Skor Nilai :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
semua limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Critical Journal Review yang berjudul “Bunuh Diri Di Bali: Perspektif Budaya
Dan Lingkungan Hidup'' oleh I Ketut Widnya dari Institut Dharma Negeri
dengan tepat waktu.
DAFTAR ISI
C. Manfaat CJR
Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah
jurnal dan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
1
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Pendahuluan
2
budaya dan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
jiwa manusia.
Dari jurnal ini saya mendapatkan simpulan bahwasanya budaya dan
lingkungan hidup berkaitan erat dengan psikologi manusia. Jurnal ini pantas untuk
direview dalam mengkaji psikologi manusia dalam sudut pandang antropologi.
B. Deskripsi Isi
3
Hindu kuno, dan semangat heroik dalam sejarah perang puputan di Bali
(“wirang mantuk ring rananggana”). Bentuk bunuh diri Altruistis memang
bertolak belakang dengan bunuh diri Egoistis; (3) Bunuh Diri Anormatif, yaitu
bunuh diri yang terjadi karena depresi eonomi, kekacauan, kemiskinan,
penyakit kronik yang tak pernah kunjung sembuh, dan permasalahan lain.
Triguna merumuskan terminologi anomie dalam konteks fenomena
bunuh diri orang Bali, hal itu terjadi karena orang Bali semakin mengalami
tekanan yang berlebihan pada individu-individu, sementara ikatan sosial
dengan kelompok sosialnya (keluarga, kerabat, krama) semakin melonggar.
Tekanan yang dimaksud adalh krisis ekonomi serta adanya persaingan
pekerjaan dengan para pendatang serta adanya ketidakmampuan pemerintah
dalam memberikan rasa aman kepada situasi dan kondisi yang berubah dengan
cepat.
Hasil riset terkini menunjukkan bahwa perilaku bunuh diri tidak hanya
disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, atau sosial saja, seperti diyakini
sebelumnya. Seseorang dapat terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya,
baik materi, sosial, maupun ekonomi. Ini mencakup tekanan-tekanan tertentu
yang dalam kondisi-kondisi tertentu, atau di bawah pengaruh faktor keturunan
(gen) tertentu, atau pengaruh lingkungan tertentu, dapat menimbulkan
perilaku bunuh diri.
Faktor-faktor penyebab bunuh diri seperti sakit tak kunjung sembuh,
gangguan kejiwaan, kesulitan ekonomi, stress, depresi dan putus asa, untuk
sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
Geriya (2007: 56-57) membenarkan adanya fakta kemerosotan
lingkungan hidup di Bali, yang dirumuskannya dalam lima kecenderungan,
sebagai berikut:
Pertama, makin sesaknya ekosistem Bali yang berdampak membesarnya
tekanan terhadap lingkungan hidup.
Kedua., makin padat dan heterogennya penduduk Bali.
Ketiga, makin berkembanganya format ekonomi industri dan jasa disertai
4
dengan menurunya ekonomi agraris.
Keempat, makin mengentalnya komitmen otonomi daerah dengan diiringi
bangkitnya semangat primodial yang kebablasan.
Kelima, makin timbulnya kesadaran identitas sebagai bagian dari persoalan
dasar tentang arti makna kehidupan sebagai manusia.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
keluarga dan kekerabatan bahkan hilangnya sikap spiritual. Sedangkan untuk
jenis bunuh diri anormatif lebih menekankan pada depresi ekonomi yang
disebabkan adanya tekanan pada masyarakat Bali untuk mampu bersaing
dengan para pendatang dalam memperoleh pekerjaan.
Kualitas lingkungan hidup ikut mengambil peran dalam meningkatnya
kasus bunuh diri Bali, seperti makin sesaknya ekosistem Bali, masyarakat Bali
yang semakin heterogen, berkembang pesatnya ekonomi industri dan jasa,
mengentalnya komitmen otonomi daerah dengan diiringi bangkitnya semangat
primodial yang kebablasan, makin timbulnya kesadaran identitas sebagai bagian
dari persoalan dasar tentang arti makna kehidupan sebagai manusia. Kelima
indikator tersebut lebih berpotensi memacu kerusakan lingkungan. Sehingga
benar jika dikatakan Bali yang dulunya memiliki potensi lingkungan hidup
yang mempesona sehingga dijuluki pulau surga. Kini menjadi suatu tekanan
tersendiri bagi masyarakatnya dikarenakan banyaknya wisatawan yang datang
sehingga mempercepat modernisasi.
Perubahan atau modernisasi merupakan salah satu faktor utama dalam
membentuk pola pikir masyarakat Bali dalam melakukan tindakan bunuh diri
sehingga jumlah kasus bunuh diri terus meningkat dari tahun ke tahun. Adanya
ketidaksiapan mental pada diri masing individu untuk menerima modernisasi.
Masuknya budaya-budaya dari luar menyebabkan adanya kesenjangan budaya.
Hal ini dapat saya katakan sesuai dengan ruang lingkup kajian antropologi
psikologi yang melihat bagaimana hubungan kepribadian rata-rata dengan aspek
proyeksi. Dimana aspek proyeksi dalam hal ini yaitu kebudayaan lain.
Kepribadian rata-rata masyarakat Bali sangat berhubungan pada aspek
kebudayaan lain yang masuk pada kebudayaan masyarakat Bali itu sendiri.
Beberapa faktor yang harus dikuatkan dalam mengatasi kasus bunuh diri di
Bali yang semakin meningkat yaitu agama dan hubungan sosial antar
masyarakat.. Agama menjadi suatu pondasi bagi masyarakat Bali. Dengan begitu
banyak gejolak modernisasi dapat dibendung dengan adanya kekuatan agama.
Tekanan ekonomi, persaingan dengan para pendatang, dan tekanan-tekanan
lainnya dapat teratasi jika agama menjadi dasar untuk memecahkan dampak dari
7
modernisasi. Sama halnya dengan hubungan sosial antar masyarakat yang harus
tetap dijaga ditengah arus modernisasi yang mengakibatkan masing-masing
individu bersikap individualis dan human ekonomikus. orang Bali semakin
mengalami tekanan yang berlebihan pada individu-individu, sementara ikatan
sosial dengan kelompok sosialnya (keluarga, kerabat, krama) semakin
melonggar.
8
“hasil penelitian”. Selain itu untuk penelitian yang dilakukan penulis dalam
jurnal tidak ditemukannya metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
kasus bunuh diri di Bali.
Selain itu jurnal ini juga memiliki kelemahan pada identitas jurnal yang
tidak tercantum dalam jurnal, baik penerbit, tahun terbit, issn, volume dan nomor
jurnal.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi isi jurnal di atas dapat di simpulkan bahwasanya bunuh diri di
Bali disebabkan oleh modernisasi, tekanan krisis ekonomi, kurangnya ikatan
sosial, memudarnya budaya dan agama. Dalam kajiam antropologi psikologi
kasus bunuh diri di Bali sesuai dengan ruang lingkup kajian antropologi psikologi
yang melihat bagaimana hubungan kepribadian rata-rata dengan aspek proyeksi.
Dimana aspek proyeksi dalam hal ini yaitu kebudayaan lain. Kepribadian rata-rata
masyarakat Bali sangat berhubungan pada aspek kebudayaan pendatang atau
wisatawan yang masuk pada kebudayaan masyarakat Bali itu sendiri.
B. Saran
Saya dapat memahami bahwa meningkatnya kasus bunuh diri di Bali dapat
diatasi dengan adanya ikatan hubungan antar masyarakatnya, budaya dan agama
yang dipegang erat. Sehingga mampu bertahan ditengah arus modernisasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11