Laporan Resmi Petrografi PDF
Laporan Resmi Petrografi PDF
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Disusun Oleh :
No.Mhs : 410012090
YOGYAKARTA
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
OLEH :
Gusti Rendi W
410012090
ASISTEN PETROGRAFI
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Petrografi yang di
semester 4 jurusan teknik geologi STTNAS Yogyakarta ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen Petrografi yaitu IR.
Dianto Isnawan, ST,MT yang dengan tabah berkenan membimbing dan mengajar pada mata
kuliah Petrografi sehingga kedepannya mahasiswa didik dapat menerapkan apa yang didapat
di semester ini dan kepada kakak-kakak asisten praktikum telah memberi sedikit bimbingan
dalam penyusunan laporan Petrografii serta pihak-pihak yang tentu tidak bisa disebutkan satu
per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Petrografi ini.
Demikian pula dengan tugas ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun tetap penyusun nantikan demi kesempurnaan laporan
praktikum dan laporan-laporan yang akan diberikan di lain waktu.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………….. 1
Halaman Pengesahan……………………………………………………… 2
Kata Pengantar.............................................................................................. 3
Daftar isi…………………………………………………........................... 4
BAB I Pendahuluan
II.2 Tekstur...............................................................................................8
II.3 Struktur............................................................................................. 14
II.4 Klasifikasi......................................................................................... 16
4
II.6 Petrogenesa....................................................................................... 33
III.2 Tekstur.............................................................................................. 35
III.4 Struktur............................................................................................. 39
III.5 Klasifikasi......................................................................................... 41
III.6 Petrogenesa.................................................................................... 49
IV.2 Metamorfisme............................................................................. 51
IV.3 Tekstur........................................................................................ 53
IV.4 Struktur....................................................................................... 56
IV.5 Klasifikasi.................................................................................. 59
IV.6 Petrogenesa.................................................................................. 61
KESIMPULAN.......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 65
5
BAB I
PENDAHULUAN
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang mmempelajari
batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk didalamnya untuk dipergunakan
sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian dan klasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi
pada batuan pertama-tama melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan
penentuan komposisi dan hubungan tekstural antar butir batuan,
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana
petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan
dan menerangkan asal-ususl batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat
hasil magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan
hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil kegiatan organisme (Pettijohn,
1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari suatu
batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat
sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur,
HGF. Winkler, 1967,1979).
6
1.2 Maksud Dan Tujuan Pembelajaran Petrografi
Maksud dan Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan
batuan secara optis sehingga dapat diketahui pertologinya, hal ini akan sangat terbatas tanpa
bantuan dari cabang ilmu geologi lain, seperti mineralogi, mineral optik, petrologi, dan
petrografi. Kepentingan Petrogafi dalam hal ini merupakan bagian sangat berarti dalam
petrologi ( ilmu tentang pembentukan batuan ).
Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan,
selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam pengelompokan batuan
selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama pembentukan batuan.
7
BAB II
PETROGRAFI BATUAN BEKU
Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah cairan
silikat pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (900 - 1300 0 C), terbantuk alamiah dan berasal dari dalam
perut bumi atau bagian atas selimut atau cenderung bergerak kebagian permukaan bumi. Karena hasil
pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang
menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk
kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.
II.2 Tekstur
Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada disekitarnya,
tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh dari kenampakan
mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk butir, dan pertumbuhan bersama
Kristal. Tekstur merupakan kenampakan hubungan antra komponen dari batuan yang dapat
mereflikasikan sejarah kejadiannya atau petrogenesa.
1. Tingkat kristalisai
a. Holokristalin : Seluruhnya terdiri dari massa kristal – kristal
8
Gambar : Holokristalin
b. Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas
Gambar : Hollohialin
c. Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdi dari massa
gelas.
Gambar Hipokristalin
2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
1. Halus : Ø < 1 mm.
2. Sedang : Ø 1 – 5 mm.
3. Kasar : Ø 5 – 30 mm.
4. Sangat kasar : Ø > 30 mm.
3. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi bentuk
butirnya.
9
a. Euhedral/Idiomorfik (Automorfik), Krisral – Kristal mempunyai bentuk
lengkap dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
b. Anhedral/Allotriomorfik (Xenomorfik), mineral tidak mempunyai bentuk
sendiri yang jelas.
c. Subhedral/Hipidiomorfik, bentuk – bentuk Kristal kurang baiksebagian sisi
Kristal tidak jelas batasnya.
4. Hubungan Kristal
- Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai ukuran butir
hampir sama atau seragam.
- Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai ukuran butir
yang tidak sama atau tidak seragam.
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik
Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal dan
Batuan Vulkanik
(plutonik) Ekstrusi
Tekstur
10
Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular
Subhedral-
Bentuk kristal Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
anhedral
Porfiritik: intermediet-
Porfiritik-poikilitik
- basa
Tekstur khusus Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam-intermediet
Derajad Hipokristalin Hipokristalin
Holokristalin
Kristalisasi Holokristalin Holokristalin
Zoning pada
plagioklas, tumbuh
bersama antara
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal
a) Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria;
gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
11
Gambar V.1. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah
orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik
juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan
piroksen orto.
b) Tekstur Intersertal
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial.
Gambar V.2. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar
kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
c) Tekstur Porfiritik
Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang
dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur
glomeroporphyritic.
12
Gambar V.3. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam
massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar
plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii)
d) Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara
acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih
besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar
V.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara
bersamaan.
13
Gambar V.4. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino
Gambar V.5. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.
II.3 Struktur
Struktur batuan yang berhubungan dengan magma dikenal dengan struktur batuan vulkanik,
struktur batuan plutonik, dan struktur dari hasil inklusi. Struktur batuan beku yang pada umunya
merupakan kenampakan skala besar sehingga dapat dikenali dilapangan seperti :
a. Perlapisan
b. Lineasi (laminasi, segregasi)
c. Kekar (lembar, tiang)
d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)
e. Aliran
14
Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas;
dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit,
gabro dan inti andesit
Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur;
dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan
vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur; dijumpai
pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam.
Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral
lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit
dan andesit
Gambar V.6. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing
mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral
plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah)
dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm
15
rongga
rongga
rongga
rongga
rongga
rongga
Gambar V.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas saat
pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada
posisi nikol sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas
fenokris plagioklas berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-
1,5 mm, dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas
dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter <1 mm.
II.4 Klasifikasi
Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954) mengelompokkan kerabat
batuan beku meliputi :
16
Tabel 2.1 Diagranm ciri-ciri kerabat batuan beku, Williams, 1954.
- Biotit >>
17
Jenis batuan :
Tekstur Halus
Riodasit
Tekstur : trakhitik, vitroferik
Mieralogi : - kuarsa > 10%
- plagioklas asam,
- mafik mineral : Hornblende <
Biotit >>
Riolit
Tekstur Holokriatali, holohialin
Mineralogi : - kuarsa >105
18
- KF > 2/3 TF
- Plagioklas asam (albit)
- Sering terdapat tekstur “Grafik” (pertumbuhsn bersama antara KF
dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit :
Potash Riolit :
- kaya K
- Mineral mafik : biotit, hb
- embayment sangat jarang
Soda Riolit : kaya akan Na
Mineral mafik : amfibol
Tekstur Kasar
Granodiorit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus “Granophirik”
- KF sering tumbuh bersama.
Mineralogi : - Plagioklas (andesin)
- Orthoklas
- Kuarsa > 10%
Adamelit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus Granofirik, Grafik
- Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas asam).
- Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
Biotit khas
19
Granit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular, kadang porfiritik
- Khas : Granofirik, Grafik, rapakivi, mkirmekitik
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
Granit alkali
- Mafik mineral : Hb coklat anhedral
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll
II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet
20
Jenis batuan :
Berbutir Halus
Andesit
Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik
21
- mineral penyerta : apatit, zircon
- masa dasar : kriptokristalin atau gelas
Trakhit
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Ponolit
Berbutir Kasar
Diorit
Monzonit
Syenit
Diorit
Tekstur : Equigranular, kadang – kadang Porfiritik
22
Monzonit
Peralihan antara syeit dan diorite
Indeks warna 30 – 40
Komposisi : - KF = Plagioklas
Syenit
Indeks warna (cl) rendah
KF > 2/3 TF
Kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik
Dasar Teori
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
Ciri – ciri umum : - Cl 40 – 70
- Kandungan SiO2 45 – 52 %
23
Macam – macam batuannya :
24
Gabbro kuarsa
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada wilayah
dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai samudra
dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap,
25
mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik
(plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan
basanit. Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan toleeit.
Gambar V.8. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber
IUGS classification)
26
2) Batuan beku asam - intermediet
Gambar V.9. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa,
alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)
27
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur
vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api
yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung
api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak
mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini
dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).
Gambar V.10. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas
kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS
classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di
samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende
(amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral
asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
28
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi
magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi
dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-
trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
29
Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.
30
Gambar 2.3 klasifikasi batuan beku Volcanic ( Anthony R. Philpott, 1989 ).
Cara penentuan Jenis plagioklase yaitu dengan melihat jenis kembarannya, ada 3 metode
dalam penentuan plagioklase yaitu :
1.Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan kurva :Michel Levy.
2.Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva F.E Wright
3.Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.
31
Gambar Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan
kurva:Michel Levy.
32
Gambar Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.
II.6 Petrogenesa
Petrogenesa batuan beku cukup didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan
beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava).
Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan
batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari
kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill,
dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1!). Karena pembekuannya di dalam, batuan
beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian,
kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik,
sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi
dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya
memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
33
Gambar V.11. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan dike
34
BAB III
PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN
III.2 Tekstur
Tekstur batuan sedimen merefleksikan sejarah pembentukannya.Tekstur batuan sedimen
terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan Non klastik (tekstur yang
dihasilkan tidak dari proses transportasi : kalsitifikasi, evaporit, biokimia, dan proses
alami lainnya),Tekstur batuan sedimen terdiri dari :
a. Bentuk butir
Bentuk butir didapatkan berdasarkan perbandingan diameter panjang, menengah dan
pendek. Maka eda empat bentuk butir didalam batuan sedimen yaitu : Oblate, Equant,
Bladed,dan Prolate.
35
Gambar: Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod).
b. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan dari butir sedimen maka kategori kebundaran
ditunjukan dalam enam tingkat, yaitu :
Gambar: kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
c. Ukuran Butir
36
Pada umumnya ukuran butir pada batuan sedimen menggunakan klasifikasi Pettijohn,
yaitu :
d. Kemas/ fabric
Pada batuan sedimen kemas terbagi kedalam dua istilah yaitu kemas tertutup dan kemas
terbuka.
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau
bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran
butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported.
Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast
supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar : memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah
memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.
37
Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir
sertahubungan antara butir matrik.
e. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sediment,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya juga seragam maka
pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir didalan batuan sedimen ada yang
seragam dan ada yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen sangat seragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat dalam batuan sedimen
dengan kemas terbuka.
38
f. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori didalam batuan. Batuan
dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila dijumpai pori. Sedangkan batuan
dikatakan berporositas rendah apabila kenampakannya kompak atau tersementasi dengan
baik sehingga tidak ada pori.
g. Permeabilitas
Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri dari batuan yang
permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air dan batuan impermiabel yaitu batuan
yang tidak dapat meloloskan air lewat porinya.
Mineral-mineral yang biasanya menyusun batuan sediment berupa mineral tek stabil
(olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan mineral stabil (albit, ortoklas,
mikroklin, muscovite, dan kuarsa).
Mineral Alogenik
Mineral ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil yaitu olivine, piroksen,
plagioklas Ca (An 50 – 100), hornblende, andesine – oligoklas, sfene, epidot, andalusit,
staurolit, kianit, megnetit, ilmenit, garnet, dan spinel.
Mineral Autigenik
Mineral stabil dalam kondisi diagenesa dan tidak stabil dalam proses pengendapan,
yaitu : gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya akan Ca),
klorit, ortoklas, mikroklin.
Mineral stabil dalam siklus sedimentasi baik mineral alogenik maupun produk autigenik
seperti : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit, tourmaline, sirkon, rutil, brokit,
anatase.
III.4 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan Dari perlapisan normal dari batuan
sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi pembentukannya.
Pembentukannya dapat tejadi pada waktu pengendapan ataupun segera setelah proses
pengendapan.Pembelajaran struktur sedimen akan sangat baik dilakukan di lapangan
(Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat dikelompokkan
39
menjadi 2 yaitu: struktur syngenetik dan struktur epygenetik.
1. Struktur syngenetik
a. Karena proses fisik
Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal:(contoh: bentuk lembaran, lensa, lidah,
delta,dan lain-lain).termasuk didalamnya berupa konkresi menjari dan melidah.
Struktur intemal : tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh: a.Perlapisan
dan laminasi: pelapisan normal, perlapisan silang siur, perlapisan
bersusun.b.Kenampakan
permukaan lapisan: ripple mark, md curk, rain drops print, swash and rill marks, flute
cast dan load cast.c.Struktur deformasi: terjadinya perubahan struktur batuan pada
saat sedimen terendapkan karena adanya tekanan).
b. Karena proses biologi
Struktur ekatenal: contoh: biostromes dan bioherm.
Struklur intemal: contoh: fosil dalam batuan.
2. Struktur epigenetik
a. Karena proses fisik
Struktur eksternal: kelihatan dari luar, (contoh: batas antara tiap lapiaan seperti
batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak selaras: lipatan dan struktur).
Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh: "clastic
dike” yaitu terjadi karena adanya tekan hidrostiatika yang kuat sehingga
materlal seperti diinjeksikan).
b. Karena proses kimia dan organisme
Contoh: Corrosion zone, concreations, stilolites, cone in cone, crystal mold and cast
seins and dike.
III.5 Klasifikasi
40
Berdasarkan proses dominan yang mempengaruhi: Sedimen Klastika terrigen
(silisiklastika atau epiklastika); Sedimen biogen, biokimia dan organik; Sedimen
kimiawi dan Sedimen volkaniklastika.
organik
Konglomerat/ Batugamping, Sedimen evaporit Ignimbrit,
breksi, batupasir rijang, fosfat, dan “ironstone” aglomerat, tuf
dan mudrocks batubara dan “oil
shale”
Tabel : Klasifikasi Batuan Sedimen
41
Gambar : Klasifikasi umum batuan sedimen
III.5.2.Klasifikasi Batupasir
Bahan penyusun utama batu pasir:
• Kuarsa/silika (kuarsa, opal & kalsedon)
• Felspar (K-felspar & plagioklas)
• Fragmen batuan
42
MUDROCKS
WACKES
QUARTZ ARENITES quartzwacke
quartz arenite
s ubarkos e 5
s ublitharenite
25
arkos e
lithicarkos e 75
lith- 50
arkos ic arenite
arenite 15
FELDSPAR
50
0
ROCK FRAGMENTS
43
Gambar 5.21 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn dimodifikasi (1973)
44
Macam – macam batu pasir menurut Pettijhon (1973), yaitu :
• Arkose : jenis batupasir felspar yang banyak juga mengandung kuarsa (Gbr. 7-7, hal.
214, Pettijohn, 1975).
• Batupasir subgraywacke = lithic arenit, yaitu batupasir dengan matriks < 15 %, dan
proporsi butiran lithik sebanding dengan felspar, yaitu 25 %.
• Quartz arenit = batupasir kuarsa, yaitu batupasir dengan penyusun utama mineral
kursa.
• Calcarenaceous sandstone: batupasir yang tersusun oleh detrital kuarsa dan karbonat
(dalam bentuk pecahan cangkang atau oolit).
• Calclithites: batupasir dimana komponen litik berasal dari rombakan batuan karbonat.
• Ilacolumite: Batupasir banyak mengandung sekis (Fig. 7-32, hal. 247, Pettijohn,
1975).
45
Gambar : Tekstur batugamping menurut Dunham (1962 dalam Tucker & Wright, 1990)
Gambar :Klasifikasi batugamping berdasar kedewasaan tekstur (Folk,1959 dalam Tucker &
Wright, 1990)
46
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Dunham dalam Tucker & Wright, 1962
oleh C.G.St.C Kendal 2005)
Gambar : Klasifikasi dan penamaan batugamping (Dunham, Folk, Grabau dalam WTG
1982).
47
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Folk 1959 dalam Tucker & Wright, 1962
oleh (C.G.St.C Kendal 2005)
Gambar : Klasifikasi Tekstur Batugamping terumbu oleh Embry & Klovan (1971) dan James
(1984).
48
Gambar : Klasifikasi Lempung karbonat ~ batugamping oleh Barth, Correns dan Eskola
1939.
III.6 Petrogenesa
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh
penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada.
Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian
redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau
efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan
yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan
batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimennon-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil
49
reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen
oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah
binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
50
BAB V
PETROGRAFI BATUAN METAMORF
IV.2 Metamorfisme
51
Metamorfisme Kontak
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran panas tersebut
akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh intrusinya.
Metamorfisme Kataklastik
Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan tekanan shear
menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik seperti breksi sesar, milonit,
filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran butirnya.
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan gerak – gerak
penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sediment pada cekungan yang dalam akan terbebani material diatasnya. Suhunya hingga pada
kedalaman yang besar yang berkisar antara 4000C – 4500C.
Gambar Diagram skematik yang memperlihatkan hubungan antara T & P untuk jenis-jenis
metamorfosa yang berbeda (Winkler, 1967).
52
IV.3 Tekstur
IV.3.1 Tekstur Secara Petrografi
1. Bentuk
- Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi oleh
muka Kristal itu sendiri
- Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi bukan
oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan anhedral.
2. Orientasi
a. Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler yaitu batuan dengan butiran – butiran mineral yang hampir
sama ukurannya.
- Tekstur mosaik : kristalnya eqiudimensional, pada umumnya berbentuk polygonal
dengan batas – batas Kristal lurus atau melengkung.
- Tekstur suture : kristalnya equidimensional atau lentikuler, mempunyai batas – batas
tak teratur, banyak diantaranya saling menembus terhadap butir – butir
disampingnya. Jika batuan xenoblastik sangat interlocking disebut suture.
- Tekstur mylenitik : suatu penghancuran mekanik, berbutir amat halus tanpa
rekristalisasi mineral – mineral primer dan beberapa batuannya memperlihatkan
kenampakan berarah sebagai lapisan – lapisan tipis material terhancurkan dapat
terlitifikasi oleh proses sementasi larutan hidrotermal.
- Tekstur hornfelsik : suatu jenis yang berkembang dalam batuan sedimen pelitik oleh
metamorfisme termal. Shale dan batuan karbonat berubah secara luas tetapi
batupasir memperlihatkan sedikit menjadi kuarsit. Perwujudan nyata berupa
pembentukan mika dan klorit yang terlihat sebagai bintik – bintik.
53
Batuan inequigranuler yaitu batuan yang ukuran butirannya relatif tidak
seragam. Secara mendasar berasal dari 2 proses : 1) rekristalisasi dalam suatu
batuan polimineral sebagai hasil metamorfisme tanpa dipengaruhi oleh tegangan
yang berarah ; 2) penghancuran mekanik yang tidak sempurna dan tidak disertai
oleh perkembangan suatu orientasi yang kuat.
- Tekstur kristaloblastik : suatu tekstur kristalin yang terbentuk oleh kristalisasi
metamorfisme
a) Xenonoblstik, bila kristalnya subhedral dan unhedral.
b) Idioblastik, bila kristalnya euhedral.
c) Lepidoblastik, bila orientasi mineral - mineral pipih atu tabular menunjukkan
hampir paralel atau paralel.
d) Nematoblastik, bila susunan paralel atu hampir parallel merupakan mineral –
mineral prismatik atau fibrous.
- Tekstur porfiriblastik : merupakan tekstur kristoblastik yang tersusun oleh 2 mineral
atau lebih. Berbeda ukuran butirnya dan ekivalen dengan tekstur porfiritik dalam
batuan beku, kristal – kristal yang besar yang besar (tunggal) disebut porfiroblast.
- Tekstur poikiloblastik : istilah lain dari tekstur saringan ”sieve” yang dicirakan oleh
porfiroblast – porfiroblast yang mengandung sejumlah butiran – butiran yang lebih
kecil (inklusi).
54
Gambar Tekstur poikiloblastik
Gambar Tekstur batuan metamorf oleh Spry (1969) dalam Graha 1987.
55
yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik.
Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal
yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk memberikan
nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali sifat dari batuan asalnya
contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke, metavolkanik,dan lain- lain.Jika
batuan masih terlihat tekstur sisa maka tekstur diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto
porfiritik, dan memakai akhiran”blastik” apabila ataun asal maupan sisa bataun sudah
tidak kelihatan lagi karena telah mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik”
dan lain lain.
IV.4 Struktur
Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang tediri
dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara umum dapat
dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.
56
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah
mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya
sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya
sudah mulai agak kasar.
Gambar : Sayatan tipis batuan metamorf yang memperlihatkan struktur foliasi (penjajaran
mineral pipih) pada kuarsit
Gambar : Sayatan Tipis batuan metamorf yang memperlihatkan non foliasi pada Gneiss.
IV.5 Klasifikasi
Jenis batuan metamorf penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral,
seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur
58
granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi
utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang.
Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya
pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase
yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi
mika, batuannya disebut philonit.
Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit
dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada,
seperti olivin dan piroksen.
Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.
59
Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
IV.6 Petrogenesa
Metamorfisme terbentuk pada temperature dan tekanan minimal lebih dari 2000 C dan
lebih dari 300 Mpa.Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan
yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang
60
berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak temasuk pada proses
pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada antara suasana akhir proses diagenesa dan
permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.
61
Gambar Klasifikasi Batuan Metamorf berdasarkan tekanan dan suhu (O’Dunn
dan Sill,1986).
KESIMPULAN
62
KESIMPULAN
Dari hasil analisa optic pada saat praktikum petrografi, kita dapat mengklasifikasikan,
memerikan dan mengelompokan batuan serta mineral-mineralnya.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan dari bahan
endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi,
suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa – sisa tetumbuhan dan hewan yang sudah mati.
Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena ketidakstabilan secara kimia maupun
secara fisika dari pembentukan batuan beku maupun batuan metamorf terhadap kondisi
atmosfer. Keseimbangan yang baru ini akan membentuk material baru ataupun material
rombakan sebagai material pembentuk batuan sedimen.
63
1.Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat terobosan magma
atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasidan reaksi antara mineral dan larutan
magmatik serta penggantian dan penambahan mineral.
3.Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasiatau deformasi
intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalahperubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi
rekristalisasi kecuali padatingkat lonitik
64
DAFTAR PUSTAKA
65