic arenite
arenite 15

FELDSPAR
50

0
ROCK FRAGMENTS

Gambar5.1 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1973)

Gambar5.2 Klasifikasi batupasir (modifikasi dari Dott, 1964 dalam WTG


1982.Komponentiga mineral dari pasir : Q kuarsa, F feldsapr, dan L lithik.

Gambar :Sayatan tipis batuan Quartz arenit

43
Gambar 5.21 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn dimodifikasi (1973)

Gambar 5.3 klasifikasi batuan sedimen menurut gilbert, 1954.

44
Macam – macam batu pasir menurut Pettijhon (1973), yaitu :

• Feldspathic sandstone (Batupasir felspar) : Batupasir dengan penyusun utama felspar


(felspar > 10 %)

• Arkose : jenis batupasir felspar yang banyak juga mengandung kuarsa (Gbr. 7-7, hal.
214, Pettijohn, 1975).

• Lithic sandstone (Batupasir litik) = batupasir graywacke, yaitu batupasir dimana


proporsi fragmen batuan sama dengan proporsi felspar.

• Batupasir subgraywacke = lithic arenit, yaitu batupasir dengan matriks < 15 %, dan
proporsi butiran lithik sebanding dengan felspar, yaitu 25 %.

• Quartz arenit = batupasir kuarsa, yaitu batupasir dengan penyusun utama mineral
kursa.

Batupasir yang lain:

• Green sand: batupasir banyak mengandung glaukonit.

• Phosphatic sandstone: batupasir banyak mengandung mineral fosfat.

• Calcarenaceous sandstone: batupasir yang tersusun oleh detrital kuarsa dan karbonat
(dalam bentuk pecahan cangkang atau oolit).

• Calcareous sandstone: batupasir dimana karbonat berfungsi sebagai semen.

• Calclithites: batupasir dimana komponen litik berasal dari rombakan batuan karbonat.

• Ilacolumite: Batupasir banyak mengandung sekis (Fig. 7-32, hal. 247, Pettijohn,
1975).

V.5.3 Sedimen Karbonat (Non Klastik)

Gambar : Klasifikasi batu gamping Folk (1959 dalam WTG, 1982)

45
Gambar : Tekstur batugamping menurut Dunham (1962 dalam Tucker & Wright, 1990)

Gambar :Klasifikasi batugamping berdasar kedewasaan tekstur (Folk,1959 dalam Tucker &
Wright, 1990)

46
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Dunham dalam Tucker & Wright, 1962
oleh C.G.St.C Kendal 2005)

Gambar : Klasifikasi dan penamaan batugamping (Dunham, Folk, Grabau dalam WTG
1982).

47
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Folk 1959 dalam Tucker & Wright, 1962
oleh (C.G.St.C Kendal 2005)

Gambar : Klasifikasi Tekstur Batugamping terumbu oleh Embry & Klovan (1971) dan James
(1984).

48
Gambar : Klasifikasi Lempung karbonat ~ batugamping oleh Barth, Correns dan Eskola
1939.
III.6 Petrogenesa
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh
penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.

Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada.
Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian
redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau
efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan
yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan
batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimennon-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil

49
reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen
oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah
binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.

Graha (1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga, yaitu :


1. Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)
2. Batuan sedimen batubara (organik/tumbuh-tumbuhan)
3. Batuan sedimen silika, dan
4. Batuan sedimen karbon

50
BAB V
PETROGRAFI BATUAN METAMORF

IV.1Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk (batuan beku,
sedimen, maupun batuan metamorf) yang telah mengalami perubahan minerologi, tekstur dan
struktur akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Kata “metamorf” berasal dari Yunani, “META” = perubahan, “MORPH” = bentuk,
jadi metamorf adalah perubahan bentuk. Dalam ilmu geologi, metamorf khusus menjelaskan
perubahan kumpulan dan tekstur mineral dimana hasilnya berasal dari inti batuan berupa
tekanan dan perbedaan temperature dari bentuk batuan dasar. Diagenesis juga menjelaskan
perubahan bentuk dari batuan sediment. Didalam geologi proses diagenesa terbentuk pada
temperature kurang lebih 2000 C, dan tekanan kurang dari 300Mpa standard Mpa berupa
mega pascal dengan eqivalen tekanan berkisar 3000 atm. Metamorfisme terbentuk pada
temperature dan tekanan minimal lebih dari 200 0 C dan lebih dari 300 Mpa. Batuan dapat
juga terbentuk pada temperature dan tekanan yang tinggi, seperti halnya batuan yang berada
dibawah pada suatu kedalaman di dalam bumi. Burial biasanya berada pada suatu tempat
seperti hasil dari proses tektonik, misalnya tumbukan benua ( Subduksi ). Batas tertinggi dari
metamorfisme terjadi pada tekanan dan temperature yang menyebabkan Partial melting.

IV.2 Metamorfisme

Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang


berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang berbeda
dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak temasuk pada proses pelapukan
dan diagenesa. Wilayah proses berada antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan
proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.

Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi empat yaitu

(1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan

(2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan

(3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.

(4) Metamorfisme Regional Beban

51
Metamorfisme Kontak

Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran panas tersebut
akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh intrusinya.

Metamorfisme Kataklastik

Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan tekanan shear
menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik seperti breksi sesar, milonit,
filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran butirnya.

Metamorfisme Regional Dinamothermal

Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan gerak – gerak
penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.

Metamorfisme Regional Beban

Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sediment pada cekungan yang dalam akan terbebani material diatasnya. Suhunya hingga pada
kedalaman yang besar yang berkisar antara 4000C – 4500C.

Gambar Diagram skematik yang memperlihatkan hubungan antara T & P untuk jenis-jenis
metamorfosa yang berbeda (Winkler, 1967).

52
IV.3 Tekstur
IV.3.1 Tekstur Secara Petrografi

Secara umum kandungan mineral didalam batuan metamorf akan


mencerminkan tekstur, contoh melimpahnya mika akan memberikan tekstur skistose
pada batuannya. Dengan demikian tekstur dan minerologi memegang peranan penting
di dalam penamaan batuan metamorf. Dengan munculnya konsep fasies, penamaan
batuan kadang – kadang rancu dengan pengertian fasies.
Mineral dalam batuan metamorf disebut mineral metamorfisme yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan batuan mengkristal dalam lingkungan
cair.

1. Bentuk
- Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi oleh
muka Kristal itu sendiri
- Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi bukan
oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan anhedral.
2. Orientasi
a. Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler yaitu batuan dengan butiran – butiran mineral yang hampir
sama ukurannya.
- Tekstur mosaik : kristalnya eqiudimensional, pada umumnya berbentuk polygonal
dengan batas – batas Kristal lurus atau melengkung.
- Tekstur suture : kristalnya equidimensional atau lentikuler, mempunyai batas – batas
tak teratur, banyak diantaranya saling menembus terhadap butir – butir
disampingnya. Jika batuan xenoblastik sangat interlocking disebut suture.
- Tekstur mylenitik : suatu penghancuran mekanik, berbutir amat halus tanpa
rekristalisasi mineral – mineral primer dan beberapa batuannya memperlihatkan
kenampakan berarah sebagai lapisan – lapisan tipis material terhancurkan dapat
terlitifikasi oleh proses sementasi larutan hidrotermal.
- Tekstur hornfelsik : suatu jenis yang berkembang dalam batuan sedimen pelitik oleh
metamorfisme termal. Shale dan batuan karbonat berubah secara luas tetapi
batupasir memperlihatkan sedikit menjadi kuarsit. Perwujudan nyata berupa
pembentukan mika dan klorit yang terlihat sebagai bintik – bintik.

53
Batuan inequigranuler yaitu batuan yang ukuran butirannya relatif tidak
seragam. Secara mendasar berasal dari 2 proses : 1) rekristalisasi dalam suatu
batuan polimineral sebagai hasil metamorfisme tanpa dipengaruhi oleh tegangan
yang berarah ; 2) penghancuran mekanik yang tidak sempurna dan tidak disertai
oleh perkembangan suatu orientasi yang kuat.
- Tekstur kristaloblastik : suatu tekstur kristalin yang terbentuk oleh kristalisasi
metamorfisme
a) Xenonoblstik, bila kristalnya subhedral dan unhedral.
b) Idioblastik, bila kristalnya euhedral.
c) Lepidoblastik, bila orientasi mineral - mineral pipih atu tabular menunjukkan
hampir paralel atau paralel.
d) Nematoblastik, bila susunan paralel atu hampir parallel merupakan mineral –
mineral prismatik atau fibrous.
- Tekstur porfiriblastik : merupakan tekstur kristoblastik yang tersusun oleh 2 mineral
atau lebih. Berbeda ukuran butirnya dan ekivalen dengan tekstur porfiritik dalam
batuan beku, kristal – kristal yang besar yang besar (tunggal) disebut porfiroblast.

Gambar : Tekstur Porfiroblast

- Tekstur poikiloblastik : istilah lain dari tekstur saringan ”sieve” yang dicirakan oleh
porfiroblast – porfiroblast yang mengandung sejumlah butiran – butiran yang lebih
kecil (inklusi).

54
Gambar Tekstur poikiloblastik

- Tekstur dedussate : merupakan tekstur kristoblastik pada batuan polimineral yang


tidak menunjukkan butiran – butir terorientasi. Biotit melimpah dalam hornfels dan
umumnya tersusun sembarangan.
- Tekstur kataklastik atau autoklastik : dihasilkan oleh penghancuran mekanik tanpa
disertai proses rekristalisasi yang esensial. Batuan dapat atau tanpa
memperlihatkan kenampakan berarah.
- Tekstur mortal : suatu tekstur yang terdiri dari fregmen mineral lebih besar di dalam
masa dasar material terhancurkan dan tersusun oleh Kristal – Kristal yang sama.
Setiap individu mineral mineral sering memperlihatkan pembengkokan mekanik,
bagian tepi terhancur. Struktur mortar berkembang sebagai tekstur kataklastik
dalam batuan quartztose atau quartz feldspar.

Gambar Tekstur batuan metamorf oleh Spry (1969) dalam Graha 1987.

IV.3.2 Tekstur Metamorfisme


Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya
mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf

55
yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik.
Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal
yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.

Gambar Tekstur Granoblastik

Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk memberikan
nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali sifat dari batuan asalnya
contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke, metavolkanik,dan lain- lain.Jika
batuan masih terlihat tekstur sisa maka tekstur diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto
porfiritik, dan memakai akhiran”blastik” apabila ataun asal maupan sisa bataun sudah
tidak kelihatan lagi karena telah mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik”
dan lain lain.

IV.4 Struktur
Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang tediri
dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara umum dapat
dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.

IV.4.1 Struktur Foliasi


a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit,
muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.

56
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah
mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya
sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya
sudah mulai agak kasar.

Gambar : Diagram yang mempersentasikan variasi unsur-unsur kemas untuk mendefinisikan


foliasi (Hoobs et al.1976)

Gambar : Sayatan tipis batuan metamorf yang memperlihatkan struktur foliasi (penjajaran
mineral pipih) pada kuarsit

IV.4.2 Struktur Non Foliasi


a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif
seragam.
57
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap
batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral
yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau
fibrous.

Gambar : Sayatan Tipis batuan metamorf yang memperlihatkan non foliasi pada Gneiss.

IV.5 Klasifikasi
Jenis batuan metamorf penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral,
seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur

58
granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi
utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang.
Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:

 Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
 Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya
pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase
yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
 Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
 Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
 Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi
mika, batuannya disebut philonit.
 Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit
dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada,
seperti olivin dan piroksen.
 Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

59
Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).

Gambar Seri Metamorfisme Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).

IV.6 Petrogenesa
Metamorfisme terbentuk pada temperature dan tekanan minimal lebih dari 2000 C dan
lebih dari 300 Mpa.Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan
yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang
60
berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak temasuk pada proses
pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada antara suasana akhir proses diagenesa dan
permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.

Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi empat yaitu

(1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan

(2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan

(3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.

(4) Metamorfisme Regional Beban

Gambar penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982).

61
Gambar Klasifikasi Batuan Metamorf berdasarkan tekanan dan suhu (O’Dunn
dan Sill,1986).

KESIMPULAN
62
KESIMPULAN

Dari hasil analisa optic pada saat praktikum petrografi, kita dapat mengklasifikasikan,
memerikan dan mengelompokan batuan serta mineral-mineralnya.

Batuan Beku memiliki beberapa jenis yaitu :

1. Batuan Beku Asam


2. Batuan Beku Intermediet
3. Batuan Beku Basa
4. Batuan Beku Ultrabasa

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan dari bahan
endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi,
suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa – sisa tetumbuhan dan hewan yang sudah mati.
Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena ketidakstabilan secara kimia maupun
secara fisika dari pembentukan batuan beku maupun batuan metamorf terhadap kondisi
atmosfer. Keseimbangan yang baru ini akan membentuk material baru ataupun material
rombakan sebagai material pembentuk batuan sedimen.

Di dalam proses sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan


litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk di dalam kelompok batuan sedimen, karena
dihasilkan langsung dari aktivitas gunungapi, tidak ada proses erosi. Terdiri dari:

 Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksi butirannya


 Batuan sedimen non-klastik --- menyesuaikan dengan kondisi batuannya.

Setelah melakukan pengamatan pada batuan metamorf ,maka dapat disimpulkan


bahwa batuan metamorf ini merupakan batuan yang terjadi akibat proses metamorfosa
padabatuan yang telah ada sebelumnya sehingga mengalami perubahan komposisimineral,
struktur, dan tekstur tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa melaluifase cair. Proses ini
merupakan proses isokimia (tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan), yang
disebabkan oleh perubahan suhu, tekanan danfluida, atau variasi dari ketiga faktor
tersebut.Secara umum terdapat tiga macamtipe metamorfosa yaitu :

63
1.Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat terobosan magma
atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasidan reaksi antara mineral dan larutan
magmatik serta penggantian dan penambahan mineral.

2.Metamorfosa regional, terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan


pegunungan.Perubahan terutama disebabkan dominan oleh tekanan.

3.Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasiatau deformasi
intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalahperubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi
rekristalisasi kecuali padatingkat lonitik

64
DAFTAR PUSTAKA

 Gendoet Hartono,2010 Buku Panduan Praktikum Petrografi 2010.Program studi


Teknik Geologi,Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta,Yogyakarta 2010.
 Gendoet Hartono,2008 Buku Panduan Praktikum Petrologi 2008.Program studi
Teknik Geologi,Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta,Yogyakarta 2010.
 Gendoet Hartono,2009 Buku Panduan Praktikum Mineral Optik 2008.Program studi
Teknik Geologi,Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta,Yogyakarta 2010.

65

Anda mungkin juga menyukai