Anda di halaman 1dari 6

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah spektrum tumor yang berasal dari proliferasi

abnormal
jaringan trofoblas plasenta, mencakup mola hidatidosa (komplit dan parsial), mola invasif,
koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor, dan epithelioid trophoblastic tumour.
Keempat bentuk terakhir termasuk ke dalam kelompok tumor trofoblas gestasional (TTG) yang
dapat menginvasi, bermetastasis, dan menyebabkan kematian bila tidak ditangani

PTG berasal dari kelainan pada perkembangan sel-sel trofoblas. Trofoblas normal terdiri atas
sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan trofoblas intermediet. Fungsi sitotrofoblas adalah mensuplai
sinsitium
dengan sel-sel untuk membentuk vili korion yang membungkus kantung korion. Vili korion yang
menempel pada endometrium dan lapisan basal dari endometrium bersama-sama membentuk
plasenta untuk pemberian nutrisi dari ibu ke fetus dan ekskresi.
Sinsitiotrofoblas menginvasi stroma endometrium dengan implantasi blastosis dan merupakan tipe
sel yang memproduksi human chorionic gonadotrophin (hCG). Trofoblas intermediet berada di
vili korion, tempat implantasi, dan chorion laeve. Ketiga tipe trofoblas bila berploriferasi dapat
menyebabkan PTG.

Kehamilan molar dan TTG semua berawal dari trofoblas plasenta. Mola hidatidosa berasal dari
trofoblas vili, koriokarsinoma terbentuk dari trofoblas vili yang ganas, sedangkan PSTT dan ETT
ekuivalen rofoblas intermediet ekstravili yang malignan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
neoplasma trofoblastik dapat berasal dari tiga macam asal-usul yaitu androgenesis, fertilisasi
normal, dan partenogenesis. Kehamilan sebelumnya tidak selalu identik dengan konsepsi
penyebab terjadinya neoplasma trofoblastik. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa PSST
mungkin memiliki mekanisme karsinogenesis yang berbeda dengan neoplasma trofoblastik
lainnya karena kontribusi paternal dan maternal yang dominan.

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang dikarakterisasi oleh proliferasi trofoblas dengan
tingkat yang bervariasi dan pembengkakan vesikula dari vili plasenta yang berkaitan dengan
ketiadaan atau abnormalitas fetus.

Mola hidatidosa komplit mengalami pembesaran vili tanpa adanya fetus atau embrio, trofoblas
hiperplasia dengan tingkat atipia yang bervariasi, dan tidak ada kapiler-kapiler vili.
Secara makrokopis, vili pada mola hidatidosa komplit tampak seperti rangkaian buah anggur.1,18
Hampir 90% dari mola komplit adalah 46, XX, berasal dari duplikasi kromosom sperma haploid
setelah memfertilisasi telur dengan kromosom maternal tidak ada atau inaktif. Sepuluh persen
mola komplit adalah 46, XY atau 46, XX sebagai hasil dari fertilisasi telur kosong oleh dua buah
sperma (dispermi).

Mola hidatidosa parsial memperlihatkan adanya jaringan fetus atau embrionik, vili korion dengan
edema fokal yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran, inklusi trofoblas stroma, sirkulasi pada vili,
hyperplasia trofoblas fokal dengan atipia sedang, ploriferasi terbatas pada sinsitiotrofoblas.
Sebagian besar mola parsial mempunyai kariotipe triploid (biasanya 69, XXY), kadang-kadang
tetraploid (92, XXXY) sebagai hasil fertilisasi ovum normal oleh dua sperma (Gambar 1) Kurang
dari 5% mola parsialmakan berkembang menjadi TTG dan jarang terjadi metastase1
Gambar 1.

Asal Mula Kariotipe Mola Hidatidosa Komplit dan Parsial, serta Mola Hidatidosa Komplit
Biparenta1

Sumber: Wargasetia, T. L., Nataprawira, H. M. D., dan Shahib, M. N. Pathobiological Aspect of


Gestational Trophoblastic Disease JKM. 2011. 10(2):190-205
Tatalaksana Tumor Tropoblas Gestasional

Gambar 2:

Tatalaksana Tumor Trofoblas Gestasional2

Sumber: KSM Obstetri & Ginekologi RSHS/FK UNPAD. Panduan Praktik Klinik Obstetri &
Ginekologi. Edisi 2. Bandung: 2018.hal: 117-122

PTG risiko rendah, di mana skor WHO kurang atau sama dengan 6 pada FIGO stadium I-
III. Hampir seluruh pasien risiko rendah diterapi dengan kemoterapi agen tunggal dengan MTX
atau Act-D. Kemoterapi agen tunggal menunjukkan 50-90% kasus remisi. Terdapat variasi dalam
dosis, frekuensi, dan rute pemberian kemoterapi. Pasien yang gagal pada terapi lini pertama,
biasanya disebabkan resistensi, dapat dilanjutkan dengan lini kedua bahkan lini ketiga, dengan
survival sampai 100%. Kemoresisten adalah peningkatan kadar β-hcg 2% setelah dilakukan
pengukuran dua kali atau terjadi plateau atau penurunan kadar β-hcg < 9% setelah dilakukan
pengukuran setelah tiga minggu.2

Mekanisme kemoresten metotreksat dapat melalui 5 mekanisme, yaitu:

1 penurunan akumulasi karena gangguan transportasi;


2 penurunan retensi sebagai akibat dari kurangnya pembentukan poliglutamat;
3 peningkatan dihydrofolate reductase (DHFR);
4 Perubahan (mutasi) DHFR yang mengikat metotreksat lebih sedikit daripada
enzim normal,
5 Peningkatan level enzim lisosom, γ-glutamyl hidrolase, yang menghidrolisis
poliglutamat metotreksat3

Gambar 3:

Mekanisme Resistensi Metotreksat3

Sumber: Bertrino, et al. Resistance Mechanisms to Methotrexate in Tumors. The


Oncologist. 1996;(1):223-226
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemoresisten metotreksat adalah:

 Usia
 metastasis tumor,
 peningkatan skor FIGO,
 diagnosis klinikopatologis koriokarsinoma
 hCG pra-perawatan yang lebih tinggi4

Daftar Pustaka
1. Wargasetia, T. L., Nataprawira, H. M. D., dan Shahib, M. N. Pathobiological
Aspect of Gestational Trophoblastic Disease JKM. 2011. 10(2):190-205
2. KSM Obstetri & Ginekologi RSHS/FK UNPAD. Panduan Praktik Klinik
Obstetri & Ginekologi. Edisi 2. Bandung: 2018.hal: 117-122
3. Sinaga, J, R. Tobing, M, D, L. dan Harsono, A, B. Karakteristik Pasien Tumor
Trofoblas Gestasional Risiko Rendah dengan Kemoresitensi terhadap
Metotreksat yang Dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
2011−2015. 2018. Obgynia(1): 147-154
4. Bertrino, et al. Resistance Mechanisms to Methotrexate in Tumors. The
Oncologist. 1996;(1):223-226
5. Chapman-Davis, E. et al. Treatment of nonmetastatic and metastatic low-risk
gestational trophoblastic neoplasia: Factors associated with resistance to
single-agent methotrexate chemotherapy. Gynecologic Oncology.
2012;(125):572–575

Anda mungkin juga menyukai