Anda di halaman 1dari 192

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR, 06 AGUSTUS 2016

ISBN : 978-602-7787-19-3

i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR, 06 AGUSTUS 2016

Editor :
Muh. Hamzah Syahruddin
Saaduddin

Program Studi Geofisika


Universitas Hasanuddin
ii
Prosiding Seminar Nasional Geofisika
“Optimalisasi Geosains dalam Era MEA”
Universitas Hasanuddin 2016
Makassar, 06 Agustus 2016

ISBN: 978-602-7787-19-3
Cetakan Pertama, Agustus 2016
Editor : Muhammad Hamzah Syahruddin, Saaduddin
Perancang sampul: Wulan Salle Karurung

Tim Reviewer:
Prof. Dr. Dadang Ahmad Suriamihardja
Prof. Dr. Halmar Halide, M.Sc.
Dr. Muhammad Altin Massinai, M.T. Surv.

Diterbitkan Oleh:
Departemen Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Hasanuddin
Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245
Email: sngeof2016@science.unhas.ac.id
http: http://www.unhas.ac.id/geofisika/

Hak cipta dilindungi undang-undang / All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi,


atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

iii
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu mari kita panjatkan Puja dan Puji Syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa
(Allah, SWT) oleh karena atas karuniaNya sehingga Prosiding Seminar Nasional Geofisika
(SNG) Universitas Hasanuddin 2016 dapat diterbitkan. SNG 2016 ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 06 Agustus 2016 di Gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pelaksana kegiatan SNG 2016 adalah Program Studi Geofisika, FMIPA Universitas Hasanuddin.

Seminar Nasional Geofisika Universitas Hasanuddin 2016 mengangkat tema “Optimalisasi


Geosains dalam Era MEA”. Tema ini diangkat karena suatu keniscayaan pemberlakuan MEA
menjadi pelung dan tantangan bangsa kita dan seluruh rakyat Indonesia. Para geosains harus
mampu melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki kualitas SDM yang ada
dengan meningkatkan daya saingnya. Pengangkatan tema ini diharapkan memberi dorongan
kesadaran khususnya untuk berpartisipasi aktif dalam era MEA untuk kemajuan bangsa.

Sebagai Narasumber dalam acara seminar ini kami mengundang pakar Internal dari Program
Studi Geofisika Unhas dan pembicara dari HAGI Pusat. Kepada Bapak/Ibu Para Narasumber
kami ucapkan banyak terimakasih atas kesediaannya sebagai pembicara mengisi materi pada
acara seminar ini. Sedangkan sebagai peserta seminar hadir sekitar 100-150 orang, berasal dari
kalangan para peneliti, praktisi, ilmuwan, akademisi, dan stakeholders, masyarakat umum,
mahasiswa, dari berbagai wilayah di tanah air. Atas partisipasi Bpk/Ibu dalam SNG 2016 kami
ucapkan banyak terima kasih.

Prosiding ini memuat hasil penelitian dari berbagai bidang geosains, antara lain adalah
geofisika, geologi, geodesi, geografi, oceanografi, fisika bumi, meteorology, klimatologi,
astronomi, vulkanologi dan geomatika.

Demikian secara singkat yang dapat panitia sampaikan, ucapan terimakasih dan penghargaan
yang tinggi kami haturkan kepada semua pihak yang turut membantu suksesnya pelaksanaan
kegiatan seminar sampai penerbitan prosiding ini. Besar harapan semoga Prosiding Seminar
Nasional Geofisika 2016 Universitas Hasanuddin dengan tema “Optimalisasi Geosains dalam
Era MEA” dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 06 Agustus 2016


Ketua Panitia

Dr. Muhammad Hamzah Syahruddin, M.T.

iv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v

Halmar Halide Aplikasi Informasi Iklim Musiman Untuk Peringatan 1


Dini Kebakaran Hutan-Lahan (Karhutla) Di Asia
Tenggara Selatan

D.A. Suriamihardja, Quantification of Mining Sustainability 6


Amiruddin,
Aryanti Virtanti Anas

Andi Azhar Rusdin, Analisis Pengaruh Karakteristik Sedimen dan 13


Danang Sri Hadmoko, Kedalaman Muka Airtanah Terhadap Indeks
Sunarto, Saaduddin Kerentanan Seismik Kota Makassar

Ahmad Zaenudin, Mezrin Deliniasi Bidang Gelincir Menggunakan Metode 20


Romosi, Suharno, Geolistrik, Masw, dan Data Mekanika Tanah Studi
Bagus S. Mulyatno Kasus : Malausma - Majalengka - Jawa Barat

Guntur Pasau, Analisis Respons Spektra Gempa Bumi Lengan Utara 26


Gerald H. Tamuntuan, Sulawesi Sebagai Upaya Mitigasi Bencana
Adey Tanauma

Bambang Hari Mei, Analisis Data Seismik dengan Menggunakan Metode 30


Hasanuddin Spike dan Noise Burst Edit

As‟ari, Seni Herlina J Pemetaan Akuifer di Unsrat untuk Inventarisasi dalam 34


Tongkukut Pengelolaan Sumberdaya Air Tanah Secara
Berkelanjutan

Raivel, La Ode Ngkoimani, Kontrol Struktur Geologi Terhadap Vein Hidrotermal 39


Asri Arifin pada Batuan Metamorf Desa Wumbubangka
Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana
Propinsi Sulawesi Tenggara

v
Muhammad Hamzah Inversi Topografi Perumahan UNHAS Antang 45
Syahruddin, Asraf, Akmal,
Fitriani, Fauziah
Wulan Salle Karurung,

Muhammad Hamzah Inversi Self Potential Perumahan Unhas Antang 47


Syahruddin, Citra Fitriani,
Wa Ode Auliah Kahar, Tri
Nurhidayah, Febriana,
Annisa

Muh. Karnaen, Ikhsan, Studi Variasi Spasial B Value Dan Indeks Seismisitas 50
Marniati, R.Jamroni, Jeszy Wilayah Sesar Matano Berdasarkan Hubungan Antara
Wan Irfandy Magnitudo Dan Frekuensi Gempa Bumi

Bambang Harimei Analisis Daya Dukung Tanah dengan Mengunakan 55


Metode DCP dan CBR
(Studi Kasus: Promenade Sungai Mahakam
Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara)

Anoegrah Pratama DM, Identifikasi Potensi Sumber Daya Timah Primer 59


Makhrani, Sabrianto Aswad dengan Menggunakan Induksi Polarisasi dan
Resistivitas Daerah Bukit Puyuh Kec.Tempilang Kab.
Bangka Barat, Bangka Belitung

Budi Prayitno, MT Maseral Batubara Lesongbatu dan Sekitarnya 63


Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hilir
Propinsi Riau – Indonesia

M. Khaerul As‟ad, Penentuan Volume Lapisan Saprolit Daerah X 71


Makhrani, S.Si, M.Si, Menggunakan Metode ERT 3D
Sabrianto Aswad, S.Si, MT

Deniyatno, Jeni Rahmat, Interprestasi Prospek Mineralisasi Menggunakan 76


Erwin Anshari Metode Fault and Fracture Density (FFD) Studi Kasus
Zona Buton Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara

Saaduddin, Sismanto, dan Estimasi Ground Shear Strain Kota Padang Sumatera 80
Marjiyono Barat Berdasarkan Respon Mikrotremor

vi
Edy Wijanarko and Eko Budi Mapping of Volcanic Features in Atambua, NTT Area 85
Lelolo Based on Magnetic Method: Horizontal/Vertical
Derivative, Euler Deconvolution and Pseudo-gravity
Methods
Reski Ayu Magfira, Andi Estimasi Cadangan Batubara Menggunakan Metode 92
Tenri Awali Wildana, Curnia Drilling Dan Software Surpac
Sri Weny Bumbungan

Sri Suryani Penentuan Derajat Kualitas Air Limbah Melalui 95


Spektrum Ultraviolet

Mustina, Arifin Sensor Salinitas Berbasis Serat Optik Plastik 98


Konfigurasi Melengkung

Wa Ode Suwardi, Studi Pemetaan Kerentanan Air Tanah terhadap 102


Suriyaidulman Rianse, Pencemaran Polutan Nitrat dengan Menggunakan
Sevtho Linggi Allo, Rifkha Metode DRASTIC di Kota Kendari
Zulfaaini Rifai Deniyatno,
Rezky Dwi Fitriani

Johanes Gedo Sea, Menganalisis Hubungan Data Equatorial Southern 108


Muhammad Faisal Addi, Oscillation Index (SOI) dengan Data Tekanan
Yawan Baso Pata, Permukaan Laut di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan
Muhammad Arif Equatorial Timur Pasifik (Studi Kasus: Data Sea Level
Pressure (Slp) Dan Southern Oscillation Index (Soi)
Milik Noaa)

Muhammad Alfauzi, Analisis Sinyal dari Gempa Tornilo di Gunung 115


Muhammad Hamzah, Papandayan Periode Bulan April-Mei 2013
Bambang Hari Mei, Hetty
Triastuty

Dwi Nurfatimah, Arifin Sensor Pergeseran Berbasis Rugi Daya Kelengkungan 119
pada Serat Optik Plastik untuk Deteksi Longsor

Wa Ode Isra Mirani, Analisis Spektral Dan Distribusi Hiposenter Gempa 124
Muhammad Altin Massinai, Vulkanik Gunung Kelud
Makhrani

vii
Riski , Bidayatul Armynah Laju Penetrasi Klorida Pada Beton Menggunakan 129
Metode Rapid Migration Test

Aswar M, Syamsuddin, dan Pengaruh Konduktifitas Hidrolik Tanah Berpori 134


Muhammad Hamzah Terhadap Potensial Elektrokinetik
Virman, Muhammad Altin Analisis Data Geolistrik Untuk Eksplorasi Air Tanah 139
Massinai Zone Aluvium Di Distrik Kurik Merauke

Muhammad Altin Massinai, Pengaruh Aktivitas Tektonik pada Gunung Gamalama 146
Suciati, Lantu

Syamsuddin, Hasanuddin, Identifikasi Posisi Aquifer Menggunakan Metoda 149


dan Yuanita Omega Lolon Resistivitas Konfigurasi Wenner Alpha Dan Wenner
Beta (Studi Kasus Kebun Percobaan Pertanian Unhas)

Lantu, Nurhikmah Jufri, Identifikasi Zona Seam Batubara Dengan 154


Muhammad Altin Massinai Menggunakan Metode Ground Penetration Radar
(GPR)

Wahidah, Lantu, Sabrianto Pemodelan Atribut Poisson Impedance (Pi) 160


Aswad Menggunakaninversi Avo Simultan Untuk Estimasi
Penyebaran Gas Dilapangan „WA‟ Cekungan Sumatera
Selatan

Muhammad Faisal Addi Perkembangan Tektonik Sulawesi dan Implikasinya 166


Terhadap Sesar Regional serta Potensi Gempa Bumi di
Gorontalo

Andi Tenri Awali Wildana, Analisis Kurva HVSR untuk Distribusi Indeks 170
Lantu, Sabrianto Aswad Kerentanan Seismik Kawasan Rawan Gempabumi

Samsu Arif, Implikasi Penerapan Geospasial Sistem Penunjang 174


D. A. Suriamihardja, Keputusan Terhadap Pengembangan Lahan
Sumbangan Baja

viii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Aplikasi Informasi Iklim Musiman Untuk Peringatan Dini Kebakaran Hutan-Lahan di


Asia Tenggara Selatan
Halmar Halide
Laboratorium Hidrometeorologi Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA UNHAS
Makassar 90245

Sari yang terdampak dan biaya ekonomi KARHUTLA pada


kedua negara tersebut masing-masing mencapai masing-
Pada kurun waktu dari tahun 1900-2016, kebakaran hutan masing 97,76 % dan 99,89 % dari seluruh Negara ASEAN
dan lahan (KARHUTLA) menempatkan Indonesia pada [EM-DAT, 2016]. Tingginya frekuensi dan dampak soaial
urutan pertama negara dalam hal jumlah penduduk yang dan ekonomi inilah yang menyebabkan kedua Negara
terkena dampak dan biaya ekonomi yang ditimbulkan. Pada tersebut menjadi bahan kajian KARHUTLA studi ini.
KARHUTLA tahun 2015 yang lalu, pemerintah telah
menghabiskan dana sebesar 221 trilyun rupiah dari total Fokus kajian ini adalah pengembangan sistem peringatan
1.810 trilyun rupiah total pengeluaran negara. Adanya dini KARHUTLA dalam upaya menurunkan dampak
dampak ekonomi yang begitu besar dan potensi gangguan bencana yang ditimbulkannya. Hal ini menjadi salah satu
hubungan multilateral antar negara ASEAN, upaya untuk paket terpenting dari upaya menurunkan dampak bencana
menduga lebih awal akan terjadinya KARHUTLA menjadi alam di dunia[UNISDR, 2010, 2015; UN-ESCAP, 2016].
sesuatu hal yang penting. Kajian untuk menduga lebih dini Sistem peringatan dini ini berupa penggunaan informasi
berikut ini dilakukan dengan memanfaatkan data hot-spot iklim ENSO (El Niño Southern Oscillation) untuk
KARHUTLA berbasis satelit dan informasi iklim musiman memprediksi jumlah bintik-panas (hot-spot) yang terjadi di
(observasi dan prediksi ENSO, prediksi probabilitas Indonesia dan Malaysia. Permodelan yang mengaitkan
kondisi suhu dan curah hujan) pada 2 negara ASEAN informasi ENSO dan jumlah hot-spot tergolong kedalam
selatan yakni Malaysia dan Indonesia. Model yang permodelan regresi linear dan proses pengujian akurasi
mengaitkan antara masukan data ENSO dan keluaran hot- model linear ini menggunakan teknik rolling-validation
spot tergolong model linear. Skill model prediktif ini diuji (one-step-ahead) out-of-sample forecast [Hyndman dan
melalui prediksi one-step-ahead dengan proses rolling- Atnanasopoulos, 2013]. Teknik ini telah digunakan untuk
validation. Nilai korelasi, RMSE (root-mean-square-error) memprediksi frekuensi dan luas area KARHUTLA tahunan
dan jarak Euclidean dari model ini masing-masing adalah: periode tahun 1960-2013 di USA [Halide, 2014].
0,7; 1650, dan 11729 ± 1154 untuk Indonesia, dan 0,69;
172, dan 1225 ± 121 untuk Malaysia. Skill model ini Data dan Metoda / Data and Method
berubah secara signifikan dengan menambahkan satu
masukan lagi yakni jumlah hot spot pada musim Bahan
sebelumnya. Untuk Indonesia, skill tersebut berubah Data ENSO (anomali suhu muka-laut di samudera Pasifik
menjadi 0,90; 988 dan 7024 ± 700. Skill model yang tropis wilayah Niño 3.4) dan hot-spot masing-masing
diperoleh masih berpotensi untuk ditingkatkan lagi dengan diunduh dari situs NCEP - USA [NCEP, 2016] dan ASMC
menggunakan teknik nonlinear MIMO (Multiple Inputs – Singapura [ASMC, 2016]. Data ENSO yang diunduh
Multiple Outputs) Neural-Network. mulai dari musim JFM (Januari-Februari-Maret) tahun
2006 hingga MJJ (Mei-Juni-Juli) tahun 2016. Sedangkan
Kata kunci : data hot-spot yang diunduh adalah data dari bulan Januari
2006 hingga bulan Juli 2016. Untuk menyesuaikan kedua
Pendahuluan perangkat data, data hot-spot diubah menjadi data
musiman. Hal ini dilakukan dengan merata-ratakan data 3
Basis-data bencana internasional pada periode tahun 1900 bulanan menjadi satu data musim. Misalnya, data hot-spot
hingga 2016 menempatkan Indonesia pada posisi pada untuk musim ASO (Agustus-September-Oktober) adalah
urutan pertama dunia dalam hal negara dengan jumlah data hasil pererataan jumlah hot-spot pada bulan Agustus,
populasi yang terkena dampak dan biaya ekonomi yang September dan Oktober. Kedua perangkat data ini menjadi
ditanggung untuk bencana Kebakaran Hutan dan Lahan pasangan input-output untuk permodelan linear system
(KARHUTLA) [EM-DAT, 2016]. Perolehan dari basis- peringatan dini yang dikembangkan. Dalam hal ini, input
data EM-DAT untuk kawasan ASEAN juga menunjukkan dan output model masing-masing adalah ENSO dan jumlah
hal serupa. Indonesia dan Malaysia juga mendominasi hot-spot di Malaysia atau Indonesia. Data hot-spot
KARHUTLA pada periode tahun 1979-2015. Misalnya, Malaysia merupakan penjumlahan hot-spot yang terdeteksi
dari total 20 KARHUTLA yang terjadi di ASEAN, 14 pada Semenanjung Malaysia dan Sabah-Serawak,
diantaranya terjadi pada kedua Negara. Persentase korban sedangkan jumlah hot-spot Indonesia adalah penjumlahan

1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

hot-spot yang diamati pada pulau Sumatera dan Pada Gambar 2a dan 2b ditunjukkan pula adanya fenomena
Kalimantan. El Niño yang ditandai dengan nilai ENSO yang lebih besar
dari +0.5 oC. Ada 3 puncak El Niño yang teridentifikasi
Metoda yakni El Niño tahun 2007, 2010 dan 2015. Tampak bahwa,
Metoda yang digunakan dalam permodelan pasangan input- puncak hot-spot mendahului puncal ENSO pada ketiga El
output system peringatan dini KARHUTLA ini adalah Niño tersebut.
persamaan regresi linear. Penentuan koefisien regresinya
dilakukan menggunakan algorithma matriks pada paket
pemrograman MATLAB® [Brown, 2009]. Akurasi model
ditentukan melalui teknik rolling-validation dengan skema
pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur rolling validation permodelan pasang


Input/Output (I/O).

Pada time step ke-i, ada 3 pasangan I/O yang digunakan


untuk melatih (training) model. Hasil pelatihan ini akan
menghasilkan suatu nilai parameter regresi (koefisien dan
tetapan) tertentu misalnya αi dan βi. Nilai parameter ini
digunakan pada masukan ke-4 untuk memprediksi 1 nilai
output ke-4. Ini adalah tahap pengujian model (testing).
Selanjutnya, model ini dilatih menggunakan 4 pasangan I/O
yang akan menghasilkan αi+1 dan βi+1 . Perangkat αi+1 dan
βi+1 ini selanjutnya digunakan untuk menghasilkan prediksi
ke-5 dari nilai masukan ke-5, dan seterusnya.
Gambar 2a-b. Data time-series jumlah hot-spot musiman
Akurasi prediksi (out-of-sample forecast) terhadap disandingkan dengan data ENSO musiman untuk Indonesia
observasi ini ditentukan menggunakan sejumlah ukuran (a) dan Malaysia (b).
yakni korelasi Pearson, RMSE (root-mean-square-error)
dan Euclidean Distance. Formulasi untuk menentukan nilai Prediksi jumlah hot-spot akibat ENSO dan jumlah hot-spot
korelasi dan RMSE dapat ditemukan pada prediksi ENSO semusim sebelumnya
dan epidemic Demam Berdarah Dengue [Halide dan Ridd,
2008a,b], sedangkan penentuan Euclidean Distance, Hasil permodelan yang menggunakan ENSO sebagai
perumusannya dapat dijumpai pada prediksi cuaca [Kapoor prediktor tunggal jumlah hot-spot untuk Indonesia dan
dan Bedi, 2013] dan nilai-tukar mata uang [Pathirana, Malaysia ditampilkan pada Gambar 3a-d. Tampak bahwa
2015]. hasil prediksi hot-spot untuk kedua Negara ternyata tak bisa
menghasilkan puncak-puncak hot-spot. Ini berarti bahwa
Hasil dan Diskusi / Result and Discussion model tak berhasil memprediksi jumlah hot-spot secara
baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi yang rendah,
ENSO terhadap hot-spot kesalahan RMSE dan jarak Euclidean yang tinggi. Namun
Variasi ENSO dan hot-spot untuk Indonesia dan
dengan menambahkan prediktor kedua yakni jumlah hot-
Kalimantan dilukiskan masing-masing pada Gambar 2a dan spot semusim sebelumnya kedalam model regresi linear,
2b. Tampak bahwa jumlah hot-spot di Indonesia adalah 10 akurasi model dalam memprediksi jumlah hot-spot
kali lebih banyak dibanding jumlah hot-spot di Malaysia. meningkat secara signifikan (Gambar 4a-d).
Hot-spot di Indonesia setiap tahun meningkat setelah bulan
Juli, sedangkan hot-spot di Malaysia menunjukkan bahwa
peak (puncak) jumlah hot-spot dapat juga terjadi pada awal
tahun.

2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 3a-d. Hasil prediksi time series jumlah hot-spot menggunakan ENSO masing-masing untuk Indonesia (3a) dan Malaysia
(3b). Jumlah observasi hotspot ditunjukkan oleh lingkaran kosong dan prediksinya disajikan menggunakan garis penuh. Selain itu
disajikan pula diagram serak jumlah hot-spot observasi versus prediksi masing-masing untuk Indonesia (3c) dan Malaysia (3d).
Pada diagram-serak ini ditampilkan juga ukuran akurasi seperti korelasi („r‟), kesalahan prediksi (RMSE), dan jarak Euclidean
(„EUC‟).

3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 4a-d. Hasil prediksi time series jumlah hot-spot di Indonesia menggunakan prediktor tunggal ENSO (4a) dan prediktor
ENSO plus jumlah hot-spot semusim sebelumnya (4b). Seperti Gambar 3a dan 3b sebelumnya, jumlah observasi hotspot
ditunjukkan oleh lingkaran kosong dan prediksinya disajikan menggunakan garis penuh. Selain itu disajikan pula diagram serak
jumlah hot-spot observasi versus prediksi masing-masing untuk prediktor tunggal ENSO (4c) dan predictor ENSO plus jumlah
hot-spot semusim sebelumnya (4d). Nilai akurasi prediksi juga ditampilkan kembali menggunakan korelasi, RMSE, dan jarak
Euclidean.

Jumlah hot-spot yang teramati di Indonesia dan Malaysia karang di perairan laut Australia terjadi 11 bulan sebelum
dipengaruhi oleh faktor lokal dan faktor remote. Fenomena munculnya El Niño 1982-1983 [Coffroth dkk., 1990].
Iklim (ENSO) yang lokasinya di Samudera Pasifik dapat Menggunakan teknik ANFIS (Adaptive Neuro-Fuzzy
dipandang sebagai faktor remote, sedangkan jumlah hot- Inference System), Halide dan Ridd [2002] menemukan
spot semusim yang lalu adalah representasi pengaruh lokal. efek suhu laut lokal lebih dominan pengaruhnya pada
Meskipun sosok ENSO berperan dalam menentukan kejadian pemutihan terumbu karang. Hal ini tampaknya
kondisi keikliman (suhu dan curah hujan) [Trenberth dan yang terjadi pada kemunculan hot-spot di Malaysia dan
Caron, 2000; Ashok dkk., 2007] pada suatu lokasi melalui Indonesia yang mendahului El Niño seperti ditunjukkan
„teleconnection effect‟-nya, ia belum tentu berhubungan pada Gambar 2.
langsung dengan timbulnya suatu kejadian. Ambillah
pemutihan terumbu karang (coral bleaching) sebagai salah Bagimana dengan pengaruh jumlah hot-spot semusim
satu contohnya. Fenomena ini tak selalu bersamaan sebelumnya? Dalam konteks keikliman, efek ini disebut
waktunya dengan puncak ENSO. Pemutihan terumbu „persistence‟ – tetap mempertahankan keadaannya. Jadi,

4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

jika jumlah hot-spot saat ini berjumlah banyak, maka Halide, H. and P. Ridd, 2008a. International Journal of
jumlah hot-spot pada saat mendatang juga akan berjumlah Climatology, 28 (2): 219-233.
yang sama. Fenomena persistence ini misalnya sudah Halide, H. and P. Ridd, 2008b. International Journal of
diselidiki oleh Pausas dan Bradstock [2017]. Mereka Environmental Health and Research 18 (4): 253-265.
menemukan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh interaksi
antara komunitas/species tanaman dengan rezim kebakaran. Halide, Halmar, 2014. Celebes International Conference on
Earth Sciences (CICES 2014), Kendari, Nov 10,
Uraian diatas menunjukkan sejumlah hal yang berkaitan 2014.
dengan keberhasilan memprediksi jumlah hot-spot. Hyndman R.J., G. Athanasopoulos, 2013. Forecasting:
Pertama, adanya dominasi faktor lokal baik itu jenis principles and practice
spesies/tanaman maupun kondisi meteorologis (suhu dan [https://www.otexts.org/book/fpp]
curah hujan) setempat. Kedua, keberhasilan membuat Jordan, M. I., T. M. Mitchell, 2015. Science 349 (6245):
prediksi ini juga bergantung pada kompleksitas model yang 255-260.
digunakan untuk memperhitungkan efek non-linear pada
Kapoor, P., S. S. Bedi, 2013. ISRN Signal Processing
ekosistem tempat terjadinya hot-spot. Aspek terakhir inilah
Volume 2013 [http://dx.doi.org/10.1155/2013
yang kemudian mendorong aplikasi yang luas pada teknik-
/156540]
teknik mutakhir seperti Neural-Net dan Fuzzy logic untuk
memprediksi bencana termasuk KARHUTLA [Jordan dan Pathirana, V. K., 2015. Dissertations. University of South
Mitchell, 2015; Dutta dan Das, 2016]. Florida, 92 halaman. http://scholarcommons.usf.edu
/etd/5757
Kesimpulan Pausas, J. G., R.A. Bradstock, 2007. Global Ecology and
Biogeography 16: 330–340.
Kesesuaian antara prediksi dan jumlah hot-spot yang
diamati dipengaruhi oleh banyaknya jumlah prediktor yang NCEP, 2016. National Center for Environmental Prediction.
digunakan. Model yang menggunakan kombinasi prediktor http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/3mth.
ENSO dan jumlah hot-spot semusim sebelumnya nino34.81-10.ascii.txt
menghasilkan prediksi yang jauh lebih akurat dengan Trenberth, K. E., J. M. Caron, 2000. Journal of Climate 13
model yang hanya menggunakan prediktor tunggal ENSO. (24): 4358–4365.
UN-ESCAP (The United Nations for the Economic and
Pustaka / References
Social Commission for Asia and the Pacific), 2016.
[http://www.unescap.org/resources/disasters-asia-
Ashok K., S. K. Behera, S. A. Rao, H. Weng, 2017, T. and-pacific-2015-year-review]
Yamagata, 2007.. Journal of Geophysical Research
UNISDR (The United Nations Office for Disaster Risk
(Oceans) 112 (C11) http://onlinelibrary.wiley.com
Reduction), 2010. Synthesis report on ten ASEAN
/doi/ 10.1029/2006JC003798/abstract
countries disaster risks assessment.
ASMC (ASEA Specialised Meteorological Centre), 2016. http://www.unisdr.org/files/18872_asean.pdf
[http://asmc.asean.org/asmc-haze-hotspot-monthly#
Hotspot] UNISDR (The United Nations Office for Disaster Risk
Reduction), 2015. Chart of the Sendai Framework for
Brown S. H., 2009. Alabama Journal of Mathematics Disaster Risk Reduction 2015-2030.
Spring/Fall 2009. http://ajmonline.org/2009/brown http://www.unisdr.org/files/44983_sendaiframeworks
.pdf implifiedchart.pdf
Coffroth, M., H.R. Lasker, I.K. Oliver, 1990. Elsevier,
Amsterdam, hal. 141-182.
Ucapan Terima Kasih
Dutta R.,, A. Das, J., 2016. Published 10 February
2016.DOI: 10.1098/rsos.150241.
Saya berterima kasih kepada ASMC dan NOAA yang telah
EM-DAT, 2016. [http://www.emdat.be/] menyediakan akses data hot-spot dan ENSO bagi publik.
Halide, H., P. Ridd, 2002. Physica-Verlag, Heidelberg, hal. Kedua perangkat data tersebut memungkinkan
352-362. dlaksanakannya permodelan ini.

5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

QUANTIFICATION OF MINING SUSTAINABILITY


D.A. Suriamihardja,1) Amiruddin,1) and Aryanti Virtanti Anas2)
1)
Department of Physics, Faculty of Sciences, Hasanuddin University
2)
Department of Geology, Faculty of Engineering, Hasanuddin University

Abstract In that respect, Odin (ODIN, 1987) explicated Nishida‟s


perception that truth, goodness, and beauty are converging
Sustainability is the term of matter which is into fusion point for both art and morality which is the
frequently discussed qualitatively. In this paper we ecstatic experience of self-effacement arising at the
try to formulate quantification of sustainability in standpoint of religious intuition. Furthermore, Nishida
mining activities by considering the aesthetical strongly emphasized that the intuitive truth penetrates into
patterns that connect. The mining activities will be the profound secrets of the universe, it is far deeper and
divided into three compartments: extracting, greater than the logical truth obtained through ordinary
processing, and delivering. Within three thought and discrimination. This union of art or aesthetics
compartments, there are connectors distinguished with moral through formal education and cultural
into a supply of raw material from enviroment to habitation together with intuitive truth gives birth to mono
the system, direct cycles and recycles among no aware (物の哀れ), means „an empathy towards things‟
compartments, dissipative terms outward of the
(WIKIPEDIA) or „an ability to feel things‟ (MARRA,
system, and non-dissipative term as production of
2011), or gives value to things (in this case: mined sand and
the system. We found that the quantified
gravels) from the surrounded environment.
sustainability depends on a systemic efficiency and
a resilience capacity.
In connection to thoughts mentioning above, Harries-Jones
[HARRIES-JONES, 2010] argued further that aesthetics is
Key words: economic input-output analysis,
able to unifying glimpse, provides a medium through which
information theory, and sustainability.
humanity can begin to communicate about how to
understand the whole and thus the unity of the biosphere.
Both ecology and aesthetics are immanent features of our
Introduction
existence. Living systems are recursive systems. An
It is recognized that the term of beauty is important basis ecological aesthetics at the very least gave insight into
for considering sustainability. The beauty is additional holistic patterns pertaining to the unity of life and provides
basis to that of hard and soft sciences which are so far as a contrast to the ad hoc science of parts (fragments) of
fundament to decision maker. The beauty expresses patterns.
orderliness in the patterns that connect, in the weave of
existences, in the formation of flying birds, in the swarm of Instead of considering either of the parts separately, Murase
honeybees, in the productive landscape, in the network of (MURASE, 2008) encouraged to integrate fragments of
systems, in the network of city transportation, in the knowledge at various component levels and time scales
configuration of mining activities etc. Those events and when investigating the history of life. Therefore, he argued
entities might be prepared themselves by communicating that life must be characterized by unlimited conflicts and
each other among participative members or individual oppositions. In this regards, he proposed a new paradigm of
existents to interwoven a share of useful information, life which is called as the endo-exo circulation. This
matter, energy, perceptions and values into harmonious paradigm expresses an endless circulation between nature
actions. and nurture, or between self (endo) and non-self (exo), and
gives rise to the emergence of new orders. In this case, we
In Al-Farabi‟s perception as quoted by Tanabayeva et al. employ the life mentioned by Murase in the meaning of the
(TANABAYEVA, 2015) in uniting moral and aesthetic life of mining sustainability.
values as follows: good is beautiful, and beauty is good; the
beautiful is that which is valued by the intelligentsia. Al- Going into reality in evaluating aesthetical sustainability,
Farabi expected that this perfection as for ecological Anas et al. (ANAS A. V., 2013) gave example in
aesthetics is achievable through educational efforts which quantifying a sustainability status of mining management
combines knowledge and virtuous behavior. Through these concerning construction material from Jeneberang River.
efforts, happiness and goodness are achieved at one and the They considered the interconnecting aspects of social,
same time. This achievement will be the important source economic, institutional, and environmental dimensions.
of sustainability. After analyzing the obtained data, they concluded that the
sustainability index of mining management in Jeneberang

6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

River is still quite sustainable based on the four mentioned


dimensions. Following Finn (FINN, 1976) who carried out the
ecological analysis based on economic compartment (1) to
Objectives and methods compartment (2), is the fractional outflow from
compartment (1) to compartment (3), and is the
Regarding to ecological aesthetics, here we are simply fractional outflow from compartment (2) to compartment
proposing an interconnecting pattern of mining activities. (3). While in recycle direction, is the fractional inflow
To approach a system of mining activities, say for example, from compartment (3) to compartment (1), is the
in upstream area of Jeneberang River, Makassar, we fractional inflow from compartment (3) to compartment
construct a framework of analysis by a model as depicted in (2), and is the fractional inflow from compartment (2)
Figure-1, needless to say in reality it could be more to compartment (1). Matrix expression of Figure-1 can be
complex. The system simply consists of three seen in calculation purposes input-output analysis in steady
compartments: extraction ( ), processing ( ), and state condition, prevailing that: ( ) ( ) , where
delivering ( ). There will be swarm of inflows and both sides are expressed as:
outflows of matter, energy, or information from and to each
(1) ( ) ∑ ;
compartment indicated by subscripts ( ).
Where is outflow from i entering j. Noting that i is
The objectives of this paper are to quantify the mining limited to i=3 due to only there are 3 compartments,
sustainability, and to see further the relation of the and is raw material from the environment.
components that constructing the quantified sustainability. ( ) ∑
(2) .
Economic input-output analysis is first used as method of
preparation, and theory of information is used as the Where j=4 is for non-dissipative terms, j=5 is for
consecutive method in quantifying the sustainability dissipative terms.
following the work of Ulanowicz et al. (ULANOWICZ R.
S., 2009) based on economic input-output analysis. We
extend his method into the mining activities composing of
compartments of extraction, processing, and delivering in
quantifying its sustainability.

Economic Input-output Analysis

Based on Figure-1, first of all sustainable raw material


( ) should be determined based on natural replenishment
annually accumulated behind several constructed sabo
dams as was developed by Anas et al. (ANAS A. V., 2013)
; environmental impacts of , , and should be taken
into account by the miners; and sustainable production ( )
should be determined based on an annual equilibrium of
supply-demand for both areas of Gowa Regency and Figure-1 A system of mining activities involves swarm of
Makassar City. inflows to and outflows from each compartment, with
dissipative outflows symbolized by: , , and from
Actually, this equilibrium will depend on the annual compartment ( ), ( ), and ( ) respectively. There
economic growth of both areas. In direct cycles, there are should be raw material supply ( ) to and production
consecutive fraction share of useful input from ( ) from the system.
compartment i to compartment j, such that is the
fractional outflow from as noted in Table-1 and Table-2.

Table-1 Expansion of inflows in equation (1) and outflows in equation (2)

Inflow to: , , and : equation (1) Outflow from , , and : equation (2)

( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )

7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Table-2 Calculation of internal storages in each compartment: ̃ , ̃ , ̃


Steady state condition: Inflows = Outflows => ( ) ( )

Calculating E1, E2, and E3 based on given N01, f12,


Calculating internal storage ̃ , ̃ , ̃
f13, f23, f21, f31, and f32.

̃
( ) ( )( ) ̃
̃

In the case of no dissipative outflows: ; Further examples are shown in Table-3 for variety of
and no recycles: , such that it may be: dissipations and productions with keeping supply of raw
; ; and , the system remains material to be constant.
that which means that no mining activities at all
as depicted in Figure-2. Following Ulanowicz et al. (ULANOWICZ R. S., 2009)
based on economic input-output analysis, the following
Table-4 and Table-5 are useful tables to see how the
interactions conduct in the mining activities between
compartments of extraction, processing, and delivering, and
to compare what is the ratio of a share connector
to both total outflows and inflows in each
compartment. It can be distinguished by different colors,
that are cycle connectors, while
are recycle connectors.
Figure-2
The system has no dissipations: ;
and has no recycle processes: ;
Eventually:

Table-3 Examples results of calculations of volume storage in each compartment


EXAMPLES

Matrix Operator Total Storage Internal Storage Externalities

̃ , ,
, ,
( ) ( ) (̃)
̃
̃
(1) ( ) ( ) ( ) (̃) ( )
̃

̃
(2) ( ) ( ) ( ) (̃) ( )
̃

8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

̃
(3) ( ) ( ) ( ) (̃) ( )
̃

̃
(4) ( ) ( ) ( ) (̃) ( )
̃

Table-4 Matrix required for calculation using total system throughput ( )


𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑 Outflows

𝒊 𝟏 0 ̃ ̃ ̃

𝒊 𝟐 ̃ 0 ̃ ̃

𝒊 𝟑 ̃ ̃ 0 ̃

Inflows 𝐓𝐒𝐓 𝑻

Table-5 Denoting each connector of ̃ in the matrix by

𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑 Outflows

𝒊 𝟏 0

𝒊 𝟐 0

𝒊 𝟑 0

Inflows 𝑻

Quantifying Ascendency, Resilience, and Sustainability The symbol represents one‟s surprise at seeing an event
Quantification process is using the result of economic that occurs with probability, , and k is an appropriate
input-output analysis above, and brings them entering the positive scalar constant. Moreover is the unconditional
theory of information which has been used in ecology by probability that event i will occur under all possible
Ulanowicz et al. (ULANOWICZ R. S., 2009) for more than conditions. The product of the (probability) measure of the
three decades commencing from late 1980. As was presence of an event, i, by a magnitude of its
mentioned previously, Bateson defined information as (probability) absence or surprise yields a quantity that
“difference that makes difference,” in this respect represents the indeterminacy of the event,
Ulanowicz (ULANOWICZ R. S., 2009) further gives (4)
additional attribute that such difference almost always For the entire ensemble of events, the aggregate systems
involves the absence of something. Based on this indeterminacy, H(A), can be calculated through (Shannon
importance of being absent, he uses Boltzmann‟s famous index) or the average of indeterminacy:
definition of surprise:
(5) 𝐻(𝐴) ∑ ∑
(3) [ ]

9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

The equation (5) represents the average information that we principle: “In the absence of major perturbations
do not have, which is called missing information, and is ecosystems exhibit a propensity to increase in ascendency,
called also as a self-information of the system. or the systems develop more along the lines on increasing
efficiency.” However, Goener et al. [GOENER, 2009]
Missing information for a collective compartment reminded that both resilience and efficiency are related to
according to Koorehdavoudi [KOOREHDAVOUDI, 2016] the levels of diversity and connectivity found in the
is defined as the level of missing communicated network which can be represented by total system through
information between compartments due to their flow, , but in opposite directions. Consequently, they
interactions. In other words, the interpretation of missing argued further that flow-network sustainability can
information by Koorehdavoudi is the amount of reasonably be defined as the optimal balance of efficiency
information needed to specify the coupling between the and resilience as determined by nature and measured by
compartments as a result of the exact structural state of the system structure. In their curve, the optimal sustainability is
group forming a specific structure of the system. The situated slightly (asymmetric) toward the resilience side,
missing information of the state due to the swarm the resulting asymmetry suggests that resilience plays a
evolving from other compartments is gauged by scaling the greater role in optimal sustainability than does efficiency.
Shannon index (the aggregate systems indeterminacy) by Systemic efficiency (SE) and resilience capacity (RC) or
the Total System Through-flow ( ) which consider the reserve capacity (overhead), based on equation (6) and (8),
interaction with other compartments. Ulanowicz are formulated as follows:
[ULANOWICZ R. S., 2009] formulated the Total System
Through-flow ( ) by summing the whole swarm of (9) (𝐴 ) ∑ ( )
inflows and outflows to and from each compartment
Where the term under the logarithmic operator is the ratio
structuring the system, as is shown in Table 4 and Table-5.
of micro probability ⁄ (as ratio of connector to
Consequently, the missing information of the system is
formulated as: internal storage of compartment or partial probability of
outflow from compartment i), to macro probability
∑ ∑
(6) 𝐻(𝐴) ∑ ( ) ( ) ⁄ (as ratio of internal storage to total system
throughflow or probability of outflow from
∑ ( ) ( )
compartment j), which can be rewritten as:

(10) .
Ulanowicz [ULANOWICZ R. , 2001] argued that 𝐻(𝐴) ⁄
must be considered on how A distributes when it interacts When , it simply (10) gives: .
with B. From his mathematical reasoning, 𝐻(𝐴) its self as
depicted in equation (6) performs the meaning of 𝐻(𝐴 ) While, resilience capacity (RC) depends on product of
as a joint entropy which can be decomposed into two ⁄ (partial probability of outflows from compartment
components according to its relationship between i) to ⁄ (partial probability of inflows to compartment
probability of event (entity) A and probability of event
j) with reference to , which is written as:
(entity) B as follows:
(7) 𝐻(𝐴 ) (𝐴 ) 𝐻(𝐴| ) (11) ∑ ( )

In equation (7), (𝐴 ) is called as the average mutual Sustainability has a peak value at optimal balance between
information, and describes how much A is correlated with efficiency and resiliency, and spreading to opposite
(constrained by) B; whereas 𝐻(𝐴| ) is the conditional extremes from insufficient diversity (towards brittleness or
entropy, quantifies how much freedom (or dissociation of) greater efficiency: ) up to insufficient efficiency
A exhibits in the presence of B, in addition 𝐻(𝐴| ) is the (towards stagnation or greater resilience: ). This
appropriate measure of choice extant in the system, and it information confirms effectively the equation stands for
should be related to system stability. The average mutual sustainability which can be written as:
information is written as follows: (12)
(8) (𝐴 ) ∑ (∑ ) Using equation (6), the sustainability can be written as:

∑ ∑ ( ) ( ) (13) 𝐻(𝐴 ) ∑( ) ( )
Equations (12) and (13) have been confirmed in Table-6.
Systemic efficiency (SE) or ascendency is a measure of
system organization. In this respect, Ulanowicz
[ULANOWICZ R. , 2001] proposes the phenomenological

10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Table-6 Quantification Systemic Efficiency, Resiliency Capacity and Sustainability


EXAM
PLES

S=SE+RC Internal Storage


Interaction Matrix Among Compartments

𝑻 𝟐 𝑻 𝟐 𝑻 𝟑
𝑻𝟏 0 0.33 0.33 0.67 𝒊 𝟏
̃
(1) 𝑻𝟐 0 0 0.33 0.33 𝒊 𝟐 (̃) ( )
𝑻𝟑 0 0 0 0 𝒊 𝟑 ̃
0 0.33 0.67 1
𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑

𝑻 𝟐 𝑻 𝟐 𝑻 𝟑
𝑻𝟏 0 0.262 0.262 0.523 𝒊 𝟏
̃
(2) 𝑻𝟐 0.071 0 0.214 0.285 𝒊 𝟐 (̃) ( )
𝑻𝟑 0.096 0.096 0 0.191 𝒊 𝟑 ̃
0.167 0.357 0.476 1
𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑

𝑻 𝟐 𝑻 𝟐 𝑻 𝟑
𝑻𝟏 0 0.373 0.133 0.507 𝒊 𝟏
̃
(3) 𝑻𝟐 0.063 0 0.336 0.399 𝒊 𝟐 (̃) ( )
𝑻𝟑 0.047 0.047 0 0.094 𝒊 𝟑 ̃
0.11 0.42 0.47 1
𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑

𝑻 𝟐 𝑻 𝟐 𝑻 𝟑
𝑻𝟏 0 0.4 0.17 0.57 𝒊 𝟏
̃
(4) 𝑻𝟐 0.043 0 0.34 0.38 𝒊 𝟐 (̃) ( )
𝑻𝟑 0.025 0.025 0 0.05 𝒊 𝟑 ̃
0.068 0.425 0.51 1
𝒋 𝟏 𝒋 𝟐 𝒋 𝟑

Conclussion
Based on Harries-Jones`s thought [HARRIES-JONES,
The results gave confirmation to quantification of the 2010], that the role of aesthetics confirms to provide a
mining sustainability , as function of Systemic Efficiency medium through which the mining system should be able to
( ) plus Resilience Capacity ( ). Algebraically, plus communicate through connectors among compartments
will obviously form the formulation of through the about how to understand the whole and thus the unity of the
key relation of the following term: mining activities and the environment. This thought was
emphasized by the Murase`s paradigm [MURASE, 2008]
( )
of endless circulation between nature and nurture, or
(14) ( ) ( ) between self (endo: mining activities) and non-self (exo:
( )
the environment), and gives rise to the emergence of new
The sustainability is based to equation (14) whether orders.
through equation (6) or equation (13).

11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Acknowledgment

The authors express their appreciation to the Center for


Southeast Asian Studies, Kyoto University, in providing
support and facilitation during conducting this work, and to
Hasanuddin University for the permission to leave from
everyday academic life for several months as the realization
of cooperative memorandum between both universities.

References

Anas, A. V. (2013, July). International Journal of


Innovation and Applied Studies, 3(3), 774-780.
retrieved from http://www.issr-journals.org/ijias/
Anas, A. V. (2013, December). International Journal of
Engineering Research & Technology (IJERT),
2(12), 191-195. Retrieved from
http://www.ijert.org
Finn, J. (1976). J. Theoretical Biology, 56, 363-380.
Goener, S. B. (2009). Ecological Economics, 69, 76-81.
doi:doi:10.1016/j.ecolecon.2009.07.018
Harries-Jones, P. (2010). Entropy, 12, 2359-2385.
doi:doi:10.3390/e12122359
Koorehdavoudi, H. B. (2016). Nature: Scientific Reports,
6(27602), 1-13. doi:doi: 10.1038
Marra, M. (2011). In S. INAGA (Ed.), The 38th
International Research Symposium (Nov. 8-11,
2010); Quetioning Oriental Aesthetics and
Thinkings: Conflicting Visions of "Asia"under the
Colonial Empires (pp. 15-29). Kyoto:
International Research Center for Japanese
Studies. Retrieved from
http://www.nichibun.ac.jp
Murase, M. (2008). In M. M. Ichiro, What is Life ? The
Next 100 years of Yukawa's Dream, Progress of
Theoretical Physics Supplement No 173, 1-10
(2008) (pp. 1-15). Kyoto. Retrieved from
http://hdl.handle.net/2433/67886
Odin, S. (1987). Monumenta Nipponica, 211-217.
Retrieved from
http://www.jstor.org/journals/sophia.html
Tanabayeva, A. A. (2015). The European Proceeding of
Social & Behavioral Sciences (pp. 124-129). UK:
Future Academy.
doi:http://dx.doi.org/10.15405/epsbs.2015.01.14
Ulanowicz, R.S. (2001). Computers and Chemistry, 25,
393-399. Retrieved from
http://www.elsevier.com/locate/compchem
Ulanowicz, R. S. (2009). Ecological Complexity, 6, 27-36.
doi:10.1016/j.ecocom.2008.10.005

12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisis Pengaruh Karakteristik Sedimen dan Kedalaman Muka Airtanah Terhadap Indeks
Kerentanan Seismik Kota Makassar
Andi Azhar Rusdin1), Danang Sri Hadmoko2), Sunarto2), Saaduddin3)
1)
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Gowa
2)
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
3)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Hasanuddin Makassar

Sari bencana gempabumi, karena memiliki kepadatan penduduk


yang cukup tinggi dengan pertumbuhan penduduk yang
Kota Makassar merupakan salah satu kota yang rentan terus meningkat. Kota Makassar yang terdapat di atas
akibat gempabumi karena terletak di atas endapan aluvium. endapan aluvial dengan material sedimen halus juga
Penelitian ini dilakukan menggunakan 100 data pengukuran memberi dampak terhadap respon penjalaran gelombang
mikrotremor serta data bor dan kedalaman muka airtanah. seismik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
persebaran daerah rentan terhadap gempabumi serta
mengetahui pengaruh karakteristik sedimen dan kedalaman
muka airtanah terhadap indeks kerentanan seismik.
Penelitian ini menggunakan teknik Horizontal to Vertical
Spectral Ratio (HVSR). Analisis ini digunakan untuk
mengetahui sebaran Indeks Kerentanan Seismik (Kg).
Selain itu analisis statistik juga digunakan untuk
mengetahui hubungan antara karakteristik sedimen dan
kedalaman muka airtanah dengan variasi indeks kerentanan
seismik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran
daerah lebih rentan secara seismik yang dapat berpotensi
terjadi local site effect saat gempabumi terdapat di Kota
Makassar bagian barat dan selatan. Persebaran daerah
kurang rentan secara seismik terdapat di Kota Makassar
bagian timur dan utara. Terdapat hubungan antara
karakteristik sedimen dan kedalaman muka airtanah
terhadap variasi indeks kerentanan seismik. Indeks
kerentanan seismik tinggi terdapat di lapisan sedimen pasir Gambar 1. Struktur Geologi Lengan Selatan Sulawesi
yang tebal dengan ketebalan sedimen yang tebal serta (Surono dan Hartono, 2013)
kedalaman muka airtanah yang dangkal, sebaliknya indeks
kerentanan rendah terdapat pada lapisan sedimen pasir Tingkat kerusakan akibat gempabumi di suatu tempat
yang tipis dengan batuan tufa dangkal dan memiliki dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu mekanisme kejadian
ketebalan sedimen yang dangkal serta kedalaman muka gempabumi, magnitudo gempabumi, kedalaman
airtanah dalam. gempabumi, jarak episenter serta kondisi geologi setempat
Kata kunci: indeks kerentanan seismik, karakteristik (local site effect) (Daryono, 2011., Widodo, 2012).
sedimen, kedalaman muka airtanah. Fenomena local site effect tampak dalam beberapa kejadian
gempabumi merusak di dunia. Kajian pengaruh
Pendahuluan karakteristik sedimen dan kedalaman muka airtanah
terhadap indeks kerentanan seismik merupakan salah satu
Wilayah Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah topik penelitian bidang mitigasi gempabumi yang menarik.
rawan gempabumi, tercatat tidak kurang dari 7 kali Dengan mengetahui karakteristik sedimen dan kedalaman
gempabumi merusak pernah terjadi di daerah ini yaitu pada muka airtanah diharapkan dapat mengetahui respon
tahun 1828, 1967, 1969, 1972, 1984, 1993 dan 1997 gelombang seismik pada lokasi setempat, sehingga dapat
Kondisi ini disebabkan karena lokasi Sulawesi Selatan menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh
yang terletak di zona sesar aktif (Gambar 1). Salah satu karakteristik sedimen terhadap indeks kerentanan seismik
sesar aktif tersebut adalah Sesar Walanae yang terletak di berdasarkan pengukuran mikrotremor.
sepanjang Timur Kepulauan Selayar hingga Timur Laut
Kota Mamuju Sulawesi Barat. Kota Makassar merupakan Mikrotremor merupakan getaran alami (ambient vibration)
salah satu kota memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap yang berasal dari dua sumber utama yaitu alam dan

13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

manusia (Bonnefoy et al., 2006; Nakamura, 2008). mendapatkan nilai frekuensi dominan (f0) dan puncak
Mikrotremor atau disebut juga sebagai ambient noise spektrum/amplifikasi (A) yang akan digunakan untuk
merupakan getaran tanah yang disebabkan oleh beberapa menentukan indeks kerentanan seismik pada wilayah
faktor akibat aktivitas manusia, seperti lalulintas, industri, penelitian. Data mikrotremor dianalisis dengan
dan aktivitas manusia lainnya, selain itu sumber menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio
mikrotremor juga disebabkan oleh faktor alam seperti (HVSR). Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio
interaksi angin dan struktur bangunan, arus laut, serta (HVSR) digunakan dengan cara membandingkan spektrum
gelombang laut perioda panjang (Motamed et al., 2007; mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen
Peck, 2008).. Menurut Nakamura (1997) indeks kerentanan vertikal di daerah penelitian. Seluruh perhitungan
seismik (Kg) dapat menggambarkan tingkat kerentanan dikerjakan menggunakan program Geopsy dengan keluaran
lapisan tanah permukaan terhadap deformasi saat terjadi berupa rata-rata spektrum HVSR. Dari spektrum ini dapat
gempabumi. Indeks kerentanan seismik dapat digunakan diketahui nilai frekuensi predominan (f0) dan amplifikasi
untuk mengetahui daerah yang merupakan zona rentan (A0) di lokasi pengukuran mikrotremor. Selanjutnya nilai f0
pada saat terjadi gempabumi (Saita et al., 2004; Daryono, dan A0 tersebut dipergunakan untuk menghitung nilai
2011). indeks kerentanan seismik (Kg) dengan rumus:

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu 𝑨𝟐


𝑲𝒈
dilakukan kajian pengaruh karakteristik sedimen dan 𝒇𝟎
kedalaman muka airtanah terhadap indeks kerentanan
seismik. Maka tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk Analisis data lapangan meliputi analisis spasial dan analisis
mengetahui persebaran daerah rentan terhadap gempabumi statistik. Analisis data spasial digunakan untuk mengetahui
di Kota Makassar, serta (2) untuk menganalisis pengaruh sebaran data hasil pengolahan data mikrotremor dan data
karakteristik sedimen dan kedalaman muka airtanah lapangan lainnya. Proses analisis ini dilakukan dengan cara
terhadap nilai indeks kerentanan seismik di Kota Makassar. melakukan pemetaan data hasil pengolahan data lapangan
seperti nilai nilai frekuensi predominan (f0) dan amplifikasi
Data dan Metoda (A0) dan indeks kerentanan seismik (Kg). Analisis statistik
digunakan untuk mengetahui nilai korelasi dan hubungan
Lokasi penelitian mikrotremor dalam penelitian ini antara ketebalan sedimen dan kedalaman muka airtanah
dilakukan di Kota Makassar dengan koordinat 5,06° LS – dengan indeks kerentanan seismik.
5,25° LS dan 119,38° BT – 119,54° BT (Gambar 2)..
Lokasi penelitian ini terdapat 3 satuan batuan yaitu satuan Hasil dan Diskusi
aluvium, satuan formasi camba dan retas basal (Sukamto 1. Frekuensi Dominan, Faktor Amplifikasi dan
dan Supriatna, 1982). Sampel penelitian meliputi data Indeks Kerentanan Seismik
mikrotremor yang berlokasi di Kota Makassar dengan
jumlah titik pengukuran berjumlah 100 lokasi (Gambar 2). Nilai frekuensi dominan (f0) Kota Makassar yang diperoleh
dari puncak spektrum/faktor amplifikasi dengan metode
HVSR berkisar antara 1,1 Hz hingga 9,1 Hz (Gambar 3).
Frekuensi dominan terendah dengan nilai f0 1,1 Hz terdapat
pada lokasi pengukuran Tanjung Merdeka 1 yang terletak
pada Kecamatan Tamalate. Sebaliknya, lokasi pengukuran
Karampuang yang terletak di Kecamatan Panakkukang
memiliki nilai frekuensi dominan (f0) HVSR tertinggi
dibandingkan dengan lokasi pengukuran lainnya dengan
nilai f0 sebesar 9,1 Hz.

Spektrum HVSR dari hasil pengolahan data mikrotremor


tidak hanya menunjukkan nilai frekuensi dominan 0 dari
suatu daerah tetapi juga memberikan informasi mengenai
nilai faktor penguatan atau faktor amplifikasi (A) daerah
tersebut (Gambar 4). Nilai A tersebut diperoleh dari
penunjukan puncak amplitudo spektrum HVSR. Nilai
Gambar 2. Lokasi penelitian dan pengambilan faktor amplifikasi (A) menjelaskan adanya kontras
sampel penelitian impedansi antara lapisan permukaan terhadap lapisan yang
berada di bawahnya atau dengan kata lain faktor
Sampel data mikrotremor merupakan data utama untuk amplifikasi (A) merupakan suatu parameter yang

14
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

memberikan informasi mengenai struktur internal lapisan sedimen ( Parolai et al.,2002; Sato et al., 2004; Daryono,
sedimen yang lunak. Hasil pengolahan HVSR data 2011). Pada daerah penelitian sebelah barat dan selatan
mikrotremor tiga komponen dengan menunjukkan bahwa didominasi dengan endapan aluvium yang juga merupakan
nilai faktor amplifikasi (A) yang diperoleh bervariasi daerah pesisir sehingga nilai f0 yang diperoleh semakin
dengan nilai minimum sebesar 0,8 dan nilai maksimum rendah ke arah pantai dan sebaliknya untuk faktor
sebesar 10,1. Faktor amplifikasi terendah dominan amplifikasi. Peningkatan nilai f0 ke arah timur dan selatan
diperoleh dari lokasi pengukuran yang terletak di disebabkan karena pada daerah tersebut didominasi dengan
Kecamatan Panakukang, sedangkan untuk lokasi dengan batuan sedimen laut berselingan batuan gunungapi yang
faktor amplifikasi tertinggi terletak pada lokasi pengukuran terdiri dari Breksi, Lava, Konglomerat dan Tufa.
Pampang.
Analisis data mikrotremor juga menghasilkan indeks
kerentanan seismik. Indeks kerentanan seismik (𝐾𝑔)
merupakan salah satu parameter yang dapat dihitung
dengan menggunakan parameter masukan dari hasil analisis
HVSR data mikrotremor tiga komponen yaitu parameter
frekuensi dominan (f0) dan puncak spektrum/faktor
amplifikasi (𝐴0). Nilai kedua parameter tersebut diperoleh
dari penunjukkan spektrum HVSR. Hasil perhitungan
indeks kerentanan seismik (Kg) di Kota Makassar berkisar
0,1 hingga 62,2 (Gambar 6). Indeks kerentanan seismik
terendah terdapat di lokasi pengukuran Tamalanrea Jaya 1
yang terletak di Kecamatan Tamalanrea dengan nilai indeks
kerentanan seismik sebesar 0,1. Sebaran indeks kerentanan
seismik (Kg) tertinggi dengan nilai indeks kerentanan
seismik lebih besar dari 60 terletak di lokasi pengukuran
Gambar 3. Peta sebaran frekuensi dominan (f0) hasil Wajo Baru, Layang dan Pampang.
pengolahan data mikrotremor Kota Makassar
Berdasarkan hubungan antara indeks kerentanan seismik,
maka daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelas kerentanan, yaitu: daerah lebih rentan dan daerah
kurang rentan secara seismik. Daerah lebih rentan
merupakan daerah yang dapat mengalami local site effect
saat terjadi gempabumi. Daerah lebih rentan terdapat pada
daerah penelitian yang memiliki nilai indeks kerentanan
lebih dari 1 sedangkan daerah yang kurang rentan memiliki
nilai indeks kerentanan seismik kurang dari 1, di mana
daerah tersebut tidak mengalami local site effect saat terjadi
gempabumi (Daryono, 2011). Persebaran daerah lebih
rentan secara seismik pada daerah penelitian terdapat
Kecamatan Mariso, Kecamatan Mamajang, Kecamatan
Tamalate, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar,
Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Wajo, Kecamatan
Bontoala, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo dan
Gambar 4. Peta Faktor Amplifikasi (A) hasil pengolahan Kecamatan Panakukang (Gambar 5). Persebaran daerah
data miktrotremor Kota Makassar lebih rentan mengikuti satuan formasi batuan yang terdapat
pada daerah penelitian. Daerah lebih rentan terdapat di
Karakteristik spektrum HVSR menunjukkan bahwa nilai satuan batuan aluvium yang material pasir, lanau dan
frekuensi dominan (f0) pada daerah penelitian sebelah barat lempung yang tebal dengan batuan dasar yang dalam yang
dan selatan cenderung lebih rendah dan mengalami menyebabkan terjadinya resonansi gelombang seismik saat
peningkatan ke arah timur dan utara sedangkan sebaliknya terjadinya gempabumi. Persebaran daerah kurang rentan
dengan faktor amplifikasi (A) yang semakin ke barat dan secara seismik terdapat pada 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
selatan semakin tinggi nilainya faktor amplifikasinya. Hal Manggala bagian timur dan utara, Kecamatan Tamalanrea
ini berkesesuain dengan kondisi geologi (litologi) daerah dan Kecamatan Biringkanaya. Daerah kurang rentan ini
penelitian. Adanya variasi spektrum mikrotremor memiliki nilai indeks kerentanan seismik lebih kecil dari 1.
dipengaruhi oleh kondisi geologis (litologi) dan ketebalan Persebaran daerah kurang rentan terdapat pada satuan

15
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

batuan formasi camba yang tersusun dari batuan sedimen Makassar yang tersusun Formasi Camba yang terdiri dari
laut berselingan dengan batuan gunungapi dengan batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi
ketebalan sedimen yang tipis sehingga tidak berpotensi (Breksi, Lava, Konglomerat, Tufa). Hasil tersebut
terjadi resonansi saat gempabumi. menunjukkan adanya hubungan antara kondisi geologi
dengan indeks kerentanan seismik.

Lokasi bor daerah Pettarani (B) dan Urip Sumoharjo (C)


Kecamatan Panakukang menunjukkan bahwa lapisan
sedimen di daerah tersebut tersusun dari lapisan pasir tipis
berselang seling dengan lanau dan lempung dengan
ketebalan lapisan sedimen mencapai 9 meter, lokasi
tersebut berdekatan dengan lokasi mikrotremor Tidung 2
dan Tamamaung yang memiliki nilai indeks kerentanan
seismik (Kg) 24. Indeks kerentanan seismik terendah yang
terdapat pada penampang bor 1 yaitu di lokasi pengukuran
mikrotremor Kapasa 1 dengan nilai Kg sebesar 0,2 dan
Sudiang 1 yang memiliki nilai Kg sebesar 0,7. Lokasi
pengamatan mikrotremor tersebut terletak pada lapisan
sedimen tipis yang didominasi dengan material pasir dan
terdapat batupasir tufaan di bawahnya. Lokasi penampang
Gambar 5. Peta tingkat kerentanan seismik Kota bor kedua terletak di bagian barat daerah penelitian di
Makassar sekitar lokasi pengamatan mikrotremor yaitu Tanjung
Merdeka 2, Bontorannu, Mattoanging, Sawerigading,
Fakta ini yang mendasari kesimpulan bahwa variasi nilai Pattunuang 2, Kaluku Bodoa 1, dan Tallo. Lokasi
indeks kerentanan seismik tersebut menunjukkan adanya Mikrotremor Tanjung Merdeka dan Bontorannu terletak
ketidakhomogenan material penyusun setiap formasi dekat dengan lokasi bor di daerah Tanjung Bunga (E) yang
batuan serta adanya perbedaan ketebalan lapisan sedimen memiliki ketebalan sedimen mencapai 22 meter dengan
pada daerah tersebut. Fakta-fakta ini sesuai dengan hasil material penyusun terdiri dari lanau yang tipis dan lempung
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nakamura et al. yang tebal dengan nilai indeks kerentanan seismik 19,4 dan
(2000), Gurler et al. (2000), Saita et al. (2004), Nakamura 23,6. Indeks kerentanan tertinggi dengan nilai Kg 36,9
(2008) serta Daryono (2011). terletak di dekat lokasi bor daerah Bontolempangan (F)
dengan ketebalan lapisan 22 meter dan tersusun dari
2. Pengaruh Karakteristik Sedimen dan Kedalaman material pasir tebal mencapai 10 meter serta material
Muka Airtanah terhadap Indeks Kerentanan lempung dengan ketebalan mencapai 12 meter, sedangkan
Seismik untuk indeks kerentanan seismik rendah pada penampang
data bor ini terletak di Tallo dengan besaran Kg 7,8
Tingkat kerentanan seismik sangat ditentukan oleh kondisi (Gambar 6).
satuan litologi. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi
indeks kerentanan seismik diantaranya adalah karakteristik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batupasir tufaan
sedimen dan karakteristik hidrologi. Karakteristik sedimen yang dangkal dengan material lanau dan pasir tipis
dalam penelitian ini meliputi jenis material penyusun dan memiliki hubungan dengan nilai indeks kerentanan seismik
ketebalan sedimen/kedalaman batuan dasar, sedangkan yang rendah sedangkan lapisan material pasir dan lempung
karakteristik hidrologi di dalam penelitian ini yaitu tebal memiliki indeks kerentanan seismik yang tinggi dan
kedalaman muka airtanah. Untuk mengetahui pengaruh sangat rentan terhadap gelombang seismik. Hal tersebut
jenis material penyusun dan indeks kerentanan seismik, menunjukkan bahwa variasi indeks kerentanan seismik
maka dibuat 2 penampang litologi berdasarkan data bor N- sangat dipengaruhi oleh jenis material penyusunnya.
SPT yang terletak di bagian barat dan timur daerah Penelitian-penelitian terdahulu sudah mengungkapkan
penelitian dan melintang dari arah selatan hingga utara bahwa litologi batuan dan relief muka bumi memberi
daerah penelitian (Gambar 6). Berdasarkan hasil berpengaruh terhadap tingkat kerentanan gempabumi
pengukuran mikrotremor, bagian barat Kota Makassar (Gurler et al, 2000; Tuladhar et al, 2004; Saita et al, 2004;
memiliki indeks kerentanan tinggi tersusun dari endapan Parolai et al., 2007, Nakamura, 2008; Daryono, 2011;
aluvium berupa pasir, lanau serta lempung. Indeks Nurwihastuti et al., 2014).
kerentanan mengalami penurunan ke arah timur Kota

16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Penampang A-B-C-D Penampang E-F-G-H-I


30 Indeks Kerentanan Seismik
Indeks Kerentanan Seismik

40

30
20

20
10
10

0 0
Tidung
Tamamaung
2 Lakkang 1 Kapasa 1 Sudiang 1
MKS053MKS060 MKS041 MKS023 MKS095

Lokasi Pengamatan Mikrotremor Lokasi Pengamatan Mikrotremor

KETERANGAN: PASIR LANAU LEMPUNG BATUPASIR BATUPASIR TUF

Gambar 6. Peta indeks kerentanan seismik disertai dengan penampang data bor Kota Makassar

17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Selain jenis material penyusun sedimen, variasi indeks airtanah pada puncak musim hujan (Februari-Maret)
kerentanan seismik juga dipengaruhi oleh ketebalan menunjukkan muka airtanah terdapat pada kedalaman 0
sedimen (Gurler et al,2000; Saita et al, 2004; Nakamura, sampai 4 meter. Kedalaman muka airtanah pada musim
2008; Daryono, 2011). Ketebalan sedimen pada penelitian kemarau diukur pada bulan Agustus hingga September
ini didapatkan dari hasil data boring log and SPT/CPT Test dengan kedalaman muka airtanah 0,4 hingga 6 meter.
Result yang tersedia di Kota Makassar. Ketebalan sedimen Kedalaman muka airtanah rata-rata pada musim kemarau
Kota Makassar berdasarkan data bor N-SPT/CPT yaitu adalah 1,75 meter. Muka airtanah dangkal terdapat di
berkisar 2 hingga 26 meter. Hasil penelitian menunjukkan bagian barat Kota Makassar, sedangkan muka airtanah
bahwa daerah yang memiliki ketebalan sedimen yang tipis dalam terdapat di bagian timur Kota Makassar.
2 meter yang terletak di timur Kota Makkassar memiliki
indeks kerentanan seismik sebesar 0,3. Indeks kerentanan Kedalaman muka airtanah rata-rata di daerah penelitian
tertinggi (Kg = 49,1) terletak di bagaian barat daerah yaitu 0,3 meter hingga 4,25 meter. Kedalaman muka
penelitian (pesisir) yang memiliki ketebalan sedimen diatas airtanah rata-rata di Kota Makassar didapatkan dengan
21,6 meter. Indeks kerentanan seismik rendah (Kg < 1) merata-ratakan kedalaman muka airtanah musim kemarau
terletak pada ketebalan sedimen yang kurang dari 10 meter, dengan kedalaman muka airtanah pada musim hujan.
sedangkan indeks kerentanan tinggi terletak (Kg > 30) Kedalaman muka airtanah dangkal dengan kedalaman
terdapat pada daerah dengan ketebalan sedimen lebih 20 kurang dari 1,5 meter tersebar di bagian barat Kota
meter (Gambar 7). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Makassar. Kedalaman muka airtanah dalam terdapat di
adanya hubungan antara indeks kerentanan seismik dengan bagian timur Kota Makassar dengan kedalaman 1,5 meter
ketebalan sedimen, dimana semakin tebal lapisan sedimen hingga 4,25 meter. Sebaran kedalaman muka airtanah
cenderung memiliki indeks kerentanan seismik yang memiliki kesamaan dengan sebaran litologi dan sebaran
semakin tinggi dan sebaliknya semakin tipis lapisan indeks kerentanan seismik. Muka airtanah dangkal terdapat
sedimen. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bahwa pada daerah yang memiliki indeks kerentanan tinggi yang
indeks kerentanan seismik memiliki korelasi signifikan terletak di satuan endapan aluvium dengan material
dengan ketebalan sedimen dengan nilai korelasi sebesar penyusun terdiri atas pasir, lempung, lanau serta kerikil
0,913 (Gambar 8). dengan. Pada satuan Formasi Camba yang tersusun dari
batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi
(lava, breksi, konglomerat dan tufa) memiliki kedalaman
muka airtanah dalam dengan nilai indeks kerentanan yang
rendah.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara


kedalaman muka airtanah dengan indeks kerentanan
seismik. Daerah yang terletak di zona muka airtanah
dangkal memiliki indeks kerentanan tinggi, sebaliknya
indeks kerentanan rendah terdapat di daerah yang memiliki
muka airtanah dalam. Indeks kerentanan seismik di bawah
10 banyak dijumpai pada daerah yang memiliki kedalaman
muka airtanah dalam (lebih dari 1,5 meter), sedangkan
indeks kerentanan di atas 10 terdapat di daerah yang
memiliki kedalaman muka airtanah dangkal dengan
kedalaman kurang dari 1,5 meter. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa Kedalaman muka airtanah memiliki
korelasi dengan indeks kerentanan dengan nilai korelasi
Gambar 7. Model ketebalan sedimen berdasarkan data bor
mencapai 0,447 (Gambar 8).
dan indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor.

Variasi indeks kerentanan seismik juga dipengaruhi oleh


kedalaman muka airtanah (Fah, 2006; Daryono, 2011).
Fluktuasi muka airtanah di Kota Makassar sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim (musim hujan dan
kemarau) serta pemanfaatan airtanah oleh masyarakat.
Hasil pengukuran kedalaman muka airtanah (MAT) yang
dilakukan oleh Syahruddin (2013) menunjukkan variasi
kedalaman muka airtanah pada saat musim hujan dan
musim kemarau. Hasil pengukuran kedalaman muka

18
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

4.5 30 Motamed, R., Ghalandarzadeh, A., Tawhata, I. and


R² = 0.8345 Tabatabei, S.H.. 2007. Journal of Earthquake
Kedalaman Muka Airtanah

4
25 Engineering, 11:110-123.
3.5
Nakamura, Y. 1997. World Congress on Railway Research,
3 20
Florence.
(meter)

2.5
15 Nakamura, Y., Sato, T., and Nishinaga, M.. 2000.
2 Proceeding of the Sixth International Conference on
1.5 10 Seismic Zonation EERI, Palm Springs California.
1 Nakamura, Y., 2008. The 14th World Conference on
5
0.5 Earthquake Engineering, Beijing, China.
R² = 0.2006
0 0 Nurwihastuti, D. W., Sartohadi, J., Mardiatno, D.,Nehren,
0 20 40 60 80 U., and Restu. 2014. World Journal of Engineering
Indeks Kerentanan Seismik and Technology, 2, 61-70
Kedalaman Muka Airtanah (meter)
Ketebalan Sedimen (meter) Parolai, S., Bormann, P., and Milkereit, C., 2002. Bulletin
Gambar 8. Hubungan ketebalan sedimen dan kedalaman of Seismological Society of America, Vol 92, No 6,
muka airtanah terhadap indeks kerentanan seismik. pp. 2521-2527.
Parolai, S., Mucciarelli, M., Gallipoli, R., Richwalski,
S.M., Strollo, A., 2007. Bulletin of the Seismological
Society of America, Vol. 97, No. 5, pp. 1413–1431.
Kesimpulan
Peck, L., 2008., US Army Corps of Engineer, Engineer
Research and Development.
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian analisis
Saita, J., Bautista, M.L.P. and Nakamura, Y., 2004. Paper
pengaruh karakteristik sedimen dan kedalaman muka
No. 905, 13th World Conference on Earthquake
airtanah terhadap indeks kerentanan seismik di Kota
Engineering, Vancouver, B.C., Canada.
Makassar, Sulawesi Selatan, maka dapat disimpulkan
Sato, T., Nakamura, Y., and Saita, J., 2004. 13th World
sebagai berikut:
Conference on Earthquake Engineering, Paper No.
1. Persebaran daerah lebih rentan secara seismik yang
862, Vancouver, B.C., Canada.
dapat berpotensi terjadi local site effect saat
Sukamto Rab dan Supriatna, S., 1982, Pusat Penelitian dan
gempabumi terdapat di Kota Makassar bagian barat
Pengembangan Geologi. P3G Bandung.
dan selatan. Persebaran daerah kurang rentan secara
Syahruddin, M.H., 2013. Prosiding Seminar Nasional
seismik terdapat di Kota Makassar bagian timur dan
Fisika, Universitas Hasanuddin, Makassar.
utara.
Tuladhar, R., Cuong, N.N.H., and Yamasaki, F., 2004. 13 th
2. karakteristik sedimen dan kedalaman muka airtanah
World Conference on Earthquake Engineering, Paper
memengaruhi sebaran nilai indeks kerentanan
No. 2539, Vancouver, B.C., Canada.
seismik. Indeks kerentanan seismik tinggi terletak di
Widodo P., 2012. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
wilayah dengan karakteristik sedimen tersusun oleh
Surono dan Hartono, U., 2013. LIPI Press, Jakarta.
material pasir tebal yang berselingan dengan lanau
dan lempung tipis, serta memiliki kedalaman muka
Ucapan Terima Kasih
airtanah yang dangkal. Sebaliknya, di lapisan
sedimen yang tersusun dari material pasir tipis
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Pusat
dengan batu tufa yang dangkal dengan kedalaman
Pendidikan dan Pelatihan BMKG, Fakultas Geografi
muka airtanah dalam memiliki indeks kerentanan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta serta seluruh pihak
seismik yang rendah.
yang telah memberikan bantuan dan fasilitas sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.
Pustaka

Bonnefoy, S.C., Cotton, F., dan Bard, P.-Y. 2006. Earth-


Science Reviews, 79(3-4), 205-227.
Daryono. 2011. Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fah, D. 2006. Lecture Notes Engineering Seismology
Version 2.1, Swiss Seismological Service, ETH
Zürich.
Gurler, E.D., Nakamura, Y., Saita, J., and Sato, T. 2000. 6th
International Conference on Seismic Zonation, Palm
Spring Riviera Resort, California, USA, pp.65.

19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6Agustus 2016

Deliniasi Bidang Gelincir Menggunakan Metode Geolistrik, MASW, dan Data Mekanika Tanah
(Studi Kasus: Malausma-Majalengka-Jawa Barat)
Zaenudin. A (1), Romosi. M (1), Kristianto (2), Suharno (1),Mulyatno. B.S (1).
(1)
Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung
(2)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung

Sari adalah kondisi geologi, morfologi, keairan dan tata guna


lahan. Faktor pemicu umumnya curah hujan dan getaran
Telah dilakukan penelitian gerakan tanah di Dusun gempabumi, pemicu lainnya bisa akibat ulah manusia. Pada
Cigintung Desa Cimuncang Kec. Malausma Kab. saat terjadi hujan, air hujan akan meresap dan menembus
Majalengka menggunakan metode geolistrik tahanan jenis tanah hingga ke lapisan kedap air. Lapisan inilah yang akan
konfigurasi Wenner-Schlumberger, MASW, dan data berperan sebagai bidang gelincir, sehingga menyebabkan
mekanika tanah. Penelitian ini bertujuan untuk gerakan tanah atau longsor. Dalam penyelidikan gerakan
menganalisis hasil pemodelan bawah permukaan yang tanah keberadaaan bidang gelincir ini menjadi salah satu
terukur. Dari hasil pemodelan geolistrik diperoleh nilai faktor yang menarik untuk dikaji.
tahanan jenis <25 ohm.m diduga merupakan lapisan
lempung, nilai tahanan jenis antara 25-75 ohm.m diduga Untuk mengetahui keadaan bawah permukaan bumi
merupakan lapisan tufa dan nilai tahanan jenis >75 ohm.m khususnya bidang gelincir, dapat digunakan survei
diduga merupakan lapisan breksi tak terkonsolidasi. Dari geofifika. Metode geofisika yang digunakan dalam mencari
pemodelan MASW diperoleh nilai kecepatan gelombang S keberadaan bidang gelincir pada daerah penelitian ini yaitu
sekitar 40-183 m/s diduga merupakan lapisan tanah lunak menggunakan metode geolistrik tahanan jenis, MASW
dan nilai kecepatan gelombang S sekitar 183-366 m/s (Multichannel Analysis of Surface Wave), dan data
diduga merupakan lapisan tanah kaku. Dari hasil mekanika tanah. Metode- metode tersebut digunakan dalam
pemodelan Geoslope diperoleh nilai Faktor Keamanan penelitian ini disebabkan dengan metode-metode tersebut
(FK) lintasan 1 sekitar 1,261 yang berarti lereng tersebut dapat menghasilkan gambaran lapisan bawah permukaan
relatif stabil dan lintasan 4 sekitar 0,980 yang berarti lereng secara dua dimensi berdasarkan nilai tahanan jenis batuan
tersebut termasuk lereng labil. penyusun lapisan tersebut. Dan bisa digunakan metode
analisis kecepatan untuk mengetahui lapisan yang dianggap
Kata kunci : gerakan tanah, tahanan jenis, gelombang S bidang lemah berdasarkan analisis nilai kecepatan
penjalaran gelombang geser hingga kedalaman 30 meter
Pendahuluan (Vs 30).
Proses geodinamika Indonesia yang aktif menjadikan
kejadian letusan gunungapi, gerakan tanah, gempabumi, Metode geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu
dan bahaya geologi lainnya terus terjadi dari waktu ke metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari
waktu. Dari waktu ke waktu semakin terasa bahwa keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat
frekuensi kejadian gerakan tanah semakin meningkat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi.
(Wirakusumah, 2012). Metode ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik
searah ke dalam bumi melalui elektroda arus , selanjutnya
Salah satu daerah di Indonesia yang rawan akan bencana distribusi medan potensial diukur dengan elektroda
gerakan tanah yaitu Provinsi Jawa barat, diantaranya yang potensial. Variasi nilai tahanan jenis dihhitung berdasarkan
terjadi di Dusun Cigintung Desa Cimuncang Kec. besar arus dan potensial yang terukur (Santoso, 2002).
Malausma Kab. Majalengka pada tanggal 14 April 2013
yang mengakibatkan pemukiman warga, lahan pertanian, Metode ini diasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat
dan jalan di dusun tersebut mengalami kerusakan. homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resistivitas yang
terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak
Gerakan tanah merupakan gerakan massa tanah atau tergantung pada spasi elektroda. Pada kenyataannya, bumi
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau terdiri dari lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda
keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
atau batuan penyusun lereng tersebut. Gangguan kestabilan lapisan-lapisan tersebut. Maka harga yang terukur bukan
tanah diakibatkan oleh terganggunya gaya yang bekerja merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini
pada lereng yang disebabkan karena adanya suatu proses terutama untuk spasi elektroda yang lebar.
yang menaikkan gaya pendorong atau mengurangi gaya 𝜌a= (1)
penahan pada lereng (Imam, 1998 dalam Indrawati, 2009). Dengan 𝜌 a merupakan resistivitas semu yang bergantung
Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya gerakan tanah pada spasi elektroda.

20
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan konfigurasi Dan berikut skema survei lapangan metode MASW aktif
dengan sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan seperti pada Gambar 3.
faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak
antara elektroda C1-P1 atau C2-P2 dengan spasi antara P1-
P2 seperti pada Gambar 1. Jika jarak antar elektroda
potensial (P1 dan P2) adalah a maka jarak antar elektroda
arus (C1dan C2) adalah 2na+a. Proses penentuan
resistivitas menggunakan empat buah elektroda yang
diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka, 2002).

Gambar 3. Skema survei lapangan metode MASW aktif.

Kelebihan metode ini dibandingkan metode seismik


lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Non eksplosif, sehingga tidak mudah merusak
Gambar 1. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner- lingkungan.
Schlumberger. 2. Lebih mudah dikarenakan tidak diperlukan pengeboran.
3. Peralatannya mudah dibawa dengan tenaga manusia.
Metode MASW merupakan metode yang memanfaatkan 4. Dapat digunakan survei dangkal maupun mencapai
fenomena dispersi gelombang permukaan yang bertujuan ratusan meter.
untuk mengevaluasi karakter suatu medium solid. Metode 5. Mudah dalam menentukan persebaran nilai rata-rata Vs
ini akan mengukur variasi kecepatan gelombang 30 untuk menentukan jenis tanah.
permukaan seiring denagn bertambahnya kedalaman.
Pengukuran metode ini membutuhkan sumber seismik pasif Berdasarkan keadaan morfologi daerah penelitian
dan atau aktif untuk menghasilkan gelombang permukaan merupakan daerah dengan morfologi dataran tinggi
dengan 12 sampai 24 geophone. Metode ini terbagi (perbukitan terjal) yang memiliki kemiringan sekitar 25-
menjadi dua jenis yaitu metode MASW aktif dan pasif. 40% dan ketinggiannya sekitar 400-2000 mdpl. Sedangkan
Perbedaan dari kedua jenis metode ini yaitu terletak pada berdasarkan keadaan geologi daerah penelitian berada di
sumber gelombang yang digunakan. Metode MASW aktif Formasi Kaliwangu (Tpkw) yang tersusun oleh batuan
menggunakan sumber gelombang yang memiliki frekuensi lempung bersisipan batupasir tufaan, konglomerat,
tinggi yaitu dapat berupa palu atau weightdrop, sedangkan batupasir gampingan dan batu gamping yang umurnya
metode MASW pasif menggunakan sumber dengan sekitar Pliosen bawah serat berada pada Formasi Qvts
frekuensi redah seperti pasang surut air laut, lalu litas (Hasil Gunungapi tua) yang tersusun oleh breksi
kendaraan ataupun kerumunan pejalan kaki (Park, dkk). gunungapi, breksi aliran, tuva, dan lava bersusunan andesit
sampai basal dari G. Sawal seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta geologi daerah penelitian (Budhitrisna


Gambar 2. Gambaran umum survei metode MASW. dkk, 1986).

21
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Data dan Metode


Penelitian ini dilakukan di Dusun Cigintung desa
Cimuncang Kecamatan Malusma Kabupaten Majalengka
yang terletak pada koordinat sistem proyeksi UTM WGS84
antara 199737-199882 UTM X dan 9219893-9220507
UTM Y menggunakan metode geolistrik tahanan jenis
konfigurasi Wenner-Schlumberger sebanyak tiga lintasan
dengan menggunakan spasi 5 meter dengan jarak
bentangan 115 meter, MASW (Multichannel Analysis of
Surface Wave) aktif sebanyak dua lintasan menggunakan
24 geophone dengan spasi antar geophone 2 meter dan
panjang lintasan 47 meter, dan data mekanika tanah
sebanyak dua lintasan. Lintasan pengukuran ditentukan
dengan melihat kondisi keadaaan daerah penelitian.
Akuisisi dan pengolahan data geolistrik tahanan jenis
dilakukan dengan menggunakan alat resisitivitymeter serta
software ResDinv dan Rockwock 14 guna mengetahui
lapisan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai tanahan
jenis batuan yang terukur. Akuisisi dan pengolahan data
MASW dilakukan dengan menggunakan alat Oyo McSeis
serta software Seismager McSeis Pickwin, WaveEq, dan
GeoPlot guna mengetahui lapisan tanah yang dianggap
lemah berdasarkan penjalaran gelombang geser (Vs).
Sedangkan pengolahan data mekanika tanah dilakukan
dengan software Geoslope 2004 guna mengetahui nilai
faktor keamanan lereng daerah penelitian.

Gambar 6. Diagram alir penelitian.

Hasil dan Diskusi


Dari pengolahan data geolistrik tahanan jenis dihasilkan
model 2D seperti pada Gambar 7 (Lintasan 1), Gambar 8
(Lintasan 2), dan Gambar 9 (Lintasan 3).

Gambar 5. Peta lokasi daerah penelitian di Desa


Cimuncang.
Gambar 7. Hasil dua dimensi tahanan jenis Lintasan 1.
Proses penelitian ini dilakukan berdasarkan diagram alir
seperti pada Gambar 6. Pada metode geolistrik dilakukan Dari model 2D geolistrik tersebut menunjukan 3 lapisan
proses akuisisi data, pengolahan data dan pemodelan 2D. bawah permukaan yaitu dengan nilai tahanan jenis < 25
Pada metode MASW dilakukan proses akuisisi data, ohm.m, 25-75 ohm.m dan >75 ohm.m (Telford, 1990).
pengolahan data dan pemodelan 2D, begitu juga dengan Gambar 7 menunjukan model 2D dengan nilai tahanan
metode mekanika tanah. Dari pemodelan 2D tersebut jenis < 25 ohm.m diduga merupakan lapisan lempung,
kemudian dilakukan analisis hasilnya yang akan digunakan lapisan dengan nilai tahanan jenis antara 25-75 ohm.m
dalam proses analisis bidang gelincir. diduga merupakan lapisan tufa, dan lapisan dengan nilai

22
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

tahanan jenis >75 ohm.m diduga merupakan lapisan breksi


tak terkonsolidasi. Ketebalan lapisan lempung sekitar 6-20
m di bawah permukaan. Ketebalan lapisan tufa sekitar 4-6
m di bawah permukaan dan ketebalan lapisan breksi tak
terkonsolidasi sekitar 0-4 m di bawah permukaan.

Gambar 8. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 2.

Gambar 9. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 3.

Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukan model perlapisan Gambar 10. Hasil dua dimensi MASW lintasan 2.
dengan nilai tahanan jenis < 25 ohm.m diduga merupakan
lapisan lempung, lapisan dengan nilai tahanan jenis 25-75
ohm.m diduga merupakan lapisan tufa, dan lapisan dengan
nilai tahanan jenis >75 ohm.m diduga merupakan lapisan
breksi tak terkonsolidasi. Dengan ketebalan lapisan
lempung sekitar 10 m, ketebalan lapisan tufa sekitar 3-6 m
dan ketebalan lapisan breksi tak terkonsolidasi sekitar 4-5
m di bawah permukaan.

Dari pengolahan data MASW dihasilkan model 2D seperti


pada Gambar 10 (lintasan 2 berdampingan dengan lintasan
2 geolistrik) dan Gambar 11 (lintasan 3 berdampingan
dengan lintasan 3 geolistrik).

Gambar 11. Hasil dua dimensi MASW lintasan 3.

Gambar 10 dan Gambar 11 menunjukkan kecepatan


gelombang S (Vs) dengan nilai 40-183 m/s yang diduga
merupakan lapisan tanah lunak, dan nilai 183-366 m/s

23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

merupakan lapisan tanah kaku (Hunter dkk, 2007).


Ketebalan lapisan tanah lunak sekitar 0-5 m dan ketebalan
lapisan tanah kaku sekitar 5-30 m.

Dari model 2D geolistrik dapat diduga bahwa bidang


gelincir merupakan kontak antara lapisan lempung dengan
lapisan tufa. Bidang gelincir ini teridentifikasi berada pada
kedalaman 5 m di bawah permukaan. Bidang gelincir
ditunjukan oleh tahanan jenis berwarna hijau (Gambar 7, 8
dan 9). Dan dari model 2D MASW bidang kontak antara Gambar 13. Hasil Geoslope lintasan 4 metode
lapisan tanah lunak dan lapisan tanah kaku. Kontak lapisan Morgenstern-Price.
ini berada pada kedalaman sekitar 5 m, seperti ditunjukan
ada Gambar 10 dan Gambar 11 yang ditandai oleh arsiran
berwarna merah. Kesimpulan

Metode mekanika tanah dilakukan dengan pengambilan Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sampel di beberapa titik di permukaan pada kemiringan sebagai berikut:
lereng yang akan diuji. Sampel kemudian diuji sifat kohesi, 1. Pemodelan geolistrik 2D dapat menunjukkan 3 lapisan
sudut geser dalam dan berat isi asli di laboratorium. Hasil dengan nilai tahanan jenis <25 ohm.m diduga merupakan
uji besaran fisika tersebut digunakan untuk pembuatan lapisan lempung, nilai tahanan jenis 25-75 ohm.m diduga
model keamanan lerengnya. merupakan lapisan tufa, dan nilai tahanan jenis >75
ohm.m diduga merupakan lapisan breksi tak
Pengolahan data mekanika tanah menggunakan software terkonsolidasi. Bidang gelincir diduga merupakan kontak
Geoslope 2004 metode Morgenstern-Price dihasilkan antara lapisan lempung dengan lapisan tufa pada
model 2D seperti pada Gambar 12 (lintasan 1) dan Gambar kedalaman 5 m.
13 (lintasan 4). 2. Pemodelan MASW menunjukkan nilai kecepatan
gelombang S antara nilai 40-183 m/s diduga merupakan
lapisan tanah lunak dan nilai kecepatan gelombang S
antara nilai 183-366 m/s diduga merupakan lapisan tanah
kaku. Bidang kontak antara lapisan tanah lunak berada
pada kedalaman 5 m.
3. Pemodelan kestabilan lereng dengan software Geoslope
2004 menunjukkan nilai Faktor Keamanan (FK) lereng
sebesar 1,261 pada Tenggara yang berarti lereng tersebut
termasuk lereng relatif stabil dan nilai Faktor Keamanan
lereng sebesar 0,980 yang berarti lereng tersebut
termasuk lereng labil pada bagian Baratlaut.
4. Metode geolistrik dan MASW menunjukkan kesesuaian
analisis bidang gelincir dan sangat akurat dalam mitigasi
bencana geologi khususnya gerakan tanah.
Gambar 12. Hasil Geoslope lintasan 1 metode
Morgenstern-Price.
Model tersebut menggunakan analisis metode entry dan Pustaka
exit sehingga diperoleh radius seperti pada Gambar 12.
Dari model tersebut diketahui bahwasannya nilai Faktor Bowles, J.E., 1989, Sifat-sifat Fisik dan Geoteknis Tanah,
Keamanan (FK) pada Lintasan 1 sekitar 1,261 yang berarti Erlangga, Jakarta, 562 hal.
lereng tersebut termasuk lereng relatif stabil (Bowles, Budhitrisna, T., Supandjono, J.B., Pangabean, H., dan
1989). Marino, 1986, Peta Geologi Lembar Tasikmalaya Jawa
Barat skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan
Gambar 13 menunjukkan model keamanan lereng pada Pengembangan Geologi, Bandung.
lintasan 4. Dari model tersebut diketahui bahwasannya nilai Hunter, J.A., Burns, R.A., Good, R.L., Aylsworth, J.M.,
Faktor Keamanan (FK) lintasan 1 sekitar 0,980 yang berarti Pullan, S.E., Perret, D., dan Douna. M, 2007, Borehole
lereng tersebut termasuk lereng labil (Bowles, 1989). Shear-Wave Velocity Measurments of Champlain Sea
Sediments in the Ottawa-Montreal Region, Geological

24
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Survey of Canada, Open File 5345, Ottawa, Ontario, Santoso, D., 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Institut
Canada. Teknologi Bandung, Bandung.
Park, C.B., Miller, R.D., dan Xia, J., 1999, Multichannel Telford, W.M. Geldart, L.P., dan Sheriff, R.E. 1990.
Analysis of Surface Wave, Geophysics, Vol. 64, No. 3, Applied Geophysics Second Edition. New York:
P. 800-808. Cambridge University.
Pujiastuti, D., Edwiza, D., Mustafa, B., dan Indrawati, 2009, Wirakusumah, A.D., 2012, Gunungapi Ilmu dan
Penentuan Kedalaman Bidang Gelincir Daerah Rawan Aplikasinya, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Gerakan Tanah Dengan Metode Tahanan Jenis,
Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Andalas, UcapanTerimaKasih
42-54.
Sakka, 2002, Metode Geolistrik Tahanan Jenis, Fakultas Diucapkan terimakasih kepada Pusat Vulkanologi dan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Unhas, Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung atas
Makassar. kerjasama dan bantuannya dan seluruh pihak yang telah
membantu dalam makalah ini.

25
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisis Respons Spektra Gempa Bumi Lengan Utara Sulawesi Sebagai Upaya Mitigasi Bencana
Guntur Pasau1, Gerald H. Tamuntuan2, Adey Tanauma3
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus Unsrat, Manado 95115
pasaujunior@gmail.com1, gtamuntuan@gmail.com2, adeytanauma@yahoo.com3

Sari tenggara, lengan timur dan lengan utara yang menyerupai


huruf K. Wilayah lengan utara Sulawesi merupakan salah
Lengan utara Sulawesi adalah salah satu wilayah Indonesia satu wilayah yang mempunyai tingkat seismisitas yang
yang mempuyai tingkat seismisitas sangat tinggi jika sangat tinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah
dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Sumber lainnya (Pasau, 2015). Tingginya aktivitas gempa-gempa
gempa di wilayah ini berasal dari aktivitas beberapa tersebut terlihat dari data gempa historik dan rekaman
lempeng tektonik seperti lempeng laut Filipina, subduksi gempa dari berbagai katalog (Gambar 1). Gempa terbesar
Sulawesi Utara, tumbukan ganda laut Maluku dan beberapa terakhir di lengan utara ini terjadi pada tahun 1996 dengan
sesar-sesar aktiv lainnya seperti sesar Gorontalo dan sesar magnitudo M7,9.
Palu Koro. Hiposenter gempa diwilayah ini bervariasi
mulai dari gempa dangkal sampai gempa-gempa dalam.
Antisipasi bencana gempabumi dimasa yang akan datang
perlu dilakukan sedini mungkin, salah satunya adalah
dengan cara menganalisis tingkat resiko gempa di suatu
wilayah. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat resiko
kegempaan menggunakan metode probabilitas total.
Metode probabilitas total merupakan suatu metode yang
digunakan dalam analisis tingkat resiko kegempaan yang
memperhitungkan dan menggabungkan ketidakpastian dari
skala kejadian gempa, lokasi, dan frekuensi kejadiannya
untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai
tingkat resiko suatu lokasi yang ditinjau. Data yang Gambar 1. Peta Seismicitas Lengan Utara Sulawesi
digunakan adalah data rekaman hypocenter gempa dari Sumber gempa di wilayah ini berasal dari interaksi
berbagai katalog (USGS, ANSS, BMKG dan Engdahl) dari beberapa sumber gempa diantaranya:
tahun 1900-2015. Pemodelan dilakukan melalui bantuan 1). Subduksi Sulawesi Utara (North Sulawesi Trench) yang
perangkat lunak PSHA USGS. Hasil analisis hazard diinterpretasikan merupakan zona subduksi konvergen
probabilistik di batuan dasar pada probabilitas 2% antara Laut Sulawesi dan Lengan Utara Sulawesi (Katili,
terlampaui dalam 50 tahun atau setara dengan periode 1978; Silver dkk, 1983). Zona subduksi Sulawesi Utara
ulang gempa 2500 tahun pada kondisi peak ground termasuk kedalam sistim penunjaman yang relatif tua
acceleration (T=0 detik) adalah sebesar 0.142g-2.191g (dying subduction) yang robekannya berkembang ke arah
sedangkan respon spektra pada periode T=1 detik sebesar timur sepanjang tepian utara Sulawesi. Penunjaman
0.153g-2.352g. Dari kurva resiko yang dihasilkan Sulawesi Utara menyusup dengan sudut kemiringan sekitar
menunjukkan bahwa sumber gempa yang memberikan 140 dan zone benioff menunjam sampai kedalaman 170-180
kontribusi percepatan yang sangat besar bersumber dari km dengan sudut kemiringan sekitar 450. Beberapa gempa
gempa subduksi (megathrust) dan sesar (fault). bumi merusak yang pernah terjadi di lajur ini antara lain
gempa bumi Manado 8 Februari 1845, gempa bumi
Kata kunci : seismisitas, gempabumi, resiko, probabilitas, Tondano 13 Desember 1858 dan gempa bumi Gorontalo 18
respon spectra, kurva resiko. April 1990. Sockquet, dkk (2006) menjelaskan bahwa slip-
rate subduksi Sulawesi utara sebesar 42-50 mm/tahun
Pendahuluan dengan kedalaman locking 50 km terjadi di daerah
megathrust.
Pulau Sulawesi secara geologis diyakini oleh para ahli
kebumian terletak pada pertemuan empat lempeng
2). Tumbukan ganda Laut Maluku. Di sebelah utara busur
(complex junction) utama dunia yaitu lempeng Eurasia,
Banda terdapat zona tumbukan antara busur kepulauan
lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan satu lempeng
yaitu busur Sangihe di sebelah barat dan busur Halmahera
mikro yaitu lempeng Laut Filipina. Akibat tekanan dari
di sebelah timur. Di bawah zona tumbukan Laut Maluku
pergerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan
yang memanjang dalam arah utara-selatan ini telah diamati
interior lempeng bumi dari kepulauan Sulawesi terpecah-
adanya suatu penunjaman slab dari lempeng laut Maluku
pecah menjadi empat lengan yakni lengan selatan, lengan
dengan konfigurasi penunjaman yang sangat unik, dimana

26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

slab dari lempeng yang sama menunjam ke dua arah yaitu gempa disuatu wilayah. Metode yang sering digunakan
barat (Gambar 2) dan timur berbentuk seperti U terbalik dalam analisis resiko gempa adalah metode probabilistik.
(Widyantoro, 2007). Kejadian gempa historik besar tercatat Metode Probabilitas Total yang dikembangkan McGuire
akibat dari tumbukan ganda ini adalah gempa dengan skala (1976) berdasarkan konsep probabilitas dari Cornell
Mw 7,9 di lempeng barat Laut Maluku dan skala Mw 8,1 di (1968). Metode PSHA adalah analisis resiko gempa
lempeng Timur Laut Maluku. Dari distribusi hypocenter probabilistik yang memperhitungkan dan menggabungkan
gempa di Lempeng Sangihe yang menunjam kea rah barat ketidakpastian dari skala kejadian gempa, lokasi dan
menunjukkan bahwa lempeng ini telah menembus sampai frekuensi kejadiannya untuk mendapatkan gambaran yang
kedalaman 675,1km melewati batas mantel atas (upper menyeluruh mengenai tingkat resiko gempa (Tim Revisi
mantel) dan mantel bawah (lower mantel). Gempa, 2010). Resiko gempa adalah kemungkinan
terlampauinya (probability of exceedance ) suatu gempa
dengan intensitas tertentu selama suatu masa guna
bangunan. Saat ini, peraturan bangunan internasional
terbaru untuk bangunan tahan gempa menggunakan peta
resiko kegempaan dengan resiko terlampaui sebesar 2 %
selama masa guna bangunan 50 tahun (2% probability of
exceedance in 50 years) atau setara dengan periode ulang
gempa 2475 tahun berdasarkan peraturan-peraturan gempa
modern.

Data dan Metoda


Lokasi Penelitian meliputi Lengan Utara Pulau Sulawesi
atau berada pada Bujur 1190BT-1270BT dan Lintang 00LU-
40LU. Wilayah penelitian dibagi kedalam grid-grid yang
setiap gridnya berukuran 0.1o x 0.1o (longitude, latitude)
sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 3200 site. Data yang
digunakan adalah data hypocenter gempa dari berbagai
katalog (USGS, ANSS, BMKG dan Engdahl) dari tahun
1900-2015 atau kurun waktu 115 tahun. Data gempa yang
terkumpul dari berbagai katalog tersebut mempunyai skala
magnitudo berbeda-beda oleh karena itu maka harus
diseragamkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
analisis. Penyeragaman skala magnitudo gempa dilakukan
dengan cara mengkonversi berbagai skala magnitudo
kedalam skala magnitudo momen (momen magnitude, Mw).
Gambar 2. Penampang melintang Tumbukan Laut Maluku Kanamori (1979) dan Christophersen (1999) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa momen magnitudo
3). Sesar Gorontalo. Pada bagian utara Pulau Sulawesi, merupakan besaran magnitudo gempa yang terbaik dan
secara morfologi akan terlihat kenampakan empat segmen konsisten dalam menunjukkan besar kekuatan gempa.
sesar (Hall dkk, 2000). Bagian tengah dari utara Pulau Selanjutnya sortir gempa yang merupakan proses
Sulawesi terbagi kedalam tiga block yang kecil. Pada pemisahan antara gempa utama (mainshock) dari gempa-
bagian timur dari lengan utara Pulau Sulawesi diberi nama gempa rintisan (foreshock) dan gempa-gempa susulan
Block Manado, yang bebas dari pengaruh North Sula Block. (aftershock) dengan menggunakan kriteria rentang waktu
Sehingga secara geologi jelas terlihat pemisahan yang dan rentang jarak menggunakan Metode Gardner &
diakibatkan adanya Sesar Gorontalo. Sesar Gorontalo yang Knopoff (1974). Skala magnitude minimum yang
memanjang dari arah barat laut ke tenggara yaitu mulai laut digunakan adalah Mw≥5 dengan kedalaman maksimum
Sulawesi melewati Gorontalo hingga perairan Teluk 300 km. Selanjutnya pemodelan dilakukan dengan bantuan
Tomini, dan mekanisme sesarnya adalah sesar menganan beberapa perangkat lunak seperti ZMAP (Wiemar, 2001),
(right lateral slip). Sequet dkk (2006), memperkirakan PSHA-07 USGS (Harmsen, 2007), Microsoft Excel, dan
bahwa slip rate Sesar Gorontalo sekitar 11-12 mm/tahun Surfer. Model sumber gempa yang digunakan dalam
dengan kedalaman locking sekitar 10 km. pemodelan ada tiga yakni, sumber gempa sesar, sumber
Upaya mitigasi gempa bumi perlu dilakukan untuk gempa subduksi (megathrus) dan sumber gempa
memperkecil dampak dari bencana gempa-gempa tersebut. background. Parameter seismik yang digunakan dalam
Salah satu upaya mitigasi adalah melakukan analisis resiko analisis resiko kegempaan antara lain a-b value, magnitudo

27
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

maksimum, slip rate, dan fungsi atenuasi. Parameter laju kejadian pertahun (annual rate of exceedance)
seismik tersebut merupakan karakteristik kegempaan dari terhadap besar hazard (percepatan gerakan tanah) yang
suatu wilayah. Hasil analisis resiko gempa berupa terjadi. Dalam makalah ini diambil sampel dua kota pada
percepatan puncak di batuan dasar (peak ground lengan utara yakni satu kota yang terletak pada bagian utara
acceleration) dan respons spektra pada periode T=1 detik yakni Lolak Kabupaten Mongondow Utara dan satu Kota
untuk probablitas terlampui 2% dalam 50 tahun atau setara yang terletak di selatan yakni Belang merupakan salah satu
dengan periode ulang gempa 2500 tahun. Selain percepatan Kecamatan di Minahasa Tenggara. Kurva resiko pada
juga dihasilkan kurva hazard yang merupakan hubungan kondisi peak ground acceleration (PGA) dari salah satu
antara laju kejadian pertahun (annual rate of exceedance) kota yang disebelah utara lengan utara yakni Kota Lolak,
terhadap besar hazard (dalam percepatan). Kurva hazard Bolang Mongondow (Gambar 3) menunjukkan bahwa
juga digunakan untuk mengetahui besar kontribusi sumber gempa yang memberikan percepatan gempa yang
(percepatan) dan laju kejadian pertahun dari beberapa paling besar yakni sumber gempa subduksi (megathrust).
sumber gempa dari suatu site yang ditinjau. Sumber gempa ini berasal dari aktifitas megathrust
Subduksi Sulawesi Utara, yang berada di kedalaman 0-
Hasil dan Diskusi 50km. Sumber gempa lain yang memberikan kontribusi
yang cukup besar yakni sumber gempa shallow
Data yang terkumpul dari berbagai katalog dengan background. Sumber gempa ini berada pada kedalaman
magnitude 3-7.9Mw sebanyak 7563 kejadian gempa, kurang dari 50 km.
kemudian yang menghasilkan gempa utama (main sock)
sebanyak 1311 dengan kedalaman bervariasi mulai dari
dangkal 6km sampai kedalaman 675km yang melewati
batas diskontinuitas.

Analisis respon spektra gempa bumi di lengan utara


Sulawesi berupa percepatan puncak di batuan dasar dan
respon spektra pada periode T= 1 detik pada probabilitas
2% terlampaui dalam 50 tahun. Hasil analisis pada kondisi
puncak (PGA) atau pada periode T=0.0 detik menunjukkan
bahwa nilai percepatan maksimum di wilayah lengan utara
Sulawesi bervariasi mulai dari 0.142g-2.191g. Wilayah
dengan tingkat resiko yang tinggi adalah wilayah yang
dilewati sumber gempa dan wilayah yang dekat dengan
sumber–sumber gempa. Wilayah yang berisiko akibat Gambar 3. Kurva Hazard kondisi PGA di Mongondow
dilewati oleh sumber gempa adalah Kota Gorontalo karena Utara (Lolak)
dilewati oleh sesar Gorontalo dengan percepatan sekitar
0.8g. Sedangkan wilayah yang paling berisko adalah Hal yang menarik dari tingginya nilai kontribusi dari
wilayah berada sekitar pantai timur seperti Bitung dengan shallow ini adalah bahwa diduga masih ada sumber-sumber
nilai 1.2g, Minahasa bagian selatan 1.0g, Minahasa gempa sesar (fault) disekitar Kota Lolak yang tidak
Tenggara bagian selatan sebesar 1.0g dan Bolang termasuk dalam sumber gempa yang digunakan pada
Mongdow Timur sebesar 0.9 g. Wilayah bagian utara yang pemodelan. Oleh sebab itu maka perlu dilakukan kajian
beresiko cukup tinggi yakni sekitar Kabupaten Toli-toli lebih mendetail baik melalui studi geologi maupun
dengan percepatan puncak dibatuuan dasarnya sebesar geofisika pada wilayah tersebut untuk memetakan
0.7g, dan Kabupaten Mongondow Utara juga sebesar 0.7g. kemungkinan adanya sesar baik yang muncul di permukaan
Hasil analisis respon spektra pada periode T=1 detik ataupun sesar yang terkubur (buried fault) di bawah
menunjukkan bahwa nilai percepatan gempa di wilayah permukaan bumi. Dari gambar 3 juga ditunjukkan bahwa
lengan utara bervariasi mulai dari 0.153g sampai 2.352g laju kejadian pertahun dari Kota Lolak didominasi oleh
dengan wilayah-wiayah yang beresiko juga berada pada gempa-gempa dalam yang dalam penelitian ini
wilayah-wilayah yang dilewati atau cukup dekat dengan didefenisikan berada pada kedalaman 50-300km.
sumber gempa sesar dan subduksi.
Sedangkan kurva resiko dari salah satu site di Minahasa
Hasil analisis resiko gempa juga disajikan dalam bentuk Tenggara yakni Belang (Gambar 4) menunjukkan bahwa
kurva hazard untuk mengetahui kontribusi masing-masing sumber gempa yang memberikan kontribusi terbesar adalah
sumber gempa yang sangat signifikan dapat terjadi dan sumber gempa dari aktivitas lempeng Sangihe yang
sangat rentan terhadap suatu site yang ditinjau. Hasil menunjam ke arah barat. Sedangkan laju kejadian
analisis kurva hazard adalah merupakan hubungan antara pertahunnya dari site ini umumnya didominasi oleh gempa-
gempa dalam.

28
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada pihak Ristek
Dikti (DRPM Ditjen Penguatan Risbang) atas dukungan
dana yang diberikan sehingga penelitian ini boleh berjalan.
Terima kasih juga disampaikan kepada Panitia Seminar
Nasional Geofisika UNHAS atas kepercayaan yang
diberikan untuk mempresentasikan penelitian ini, sekaligus
mempublikasikannya dalam bentuk prosiding.

Gambar 4. Kurva Hazard kondisi PGA di Minahasa


Tenggara (Belang)

Kesimpulan
Dari hasil analisis respon spektra gempa bumi di batuan
dasar lengan utara Sulawesi pada probabilitas terlampaui
2% dalam 50 tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Percepatan punck di batuan dasar pada kondisi peak
ground acceleration sebesar 0.142g-2.191g sedangkan
respon spektra pada periode T=1 detik berkisar 0.153g-
2.352g.
2. Sumber gempa yang menimbulkan resiko paling besar
bersumber dari sumber gempa subduksi (megathrus) dan
sesar (fault).
3. Wilayah-wilayah yang dekat atau dilalui sumber gempa
merupakan wilayah yang sangat rawan akan resiko
gempa bumi.

Pustaka
Gardner, J.K. and Knopoff, 1974. Seimological Society
of America, 64, p.1363-1367
Hall, R. dan Wilson, M.E.J, 2000, Asian Earth Sciences,
18, 781–808
Harmsen, S. 2007. U.S. Geological Survey.
Katili, J. (1978), Tectonophysics, 45, 289-322.
Pasau, G., dan Tanauma, A, 2015, Spektra, 16, 6-10.
Silver, E.A., McCaffrey, R. dan Smith, R.B. (1983b),
Geophysical Research, 88, 9407-9418
Socquet, A., Vigny C. 2006, Geophysical Research, 111,
B08409.
Tim Revisi Gempa Indonesia., 2010. Peta Hazard Gempa
Indonesia
Widyantoro, S., 2007, Fisika dan Struktur Interior Bumi,
BMKG.
Wiemar, S., 2001, Seismological, 72 373-382.

29
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisis Data Seismik dengan Menggunakan Metode Spike dan Noise Burst Edit
Bambang Hari Mei dan Hasanuddin
Laboratorium Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar
Email: bambang_harimei2004@yahoo.com

Abstrak Metode Spike noise

Telah dilakukan penelitian tentang atenuasi spike noise Spike noise terjadi karena pada saat proses perekaman data
pada 1 buah lintasan seismik 2D zona darat. Dalam seismik di lapangan dengan menggunakan geophone
melakukan analisis data menggunakan metode spike and sebagai alat perekam gelombang seismik, geophone
noise burst edit. Aplikasi metode spike and noise burst edit tersebut juga merekam gelombang yang biasa disebut noise
akan melakukan subtraksi dari data seismogram yang dan pada kasus muncuknya spike noise pada data seismik
mengandung spike noise, sehingga yang tersisa adalah yang disebabkan oleh aktifitas kendaraan, manusia serta
refleksi primer. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa adanya hewan disekitar lokasi perekaman data.
metode spike and noise burst edit cukup efektif untuk
mereduksi pengaruh spike noise, khususnya spike noise di Noise jenis seperti ini akan muncuk dalam data seismik
darat pada kedalaman 3000-4000 ms . seperti spike (paku) yang memiliki cirri amplitudo tinggi
dan frekuensi rendah serta selalu muncul dalam setiap
Kata Kunci : spike noise, Atenuasi, spike and noise burst penembakan (shot) di lapangan. spike and noise burst edit
edit adalah merupakan metode yang bertujuan untuk mengedit
spike yang muncul pada data seismik, dengan cara
Abstract menyisipkan jejak seismik yang memiliki spike noise
dengan jejak seismik yang berdekatan, dimana spike noise
Research about Spike Noise rediction on 1 line seismic 2D yang dihilangkan akan di gantikan dengan bagian jejak
of land zone has been done. In this research using Spike seismik yang berdekatan. Amplitudo jejak seismik yang
and Noise Burst Edit method. Aplication Spike and Noise sebelumnya akan disamakan akan disesuaikan dengan
Burst Edit method will be do separation between primary amplitudo jejak seismik yang ada disekelilingnya, dengan
reflection with Spike Noise. Spike Noise which done apart metode ini pula akan mempercepat proses dari pengolahan
by primary reflection and than mute, so it remained is data yang ada.
primary reflection. This research show that Spike and Noise
Burst Edit method is effective to reduce Spike Noise effect, Metodologi
especially land zone in depth 3000-4000 ms.
Data yang digunakan berasal dari lapangan Unhas, sebagai
Keywords : spike noise, Atenuation, spike and noise burst processing digunakan perangkat lunak Sun Microsystem
edit (Sun Blade 2000) dan software ProMAX 2D version
2003.3.3 TM (Landmark). Data yang akan digunakan dalam
Pendahuluan penelitian ini berupa data seismik darat 2D yang terdiri
atas 1 lintasan, data tersebut terdiri dari :Observer report
Dalam survei seismik, suatu jejak seismik yang ideal adalah laporan yang dibuat pada saat akuisisi data di
mestinya hanya berisi signal data yaitu sederetan spike two lapangan digunakan untuk melengkapi raw data data dan
way time yang berkaitan dengan reflektor di dalam bumi. segai petunjuk dan acuan untuk proses selanjutnya.
Namun pada kenyataannya dalam jejak seismik tersebut Observer report ini memuat parameter-parameter seperti :
juga terdapat noise. Dan salah satu noise yang ada pada 1. Daerah lintasan
data seismik adalah spike noise yang merupakan salah satu 2. Koordinat arah lintasan
jenis noise yang berasal dari alam yang muncul pada data 3. Jenis Penembakan yang digunakan di lapangan
seismik yang biasa berbentuk paku, sehingga analisis jejak 4. Posisi antara sumber getar(source) dan penerima
diperlukan untuk mengindentifikasi sinyal dan bising untuk (receiver).
meningkatkan signal to noise ratio. Adapun tujuan dalam Data mentah (Raw data) adalah rekaman data seismik
melakukan analisis data seismik untuk Analisis data pada saat akuisisi data di lapangan yang masih belum
seismik untuk memisahkan sinyal dan bising dan dilengkapi dengan geometry penembakan dilapangan dan
menentukan pengaruh spike noise burst edit terhadap data direkam dalam format SEG-Y.
SEG-Y .

30
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Pemrosesan Data

Pemrosesan data seismik untuk tugas akhir ini


menggunakan suatu perangkat lunak yang disebut
ProMAXTM. 2003.3.3 yang diproduksi oleh Landmark.
Software ini merupakan software produksi terbaru dari
Landmark dimana memiliki keunggulan tersendiri salah
satunya adalah user friendly sehingga penggunanya tidak
memiliki kesulitan dalam menjalankan dan mengeksekusi
tahapan-tahapan dalam mengolah data seismik dari mulai
data mentah hingga penampang seismik.Tahapan yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:Masukan Data Perekaman di Lapangan.Input data Gambar 1c. Display Penembakan 78
adalah hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan data
seismik. Pada tahap ini dilakukan pembacaan data seismik,
sudah sesuai dengan standar atau parameter yang
ditentukan oleh media penyimpan (tape) data seismik
tersebut.

Gambar 1d. Penampang Hasil Pengolahan


Gambar 1a. Raw Data Konvensional

Gambar 1b. Display Penembakan 1

Gambar 1e. Penampang Hasil Pengolahan dengan


Aplikasi Spike and Noise burst edit

31
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Edit trace dan trace muting adalah proses yang sama-sama


bertujuan untuk menghilangkan atau memotong jejak
seismik (trace) yang mengandung unsur-unsur yang tidak
diinginkan. Proses ini dilakukan secara manual dan terbagi
atas tiga jenis yaitu top mute,bottom mute, dan surgical
mute dengan memperhatikan bentuk dan kualitas dari
trace, apakah ia mengandung unsur yang tidak diinginkan
atau tidak. Trace yang ditemukan kurang baik selanjutnya
diaplikasikan edit trace atau trace muting. Analisa
Gambar 1f. Brute Stack Dengan Cara Konvensional kecepatan adalah proses pemilihan kecepatan yang
sesuai/terbaik yang akan digunakan pada proses
selanjutnya, dalam hal ini untuk koreksi NMO dan stack.
Data masukan yang digunakan untuk melakukan analisa
kecepatan adalah data hasil edit trace . Hasil dari analisa
kecepatan yang telah dilakukan yaitu berupa tabel
kecepatan yang selanjutnya digunakan sebagai masukan
untuk koreksi NMO. Koreksi NMO sendiri dimaksudkan
untuk menghilangkan pengaruh jarak antara sumber dan
penerima. Proses akhir yang dilakukan adalah stack, yaitu
Gambar 1g. Brute Stack Dengan Cara Spike and Noise proses dimana terlihat bahwa sinyal yang koheren akan
Burst Edit saling menguatkan dan noise yang inkoheren akan saling
menghilangkan. Data masukan pada proses ini diurutkan
Diskusi dan Pembahasan berdasarkan CDP, dimana data dari setiap penembakan
Penampang 1 pertama hingga terakhir digabungkan menjadi satu bagian
Penampang I dapat dilihat pada gambar 1a, 1b dan 1c. setelah melakukan stack maka data seismik yang ada akan
Proses awal yang dilakukan dalam pengolahan data secara memebentuk suatu tampilan awal pada data seismik yang
konvensional yaitu memberikan identitas pada data mentah biasa disebut Brutestack dengan adanya Brutestack
(raw data) dengan menggunakan laporan pengamatan merupakan acuan untuk melakukan pengolahan data yang
lapangan (observer report) sebagai masukannya. Data lebih lanjut lagi atau sebagai tolak ukur untuk hasil
mentah yang telah memiliki identitas kemudian dikoreksi berikutnya pada pengolahan data seismik.
data geometrinya dengan tetap berpedoman pada laporan
lapangan. Hasil dari tahapan ini berupa stacking chart Penampang II
yang menunjukkan bentuk pola penembakan yang Proses dasar juga diaplikasikan untuk menghasilkan
dilakukan pada saat akuisisi data di lapangan. Penampang II dapat dilihat pada gambar 1d Proses tersebut
antara lain adalah TAR dan Koreksi NMO dan stack, hal
Setelah tahapan koreksi geometri selesai Kemudian ini dapat dikatakan pemrosesan secara konvensional.
dilakukan proses pengeditan trace dengan menggunakan Selain itu kita juga masih tetap menggunakan tabel
cara secara sederhana atau biasa disebut basic processing kecepatan yang sama. Perbedaan mendasar terletak pada
yaitu melakukan melakukan edit trace dalam setiap pengaplikasian tools Spike and noise burst edit. Gambar 1e
penembakan dalam data seismik yang ada yang biasa mempelihatkan penampang sesimik melalui pemrosesan
disebut trace muting . Dalam pengolahan data itu sendiri, data dengan metode Spike. pada saat data ditampilkan hasil
diaplikasikan beberapa proses diantaranya TAR, koreksi data yang telah diproses melalui tahapan koreksi geometri
NMO, analisa kecepatan dan penggabungan CDP. Setiap selanjuntya dilakukan editing trace yang dilakukan pada
proses yang dijalankan memiliki tujuan yang berbeda setiap penembakan pada data seismik sehingga
namun saling memiliki keterkaitan satu dengan yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
lainnya. menyelesaikannya dikarnakan data terbagi atas 3 bagian.
Beberapa aplikasi yang kita terapkan untuk metode spike
True Amplitude Recovery atau sering disebut sebagai gain and noise burst edit antara lain : spike detection threshold
adalah proses penguatan amplitudo sehingga setiap titik value, operator length, threshold to trip noise edit. Semua
pada bidang reflektor seolah-olah datang sejumlah energi aplikasi tadi diterapkan dengan maksud untuk
yang sama. Adanya pengurangan energi gelombang menghilangkan spike noise yang ada pada data seismik
seismik pada saat menjalar melalui medium bawah serta untuk meningkatkan signal to noise ratio yang tinggi.
permukaan diakibatkan oleh adanya spherical divergence
dan absorbsi dari batuan non elastis.

32
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Kesimpulan
1. Pada proses pengolahan data seismik Spike Noise yang
ada pada data dapat dihilangkan dengan melakukan
editing sehingga antara sinyal dan bising dapat
dipisahkan dan akan meningkatkan kualitas dari data
seismik itu sendiri
2. Pada proses Spike and noise burst edit cukup dengan
memasukkan nilai-nilai pada data dan akan di jalankan
secara otomatis pada setiap penembakan pada data
seismik yang mengandung Spike Noise, sehingga
tidak perlu lagi melakukan edit trace pada data
seismik, dan tentunya akan meningkatkan kualitas
data (signal to noise ratio)

Saran
Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan data yang
baik dan benar diantaranya adalah :
1. Pemilihan nilai-nilai yang akan digunakan pada
pengisian untuk spike and noise burst edit harus
diperhatikan secara seksama agar dapat mencapai hasil
yang sempurna pada data seismik.
2. Pada pemrosesan data seismik harus memperhatikan
langkah-langkah yang akan digunakan untuk
mengolah data sehingga dapat meningkatkan kualitas
data seismik (signal to noise) yang tinggi.

Daftar Pustaka
Koesoemadinata, R. P., 1978, , ITB, Bandung.
Munadi, S. 2000. Universitas Indonesia. Jakarta.
Russel, B.H. 1997. Hampson Russel Software Services Ltd.
Calgary,
Sukmono, S, 1999. ITB, Bandung.
Sukmono, S, 2000. ITB, Bandung.

33
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

PEMETAAN AKUIFER DI UNSRAT UNTUK INVENTARISASI DALAM PENGELOLAAN


SUMBERDAYA AIR TANAH SECARA BERKELANJUTAN
As’ari1), Seni Herlina J Tongkukut1)
1) Program Studi Fisika Universitas Sam Ratulangi, Manado
email : as.ari2222@yahoo.co.id

Sari (Hadian dan Abdurahman, 2006). Akuifer adalah lapisan


batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
Pembangunan gedung-gedung kampus berdampak pada meneruskan air tanah dalam jumlah cuku dan ekonomis
proses penyerapan air ke dalam tanah, dan akan (PPRI, 2008)
berpengaruh pada siklus hidrologi di bawah permukan.
Sementara kebutuhan air tanah semakin meningkat dari Air tanah dapat terbentuk di suatu daerah sesuai dengan
tahun ke tahun. Telah dilakukan pemetaaan sebaran dan proses pembentukannya. Pada umumnya air tanah
potensi cekungan air tanah di Kampus Universitas Sam terbentuk karena air permukaan mengalami peresapan ke
Ratulangi Manado. Metode geolistrik tahanan jenis dalam tanah. Dari segi material batuan penyusun tanah,
konfigurasi Wenner-Schlumberger digunakan untuk terdapatnya air tanah dapat dipengaruhi oleh bentuk atau
memperoleh model sebaran dan potensi cekungan air tanah. ukuran butiran, susunan butiran, pemadatan dan sementasi.
Pengukuran dilakukan pada 6 lintasan, 48 elektroda dan Air permukaan yang telah mengalami peresapan ke dalam
spasi elektroda 6 m, menggunakan resistivitymeter MAE tanah akan bergerak bebas mengisi pori-pori dan celah-
X612 EM. Data pengukuran diolah menggunakan software celah dari butiran batuan tersebut (Supriyadi, 1991).
RES2DINV, hasil pengolahan berupa tampang lintang 2
dimensi. Akuifer air tanah dengan resistivitas ≤ 7,5 Ωm, Kebutuhan air bersih yang bersumber dari air bawah tanah
potensi akumulasi akuifer air tanah besar ditemukan pada : di daerah tertentu meningkat dari tahun ke tahun seiring
lintasan 1 elektroda ke 26 – 30 dengan kedalaman 11 m – dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan
48 m, elektroda ke 35 – 39 dengan kedalaman ≥ 6 m; (Hidayat, 2007). Untuk melayani kebutuhan air bersih yang
lintasan 3 elektroda ke 24 – 37 dengan kedalaman 9 m – 45 bersumber dari air tanah tersebut, perlu diketahui potensi
m. air tanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Seiring
dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan air
Kata kunci: Wenner-Schlumberger, akuifer, resistivitas semakin meningkat baik untuk keperluan kehidupan sehari-
hari manusia, peternakan maupun pertanian.
Pendahuluan
Airtanah merupakan air yang terkandung dalam lapisan Daerah resapan air digunakan sebagai daerah pemukiman,
batuan berpori di bawah permukaan tanah. Air tanah adalah dan sebagai akibatnya daerah tersebut tidak dapat
air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah memenuhi kebutuhan air penduduk yang tinggal di daerah
permukaan tanah (PPRI, 2008). Airtanah mengalami tersebut. Pada musim kemarau, suatu daerah dapat
siklus, air laut, air sungai dan air danau menguap naik ke mengalami kekurangan air, sebaliknya pada musim hujan
atmosfer. Proses kondensasi merubah uap air menjadi titik- daerah tersebut terkena banjir. Salah satu masalah yang
titik air, yang Karen massanya kemudian jatuh ke mungkin timbul adalah apakah air yang disimpan tersebut
permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan di permukaan masih berada dalam reservoir yang kita inginkan atau
tanah sebagian meresap ke dalam lapisan tanah, sebagian barangkali sudah berpindah (migrasi) ke tempat lain.
ada yang mengalir di permukaan tanah sebagai sungai. Migrasi air laut atau daerah pantai yang berpasir juga
Sungai mengantarkan air ke danau atau air mengalir merupakan masalah yang menggangu penyediaan air layak
kembali ke laut. minum. Untuk itu monitoring intrusi air laut perlu
dilakukan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi
Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan bumi seperti kualitas air yang digunakan dan korosi pada fondasi
melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous bangunan (Zubaidah dan Kanata, 2008).
zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air
bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan Air tanah dalam pemanfaatannya harus memperhatikan
berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini kelestariannya, antara lain tetap menjaga area serapan air
dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya hujan dengan meniadakan halangan pada jalan meresapnya
tektonik, serta struktur bumi yang membentuk cekungan air air ke bawah permukaan tanah. Recharge area adalah
tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada daerah yang menyediakan sarana utama untuk pengisian air
lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquifer) tanah, recharge area alami yang baik adalah daerah dimana

34
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

airpermukaan mampu meresap menjadi air tanah. Jika geometri konfigurasi Wenner-Schlumberger yang
daerah resapan berhenti berfungsi dengan baik, mungkin digunakan untuk menghitung nilai resistivitas adalah
tidak ada air tanah yang cukup untuk disimpan dan 𝐾 ( )
digunakan. Perlindungan daerah resapan memerlukan
sejumlah tindakan berdasarkan pada dua tujuan utama.
Tujuan tersebut adalah (1) memastikan bahwa lahan yang
sesuai untuk recharge area harus terus dipertahankan dan
tidak diubah menjadi infrastruktur perkotaan, seperti
bangunan dan jalan, dan (2) mencegah polutan memasuki
air tanah (Riastika, 2012).

Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu


formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam
jumlah cukup dan ekonomis. Formasi geologi dapat
dieksplorasi dengan menggunakan metode geofisika,
metode geolistrik tahanan jenis dapat digunakan untuk
memetakan perlapisan tanah. As‟ari, 2011 memetakan air
tanah di Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan Gb. 2 Lintasan pengukuran di area Kampus Universitas
metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi Schlumberger Sam Ratulangi Manado
dan diolah dengan menggunakan software IP2Win.
Hasil perhitungan pengukuran adalah nilai tahanan jenis
Data dan Metoda semu dibawah lintasan ukur hingga kedalaman tertentu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan survei geolistrik Nilai tahanan jenis yang relatif tinggi berasosiasi dengan
tahanan jenis, survei ini merupakan metode eksplorasi batuan kering, batuan beku, bedrock ataupun lainnya. Nilai
geofisika yang ramah lingkungan dan bersifat tidak tahanan jenis yang relatif rendah berasosiasi dengan batuan
merusak. Akuisisi data dilaksanakan dengan basah, lapisan penutup basah, saluran air/celah/retakan
menginjeksikan arus listrik ke dalam permukaan tanah yang mengandung air ataupun logam, sehingga dengan
melalui dua buah elektroda arus A dan B. Besaran yang mengetahui jenis batuan/geologi lokal setempat , nilai-nilai
terekam berupa beda potensial listrik yang terukur melalui tahanan jenis tersebut dapat dikonversikan ke jenis
dua buah elektroda potensial M dan N. Eksplorasi lateral batuan/tanah/struktur bawah permukaan. Data geolistrik
atau mapping dalam konfigursi Wenner, spasinya tetap dan diperoleh dengan menggunakan alat Resistivitymeter MAE
keempat elektroda bergerak bersamaan sepanjang lintasan X612 EM.
(Telford, dkk., 1990). Eksplorasi dengan konfigurasi
Schlumberger ditujukan untuk mengetahui kondisi lapisan Hasil pengukuran diolah dengan menggunakan software
tanah bawah permukaan secara vertikal. Data yang yang RES2DINV unruk mendapatkan gambaran tampang lintang
terekam dari pengukuran ini berupa kuat arus (I), beda tahanan jenis tanah permukaan. Selanjutnya dari model
potensial (V) dan jarak spasi a. Konsep lebih teknis tampang lintang yang dperoleh diinterpretasikan untuk
matematis dipaparkan dalam Parasnis, (1997). masing-masing lintasan, dan dianalisis kemungkinan
keberadaan lapisan batuan dimana air berasosiasi dengan
Pada penelitian ini akuisisi data dilakukan dengan batuan tersebut.
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi
Wenner-Schlumberger. Tabel 1. Nilai resistivitas beberapa material dan batuan
(Loke, 1999 dalam Sismanto dkk, 2003)
Material Resistivitas
Sedimentary rocks
Sandstone 8-4x103
Shale 20-2x103
Gb. 1 Susunan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger Limestone 50-4x102
Soils and waters
Lokasi penelitian dilaksanakan di area dalam Kampus Clay 1-100
Universitas Sam Ratulangi. Pengambilan data dilakukan Alluvium 10-800
pada 6 lintasan. Panjang setiap lintasan adalah 480 m, Groundwater(fresh) 10-100
dengan spasi antar elektroda 10 m, digunakan 48 buah Sea Water 0.2
elektroda. Lintasan pengukuran terdapat Gambar 2. Faktor

35
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Hasil dan Diskusi tidak terlalu besar, sehingga potensi ketersediaan air tanah
kecil.
Data yang diperoleh dari pengukuran diolah menggunakan
software RES2DINV, menghasilkan gambar tampang Tampang lintang resistivitas lintasan 2 terlihat pada
lintang 2 dimensi kontur resistivitas. Diperoleh perkiraan Gambar 5.
keberadaan lapisan pembawa air yang beragam pada tiap
lintasan. Kondisi geologi daerah penelitian terdiri atas
tanah liat, tanah pasiran dan batu-batu besar yang terbenam
dalam tanah.

Lintasan 1 memperlihatkan keberadaan akuifer di beberapa


tempat, seperti Gambar 3.

Gb. 4 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 2

Gb. 3 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 1

Lapisan tanah pembawa air tanah tampak berupa kantong-


kantong, akuifer air tanah dengan resistivitas ≤ 7,5 Ωm,.
Potensi akumulasi akuifer air tanah besar ditemukan pada :
Akuifer 1 elektroda ke 26 – 30 dengan kedalaman 11 m –
48 m, akuifer 2 pada elektroda ke 35 – 39 dengan
kedalaman ≥ 6 m. Sedang lapisan tanah dengan resistivitas
7,5 < ρ ≤ 15 Ωm merupakan lapisan penyangga, yang
berarti lapisan ini mengandung air tanah tetapi akan
mengalami pasang surut. Jika pada musim hujan akan naik
dan sebaliknya pada musim kemarau air akan menyusut
atau surut.

Tampang lintang lintasan 2 pada Gambar 4


memperlihatkan beberapa lokasi akuifer air tanah. Lokasi
akuifer terdapat pada elektroda ke 4- 8 (meter ke 40-80)
Gb. 5 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 3
dengan kedalaman 10 m, elektroda ke 29 – 32 dengan
kedalaman 11 – 20 m, dan elektroda ke 34 – 36 dengan
kedalaman 12 – 22 m. Akuifer pada lintasan 2 ini terlihat Pada lintasan 3 diperoleh 3 akuifer potensial dengan
akumulasi air tanah dalam jumlah besar. Akuifer 1 pada

36
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

posisi elektroda ke 16 – 19 dengan kedalaman 11 – 39 m, ke 342 – 370 dengan kedalaman 0,5 – 16 m, dan akuifer 3
akuifer 2 pada elektroda ke 24 – 29 dengan kedalaman 6 – pada posisi meter ke 385 – 450 dengan kedalaman 0,5 – 17
44 m, akuifer 3 pada posisi elektroda ke 33 – 37 dengan m.
kedalaman 10 – 33 m. Akuifer 2 dan akuifer 3 mempunyai
daerah penyangga air tanah ( 7,5 Ωm – 15,2 Ωm ) yang
saling berhubungan, akuifer 2 mempunyai kantong yang
lebih dalam dan lebih besar. Sehingga akuifer 2 merupakan
akumulasi paling potensial pada lintasan 3 ini.

Tampang lintang lintasan 4, terlihat pada Gambar 6. Pada


lintasan 4 terdapat 3 akuifer, akuifer 1 pada posisi elektroda
ke 35-90 dengan kedalaman ≥ 15 m, akuifer 2 pada meter
ke 255 – 280 dengan kedalaman dari permukaan sampai 15
m, akuifer 3 pada posisi meter ke 295 – 340 dan
kedalamannya 10 – 30 m. Pada lintasan 4, akuifer 1 diduga
mempuntai jumlah akumulasi airtanah paling besar
dibandingkan kedua akuifer yang lain

Gb. 7 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 5

Gb. 6 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 4

Tampang lintang resistivitas bawah permukaan pada


lintasan 5 taerlihat pada Gambar 7. Terlihat pada Gambar 7
kondisi sebaran resistivitas pada lintasan 5. Pada lintasan 5
tidak ditemukan akumulasi air tanah dalam jumlah besar,
akuifer kecil terdapat pada posisi meter ke 105 – 130 pada
kedalaman 5 – 25 m.

Kondisi akuifer air tanah pada lintasan 6 tampak pada


Gambar 8. Diperoleh 3 akuifer dalam jumlah yang relatif Gb. 8 Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 6
besar, akuifer 1 di posisi meter ke 40 -90 dengan
kedalaman 22 – 39 m, akuifer 2 terletak pada posisi meter

37
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Potensi akumulasi air tanah yang potensial terdapat pada


lintasan 1: akuifer 1 dan akuifer 2; lintasan 2: akuifer 1,
akuifer 2 dan akuifer 3, akuifer 2 dan akuifer 3 mempunyai
lapisan penyangga yang sama; lintasan 4 : akuifer 1 dan
akuifer 3; lintasan 6 ada pada akuifer 1, akuifer yang
tampak sebagian dan diperkirakan dari bentuknya
mempunyai akumulasi air tanah yang besar.

Kesimpulan
Penelitian dengan menggunakan eksplorasi geolistrik
resistivitas, akuifer air tanah dengan resistivitas ≤ 7,5 Ωm,
diperoleh posisi akumulasi akuifer air tanah potensial pada:
1.Lintasan 1 elektroda ke 26 – 30 dengan kedalaman 11 m
– 48 m (akuifer 1), pada elektroda ke 35 – 39 dengan
kedalaman ≥ 6 m (akuifer 2).
2.Lintasan 3 pada posisi elektroda ke 16 – 19 dengan
kedalaman 11 – 39 m (akuifer 1), pada elektroda ke 24 –
29 dengan kedalaman 6 – 44 m (akuifer 2).

Pustaka / References
As‟ari, 2011. Jurnal Sainstek Vol. III No. 1:1-7.
Hadian, M.S.D., dan Abdurahman, O. 2006. Jurnal Geologi
Indonesia. 61: 115-116.
Hidayat, R.S. 2007. Jurnal Geologi. Provinsi Kalimantan
Barat (Perpustakaan Pusat Lingkungan Geologi). 61:
205-206.
Loke, 1999 dalam Sismanto, Eddy Hartantyo,
Sudarmaji. 2003. Geofisika Lingkungan. 86.
Parasnis, D.S., 1997, Principles of Geophysics, 5 th ed.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 43 Tahun
2008 Tentang Air Tanah.
Riastika, M. 2012. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9,
Issue 2:86-97.
Sedana, D., As‟ari, Tanauma, A., 2015. Jurnal Ilmiah Sains
Vol. 15 No. 2.
Supriyadi, H.I. 1991. Jurnal Geologi. Ambon. 61: 52-53
Telford, W M., Geldart, L. P., Sheriff,R. E., 1990, Applied
Geophysics, Second Edition.

Ucapan Terima Kasih


Terimakasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Ditjen Pendidikan Tinggi
(DP2M Dikti) yang memberikan dana penelitian dan Dekan
FMIPA Universitas Sam Ratulangi sehingga penelitian ini
dapat terlaksana dengan baik..

38
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Kontrol Struktur Geologi Terhadap Vein Hidrotermal pada Batuan Metamorf Desa
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara
Raivel1, La Ode Ngkoimani1, Asri Arifin1
1
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian UHO
email:raivelgeologi011@gmail.com

Sari secara geologi cukup menarik sebab mempunyai suatu


tatanan geologi yang kompleks baik secara stratigrafi,
Secara geografis wilayah penelitian terletak pada koordinat struktur geologi, tektonika, maupun morfogenesa serta
UTM 948330325-9487167,5 S dan 377029,3-379851,3 E kehadiran mineral ekonomis berupa emas. Wilayah desa
Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara wumbubangka merupakan daerah aktif akan struktur
Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan geologi khususnya sesar yaitu sesar kolaka dengan arah
penelitian ini yaitu; menentukan struktur geologi; tegasan utama N 3300 E (Surono, 2013) dan terdapat pula
menentukan vein dan alterasi hidrotermal lebih lanjut untuk vein hidrotermal yang menyebabkan alterasi dan
menentukan hubungan struktur geologi dan vein dan mineralisasi emas yang terdapat pada host urat kuarsa
alterasi hidrotermal. Metode yang digunakan dalam (Arifin Idrus, 2010). Urat kuarsa ini diduga sebagai hasil
penelitian ini yaitu observasi dan analisis laboratorium dari endapan fluida hidrotermal dimasa lampau yang
yaitu analisis struktur menggunakan diagram kipas dan terjebak dalam fractur akibat struktur geologi. Fluida
streografis pada aplikasi software dips, vein dan petrografi hidrotermal tersebut memiliki suhu dan tekanan tertentu
khususnya untuk menentukan alterasi hidrotermal. Struktur pada saat mengendapkan emas serta memberikan efek
geologi daerah penelitian terdiri dari struktur lipatan (mikro alterasi mineral-mineral primer pada batuan samping.
fold), kekar (shear joint 1 (N 1900E/500), shear joint 2 Fadlin (2010), menyatakan bahwa terdapat 4 (empat) tipe
(N1440E/580), extension joint (N1130E/480), dan release alterasi di lokasi penelitian yaitu (1) silisifikasi, (2) argilik
joint (N140E/830) dengan arah tegasan maksimum (σ1) (clay± silica), (3) klorit-karbonat dan (4) karbonisasi. Oleh
N3300 E dan tegasan minimum (σ3) N 600 E pada batuan sebab itu, proses pengendapan vein dan alterasi hidrotermal
sekis mika dan meta-sandstone. Jenis tekstur vein yang ini sangat berhubungan dengan kontrol struktur geologi
berkembang yaitu tekstur comb, vuggy, dan sacharoidal yang terdapat pada daerah tersebut.
dengan alterasi hidrotermal berupa silisifikasi dan argilik.
Hubungan struktur geologi dan vein hidrotermal yaitu vein Data dan Metode
laminasi membentuk alterasi silisifikasi yang mengalami
deformasi membentuk mikro fold, vein hidrotermal (N2350 Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
E/740) dengan tebal (0,2 cm) mengisi kekar shear joint dan sekunder. Data primer yaitu data permukaan yang
dengan memotong foliasi (N1020 E/330) membentuk diperoleh dari hasil observasi dan pengukuran langsung di
alterasi silisifikasi dan argilik, dan vein hidrotermal mengisi Lapangan. Semua data yang dijumpai di lapangan, baik
kekar release joint sejajar foliasi (N2970 E/430) dengan data yang dilihat secara langsung berupa data struktur
tebal 0,5 cm. geologi, sampel vein dan batuan teralterasi maupun data
yang diperoleh dengan penelitian Laboratorium. Data
Kata kunci: struktur geologi, tekstur vein, alterasi sekunder yaitu data yang diperoleh dari peta geologi
hidrotermal, batuan, Bombana regional daerah penelitian dan sekitarnya serta data
penelitian sebelumnya sebagai referensi dalam penelitian
Pendahuluan dan bahan perbandingan dalam menjawab tujuan
penelitian.
Ilmu geologi memiliki peranan sangat penting sehingga
mendorong para ahli geologi untuk melakukan penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu observasi lapangan
yang lebih detail guna melengkapi data geologi yang telah (Sugiyono 2012), meliputi pengamatan singkapan,
ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur pengukuran kekar, serta pengambilan sampel batuan segar
geologi serta aspek geologi sehubungan dengan (fresh rock), vein dan batuan teralterasi. Analisis data
keterdapatan mineral ekonomis pada daerah tertentu dan lapangan untuk menentukan arah tegasan utama yang
struktur geologi merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk struktur geologi dengan menggunakan diagram
cebakan mineral tersebut dalam bentuk vein. kipas dan streografis pada aplikasi software dips, dan
analisis laboratorium yaitu identifikasi sampel batuan dan
Geologi Wilayah Rumbia Daerah Bombana khususnya vein untuk menntukan jenis tekstur vein yang berkembang
daerah desa wumbubangka kecamatan rarowatu utara

39
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

dan analisis petrografi dengan menggunakan mikroskop shear joint 1 (N1900E/400), shear joint 2 (N1000E/480),
polarisasi khususnya untuk menentukan alterasi extension joint (N1400E/340), dan release joint (N
hidrotermal. 2380E/820) (Gb 3).

Hasil dan Diskusi


1. Struktur geologi daerah penelitian
Kenampakan lapangan, dan analisis data struktur daerah
penelitian merupakan daerah dimana dikontrol oleh struktur
geologi baik regional maupun secara local seperti lipatan,
kekar dan sesar sehingga inilah sebagai agen celah larutan
hidrotermal naik kepermukaan melalui batuan samping dan
tersingkap membentuk vein dan zona alterasi hidrotermal.

Berdasarkan hasil pengukuran dan data akumulasi


frekuensi kekar yang diperoleh pada stasiun ini kemudian
diolah dengan metoda statistik menggunakan diagram kipas
dan streonet pada aplikasi software dips untuk menentukan
arah tegasan utamanya. Hasil pengolahan dari data
pengukuran kekar 1 dengan menggunakan diagram kipas
diperoleh arah tegasan utama maksimum (1) adalah
berarah N330oE atau berarah utara barat laut sampai
menenggara dan arah tegasan utama minimum (3) adalah Gb. 3. Streografis penentuan arah tegasan utama dan
berarah N 60oE (Gb 1). Sedangkan, hasil analisis kekar kedudukan masing-masing jenis kekar dari data kekar 1 (1,2)
dengan menggunakan metode diagram streonet diperoleh shear joint, (4) ekstension joint, (5) release joint.
arah tegasan utama maksimum (1) adalah relatif berarah
utara barat laut (N3200E) sedangkan arah tegasan minimum
(3) adalah yang relatif utara timur laut (N500E) dan
orientasi masing-masing jenis kekar adalah sebagai berikut;

Gb. 1. Digram kipas penentuan arah tegasan utama dari data


kekar 1.

Gb. 4. Streografis penentuan arah tegasan utama dan


kedudukan masing-masing jenis kekar dari data kekar 2 (1,2)
shear joint, (4) ekstension joint, (5) release joint.

Sedangkan, hasil pengolahan dari data pengukuran kekar 2


dengan menggunakan diagram kipas diperoleh hasil yang
relatif sama yaitu arah tegasan utama maksimum (1)

Gb. 2. Digram kipas penentuan arah tegasan utama dari data


kekar 2.

40
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

berarah N345oE atau berarah utara barat laut sampai lempung (clay-mineral) seperti mineral illit dengan ciri
menenggara dan arah tegasan utama minimum (3) berarah fisik yaitu memiliki warna abu-abu muda dan ukuran butir
N75oE atau berarah utara laut hingga selatan barat daya lempung (Gb 8).
(Gb 3). Sedangkan, hasil analisis kekar dengan
menggunakan metode diagram streografis diperoleh arah
tegasan utama maksimum (1) relatif berarah utara barat
laut sedangkan arah tegasan minimum (3) yang relatif
utara timur laut dan orientasi masing-masing jenis kekar
adalah sebagai berikut; shear joint 1 (N800E/500), shear
joint 2 (N1440E/580), extension joint (N 1130E/480), dan
release joint (N140E/830) (Gb 4).
Arah tegasan utama yang membentuk struktur geologi
daerah penelitian seperti kekar dan lipatan (mikro fold)
adalah kuadaran empat atau berarah barat laut menenggara,
hal ini sejalan dengan penelitian oleh surono 2013.
Keberadaan struktur geologi yang terbentuk seperti kekar
maka memicu larutan hidrotermal naik kepermukaan dan
tercebak membentuk vein hidrotermal yang selanjutnya
terbentuk mineralisasi pada singkapan batuan pada daerah
penelitian, hal ini sejalan dengan penelitian dengan
penelitian oleh Arifin Idrus, 2010 dan alterasi hidrotermal
fadlin 2010.
2. Tekstur Vein dan Alterasi hidrotermal daerah penelitian
Jenis tekstur vein yang berkembang pada daerah penelitian
yaitu primer comb, sacharoidal, vuggy silica, dengan
karakteristik vein sejajar dan memotong foliasi (N1900
E/160) dengan jenis vein silica. Hal ini menunjukan bahwa
daerah penelitian telah berkembang larutan hidrotermal
yang mengisi rongga/kekar yang terbentuk dan
mengakibatkan batuan disampingnya teralterasi. Jenis
alterasi yang terletak pada vein hidrotermal yaitu alterasi
selisifikasi pada batuan meta-sandstone dengan mineral
ubahan yaitu silika (100%) dan argilik pada batuan sekis
mika dengan mineral ubahan lempung (100%) (Gb 8).
Berdasarkan pengamatan dengan mikroskopis pada conto
batuan metasandstone sayatan RV/11 memiliki karateristik
sifat optik yaitu warna absorbsi rendah dengan warna
interferensi putih keabu-abuan, tekstur klastik dengan
bentuk butir subangular - subrounded , terdiri atas mineral
Kuarsa (SiO2) (85%), Kuarsa Sekunder (SiO2) (5%), Biotit
(K(Mg,Fe)3(Al,Fe)Si3O10(OH,F)2) (6%) dan mineral Opak
(4%). Batuan ini sudah termalihkan menjadi
metasandstone. Pembentukan tipe alterasi selisifikasi ini
diinterpretasikan sebagai hasil proses larutan hidrotermal
sehingga terjadi penambahan mineral kuarsa dan perubahan
mineral kuarsa primer menjadi kuarsa sekunder pada
batuan meta-sandstone.
Sedangkan pada bagian samping batuan terbentuk mineral
ubahan yaitu lempung pada batuan sekis mika membentuk Gb. 5. (a) Tekstur vein comb, (b) sacharoidal, (c) vuggy
alterasi argilik. Berdasarkan pengamatan secara silica pada meta-sandstone
megaskopis kenampakan alterasi ini berwarna abu-abu
kehitaman dan batuan ini didominasi mineral ubahan yaitu

41
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

atau mikro fold dibeberapa tempat penelitian. Lipatan


antiklin mikro fold ini tebentuk pada vein laminasi atau
parallel vein yang tersingkap pada batuan metasandstone.
Arifin Idrus (2010), menyatakan bahwa karakteristik vein
seperti ini disebut deformed vein. Keberadaan struktur
lipatan antiklin dan mikro fold ini menunjukan bahwa
daerah penelitian telah terjadi beberapa fase geologi.
Pertama terbentuk rongga yang dilanjutkan terbentuknya
vein hidrotermal. Setelah terbentuk vein hidrotermal
struktur pada daerah tersebut masih berlanjut yang ditandai
dengan terbentuknya mikro fold pada vein hidrotermal
dengan tekstur comb, vuggy dan sacharoidal

Gb. 6. Foto mikrofotograf sayatan batuan meta-sandstone


teralterasi sayatan RV/12b komposisi mineral tersusun oleh
Kuarsa (85%), Kuarsa Sekunder (5%), Biotit (6%) dan
mineral Opak (4%). Gb. 7. (a) Lipatan antiklin, (b) vein hidrotermal membentuk
mikro fold pada batuan sisipan meta-sandstone
3. Hubungan struktur geologi dan vein hidrotermal daerah
penelitian b. Shear joint
a. Mikro fold Strutur kekar yang terbentuk didaerah penelitian yaitu
Strutur Lipatan yang terbentuk didaerah penelitian yaitu shear joint yang terisi oleh fluida membentuk vein
lipatan antiklin dan mikro fold. Lipatan antiklin terbentuk hidrotermal yang memiliki orientasi (N2350 E/740) dengan
pada sisipan batuan meta-sandstone yang mengandung tebal (0,2 cm) yang memotong foliasi (N1020 E/330)
tekstur vein hidrotermal, namun lipatan ini telah mengalami membentuk alterasi silisifikasi pada batuan meta-sandstone
erosi sehingga sebagian sisi kiri lipatan telah hilang atau dan argilik pada batuan sekis mika. Keberadaan struktur
tidak terlihat lagi. Selain itu, terbentuk pula lipatan minor shear joint yang terisi vein hidrotermal ini menunjukan

42
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

bahwa daerah penelitian telah terjadi proses geologi. Kekar


(shear joint) terbentuk sebelum larutan hidrotermal naik
kepermukaan dan tercebak dalam rekahan yang selanjutnya
terbentuk tekstur vein hidrotermal seperti tekstur comb.

Gb. 9. Release joint terisi vein hidrotermal sejajar struktur


meta-sandstone.

Gb. 8. Shear joint terisi vein hidrotermal memotong foliasi


dengan alterasi silisifikasi dan argilik.

c. Release joint
Struktur release joint yang tebentuk telah terisi oleh vein
hidrotermal sejajar struktur batuan meta-andstone (N2650
E/430) dengan tebal 0,5 cm. Arifin Idrus (2010),
menyatakan bahwa karakteristik vein seperti ini disebut
parallel vein. Karakter vein seperti ini menunjakan bahwa
vein hidrotermal terbentuk setalah tebentuk struktur geologi
yang selanjutnya terjadi proses perubahan batuan sedimen
menjadi metasedimen sebab vein hidrotermal yang
terbentuk mengikuti struktur batuan meta-sandstone.
Gb. 10. Peta Struktur Geologi Daerah Penelitian Desa
Wumbubangka Kec. Rarowatu Utara Kab. Bombana Pro.
Sulawesi Tenggara.

43
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

silisifikasi dan argilik, dan vein release joint sejajar


foliasi (N2650 E/430) atau parallel vein dengan tebal
0,5 cm.

Pustaka
Bakosurtanal, 1992, Peta Lembar Taubonto, Bakosurtanal,
Bogor.
Fadlin, 2010, Karakteristik Endapan Emas Orogenik:
Bulaksumur, 55281, Yogyakarta
Idrus, Arifudin, et all., 2010, Metamorphic rock-hosted
orogenic gold deposit, Yogyakarta: Gadjah Mada
University, Department of Geological Engineering.
Simandjuntak, dkk, 1993, Peta Lembar Kolaka, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian, Bandung,
ALFABETA.
Surono, 2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Direktur, Geologist serta seluruh
pihak yang tergabung dalam PT. Panca Logam Makmur
yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk
melakukan penelitian. Bapak Muh. Chaerul dan Wisnu
Astaman yang telah memberikan masukan dan arahan
dalam penulisan penelitian ini, serta kepada teman-teman
teknik geologi UHO serta seluruh pihak yang telah
mendukung selama melaksanakan penelitian hingga selesai.

Gb. 11. Peta Vein dan Alterasi Hidrotermal Daerah Penelitian


Desa Wumbubangka Kec. Rarowatu Utara Kab. Bombana
Pro. Sulawesi Tenggara.

Kesimpulan

1. Struktur geologi yang mengotrol vein hidrotermal


daerah penelitian terdiri dari struktur lipatan antiklin
(mikro fold), kekar (shear joint, extension joint dan
release joint) pada batuan sekis mika dan meta-
sandstone.
2. Jenis tekstur vein yaitu tekstur comb, vuggy, dan
sacharoidal dengan alterasi hidrotermal berupa
silisifikasi dan argilik.
3. Hubungan struktur geologi dan vein alterasi hidrotermal
yaitu vein laminasi membentuk alterasi silisifikasi yang
mengalami defomasi membentuk mikro fold atau
deformaed vein, vein hidrotermal (N2350E/740) dengan
tebal (0,2 cm) mengisi kekar shear joint dengan
memotong foliasi (N1020E/330) membentuk alterasi

44
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

INVERSI TOPOGRAFI PERUMAHAN UNHAS ANTANG

Muhammad Hamzah Syahruddin1, Asraf1, Akmal1, Fitriani1, Wulan Salle Karurung1, Nur Fauziah1
1
Prodi Geofisika FMIPA Unhas
Email: hamzah@fmipa.unhas.ac.id

Abstrak menggunakan GPS map merek GRN 60 CSX. Titik-titik


pengukuran memunyai spasi 100 meter.
Bagaimana bentuk topografi perumahan Unhas Antang?
Bagaimana karakteristik opografi perumahan Unhas Lokasi pengukuran berada pada koordinat geodetik
Antang? Koordinat dan Topografi perumhan Unhas Antang 119°28'44''E - 119°29'16,5''E dan 05°10'02''S -
diukur menggunakan GPS map merek GRN 60 CSX. Hasil 05°10'01,9''S. Lokasi penelitian di perumahan Unhas
pengukuran GPS diplot menggunakan surfer sehingga Antang dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Ada
diperoleh gambar peta topografi perumahan Unhas Antang. beberapa titik dalam koordianat tersebut yang tidak dapat
Data koordinat perumahan Unhas Antang diproses deagan diukur karena berada di daerah rawah .
metoda inversi linier untuk mendapatkan parameter fisis
topografinya. Parameter fisis topografi perumahan Unhas
Antang merupakan karakteristik daerah tersebut. Prumahan
Unhas Antang berupa perbukitan dengan ketinggian 8
smpai 26 meter diatas elipsoid bumi. Karakteristik
topografi perumahan Unhas Antang adalah 0,001279696,
0,019581741, 2,370417325. Dapat disimpulkan bahwa
karakteristik topografi suatu wilayah dapat diketahui
dengan metoda inversi.

Kata kunci : tpografi, inversi, parameter fisis,


perummahan Unhas Antang
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
Pendahuluan Pengukuran topografi dilakukan pada awal bulan April
2015. Pengukuran topografi Perumahan Unhas Antang
Pemodelan inversi adalah pemodelan yang dilakukan untuk menggunakan GPSmap merek GRN 60 CSX. Hasil
mendapatkan parameter fisis secara langsung dari data pengukuran topografi di Perumahan Unhas Antang dapat
(Grandis, 2009). Untuk mendapatkan parameter fisis dari digambarkan dalam kontur tiga dimensi menggunakan
data topografi maka digunakan pemodelan inversi. software surfer 10. Kontur tiga dimensi hasil pengukuran
Sebaliknya untuk memperoleh data prediksi hasil topografi Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 1.2.
pengukuran berdasarkan parameter fisis yang sudah
diketahui, maka proses ini disebut proses forward atau
forward modelling (Supriyanto, 2007).
Setiap daerah mempunyai topografi yang berbeda-beda.
Apa yang membedakan topografi suatu wilayah dengan
wilayah lainnya. Tentu ada parameter fisis yang
membedakannya. Bagaimana memdapatkan parameter
fisis topografi suatu wilayah tersebut. Pada penelitian ini
penentuan parameter fisis topografi suatu wilayah
dilakukan dengan metoda inversi. Parameter fisis yang
diperoleh merupakan karakteristik topografi suatu wilayan
yang membedakan dengan wilayah lainnya.

Data Topografi Perum Unhas Antang Gambar 1.2 Data hasil pengukuran
Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah perumahan Unhas Topografi Perumahan Unhas Antang mempunyai
Antang dan sebagian derah perumnas Antang. Luas daerah ketinggian rata-rata 12 meter yang berada diantara 8 sampai
yang disurvei adalah 1100 meter kali 1100 meter atau 1,21 26 meter di atas elipsoid Bumi. Topografi daerah
km2. Di daerah tersebut dilakukan pengukuran topografi, perumahan Unhas Antang berupa perbukitan yang miring
ke arah barat dan lembah di sebelah timur antara perumnas

45
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

dan komplek Unhas. Sedangkan di sebelah barat terdapat Bila dilakukan pengurangan antara data topografi dengan
danau Balang Tonjong dan di sebelah selatan adalah rawa. data topografi hasil inversi maka diperoleh nilai residu
topografi. Nilai residu topografi dapat dilihat pada Gambar
Metoda Inversi 1.4.

Data topografi adalah data dua dimensi. Oleh karena itu


inversi yang digunakan adalah Inversi model bidang.
Inversi model bidang yang diterapkan pada data topografi
untuk mencari parameter fisis data topografi yang
merupakan karakteristik topografi suatu daerah. Inversi
linier model bidang dapat dinyatakan dalam model
matematika berikut ini (Meju, 1994):
m1 + m2xi + m3yi = hi (1)
dimana xi longitude, yi latitude, m1, m2 dan m3 merupakan
parameter fisi topografi yang akan dicari. Adapun yang Gabar 1.4.Nilai residu topografi perumahan Unhas Antang
berlaku sebagai data topografi adalah h1, h2, h3, ..., hi.
Berdasarkan model matematika tersebut, kita bisa nyatakan Nilai residu topografi perumahan Unhas Antang
GTGm = GTh (2) menunjukkan bahwa topografi tinggi hanya karena
Dimana G adalah matrik kernel dan T adalah transpos kompensasi dari topografi yang rendah atau sebaliknya
matriks. Untuk mendapatkan nilai parameter fisis m maka topografi yang rendah merupakan kompensasi dari
diakukan proses inversi pada persamaan berikut, topografi tinggi. Jadi kalau topografi tinggi digunakan
untuk menutup topografi yang rendah maka diperoleh
m=inv(GT G).GT h (3) perumahan unhas antang mewnjadi rata dengan ketinggian
Dengan menerapkan data topografi pada persamaan (3) 17 m.
diperoleh parameter fisis m. Parameter fisi m masing-
masing m1 0,001279696, m2 0,019581741, dan m3 Kesimpulan
2,370417325. Hasil pemodelan inversi topografi
perumahan Unhas Antang adalah, Prumahan Unhas Antang berupa perbukitan dengan
0,000128 + 0,019582 xi + 2,3704173yi = hi (4) ketinggian 8 smpai 26 meter diatas elipsoid bumi.
Karakteristik topografi perumahan Unhas Antang adalah
0,001279696, 0,019581741, 2,370417325. Dapat
Hasil dan Diskusi
disimpulkan bahwa karakteristik topografi suatu wilayah
dapat diketahui dengan metoda inversi..
Hasil pemodelan inversi topografi perumahan Unhas
Antang dapat digambarkan. Caranya adalah melakukan
Pustaka
substitusi koordinat latitude, longitude dan data topografi
ke dalam persamaan (4). Hasil pemodelan inversi topografi
Grandis, H. 2009. HAGI
perumahan Unhas Antang dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Meju, A Max. 1994. Society of Exploration Geophysicists
(SEG)
Supriyanto. 2007. Universitas Indonesia

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimah kasih saya ucapkan kepada semua


mahasiswa saya yang mengambil matakuliah metoda
inversi Geofisika semester genap tahun 2014 dengan
pembelajaran experiential learning. Mereka mengambil
data topografi di lapangan .dan belajar melakukan inversi
Gambar 1.3 Hasil Pemodelan Inversi topografi perumahan data lapangan baik inversi satu dimensi maupun inversi dua
unhas Antang dimensi. Hasil pembelajaran experential learning metoda
Hasil pemodelan inversi topografi perumahan Unhas inversi geofisika 2014 menjadi karya tulis yang
Antang secara linier menunjukkan bahwa perumahan dipublikasikan dalam SNG II 2016.
tersebut berada pada ketinggia 17 meter di atas permukaan
elipsoid bumi.

46
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

INVERSI SELF POTENTIAL PERUMAHAN UNHAS ANTANG

Muhammad Hamzah Syahruddin1, Citra Fitriani1, Wa Ode Auliah Kahar1,Tri Nurhidayah1, Febriani1, Zulkifli 1
1
Prodi Geofisika FMIPA Unhas
Email: hamzah@fmipa.unhas.ac.id

Abstrak Data Self potential Perum Unhas Antang


Bagaimana self potential di perumahan Unhas Antang? Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah perumahan Unhas
Bagaimana karakteristik Self Potential perumahan Unhas Antang dan sebagian daerah perumnas Antang. Luas daerah
Antang? Penelitian ini dilakukan untuk menjawab yang disurvei adalah 1100 meter kali 1100 meter atau 1,21
pertanyaan tersebut. Pengukuran SP dilakukan km2. Di daerah tersebut dilakukan pengukuran self
menggunakan alat yang sederhna voltmeter digital merek potential, menggunakan alat yang sederhna voltmeter
Sanwa PC500 dengan ketelitian 0,01 mV. Sedangkan digital merek Sanwa PC500 dengan ketelitian 0,01 mV.
koordinat titik pengukuran SP menggunakan GPS. Hasil Titik-titik pengukuran memunyai spasi 100 meter.
pengukuran SP diplot menggunakan surfer sehingga
diperoleh gambar distribusi SP perumahan Unhas Antang. Lokasi pengukuran berada pada koordinat geodetik
Data SP perumahan Unhas Antang diproses dengan metoda 119°28'44''E - 119°29'16,5''E dan 05°10'02''S -
inversi untuk mendapatkan parameter fisis self 05°10'01,9''S. Lokasi penelitian di perumahan Unhas
potentialnya. Parameter fisis SP perumahan Unhas Antang Antang dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Ada
juga merupakan karakteristik daerah tersebut. Prumahan beberapa titik dalam koordianat tersebut yang tidak dapat
Unhas Antang mempuyai nilai SP 5 smpai 23 mV. diukur karena berada di daerah rawah .
Karakteristik SP perumahan Unhas Antang adalah
0,005784292, 0,02499682, -2,710255789. Hasil pemodelan
inversi self potential perumahan Unhas Antang secara linier
menunjukkan bahwa perumahan tersebut mempuyai
potensial 14 mV.

Kata kunci : self potential, inversi, parameter fisis,


perummahan Unhas Antang

Pendahuluan
Pemodelan inversi adalah pemodelan yang dilakukan untuk
mendapatkan parameter fisis secara langsung dari data
(Grandis, 2009). Untuk mendapatkan parameter fisis dari
data self potential maka digunakan pemodelan inversi.
Sebaliknya untuk memperoleh data prediksi hasil
pengukuran berdasarkan parameter fisis yang sudah
diketahui, maka proses ini disebut proses forward atau Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
forward modelling (Supriyanto, 2007).
Pengukuran self potential dilakukan pada awal bulan April
Setiap daerah mempunyai self potential yang berbeda-beda. 2015. Pengukuran self potential Perumahan Unhas Antang
Apa yang membedakan self potential suatu wilayah dengan menggunakan alat yang sederhna voltmeter digital merek
wilayah lainnya. Tentu ada parameter fisis yang Sanwa PC500 dengan ketelitian 0,01 mV. Hasil
membedakannya. Bagaimana memdapatkan parameter pengukuran self potential di Perumahan Unhas Antang
fisis self potential suatu wilayah tersebut. Pada penelitian dapat digambarkan dalam kontur tiga dimensi
ini penentuan parameter fisis self potential suatu wilayah menggunakan software surfer 10. Kontur tiga dimensi hasil
dilakukan dengan metoda inversi. Parameter fisis yang pengukuran self potential Perum Unhas Antang Kota
diperoleh merupakan karakteristik self potential suatu Makassar dapat dilihat pada Gambar 1.2.
wilayan yang membedakan dengan wilayah lainnya.
Self potential Perumahan Unhas Antang mempunyai
ketinggian rata-rata 12 meter yang berada diantara 8 sampai
26 meter di atas elipsoid Bumi. Self potential daerah
perumahan Unhas Antang berupa perbukitan yang miring

47
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ke arah barat dan lembah di sebelah timur antara perumnas Dengan menerapkan data self potential pada persamaan (3)
dan komplek Unhas. Sedangkan di sebelah barat terdapat diperoleh parameter fisis m. Parameter fisi m masing-
danau Balang Tonjong dan di sebelah selatan adalah rawa. masing m1 0,005784292, m2 0,02499682, dan m3 -
2,710255789. Hasil pemodelan inversi self potential
perumahan Unhas Antang adalah,

0,0057843 + 0,0249968 xi - 2,71025578yi = hi (4)

Hasil dan Diskusi

Hasil pemodelan inversi self potential perumahan Unhas


Antang dapat digambarkan. Caranya adalah melakukan
substitusi koordinat latitude, longitude dan data self
potential ke dalam persamaan (4). Hasil pemodelan inversi
self potential perumahan Unhas Antang dapat dilihat pada
Gambar 1.3.

Gambar 1.2 Data hasil pengukuran

Metoda Inversi

Data self potential adalah data dua dimensi. Oleh karena itu
inversi yang digunakan adalah Inversi model bidang.
Inversi model bidang yang diterapkan pada data self
potential untuk mencari parameter fisis data self potential
yang merupakan karakteristik self potential suatu daerah.
Inversi linier model bidang dapat dinyatakan dalam model
matematika berikut ini (Meju, 1994):

m1 + m2xi + m3yi = hi (1) Gambar 1.3 Hasil Pemodelan Inversi self potential
perumahan unhas Antang
dimana xi longitude, yi latitude, m1, m2 dan m3 merupakan
parameter fisi self potential yang akan dicari. Adapun yang Hasil pemodelan inversi self potential perumahan Unhas
berlaku sebagai data self potential adalah h1, h2, h3, ..., hi. Antang secara linier menunjukkan bahwa perumahan
Berdasarkan model matematika tersebut, kita bisa nyatakan tersebut mempuyai potensial 14 mV.

GTGm = GTh (2) Bila dilakukan pengurangan antara data self potential
dengan data self potential hasil inversi maka diperoleh nilai
Dimana G adalah matrik kernel dan T adalah transpos residu self potential. Nilai residu self potential dapat dilihat
matriks. Untuk mendapatkan nilai parameter fisis m maka pada Gambar 1.4.
diakukan proses inversi pada persamaan berikut,

m=inv(GT G).GT h (3)

48
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimah kasih saya ucapkan kepada semua


mahasiswa saya yang mengambil matakuliah metoda
inversi Geofisika semester genap tahun 2014 dengan
pembelajaran experiential learning. Mereka mengambil
data self potential di lapangan .dan belajar melakukan
inversi data lapangan baik inversi satu dimensi maupun
inversi dua dimensi. Hasil pembelajaran experential
learning metoda inversi geofisika 2014 menjadi karya tulis
yang dipublikasikan dalam SNG II 2016

Gambar 1.4.Nilai residu self potential perumahan Unhas


Antang

Nilai residu self potential perumahan Unhas Antang


menunjukkan bahwa self potential yang tinggi dia atas 14
mV hanya karena kompensasi dari self potential yang
rendah atau sebaliknya self potential yang rendah
merupakan kompensasi dari self potential tinggi. Jadi kalau
self potential tinggi digunakan untuk menutup self potential
yang rendah maka diperoleh SP perumahan unhas antang
rata-rata 14 mV.

Kesimpulan

Prumahan Unhas Antang mempuyai nilai SP 5 smpai 23


mV. Karakteristik SP perumahan Unhas Antang adalah
0,005784292, 0,02499682, -2,710255789. Hasil
pemodelan inversi self potential perumahan Unhas Antang
secara linier menunjukkan bahwa perumahan tersebut
mempuyai potensial 14 mV.

Pustaka

Grandis, H. (2009): Pengantar Pemodelan Inversi


Geofisika, HAGI
Meju, A Max. (1994): Geophysical Data Analysis:
Understanding Inverse Problem Theory and Practice,
Society of Exploration Geophysicists (SEG)
Supriyanto, (2007), Memahami Teori Inversi, Universitas
Indonesia

49
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

STUDI VARIASI SPASIAL b VALUE DAN INDEKS SEISMISITAS WILAYAH SESAR


MATANO BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA MAGNITUDO DAN
FREKUENSI GEMPA BUMI
Muh. Karnaen ,1 Ikhsan, 1Marniati, 1R.Jamroni, 1Jeszy Wan Irfandy 1
1
Balai Besar MeteorologiKlimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar
Email: muh.karnaen@gmail.com

Abstrak sering menimbulkan bencana gempa bumi adalah Sesar


Matano. Sesar ini melewati beberapa kabupaten di Provinsi
Sesar Matano merupakan daerah aktif gempa bumi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sejarah telah
Provinsi Sulawesi Selatan. Aktifitas Seismik di daerah ini mencatat beberapa kejadian gempa bumi di sesar ini
cukup tinggi bahkan sering kali dirasakan oleh penduduk di dimana gempa tersebut menimbulkan guncangan kuat yang
sekitarnya. Dari hasil pengolahan dan analisa data BBMKG mengakibatkan kerusakan beberapa bangunan rumah dan
Wilayah IV Makassar mulai bulan Januari tahun 2009 infrastruktur penduduk di sekitarnya (Buletin BMKG,
hingga Desember tahun 2013 telah diperoleh data, dimana 2011).
sejumlah 439 kejadian gempa telah terjadi pada lokasi 1,60
LS – 3.46 LS dan 120.22 BT – 122.47 BT. Posisi gempa Gempa bumi mempunyai sifat merusak dalam waktu
umumnya berada di kedalaman < 100 km dengan kekuatan singkat dan dapat sangat menghancurkan yang bisa
antara 2.4 Mb sampai dengan 6.3 Mb. menimbulkan banyak korban harta benda dan jiwa. Untuk
Selanjutnya dilakukan penelitian yang bertujuan untuk itu perlu adanya pemahaman mengenai karakteristik gempa
menganalisis variasi secara spasial dengan membagi Sesar bumi yang berpotensi merusak di suatu wilayah, khususnya
Matano menjadi tiga bagian yaitu zona A adalah Sesar untuk daerah aktif gempa. Analisa dengan pendekatan
Matano bagian barat, zona B bagian tengah, dan zona C secara statistik kegempaan di suatu wilayah dapat
bagian timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mendapatkan hubungan antara frekuensi
adalah analisis aktifitas seismik secara kuantitatif dengan dan magnitudo kegempaan.
metode Least Square dan Likelihood . Dari pengolahan
data tersebut diperoleh nilai a dan b dari hubungan antara Hasil analisa statistik dapat memberikan informasi b value
magnitudo dan frekuensi gempabumi serta nilai indeks yang dapat menggambarkan karekteristik dan kondisi
seismisitas masing-masing zona. kegempaan setempat. Analisis ini dapat pula menentukan
Hasil analisis variasi spatial b-value menunjukkan b-value nilai indeks seismisitas yang menunjukkan jumlah aktifitas
tertinggi berada di zona B (0,86) dan b-value terendah kegempaan dengan kekuatan tertentu selama satu tahun.
berada di zona C (0,03). Interpretasi yang dapat diberikan Untuk mempermudah tahap analisis maka daerah ini akan
yaitu zona C yang merupakan bagian timur dari Sesar dibagi menjadi 3 zona sehingga perbandingannya akan
Matano memiliki material dengan heterogenitas rendah dan terllihat jelas dalam setiap zona.
tingkat stress yang tinggi dibandingkan dengan zona A dan
zona B. Tingkat stress yang tinggi ini ada hubungannya Data dan Metoda
dengan gempa-gempa dengan kekuatan besar dimana Data gempabumi yang digunakan dalam penelitian ini
gempa terbesar di Sesar matano (6.3 Mb) pernah terjadi di adalah database gempabumi BBMKG Wilayah IV
zona C. Indeks seismisitas tertinggi juga berada di zona C Makassar tahun 2009-2013. Gempabumi yang diolah
bagian timur sesar ini. Dimana untuk gempa > 4.0 Mb nilai dibatasi pada data gempabumi dangkal dengan kedalaman
indeks seismisitasnya adalah 16,143. Artinya aktifitas ≤ 100 km dan magnitude body (mb) > 2.0 yang terjadi di
gempa di atas 4.0 di zona C lebih tinggi dari pada zona A Sesar Matano daerah Sulawesi Selatan. Parameter
dan B.. gempabumi berupa posisi episenter (lintang dan bujur),
Kata kunci : b value, variasi spatial, indeks seismisitas kedalaman, magnitudo, dan waktu kejadian gempabumi
dengan cakupan wilayah dalam koordinat 1.60 0 LS-3.460
Pendahuluan LS ; 120.220 BT-122.470 BT, dengan periode pengamatan
sekitar 5 tahun, diperoleh data sebanyak 546 gempabumi
Pulau Sulawesi merupakan daerah tektonik yang cukup (Gambar 1).
kompleks karena berada pada pertemuan lempeng makro
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah
Lempeng Pasifik. Pergerakan dari lempeng-lempeng makro mendapatkan analisis b value secara spasial serta indeks
tersebut berpengaruh pada aktivitas sesar-sesar lokal di seismisitas pada Sesar Matano sehinggga penelitian ini
Pulau Sulawesi. Salah satu sesar di daratan Sulawesi yang

50
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

diharapkan dapat memberikan gambaran aktifitas seismik menunjukkan kemiringan atau gradien dari persamaan
di daerah ini, serta bermanfaat bagi masyarakat luas, dan linier hubungan magnitude dan frekuensi. Harga ini erat
menambah pengetahuan dalam bidang seismologi. sekali hubungannya dengan tektonik daerah yang sedang
diamati dimana terjadi gempa bumi dan tergantung dari
sifat batuan setempat maka nilai b dapat menunjukkan
tingkat kerapuhan batuan. Makin besar nilai b berarti makin
besar pula tingkat kerapuhan batuannya.

LogN

a1 Log N = a1 – b1 M

a2
Log N = a2 – b2 M

Gambar 1. Lokasi Penelitian


M
Gambar 2. Hasil perbandingan magnitude antara daerah 1
dan daerah 2.
Metode yang digunakan adalah metode maximum
likelihood yang memiliki persamaan (Gutenberg-Richter,
Konstanta a (a-value) menyatakan tingkat seismisitas di
1944):
suatu daerah yang sedang diamati yang bergantung pada
(1) periode pengamatan, luas daerah pengamatan dan jumlah
dimana: gempabumi di daerah tersebut. Semakin besar a-value
N = Frekuensi gempa bumi yang terjadi berarti daerah tersebut semakin aktif, sebaliknya untuk a-
M = Besarnya magnitude gempa bumi value yang kecil. Untuk menentukan b-value di daerah
A = Suatu tetapan yang besarnya tergantung pada penelitian digunakan metode Maximum Likelihood (Aki,
periode, luas daerah dan aktivitas daerah pengamatan. 1965):
b = Parameter seismotektonik suatu daerah dimana
terjadi gempa bumi dan tergantung dari sifat batuan ̅
(2)
setempat
Dimana ̅ adalah magnitudo rata-rata dan M0 adalah
magnitudo minimum yang digunakan.
Arti fisis dari konstanta a
Nilai a juga merupakan konstanta dari persamaan linier
Indeks Seismisitas
dengan hubungan frekuensi dan magnitude dari Gutenberg-
Richter yaitu LogN = a – bM. Nilai ini menunjukkan Dari waktu pengamatan dan distribusi magnitude gempa,
keaktifan seismik. Keaktifan seismik juga dipengaruhi oleh dapat diketahui prakiraan jumlah rata-rata per tahun gempa
tingkat kerapuhan batuan. Menyatakan tingkat seismisitas bumi dengan magnitude lebih besar dari magnitude M pada
di suatu daerah yang sedang diamati, dan harga ini setiap daerah penelitian. Dianggap jumlah gempabumi
tergantung dari : dengan M≥0 sebagai indeks seismotektonik.
1. Periode pengamatan
2. Luas daerah pengamatan Karena Harga a telah dihitung dari pengamatan gempa
3. Seismisitas di daerah tersebut. dengan M≥0, maka jumlah total gempa yang lebih besar
Makin besar nilai a berarti makin aktif, sebaliknya untuk dari suatu magnitude tertentu dapat dihitung langsung dari
nilai a yang kecil berarti aktifitas seismiknya juga kecil hubungan magnitude-frekuensi secara kumulatif. Harga
rata-rata tahunan a dan a‟ dapat dihitung dengan membagi
Arti fisis dari konstanta b n(M) dan N(M) dengan periode pengamatan T maka
didapat :
Nilai b merupakan konstanta dari persamaan Gutenberg-
Richter mengenai hubungan frekuensi dan magnitude yaitu a '  aˆ  log( bˆ ln 10) .........……(3)
LogN = a – bM. Dilihat dari bentuk persamaannya, maka b
a'1  a' logT ................(4)

51
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dari persamaan diatas dapat dihitung jumlah rata-rata per


tahun dempa dengan M≥0 sebagai berikut :
𝟒 𝟓𝟑𝟐𝟒 𝟎 𝟕𝟔𝟗𝟗
N1(M≥0) = 10a‟1 ........……(5)
Indeks seismisitas dapat sangat berguna untuk perencanaan
jaringan seismologi atau penelitian seismik untuk gempa b) Persamaan Hubungan Frekuensi dan
mikro. Magnitudo Sesar Matano bagian tengah
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Gempa bumi yang terjadi pada Sesar Matano bagian barat
Zmap (Wiemer, 2001). Daerah penelitian dibagi menjadi 3 periode tahun 2009-2013 dengan kedalaman di bawah 100
zona, yaitu zona A, zona B dan zona C (Gambar 2), km daerah 2.08 LS – 2.72 LS dan 121.15 – 121.4 BT
sehingga dari ketiga zona tersebut dapat diketahui b-value adalah sebagai berikut:
(variasi spatial), selain itu daerah penelitian di grid 0.010 x
0.010 untuk mengetahui variasi spatial dalam skala yang No Magnitudo Titik Frekuensi Log N
lebih kecil. Tengah (Yi)
1 3.0 – 3.4 3.2 64 1.8061
2 3.5 – 3.9 3.7 34 1.5314
HASIL DAN PEMBAHASAN 3 4.0 – 4.4 4.2 10 1
4 4.5 - 4.9 4.7 2 0.3010
a) Persamaan Hubungan Frekuensi dan 5 5.0 – 5.4 5.2 1 0
Magnitudo Sesar Matano bagian barat
Histogram
Gempa bumi yang terjadi pada Sesar Matano bagian barat
periode tahun 2009-2013 dengan kedalaman di bawah 100
km daerah 2.09 LS – 2.617 LS dan 120.55 – 121.05 BT
adalah sebagai berikut:

No Magnitudo Titik Frekuensi Log N (Yi)


Tengah
1 3.0 – 3.4 3.2 47 1.67209
2 3.5 – 3.9 3.7 27 1.43136
3 4.0 – 4.4 4.2 8 0.90308
4 4.5 - 4.9 4.7 0
5 5.0 – 5.4 5.2 1 0

Histogram Dengan metode likely hood, nilai a dan b didapatkan


sebagai berikut:

𝟒 𝟔𝟗𝟒𝟑 𝟎 𝟖𝟎𝟔𝟖
Dengan metode likely hood, nilai a dan b didapatkan
sebagai berikut.
c) Persamaan Hubungan Frekuensi dan
Magnitudo Sesar Matano bagian timur
̅
Gempa bumi yang terjadi pada Sesar Matano bagian barat
periode tahun 2009-2013 dengan kedalaman di bawah 100
km daerah 2.32 LS – 2.984 LS dan 121.5 – 121.9 BT
adalah sebagai berikut:

52
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

No Magnitudo Titik Frekuensi Log N (Yi) menimbulkan gempa yang lebih besar dibandingkan
Tengah dengan zona lain karena terjadi akumulasi energi.
1 3.0 – 3.4 3.2 87 1,93951
2 3.5 – 3.9 3.7 65 1,81291 Indeks Seismisitas
3 4.0 – 4.4 4.2 21 1,32221
4 4.5 - 4.9 4.7 7 0,84509 Zona A
5 5.0 – 5.4 5.2 7 0,84509 a^ = ȃ + log b ln 10
6 5.5 - 5.9 5.7 1 0 a^ = 4,5324 + log 0,7699 ln 10
7 6.0 - 6.4 6.2 1 0 = 4,3612
a1 = a^ X log T
Histogram = 4,3612 X log 5
= 3,9322
Indeks seismisitas dalam 1 tahun untuk gempa di atas 4
Mb:
( ̂)
N1>4 =
= 5,5688
Indeks seismisitas gempa di atas 4 Mb pada Zona A
(Matano bagian barat) adalah 5,5688

Zona B
a^ = ȃ + log b ln 10
a^ = 4,6943 + log 0,8068 ln 10
= 4,4253
Dengan metode likely hood, nilai a dan b didapatkan a1 = a^ X log T
sebagai berikut. = 4,4253 X log 5
= 3,7263
̅ Indeks seismisitas dalam 1 tahun untuk gempa di atas 4 Mb
pada Zona C (Matano Tengah):
( ̂)
N1>4 =
= 3,1556
Indeks seismisitas dalam 1 tahun untuk gempa di atas 4 Mb
pada Zona B (Matano bagian tengah) adalah 3,1556

𝟑 𝟐𝟐𝟐𝟔 𝟎 𝟑𝟓𝟏𝟖 Zona C


a^ = ȃ + log b ln 10
a^ = 3,2226 + log 0,3518 ln 10
Parameter aktivitas = 3,3141
a1 = a^ X log T
â bˆ = 3,3141 X log 5
= 2,6151
Zona A 4.5324 0.7699 ( ̂)
Zona B 4.6943 0.8068 N1>4 =
Zona C 3.2226 0.3518
Indeks seismisitas dalam 1 tahun untuk gempa di atas 4 Mb
Tabel di atas menjelaskan bahwa ȃ zona B > ȃ zona A > pada Zona C (Matano bagian timur) adalah 16,1432
ȃ zona B sehingga zona B mempunyai aktifitas seismik
paling tinggi. ̂ Zona B > ̂ Zona A > ̂ Zona C N1(M≥4) N1(M≥4)%
sehingga dapat dikatakan tingkat kerapuhan batuan pada Zona A 5.5688 22.39
Zona B adalah paling tinggi dibandingkan dengan daerah Zona B 3,1556 12.69
lain dan tanahnya bersifat heterogen. Sedangkan Zona C Zona C 16,1432 64.91
tingkat kerapuhan batuannya rendah dan tanahnya lebih 24,8686 100
homogen atau heterogenitasnya kurang. Hal inilah yang Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah
menyebabkan Zona C memiliki stress yang besar dan dapat gempa bumi di atas 4.0 Mb yang terjadi di Sesar Matano
terjadi sebanyak 24 kali dalam satu tahun.

53
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dengan software zmap, seismisitas kegempaan Sesar


Matano pada tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut :

Interpretasi

Berdasarkan pembahasan sebelumnya telah diketahui


bahwa zona C bagian timur Sesar Matano memiliki tingkat
Distribusi frekuensi dan magnitudo pada sesar Matano heterogenitas rendah dan memiliki stress yang tinggi
adalah sebagai berikut: dibandingkan dengan zona lainnya. Interpretasi penulis
mengungkapkan bahwa zona ini lebih didominasi batuan
yang berasal dari lempeng samudera, yang secara geologi
bagian timur ini berasal dari potongan Lempeng Indo
Australia yang menyatu membentuk Pulau Sulawesi.

Kesimpulan

Berdasarkan variasi spatial b-value, b-value tertinggi


berada di zona B dan b-value terendah berada di zona C
(1.12), interpretasi kami kemungkinan zona C memiliki
material dengan heterogenitas rendah dan tingkat stress
yang tinggi dibandingkan dengan zona B dan zona A.
Indeks seismisitas untuk gempa di atas 4 Mb dengan angka
tertinggi berada pada zona C. Sehingga dapat disimpulkan
Dengan demikian peta b value yang telah dianalisis dengan bahwa daerah ini perlu diwaspadai karena merupakan
software zmap hasilnya sebagai berikut: daerah yang paling rentan dibandingkan zona lainnya di
Sesar Matano.

Pustaka

Aki, K., 1965. Bulletin of the Earthquake Research


Institute, Tokyo University, 43, pp. 237-239.
Gutenberg, B., Richter, C. F. 1944. Bulletin of the
Seismological Society of America, 34, 4, pp. 185–
188.
Stein, S., Wysession, M., 2003. Blackwell Publishing,
Boston.
Supendi Pepen, Andri Dian Nugraha, Nanang Puspito,
2012.
Wiemer, S., 2001. Seismological Research Letters, 72 (2),
374-383.
Wyss, M., 1973. Geophysical Journal International, 31, 4,
pp. 341-359
Sedangkan peta a value adalah sebagai berikut:

54
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisis daya dukung tanah dengan mengunakan metode DCP dan CBR
(Studi kasus : promenade sungai Mahakam Tenggarong Kabupaten Kutai kartanegara)
Bambang Harimei
Laboratorium Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar
Email: bambang_harimei2004@yahoo.com

Sari Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung


Analisis daya dukung tanah pada promenade sungai conus dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan
Mahakam di Tenggarong kabupaten Kutai kartanegara gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-titik tertentu.
merupakan faktor yang penting dalam merencanakan Makin dalam konus yang masuk untuk setiap tumbukan
bangunan. Dengan menggunakan metode DCP dan CBR artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan
daya dukung tanah di tempat penelitian telah ditemukan. menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang
nilai tegangan konis (qc) 20 – 200 kg/m2 dan nilai tahanan setelah diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah
gesek (fs) bernilai sondir 0,22-20 kg/m2 sedang nilai CBR dasar pada titik yang ditinjau.
di ketiga titik adalah 2,09 % - 5,66 %
CBR lapangan tanah dasar pada pelebaran jalan. Jika pada
Kata-kata Kunci: California Bearing Ratio, Dynamic Cone tanah dasar dengan kedalaman sampai dengan 1 meter
Penetrometer terdapat beberapa lapisan tanah dengan daya dukung (nilai
CBR) yang berbeda, maka nilai CBR lapangan pada titik
Abstract tersebut diperhitungkan berdasarkan nilai CBR yang
Analysis of soil bearing capacity on the promenade mewakili nilai-nilai CBR lapisan-lapisan tanah di maksud.
Mahakam river in Tenggarong Kutai Kartanegara is an
important factor in planning buildings. By using DCP and Data CBR digunakan sebagai salah satu masukan dalam
CBR soil bearing capacity in a study has found. cone proses perencanaan jalan, yaitu untuk :Penentuan tebal
voltage value ( qc ) 20-200 kg / m2 and frictional resistance perkerasan (full depth pavement) untuk bagian jalan yang
value ( fs ) worth sondir 0.22 to 20 kg / m2 were CBR direncanakan akan mendapatkan penanganan pelebaran
value in the third point is 2.09% - 5.66% jalan. Penentuan tebal lapis ulang (overlay) di atas jalan
aspal apabila tidak dapat disediakan/tidak terdapat data
Keywords: Bearing Capacity, Sondir, Dynamic Cone Benkelman Beam. Penentuan tebal perkerasan untuk
Penetrometer, California Bearing Ratio bagian jalan yangharu direkonstruksi (seluruh perkerasan
lama dibongkar). Penentuan tebal perkerasan jalan
Pendahuluan baru.Frekuensi pengujian pada sumbu jalan tsb, harus
ditentukan oleh Ahli Teknik di lokasi dan kedalaman
Dalam rangka menentukan struktur bangunan perlu maksimum untuk setiap pengujian harus dibatasi sampai
diketahui daya dukung Untuk itu perlu kiranya dilakukan 1,0 meter.
pengujian. Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh
TRLL (Transport and Road Research Laboratory) dan Sondir
mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun tahun
1985/1986. Cone Penetration Test (CPT) atau lebih sering disebut
sondir adalah salah satu survey lapangan yang berguna
Penyelidikan tanah untuk konstruksi dengan menggunakan untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Tes ini
Dyamic Cone Penetrometer (DCP) didalam proyek ini baik dilakukan pada lapisan tanah lempung. Dari tes ini
dilakukan berdasarkan survey langsung di lapangan dan didapatkan nilai perlawanan penetrasi konus. Perlawanan
kemudian dilakukan pengujian di laboratorium untuk penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
mendapatkan harga CBR. DCP atau Dynamic Cone konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur Sedangkan hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah
daya dukung tanah dasar langsung di tempat (in situ). terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan panjang.
Nilai perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat dapat
Daya dukung tanah dasar tersebut diperhitungkan diketahui dari bacaan pada manometer.
berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP yang dilakukan
dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus Komponen utama sondir adalah konus yang dimasukkan
masuk ke dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat kedalam tanah dengan cara ditekan. Tekanan pada ujung
tumbukan palu geser pada landasan batang utamanya. konus pada saat konus bergerak kebawah karena ditekan,
dibaca pada manometer setiap kedalaman 20 cm. Tekanan

55
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

dari atas pada konus disalurkan melalui batang baja yang Nilai hambatan pelekat (Hp)
berada didalam pipa sondir (yang dapat bergerak bebas, Hp = lekatan x interval masuknya alat sondir
tidak tertahan pipa sondir). Demikian juga tekanan yang Keterangan : interval = 20 cm
diderita konus saat ditekan kedalam tanah, diteruskan Jumlah nilai jumlah hambatan pelekat
melalui batang baja didalam pipa sondir tersebut ke atas, ke adalah
manometer. Persamaan yang digunakan mencari tegangan
Konus seperti di bawah ini
JHP =  HP
Untuk mendapatkan digunakan persamaan di bawah ini,
3
Tegangan Konus  
Apl  h 3 CBR  ...  h 3 CBR 
Conus = (Manometer 1) x
Aujungconu s CBRSTA   1 1
n
n n

Dimana : 
 
i 1
hi


Apl 10cm 2
 1
Acon 10cm 2 Lokasi Penelitian
untuk menentukan Nilai Lekatan dapat digunakan Lokasi penelitian pada pembangunan pengembangan
persamaan di bawah ini, kawasan promenade di lakukan kawasan tepian kota
Tenggarong, di promenade (pinggiran) Sungai Mahakam
Nilai Lekatan berada di tengah-tengah kota Tenggarong Kabupaten Kutai
Apl Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Lekatan = x (manometer –manometer)
Abiconus Hasil dan diskusi
dimana :
Apl = 10 cmz Berdasarkan penyelidikan tanah Kawasan Promenade
A biconus = 100 cm2 Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara diperoleh data:

Sedangkan nilai hambatan dapat pelekat adalah,


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
8 8 8
9 9 9
10 10 10
11 11 11
12 12 12
13 13 13
14 14 14
15 15 15
16 16 16
17 17 17
18 18 18
19 19 19
20 20 20
21 21 21
22 22 22
23 23 23
24 24 24
25 25 25
26 26 26
27 27 27
28 28 28
29 29 29
30 30 30
31 31 31
32 32 32
33 33 33
34 34 34
35 35 35
36 36 36
37 37 37
38 38 38
39 39 39
40 40 40

Gambar 1 Fraction Ratio di jl. Gambar 2 Fraction Ratio di jl. Muksin Gambar 3 Fraction Ratio di BPD
Diponegoro Kaltim

56
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dari hasil uji tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :


a. Pada titik sondir-1 yang berlokasi di Taman Jalan diponegoro ditemukan tanah tanah keras pada kedalaman 17,6m
b. Pada titik sondir-2 yang berlokasi di jalan Sudirman Samping Gedung Juang ditemukan tanah keras pada kedalaman 18
m
c. Pada titik sondir-3 yang berlokasi di jalan A. Muksin parkiran depan primagama ditemukan tanah keras pada kedalaman
11m.

Hasil CBR

GRAFIK DCP

0
Kedalaman (m)

200
400
600
800
1000
0 10 20 30 40 50 60

Jumlah Pukulan

Gambar 4a Kedalaman Vs Jumlah Pukulan Gambar 4b Dcp Vs CBR di Jln Diponegoro

GRAFIK DCP

0
Kedalaman (m)

200
400
600
800
1000
0 10 20 30 40 50 60

Jumlah Pukulan

Gambar 5a Kedalaman Vs Jumlah Pukulan Gambar 5b Dcp Vs CBR di Jln Muksin

GRAFIK DCP

0
Kedalaman (m)

200
400
600
800
1000
0 10 20 30 40 50 60

Jumlah Pukulan

Gambar 6a Kedalaman Vs Jumlah Pukulan Gambar 6b Dcp Vs CBR BPD Kaltim

57
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dengan nilai konis (qc) dan nilai tahanan gesek (fs) maka saturation (Sr) = 128.673 – 131.795%, liquid limit (LL) =
akan kita korelasikan dengan Tabel 1 . Penafsiran Hasil 46.50 – 69 %, coefficient of consolidation (Cv) = 2.71 x 10-
Penyelidikan Tanah dengan Alat DCPT (Sondir). Hasil 1 cm2/dt, compression index (Cc) = 1.481, angka pori awal
korelasi ini memberikan gambaran mengenai kondisi tanah (eo) = 1,022.Pengujian di lapangan dengan menggunakan
di Kawasan pinggiran Sungai Tenggarong sebagai data SPT menunjukkan nilai N < 4 (sangat lunak), nilai CBR
pendukung dalam analisis dan desain nantinya. lapangan 0.65 – 1.79%,muka air tanah dangkal 0.5 – 1.0 m.
Korelasi Nilai qc dan CBR Lapangan Titik I pada Gambar
Tabel 1. Hasil penyelidikan tanah dengan alat DCPT 4, nilai qc dan nilai CBR bertambah besar setiap perubahan
(sondir) kedalaman. Nilai CBR lapangan pada titik ini adalah 0.20
H qc fs qc.
Klasifikasi
(m) (kg/cm2) (kg/cm2)
Lempung Titik II pada Gambar 4, nilai qc pada kedalaman 0 – 40
Lembek, cmadalah 0 kg/cm2, artinya hambatan konus belum
0–7
<20 0,22 Lempung bekerja, pada kedalaman 40 – 100 cm nilai qc lebih besar
Kelanauan dari nilai CBR. Nilai CBR lapangan pada kedalaman ini =
lembek 0.26 qc.
Lempung agak Titik III pada Gambar 4, nilai qc pada kedalaman 0 – 40 cm
7 – 8,8 20 - 40 0,80 -2,00
kenyal adalah 0 kg/cm2, pada kedalaman 40 – 100 cm nilai qc
Pasir padat, pasir lebih besar dari nilai CBR. Nilai CBR lapangan pada
kelanauan atau kedalaman ini adalah 0.21 qc.
9,0 – 16,8 40 - 120 1,00 – 3,00 lempung padat
dan kerikil
Kesimpulan
kelempungan
Pasir padat, pasir
Berdasarkan hasil analisis tentang hubungan antara nilai
kekerikilan
hambatan konus (qc) dan nilai CBR lapangan pada tanah
padat, pasir
17 - 17,8 120 - 200 1,00 – 3,00 lempung.
padat, pasir
kelanauan sangat
Desa Imbodu, ada beberapa kesimpulan dapat disampai-
padat.
kan sebagai berikut :
Pasir padat, pasir
kekerikilan 1. Pada kedalaman sampai dengan 40 – 60 cm
padat, pasir nilai hambatan konus (qc) belum bekerja, pada
18 – 18,2 200 - 250 1,00 – 3,00
padat, pasir kedalaman 60 – 100 cmhambatan konus baru
kelanauan sangat bekerja secara penuh
padat. 2. Korelasi antara nilai CBR pada tanah lempung
lunak – sangatlunak adalah 0.14 – 0.27 qc nilai
Dari hasil korelasi kelihatan bahwa karakteristik tanah
sampai kedalaman 8,8 m dari permukaan tanah adalah
qc.
tanah jenis lempung agak kenyal. Pada kedalaman 9,0 m
kebawah berupa pasir padat, pasir kelanauan atau lempung Daftar Pustaka
padat, kerikil kelempungan, pasir kekerikilan padat, dan
Bowles, J. E. (1984). McGraw-Hill Book Company, U.S.A.
pasir kelanau sangat padat. Sehingga dalam perhitungan
Das, B. M. (2005). Thomson U.S.A.
batas 8,8 m kebawah menjadi bagian yang sangat perlu
diperhatikan untuk pemilihan jenis konstruksi. Karena Hardiyatmo, H. C. (2007). Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
kategori tanah tersebut untuk pemilihan beberapa jenis
Holtz, R. D. and Kovacs, W. D. (1981).. Prentice-Hall, Inc.,
alternatif desain perlu diperhatikan karena perilaku tanah
Englewood Cliffs, New Jersey.
kohesif.

Hasil pengujian laboratorium menunjukkan jenis tanah


berupa lempung pasiran - lanau pasiran, lunak – sangat
lunak warna coklat kekuningan – kehitaman, plastisitas
rendah - tinggi. Hasil pengujian contoh test pit dengan
modified dry density (MDD) = 13.54 – 14.37 kN/m3
dengan optimum moisture content (OMC) =29.016 –
33.129%, water content (w) = 33.65- 38.46%, degree of

58
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA TIMAH PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN


INDUKSI POLARISASI DAN RESISTIVITAS DAERAH BUKIT PUYUH KEC TEMPILANG
KAB BANGKA BARAT
Anoegrah Pratama DM1, Makhrani2, dan Sabrianto Aswad3
Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UNHAS
Email:

Sari yang membuktikan adanya endapan timah. Akan tetapi di


daerah penyelidikan tidak memperlihatkan adanya indikasi
Penelitian ini bertujuan melihat prospek timah primer di di permukaan yang cukup menarik sepertiurat(vein)
daerah Bukit Puyuh. Di permukaan daerah tersebut tidak maupun urat-urat halus(veinlet) mineralisasi yang begitu
memperlihatkan adanya indikasi urat (vein) maupun urat- jelas.
urat halus (veinlet) yang begitu jelas sebagai pembawah
timah primer. Salah satu metode eksplorasi geofisika yang Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi
digunakan untuk mendeteksi keberadaan timah adalah keberadaan timah di bawah permukaan adalah metode
metode geolistrik. metode geolistrik yang digunakan dalam geolistrik. Metode geolistrik sendiri didefinisikan sebagai
penelitian ini adalah metode induksi polarsisasi atau suatu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik
polarisasi terinduksi. Prinsip kerja dari metode induksi di dalam bumi. Metode geolistrik yang baik digunakan
polarisasi ini adalah mendeteksi terjadinya polarisasi listrik untuk eksplorasi mineral logam adalah metode induksi
pada permukaan mineral-mineral logam di bawah polarisasi atau metode polarisasi terimbas. Prinsip kerja
permukaan bumi. dari hasil pengukuran lapangan dari metode induksi polarisasi ini adalah mendeteksi
didapatkan data berupa resistivitas semu dan chargebilitas. terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-
Data penelitian merupakan data primer dengan 5 lintasan mineral logam di bawah permukaan bumi, dari hasil
yang panjangnya 500 meter dengan menggunakan pengukuran lapangan didapatkan data berupa resistivitas
konfigurasi dipole dipole. hasil pengukuran dan pengolahan semu.
data dinterpretasi dengan menganalisis penampang 2D dan
3D hasil pemodelan nilai resistivitas dan cargebilitas
METODOLOGI
dengan dukungan data bor. Hasil interpretasi menyatakan
bahwa ada indikasi timah primer yang ditandai dengan nilai
resistivitas 700 – 10000 ohm.m. Adanya zona lemah di Metode IP menggunakan konfigurasi dipol-dipol ketika
setiap lintasan yang di indikasikan sebagai patahan,rekahan melakukan pengukuran di lapangan, yaitu kedua elektroda
ataupun kekar yang dianggap sebagai jalur timah primer. arus bergerak menjauhi kedua elektroda tegangan seperti
Untuk memperkuat dugaan nilai resistivitas digabungkan pada gambar di bawah ini.
dengan nilai chargebilitas yang memiliki rentang nilai 3-
25Msec, pada rentang nilai tersebut terdapat batuan
ataupun mineral-mineral pembawah timah primer.
Sehingga dapat disimpulkan pada daerah penelitian masih
terdapat potensi timah primer

Kata Kunci: chargebilitas, dipole dipole, induksi


polarisasi,Timah primer

Pendahuluan Gambar 1 Susunan elektroda konfigurasi dipol-dipol


(Telford, 1990)
Metode geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika
untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan dengan Dimana :
menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Menurut AB : elektroda arus r1 = AM = (n+1)a
(Sujoko. 2009) Berdasarkan hasil survei geologi yang telah MN : elektroda potensial r2 = BM = na
dilakukan dan pengoprasian pengeboran dan penambangan AB = MN = a (dalam satuan meter) r3 = AN = (n+2)a r4 =
di dekat lokasi penyelidikan, diprakirakan masih luasnya BN = (n+1)a
daerah yang memiliki prospek timah primer di daerah X.
Keberadaan endapan tersebut ditunjukkan oleh hasil bor

59
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Sehingga untuk konfigurasi dipol-dipol, rumus untk sama terjadi pada saat arus dimatikan pada waktu t3. A
menghitung factor geometrinya menjadi: menggambarkan daerah di bawah kurva peluruhan pada
K = π n a (n + 1 ) ( n + 2 ) 1 interval waktu t1-t2 (Kearey, 2002).

Dengan K merupakan faktor geometri yang nilainya Hasil dan Diskusi


bervariasi bergantung pada jarak dari “a”. kemudian
dengan mensubtitusi nilai K dengan persamaan di atas Hasil Analisis IP
dapat dihitung nilai resistivity tiap kedalaman adalah:
𝜌 ( )( ) 2 Data IP yang telah diolah menghasilkan nilai resistivitas
dan chargebilitas kemudian di inversi di Res2dinv
selanjutnya di buat penampang 2D kemudian nilai
Pengukuran IP domain waktu digunakan untuk mengukur reistivitas di overlaykan dengan nilai chargebilitas dan di
beda potensial setelah arus dihentikan. Salah satu parameter
buat 3D
pengukuran adalah chargeabilitas M, yang didefinisikan
sebagai suatu luasan A dibawah kurva penurunan
sepanjang interval waktu tertentu (t1-t2) yang LINTASAN LB
dinormalisasikan oleh beda potensial .Chargeabilitas
diukur dari interval waktu tertentu ketika arus dihentikan
(Kearey, 2002).
∫ ( ) 3

M memiliki dimensi waktu dengan satuan second atau


millisecond.

Ketika aliran arus pada elektroda arus dihentikan, maka


nilai beda potensial antara kedua elektroda potensial tidak
secara langsung bernilai nol melainkan mengalami
penurunan secara perlahan-lahan hingga bernilai nol.
Fenomena yang sama terjadi ketika arus listrik dinyalakan. Gambar 3 a. penampang resistivitas. b penampang
Pada keadaan awal, nilai beda potensial meningkat secara chargebilitas lintasan LB
perlahan-lahan selama interval waktu tertentu hingga
bernilai konstan. Medium yang mengalami efek tersebut
dinamakan medium yang dapat terpolarisasi. Efek IP Untuk lintasan LB dilengkapi dengan hasil data bor yang
ditunjukkan selama interval waktu penurunan beda berada pada titik 375 meter yang mempunyai data litologi
potensial sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 serta kandungan timah
(Kearey, 2002).
Hasil data bor ini kemudian di overlapkan dengan
penampang resistivitas dan chargebilitas. Berdasarkan data
bor yang peroleh dinterpretasikan bahwa :
1. Pada rentang nilai resistivitas <500 ohm.m (low
resistivity) merupakan material lepas berupa
alluvial dengan litologi berupa pasir kerakal dan
kerikil kerakal.
2. Rentang antara 500 ohm – 5000 ohm (medium
resistivity) merupakan soil yang terdiri atas
lempung pasiran.
3. Nilai resistivitas >10000 (high resistivity) ohm.m
merupakan batupasir keras.
Gambar 2. Fenomena induksi polarisasi. Pada waktu t0 4. Nilai resistivitas yang rendah dekat dengan
arus dihentikan dan diukur beda potensialnya, kemudian permukaan dengan geometri berbentuk cekungan
terjadi penurunan nilai beda potensial dari keadaan konstan sedimentasi diinterpretasikan sebagai alluvial
(∆Vc) menuju nol secara perlahan-lahan. Tahapan yang sedangkan apabila nilai resistivitas rendah yang

60
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

jauh dari permukaan dengan geometri di Hasil Overlay Resistivitas dan Chargebilitas dapat dilihat
interpretasikan sebagai zona struktur. pada Gambar 7 pada tersebut terdapat zona resistivitas yang
5. Lapisan batuan yang mengandung mineral sulfida lemah di titik 100 – 150, 250 dan 440.Dengan nilai
berada pada nilai chargebility > 25 msec yang resitivitas adalah 0-20000 ohm.m. zona lemah yang di
diinterpretasikan sebagai zona mineral sekunder. tandai dengan kotak putih berupa patahan batu lempung
6. Dugaan potensi vein yang mengandung timah dan batu pasir. Diperkuat dengan nilai chargebilitas pada
berada pada nilai resistivitas 500 Ωm – 5000 Ωm kelompok 4 dan 5 (20 - >25 msec). pada nilai
dan nilai chargebilitas<25 msec. chargebilitas kelompok 4 yaitu 20-25 msecdi indikasi
sebagai lempung mengandung unsur kasiterit. Untuk
Diskusi kelompok 5 diatas 25 msec yaitu granit tipe s yang
memiliki kandungan kasiterit sebagai unsur pembawah
Interpretasi dilakukan dengan menggabungkan penampang timah.
Resistivitas dan Chargebilitas. Hal ini untuk memperkuat
dugaan dari hasil analisis IP dalam menentukan nilai 3D Resistivitas dan chargebilitas
chargebilitas yang mengandung timah dari semua lintasan
pengukuruan. diperoleh pengelompokan estimasi nilai
chargebilitas batuan dan mineral yang mengandung timah
berdasarkan hasil data bor dan hasil analisis IP lintasan LB
yang memiliki data bor pada Gambar 3 yaitu;

Tabel 1 Nilai chargebilitas dan mineral yang mengandung


timah
Nilai Mineral dan
Kelompok
Chargebilitas Batuan

Tanah
1 <3 msec

Galena dan kasiterit


2 3-12 msec
Gambar 4 Gabungan nilai resistivitas dan chargebilitas
Batu
semua lintasan
3 12-20 msec pasir,pirit,kuarsa

Lempung dan granit Model 3-D untuk melihat nilai yang telah di indikasi
4 20-25 msec
sebagai batuan maupun mineral pembawah atau yang
Granit berasosiasi dengan timah primer, dimana pada gambar 8
5 >25 msec warna putih dengan nilai resistivitas 1800 ohm.m.
Kemudian di timpah dengan nilai chargebilitasyang
berwarna merah 24 Msec sehingga pada gambar tersebut
LINTASAN LA terlihat nilai yang resistivitas sebagai House Rock dan nilai
chargebilitassebagai isi dari House rockberupa
sesar,patahan dan mineral serta batuan yang berasosiasi
dengan timah. Maka dapat diperhatikan yang telah ditandai
dengan kotak hitam merupakankandungan timah primer di
daerah penilitan sesuai nilai resistivitas dan chargebility
yang telah di tentukan. Adanya data bor pada lintasan LB
yang berada pada titik 375, dapat di perhatikan bahwa pada
titik bor tersebut berada pada nilai resistivitas 1800 ohm

Gambar 3 Overlay lintasan LA

61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan


beberapa hal yaitu :
1. Dari penampang 2-D data reistivitas dan chargebilitas
dapat diindikasikan bahwa pada setiap lintasan
memiliki daerah prospek timah primer yang
mengalami proses pelapukan dalam hal ini batu
granit.
2. Berdasarkan pemodelan 3-D data resistivitas dan
chargebilitas terlihat bahwa daerah penyebaran timah
primer berada pada semua lintasan yang merupakan
kontak berupa batu lempung dan batu pasir dengan
mineral pembawah timah (Casiterite)

Pustaka
Harjoko, Mulyadi. 1982. Laporan. PT. TIMAH. Dinas
Eksplorasi
Hendrajaya, L. dan Arif, I. 1998. Panduan Kuliah,
Laboratorium Fisika Bumi. ITB. Bandung
Kearey, 2002. Oxford University, USA
Sukandarrumidi, 2007. Diktar,Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Sutedjo, Sujoko. 2009. Laporan.PT Timah. Pangkalpinang.
Sumner, 2009.Thesis. Washington
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, second
edition, Cambridge University Press, USA.

62
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

MASERAL BATUBARA LESONGBATU DAN SEKITARNYA KECAMATAN RENGAT


BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU - INDONESIA
Budi Prayitno
Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
Email: budiprayitno@eng.uir.ac.id

Sari
Pada umumnya intensitas akumulasi gambut dipengaruhi
Petrografi batubara adalah ilmu yang mempelajari oleh iklim tropis (Dehmer, 1993;. Grady et al, 1993; Esterle
komponen organik dan anorganik pembentuk batubara. dan Ferm,1994; Hawke et al., 1999). Kondisi iklim,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui type, geologi, variasi jenis tumbuhan dan rezim hidrologi
karakteristik, fasies pengendapan serta tahap genesis merupakan parameter yang menentukan intensitas
batubara di daerah penelitian. Pengamatan mikroskopis dari akumulasi gambut serta komposisi maceral pembentuk
sayatan tipis batubara menggunakan Carl Zeiss Microscope batubara. Hubungan aspek sedimentasi, stratigrafi, dan
dan Point Counter Model F, dari ke-4 sampel diketahui karakteristik batubara dipakai untuk merekontruksi
presentase komponen maseral vitrinite 79.30%, inertinit paleogeografi dan paleosedimentasi bahan gambut dan
10%, liptinit 3.4%, dan non-organic 7.3%. Sedimentasi komposisi maceral batubara. Asosiasi maceral batubara
bahan klastika berukuran butir lempung – pasir halus dalam hal ini berhubungan dengan paleogeografi
sebagai formasi pembawa batubara daerah penelitian lingkungan pengendapan, bahan gambut, suplai air dan
diendapkan pada mekanisme upper flow regime yang nutrisi. Selanjutnya vegetasi, supali air dan oksigen
membentuk upper plane bad horizontal lamination yang (Kondisi Eh) adalah faktor yang berhubungan dengan
umum dijumpai disetiap data permukaan . Berdasarkan generasi fasies batubara, nilai Ph dan penurunan dasar
interprestasi stratigrafi dan pola sedimentasi, pengendapan cekungan (e.g., Cohen and Bailey, 1997; Cohen and Stack,
terjadi pada daerah limpahan banjir berasosiasi dengan 1996; Esterle and Ferm 1994; Hawkeet al., 1999; Petersen
ekosistem rawa. Sedikitnya ditemukan 2 seam lapisan and Nielsen, 1995; Roberts and McCabe, 1992;Sebag et al.,
batubara dengan ketebalan sangat tipis – tipis <0.5 m 2006b; Staub, 1991; Wüst and Bustin, 2001).
(Jerminic, 1985,dalam B.Kuncoro 2000). Sedangkan
metode pendekatan menggunakan diagram Diessel, 1986, Penelitian ini secara implisit membahas permasalahan
Calder et al., 1991dari perhitugan nilai TPI (< 1.0) versus hubungan sedimentasi, stratigrafi, faises pengendapan serta
GI (>1.0) ekosistim rawa didominasi dari tumbuhan perdu genesa batubara menggunakan data geologi permukaan dan
(herbaceous) pada kondisi limnic yang terpengaruh suplai meceral batubara daerah penilitian pada Formasi
air laut (rheotrophic mire). Analisis mineral matter dari Airbenakat berumur Miosen Tengah – Akhir , Formasi
kehadiran pyrite tergolong tinggi 1.0–1.6% (Casagrande, Muaraenim berumur Mio – Pliosen.
1987). Sedangkan hasil perhitungan GWI (<0.5) versus VI
(<3.0) menunjukkan kondisi hidrologi ekosistem rawa yang Geologi Regional
tidak mengandalkan sistima air tanah atau tadah hujan
(ombrothropic mire). Terdapat kontradikti antara fasies Suwarna drr.,(1994) membagi runtunan batuan sedimen
pengendapan dan rezim hidrologi yang menyebabkan Tersier dalam Cekungan Sumatera Tengah bagian Timur
genesa batubara tidak berjalan dengan baik atau pada tahap menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok Rengat (Formasi
immature. Kelesa, Lakat, Tualang, dan Gumai) dan kelompok Japura
(Formasi Airbenakat, Muaraenim, dan Kasai) seperti yang
Keywords : petrografis, maceral, depositional, genesis, terlihat pada Gambar 1. Formasi Kelesa berumur Eosen-
immature. Oligosen terdiri atas konglomerat polimik dan batupasir
konglomeratan, bersisipan batulempung, batulanau, dan
PENDAHULUAN batubara. Formasi ini ditindih oleh Formasi Lakat berumur
Oligosen - Miosen Awal, terdiri atas konglomerat,
Posisi astronomis Indonesia dilihat dari garis lintang batupasir kuarsa dan sisipan batulempung, batulanau dan
menempati lintang bagian Utara dan lintang bagian Selatan tuf dengan lensa batubara di bagian bawah; dan perselingan
yang dipisahkan oleh garis khatulistiwa. Secara astronomis batupasir kuarsa dan batulanau gampingan dengan nodul
kawasan Indonesia memiliki iklim tropis dan berada siderit di bagian atas. Formasi Tualang berumur Miosen
dibagian Timur belahan bumi. Dalam setiap tahunnya Awal sampai Tengah, yang tersusun atas batulempung
Indonesia hanya berganti dua musim yaitu musim dengan sisipan batupasir kuarsa mikaan dan glaukonitan.
penghujan dan musim kemarau. Selanjutnya Formasi Gumai yang dialasi oleh Formasi
Tualang berumur Miosen Tengah, terdiri atas serpih,

63
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

batulempung dan batulumpur gampingan dan karbonan, atas perselingan batupasir tufan berbutir halus sampai
berwarna kelabu muda sampai gelap dengan sisipan sedang dengan batulempung tufan dan lensa lignit. Satuan
batupasir dan nodul lanauan. Formasi Airbenakat yang paling muda, yakni Formasi Kasai berumur Plio-Pleistosen,
berumur Miosen Tengah – Akhir dan menindih selaras terdiri atas batupasir tufan berbutir halus sampai sedang,
Formasi Gumai, tersusun oleh perselingan batulempung, batulempung tufan dan tuf, setempat lempung tufan pasiran
batupasir, serpih dan batulanau, dengan sisipan batuan kerakalan menindih secara tidak selaras Formasi
tufan dan lensa batubara. Secara selaras diendapkan Muaraenim.
Formasi Muaraenim berumur Mio - Pliosen yang terdiri

Gambar 1. Korelasi stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah bagian Timur (Suwarna drr.,
1994) dengan Sub-cekungan Jambi (Modifikasi dari Pertamina, 1992)

METODE PENELITIAN pembagian sehingga diperoleh 15 grm contoh yang


mewakili untuk anlisis petrografis. Contoh yang berukuran
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode 1 mm dicampur dengan resin epoxy/transsoptik powder,
observasi dan pendekatan model (Diessel, 1986, Calder et dicetak dengan cetakan segiempat atau bulat. Setelah keras
al., 1991). Metode observasi dilakukan berdasarkan hasil kemudian permukaannya digosok dengan kertas ampelas
pengamatan megaskopis dan mikroskopis dalam bentuk nomor 600, 800 dan 1200, selanjutnya dipoles sehingga
data kualitatif -kuantitatif terhadap objek penelitian serta diperoleh permukaan batubara yang halus untuk analisis
sayatan poles batubara. Pengamatan mikroskopis berupa petrografi. Analisis maseral dilakukan dibawah mikroskop
sayatan poles batubara menggunakan mikroskop sinar dengan menggunakan minyak imersi dipermukaan contoh.
pantul Carl Zeiss Microscope dan Point Counter Model F Analisis ini menggunakan lensa-lensa 25x, 32x, 50x atau
dengan pembesaran 400 kali. Persiapan perparasi sampel bahkan 60x dan mesin penghitung otomatik yang bergerak
untuk pengamatan mikroskopis dilakukan pada sampel secara melintang 0,4 mm dan secara vertikal 0,5 mm. Lebih
yang dipilih secara “channel sampling” pada tubuh kurang 500 titik diamati tidak termasuk resin dan mineral
batubara ideal. Selanjutnya contoh yang akan dianalisis yang terlihat. Maseral dapat diamati atau dihitung sebagai
digerus sampai lolos saringan 1 mm dan dilakukan grup maseral atau sebagai sub-maseral. Dalam melakukan

64
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

analisis duplikat perbedaan 3% untuk masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN


maseral dapat diterima. Pengukuran refleksi dilakukan pada
permukaan partikel-partikel vitrinit, dalam sinar hijau Geologi Daerah Penelitian
monochromatik, panjang gelombang 546 mm. Semua Stasiun pengamatan 1 berada di bagian tepi jalur tubuh
peralatan harus dinyalakan paling sedikit setengah jam sungai dalam kondisi kurang ideal dibawah muka air,
sebelum dikalibrasi. Untuk mengukur refleksi maksimum, kedudukan lapisan tidak diketahui. Pengamatan
polarizzer diatur dalam posisi 45O. Selanjutnya putarkan megaskopis pada lapisan bagian bawah berwarna coklat
mikroskop 360O dan dilakukan pembacaan. Untuk keabu-abuan (warna lapuk) dan abu-abu kehijauan (warna
mengukur refleksi ini lensa yang digunakan adalah segar), sangat halus-halus (1/8 – ¼ mm); membundar-
pembesaran yang tinggi (50 atau 60x) dan harus membundar baik, perarian sangat tipis-perarian tipis (3 -10
ditempatkan tepat ditengah. Pembacaan diulangi dari 50 mm), terpilah baik, tidak kompak - dapat diremas,
sampai 100 kali. komposisi; mineral kuarsa dan mineral-mineral plagioklas.

Pada lapisan bagian tengah berwarna coklat kehitaman


(warna lapuk) dan abu-abu kehitaman (warna segar), besar
butir lempung (1/256 mm), kemas tertutup, massif, lunak-
dapat diremas, komposisi mineral lempung mengandung
unsur karbon. Lapisan bagian atas memiliki warna coklat
kekuningan (warna lapuk) dan abu-abu (warna segar),
ukuran butir; sangat halus – halus (1/8- ¼mm),
membundar-membundar baik, kemas tertutup, perarian
sangat tipis-perarian tipis (3 -10mm), terpilah baik, lunak -
dapat diremas, komposisi mineral kuarsa dan plagioklas.

Nama batuan; Batupasir sisipan lempung karbonan.


Stasiun pengamatan 2 berada pada bagian tepi tubuh sungai
dalam kondisi ideal, kedudukan lapisan N 350° E/15°.
Singkapan ST 2 ditemukan tidak begitu jauh dari singkapan
ST 1. Pengamatan megaskopis; coklat kemerahan (warna
Foto 1. Carl Zeiss Microscope dan Point Counter Model F lapuk) dan abu-abu (warna segar), sangat halus-halus (1/8 -
dengan pembesaran 400 kali ¼mm), membundar-membundar baik, kemas tertutup,
perarian sangat tipis-perarian tipis (3-10 mm), terpilah baik,
agak keras-dapat diremas, komposisi meineral kuarsa dan
mineral plagioklas. Nama batuan: Batupasir. Stasiun
pengamatan 3 masih berada pada bagian tepi tubuh sungai.
Kemungkinan besar ST 1, ST 2 dan ST 3 merupakan jalur
sungai musiman yang sama dengan perbedaan jarak tidak
begitu jauh. Kedudukan lapisan tidak diketahui.
Pengamatan megaskopis; coklat kehitaman (warna lapuk)
dan hitam kusam (warna segar), kilap kusam, gores coklat
kehitaman, keras, pecahan even-cubical/ kubus beraturan,
pengotor resinit dan mineral lempung menempel pada
bagian permukaan batuan, lapisan penutup berupa soil hasil
pelapukan, bagian tubuh batuan masih memperlihatkan
struktur kayu.

Nama batuan: Batubara (*871/2015). Singkapan ST 4


berada pada bagian tebing sungai musiman dalam kondisi
Foto 2. Contoh hasil perparasi sampel petrografis batubara. ideal, kedudukan lapisan N 160° E/15°. Lokasi ST 4
berjarak cukup jauh dengan lokasi ST 1, 2, dan 3.
Ketebalan lapisan kurang lebih 1.30 m ditutupi lapisan
penutup berupa soil setabal kurang lebih 2 - 3 m.
Pengamatan megaskopis; kuning kemerahan (warna lapuk)
dan abu-abu (warna segar), sangat halus – halus (1/8 –
¼mm), membundar – membundar baik, kemas tetutup,

65
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

perarian sangat tipis – perarian tipis (3 -10 mm), terpilah Nama batuan; Batubara (*874/2015). Singkapan ST 9
baik, lunak-dapat diremas, kontak perlapisan tidak berada pada bagian tebing sisi jalur transportasi umum
diketahui, komposisi mineral; kuarsa, felspartoid, dan Paya Rumbai dalam kondisi ideal. Lokasi ini dijadikan oleh
plagioklas. penduduk sebagai tempat memproduksi batubata.
Kedudukan lapisan batuan N160°E/20°. Pengamatan
Nama batuan; Batupasir. Singkapan ST 5 berada pada megaskopis; kuning kecoklatan-kuning kemerahan (warna
bagian tengah tubuh jalur sungai dalam kondisi sangat lapuk) abu-abu (warna segar), ukuran butir lempung-lanau
ideal, kedudukan lapisan N160°E/15° (refrensi ST 4). (1/256 – 1/16mm), membundar-membundar baik, kemas
Lokasi ST 5 dan ST 4 tidak begitu jauh, sehingga di tertutup, perarian sangat tipis-perarian tipis (3 – 10mm),
asumsikan sebagai batas kontak antara lapisan batuan. terpilah baik, lunak-agak keras, komposisi mineral mineral
Pengamatan megaskopis; pada lapisan bagian bawah; putih lempung dan feldspatoid, dan kuarsa. ketebalan lapisan
kream (warna lapuk) abu –abu (warna segar), ukuran butir kurang lebih 3.30 m, bagian atas ditutupi lapisan soil.
lempung (1/256 mm), membundar baik, kemas
tetutup,massif, terpilah baik, lunak, kontak tajam dibawah Nama batuan; Batulanau. Formasi pembawa batubara
lapisan batubara, komposisi;mineral lempung. Nama daerah penelitian berdasarkan observasi singkapan secara
batuan: Batulempung. Lapisan bagian atas; coklat umum menempati bagian Tengah Formasi Lakat (Heryanto
kehitaman (warna lapuk) hitam kusam (warna segar), kilap dan Suwarna (2001), Heryanto (2005). Berdasarkan
kusam, gores coklat kehitaman, keras, pecahan even- stratigrafi yang menyusun daerah penelitian secara umum
cubical/ kubus beraturan, pengotor resinit dan mineral didominasi oleh sedimen klastika berpartikel lempung –
lempung menempel pada bagian permukaan batuan, pasir sangat halus – pasir halus sisipan batulempung
ketebalan kurang lebih 30-45 cm , lapisan penutup berupa mengandung karbon dan beberapa lapisan batubara.
soil, bagian tubuh batuan memperlihatkan struktur kayu. Perarian sejajar juga disebut sebagai flat bedding
merupakan struktur sedimen yang umum dijumpai pada
Nama batuan: Batubara (*872/2015). Singkapan ST 6 setiap data fisik singkapan. Struktur ini terbentuk oleh
berada pada bagian tengah tubuh jalur sungai dalam kondisi beberapa parameter yaitu perubahan ukuran butir, susunan
ideal dengan pelamparan cukup baik, kedudukan lapisan mineral, atau perubahan warna. Flat bedding/Perarian
masih terbatas diperkirakan N 025°E/10°. Jarak ST 5 dan sejajar daerah penelitian lebih disebabkan oleh mekanisme
ST 6 cukup jauh, sehingga masih diasumsikan sebagai pengendapan dibawah air tau upper flow regime, sebagai
lapisan batuan yang berbeda. Pengamatan megaskopis; data pendukung yang memperkuat mekanisme upper flow
coklat kehitaman (warna lapuk) hitam kusam (warna regime membentuk upper plane bad horizontal lamination
segar), kilap kusam, gores coklat, keras, pecahan even – adalah hadirnya parting lineation yang juga disebut primery
cubical/ kubus beraturan, pengotor resinit dan mineral current lineation pada permukaan ari (lamina). Sedangkan
lempung menempel pada bagian permukaan batuan, lapisan parting lineation ditunjukkan oleh parting batulempung
penutup berupa soil, bagian tubuh batuan memperlihatkan karbonan dan beberapa lapisan batubara
struktur kayu.

Nama batuan; Batubara (*873/2015). Singkapan ST 7


berada pada bagian tengah tubuh jalur sungai dalam kondisi
ideal, dengan pelamparan cukup baik. Kedudukan lapisan
tidak diketahui. Pengamatan megaskopis; abu-abu
kemerahan – hijau kemerahan (warna lapuk) abu-abu
(warna segar), ukuran butir lempung (1/256mm),
membundar baik, kemas tertutup, massif, terpilah baik,
lunak, komposisi mineral lempung. Nama batuan;
Batulempung. Singkapan ST 8 berada pada bagian tengah
tubuh sungai dalam kondisi kurang ideal dibawah
permukaan air. Jarak antara ST 7 dan ST 8 cukup jauh
dengan perbedaan beda tinggi cukup signifikan.
Kedudukan lapisan ST 8 tidak diketahui dengan pasti.
Pengamatan megaskopis; coklat kehitaman (warna lapuk)
hitam kusam (warna segar), kilp kusam, gores coklat, Gambar 2. Peta Geologi Daerah Rengat (Suwarna drr.,
pecahan kubus beraturan, pengotor resinit dan mineral 1994 dan Simanjuntak drr.,1991) dan Lokasi pengambilan
lempung menempel pada bagian tubuh batuan, lapisan sampel batubara.
penutup berupa soil.

66
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 3. Analisis Stratigrafi Daerah Penelitian. Sedikitnya terdapat dua lapisan batubara sangat tipis – tipis, sebagai sisipan
paket sedimen klastika berpartikel lempung – pasir halus.

mudah terjadi pada tanaman yang banyak mengandung


selulosa (tumbuhan perdu danangiospermae), tanaman yang
banyak mengandung lignin (tumbuhan kayu) akan sukar
dihancurkan. Pada pengamatan megaskopis struktur kayu
tertanam pada bagian tubuh batubara.Mineral lempung dan
pyrite merupakan mineral utama yang banyak ikut
terendapkan bersamaan dengan proses pembatubaraan
(syngenetic; batubara dalam bentuk gely). Mineral lempung
dapat berbentuk kaolinite, illite, dan monmorillonite sesuai
dengan kondisi kimia rawa (Bustin, 1989). Sedangkan pirit
merupakan kelompok mineral sulfida yang terbentuk baik
secara syngenetic maupun epigenetic (Diesel, 1992).
Berdasarkan analisa dan pengukuran pada mineral matter
didapat perbedaan akumulasi yang cukup signifikan (lihat
tabel 2) mineral utama seperti clay/lempung dengan kadar
>10% tergolong berat (Ranton, 1982). Sedangkan hasil
Foto. 3. Kontak lapisan bottom batubara dengan lapisan analisis mineral matter dari unsur lempung tertinggi
batulempung abu-abu segar mencapai 7.4 - 10.6% (sedang – berat) dan 2.6 – 3.4%
(ringan), pengisian mineral lempung yang bersifat post
Pengamatan Mikroskopis Maceral Batubara depositional mengisi bidang patahan membentuk urat
Pengamatan mikroskopis dari ke empat sampel masing- lempung. Sedangkan pengisian mineral lempung yang
masing mendominasi maseral group vitrinite berupa bersifat syn depositional dikontrol melalui mekanisme
Desmocollinite (Tabel 1). Desmocollinite berasal dari perubahan kimiawi lingkungan pengendapan. Mineral
jaringan tumbuhan tingkat rendah seperti rumput dan matter dari unsur pyrite (kubik) dan markasit (orthorombik).
alang-alang membentuk fragmen-fragmen attrital. Kedua spesies mineral ini memiliki komposisi kimia yang
Sedangkan pada Tellocolinite cenderung miskin, berasal sama (Fe2S). Pyrit terdapat sebagai inklusi vitrinit dan
dari akar besar, kulit kayu dan batang tumbuhan. semifusinit pada saat pengendapan berlangsung (syngenetic
Pengerusakan struktur sel oleh organisme akan sangat depositional). Sedangkan pyrite yang mengisi rekahan

67
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

bidang patahan termasuk dalam epigenetic depositional.


Berdasarkan analisis mineral matter kehadiran pyrite dari
ke empat sampel tergolong tinggi 1.0–1.6%, Casagrande
(1987).

Fasies Pengendapan Batubara


Perbedaan ketebalan batubara menurut Horne (1978), pada
lingkungan back barrier dan lower delta plain memiliki
ketebalan batubara cenderung lebih tipis dibanding
lingkungan transtional lower delta plain dan upper delta
plain-fluvial. Sedangkan ketebalan batubara yang dapat
diukur di daerah penelitian sangat tipis kurang dari 0.5 m
(<0.5 ; Jerminic, 1985, dalam B.Kuncoro (2000).
Lambersonet al., (1991) menyatakan bahwa variasi
komposisi batubara tergantung pada kondisi lingkungan Foto 5. Sclerotinite and funginite associated with
pengendapannya. Variasi ini berhubungan dengan type desmocolinite and mineral matter in coal, reflectant white
vegetasi, tinggi muka air tanah, tingkat penghancuran, dan light, 500x. Sample 872/15
tingkat kecepatan akumulasi. Hasil plotting diagram
Diessel, 1986 dari ke-4 sampel menunjukan stadium limnic.
Stadium limnic adalah stadium dimana lapisan batubara
terendapkan pada lingkungan di bawah permukaan air
tanah dari suplai air hujan (Rheotrophic mire; fen,
swamp,marsh). Secara genesanya lingkungan ini bersifat
eutrophic yaitu kaya akan bahan makanan/nutrisi, ion serta
kandungan mineral. Sedangkan lingkungan yang hanya mineral matter
mengandalkan suplai air hujan (ombrothropic mire; bogs)
miskin nutrisi, secara genesanya lingkungan ini bersifat
oligotrophic (Moore, 1987 dalam Calder et al., 1991.
Ground water indeks merupakan rasio perbandingan antara
jaringan tumbuhan yang tergelifikasi kuat terhadap jaringan
tumbuhan yang tergelifikasi lemah. Kondisi ini dapat
menggambarkan proses gelifikasi yang menyimpulkan
tentang keadaan suplai air dan Ph dari suatu lahan gambut. Foto 6. Mineral matter in coal, reflectant white light, 500x.
Sedangkan hasil plotting diagram Calder et al., Sample 873/15.
1991menunjukan kondisi ombrotrhopic mire. Lihat gambar
4a.b.

fusinite

desmocolinite

fusinite

Foto 7. Fusinite associated with desmocolinite in coal,


reflectant white light, 500x. Sample 872/15

Foto 4. Bagian tubuh batubara memperlihatkan struktur


kayu dan mineral lempung menempel pada bagian
permukaan batubara.

68
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

gambar 4.a. ke-4 sampel menunjukkan fasies pengendapan


berada pada type limnic yang terpengaruh influx air laut
(wet swamp). Dengan demikian sistim rawa ini memiliki
kelembaban tinggi yang dibuktikan oleh kehadiran
funginite/jamur dan level permukaan air berada tepat diatas
lapisan gambut. Perubahan terhadap garis permukaan air
dapat saja terjadi sebagai siklus pada saat kering dan basah
(wet and dry season) tergantung situasi hydrologi pada saat
proses penggambutan. Sebaliknya pada gambar 4.b. ke4
sampel menunjukkan kondisi paleomire yang kontradikti
dengan type faises pengendapan. Tingkat gelifikasi yang
lemah menandakan suplai hidrologi dan akumulasi yang
tidak berkembang dengan baik. Kondisi tersebut dapat
terjadi jika level permukaan air mengalami penurunan
akibat suplai air yang minim sehingga permukaan air
berada dibawah lapisan gambut. Untuk dapat menjelaskan
kondisi tersebut perubahan fasies pengendapan dapat saja
mengalami perkembangan menjadi limno-telmatic. Pada
kondisi limno-telmatic influx suplai air tanah semakin
berkurang sehingga hanya mengandalkan supali dari air
hujan. Pada siklus basah level permukaan air tanah masih
memberikan kontribusi tepat pada bagian atas lapisan
gambut, pada siklus kering air permukaan tanah jauh
berada di atas lapisan penutup gambut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil data dan analisa diatas maka dapat


disimpulkan tahap genesa batubara daerah penelitian masuk
tahap immature.

DAFTAR PUSTAKA

Calder, J.H., Gibling, M.R. and Mukhopadhyay, P.K.


(1991) . Bulletin de la Société Géologique de
France 162, 283-298.
Gambar 4a.b. Hasil plotting fasies dan kondisi lingkungan Dahlan Ibrahim (2012). Subdit Batubara, DIM.
pengendapan batuara (Diessel, 1986, Calder et al., 1991). Diessel, C.F.K. (1986). Proc. 20th Symp. Dept. Geol.,
University of Newcastle, NSW, pp. 19-22.
GENESA BATUBARA ICCP (2001). (ICCP System 1994). Fuel, v.80, pp.459-471
Isabel Suárez-Ruiz a,⁎, Deolinda Flores b, João Graciano
Karakteristik batubara secara umum berwarna hitam-
Mendonça Filho c, Paul C. Hackley d. International
kusam, kilap kusam, gores coklat – coklat kehitaman,
Journal of Coal Geology 99 (2012) 54–112
keras, pecahan kubus beraturan, pengotor resinit dan
Komang Anggayana1, Basuki Rahmad2, H. H. Arie
mineral lempung, dibeberapa bagian tubuh batubara
Naftali1 and Agus Haris Widayat1. Journal
memperlihatkan struktur kayu (foto 4). Hasil pengukuran
Geological Society Of India Vol.83, May 2014,
maksimum Reflectansi Vitrinite didapat rank batubara type
pp.555-562
lignit/low rank (lihat tabel 3) dengan komposisi lebih dari
Rachmat Heryanto (2006), Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1
80% didominasi group maceral vitrinite berikut kandungan
No. 4 Desember 2006: 173-184.
mineral matter yang cukup tinggi dari mineral lempung
Sri Widodo & Rini Antika (2009), Program Studi Teknik
10.6% dan pyrite 1.6% (Tabel 1 dan 2). Paket pengendapan
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
bahan sedimen klastik memiliki ciri umum berupa sedimen
Hasanuddin.
fraksi halus dengan perarian sejajar membentuk upper
Styan, W.,B., & Bustin, R.M., (1983), International Journal
plane bad horizontal lamination yang dapat diendapkan
of Coal Geology, 2, 321-370.
pada upper flow regime (Cheel 1990a). Berdsarkan

69
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel.1. Hasil Analisis Maseral Standar Australia ( AS 2856, 1986 dan ASTM, 2009)
∑ Komposisi Maseral Group Dan Mineral

No No Sampel Vitrinite (% V) Liptinite (% V) Inertinite (% V) Mineral (% V)

1 871/2015 81.0 1.4 6.0 11.6


2 872/2015 78.6 7.0 9.4 5.0
3 873/2015 82.0 3.0 6.6 8.4
4 874/2015 75.6 2.2 18.0 4.2

Tabel 2. Hasil analisis Komposisi Maseral

Komposisi Maseral
Maseral Group Nama Maseral 871/2015 872/2015 873/2015 874/2015
Telocolinite 5.4 10.4 4.6 6.4
Densinite 4.4 3.0 1.0 2.6
Vitrinite (Huminite)
Desmocollinite 66.8 62.8 75.0 65.0
Corpogelinite 4.4 2.4 1.4 1.6
Sporinite 0.8 0.4
Liptinite (Exinite) Cuntinite 0.4 1.6 0.6
Resinite 1.0 3.6 0.6 2.2
Fusinite 0.6 4.4 5.2
Inertinite Sclerotinite 4.0 2.6 6.0 7.6
Introdetrinite 1.4 2.4 0.6 4.0
Pyrite 1.0 1.6 1.0 1.6
Mineral Matter
Clay 10.6 3.4 7.4 2.6

Tabel 3 Analisis Reflectansi Vitrini

Hasil Pengukuran Reflectansi Vitrinite

Mean
Standar Max Reflectane Min Rank
No No Sampel Reflectane
Deviation (%) (%) Reflectane (%) Batubara
(%)
1 871/2015 0.02 0.28 0.20 0.24 Lignite
2 872/2015 0.03 0.29 0.21 0.24 Lignite
3 873/2015 0.02 0.27 0.20 0.23 Lignite
4 874/2015 0.02 0.27 0.20 0.25 Lignite

70
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Penentuan Volume Lapisan Saprolit Daerah X Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis 3D
M. Khaerul As’ad1, Makhrani, S.Si, M.Si2, Sabrianto Aswad, S.Si, MT3

Sari
Konfigurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Daerah X merupakan daerah yang memiliki singkapan
konfigurasi gradient. Konfigurasi ini digunakan karena
endapan nikel yang terbentuk karena proses pelapukan
memiliki resolusi vertikal yang sangat baik dan perhitungan
batuan ultramafik, endapan nikel yang memiliki kadar nikel
akusisi yang cepat, sehingga banyak jumlah data yang
tertinggi terdapat pada lapisan saprolit. Penentuan volume
diperoleh dalam waktu yang singkat. Konfigurasi ini hanya
lapisan saprolit dari profil nikel laterit daerah penelitian X
dapat digunakan pada investigasi kedalaman yang dangkal.
menggunakan metode Geolistrik Tahanan Jenis 3D dengan
konfigurasi gradient. Metode Geolistrik Tahanan Jenis 3D
merupakan metode geolistrik modifikasi dari Metode
Geolistrik Tahanan Jenis 2D yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan mendeteksinya di permukaan
bumi berdasarkan nlai resistivitas (resistivity) batuan. Batas
lapisan limonit dan saprolit sebagai batas ata, saprolit dan
bedrock sebagai batas bawah diperoleh dari analisis gambar Gb. 1 Sketsa dari konfigurasi gradien dengan
penampang resistivitas (3D) berdasarkan nilai resistivitas memperlihatkan titik elektroda dengan jarak antar elektroda
lapisan limonit, saprolit dan bedrock. Penentuan volume arus dan elektroda potensial (Dahlin & Zhou, 2006)
lapisan saprolit menggunakan metode Trapezoidal dengan
mengolah batas atas dan batas bawah lapisan saprolit. Dari gambar, dapat diperoleh besarnya Faktor Geometri
Penentuan volume berdasarkan data bor dilakukan sebagai untuk Konfigurasi Gradien, sehingga pada konfigurasi ini
pembanding. Volume lapisan saprolit dari data bor yaitu berlaku:
552524.61 m3 Sedangkan volume dari penampang 𝟐
𝜌 , dengan 𝒌 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
resistivitas (3D) yaitu 387354.95 m3 atau 29% lebih kecil
𝟏 𝟐 𝟑 𝟒
dari data bor. Keterangan :
r1 =na
Kata kunci : Metode Geolistrik Tahanan Jenis, Konfigurasi r2 =(n+1)a
Gradien, Saprolit, Metode Trapezoidal r3 =(s+2-n)a
r4 =(s+1-n)a
Pendahuluan

Endapan nikel laterit merupakan bijih yang diperoleh dari


proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas Survei multi-elektroda gradient dilakukan oleh
permukaan bumi. Nikel merupakan mineral yang sangat penginjeksian arus dengan pemisahan (s + 2) (Gambar
banyak dicari karena memiliki nilai yang sangat mahal, II.10) dan secara bersamaan atau berurutan mengambil
selain bersifat tahan karat, logam ini juga berfungsi sebagai semua perbedaan potensial antara elektroda potensial
bahan paduan logam lain untuk membentuk baja. Nikel dengan spasi a. Sketsa susunan gradient menunjukkan
laterit merupakan sumber bahan tambang yang sangat posisi elektroda untuk pengukuran dengan pemisahan arus
penting. Keberadaannya yang terbatas karena merupakan elektroda (s + 2), di mana faktor pemisahan s = 7, n-faktor
bahan yang tidak dapat diperbaharui membutuhkan sebuah = 2 dan titik tengah faktor m = -2. Di sini, n-faktor
metode eksplorasi geofisika yang mampu meningkatkan didefinisikan sebagai jarak relatif terkecil antara elektroda
penemuan cadangan nikel laterit secara efektif dan efisien. arus dan elektroda potensial (Dahlin & Zhou, 2006).

Data dan Metoda


Metode Geolistrik Tahanan Jenis merupakan salah satu
metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
dalam bumi dan mendeteksinya di permukaan bumi berikut :
berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Data yang diperoleh  Data primer yang diambil dari hasil pengukuran
dari hasil pengukuran di lapangan merupakan data Geolistrik tahanan jenis di Daerah X. Data tersebut
akumulasi kondisi bawah permukaan. (Sumartono, 2013). meliputi koordinat, elevasi/kedalaman dan nilai
resistivitas. Nilai Koordinat yang digunakan dalam data

71
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ini berbentuk UTM Koordinat lokal, sedangkan nilai tertentu dengan perameter yang sama sehingga hasil seperti
elevasinya dalam meter, berikut :
 Peta geologi daerah tambang beserta peta perencanaan
 Data bor sebagai data pembanding

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut :
 Penelitian ini diawali dengan inversi data sintetik
sebagai model geologi awal menggunakan Res3DInv
untuk mengetahui respon software dan mendapatkan
format data sebelum mengolah data akuisisi dari
lapangan.
 Proses inversi 3D dimulai dengan membuat sketsa
Gb. 2 Penampang 3D Model Sintetik
koordinat 2D semu XY yang akan digunakan untuk
mengetahu posisi semu, arah, jarak dan panjang lintasan
rancangan akuisisi. Koordinat ini akan menjadi acuan Nilai resistivitas yang dipilih adalah 200, 400 dan 800
dalam penginputan data. Setelah menginput data dengan Ohm.m dengan kombinasi posisi dan intensitas resistivitas
format yang didapat dari proses forward modeling, data dibuat tidak beraturan.
kemudian diinversi secara 3D. Dari proses ini akan
didapatkan variasi dari pola distribusi nikel laterit dilihat
dari variasi resistivitas yang dihasilkan.
 Data inversi 2D dan 3D disimpan dalam format XYZ Inversi Model Sintetik
kemudian dibagi menjadi beberapa penampang (dalam Model sintetik sebagai fordward modeling diinversi untuk
hal ini penampang X-Z) dengan jumlah dan jarak yang mengetahui respon software Res3Dinv terhadap parameter
diinginkan sesuai kebutuhan. Tebal lapisan diperoleh fisis lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi.
dengan menentukan batas antara limonit-saprolit serta Hasil inversi memperlihatkan variasi resistivitas yang
batas antara saprolit-bedrock pada setiap penampang. secara garis besar sesuai dengan model sintetik yang dibuat
 Data bor dari lapangan sudah mempunyai informasi dengan error 0.19% setelah 6 kali iterasi. Model sintetik
batas antara limonit-saprolit serta batas antara saprolit- dengan resistivitas kontras sengaja dipilih untuk
bedrock pada kedalaman tertentu. memudahkan pengamatan terhadap respon antara hasil
 Tebal lapisan saprolit didapat dengan menghitung selisih inversi dengan model yang dibuat.
kedalaman antara batas anatar limonit-saprolit dengan
batas saprolit-bedrock dari data bor dan data resistivitas. Analisa Hasil Inversi dengan Model Sintetik
Volume dihitung dengan mengkonturkan kedua batas Analisa dilakukan dengan membandingkan tiga penampang
tersebut sehingga mendapatkan dua kontur yaitu kontur yaitu penampang model sintetik, penampang observasi dan
batas atas dan kontur batas bawah. Kedua kontur ini penampang hasil inversi. Hasil analisa yang diharapkan
kemudian diolah pada Surfer dengan menggunakan yaitu kesamaan variasi resistivitas antar ketiga penampang
aturan Trapezoidal untuk mendapatkan volume lapisan yang mengindikasikan bahwa Res3Dinv dapat menginversi
saprolit. dengan baik.

Hasil dan Diskusi Dengan membandingkan penampang hasil inversi terhadap


model sintetik yang dibuat, data observasinya ketiganya
Fordward Modeling memperlihatkan model dan variasi yang memiliki
Proses forward modeling merupakan proses menginversi
kemiripan namun hanya pada penampangyang ditimpa
model geologi yang dibuat sendiri melalui software
datum point. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Res3Dinv
pembuat model sebagai data sintetik yang menggambarkan
dapat digunakan untuk mengolah data resistivitas 3D
variasi resistivitas mewakili jenis batuan atau lapisan
dengan memperhatikan bentuk datum pointnya sebagai
tertentu dalam bentuk penampang resistivitas 3D semu.
acuan untuk interpretasi. Hasil dari forward modeling ini
Data dimodelkan dengan grid 32x40 elektroda, jarak antar
dapat dijadikan acuan terhadap tingkat confidence untuk
elektroda adalah 7 meter serta 12 lapisan dengan jarak
proses interpretasi bahkan akuisisi selanjutnya.
antar lapisan ke bawah yang secara otomatis akan
dikalkulasikan oleh software setelah pemilihan konfigurasi
elektroda. Kemudian untuk menampilkan model geologi
dalam bentuk 3D, data kemudian diolah dalam software

72
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gb. 3 Perbandingan antara Penampang Model


Geologi (a.), Penampang Model Observasi (b.) dan
Penampang Inversi (c.)

Ketiga penampang tersebut berasal dari data 3D yang


kemudian diekstrak menjadi penampang 2D pada sumbu
XZ (penampang profiling) pada titik Y yang sama dalam Gb. 4 Sketsa Lintasan Pengukuran yang juga
hal ini adalah 0 sehingga analisa dapat dilakukan. Dijadikan Koordinat Semu Area Lintasan Akuisisi
Geolistrik (untuk keperluan input data)

Inversi 3D
Penentuan Batas Lapisan Saprolit
Penampang XZ memberikan informasi tebal lapisan
Data merupakan hasil pengukuran yang dilakukan dengan saprolit, dengan penentuan batas lapisan antara limonit-
64 elektroda dengan jarak antara elekroda 7 meter. Lintasan saprolit dan saprolit-bedrock masing-masing menggunakan
berjumlah 14 dengan arah north-south sebanyak 4 Lintasan data resistivitas dan data bor pada daerah yang telah
dan arah west-east sebanyak 10 lintasan dengan variasi dibatasi. Penampang XZ yang dihitung tebalnya sepanjang
jarak antara lintasan yaitu 25 meter dan 50 meter sumbu Y pada rentang 100 meter sampai 450 meter dengan
disesuaikan dengan kebutuhan. luas daerah penelitian yaitu jarak 7 meter.
(550 x 450) meter persegi. Skema dari semua lintasan dapat
dilihat pada gambar 4.
Menentukan batas atas dan batas bawah lapisan saprolit
pada penampang hasil inversi 3D memerlukan data
Format data dari hasil inversi data sintetik menjadi acuan pembanding dari hasil inversi 2D setiap lintasan yang juga
penginputan data hasil akuisisi lapangan. Proses inversi diikat dengan data bor. Dalam hal ini hasil inversi
akan menginterpolasi (menyisipkan data) secara vertikal penampang 3D yang diambil yaitu penampang XY jarak X
dan horizontal, proses inilah yang disebut dengan Inversi yang memiliki posisi yang sama dengan penampang 2D
3D. Berbeda dengan Inversi Pseudo 3D yang hanya dan ditimpa dengan datum point dari data 2D.
menggabungkan hasil dari inversi 2D dengan
menginterpolasi data hanya secara vertikal.
Gambar 5 menampilkan perbandingan antara hasil
penentuan tebal lapisan saprolit pada penampang hasil
Pada program, nilai resistivitas minimum yang ditampilkan inversi 2D dengan penampang inversi 3D. Kemudian
yaitu 21,28 Ohm.m; nilai resistivitas maximum adalah kalkulasi volume dilakukan pada penampang inversi 2D
2.138,1 Ohm.m dan nilai resistivitas yang sering muncul untuk membandungkan hasil perhitungan keduanya.
adalah 200 Ohm.m dengan iterasi dan error sebesar 7,69%.
Variasi resistivitas dari setiap penampang ditampilkan
dengan skala warna kontur dimana setiap warna mewakili Penampang N22 W pada Gambar IV.10.a merupakan hasil
interval nilai resistivitas batuan. Warna tersebut digunakan inversi 2D dengan error 4,35% iterasi ke 5 memiliki nilai
untuk menginterpretasi bawah permukaan zona-zona laterit resistivitas terendah yaitu 88,6 Ωm dan nilai resistivitas
daerah penelitian, tentunya dengan data geologi sebagai tinggi yaitu 1.403 Ωm. Penampang 2D menunjukkan
pembanding. lapisan saprolit berada pada kedalaman 13 meter dari
permukaan dengan rentang nilai resistivitas yang panjang

73
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

yaitu dari 150 Ωm sampai 850 Ωm. Resistivitas 150 Ωm masing batas limonit-saprolit (batas atas) dan batas
sampai 300 Ωm menunjukkan lapisan saprolit dengan lebih saprolit-badrock (batas bawah) yang telah dikonturkan
dari 10% kadar air sedangkan lapisan saprolit dengan sebelumnya. Volume dihitung menggunakan aturan
resistivitas 400 Ωm sampai 800 Ωm menunjukkan lapisan Trapezoid yaitu penghitungan volume dengan
saprolit yang memiliki kadar air kurang dari 10%. menghubungkan antara kontur batas atas dan kontur batas
bawah secara matematis melalui software (Gambar 6).
Penampang X-Z 101,5 pada Gambar IV.10.b merupakan
hasil inversi 3D yang menunjukkan variasi resistivitas pada Volume lapisan saprolit daerah penelitian X pada batas
lapisan saprolit yang serupa dengan penampang N22 W, daerah yang telah ditentukan dan didapatkan menggunakan
perbedaan kecil hanya terlihat pada jarak lintasan 150 aturan trapezoid adalah sebagai berikut:
meter sampai 170 meter yang menunjukkaan penurunan
nilai resistivitas.

Tabel 1 Hasil Kalkulasi Volume Lapisan Saprolit

Tanda minus pada selisih data bor menunjukkan bahwa


estimasi volume yang dihitung dari data resistivitas 2D dan
resistivitas 3D lebih kecil dibandingkan volume yang
dihitung dari data bor.

Kesimpulan
Gb. 5 Tebal Lapisan Saprolit pada Lintasan N22 W (2D)
(a) dan Penampang X-Z 101.5 (3D) (b) masing-masing Pola distribusi nikel laterit dari data resistivitas 3D dapat
dengan data bor dilihat dari nilai resistivitas lapisan Saprolit pada
penampang XZ yang dilalui oleh Lintasan Geolistrik
Tahanan Jenis, dengan nilai resistivitas terkecil pada
lapisan saprolit adalah 75 Ωm dan nilai resistivitas terbesar
Kalkulasi Volume Lapisan Saprolit adalah 850 Ωm.

Volume dihitung pada batas area dengan luas 350 meter x


150 meter. Volume lapisan saprolit daerah penelitian X
yang dihitung dari data bor adalah sekitar 552.524,61meter3.
Sedangkan volume lapisan saprolit yang dihitung dari data
resistivitas 3D adalah sekitar 387.354,95 meter3 atau 29%
lebih kecil dari volume data bor.

Pustaka
Adi Tonggiroh, Suharto, Muhardi Mustafa., 2012,
Prosiding, Universitas Hasanuddin : Makassar
Ahmad, Waheed., 2005, PT. Vale Inco : Sorowako
Ahmad, Waheed., 2009, PT. Vale Inco : Sorowako
Claerbout, J.F. and Muir, F., 1973, European Association
Gb. 6 Kontur Batas Atas dan Batas Bawah pada of Geoscientists & Engineers (EAGE).
Penampang Resistivitas 2D(a.) Penampang Resistivitas Ellis, R.G. and Oldenburg, D.W., 1994, Geophysical
3D (b.) dan Data Bor (c.)
Journal International

Volume lapisan saprolit dihitung berdasarkan data


resistivitas 2D, resistivitas 3D dan data bor dengan masing-

74
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Elias, M, 2002, CODES Special Publication 4, 205-220., Ucapan Terima Kasih


Pusat Penelitian Bijih Endapan, Universitas
Tasmania : Hobart Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Wani, Bapak
Evans, A.M., 1993. Blackwell Scientific Publications, Ammar Hakim, Bapak Irpan dan Ibu Selfi selaku
pembimbing di lapangan: Bapak Sabriaanto Aswad S.Si,
Oxford
M.T,dan Ibu Makhrani S.Si, M.Si selaku pembimbing dan
Johannes, 2006, Skripsi, Universitas Sebelas Maret: partner kerja yang memberikan saran dan masukan dalam
Surakarta proses penelitian ini dan kepada semua pihak yang telah
Lines L.R and Treitel S., 1984Geophysical Prospecting membantu dalam proses penelitian ini sampai selesai yang
Loke, Dr. M.H., 2004, Tutorial : 2-D and 3-D Electrical tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Imaging Serveis Copyright(1996-2004)
Loke, Dr. M.H., 2011, Geotama software Res3Dinv Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan yang
Copyright(2000-2014)
dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis
Prameswari, Fransiskha W, A Syaeful Bahri, Wahyudi mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
Parnadi, Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 2, membangun demi kebaikan karya tulis ini dan tentunya
Institut Teknologi Sepuluh November : juga buat kebaikan penulis.
Surabaya
Ridhwan, Desa D. W., Widya U., 2011, Jurusan Fisika,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember :
Surabaya
Schuster dan Simon., 1988, Fireside Book : New York
Silvester P.P and Ferrari R.L., 1990, Cambridge University
Press
Simanjuntak, T., O., 1981, PPPG: Bandung
Sumartono Widodo, Arman Yudha, Putra Yoga., 2013,
Prisma Fisika, Vol.1 No.1, 14-21
Sundari, Woro., 2012, Periode III, 252-260
Supriyanto, 2007, Departemen Fisika-FMIPA Universitas
Indonesia : Bogor
Taufiq, Muhammad, 2012, Tesis, Universitas Padjadjaran :
Bandung
Taufik D.P., Muhammad, 2015, Skripsi, Universitas
Hasanuddin : Makassar
Wolke, R. and Schwetlick, H., 1988SIAM Journal of
Scientific and Statistical Computations

75
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Interprestasi Prospek Mineralisasi Menggunakan Metode Fault and Fracture Density (FFD) Studi
Kasus Zona Buton Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara
Deniyatno1, Jeni Rahmat2, Erwin Anshari3
1 2
Teknik Geofisika Universitas Halu Oleo, Teknik Geologi Universitas Halu Oleo, 3Teknik Pertambangan
Universitas Halu Oleo
Email:jrahmat192@gmail.com

Sari / Abstract Wheeler dan Dickson (1980) berusaha untuk mengevaluasi


apakah perubahan sistematis dalam densitas gabungan
Interprestasi dilakukan pada pulau buton bagian utara yang dapat mengungkapkan lokasi dari sesar yang tersembunyi.
berdasarkan geomorfologinya termaksud dalam Zona Mereka menyiapkan peta kontur yang menunjukkan variasi
Buton Utara Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi densitas gabungan di bagian Appalachian Tengah, dan
prospek mineralisasi berdasarkan struktur permukaan. membandingkan peta ini dengan distribusi sesar yang
Struktur permukaan dianalisis melalui kerapatan lineasi diketahui pada peta geologi dari daerah yang sama (Davis,
menggunakan metode Fault and Fracture Density (FFD) et al., 2012).
yang memanfaatkan fusi citra Landsat 7 ETM-
RGB547+DEM-SRTM dan menggunakan Rosed Diagram
untuk penentuan arah tegasan utama lineasi. Fault and
fracture berdasarkan hasil interperstasi diasumsikan
sebagai zona lemah yang menjadi jalur pergerkana fluida
hidrotermal yang berpotensi sebagai sumber terjadinya
mineralisasi. Hasil dari interprestasi menggunakan metode
FFD densitas lineasi tertinggi rata-rata berada pada utara
Zona Buton utara, serta densitas lineasi rata-rata yang
sedang pada bagian barat dan selatan Zona Buton Utara
sedangkan pada bagian timur Zona Buton Utara densitas
lineasi terbilang rendah. lineasi-lineasi tersebut dikontrol
oleh gaya utama berarah utara barat laut - selatan
menenggara.

Kata Kunci: Struktur, lineasi, Mineralisasi

Pendahuluan
Mineralisasi adalah suatu proses introduksi atau masuknya
mineral ke dalam batuan yang kemudian membentuk
mineral bijih dan mineral penyertanya (gangue) sehingga
terbentuk endapan mineral (Gary dkk., 1972).

Struktur merupakan salah satu faktor penting dalam


mineralisasi yaitu sebagai tempat terbentuknya endapan
mineral bijih yang sangat ekonomis. Larutan hidrotermal
akan mengisi rekahan-rekahan batuan membentuk suatu
system struktur tertentu tergantung dari gaya yang
menyebabkannya. Gaya utama yang mengakibatkan Gb. 1 Lokasi penelitian dan distribusi kepingan benua di
terjadinya rekahan batuan sangat dipengaruhi oleh interaksi bagian timur Sulawesi (Surono, 2013) serta
lempeng (Corbett & Leach,1998, dalam Hastuti, 2010). pembagian zona fisiografi Pulau Buton (Davidson,
1991)
Haynes dan Titley (1980) membandingkan perbedaan
kuantitatif densitas rekahan pada vein, batuan yang Berdasarkan gemorfologi regional daerah penelitian
termineralisasi pada deposit tembaga porfiri Sierra bagian termasuk dalam Zona Buton Utara yang drainasenya
selatan Tucson. Tujuan mereka adalah untuk mengalir kearah selatan yaitu menuju rawa bakau pada
mengeksplorasi pusat intrusi dan/atau mineralisasi, Cekungan Lambele (Davidson., 1991)(Gambar 1).
menggunakan variasi densitas kekar sebagai panduan.

76
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Stratigrafi regional Zona Buton Utara terdiri dari retas tampak akan lebih jelas. Selanjutnya interpretasi lineasi
basalt yang berumur paleosen, Komplek Ultrabasa lebih muda di tentukan melihat kenampakan morfologi
Kanpatoreh berumur Eosin-Oligoesen dan batuan sedimen pada fusi citra Landsat 7 ETM-RGB547+DEM-SRTM
klastik dan non klastik yang berumur Miosen-Plistosen untuk interpretasi fault and fracture. Distribusi lineasi
(Sikumbang dkk, 1995). diasumsikan sebagai fault and fracture yang dapat terisi
fluida hidrotermal sebagai sumber mineralisasi dan daerah
high fault and fracture density diasumsikan sebagai daerah
prospek mineralisasi.

Hasil dan Diskusi


Data lineasi yang diperoleh berdasarkan interpretasi yaitu
berjumlah 2.597 data yang merupakan gambaran topografi
dan refleksi dari keberadaan sturktur geologi di daerah
penenelitian yang berupa sesar atau rekahan (Gambar 3).
Trend lineasi dominan berarah sama dengan struktur
regional berdasarkan peta geologi regional yang ada yaitu
berarah barat laut - tenggara dan utara - selatan (Gambar 3).
Interpretasi arah tegasan utama struktur yang berkembang
berdasarkan pada interpertasi lineasi pada daerah peneilitan
diketahui berarah utara barat laut - selatan menenggara
(Gambar 3). Distribusi lineasi yang diasumsikan sebagai
fault and fracture akan memperlihatkan kerapatan yang
bervariasi dimana kerapatan tersebut disebut sebagai fault
and fracture density.

Data fault and fracture density memperlihatkan densitas


yang bervariasi di zona Buton Utara (Gambar 4). Pada
bagian utara Zona Buton Utara memperlihatkan densitas
rata-rata lineasi yang cukup tinggi dengan variasi densitas
lineasi sedang-tinggi dan kenampakan densitas lineasi
rendah pada daerah pesisir yang diperkirakan daerah rawa
dan pantai.

Bagian barat dan selatan Zona Buton Utara


memperlihatkan densitas rata-rata dengan kategori sedang
dengan varisi densitas lineasi yang memperlihatkan
sebagian tempat memiliki densitas lineasi rendah yaitu
pada daerah pesisir barat Zona Buton Utara tapi juga
tampak bagian dengan densitas lineasi yang tinggi
khususnya pada selatan Zona Buton Utara.

Bagian timur Zona Buton Utara terlihat berbeda dengan


bagian utara, barat, dan selatan Zona Buton Utara karena
kenampakan didominasi oleh densitas lineasi rendah
Gb. 2. Peta Geologi Zona Buton Utara modifikasi dari dengan variasi densitas lineasi yang tidak beragam.
Sikumbang dkk,1995 Densitas lineasi rendah ini tak hanya pada daerah pesisir
seperti bagian lainnya tetapi dari daerah pesisir hingga
Data dan Metoda wilayah yang jauh dari daerah pesisir memiliki densitas
lineasi yang rendah.
Metode yang digunakan adalah analisis lineasi pada fusi
citra Landsat 7 ETM-RGB547+DEM-SRTM. Densitas lineasi yang tinggi pada sebalah utara Zona Buton
Utara memperlihatkan proses perkembangan struktur
Dengan mengabungkan citra Landsat 7 Band (4,5,7) geologi yang tinggi dilihat dari morfologi pegunungan
dengan data DEM-SRTM maka relief permukakaan yang di yang berdasarkan geologi regional didominasi oleh batuan

77
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

sedimen non-klastik dan klastik yang telah mengalami


pengangkatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
banyaknya ruang bukaan atau fault and fracture yang
berpotensi menjadi tempat srikulasi fluida hidrotermal
sebagai sumber terjadinya proses mineralisasi.

Gb 4. Peta densitas lineasi (fault and fracture Density)


Zona Buton Utara

Kesimpulan
Bagian utara Zona Buton Utara dan sebagian sebelah
Gb 3. Peta lineasi Zona Buton Utara, rosed diagram arah selatan Zona Buton Utara merupakan daerah prospek akan
lineasi dan perkiraan arah gaya tegasan utama proses mineralisasi karena densitas lineasi yang tinggi
lineasi dengan trend lineasi mengikuti arah sesar-sesar regional
pada daerah tersebut yaitu barat laut - tenggara dan utara-
selatan, sedangkan arah tegasan utama dari lineasi-lineasi
tersebut berdasarkan rosed diagram adalah utara barat laut
- selatan menenggara.

78
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Ucapan Terima Kasih


Terimkasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penelitian ini khususnya Bandan Pusat Survei
Geologi (PSG) yang telah memberikan kursus singkat
pengolahan citra satelit hingga penelitian ini bisa
terselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka
Davidson, J.. 1991. Proceedings of the Indonesian
Petroleum Association, v. 20, p. 209-233.
Davis, G.H., Reynolds, S.J., dan Kluth, C.F. 2012. John
Wiley & Sons.inc, USA.
Gary, M., McAfee, R., dan Wolf, C.L., 1972, American
Geological Institute, Washington DC.
Hastuti, E.W.D., 2010, Jurnal Rekayasa Sriwijaya No.2
Vol. 19, Juli 2010, 10, 49.
Sikumbang, N, dkk, 1995, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Surono. 2013. Badan Geologi Kementrian ESDM,
Bandung.

79
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Estimasi Ground Shear Strain Kota Padang Sumatera Barat Berdasarkan Respon Mikrotremor
Saaduddin1, Sismanto2, dan Marjiyono3
1
Prodi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin
2
Prodi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada
3
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Bandung
E-mail: saad.amphie@gmail.com

Sari Kejadian gempabumi dari tahun 1900 sampai 2014 di kota


Padang dan sekitarnya sangat sering terjadi. Tercatat
Penelitian ini mengestimasi nilai Ground Shear Strain ( ) sejumlah 246 kejadian gempabumi yang tergolong dalam
Kota Padang, Sumatera Barat yang diperoleh berdasarkan kategori gempa merusak sampai golongan gempabumi
hasil analisis data pengukuran mikrotremor pada 103 titik besar; dengan magnitude antara 5 SR sampai 8 SR).
oleh Tim Pusat Survei Geologi, Badan Geologi pada 26-30 Frekuensi kejadian gempabumi tersebut dapat dilihat pada
November 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk Gambar 1.
memetakan nilai dan menentukan kondisi dinamika tanah
serta fenomena yang mungkin terjadi di Kota Padang
Grafik Frekuensi Kejadian Gempabumi Kota Padang
sebagai salah satu upaya mitigasi bencana gempabumi
tahun 1900 - 2014
berdasarkan nilai 50
Nilai diperoleh dari hubungan antara nilai frekuensi 45
dominan fo dan faktor amplifikasi Ao hasil analisis data Frekuensi Kejadian 40

mikrotremor dengan menggunakan metode Nakamura atau 35

metode HVSR sedangkan percepatan gerakan tanah pada 30


25
batuan dasar dianalisis dengan menggunakan persamaan
20
Fukushima dan Tanaka.
15
Hasil perhitungan di daerah penelitian menunjukkan 10
bahwa kota Padang memiliki nilai yang berkisar antara 5
sampai . Nilai daerah 0
5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 7.6 7.8
penelitian yang berkisar antara Magnitudo (SR)
dapat diklasifikasikan skala menengah yang tersebar
Gambar 1. Grafik frekuensi kejadian gempabumi Kota
pada 47 titik pengukuran dan nilai daerah penelitian yang Padang tahun 1900 – 2014 (USGS, 2014)
berkisar antara dapat
diklasifikasikan skala tinggi yang tersebar pada 56 titik Kejadian gempabumi terakhir yang mengakibatkan tingkat
pengukuran yang dapat menyebabkan terjadinya tanah kerusakan infrastruktur dan korban jiwa yang sangat tinggi
longsor dan liquifaksi. terjadi pada 30 September 2009. Berdasarkan pemberitaan
media pada saat kejadian tercatat 1.117 korban tewas dan
Kata kunci : Ground Shear Strain, Mikrotremor, Padang 135.448 unit bangunan yang rusak berat. Selain itu, getaran
gempabumi tersebut bahkan dirasakan oleh penduduk di
Pendahuluan Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Indonesia berada di daerah pertemuan antara tiga lempeng Selain itu, berdasarkan informasi geologi (Kastowo, dkk.,
besar yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan 1996; Budiono, dkk.,2010), Kota Padang berada di atas
lempeng Pasifik sehingga Indonesia sering juga disebut endapan alluvium. Secara umum, endapan ini akan banyak
berada di wilayah ring of fire. Akibatnya, intensitas ditemui di dataran pantai, termasuk endapan rawa di
kejadian gempabumi dan letusan gunungapi tergolong sebelah utara Tiku, sebelah baratdaya Lubukalung dan
tinggi. sebelah timur Padang. Endapan seperti ini sangat
berpengaruh terhadap kerusakan akibat gempabumi atau
Kota Padang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang dikenal dengan local site effect. Kondisi geologi kota
yang paling sering merasakan kejadian gempabumi. Hal ini Padang dapat dilihat pada gambar 2. Salah satu contoh
disebabkan daerah tersebut berada di pulau Sumatera yang kejadian yang memperlihatkan pengaruh kondisi geologi
tepat berada di zona subduksi antara lempeng Eurasia dan atau local site effect dengan tingkat kerusakan akibat
lempeng Indo-Australia. gempabumi adalah kejadian gempabumi pada 19
September 1985 yang berpusat di Michoachan yang

80
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

menimbulkan kerusakan berat di Kota Meksiko padahal tanah, likuifaksi dan longsoran. Oleh karena itu, dianggap
jarak antara kedua daerah tersebut sekitar 350 km. perlu untuk mengestimasi dan memetakan nilai ground
shear strain Kota Padang dan menganalisis bentuk
deformasi yang dapat terjadi di daerah tersebut.

Data dan Metoda


Penelitian ini menggunakan data mikrotremor Kota Padang
Sumatera Barat yang diukur oleh Tim Pusat Survei
Geologi, Badan Geologi Bandung pada 26 – 30 November
2009. Jumlah titik pengukuran sebanyak 103 titik ukur
dengan durasi pengukuran 10 – 15 menit dengan frekuensi
sampling 100 Hz. Data tersebut diukur dengan
menggunakan sensor seismometer tipe Mark L4-3D.

Data pengukuran mikrotremor yang diperoleh dalam format


.saf yang terdiri dari dua komponen horizontal dan satu
komponen vertical, yaitu arah utara-selatan, barat-timur,
dan vertikal. Data tersebut dapat langsung diolah dengan
menggunakan perangkat lunak Geopsy dengan metode
Nakamura atau HVSR (Horizontal to Vertical Spectral
Gambar 2. Peta geologi Kota Padang Ration). Pengolahan data mikrotremor di perangkat lunak
Geopsy menggunakan proses Fast Fourier Transform
Fakta-fakta tersebut menjelaskan bahwa Kota Padang (FFT) yang mengubah data dari kawasan waktu menjadi
merupakan daerah yang sangat rawan akan kejadian kawasan frekuensi. Output hasil pengolahan berupa
gempabumi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang spectrum yang menunjukkan nilai frekuensi alami atau
berkesinambungan prihal upaya-upaya mitigasi untuk dominan dan faktor amplifikasi 𝐴
meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Salah satu
metode yang efisien dan efektif yang dapat digunakan Analisis data mikrotremor dengan metode HVSR diawali
untuk mengkaji indikator-indikator tersebut adalah dengan proses windowing secara manual dengan
implementasi pengukuran mikrotremor. Mikrotremor mempertimbangkan sinyal data pada kawasan waktu yang
merupakan getaran tanah yang sumbernya bukan berasal stasioner. Selanjutnya, hasil windowing tersebut
dari getaran dengan periode singkat seperti gempabumi ditransfromasi ke kawasan frekuensi dengan proses FFT
atau ledakan melainkan bersumber dari alam dan aktivitas untuk memperoleh spectrum sinyal frekuensi alami dan
manusia. faktor amplifikasi 𝐴 . Penghalusan data diperlukan untuk
memperjelas spectrum yang diperoleh dalam hal ini
Hasil analisis data mikrotremor dapat menggambarkan nilai menggunakan metode Kono-Omachi.
kerentanan seismik (Kg) suatu daerah. Nilai Kg Kota
Padang bervariasi yang tergantung pada nilai frekuensi Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder
dominan tanah (fo) dan faktor amplifikasi (Ao). Nilai Kg berupa data seismisitas atau historis kegempaan Kota
tertinggi berada pada Kota Padang bagian barat di mana Padang yang bersumber dari USGS (United State
mayoritas daerah tersebut berada di atas endapan alluvium. Geological Survey), ISC (International Seismic Center) dan
Pemetaan nilai Kg tersebut pun berkesesuain dengan titik- BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang. Data tersebut
titik kerusakan akibat gempabumi pada 30 September 2009 dianalisis untuk memperoleh nilai percepatan gerakan tanah
(Saaduddin, 2015). atau peak ground acceleration di batuan dasar . Data
pendukung lainnya adalah data titik kerusakan akibat
Menurut Farid (2014), kajian kerentanan seismik suatu gempabumi pada tanggal 30 September 2009 dari Pusat
daerah juga perlu mempertimbangkan nilai ground shear Survei Geologi Bandung yang dijadikan sebagai salah satu
strain. Nilai ground shear strain menunjukkan tingkat bahan pertimbangan prihal validitas pengolahan data.
deformasi lapisan tanah. Kerusakan akibat gempabumi
biasanya terjadi akibat batas nilai ground shear strain Penentuan nilai PGA pada batuan dasar menggunakan
terlampaui. Lapisan tanah akan mudah mengalami persamaan Fukushima dan Tanaka. Persamaan empiris ini
deformasi jika nilai ground shear strain berada dalam menyatakan hubungan linear antara logaritmik percepatan
kategori tinggi dan sebaliknya, lapisan atanah akan gerakan tanah maksimum di batuan dasar dengan jarak
cenderung stabil jika ground shear strain kecil. Bentuk
deformasi yang terjadi dapat berupa terjadinya rekahan

81
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

hiposenter yang secara matematis dituliskan sebagai Percepatan gerakan tanah di batuan dasar dianalisis dengan
berikut: menggunakan persamaan empiris yang dirumuskan oleh
( ) (1) Fukushima dan Tanaka seperti pada persamaan (1). Nilai
PGA yang diperoleh berkisar antara 76.51 – 85,76 gal.
Nilai PGA pada daerah yang semakin dekat titik hiposenter
dengan adalah percepatan gerakan tanah di batuan dasar
akan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang jauh
(gal), adalah magnitude momen dan adalah jarak
dengan titik hiposenter kejadian gempabumi. Hal ini
hiposenter ke stasiun (km) (Saaduddin, 2014).
disebabkan karena dalam perumusannya, hubungan
atenuasi ini hanya mempertimbangkan jarak hiposenter dan
Nilai ground shear strain ( ) dianalisis secara matematis
magnitudo gempa sebagai parameter masukan.
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐾 (2) Hasil analisis nilai indeks kerentanan seismik 𝐾 dan nilai
dengan adalah nilai ground shear strain, 𝐾 adalah PGA batuan dasar selanjutnya dianalisis dengan persamaan
indeks kerentanan seismik, dan adalah percepatan (2) untuk memperoleh nilai gound shear strain yang
gerakan tanah pada batuan dasar (Nakamura, 1996). Nilai menghitung tingkat kemampuan deformasi suatu material
Kg diperoleh dari perbandingan antara kuadrat frekuensi penyusun. Analisis nilai ground shear strain ( )
dominan fo faktor amplifikas. menggambarkan kemampuan meregang atau bergeser dari
suatu material lapisan tanah ketika gempabumi terjadi.
Hasil perhitungan ini selanjutnya dianalisis secara spasial Secara matematis, nilai merupakan fungsi linear dari nilai
dengan menggunakan perangkat lunak pemetaan untuk Kg dan .
mengetahui distribusi nilai di Kota Padang. Sebagai
bahan justifikasi terhadap data yang telah diperoleh, Gelombang seismik akibat terjadinya gempabumi
digunakan distribusi titik-titik kerusakan akibat gempabumi merupakan gelombang mekanik yang membutuhkan
pada 30 September 2009. perantara ketika merambat. Dalam perambatannya,
gelombang seismik akan mengakibatkan partikel-partikel
Hasil dan Diskusi lapisan bawah permukaan berosilasi yang didefiniskan
sebagai suatu pergeseran dari keadaan normalnya atau
Data yang diolah dengan menggunakan metode Horizontal shear. Ketika osilasi yang terjadi melampaui batas ambang
to Vertical Spectral Ratio (HVSR) berupa data pergeseran (shear) maksimum dari suatu lapisan, maka
mikrotremor 3 komponen (komponen horizontal utara- akan terjadi deformasi. Sehingga, semakin tinggi nilai
selatan, komponen horizontal barat-timur dan komponen dari suatu material lapisan tanah maka semakin mudah
vertikal) yang tersebar pada sepuluh kecamatan di Kota material lapisan tersebut untuk terdeformasi dan sebaliknya
Padang. Pengolahan data tersebut menggunakan perangkat semakin rendah nilai dari suatu material lapisan tanah
lunak Geopsy 2.9.0 yang menghasilkan spektrum-spektrum maka semakin massif dan sulit untuk terdeformasi. Isihara
dengan frekuensi dominan pada sumbu-x dan faktor (1982) menyatakan adanya hubungan anatar sifat dinamika
amplifikasi pada sumbu-y. Spektrum HVSR yang diperoleh tanah dan nilai ground shear strain ( ) seperti yang
menunjukkan karakteristik dinamika tanah berupa besarnya ditunjukkan pada Tabel 1.
frekuensi dominan dan faktor amplifikasi 𝐴 . Kedua
parameter tersebut selanjutnya akan menjadi parameter
masukan dalam perhitungan nilai indeks kerentanan Hasil perhitungan ground shear strain di daerah
seismik 𝐾 . penelitian menunjukkan bahwa, kota Padang memiliki nilai
yang berkisar antara sampai .
Hasil perhitungan indeks kerentanan seismik 𝐾 di daerah Nilai ground shear strain minimum sebesar
penelitian berkisar antara 0,58 sampai 170,61. Secara diperoleh di titik pengukuran P068 yang berlokasi di
kecamatan Kuranji sedangkan nilai ground shear strain
umum nilai indeks kerentanan seismik 𝐾 yang relatif
maksimum sebesar diperoleh di titik
tinggi berada pada daerah dengan kondisi geologi yang
pengukuran P039 yang berlokasi di kecamatan Nanggalo.
mayoritas ditutupi oleh endapan aluvium. Berdasarkan
Hasil perhitungan tersebut kemudian dipetakan untuk
parameter masukannya, nilai indeks kerentanan seismik 𝐾
mengetahui distribusi nilai ground shear strain di Kota
yang tinggi akan dijumpai pada daerah yang memiliki nilai Padang seperti yang terlihat pada Gambar 3.
frekuensi dominan yang relatif lebih rendah dan nilai
faktor amplifikasi 𝐴 yang relatif lebih tinggi.

82
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel 1. Nilai strain dan dinamika tanah (Ishihara,1982)


Ukuran
Regangan 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1
retak, Diff Tanah Tanah longsor,
Fenomena Gelombang, Settlement longsong, Rekahan tanah
Getaran pemadatan Pelulukan
tanah
Pelulukan
Dinamika Elastis Elastis- Plastis Efek Kecepatan- Kecepatan-
Bahan pengulangan Efek Efek
pengulangan pengulangan

Gambar 3. Peta Sebaran Nilai Ground Shear Strain Kota Padang

Berdasarkan klasifikasi tingkat deformasi berdasarkan nilai tersebar pada 47 titik pengukuran dan nilai ground shear
ground shear strain (Isihara, 1982), suatu lapisan tanah strain daerah penelitian yang berkisar antara
permukaaan akan bersifat plastis jika nilai ground shear dapat diklasifikasikan menjadi nilai
strain sebesar . Jika nilai ground shear ground shear strain skala tinggi yang tersebar pada 56
strain suatu lapisan tanah permukaan melebihi titik pengukuran.
maka lapisan tanah permukaan tersebut akan
mengalami deformasi dan jika nilai ground shear strain Sebaran nilai ground shear strain berkesesuaian dengan
suatu lapisan tanah permukaan melebihi data kerusakan akibat gempabumi 2009. Sebaran nilai
maka akan dapat menyebabkan kerusakan ketika terjadi ground shear strain menyerupai dengan sebaran indeks
gempabumi bahkan dapat menyebabkan terjadinya tanah kerentanan seismik 𝐾 dan ketebalan lapisan sedimen
longsor dan liquifaksi. Dari kajian tersebut, maka nilai Distribusi nilai ground shear strain tinggi terpusat di
ground shear strain daerah penelitian yang berkisar daerah penelitian sebelah barat di mana pada daerah
antara dapat diklasifikasikan tersebut memilki titik kerusakan terbanyak akibat
menjadi nilai ground shear strain skala menengah yang gempabumi 2009.

83
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Kesimpulan / Conclusions
Pemetaan tingkat bahaya di Kota Padang akibat kejadian
gempabumi sebagai bahan pertimbangan dalam mitigasi
bencana dan perencanaan pembangunan dapat ditentukan
melalui nilai ground shear strain. Nilai kota Padang
berkisar antara sampai . Nilai
daerah penelitian yang berkisar antara
diklasifikasikan skala menengah yang dapat
mengakibatkan terjadinya retak dan Diff Settlement
sedangkan nilai yang berkisar antara
diklasifikasikan skala tinggi yang dapat
mengakibatkan terjadinya tanah longsor, pemadatan tanah
hingga rekahan tanah.

Pustaka
Kastowo, Leo, G.W., Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1996,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan
Geologi; Bandung.
Budiono, K., Bambang, Saiful, dan Rimbanan, 2010,
Proceeding PIT IAGI Lombok
Farid, Muhammad, 2014, Disertasi, Universitas Gadjah
Mada
Isihara, K., 1982, Proc. Int. Symp. On Numerical Model in
Geomech, 237-259.
Saaduddin, Sismato, Marjiyono, 2015, Proceeding Seminar
nasional Kebumian UGM Yogyakarta
Nakamura, Y., 1996, Quarterly report of Railway
Technical Research Inst. (RTRI) 37, 112–127.
Nakamura, Y ., 2000, Proc XII World Conf. Earthquake
Engineering, New Zealand,2656.
USGS. http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/
.

Ucapan Terima Kasih


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Pusat Survei
Geologi, Badan Geologi Bandung atas kesediaanya
memberikan data mikrotremor Kota Padang untuk
dilakukan analisis lanjutan.

84
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Mapping of Volcanic Features in Atambua, NTT Area


Based on Magnetic Method: Horizontal/Vertical Derivative, Euler Deconvolution and
Pseudogravity Methods

Edy Wijanarko1) and Eko Budi Lelolo1)


1)
Research and Development Center For Oil & Gas Technology “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav 109, Cipulir-Kebayoran Lama
South Jakarta 12230, Telp.021 7222583 Fac.021 7226011
Email: edyw@lemigas.esdm.go.id

Abstract. cekungan belum ada penemuan dan 2 cekungan belum


Exploration in Atambua, NTT was performed to understand dieksplorasi.
subsurface geology which was aimed to evaluate its
hydrocarbon potential. The subsurface mapping is based on Penelitian ini secara umum digunakan sebagai data
geomagnetic method to provide images of advanced pendahuluan untuk mengetahui struktur bawah permukaan
exploration methods. In geomagnetic method, there are sehingga memudahkan dalam mengetahui potensi
several methods to interpret geological structures kandungan hidrokarbon. Oleh karena itu diperlukan
particularly related with volcanic features. It can be done akuisisi data geomagnetik yang diharapkan dapat
using Horizontal/Vertical Derivative, Euler Deconvolution memberikan gambaran tentang penyebaran batuan
and Pseudogravity. Regional and residual anomalies vulkanik, membedakan penyebaran tinggian dan rendahan
separation use upward continuation method. According dalam cekungan sedimen antara proses tektonik terhadap
residual magnetic anomaly, it can be mapped the highs and instrusi batuan beku yang nantinya sebagai dasar penentuan
grabens which occur in the study area. The highs appear as lokasi survei geofisika lanjutan.
closure in the study area caused by anticline and intrusive
rocks. Analyses of Horizontal/Vertical Derivative, Euler Geologi Regional
Deconvolution and Pseudogravity help to identify faults
and volcanic features more accurately. Based on Euler Tektonik Regional
Deconvolution, they can be divided into three distinct parts Tahap awal dari rifting Gondwana menghasilkan cekungan
of volcanic features including west northwestern with intracratonic. Cekungan dengan arah baratlaut-tenggara ini
intensive volcanic features, west southwestern part with diisi oleh endapan Permian – Jura berupa silisiklastik,
intermediate features and middle to east part with the karbonat, dan sebagian batuan vulkanik yang disebut
fewest volcanic features. After all, it can be interpreted that dengan sikuen Gondwana. Tahap awal dari intracratonic
the study area shows hydrocarbon potential as indicated by rifting kemudian disusul oleh breakup-related extention
the occurrence of thick sediment in the grabens which has yang menghasilkan bukaan basin timur timurlaut- barat
opportunity the generate hydrocarbon. baratdaya yang hampir tegak lurus dengan rifting
sebelumnya. Cekungan-cekungan dari rifting tersebut
Keyword: Horizontal/Vertical Derivative, Euler berada diatas ketidakselarasan dari break up pada umur
Deconvolution, Pseudogravity, Magnetic, Atambua-NTT. Jura yang memisahkan sikuen pre-break up Gondwana dari
sikuen post-break up kontinen Australia. Hal tersebut
Pendahuluan mempengaruhi perkembangan pulau Timor, Sumba, Savu
dan Rote.
Tren peningkatan kebutuhan energi migas dari tahun
ketahun terus terjadi sedangkan jumlah cadangan migas Pada 6 juta tahun yang lalu, Timor masih merupakan
Indonesia semakin berkurang, sehingga perlu dilakukan pematang akresi yang di subduksi oleh sebagian besar
suatu usaha guna mendapatkan sumberdaya hidrokarbon basement Australia bagian distal. Pada saaat ini banda
yang terdapat di cekungan-cekungan sedimen, baik volcanic arc masih aktif. Kemudian pada 4 juta tahun yang
cekungan mature maupun frontier, khususnya cekungan di lalu Proto-timor muncul ke permukaan dari hasil
kawasan timur Indonesia seperti di Atambua, NTT. pemendekan unit yang menutupi pematang akresi dari
Indonesia mempunyai 46 cekunagn sedimen tersier di kontinen Australia. Terjadi pengangkatan dan erosi banda
kawasan timur Indonesia (BPMIGAS – LAPI ITB, 2008), terrane. Pada saat ini Sumba masih berupa cekungan fore
yang terdiri dari 5 cekungan dengan status produksi, 17 arc sedalam 3-4 km dan Savu masih berupa cekungan fore
cekungan dengan status ada indikasi hidrokarbon, 2 arc sedalam 3 km. Banda volcanic arc terkontaminasi oleh
cekungan dengan status penemuan hidrokarbon, 20

85
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

kerak kontinen dari Australia. Pada 2 juta tahun yang lalu syn-rift yang dimulai pada umur Permian hingga Jura
Timor mengalami pemendekan, pengangkatan dan ekspansi memiliki pola sedimentasi mendalam keatas, hal ini terlihat
lateral dari kemunculan pulau Timor ke permukaan. Pulau dari batuan sedimen yang ditemukan pada Permian Awal
Sumba mengalami pengangkatan teras koral secara cepat adalah batuan sedimen danau hingga pada umur Jura terdiri
dikarenakan collision bagian ujung scott plateu terhadap dari batuan sedimen laut dalam. Pola sedimentasi pada fasa
busur kepulauan banda. Pulau Savu mengalami post-rift yang dimulai pada umur Kapur hingga Miosen
pengangkatan secara cepat dari kedalaman 2-3 km sampai awal memiliki pola sedimentasi mendangkal keatas, hal ini
ke permukaan. Pulau Rote mulai mengalami pengangkatan terlihat dari pengendapan Formasi Nakfunu yang muncul
tahap awal. Pada bagian banda arc mengalami rijang dan kalsilutit, dan diatasnya adalah Formasi Ofu
perkembangan back arc thrust. Kontaminasi kerak yang terdiri dari kalkarenit (Gambar 1).
kontinen Ausralia pada bagian depan Timor semakin
menyebar ke bagian timur dan barat.

Sekarang yang terjadi pada pulau Timor adalah collision


antara paparan Australia dengan busur kepulauan Banda
dan terjadi pengangkatan cepat (1-10 mm/akre).
Menutupnya bagian yang dahulunya adalah fore arc. Pulau
Sumba mengalami pengangkatan cepat pada baian utara
(0.5 mm/akre). Pulau Savu mengalami pengangkatan pada
bagian utara (>0.3 mm/akre) karena perkembangan savu
thrust yang mengarah ke utara dan subsiden pada bagian
selatan. Pulau Rote terangkat dengan nilai pengangkatan
tertinggi (1.5 mm/akre) sepanjang pantai selatan dekat
dengan palung Timor. Sedangkan busur gunung api banda
terjadi akresi menuju lempeng yang lebih rendah, Gambar 1 Lithostratigrafi Pulau Timor berdasarkan
pengangkatan dan vulkanisme bergeser ke arah utara. referensi regional. (A) kolom stratigrafi daerah penelitian
berdasarkan Charlton (2001). (B) Kolom stratigrafi daerah
Stratigrafi Regional penelitian berdasarkan Harris (2011). (C) Tektonostratigrafi
Secara umum tatanan stratigrafi regional di Timor Barat berdasarkan referensi regional.
dapat dibagi menjadi tiga sekuen yaitu Sekuen Kekneno,
Sekuen Kolbano, dan Sekuen Viqueque. Berdasarkan atas Geomagnetik
seluruh referensi regional tentang daerah penelitian Metode geomagnetik merupakan salah satu metode
menyebutkan bahwa Pulau Timor merupakan bagian distal geofisika yang sering digunakan untuk survei pendahuluan
dari Lempeng Kontinen Australia yang terdiri dari batuan pada eksplorasi minyak bumi, panas bumi, batuan mineral,
sedimen dengan lingkungan pengendapan laut dangkal-laut maupun untuk keperluan pemantauan gunungapi. Metode
dalam. ini mempunyai akurasi pengukuran yang relatif tinggi,
instrumentasi dan pengoperasian di lapangan relatif
Proses pembentukan cekungan dimulai pada umur Permian sederhana, mudah dan cepat jika dibandingkan dengan
yang merupakan fasa syn-rift. Pada umur Permian metode geofisika lainnya.
mekanisme struktur yang berkembang adalah fasa
ekstensional. Batuan sedimen yang diendapkan adalah pada Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat
lingkungan pengendapan laut dangkal dan laut dalam. Pada besar dengan suatu medan magnet yang mengelilinginya.
akhir umur Jura kontinen Australia mengalami break-up Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet yang
dengan Gondwana sehingga memunculkan terletak pada pusat bumi. Medan magnet bumi
ketidakselarasan dengan ditandai vulkanik laut dalam. Pada terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur.
umur Kapur hingga Miosen Awal merupakan fasa post rift Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik
yang ditandai dengan batuan sedimen pada lingkungan adalah deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara
passive margin. Pada umur Miosen Akhir terjadi collision geografis) dan inklinasi I (sudut antara bidang horisontal
antara lempeng Busur Kepulauan Banda dengan Lempeng dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat.
Kontinen Australia. Pada Pliosen akhir tektonik cenderung Intensitas medan magnetik total F digambarkan dengan
relatif lebih tenang dibandingkan sebelumnya. komponen horisontal H, komponen vertikal Z dan
komponen horisontal ke arah utara X dan ke arah timur Y.
Evolusi tektonik yang berkembang pada Pulau Timor Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara 25.000
tersebut yang menyebabkan pola sedimentasi dari setiap – 65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak di
umur selalu berubah. Pola sedimentasi pada pengendapan utara ekuator mempunyai intensitas  40.000 nT,

86
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

sedangkan yang di selatan ekuator  45.000 nT (Telford ED. Secara teoritis metode SVD diturunkan dari persamaan
dkk, 1990). Laplace untuk anomali gravitasi di permukaan, yang
dituliskan dalam persamaan (2):
Horizontal Gradient/Derivative (HG)
HG merupakan perubahan nilai magnetik antara satu titik (2).
amat ke titik amat lainnya secara horizontal. Metoda HG
telah digunakan secara ekstensif untuk mencari batas sehingga persamaan gradien vertikal dapat dirumuskan
kontras suseptibilitas dari data magnetik. Gradien seperti pada permasamaan (3):
horizontal dari anomali magnetik yang disebabkan oleh
suatu bodi cenderung untuk menunjukkan tepian dari
bodinya tersebut. Sehingga metode ini dapat digunakan - - (3).
untuk menentukan lokasi batas kontak kontras suseptibilitas
horizontal dari data magnetik (Cordell, 1979).
Nilai Second Vertical Derivative (SVD) dari suatu anomali
magnetik sama dengan negative dari nilai Second
Horizontal Derivative (SHD). Anomali yang disebabkan
oleh struktur patahan naik mempunyai nilai harga mutlak
minimal SVD yang selalu lebih besar daripada harga
maksimal. Sedangkan anomali yang disebabkan struktur
patahan turun akan mempunyai nilai harga maksimal lebih
besar dibandingkan dengan harga mutlak minimal.

Euler Deconvolution (ED)


Euler Deconvolution adalah suatu metode untuk
menghasilkan suatu peta yang menampilkan lokasi dan
kedalaman sumber anomali dari sebuah medan potensial.
Gambar 2 Nilai gradien horizontal pada suatu model Prinsip dari pengolahan data ini berdasarkan persamaan (4)
tabular (Blakely, 1996). sebagai berikut (Reid et al., 1990):

Metode Horizontal Gradient memiliki suatu keunggulan  G   G   G 


( x  xo)   y  yo      z  zo     N B  G
daripada metode lainnya, yaitu tidak rentan terhadap noise.  x   y   z  (4).
Hal ini dikarenakan bahwa metode ini hanya memerlukan
perhitungan turunan Horizontal pertama yang dikuadratkan
Sumber Anomali xo, yo, zo dan B dapat dihitung dengan
dari suatu data (Salem, 2005). Metode ini juga baik untuk
menyelesaikan persamaan linier yang dihasilkan. Dengan
mendelineasi sumber anomali dangkal dan dalam, jika
(xo,yo,zo) merupakan posisi sumber medan magnetik yang
dibandingkan dengan metode gradien vertikal yang
terdeteksi pada posisi (x,y,z), N struktur indeks (SI), B
biasanya hanya mengidentifikasi struktur yang dangkal.
nilai anomali medan potensial dan G merupakan nilai
Amplitudo dari Horizontal Gradient dapat ditunjukan dari
magnetik observasi. Persamaan (4) dibuat dalam matrik
persamaan berikut (1) (Cordell dan Grauch, 1985):
(persamaan (5)) untuk memudahkan perhitungan.

√( ) ( ) (1).

* + (5).
Dengan nilai Horizontal Gradient, ( ) ialah turunan
[ ] [ ]
nilai magnetik terhadap sumbu x, dan ( ) merupakan
turunan nilai magnetik terhadap sumbu y.
Persamaan (5) disederhanakan menjadi:
Second Vertical Derivative (SVD)
Metode SVD dapat diterapkan pada anomali magnetik yang (6)
bebas noise untuk menentukan jenis patahan. Dalam
menggunakan SVD, langkah awal yang dilakukan adalah ( )- (7)
dengan menarik garis lurus yang tegak lurus terhadap garis dengan
patahan yang telah diinterpretasikan oleh metode HG dan

87
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

, dan

Gambar 3 Anomali magnetik, anomali pseudogravitasi


Pertama harus diperhatikan struktur apa yang akan dicari. dan besar gradien horisontal diatas bidang horisontal
Hal ini terkait dengan jenis sumber dan indeks struktural (Blakely, 1995)
yang akan digunakan dalam perhitungan. Tabel 1
merangkum indeks struktural untuk model sederhana di Data dan Metoda
medan magnet dan medan gravitasi. Akuisisi Data
Pengambilan data lapangan magnetik dimulai dengan
Tabel 1 Indeks struktur untuk model magnetik dan model pengecekan alat terlebih dahulu. Pengukuran ini bertujuan
gravitasi (Whitehead., 2005) untuk mengetahui kestabilan alat dan selisih relatif antar
alat. Kemudian seluruh alat melakukan pengukuran awal di
SI Magnetik Field Gravity Field Base yang telah ditentukan, kemudian 1 alat tetap
0.0 Contact Sill/Dyke/Step melakukan pengukuran di Base dan alat yang lainnya
0.5 Thick Step Ribbon melakukan pengukuran di titik-titik yang telah ditentukan.
1.0 Sill/Dyke Pipe
2.0 Pipe Sphere Kegiatan mengukur variasi harian secara bersamaan
3.0 Sphere dilakukan setiap harinya. Sebagai informasi tambahan,
bahwa alat magnetik yang digunakan dilapangan ada 5 unit,
Transformasi Pseudogravity 1 unit sebagai Base dan 4 unit lainnya yang melakukan
Data pseudogravity merupakan gambaran anologis data pengukuran di titik-titik yang telah dilakukan. Saat
gravitasi untuk benda dengan densitas yang memiliki melakukan pengukuran atau pengambilan data di lapangan,
kesebandingan dengan magnetisasi. Nilai kesebandingan Operator selalu melakukan minimal 9 kali pengukuran
yang dipakai adalah l00 kg/m3 per A/m (Blakely, 1995). dalam 1 titik pengukuran yang telah ditentukan. Hal ini
Potensial skalar magnetik suatu elemen material magnetik dengan maksud mencari kestabilan pembacaan guna
dan gaya gravitasi suatu elemen massa mempunyai meminimalisir data yang terkena gangguan. Setelah selesai
kesamaan, keduanya mempunyai besar yang berbanding melakukan pengukuran dibeberapa titik yang telah
terbalik dengan jarak sumbernya. Hal ini bisa digunakan ditentukan akan kembali ke Base untuk melakukan
untuk menurunkan hubungan antara medan gravitasi dan pengukuran akhir pada hari itu juga. Setelah selesai
magnetik (persamaan (8)). kemudian alat sebagai Base dimatikan.

M  Pemrosesan Data Lapangan


H (r)  F (r) Hasil dari pengukuran data magnetik dilapangan akan
G   (8)
didapat data dengan format file *.pmg. File tersebut
memberikan informasi bacaan dilapangan disertai dengan
waktu pengukuran dan label atau nama titik pengukuran.
dengan H (r) adalah medan magnetik, M adalah
Dari data Base kita mendapatkan data yang nantinya akan
intensitas magnetisasi, G konstanta gravitasi umum, digunakan untuk koreksi harian pada data titik stasiun
F (r) gaya gravitasi. Gambar 3 mengilustrasikan lapangan.
hubungan antara anomali magnetik, pseudogravity dan Untuk memperoleh data anomali magnetik total maka
horizontal gradient. dilakukan koreksi yang meliputi koreksi harian dan koreksi
IGRF. Koreksi harian bertujuan untuk menghilangkan efek

88
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

magnetik harian, adapun koreksi IGRF bertujuan untuk memperlihatkan klosure anomali magnetik relatif dangkal,
menghilangkan pengaruh medan magnetik utama bumi. tersebar secara massif dibagian tengah hingga utara. Kontur
Berdasarkan referensi nilai IGRF daerah penelitian pseudogravity yang ditumpang-tindih dengan anomali
45091.80 nT. Jumlah data medan magnetik total yang magnetik residual atau lokal juga berkorelasi dengan baik.
berhasil diukur di lapangan adalah 1200 buah yang Keduanya menggambarkan anomali tinggi dengan pola
membentang dari kabupaten Timor Tengah Selatan sampai yang mirip, yaitu pada skala warna oranye-merah pada
ke Kabupaten Atambua. Hasil pengukuran kuat medan peta residual sementara berimpit pada klosur anomali tinggi
magnetik total tersebut memiliki nilai berkisar 43634.61 – pada peta pseudogravity.
47326.16 nT.
Peta pada Gambar 6 yaitu Peta Overlay Second Vertical
Hasil dan Diskusi
Hasil yang didapat dalam penelitian ini berupa anomali Derivative, Horizontal Gradient dan Euler Deconvolution.
magetik total. Kemudian diproses lebih lanjut sehingga Peta tersebut menggambarkan batas kotak antar batuan
didapakan anomali magnetik di kutub (900), anomali (HG), jenis sesar (SVD), kedalaman sumber anomali (ED).
magnetik regional, anomali magnetik residual, anomali Peta pada Gambar 4, 5 dan 6 selanjutnya akan digunakan
pseudogravity, anomali berdasarkan horizontal derivative untuk analisis struktur geologi terutama berkaitan fitur
atau horizontal gradient, anomali hasil SVD dan prediksi vulkanik. Secara teknonik pulau Timor merupakan pulau
lokasi sumber anomali berdasarkan peritungan ED. terbesar dan paling selatan diantara pulau-pulau lain di
sekitarnya seperti Tanimbar, Kai dan Seram yang
Gambar 4 merupakan peta anomali magnetik total. Peta membentuk Busur Banda. Busur Banda sendiri dipisahkan
tersebut masih terdapat klosur-klosur dipole sehingga dari paparan benua Australia oleh Terusan dengan
sulit diinterpretasikan secara lansung. Untuk itu kedalaman 3 km (Barber, 1978).
diperlukan transformasi ke kutub (RTP/Reduce to Pole)
sehingga benda penyebab anomali tepat terletak dibawah
profile magetik. Titik-titik putih merupakan lokasi
pengambilan data magetik sebanyak 1200.

Gambar 5 Peta Overlay Pseudogravity dan Anomali


Magnetik Residual

Kemunculan pulau Timor erat kaitannya dengan busur


Gambar 4. Peta Anomali Magnetik Total banda yang merupakan busur kepulauan ganda berbentuk
tapal kuda yang merupakan pertemuan antara 3 lempeng
Peta anomali magnetik total supaya lebih mudah utama yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan
diinterpretasi maka dilakukan transformasi ke kutub. Hal Lempeng Eurasia (Hamilton, 1979). Busur Banda sering
ini bertujuan agar arah medan magnetik dan juga disebut Banda Suture karena merupakan zona
magnetisasinya sama-sama ke bawah. Dengan demikian pertemuan dari tiga lempeng yang berbeda (Hall & Wilson,
benda penyebab anomali magnetik berada di bawah profile 2000). Dengan demikian struktur di daerah ini cukup
magnetik yang dikaji. Gambar 5 menunjukkan peta anomali kompleks. Beberapa model tektonik menjelaskan tektonika
residual magetik yang sudah ditransformasikan ke kutub Pulau Timor. Model pertama adalah model Overthrust yang
serta dipisahkan dari efek regionalnya (meggunakan dikemukan Audley - Charles (1986). Model kedua adalah
metode Upward Continuation). Peta tersebut model rebound dikemukan oleh Chamalaun & Grady

89
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

(1978). Model ketiga adalah model imbrikasi dikemukan periode syn-rift, sementara sesar naik terkait dengan
oleh Hamilton (1979). Model keempat adalah Model struktur lebih dangkal selama periode post-rift (Gambar 6).
Duplex dikemukan oleh Harris (1991); Charlton dkk.
(1991). Model kelima adalah model Overthrusted Margin
dikemukan oleh Sawyer dkk.(1993). Model keenam adalah
model Basement-involved thrust/inversi dikemukan oleh
Charlton & Gandara (2012).

Gambar 6 Analisis sebuah sayatan pada Second Vertical


Derivative, Horizontal Gradient dan Anomali Magnetik
Residual

Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah terdapat beberapa fitur
vulkanik yang terdapat di daerah penelitian. Daerah yang
paling banyak fitur vulkanik ada di bagian utara sementara
bagian central basin paling sedikit terkait fitur vulkanik.
Gambar 6 Peta Overlay Second Vertical Derivative, Dengan demikian untuk penelitian geofisika lanjutan bisa
Horizontal Gradient dan Euler Deconvolution dilakukan di central basin karena memiliki ketebalan
sedimen yang cukup tebal, diharapkan berpotensi
Berdasarkan analisis ED didapatkan fitur vulkanik dalam menghasilkan hidrokabon dalam jumlah yang signifikan.
dengan nilai cut-off 4000 meter, terdapat di bagian barat
laut sampai utara. Struktur tersebut berasosiasi dengan nilai Pustaka
anomali magnetik residual antara 208 – 500 nT. Fitur
vulkanik ini diprediksi berupa dyke/sill hasil penunjaman Audley-Charles, M. G. (1986). Journal of the Geological
lempeng Australia terhadap lempeng Banda. Sementara Society, 143(1), 161-175.
fitur vulkanik yang terletak di kedalaman 1500-4000 meter Barber, A. J. (1978). Structural interpretations of the island
tersebar hampir sepanjang northen block (bagian tengah ke of Timor eastern Indonesia.
barat sepanjang utara sampai selatan). Fitur vulkanik ini Blakely, R. J., 1995. Cambridge: Cambridge University
mempunyai nilai anomali magnetik residual 23 – 208 nT, Press.
diprediksi sebagai batuan intrusive yang ikut berperan Blakely, R. J., 1996. Cambridge: Cambridge University
dalam proses inversi basement saat post-rift. Hal ini Press.
mengakibatkan struktur sesar naik pada periode tersebut BPMIGAS – LAPI ITB, 2008
sehingga ketebalan sediment relatif berkurang. Fitur Charlton, T. R. (2001). Journal of Asian Earth
vulkanik yang lebih dangkal di atas 1500 meter dengan Sciences, 19(5), 595-617.
nilai anomali magnetik residual sekitar 0 – 23 nT. Fitur ini Charlton, T. R., Barber, A. J., & Barkham, S. T. (1991).
tersebar dibanyak tempat kecuali bagian central basin Journal of Structural Geology, 13(5), 489-500.
(bagian tengah NTT) relatif lebih sedikit. Cordell, L. (1979). Economic Geology, 74(6), 1383-1394.
Cordell, L., & Grauch, V. J. S. (1985). The utility of
Analisis SVD dan Horizontal Gradient menunjukkan regional gravity and magnetic anomaly maps, 181.
korelasi yang baik terhadap keberadaan anomali magnetik FH Chamalaun, A. Grady; J. Aust. Petrol. Explor. Ass., 18
dari peta anomali magnetik residual. SVD memprediksi (1978), pp. 102–108
jenis sesar yang ada di daerah penelitian yaitu sesar naik Hall, R., & Wilson, M. E. J. (2000). Journal of Asian Earth
yang intens serta sesar normal di bagian tengah-utara. Sesar Sciences, 18(6), 781-808.
normal terkait dengan struktur yang lebih dalam selama Hamilton, W. B. (1979). US Govt. Print. Off.

90
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Harris, R. A. (1991). Journal of Southeast Asian Earth


Sciences,6(3-4), 373-386.
Harris, R. (2011). In Arc-Continent Collision (pp. 163-211).
Springer Berlin Heidelberg.
Reid, A. B., Allsop, J. M., Granser, H., Millett, A. T., &
Somerton, I. W. (1990). Geophysics, 55(1), 80-91.
Salem, A., 2005. Proceedings World Geothermal Congress,
Turkey.
Sawyer, R. K., Sani, K., & Brown, S. (1993). The
stratigraphy and sedimentology of West Timor,
Indonesia.
Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff, R. E.
(1990). Cambridge university press.
Whitehead, N., 2005, Geosoft Incorporate.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan
rekan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” yang memberikan
dukungan dalam penelitian ini.

91
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MEGGUNAKAN METODE DRILLING DAN SOFTWARE SURPAC


Curnia Sri Weny Bumbungan1,Andi Tenri Awali Wildana1, Reski Ayu Magfira1
1
Program Studi Geofisika FMIPA Unhas

Sari
Tahap pertama dalam eksplorasi adalah penentuan
Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang singkapan dengan melihat strike-dip batuan. Pada
melimpah, dimana salah satunya adalah batubara. Batubara umumnya sample batubara diambil pada setiap singkapan
merupakan salah satu bahan galian yang bernilai ekonomis yang diteliti dengan mengambil sampel batuan pada
dan merupakan sektor andalan pengganti migas. Sebelum kedalaman tertentu, dimana sample diambil sesuai dengan
kegiatan eksplorasi, diperlukan penyelidikan untuk kedalam masing-masing singkapan. Pada beberapa
menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan. singkapan yang mempunyai beberapa perlapisan batubara
Metode drilling digunakan untuk mendapatkan data bawah (seam), pengambilan sample tidak dilakukan pada
permukaan sehingga menjadi data geologi dan contoh setiap seam yang ada apabila sebagian sample yang
sampel untuk penentuan kualitas batubara. Data hasil diambil dianggap sudah mewakili berdasarkan profil
pengukuran diolah menggunakan software surpac untuk kenampakan morfologisnya. Sample yang diambil adalah
menghitung perkiraan volume cadangan hipotetis dan termasuk parting dan interburden yang ada di dalam setiap
overbourden tiap seam sehingga diketahui nilai stripping seam.
ratio (SR). Volume cadangan batubara untuk seam A_1
adalah 9.400,76 ton dan volume overburdennya adalah Geologi Daerah Penelitian
56.840 ton sehinga nilai SR untuk seam A_1 adalah 1:6.
Volume cadangan batubaranya 10.177,69 ton dan volume
overburdennya sebesar 37.260 ton sehingga nilai SR untuk
seam A_2 adalah 1:4. Dilihat dari nilai SR kedua seam
maka dapat disimpulkan bahwa daerah ini prospek untuk
dieksploitasi.

Kata kunci: Batubara, metode drilling, stripping ratio

Pendahuluan
Batubara merupakan salah satu bahan galian yang bernilai
ekonomis dan merupakan sektor andalan pengganti migas.
Endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di
cekungan Tersier yang terletak di bagian barat Paparan
Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan).
Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian
pengusahaan bahan tambang dilaksanakan, mengingat
keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata Daerah penelitian tersusun atas Formasi Bebulu (Tmbl),
dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Formasi Pulubalang (Tmpb), Formasi Balikpapan (Tmbp)
Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan dan Endapan Aluvium (Qa), (Hidayat.S dan Umar.L, 1994)
jumlah cadangan serta pengambilannya diperlukan a. Formasi Bebulu (Tmbl) terdiri dari batugamping
penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit napal.
modal. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini agar Fosil yang dijumpai antara lain: Lepydociclina
mampu mengetahui bagaimana sebaran dan cadangan epiphioides JONES & CHAPMAN, Lepydociclina sp,
batubara. Operculina sp, Operculinella, Myogypsinoides,
Cycloclypcus. yang menunjukkan umur Miosen Awal.
Eksplorasi batubara merupakan suatu proses kegiatan untuk Terendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalannya
menentukan lokasi endapan batubara yang prospek untuk mencapai 1900 m. Lokasi tipe di daerah bebulu
dikembangkan. Eksplorasi batubara bertujuan untuk Kalimantan Timur, Formasi ini menindih selaras
menginventarisir serta melokalisir data endapan batubara Formasi Pamaluan (Tomp).
yang ada di daerah studi guna mencari lokasi-lokasi b. Fomasi Pulaubalang (Tmpb) tediri dari perselingan
singkapan batubara dan melaporkan daerah prospeksi hasil batu pasir kuarsa, batupasir dan batulempung, dengan
temuan di lapangan. sisipan batubara mengandung fosil Cycloclypeus sp,

92
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

lepydocyclina sp, Miogypsina miogypsimoides dan menggunakan software Surpac untuk menghitung estimasi
Elusculinella bontangensis, yang menunjukkan umur cadangan batubara yang tersingkap di bawah permukaan.
meosen tengah. Terendapkan di lingkungan sublitoral
dangkal. Tebal fomasi ini sekitar 900 m, Formasi Tabel 1 merupakan data hasil drilling yang menunjukkan
Pulaubalang (Tmpb) menindih selaras Fomasi keberadan batubara yang tersingkap di bawah permukaan.
Pemalauan (Tomp) dan ditindih secara selaras Formasi
Hole_id Depth Depth Max Seam
Balikpapan (Tmbp). Lokasi tipe terdapat di
from to Depth
Pulaubalang, Teluk Balikpapan
c. Formasi Balikpapan (Tmbp) terdiri dari perselingan DH 01 14.25 16.4 25 A
batupasir, batulempung lanauan, dan serpih dengan DH 02 11.1 12.87 14 A
sisipan napal, batugamping, dan batubara. DH 03 30
Batugamping mengandung fosil Elusculinea DH 04 15
borneonsis Tan, Myogipsina lepidocyclina sp,
Cycloclypeus annulatus yang menunjukkan umur DH 05 12 14.25 15 A
miosen tengah bagian atas. Lingkungan DH 06 2.1 3.6 3.6 A
pengendapannya litoral-laut dangkal. Ketebalan 800 m, DH 07 8.7 10.15 11 A
lokasi tipe di Teluk Balikpapan, Pantai Kalimantan
Timur.
d. Endapan Aluvium (Qa) terdiri dari kerakal, kerikil, Hasil dan Diskusi
pasir, lempung, dan lumpur sebagai endapan sungai,
rawa, pantai, dan delta. Tesebar disepanjang pantai Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi
timur tanah Grogot, Teluk Adang, dan Teluk cool-bearing yang terbuka secara alami dan beberapa
Balikpapan. pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari lapisan
batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan
Data dan Metoda deposit batubara yang potensial. Kemudian akan
berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi
Data yang digunakan merupakan data primer. Sebelum menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik.
melakukan survey lapangan, terlebih dahulu dilakukan studi
referensi antara lain mencakup pengeplotan koordinat Kegiatan drilling diawali dengan planning pemboran
wilayah ke dalam peta geologi regional dan peta rupa yang mencakup penentuan titik, mengenai berapa jarak
bumi untuk mengetahui formasi geologi daerah yang interval, kedalaman yang harus dilakukan proses pemboran
akan disurvey dan informasi geologi lainnya yang terkait serta luasan wilayah yang akan dilakukan pemboran.
dengan perkiraan sebaran batubara dan potensi geologinya. Setelah dilakukan planning dan telah ditentukan titik
Selanjutnya peninjauan lapangan yang bertujuan untuk yang akan dibor pada skema model maka dilakukan proses
penelitian dan survey geologi atas singkapan batubara penentuan titik bor dilapangan, kemudian melakukan
yang telah diketahui. Dalam peninjauan lapangan, juga survey layout dan ploting dilokasi pemboran yaitu
dilakukan pengambilan sample batubara dari sejumlah melakukan preparasi pemboran dimana proses ini
lapisan (seam) yang diketemukan untuk dianalisa lebih mencakup proses dilakukannya persiapan lokasi, yaitu
lanjut tentang kualitas batubaranya. Analisa yang dilakukan dengan pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air). Apabila
adalah mencakup standard Proximate Analysis dan HGI. daerah pemboran berada di daerah lereng dan
Tahap berikutnya adalah pengolahan data lapangan bergelombang, maka dilakukan perataan tanah sehingga
dengan memplot data hasil survey geologi ke dalam peta daerah titik pemboran rata dan tidak mengganggu jalannya
Rupa Bumi, termasuk pekerjaan digitasi peta Rupa Bumi proses pemboran dan juga termasuk keamanan/safety pada
atas wilayah penyelidikan di mana dijumpai singkapan daerah tersebut diperhatikan.
batubara. Dari plotting data lapangan tersebut kemudian
dilakukan rekonstruksi dan interpretasi atas sebaran dan Setelah semua persiapan selesai, maka sesuai dengan
kemenerusan lapisan batubaranya. Apabila hasil planning awal apakah pemboran akan dilakukan dengan
rekonstruksi sebaran batubara digabungkan dengan hasil metode full core/coring maupun open hole dan apakah
analisa sample-nya maka akan dapat diidentifikasi dan pemboran dilakukan dengan model miring atau
dipetakan area yang secara geologis memiliki potensi vertical.
cadangan batubara dan kualitasnya yang dipertimbangkan
layak untuk ditindaklanjuti. Metode yang digunakan ini adalah drilling open hole.
Jika uji lab menunjukkan bahwa batubara tersebut layak Selama proses pengeboran berlangsung, diperoleh data
untuk dieksplorasi maka akan dilakukan pemboran cutting yang merupakan material hasil gerusan mata bor
(drilling). Langkah terakhir yaitu mengolah data tersebut (bit) yang mengalir keluar ke permukaan bersama fluid.

93
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Cutting tersebut diambil setiap interval kedalaman tertentu Pustaka


yang menjadi representasi jenis litologi yang sedang dibor
pada kedalaman interval tersebut. Data hasil bor Hidayat,s dan Umar,L. 1994. Peta Geologi Lembar
kemudian diolah untuk penentuan cadangan. Balikpapan, Kalimantan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada karyawan PT.
Alpha Solaris International yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian dengan menggunakan data
sekunder dari perusahaan. Terima kasih kepada Bapak
Ruslin yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penelitian ini.

Gambar 2. Cadangan batubara dan overburden.

Cadangan batubara yang prospek di suatu wilayah dapat


diketahui dengan menghitung nilai Stripping Ratio (SR),
dimana nilai SR merupakan perbandingan antara cadangan
batubara dengan overburdennya.
Terdapat 7 titik bor, dimana 5 diantaranya terdapat
batubara sedangkan 3 lainnya blank. Ketebalan batubara
untuk DH 01, DH 02, DH 05, DH 06, dan DH 07 masing-
masing adalah 2,15 m, 1,77 m, 2,25 m, dan 1,5 m dan 1,45
m. Terdapat 2 singkapan batubara pada lokasi ini. DH 01,
DH 02, dan DH 05 merupakan satu singkapan (seam A_1)
sedangkan DH 06 dan DH 07 merupakan satu singkapan
(seam A_2).
Setelah diolah di software Surpac, volume cadangan
batubara untuk seam A_1 adalah 9.400,76 ton dan volume
overburdennya adalah 56.840 ton sehinga nilai SR untuk
seam A_1 adalah 1:6. Untuk seam A_2, volume cadangan
batubaranya 10.177,69 ton dan volume overburdennya
sebesar 37.260 ton sehingga nilai SR untuk seam A_2
adalah 1:4. Dilihat dari nilai SR kedua seam maka dapat
disimpulkan bahwa daerah ini prospek untuk dieksploitasi.
Suatu daerah dikatakan prospek untuk
diekploitasiberdasarkan kalkulasi perhitungan biaya
eksplorasi terhadap nilai jual dari batubara tersebut.

Kesimpulan
Volume cadangan batubara untuk untuk seam A_1
9.400,76 ton dan volume overburdennya adalah 56.840 ton
sehinga nilai SR untuk seam A_1 adalah 1:6. Untuk seam
A_2, volume cadangan batubaranya 10.177,69 ton dan
volume overburdennya sebesar 37.260 ton sehingga nilai
SR untuk seam A_2 adalah 1:4. Volume cadangan batubara
di daerah ini sebesar 19.578,45 ton. Dilihat dari nilai SR
kedua seam maka dapat disimpulkan bahwa daerah ini
prospek untuk dieksploitasi.

94
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Penentuan Derajat Kualitas Air Limbah Melalui Spektrum Ultraviolet


Sri Suryani
Jurusan Fisika – FMIPA – Universitas Hasanuddin. Kampus UNHAS Tamalanrea. Jln. Perintis Kemerdekaan –
Tamalanrea – Makassar 90245.

Sari
Air adalah medium yang kompleks, terutama air limbah
yang terdiri dari berbagai komponen dengan sifat yang
berkaitan dengan proses pengolahan air limbah, dan juga
sumber air limbah. Dengan meningkatnya masalah
lingkungan, maka kontrol terhadap kualitas air limbah
menjadi lebih ketat. Parameter kualitas air limbah
umumnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
senyawa organik (karbon organik total, karbon organik
terlarut, nitrogen organik, dan lain sebagainya), dan
senyawa spesifik (minyak, logam berat, dan lain
sebagainya). Salah satu sifat senyawa organik adalah
mempunyai serapan dalam daerah spektrum ultraviolet.
Dengan menghitung kontribusi spektra ultraviolet beberapa
unsur yang ada dalam senyawa tersuspensi, fraksi koloid,
senyawa terlarut, dan residu pada spektrum air limbah,
maka dapat diketahui derajat kualitas air limbah tersebut. Gambar 1: Spektra UV beberapa senyawa organik yang
terkandung dalam air limbah domestik.
Kata kunci : Kualitas air limbah, spektrum ultraviolet

Pendahuluan / Introduction Untuk air limbah yang berasal dari kegiatan masyarakat
pemukiman biasanya didominasi oleh senyawa organik,
Perkembangan teknologi yang disertai dengan semakin dan sedikit mengandung senyawa spesifik (minyak, logam
kompleksnya industri manufaktur membuat hidup manusia berat, ...). Sebaliknya, air limbah industri lebih didominasi
menjadi lebih nyaman dan mudah. Walaupun demikian di senyawa spesifik dibandingkan dengan senyawa organik.
sisi lain, perkembangan industri manufaktur menghasilkan Oleh karena, komponen senyawa organik dalam air limbah
limbah yang lebih kompleks, sehingga menimbulkan tidak hanya satu, tetapi sangat banyak, sehingga sangat sulit
permasalahan pencemaran lingkungan, khususnya dan bahkan tidak mungkin mengetahui keseluruhan
pencemaran air. Oleh sebab itu, pemerintah yang sangat senyawa organik yang dikandungnya.
prihatin dengan masalah pencemaran air ini, melalui
Kementrian Lingkungan Hidup menetapkan nilai batas Tabel 1 : Letak puncak beberapa senyawa organik.
kualitas air dan air limbah. Letak puncak pada panjang
Senyawa pH
gelombang (nm)
Penentuan derajat kualitas air, maupun air limbah Fenol 5,15 216 dan 274
umumnya menggunakan proses kimia yang meliputi Asam maleat 2,53 210
beberapa tahapan, seperti pengukuran pH, kandungan Asam oksalat 6,02 200
beberapa unsur kimia, COD, BOD, oksigen terlarut, dan
masih banyak lagi. Salah satu, instrumen yang sering Hingga saat ini, penggunaan spektrofotometer UV-Vis
digunakan dalam penentuan keberadaan dan konsentrasi tersebut hanya terbatas untuk mendeteksi keberadaan dan
suatu unsur organik adalah spektrofotometer UV-Vis. konsentrasi unsur organik saja, tetapi dengan
menggabungkan dengan program Microsoft Excell,
Spektrum ultraviolet umumnya menunjukkan puncak- ternyata spektrum ultraviolet yang dihasilkan oleh
puncak penyerapan antara panjang gelombang 200 hingga spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk
350 nm. Puncak-puncak ini menunjukkan adanya molekul menentukan konsentrasi karbon organik dan COD.
organik yang mempunyai kromofor dengan ikatan tidak
jenuh (seperti C=C atau C=O). Dengan dasar pemikiran tersebut, maka makalah ini akan
menjelaskan pemanfaatan spektrum ultraviolet dalam
menentukan derajat kualitas air limbah untuk senyawa
organik.

95
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Data dan Metoda penjumlahan koefisien restitusi, maka akan semakin buruk
kualitas air tersebut.
Air limbah diambil dari sungai yang merupakan tempat
pembuangan limbah domestik organik, dan air sungai yang Air limbah yang belum diolah mempunyai nilai tiga
merupakan hulu. Selanjutnya diambil spektrumnya dengan koefisien pertama sangat tinggi, yang merupakan spektrum
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Beberapa sampel ultraviolet yang mengandung senyawa tersuspensi, koloid,
diberi perlakuan secara fisika-kimia. dan juga senyawa organik terlarut. Oleh karena, air limbah
masih baru, maka tidak terdeteksi adanya senyawa residu,
Empat spektrum ultraviolet dari air dipilih dan digunakan yang ditandai dengan nilai koefisien spektrum referensi
sebagai spektrum referensi. Spektrum tersebut adalah nomor empat yang nilainya sama dengan nol.
- Referensi 1 : spektrum UV dari air yang
mengandung senyawa tersuspensi
- Referensi 2 : spektrum UV dari air yang
mengandung fraksi koloid
- Referensi 3 : spektrum UV dari air yang
mengandung senyawa terlarut
- Referensi 4 : spektrum UV air yang mengandung
senyawa akhir penguraian senyawa
organik.

Kemudian dilakukan restitusi spektrum UV air limbah


dengan spektrum referensi dengan menggunakan
persamaan least squares dan dimasukan dalam program
Excell.
q
S  a .R  r
i i
i 1

dengan a adalah koefisien spektrum referensi R, dan r


adalah deviasi. Gambar 2 : Spektrum UV air limbah yang belum diolah

Hasil dan Diskusi Untuk air limbah yang sudah diolah secara fisika-kimia,
nilai koefisien spektrum referensi nomor dua dan tiga
Hasil restitusi spektrum UV air limbah dengan spektrum tinggi, yang menggambarkan tingginya konsentrasi
referensi dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. senyawa koloid dan senyawa terlarut. Keadaan ini
menunjukkan bahwa proses pengolahan secara fisika-kimia
Tabel 2 : Hasil restitusi spektrum UV air limbah berfungsi menaikan senyawa koloid.
Nilai koefisien Jumlah
Jenis sampel Untuk air sungai yang menerima limbah organik yang
a1 a2 a3 a4 koefisien
Air limbah belum berasal dari pemukiman, tetapi mempunyai aliran yang
4,60 6,00 4,20 0 14,80 baik, maka mempunyai empat nilai koefisien spektrum
diolah
referensi. Jumlah koefisien mempunyai nilai lebih rendah
Air limbah diolah
dari spektrum UV air limbah yang belum diolah maupun
dengan cara 0,05 8,44 3,36 0 11,85
yang telah diolah secara fisika-kimia. Adanya nilai
fisika-kimia koefisien dari setiap spektrum referensi menunjukkan
Air sungai adanya beberapa tahapan penguraian limbah yang telah
mengandung 0,28 0,80 0,24 0,34 1,66 terjadi. Penguraian tersebut dapat terjadi karena paparan
limbah domestik radiasi matahari yang mengandung radiasi ultraviolet,
Air sungai tidak karena sungai dalam keadaan terbuka.
mengandung 0,02 0,03 0,02 0 0,07
limbah domestik Untuk sungai yang berada di sekitar hulu atau sekitar
daerah ketinggian, umumnya keadaan sungai relatif bersih,
Kualitas air limbah dapat diketahui melalui penjumlahan karena belum ada pencemaran yang berasal dari daerah
keempat koefisien spektrum referensi. Semakin tinggi nilai pemukiman. Pencemaran yang mungkin terjadi, hanya
berupa daun, tanaman, atau binatang kecil. Oleh sebab itu,

96
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

nilai koefisien dari keempat spektrum referensi sangat


rendah.
Pustaka / References
Besar deviasi (nilai r) pada pengukuran restitusi terjadi
pada rentang daerah 0,0100 – 0,0158 atau berkisar 1 % Thomas O., and S. Gallot, 1990, Fresenius J. Anal. Chem.
hingga 1,5 %. Oleh sebab itu, metode ini dapat dikatakan 338 : 234 – 237.
cukup tepat. SURYANI S., THERAULAZ, F, THOMAS, O, 1995,
Trends in Analytical Chemistry (TRAC), 14/9.
Kesimpulan SURYANI, S, 2001, Prosiding “SEAWPIT98 &
SEAWPIT2000, vol. 1.
Spektroskopi UV-Vis yang biasanya hanya digunakan SURYANI, S. dan ARSYAD SUMAH, 2006, Prosiding 5th
untuk mendeteksi keberadaan unsur organik, ternyata dapat Biennial Conference on Marine Technology–
digunakan untuk menentukan kualitas air limbah. Makassar, 4th- 5th Septembre 2006.
Kelebihan dari metode ini adalah tidak memerlukan reagen
ataupun perlakuan pada sampel. Hasil yang diperoleh
cukup akurat dan dalam waktu yang singkat.

97
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Sensor Salinitas Berbasis Serat Optik Plastik Konfigurasi Melengkung


Salinity Sensor Based on Plastic Optical Fiber Bending Configuration
Mustina dan Arifin
Jurusan Fisika FMIPA UNHAS, Makassar
Email: arifinpide@gmail.com

Sari cladding better than the optical fiber sensor with core
Penelitian ini membahas tentang sensor salinitas yang without cladding. The results also indicate that the shorter
digunakan untuk menentukan kadar garam suatu larutan. the sensor is used, the sensitivity and resolution salinity
Sensor yang digunakan adalah serat optik plastik dengan sensor based optical fiber, the better.
konfigurasi melengkung pada bagian tengah. Sensor
salinitas berbasis serat optik plastik terdiri dua jenis yaitu Keywords: Salinity sensor, plastic optical fiber, bending
dibuat dari inti dan selubung dan sensor yang dibuat dari configuration
inti tanpa selubung dengan panjang bervariasi. Cahaya dari
LED infra merah ditransmisikan ke dalam serat optik dan Pendahuluan / Introduction
diteruskan ke detektor cahaya yang terhubung dengan
voltmeter. Pengukuran dilakukan pada persentase kadar Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi
garam yang bervariasi mulai 0% sampai 50% dengan informasi secara global berkembang sangat pesat dengan
rentang 5%. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa hadirnya teknologi serat optik sebagai penggerak utama
perubahan persentase kadar garam pada sensor dibalik revolusi telekomunikasi. Teknologi serat optik
menyebabkan perubahan intensitas cahaya pada serat optik secara luas diterapkan sebagai media transmisi tunggal
plastik dan mengakibatkan perubahan pada tegangan yang paling cocok untuk suara, video, dan pengiriman data
keluaran. Semakin tinggi persentase kadar garam suatu [1]. Serat optik adalah sebuah kaca murni yang panjang,
larutan, maka semakin kecil tegangan keluaran pada alat tipis dan memiliki diameter yang berukuran mikro. Serat
ukur. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas optik pada umumnya digunakan sebagai transimisi data
dan resolusi sensor serat optik plastik dengan inti dan digital berupa cahaya pada jarak jauh [2]. Penggunaan serat
selubung lebih baik dibandingkan dengan sensor serat optik optik sebagai sensor menawarkan banyak keuntungan, di
dengan inti tanpa selubung. Hasil penelitian juga antaranya adalah sensor serat optik dapat dirancang dan
menunjukkan bahwa semakin pendek sensor yang digunakan pada sistem pengukuran jarak jauh [3].
digunakan, maka sensivitas dan resolusi sensor salinitas
berbasis serat optik semakin baik. Pada perkembangannya, serat optik plastik telah banyak
dilakukan penelitian dalam berbagai bidang. Antara lain
Kata Kunci: Sensor salinitas, serat optik plastik, pada bidang medis yang telah dikembangkan oleh Wayan
konfigurasi melengkung dalam pembuatan sensor pernapasan berbasis serat optik
plastik dengan selubung (cladding) terkelupas [4].
Abstract Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh
This study discusses the salinity sensors are used to Akhiruddin yang menggunakan polianilin nano struktur
determine the salt content of a solution. The sensor used is sebagai sensor pengganti selubung yang digunakan untuk
a plastic optical fiber with a bending configuration at the mendeteksi uap HCl [5]. Selanjutnya penelitian tentang
center. Salinity sensor based on plastic optical fiber sensor kelembaban yang dilakukan oleh Akhiruddin
consists of two types, which are made from the core and menggunakan lapisan gelatin sebagai pengganti selubung
cladding and sensors are made from core without cladding pada serat optik. Pengujian respon dilakukan dengan
with varying length. Light from the infrared LED is pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan pada probe
transmitted into the optical fiber and passed to the light serat optik dengan beberapa variasi perlakuan kelembaban
detector connected to a voltmeter. Measurement were taken berbeda [6].
at the percentage salinity varied from 0% to 50% for 5%
range. The measurement results show that the percentage Penelitian yang dilakukan oleh Rudi menggunakan sensor
change in the salinity on the sensor causing changes in light serat optik moda-jamak berbentuk W dengan selubung
intensity in the optical fiber and resultuting change in the dikupas untuk menentukan konsentrasi larutan NaCL. Hasil
output voltage. The higher the percentage of salinity yang diperoleh bahwa perubahan rugi daya pada sensor
solution, the smaller the output voltage on the measuring sebanding dengan perubahan konsetrasi NaCL. Semakin
instrument. Of the result showed that the sensitivity and besar konsentrasi larutan yang terukur, maka semakin besar
resolution of the sensor with a plastic optical fiber core and pula rugi daya yang dialami sensor serat optik [7].

98
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Upaya-upaya dalam meningkatkan sensitivitas sensor telah larutan. Keunggulan sensor salinitas ini adalah memiliki
banyak dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan teknik pengukuran yang sederhana, fabrikasi mudah
pengelupasan selubung seperti yang dilakukan oleh dengan biaya murah dan dapat digunakan untuk
beberapa peneliti sebelumnya [4, 5, 6]. Sensor dengan pengukuran secara kontinu.
selubung terkelupas telah banyak diaplikasikan dalam
berbagai bidang seperti pada bidang lingkungan yang telah Metodologi Penelitian
diteliti oleh El-Sherip dengan mengganti selubung dengan
bahan kimia yang lebih sensitif terhadap pestisida [8]. Perancangan sensor salinitas berbasis serat optik plastik
Penelitian tentang sensor pH yang dilakukan oleh Matiin konfigurasi melengkung untuk mendeteksi kadar garam
dengan menggunakan serat optik plastik untuk mengetahui suatu larutan dengan skema rangkaian secara lengkap
pengaruh variasi kelengkungan sensor pH. Sensor ini ditampilkan seperti pada Gambar 1. Sensor salinitas
menggunakan Sol Gel sebagai pengganti selubung untuk menggunakan konfigurasi melengkung pada serat optik
mendeteksi pH [9]. yang dibuat dengan inti dan selubung serta inti tanpa
selubung. Sumber cahaya yang digunakan yaitu LED infra
Penelitian yang dilakukan ini adalah merancang dan merah jenis IF-E91A yang mentrasmisikan cahaya pada
membuat suatu sensor menggunakan serat optik plastik panjang gelombang 950 nm. Jenis serat optik plastik adalah
untuk mengukur kadar garam (salinitas). Sensor yang serat moda-jamak indeks tangga (multi-mode step index)
digunakan terdiri dari dua konfigurasi yaitu sensor serat dengan diameter 1000 µm dengan indeks bias inti 1,492
optik plastik dengan inti dan selubung serta tanpa selubung. dan indeks bias selubung 1,402 serta nilai celah numerik
Sensor salinitas diharapkan dapat mendeteksi perubahan NA = 0.5. Detektor cahaya yang digunakan adalah
indeks bias oleh variasi persentase kadar garam suatu fototransistor jenis IF-D92 sebagai detektor cahaya.

Gambar. 1. Skema sensor salinitas berbasis serat optik plastik konfigurasi melengkung

Pengujian sensor salinitas berbasis serat optik plastik sensor oleh akibat rugi daya pada sensor menyebabkan
dilakukan dengan variasi panjang sensor yang terdiri dari 2 perubahan tegangan keluaran pada alat ukur.
cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. Prinsip kerja sensor salinitas Hasil dan Diskusi
berbasis serat optik plastik yaitu cahaya LED
Sensor salinitas berbasis serat optik plastik diuji dengan
ditransmisikan melalui serat optik plastik dan diterima oleh
menggunakan larutan dengan kadar garam yang bervariasi
fototransistor, kemudian diteruskan ke penguat dan akan
yaitu 0% sampai dengan 50% dengan rentang 5%. Sensor
terbaca pada voltmeter. Perubahan kadar garam pada
larutan mengakibatkan perubahan indeks bias larutan di diuji dengan konsentrasi larutan yang sama untuk setiap
sekitar sensor. Hal ini akan menyebabkan perubahan rugi panjang sensor yang bervariasi. Hasil pengukuran
daya pada sensor dan menimbulkan perubahan intensitas perubahan tegangan keluaran terhadap persentasi kadar
yang diterima oleh fototransistror. Atenuasi cahaya pada garam larutan ditampilkan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

99
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 2. Grafik perubahan tegangan keluaran terhadap salinitas menggunakan sensor serat optik plastik
dengan inti dan selubung

Gambar 3. Grafik Perubahan Tegangan Keluaran Terhadap Salinitas Menggunakan Sensor Serat Optik
Dengan Inti Tanpa Selubung

Dari grafik hasil pengukuran sensor salinitas berbasis serat Data hasil pengukuran di atas selanjutnya dianalisis untuk
optik menunjukkan bahwa perubahan tegangan keluaran mengetahui range, sensitivitas dan resolusi sensor yang
sebanding dengan perubahan konsentrasi kadar garam dibuat. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk
larutan. Semakin tinggi persentasi kadar garam pada larutan mengetahui range tegangan keluaran sensor.
yang terukur, maka semakin berkurang tegangan keluaran
pada alat ukur tersebut. Hasil pengukuran juga (1)
menunjukkan bahwa semakin panjang ukuran sensor maka dimana Vmax merupakan tegangan keluaran maksimum, dan
tegangan keluaran semakin kecil. Hal ini disebabkan karena Vmin merupakan tegangan keluaran minimum.
semakin panjang sensor yang digunakan, maka rugi daya Sensitvitas sensor dapat dihitung menggunakan persamaan
pada sensor semakin besar yang menyebabkan tegangan berikut:
keluaran pada sensor semakin kecil.

100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

(2) dengan N merupakan skala terkecil dari multimeter yang


digunakan yaitu 0.001Volt dan S adalah sensitivitas dari
dengan Kmax sebagai konsentrasi maksimum dan Kmin sensor pergeseran.
sebagai konsentrasi minimum.
Selanjutnya resolusi sensor dihitung dengan Data dari hasil pengukuran menggunakan sensor salinitas
persamaan berikut ini: berbasis serat optik plastik dianalisis menggunakan
(3) persamaan (1), (2), dan (3) di atas. Hasil perhitungan yang
diperoleh adalah nilai range tegangan keluaran, sensitivitas
dan resolusi sensor, seperti yang ditampilkan padaTabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Sensor Salinitas Berbasis Serat Optik Plastik


Panjang Sensor Range Sensitivitas Resolusi
Jenis Sensor
(cm) (Volt) (mV/%) (%)

2 cm 0,514 10,280 0,097


3 cm 0,472 9,440 0,106
Inti dan Selubung
4 cm 0,401 8,020 0,125
5 cm 0,328 6,560 0,152
2 cm 0,203 4,060 0,246
3 cm 0,187 3,740 0,267
Inti tanpa Selubung
4 cm 0,133 2,660 0,376
5 cm 0,122 2,440 0,410

Data pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sensor Daftar Pustaka


salinitas berbasis serat optik plastik yang menggunakan
1. Pal, B. P. 2010. ISBN: 978-953-7619-82-4, pp. 674-
konfigurasi sensor yang terdiri dari inti dan selubung
692.
memiliki range, sensitivitas, dan resolusi yang lebih baik
2. Setiono, A., Widiyatmoko, B. 2012. Jurnal Ilmu
dibanding dengan konfigurasi sensor yang menggunakan
Pengetahuan dan Teknologi. Vol. 30, no. 2, pp. 33-36.
inti tanpa selubung. Hasil penelitian juga menunjukkan
ISSN: 0125-9121
bahwa dengan bertambahnya panjang sensor serat optik
3. Arifin, A., Hatta, A. M., Muntini, M. S., Rubiyanto, A.
plastik, maka tegangan keluaran sensor semakin kecil. Hal
2014. Indian Journal Of Pure & Applied Physics, vol.
ini disebabkan oleh rugi daya pada sensor yang dikupas
52 (Agustus), pp. 520-524.
selubungnya akan bertambah besar sebanding dengan
4. Suana, W. 2012. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, vol. 8.
bertambahnya panjang sensor yang digunakan.
no. 2, pp. 1-2.
5. Maddu, A., Sardy, S., Zain, H. 2008. Jurnal Fisika
Kesimpulan
Himpunan Fisika Indonesia, vol. 8, no. 1. ISSN no.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tegangan 0854-3046, pp. 1-11.
keluaran sebanding dengan salinitas suatu larutan. Semakin 6. Maddu, A., Modjahidin, K., Sardy, S., Zain, H. 2006.
tinggi salinitas suatu larutan, maka semakin kecil tegangan Makara, Teknologi, vol. 10, no. 1, pp. 45-50.
keluaran sensor. Sensitivitas dan resolusi sensor berbasis 7. Wibowo, R., Rubiyanto, A. 2012. Jurnal Sains dan Seni
serat optik plastik dengan inti dan selubung lebih baik ITS, vo. 1, no. 1. ISSN: 2301-928X, pp. 70-72.
dibandingkan dengan sensor serat optik dengan inti tanpa 8. El-Sherip, M., Bansal, L., Yuan, J. 2007. Sensor, vol. 7,
selubung. Sensitivitas dan resolusi terbaik diperoleh pada pp. 3100-3118. ISSN 1424-8220, pp. 3100-3118.
konfigurasi sensor pada inti dan selubung dengan pangjang 9. Matiin, N., Hatta, A. M., Sekartedjo. 2012. urnal
2 cm yaitu 10,280 mV/% dan 0,097 %. Semakin panjang Teknik Pomits, vol. 1, no. 1, pp. 1-6.
sensor serat optik plastik yang digunakan, maka semakin
kecil pula tegangan keluaran yang dihasilkan. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa semakin pendek sensor
yang digunakan, maka karakteristik sensor yaitu range,
sensitivitas, dan resolusinya semakin baik.

Tegang
101
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Studi Pemetaan Kerentanan Air Tanah Terhadap Pencemaran Polutan Nitrat dengan
Menggunakan Metode Drastic di Kota Kendari
Wa Ode Suwardi1 Suriyaidulman Rianse1, Sevtho Linggi Allo 1 , Rifkha Zulfaaini Rifai2 Deniyatno2, Rezky Dwi
Fitriani3
1
Teknik Geologi Unive rs itas Halu Oleo, 2Teknik Geofis ika Unive rs itas Halu Oleo,
3
Farmasi Unive rsitas Halu Oleo
Email: waodes uwardi1@gmail.com

Sari meningkatnya pemukiman, karena pada dasarnya


pemukiman atau tempat tinggal merupakan kebutuhan
Wilayah Kota Kendari terletak di Jazirah Tenggara Pulau dasar bagi kehidupan manusia, sehingga menyebabkan
Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di pemukiman akan semakin padat. Dengan semakin
daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan padatnya pemukiman pada suatu wilayah maka akan
terdapat 1 Pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, baik itu
2
daratan Kota Kendari 295,89 Km atau 0,70% dari luas limbah organik maupun limbah anorganik.
daratan Propinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui kondisi hidrogelogi Kandungan nitrat dalam air sumur dapat berasal dari
yang bersifat kualitatif, untuk mengetahui tingkat berbagai sumber. Apabila sumur berada pada lokasi yang
kerentanan air tanah terhadap pencemaran polutan nitrat. tidak terbuka maka satu-satunya jalan masuknya kedalam
Penelitian ini menggunakan metode DRASTIC. Metode air sumur melewati tanah terbawa oleh air dan merembes
DRASTIC dikembangkan untuk menduga kerentanan air masuk kedalam sumur. Kadar nitrat dalam air bersih yang
tanah terhadap pencemaran yang meliputi kedalaman tinggi menyebabkan gangguan kesehatan terutama sangat
air tanah, pengisian kembali, jenis akuifer, jenis tanah, berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Kandungan nitrat lebih
kemiringan lereng, dampak zona tak jenuh dan dari 10 mg/l dapat menyebabkan penyakit
konduktifitas hidrolik. Hasil dari perhitungan DRASTIC Methemolobinemia pada bayi. Bila kandungan nitrat dalam
kerentanan air tanah dapat digolongkan menjadi tiga air minum pada tingkat 100-200 mg/l menyebabkan
bagian yaitu rendah sedang dan tinggi. Potensi penyakit kanker.
pencemaran rendah meliputi 66,68395 atau seluas
17770,717135 Ha sedangkan potensi pencemaran sedang Untuk itu diperlukan suatu penelitian guna mengetahui
menempati sekitar 31,55533 % atau seluas 8409,130617 seberapa besar kandungan nitrat terutama pada air tanah,
Ha sedangkan potensi pencemaran yang tinggi meliputi dengan melakukan pengambilan conto air dari sumur
1,760717 % atau seluas 469,242438 Ha wilayah kota penduduk. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
kendari. Dari hasil analisis laboratorium kadar nitrat mengkaitkan jumlah pendudu dan geologi setempat dengan
daerah penelitian termasuk dalam golongan rendah yaitu besaran kandungan nitrat di kota Kendari sehingga dapat
0,85-1,35. diketahui sejauh mana kegiatan manusia telah
mempengaruhi kondisi kualitas air tanah.
Kata Kunci : air tanah, nitrat, polutan, DRASTIC
Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah terkait dengan
Pendahuluan bagaimana kondisi hidrogelogi ini bersifat kualitatif,
bagaimana tingkat kerentanan air tanah terhadap
Kerentanan air tanah terhadap pencemaran terdiri dari dua pencemaran polutan nitrat. Tujuan dari penelitian ini
macam yaitu kerentanan intrinsik dan kerentanan spesifik. Untuk mengetahui kondisi hidrogelogi yang bersifat
Kerentanan air tanah secara intrinsik dipengaruhi oleh kualitatif, Untuk mengetahui tingkat kerentanan air tanah
kondisi fisik daerahnya saja, sedangkan kerentanan air terhadap pencemaran polutan nitrat.
tanah secara spesifik dipengaruhi oleh kondisi non fisik
seperti aktivitas manusia sebagai sumber pencemaran.
Berbagai macam aktivitas dari manusia yang dapat Data dan Metoda
menyebabkan pencemaran misalnya penggunaan lahan
seperti permukiman, pertanian, bangunan, dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan data sekunder.
Pertambahan jumlah penduduk akhir-akhir ini kian pesat Metode yang digunakan adalah:
terjadi di Indonesia termasuk di wilayah Kota Kendari. 1. Analisis spasial berdasarkan metode DRASTIC.
Bertambahnya jumlah penduduk akan diiringi dengan 2. Analisis laboratorium berupa analisis kualitas air.

102
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisi spasial data sekunder dengan tahapan Tabel 3. Media akuifer


identifikasi parameter meteorologi dan hidro geologi yang No Media Akuifer Rating
di butuhkan untuk perhitungan metode DRASTIC, antara
lain: kedalaman air tanah, curah hujan, tekstur tanah, 1 Mass ive Shalle 2
jenis media akuifer, topo grafi, jenis material penyusunan 2 Batuan Metamorf 3
zona fadose dan konduktifitas hidrolik Indeks DRASTIC
untuk suatu area dihitung dengan persamaan berikut: Batuan Metamorf yg mengala mi
3 4
DI = Dr Dw + Rr Rw + Ar Aw + Sr Sw + Tr pelapukan
Tw + Ir Iw + Cr Cw. 4 Glac ia l T ill 6
Subskrip R dalam persamaan di atas menunjukkan Bedded Sands tone,lapis an
peringkat nilai untuk masing-masing faktor dalam area 5 batukapur dan shale saling 6
yang ditinjau sedangkan subskrip W menunjukkan bergantian
6 Batu Pas ir Mass ive 6
peringkat nilai kepentingan untuk masing-masing faktor.
7 Pas ir dan Ke rikil 8
Analisa laboratorium digunakan untuk menganalisis 8 Bas alt 9
sampel air yang mengandung nitrat dari hasil perhitungan
metode DRASTIC. 9 Kars t batu Kapur 1
0
Nilai pembobotan atau rating untuk masing- masing
Tabel 4. La ju pengis ian ke mba li curah hujan
faktor berkisar 1-10 disajikan dalam Tabel 1.1.
aran Curah
Tabel 1.Nilai Kepentingan untuk masing-masing faktor
Drastic (Alle r et al., 1987 dalam Widyastuti, 2003) 0–
Nilai atau bobot 1500 –
Faktor
Kepentingan
2000 –
Kedalala man air tanah 5
2500 –
La ju pengis ian ke mbali
4 >
(curah hujan)
Media akuifer 3
Tabel 5. Media Tanah
Media tanah 2
No Soil Media Rating
Ke miringan 1
1 Tipis atau tidak ada/ top s oil 1
Da mpak terhadap zon a fadose
5 2 Kerikil 0
(impac of the vados e zone)
Konduktifitas hidrolik a kuifer 3 Pas ir 10
3
(hidro lic conductifity) Tanah liat yang mengembang
4 9
5 Le mpung berpas ir (Sand low) 7
Kisaran Nilai Pe mbobotan Para meter Kerentanan (Aller,
et. Al, 1987 in ros en 1993 and Widyastuti, 2003) 6 Le mpung (Loa m) 5
Tabel 2. Kedala la man air tanah 7 le mpung berdebu (Silly loa m) 4
No Kisaran Kedalaman Rating
8 Le mpung berurat (Clay loa m) 3
1 0-1,5 10
Tanah liat yang tidak menyusut
2 1,5-3 9
9 (mengembangkan materia l zona tak 1
3 3,0-9 7
jenuh)
4 9,0-15 5
5 15-22 3
6 22-30 2
7 >30 1

103
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel 6. Kemiringan Lereng


No Kis aran Topografi Rating
1 0– 2 10
2 2.0 – 6 9
3 6.0 – 12 5
4 12.0 – 18 3
5 > 18 1

Tabel 7. Da mpak terhadap zone fadose (impac of the


vados e zone)
No Meterial Zona tak Jenuh Rating
1 Lanau dan le mpung 1
2 Shale 3
3 Batugamping 6
4 Batupasir 6
Bedded limes tone, batupasir,
6
5 shale

Tabel 8. Konduktifitas hidrolik a kuifer (hidro lic


conductifity)

No konduktifitas hidrolik Rating

1 1-100 1
2 100-300 2
3 300-700 4
4 700-1000 6
5 1000-2000 8
6 >2000 10

Hasil dan Diskusi

Kota Kendari terletak di 3º54‟30” – 4º3‟11” LS dan


122º23‟ – 122º39‟ BT dengan luas sekitar 295,89 km².
Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan: Kecamatan
Soropia, Kabupaten Konawe di sebelah Utara, Laut
Kendari, di sebelah Timur, Kecamatan Moramo dan
Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan di sebelah
Selatan, serta Kecamatan Ranomeeto (Kabupaten Konawe
Selatan) dan Kecamatan Sampara (Kabupaten Konawe) di Gb. 1 „peta daerah peneelitian
sebelah Barat.

104
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Pengaruh masing-masing parameter DRASTIC tingkat perhitungan DRASTIC jenis akuifer diberikan rating 6
kerentanan pencemaran dapat dilihat sebagai berikut: (peta geologi kota Kendari tahun 2012).

1. Kedalaman air tanah 4. Media tanah


Kedalaman air tanah akan berpengaruh terhadap lama waktu Tanah mempunyai dampak yang langsung dan sangat
yang dibutuhkan oleh kontamian untuk mencapai muka air signifikan dari jumlah recharge air yang meresap
tanah. Semakin dalam muka air tanah maka potensi kedalam tanah hingga mencapai muka air tanah dan juga
kontaminasi air tanah akan semakin kecil, begitu juga mempengaruhi pergerakan kontaminan. Kemampuan
sebaliknya bila muka air tanah semakin dangkal maka dari material tanah dengan tekstur yang halus, seperti
potensi kontaminasi air tanah akan semakin besar. lanau dan lempung, dapat menambah permeabilitas tanah
sehingga akan membatasi pergerakan kontaminan.
Kedalaman air tanah pada daerah penelitian terbagi atas, air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal Berdasarkan peta jenis tanah kota Kendari tahun 2007
terdiri dari daerah rawan pasang surut yaitu daerah dengan material tanah pada daerah penelitian terdiri dari 6 jenis
kedalaman air tanah < 3 meter dengan potensi aquife tanah yaitu aluvial, gleisol, kambisol, litosol, dan
sedang Q=5ltr/dtk, pada kedalaman ini diberi rating 9. mediteran. Dalam DRASTIC jenis tanah aluvial diberi
Daerah dengan kedalaman air tanah 3-10 m dengan potensi rating 7, jenis tanah gleysol diberi rating 6, jenis tanah
aquifer sedang Q=3-5 ltr/dtk diberi rating 7. Air tanah kambisol diberi rating 7, jenis tanah mediteran diberi
dalam berkisar >10 m dengan potensi aquifer sedang rating 3 dan jenis tanah podsolik diberi rating 5 (peta jenis
rendah Q=1 ltr/dtk, diberi rating 5, potensi aquifer rendah tanah kota Kendari tahun 2012).
setempat Q=1 ltr/dtk diberi rating 2, dan potensi aquifer
rendah sampai sedang Q=1-3 ltr/dtk diberi rating 1 (peta 5. Kemiringan Topografi
hidrologi kota Kendari tahun 2012). Topografi tergantung pada kelerengan. Setiap permukaan
tanah mempunyai kelerengan yang bervariasi. Topografi
2. Laju pengisian air kembali / Curah hujan membantu dalam mengontrol kontaminan mengalir atau
Jumlah curah hujan menggambarkan jumlah dari air yang ditahan di permukaan. Kelerengan yang mempunyai
meresap ke dalam tanah dan mencapai muka air tanah. potensi besar bagi kontaminan untuk meresap akan
Curah hujan tersebut mengontrol volume air yang berasosiasi dengan potensi pencemaran air tanah yang
mengandung kontaminan tertransport pada daerah atau lebih besar. Semakin curam kelerengan maka jumlah run
jenuh maupun tak jenuh air. Secara umum, bila jumlah off akan semakin besar sehingga air terkontaminasi
curah hujan semakin besar maka potensi kontaminasi air yang meresap kedalam tanah dan mencapai muka air
tanah akan semakin besar, begitu juga sebaliknya jika tanah atau lapisan akuifer juga akan berkurang. Suatu
jumlah curah hujan semakin sedikit maka potensi daerah dengan kelerengan yang landai akan menyebabkan
kontaminasi air tanah akan semakin kecil. air tertahan di permukaan sehingga air
terkontaminasi akan lebih berpotensi untuk meresap dan
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mencemari air tanah.
Maritim kota Kendari, rata-rata curah hujan kota Kendari
dari tahun 2013-2015 adalah 1.106 mm yang termasuk Kemiringan topografi daerah penelitian berkisar antara 0-3
dalam kategori rendah. Dalam DRASTIC diberi rating 2. % diberi rating 10, kemiringan lereng 3-8 diberi rating 9,
kemiringan lereng 8-15 diberi rating 5 dan > 15 diberi
3. Media penyusun akuifer rating 1 (peta lereng kota Kendari tahun 2012).
Media akuifer mempengaruhi jumlah dari material
permukaan yang terkontaminasi dalam menembus lapisan 6. Media fadose zone
akuifer. Rute dimana kontaminan akan mengalir Jenis dari zona tidak jenuh air (fadose zone) ditentukan
tergantung dari sifat fisik dari media akuifer, yaitu retakan, berdasarkan karakteristik dari material, termasuk jenis
porositas atau permeabilitas. Semakin besar kemampuan dan batas tanah serta batuan dibawah muka air tanah.
akuifer untuk menahan kontaminan maka waktu tempuh Material tersebut nantinya akan menjadi media yang
pergerakan kontaminan akan semakin lama sehingga mengontrol arah maupun panjang lintasan yang
potensi kontaminasi air tanah akan semakin kecil. menyebabkan waktu dapat berkurang dan kuantitas dari
material juga akan semakin kecil. Arah lintasan sangat
Media penyusun akuifer terdiri dari batupasir, lempung, tergantung dari banyaknya retakan yang ada, selain itu
batugamping, konglomerat dan endapan alluvium serta juga adanya pengaruh dari faktor permeabilitas tanah
sisipan serpih dan kuarsit. Batupasir membentuk akuifer dan juga kedalaman dari muka air tanah. Dalam
utama pada daerah penelitian, dan endapan aluvium DRASTIC media zona tidak jenuh diberikan rating 1-6.
terdapat pada sepanjang aliran sungai Wanggu. Dalam

105
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

7. Daya konduktifitas hidrolik


Daya konduktifitas hidrolik bergantung pada tipe batuan
pada daerah penelitian (putrantoTT dkk 2008). Batupasir
kuarsa memiliki rentan antara 50-100, batu gamping 300-
1000, dan Batulempung 2-20, batupasir berkwarsa 300-
1000 ( Astier 1971). Dalam DRASTIC daya
konduktifitas hidrolik diberi rating 1-6.

8. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk tidak termasuk dalam perhitungan
DRASTIC, namun sangat mempengaruhi dalam kondisi
pencemaran air tanah. Semakin tinggi jumlah penduduk
suatu tepat maka semakin tinggi potensi pencemran, dan
semakin rendah jumlah penduduk maka semakin kecil pula
potensi pencmaran. Jumlah penduduk kota Kendari

9. Tata guna lahan


Tataguna lahan juga tidak termasuk dalam perhitungan
DRASTIC, namun parameter ini juga sangat
mempengaruhi dalam resiko pencemaran. Tingkat resiko
pencemaran dapat dilihat dari tataguan lahan suatu daerah.
Tataguna lahan pemukiman memilki potensi pencemaran
yang tinggi, sedngkan tataguna lahan hutan memiliki
potens yang rendah bahkan berpotensi untuk tidak tercemar
(peta tataguna lahan kota Kendari tahun 2012).

Dari hasil analisis spasial parameter DRASTIC dapat


damasukan dalam pengkelasan kriteria tingkat pencemaran
kerentanan air tanah sebagai berikut:

Tingkat Indeks DRASTIC


Kerentanan
Rendah 1-100
Sedang 100-140
Tinggi 140-200
Sangat tinggi >200

Dari perhitungan seluruh indeks DRASTIC memiliki nilai


indeks 84-160 maka tingkat pencemaran daerah penelitian
terbagi atas tiga golongan yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Tingkat kerentanan yang tinggi menempati wilayah
1,760717 % dari daerah penelitian yang meliputi sebagian
kecil kecamatan mandonga kambu dan poasia. Tingkat
kerentanan yang tinggi selain dari DRASTIC juga di
pengaruhi oleh kepadatan penduduk dan tataguna lahan.
Tingkat kerentanan yang sedang menempati sekitar
31,55533 % dari daerah wpenelitian yang tersebar di
hampir seluruh kcamatan kota Kendari sedangkan tingkat
kerentanan rendah menempati 66,68395 % dari daerah
penelitian juga tersebar di seluruh kecamatan kota Kendari. Gb 2. Gambar 1.2 Peta kerentanan air tanah kota Kendari

106
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dalan peta kerentanah air tanah daerah penelitian sedang (101-140) rentan tinggi (>100). Kualitas
memperlihatkan kontaminasi air tanah tepi dangkal lebih hidrologi dari hasil uji sampel air sumur
besar bila dibandingkan dengan air tanah tepi dalam. memperlihatkan kandungan nitrat pada air sumur
Selain itu semakin bertambahnya jumlah penduduk yang daerah penelitian 0,85-1,35 mg/l, masih
padat dan tata guna lahan yang pemukiman memiliki tergolong batas normal atau dapat di komsumsi
potensi pencemaran yang sedang sampai tinggi. 2. Metode DRAS TIC dapat digunakan untuk
mengenali daerah yang rentan terhadap
Untuk mengetahui adanya polutan nitrat dalam daerah pencemaran, mesk ipun tidak dapat menunjukk an
penelitian dilakukan uji laboratoium sampel air pada karakteristik masing- masing zat pencemar.
daerah-daerah yang tercemar.

Pustaka
Tabel 1 hasil analisis laboratorium
Alfiyan, M. (TT). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik
Universitas S ultan Ageng Tirtayasa. SSN 1410-
6086. SSN 1410-6086
Astier, J.L. 1971. Masson & Cie, Editeur paris
Kuswoyo, B., Putranto T.T, 2008. Vol. 29 No. 2 Tahun
2008, ISSN 0852-1697
Manampiring, A.E. 2009. Karya Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Universitas Samratulangi Manado.
Min, J-H., Seong, T. Y., Kangjoo, K., Hyoung, S. K
dan Dong, J. K., 2003. Hydrological
Processes. 17. 1197-1211. John Wiley &
Sons, Ltd.
Dari hasil uji sampel diatas dapat di ketahui bahwa Notodarmojo, S., 2005. Penerbit ITB. Bandung.
kandungan nitrat yang terkandung dalam 15 sampel air Suherman D.,S udaryanto. 2008. Riset Geologi dan
yang diteliti yaitu 0,85-1,35 mg/l dikategorikan pada batas Pertambangan. Vo l. 18 No 2, 61-68
normal atau dapat di komsumsi. Hal ini berdasarkan pada Umezawa, Y., Hosono, T., Onodera, S., Siringan, F.,
peraturan mentri kesehatan R.I No Delino m, M. R., dan Taniguchi. 2007. LIPI
:416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa persyaratan kualitas Press
air bersih dan kualitas air minum, kadar Nitrat maksimum Widyastuti, dkk. 2006. Majalah Geografi UGM.
yang diperbolehkan yaitu 10 mg/l. Yogyakarta.

Ucapan Terima

Kesimpulan Ucapan terimakasih kepada yang sebesar-besarnya kepada


tim kelompok atas kerja samanya. Kepada bapak Erwin
1. Tingkat kerentanan pencemaran airtanah pada Anshari Ssi, M.Eng atas bimbinganya dalam
daerah penelitian mempunyai indeks DRAS TIC= terselesaikanya tulisan ini. Kepada anggota Ekstension
84-144 dengan pembagian tingkat Joint yang tidak saya sebutkan nama-namanya terimakasih atas
kerentanan yaitu rentan rendah (0-100) rentan dukungan dan bantuanya.

107
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

MENGANALISIS HUBUNGAN DATA EQUATORIAL SOUTHERN OSCILLATION INDEX


(SOI) DENGAN DATA TEKANAN PERMUKAAN LAUT DI INDONESIA, DARWIN, TAHITI,
DAN EQUATORIAL TIMUR PASIFIK
(STUDI KASUS: DATA SEA LEVEL PRESSURE (SLP) DAN SOUTHERN OSCILLATION INDEX
(SOI) MILIK NOAA)

Johanes Gedo Sea(1), Yawan Baso Pata(2), Muhammad Arif(3), Muhammad Faizal Addi(4)
(1),(2),(3),(4)
Geophysics of Hasanuddin University
(1)
johanesgedosea@gmail.com, (2)yawanbp2@gmail.com, (3)arif.geofisika@gmail.com, (4)faizal.addi@gmail.com

Sari memberikan nama Southern Oscillation (SO). Beberapa


komponen dari Southern Oscillation adalah tekanan
Telah dilakukan penelitian yang menghubungkan antara permukaan laut (Sea Level Pressure (SLP)) dan suhu
Equatorial Southern Oscillation Index (SOI) dengan permukaan laut (Sea Surface Temperature (SST)). Suhu
tekanan permukaan laut (Sea Level Pressure (SLP)) di permukaan laut yang tinggi di bagian timur ekuator
Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik Pasifik sering terjadi bersama-sama dengan tekanan
dari data milik NOAA. Data tersebut dianalisis permukaan laut yang rendah, dan sebaliknya (Zelle,
menggunakan analisis statistik Correlation, Regresi Linear, 2005). Istilah El Nino sekarang digunakan untuk
menunjukkan fase osilasi dimana SST di bagian timur
dan model estimasi parameter secara linear dan kuadratik.
ekuator Pasifik tinggi, dan SLP rendah. La Nina
Hasil yang diperoleh pada analisis Correlation dan Regresi digunakan untuk menunjukkan fase yang berlawanan,
Linear menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan lebih dingin dari rata-rata SST dan lebih tinggi
antara data tekanan permukaan laut di Indonesia, Darwin, dari rata-rata SLP di bagian timur ekuator Pasifik (Zelle,
Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik terhadap data 2005). Pola perubahan SLP dari ekuator Pasifik ini akan
Equatorial Southern Oscillation Index (SOI). Model mempengaruhi tekanan permukaan laut di Darwin dan
estimasi parameter secara linear dan kuadratik dilakukan Tahiti serta anomali tekanan permukaan laut di Indonesia.
pada masing-masing data tekanan permukaan laut di
Xin Li (1997) mengatakan bahwa simulasi anomali tekanan
keempat stasiun tersebut terhadap data Equatorial SOI.
permukaan laut baik pada Tahiti dan Darwin realistis
Hasil yang diperoleh adalah model secara linear lebih baik dibandingkan dengan pengamatan. Hal ini terungkap,
menunjukkan kecenderungan data SLP terhadap data bagaimanapun, bahwa respon aktivitas konveksi simulasi
Equatorial SOI. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh SLP untuk periode hangat dari El Nino terlalu lemah di bagian
terhadap SOI lebih dominan dibandingkan dengan atas Timur Pasifik tropis. Variasi tekanan permukaan laut
pengaruh lainnya. Tahiti kemudian berkorelasi kurang baik dengan anomali
Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature) dan
Kata kunci : Tekanan Permukaan Laut (Sea Level Pressure Pulau Paskah, yang terletak di sebelah timur Tahiti, harus
(SLP)), Indonesia, Darwin, Tahiti, Equatorial Timur memberikan hasil yang lebih baik.
Pasifik

Pendahuluan Tekanan Permukaan Laut (Sea Level


Pressure)
Salah satu sumber yang paling menonjol dari variasi
tahunan pada cuaca dan iklim di seluruh dunia adalah
ENSO (El Nino Southern Oscillation) (Trenberth dan
Caron, 2000). Keberadaan tak menentu tekanan
permukaan pada skala global pertama kali diisyaratkan
pada tahun 1800-an, tetapi Walker dan Bliss (dalam
Gambar 1 Wilayah ENSO (NOAA, 2016)
Trenberth dan Caron, 2000) yang medokumentasikan
karakteristik dan tingkat tekanan permukaan laut serta
perubahan terkait dalam suhu dan curah hujan, kemudian Xin Li (1997) menerangkan lebih jauh bahwa anomali
tekanan permukaan laut (SLP) di Darwin berkorelasi

108
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

positif dengan indeks SST (Sea Surface Temperature) dan Regresi Linear menggunakan SPSS. Analisis
Nino-3 dan di Tahiti berkorelasi negatif dengan indeks Correlations dan Regresi Linear bertujuan untuk
SST (Sea Surface Temperature) Nino-3. Koefisien mengetahui pengaruh signifikan data SLP di Indonesia,
Korelasi rata-rata masing-masing adalah 0,71 untuk Tahiti Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik terhadap data
dan 0,75 untuk Darwin. Zelle juga menambahkan bahwa Equatorial SOI. Selain itu juga, analisis Regresi bertujuan
pola anomali SLP terkait dengan El Nino dapat untuk memprediksi data Equatorial SOI berdasarkan data
divisualisasikan dengan menghitung korelasi antara SLP SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur
dan indeks Nino 3.4. Perbedaan tekanan antara Pasifik Pasifik.
khatulistiwa barat dan timur terlihat jelas. Untuk
mendapatkan indeks SLP yang mirip dengan indeks Nino Pada analisis statistik ini, hipotesis yang dilakukan
3.4, perbedaan normalisasi antara tekanan permukaan laut menggunakan asumsi H0. H0 adalah terdapat hubungan
normal di Darwin dan Tahiti dihitung. Kedua stasiun yang signifikan antara data SLP di Indonesia, Darwin,
tersebut dipilih karena panjang timeseries homogen pada Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik terhadap data
SLP yang tersedia. Timeseries yang dihasilkan disebut Equatorial SOI. Pengambilan keputusan analisis adalah
dengan Southern Oscillation Indeks (SOI). sebagai berikut.
 Jika nilai Signifikan (Sig.) > 0.05 maka H0 ditolak
Ausloos dan Ivanova (2013) melaporkan bahwa jarak  Jika nilai Signifinan (Sig.) < 0.05 maka H0 diterima
korelasi ada di antara fluktuasi dari SOI (Southern Gambaran umum dari data yang akan dianalisis dapat
Oscillation Index), misalnya Tekanan permukaan laut. dilihat pada Tabel 1.
Skala besar variasi frekuensi rendah dari wilayah tekanan
permukaan laut global yang bertanggung jawab untuk
memprediksi tekanan permukaan laut mengharuskan model Tabel 1 Gambaran umum data
statistik. Ausloos dan Ivanova menyatakan bahwa model
statistik diperlukan untuk menjawab variasi perubahan
tekanan permukaan laut. Dengan mengetahui perubahan
tekanan permukaan laut maka dapat diketahui juga
perubahan Southern Oscillation.

Pengambilan dan Analisis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data Equatorial SOI dan Data SLP di
Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik
diperoleh dari situs resmi NOAA yaitu
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/. Data SLP dan
SOI yang diperoleh dan dianalisis adalah data harian selama
64 tahun dari tahun 1951 sampai dengan tahun 2015. Data
Equatorial SOI akan dianalisis hubungannya dengan data
SLP pada keempat wilayah yaitu Indonesia, Tahiti, Darwin,
dan Equatorial Timur Pasifik.

Hasil dan Pembahasan


Hasil korelasi antara data Equatorial SOI dengan data SLP
di Indonesia, Darwin, Tahiti dan Equatorial Timur pasifik
dapat dilihat pada Tabel 2. Pearson Correlation antara data
Equatorial SOI dan SLP di Indonesia adalah -0.726
dengan nilai signifikan 0.00 < 0.05. Data Equatorial SOI
dan SLP di Indonesia berkorelasi negatif dengan tingkat
korelasi yang signifikan berada pada level 0.01. Perarson
Gambar 2 Lokasi stasiun pengamatan NOAA (NOAA, Correlation antara data Equatorial SOI dan SLP di Darwin
2016) adalah -0.587dengan nilai signifikan 0.00 < 0.05. Data
Equatorial SOI dan SLP di Darwin berkorelasi negatif
Untuk menganalisis data, dilakukan analisis Correlations
dengan tingkat korelasi yang signifikan berada pada level

109
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

0.01. Pearson Correlation antara data Equatorial SOI dan


SLP di Tahiti adalah 0.650 dengan nilai signifikan 0.00 <
0.05. Terdapat korelasi positif antara data Equatorial SOI
dan data SLP di Darwin dengan tingkat korelasi yang
signifikan berada pada level 0.01. Pearson Correlation
antara data Equatorial SOI dan SLP di Equatorial Timur
Pasifik adalah 0.743 dengan nilai signifikan 0.00 < 0.05.
Terdapat korelasi positif antara data Equatorial SOI dan
SLP di Equatorial Timur Pasifik dengan tingkat korelasi
yang signifikan berada pada level 0.01. Hasil korelasi data
SLP ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara Gambar 6 Variance data Equatorial SOI dan SLP di
perubahan SLP terhadap SOI di wilayah Pasifik. Equatorial Eastern Pacific tahun 1951 -2015
Gambar 3, 4, 5, dan 6 masing-masing memperlihatkan
variance data antara data Equatorial SOI dengan data SLP
di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik

Tabel 2. Hasil Korelasi Data Equatorial SOI, SLP di


Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik.

Gambar 3 Variance data Equatorial SOI dan SLP di


Indonesia tahun 1951 – 2015

Hasil dari regresi linear dari data Equatorial SOI dan SLP
Gambar 4 Variance data Equatorial SOI dan SLP di di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik
Darwin tahun 1951 - 2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Data Equatorial SOI merupakan
variabel dependen dan data SLP di Indonesia, Darwin,
Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik merupakan variabel
independen. Nilai korelasi (R) antara data Equatorial SOI
dan SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial
Timur Pasifik adalah 0.999. Koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.998. Nilai determinasi ini secara tidak langsung
mengatakan bahwa pengaruh SLP di wilayah Indonesia,
Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik terhadap SOI
di Equatorial Pasifik adalah sebesar 99.8% dan 0.02%
dipengaruhi oleh hal lain. Nilai Signifikan (Sig) dari tabel
ANOVA adalah 0.000 < 0.05 yang menyatakan bahwa
Gambar 5 Variance data Equatorial SOI dan SLP di terdapat korelasi antara data Equatorial SOI dengan data
Tahiti tahun 1951 -2015 SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur
Pasifik. Pada Tabel Coefficient, nilai konstanta yang
diperoleh adalah 0.002 dengan standarisasi error 0.002.
Koefisien dari data SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan
Equatorial Timur Pasifik masing-masing adalah -0.610, -
0,003, 0.002, dan 0.614. Standarisasi error pada keempat

110
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

data SLP tersebut adalah 0.002. Secara matematis dapat


dituliskan sebagai berikut.

( )

Dimana y adalah data Equatorial SOI, a adalah data SLP di


Indonesia, b adalah data SLP di Equatorial Timur Pasifik, c
adalah data SLP di Darwin, d adalah data SLP di Tahiti,
dan t adalah waktu dalam hari. Persamaan ini dapat
digunakan untuk memprediksi SOI di wilayah Equator
Pasifik berdasarkan data SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti,
dan Equatorial Timur Pasifik.

Tabel 3. Hasil Korelasi Data Equatorial SOI, SLP di


Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik.
Gambar 7 Histogram Hasil analisis regresi linear
Gambar 8 Probabilitas Normal data SLP di
dimana Equatorial SOI sebagai variabel dependen
Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur
Pasifik terhadap Data Equatorial SOI

Setelah dilakukan analisis regresi linear, dapat terlihat


adanya hubungan yang signifikan antara data Equatorial
SOI dengan data SLP di Indonesia, Darwin, Tahiti, dan
Equatorial Timur Pasifik secara keseluruhan. Tahap
berikutnya adalah menganalisis estimasi data Equatorial
SOI berdasarkan masing-masing data SLP dari keempat
lokasi tersebut. Estimasi dan pemodelan ini dilakukan
secara linear dan kuadratik untuk membandingkan hasil
secara linear dan secara kuadratik.

Hasil estimasi dan pemodelan pada masing- masing data


SLP terhadap Equatorial SOI adalah sebagai berikut. Tabel
4 menunjukkan model dan parameter estimasi data SLP di
Indonesia terhadap data Equatorial SOI secara linear dan
kuadratik. Hasil pemodelan secara linear adalah:

( )

Hasil pemodelan secara kuadratik adalah:

( )

Gambar 9 menunjukkan kurva estimasi dari pemodelan


data Equatorial SOI dari data SLP di Indonesia. Dari kurva
tersebut terlihat bahwa model secara linear lebih baik
menunjukkan kecenderungan data daripada model
kuadratik.

111
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel 4. Ringkasan Model dan Parameter Estimasi Linear Tabel 5. Ringkasan Model dan Parameter Estimasi Linear
dan Kuadratik data Equatorial SOI dari data SLP di dan Kuadratik data Equatorial SOI dari data SLP di
Indonesia Darwin

Gambar 9. Kurva estimasi data Equatorial SOI dari data


Gambar 10. Kurva estimasi data Equatorial SOI dari data
SLP di Indonesia (garis putus-putus adalah model
SLP di Darwin(garis putus-putus adalah model kuadratik)
kuadratik)

Tabel 5 menunjukkan model dan parameter estimasi data


SLP di Darwin terhadap data Equatorial SOI secara linear Tabel 6 menunjukkan model dan parameter estimasi data
dan kuadratik. Hasil pemodelan secara linear adalah: SLP di Tahiti terhadap data Equatorial SOI secara linear
dan kuadratik. Hasil pemodelan secara linear adalah:
( )
( )
Hasil pemodelan secara kuadratik adalah:
Hasil pemodelan secara kuadratik adalah:
( )
( )
Gambar 10 menunjukkan kurva estimasi dari pemodelan
data Equatorial SOI dari data SLP di Darwin. Dari kurva Gambar 11 menunjukkan kurva estimasi dari pemodelan
tersebut terlihat bahwa model secara linear lebih baik data Equatorial SOI dari data SLP di Tahiti. Dari kurva
menunjukkan kecenderungan data daripada model tersebut terlihat bahwa model secara linear lebih baik
kuadratik menunjukkan kecenderungan data daripada model
kuadratik

112
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel 6. Ringkasan Model dan Parameter Estimasi Linear Tabel 7. Ringkasan Model dan Parameter Estimasi Linear
dan Kuadratik data Equatorial SOI dari data SLP di Tahiti dan Kuadratik data Equatorial SOI dari data SLP di
Equatorial Timur Pasifik

Gambar 12. Kurva estimasi data Equatorial SOI dari data


SLP di Equatorial Timur Pasifik(garis putus-putus adalah
model kuadratik)
Gambar 11. Kurva estimasi data Equatorial SOI dari data
SLP di Tahiti(garis putus-putus adalah model kuadratik)

Tabel 7 menunjukkan model dan parameter estimasi Kesimpulan


data SLP di Tahiti terhadap data Equatorial SOI secara
linear dan kuadratik. Hasil pemodelan secara linear adalah: Dari hasil analisis correlation, regresi linear, dan penentuan
parameter estimasi data, dapat disimpulkan bahwa terdapat
( ) hubungan yang sangat signifikan antara data SLP di
Indonesia, Darwin, Tahiti, dan Equatorial Timur Pasifik
Hasil pemodelan secara kuadratik adalah: terhadap Data Equatorial SOI. Dari hasil regresi linear juga
menunjukkan bahwa pengaruh SLP terhadap SOI di
( ) Equatorial lebih tinggi dibandingkan pengaruh lainnya.
Tetapi hal ini harus dibuktikan lebih lanjut berdasarkan
Gambar 12 menunjukkan kurva estimasi dari pemodelan data SST (Sea Surface Temperature), yang menjadi salah
data Equatorial SOI dari data SLP di Tahiti. Dari kurva satu unsur SOI, atau data-data lainnya pada keempat
tersebut terlihat bahwa model secara linear dan kuadratik stasiun tersebut.
sama-sama menunjukkan kecenderungan data.
Pustaka
Ausloos, M. dan K. Ivanova. 2013. Power Law
Correlations in the Southern Oscillation Index
Fluctuations Characterizing El Nino. Pennsylvania
State University: USA
National Oceanic and Atmospheric Administration
(NOAA)

113
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

(http://www.cpc.ncep.noaa.gov/data/indices/). Diakses Ucapan Terima Kasih


pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
Trenberth, Kevin E dan Julie M. Caron. 2000. The Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Institusi NOAA
Southern Oscillation Revisited: Sea Level Pressure, yang telah mempublikasikan data SLP secara online serta
Surface Temperature, and Precipitation. National memberi izin penggunaan data yang dapat digunakan untuk
Center for Atmospheric Research, Boulder: Colorado. penelitian, kepada teman-teman Himafi FMIPA Unhas
Xin Li, Zhao. 1998. Ensemble Atmospheric GCM Angkatan 2012 yang telah meendukung penulis, Dosen
Simulation of Climate Interannual Variability from Geofisika FMIPA Unhas yang telah membekali Penulis,
1979 to 1994. Laboratoire de Meteorologie dan Panitia Seminar Nasional Geofisika 2016 yang telah
Dynamique, Centre National de la Recherche memfasilitasi Penulis dalam penerbitan makalah.
Scientifique, Ecole Normale Superiqure, Paris: France.
Zelle, Hein Dani ̈ l. 1975. On The Evolution of Sea Surface
Temperature in the tropical Pacific.

114
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Analisis Sinyal dari Gempa Tornilo di Gunung Papandayan Periode Bulan April-Mei 2013
Muhammad Alfauzi1, Muh. Hamzah2, Bambang Hari Mei2, Hetty Triastuty3
1
Mahasiswa Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
2
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin,
3
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

Sari Pendahuluan
Gunung Papandayan merupakan salah satu gunungapi aktif
di pulau Jawa yang memiliki bentuk strato-campuran. Gunung Papandayan adalah salah satu gunungapi yang
Aktifitas gunungapi yang berpotensi menimbulkan memiliki bentuk strato-campuran dengan ketinggian 2665
ancaman berupa erupsi freatik. Erupsi ini disebabkan oleh mdpl yang berada di kabupaten Garut provinsi Jawa Barat.
adanya fluida yang berhubungan langsung dengan magma. Gunungapi ini termasuk dalam kategori tipe A yaitu
Perkiraan massa jenis fluida yang terkandung dalam sistem Gunungapi yang pernah meletus pada tahun 1600. Erupsi
hidrothermal Gunungapi Papandayan dilakukan dengan yang pernah terjadi di Gunungapi Papandayan tercatat pada
menggunakan estimasi spektral. Penelitian dilakukan pada tahun 1772 yang mengakibatkan korban jiwa sekitar dua
periode April-Mei 2013 untuk menganalisis gempa ribu jiwa dan melenyapkan banyak perkampungan di
Tornillo/monokromatik. Berdasarkan data rekaman seismik sekitar wilayah gunung Papandayan. Jenis erupsi yang
gunung Papandayan yang telah diseleksi menggunakan LS7 terdapat pada gunungapi ini yaitu erupsi freatik, dimana
WVE, terdapat 25 kejadian gempa Tornillo/monokromatik erupsi freatik terjadi karena adanya air tanah, air danau
yang tercatat pada 2 stasiun. Nilai frekuensi dominan (kawah), atau air hujan yang menyentuh magma di dalam
gempa Tornillo/monokromatik berkisar antara 1.3-4.9 Hz bumi, sehingga membentuk uap panas bertekanan tinggi
untuk stasiun 010h dan 1.3-9.8 Hz untuk stasiun 011h. yang akhirnya menjebol penghalang di atasnya. Salah satu
Adapun nilai massa jenis fluida gempa Tornillo/ gempa yang memungkinkan terjadinya erupsi freatik yaitu
monokromatik untuk stasiun 010h adalah 0.054 x 10 3-0.22 tercatat sebuah gempa Tornillo/monokromatik.
x 103 kg/m3 dan untuk stasiun 011h adalah 0.057 x 103-
0.327 x 103 kg/m3. Berdasarkan hasil penelitian, Gempa Tornillo/Monokromatik
disimpulkan bahwa pengaruh Gempa Tornillo/ Gempa Tornillo/monokromatik pada umunya terjadi pada
monokromatik pada periode April-Mei 2013 disebabkan gunung api yang berada pada wilayah sesar tepatnya pada
adanya fluida berupa Gas-Uap Air. zona rekahan dangkal (shallow fracture Zone) sebagaimana
Kata Kunci: Gunungapi Papandayan, Gempa yang diilustrasikan pada gambar 1 dimana lokasi hiposenter
Tornillo/monokromatik, Massa jenis fluida dari Gempa ini ditandai dengan garis putus-putus yang
menunjukkan zona rekahan (fracture zone), dan garis lurus
Abstract adalah sesar normal (Normal fault). Gempa
Papandayan Volcano is one of the active volcanos in Java Tornillo/monokromatik terjadi karena adanya rekahan pada
island that has strato-mix form. Vulcanic activity of sesar normal (Gambar 1) dimana rekahan tersebut
Papandayan can occur Phreatic eruption. The eruption is mengalami getaran karena terisi oleh fluida yang pada
caused by presence fluid which directly related to magma. akhirnya merupakan bagian coda (coda part) dari Gempa
Density estimate of the fluid contained in Papandayan ini (Leovina dkk, 2014).
hydrothermal system Papandayan has done by using
spectral estimation. The research has conducted since
April-May 2013 to analize Tornillo/monochromatic
earthquake. Based on seismic recording data that have been
selected using LS7 WVE, There are 25 event recorded at 2
station. Dominant frequency of tornillo earthquake around
1.3-4.9 Hz in station 010h and 1.3-9.8 Hz in station 011h.
The density of the Tornillo Earthquake fluid for the station
010h is 0.054 x 103-0.22 x 103 kg/m3 and for the station
011h is 0.057 x 103-0.327 x 103 kg/m3. Result of the (a) (b)
research concluded that Tornillo earthquake in April-May Gambar 1 Ilustrasi Penyebab Gempa
2013 is caused by fluid as Gas-Steam. Tornillo/Monokromatik
Keyword : Papandayan Volcano, Tornillo/Monochromatic (Triastuty dalam Leovina dkk, 2014)
Earthquake, Fluid Density

115
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa


rekaman gelombang Gempa pada dua stasiun di Gunungapi
Papandayan dalam kurun waktu April-Mei 2013.

Analisis Waveform dan Analisis Spektral


Analisis Waveform bertujuan untuk mengetahui durasi
gempa yang selanjutnya akan dilakukan pemotongan data
sesuai dengan panjang gelombang atau sepanjang durasi
gempa tornillo/monokromatik, hal ini dilakukan dengan
menggunakan LS7 WVE. Adapun analisis spektral
dilakukan untuk mengetahui lebar dari setengah frekuensi Gambar 2 Frekuensi Dominan Gempa
tertinggi dan frekuensi dominan untuk setiap gempa yang Tornillo/monokromatik periode April-Mei 2013
telah diidentifikasi.
Grafik pada gambar 2 menunjukkan rentang nilai frekuensi
Properti Akustik dari Model Rekahan pada stasiun 010h adalah 1.3-4.9 Hz dan pada stasiun 011h
berkisar 1.3-9.8 Hz. Pada grafik juga menunjukkan enam
Properti dari fluida dan padat dapat diketahui dari
titik yang memiliki nilai frekuensi dominan sama untuk
perbandingan dimensi antara /a, dan f/s. Perbandingan kedua stasiun, terjadi pada waktu 04: 01 April 2013, 13: 01
ini disebut dengan perbedaan impedansi (Impedance April 2013, 02: 04 April 2013, 17: 04 April 2013, 07: 28
contrast) antara fluida dan padat (Solid) yang sesuai dengan April 2013, dan 03: 29 April 2013. Enam titik yang
persamaan (1). memiliki nilai frekuensi dominan dijadikan dasar untuk
(1) perhitungan nilai Q faktor dan Impedansi (Z).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surono, dkk
(1998) pada Gunungapi Papandayan diperoleh nilai ɑ = 2.0 Estimasi Massa Jenis Fluida
x 103 m/s (Murase dan Birney, 1973), ρs = 2.5 x 103 kg/m3, Dari hasil analisis spektral terhadap gempa
dan α = 2.2 x 103 m/s, dimana batuan membentuk ruang tornillo/monokromatik, dilakukan perhitungan terhadap
fluida (rongga resonator). properti akustik model rekahan untuk mengetahui massa
Model dari fluid-filled-spherical-resonator dengan sebuah jenis fluida faktor terjadinya gempa tornillo/
getaran, dapat memperoleh hubungan sederhana antara Q monokromatik.
faktor dengan Impedance contrast Z fluida dan batuan (Aki
dkk, 1977).
Kejadian Gempa pada 02: 04 April 2013
(2)
Q faktor merupakan simulasi dasar dari pergerakan fluida
dalam model rekahan untuk menggambarkan resonansi
hasil sumber getaran dari sebuah gempa. Faktor kualitas (Q
Faktor) dapat dirumuskan dengan:
(3)
Dimana: f0 yaitu frekuensi yang menjadi puncak pada
sebuah spektral, dan f yaitu lebar luas bidang dari puncak
frekuensi pengukuran pada setengah amplitudo (Aki dan
Richards, 1980).

Hasil dan Pembahasan


Data gempa Tornillo yang terbaca pada software LS 7WVE
kemudian dikonversi dalam domain frekuensi, dan nilai
frekuensinya ditunjukkan pada grafik berikut: (a)

116
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

(b) (b)
Gambar 3 (a) Analisis Waveform dan (b) Analisis Spektral Gambar 4 (a) Analisis Waveform dan (b) Analisis Spektral
dari Gempa Tornillo/Monokromatik pada waktu 02: 04 dari Gempa Tornillo/Monokromatik pada waktu 03: 29
April 2013 April 2013

Pada gambar 3 menunjukkan nilai frekuensi dominan untuk Kesimpulan


kedua stasiun yaitu sebesar 4.27 Hz dan nilai massa jenis
fluida (ρf) untuk kedua stasiun yaitu = 0.057 x 103 kg/m3 - Adapun kesimpulan pada penelitian ini yaitu:
0.066 x 103 kg/m3. 1. Berdasarkan data rekaman seismik Gunungapi
Papandayan pada periode April-Mei 2013 terdapat 25
Nilai frekuensi dominan pada kedua stasiun yaitu 1.36 Hz, kejadian gempa tornillo/ monokromatik yang memiliki
dan nilai massa jenis fluida (ρf) untuk kedua stasiun yaitu rentang nilai frekuensi dominan 1,3 – 4,9 Hz untuk
0.12 x 103 kg/m3 - 0.16 x 103 kg/m3 dimana nilai ɑ = 2.0 x stasiun 010h dan 1,3 – 9,8 Hz untuk stasiun 011h.
103 m/s (Murase dan Birney, 1973), ρs = 2.5 x 103 kg/m3, Namun hanya terdapat 6 kejadian gempa tornillo/
dan α = 2.2 x 103 m/s.
monokromatik yang memiliki nilai frekuensi dominan
sama pada kedua stasiun. Frekuensi dominan dari
Kejadian Gempa pada 03: 29 April 2013 keenam gempa tersebut mempunyai rentang nilai yaitu
1.36 - 4.27 Hz.
2. Hasil perhitungan Q faktor dan Impedansi (Z) gempa
tornillo/ monokromatik dari nilai frekuensi dominan
adalah 19,6 – 79,3 dan 12,5 – 50,5 untuk stasiun 010h,
sedangkan untuk stasiun 011h adalah 13,2 – 75,5 dan
8,3 – 48,1. Dari nilai Q faktor dan Impedansi (Z)
diperoleh massa jenis fluida untuk stasiun 010h adalah
0,054 x 103 – 0,22 x 103 kg/m3 dan untuk stasiun 011h
adalah 0,057 x 103 – 0,32 x 103 kg/m3. Berdasarkan
hasil dari nilai massa jenis fluida tersebut, dapat
diketahui bahwa jenis fluida yang menyebabkan gempa
tornillo/monokromatik pada periode April-Mei 2013
adalah Uap Air dengan kandungan prensentase berkisar
(a)
6 - 42 %.

117
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Daftar Pustaka

Aki K, dan Richards, P.G. 1980. W II Freeman. San


Francisco
Aki, K., Fehler. M., dan S, Das. 1977. J.Volcanol.
Geotherm, Res., 2, 259-287.
Asmoro, P., Wachyudin, D., dan Mulyadi, E. 1989. Peta
Geologi Gunungapi Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Baptiste, T.J., Mikro, V.B., Bruce, S., dan David, W.E.
2014. AGU Publications, Journal of Geophysical
Research: Solid Earth, 8207-8222, doi:
10.1002/2014JB011263
Farmana, P.R. 2012. Skripsi. Program Studi Fisika. ITB.
Bandung.
Ferrazini, V., Chouet, B. dan Aki, K. 1990. Jour. Geophys.
Res., No 95, pp. 21,871-21,884
Kumagai, H., dan Chouet, B.A. 2000. Journal of
Geophysical Research, Vol. 105, No. B11, Pages
25,493-25,512.
Levoina, P.P., Suharno., Mulyatno, B.S., dan Kristiato.
2014. Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik.
Universitas Lampung, PVMBG.
Lourdes, N. M., A, Roberto., C, Torres., M, Diego., M,
Gómez., Patricia Cortés J, Gloria., Cepeda V, Héctor.,
Stix, John. 1996. Journal of Vulcanology and
Geothermal Research 77 (1997) 159-171
PVMBG, 2011. Data Dasar Gunungapi Indonesia (Edisi
II). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Bandung.
Sheriff, R.E dan Geldart, L.P. 1995. Cambridge University
Press. America.
Suprapto, B.M. 2009. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Surono, Triastuty, H.S., Hadayani, G., dan Kurnia, P.N.
1998. Symposium on Japan-Indonesia IDNDR Project.
Hal 137-145. Bandung.
Susilawati. 2008. Jurusan Fisika. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

118
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Sensor Pergeseran Berbasis Rugi Daya Kelengkungan pada Serat Optik Plastik untuk Deteksi
Longsor
Dwi Nurfatimah & Arifin*
Jurusan Fisika FMIPA UNHAS
*Correspondence author: arifinpide@gmail.com

Abstrak dalam sistem komunikasi. Berbagai keunggulan yang


dimiliki oleh serat optik seperti atenuasi yang rendah,
Penelitian ini merupakan studi awal perancangan sensor kecepatan transmisi data yang tinggi dan tidak terpengaruh
deteksi longsor dengan memanfaatkan serat optik plastik oleh gelombang elektromagnetik membuat pemanfaatannya
sebagai basis penginderaan. Serat optik dirancang sebagai semakin meluas [3]. Salah satu yang menjadi perhatian
sensor yang peka terhadap pergeseran dengan metode rugi- peneliti adalah memanfaatkan serat optik sebagai media
rugi daya kelengkungan untuk mendeteksi longsor.Sensor penginderaan yang juga didorong oleh perkembangan
serat optik plastik diletakkan di antara dua buah plat yang teknologi opto-elektronik saat ini [4]. Sensor yang
dipasang pada pipa silinder dan dihubungkan dengan pegas memanfaatkan serat optik sebagai basis penginderaannya
sebagai penyangga. Metode pengukuran menggunakan semakin berkembang dan menawarkan sensor fisik dengan
prinsip perubahan intensitas cahaya oleh perubahan teknik yang berbeda-beda untuk berbagai parameter.
kelengkungan pada sensor serat optik dengan model Penelitian dan pengembangannya pun telah meluas untuk
kelengkungan ganda. Kepekaan sensor pergeseran aplikasi pada bidang yang beragam, salah satunya adalah
dianalisis berdasarkan pergeseran dan jumlah untuk pemantauan perubahan lingkungan seperti
kelengkungan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi pergeseran (displacement), suhu (temperature),
pergeseran pada kelengkungan ganda mengakibatkan tegangan (stress) hingga penggunaannya dalam bidang
terjadinya kelengkungan pada sensor serat optik. Semakin industri, pemantauan kondisi struktur bangunan dan medis
besar pergeseran yang diterapkan pada sensor, maka rugi [5-11].
daya pada serat optik plastik semakin meningkat dan
tegangan keluaran sensor semakin kecil. Hasil pengukuran Sensor serat optik telah dikembangkan untuk sensor
yang diperoleh adalah sensitivitas semakin meningkat pergeseran berbasis modulasi intensitas dengan berbagai
dengan bertambahnya jumlah rol atau kelengkungan ganda. desain dan konfigurasi. Dalam perkembangannya telah
Sensor pergeseran ini menawarkan desain yang sangat dikembangkan pula sensor serat optik yang berbasis pada
sederhana, fabrikasi yang mudah, biaya murah dengan sensor pergeseran untuk aplikasi biomedis, industri, dan
sensitifitas yang tinggi.
pendeteksi kekasaran permukaan logam [12-15]. Dalam hal
ini, sensor pergeseran serat optik dapat menjadi dasar dari
Kata Kunci: Sensor pergeseran; serat optik plastik, pengembangan sensor untuk mendeteksi parameter-
longsor.
parameter fisis yang lain di berbagai bidang. Berdasarkan
material bahannya, serat optik terdiri dari dua jenis yaitu
Pendahuluan
serat optik gelas (Glass Optical Fiber = GOF) dan serat
Longsor merupakan istilah umum yang menggambarkan optik plastik (Plastic Optical Fiber = POF). Dibandingkan
pergerakan tanah, batu, dan bahan organik di bawah
dengan serat optik gelas, serat optik plastik lebih cocok
pengaruh garavitasi. Hal ini dapat dipicu oleh proses
bertahap seperti pelapukan atau karena mekanisme untuk digunakan pada perangkat penginderaan. POF
eksternal. Longsor merupakan salah satu bencana paling memiliki keuntungan lebih di antaranya adalah, numerical
mahal yang memberikan dampak kerusakan infrastruktur aperture lebih tinggi, konektivitas mudah, lebih murah dan
bagi kehidupan manusia. Upaya-upaya penanggulangan fleksibilitasnya tinggi [16]. Berdasarkan lokasi
bencana longsor terus dilakukan, salah satunya dengan penginderaan, sensor serat optik dapat diklasifikasikan
membuat instrumen yang dapat mendeteksi longsor secara sebagai sensor intrinsik dan sensor ekstrinsik [4]. Sensor
dini [1]. Antisipasi bencana melalui monitoring daerah
serat optik intrinsik memiliki stabilitas sinyal yang lebih
rawan dengan pengembangan sistem instrumentasi
kebencanaan menjadi sangat perlu untuk dilakukan [2]. tinggi karena daya keluarannya berubah sesuai dengan
Khusus untuk bencana longsor, sistem pendeteksian yang variasi parameter yang diukur.
dikembangkan juga bermacam-macam, salah satunya
Untuk meningkatkan sensitivitas sensor pergeseran
dengan memanfaatkan serat optik.
berbasis serat optik plastik, maka pada penelitian ini
Penggunaan serat optik yang memiliki kinerja khusus
dilakukan metode kajian rugi-rugi daya berdasarkan
sebagai media transmisi cahaya secara luas digunakan

119
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

lekukan besar (macrobending). Sensor pergeseran yang Metode Penelitian


dibuat memiliki keunggulan yaitu sistem pengukuran yang
sederhana, mudah dibuat, biaya murah dan memberikan Konfigurasi sistem pengukuran sensor pergeseran berbasis
stabilitas sinyal yang tinggi serta jangkauan pengukuran serat optik plastik ditampilkan seperti pada Gambar1.
yang lebih luas. Sensor pergeseran ini menggunakan serat Prinsip dasar sensor pergeseran ini adalah terjadinya
optik plastik sebagai media penginderaan dengan lekukan pada serat optik yang mengakibatkan terjadinya
konfigurasi sebagai sensor intrinsik yang menggunakan rugi-rugi daya yang menimbulkan perubahan intensitas
model kelengkungan ganda (cycling bending). cahaya pada alat ukur.

Catu Sensor
LED PergeseranModel Fotodetektor Penguat Voltmeter
Daya
Cycling Bending
(a)

(b)
Gambar 1. Sensor pergeseran berbasis kelengkungan pada serat optik plastik (a) Blok diagram sistem sensor pergeseran
(b) Skema sensor pergeseran berbasis serat optik plastik

Sensor pergeseran berbasis serat optik plastik dan perubahan intensitas cahaya pada serat optik yang
disambungkan dengan sumber cahaya LED dan merupakan representasi dari penginderaan pergeseran pada
fotodetektor. Sumber cahaya yang digunakan adalah LED sensor. Sinyal dari fototransistor dihubungkan dengan
infra merah jenis IF-E91A dengan karakteristik panjang rangkaian penguat selisih (differensial), sehingga tegangan
gelombang 950 nm. Sedangkan fotodetektor menggunakan keluaran dari fototransistor dapat diperbesar.
fototransistor jenis IF-D92. Serat optik plastik terbuat dari Untuk meningkatkan sensitivitas sensor pergeseran
bahan polymethyl metacrylate (PMMA) dengan diameter berbasis serat optik plastik, maka dilakukan variasi jumlah
lapisan jaket, selubung, dan inti masing-masing adalah 2,2 pelekukan (cycling bending) berupa rol/pipa silinder dan
mm, 1 mm, dan 0,98 mm. Indeks bias inti dan selubung variasi jenis penyangga dinamis berupa pegas atau bantalan
serat optik plastik masing-masing adalah nco = 1,492 dan ncl karet. Pengambilan data dilakukan dengan variasi jumlah
= 1,402 dengan nilai celah numerik NA = 0.5. cycling bending yang dibuat empat macam yaitu tiga, lima,
Cahaya dari LED melewati dan dimodulasi oleh sensor tujuh dan sembilan rol. Pengukuran daya keluaran
serat optik. Intensitas cahaya dari LED kemudian dideteksi dilakukan pada setiap pergeseran 0,5 mm mulai dari 0
oleh fototransistor. Adanya faktor lekukan besar sampai dengan 10 mm. Pada jarak pergeseran yang sama
(macrobending) akan menyebabkan terjadinya rugi daya dilakukan pengukuran daya keluaran untuk 3 jenis

120
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

penyangga dinamis yaitu 2 jenis pegas dengan konstanta Penurunan intensitas cahaya pada serat berbanding lurus
yang berbeda dan satu jenis bantalan karet. dengan rugi daya dan tegangan keluaran sensor seiring
dengan perubahan pergeseran yang diterapkan. Respon
Hasil dan Diskusi perubahan tegangan keluaran terhadap perubahan
pergeseran pada sensor yang menggunakan pegas dengan
Setup eksperimental pada alat dilakukan untuk pengukuran
variasi jumlah cycling bending ditampilkan seperti pada
pergeseran dalam kisaran dari 0 mm sampai 10 mm dengan
Gambar 2. Sedangkan untuk penggunaan bantalan karet
perubahan 0.5 mm. Intensitas cahaya dari LED yang
sebagai pengganti pegas, respon tegangan keluaran
merambat ke dalam serat optik plastik yang mengalami
ditampilkan seperti pada Gambar 3.
gangguan berupa lekukan yang akan menyebabkan
terjadinya rugi-rugi daya pada serat optik plastik.

(a)

(b)
Gambar 2. Grafik perubahan tegangan keluaran terhadap pergeseran pada: (a) Pegas 1 dan (b) Pegas 2

121
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 3. Grafik perubahan tegangan keluaran terhadap pergeseranmenggunakan bantalan karet

Data hasil pengukuran pengaruh pergeseran dan jumlah yang diperoleh adalah nilai range tegangan keluaran,
bending terhadap tegangan keluaran sensor pergeseran sensitivitas dan resolusi sensor pergeseran berbasis serat
berbasis serat optik plastik, dianalisi untuk menentukan optik plastik, seperti ditampilkan pada Tabel 1.
nilai range tegangan keluaran, sensitivitas, dan resolusinya.
Untuk menentukan nilai range tegangan keluaran sensor Hasil analisa data pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
pergeseran dapat menggunakan persamaan: semakin banyak jumlah rol atau cycling bending yang
digunakan, maka semakin tinggi range tegangan keluaran
∆ = Vmax - Vmin (1) dan sensitivitas sensor serta semakin kecil resolusi sensor.
Sehingga sensor pergeseran berbasis serat optik plastik
dengan Vmax sebagai tegangan keluaran maksimum dan memiliki sensitivitas dan resolusi yang baik jika
Vmin sebagai tegangan keluaran minimum. menggunakan cycling bending semakin banyak. Begitupula
Sensitivitas sensor pergeseran dapat dihitung menggunakan dengan jenis pegas yang digunakan, jika semakin kecil
persamaan berikut: konstanta pegas, maka sensitivitas dan resolusi sensor
pergeseran juga semakin baik. Hasil pengukuran
𝒊
(2) menggunakan sensor pergeseran berbasis serat optik plastik
𝒊
yang terbaik diperoleh pada pegas jenis kedua dan jumlah
dengan L max sebagai pergeseran maksimum dan Lmin rol adalah 9. Pada kondisi tersebut nilai karakteristik sensor
sebagai pergaseran minimum. pergeseran terbaik yang diperoleh adalah range tegangan
keluaran 2,83 volt, sensitivitas 0,283 volt/mm dan resolusi
Selanjutnya resolusi sensor pergeseran dapat dihitung
0,0353 mm.
dengan persamaan berikut:
Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian sebelumnya
(3) yang dilakukan oleh Hasan S. E. dkk. [17] yang
menyatakan bahwa selain gaya yang diberikan pada sensor,
dengan N adalah skala terkecil dari voltmeter yaitu 0,01 terdapat beberapa parameter geometris yang mempengaruhi
Volt dan S adalah sensitivitas dari sensor pergeseran. intensitas cahaya keluaran sensor di antaranya priodisitas
Data dari hasil pengukuran menggunakan sensor mekanik, luas penampang deformer, jarak deformasi, dan
pergeseran berbasis serat optik plastik dianalisis dengan jumlah lipatan.
menggunakan persamaan (1), (2), dan (3) di atas. Hasil

122
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Tabel 1. Karakteristik sensor pergeseran berbasis serat optik plastik


Range Tegangan Sensitivitas Resolusi
Jenis Penyangga Jumlah Rol
Keluaran (Volt) (Volt/mm) (mm)
3 0,67 0,067 0,1492
Pegas 1 5 1,43 0,143 0,0699
(k = 500 N/m) 7 2,21 0,221 0,0452
9 2,34 0,234 0,0427
3 0,61 0,061 0,1639
Pegas 2 5 1,60 0,160 0,0625
(k = 11,1 N/m) 7 2,19 0,219 0,0456
9 2,83 0,283 0,0353
3 0,65 0,065 0,1538
5 1,74 0,174 0,0574
Bantalan Karet
7 2,28 0,228 0,0438
9 2,59 0,259 0,0386

Kesimpulan 7. Hoffmann, L., Muller, M. S., Kramer, S., Giebel, M.,


Schwotzer, G., dan Wieduwilt, T. 2007. Proc. Estonian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat optik plastik
Acad. Sci. Eng., vol. 13, no. 4, pp. 363–378.
dapat digunakan untuk mendeteksi pergeseran yang terjadi.
8. Kim, H. J., Sampath, U. dan Song, M. H., 2015
Perubahan tegangan keluaran sebanding dengan perubahan
Sensors, vol. 15, pp. 18579-18586; DOI:
pergeseran yang diterapkan pada sensor. Semakin besar
10.3390/s150818579.
pergeseran yang terjadi, maka tegangan keluaran sensor
9. Xiangyang, L., Yang, C., Yang, S., dan ouzheng, L.
semakin kecil. Jumlah kelengkungan ganda dan
2012. Sensors 2012, vol. 12, pp. 12519-12544; DOI:
pemasangan pegas atau bantalan karet pada sensor
10.3390/ s120912519.
berpengaruh terhadap sensitivitas dan resolusi sensor.
10. Arifin, Hatta, A. M., Muntini, M. S.,dan Rubiyanto, A.
Semakin banyak jumlah kelengkungan ganda dan semakin
2012, rosiding Seminar Nasional Fisika (SNF), FMIPA
kecil konstanta pegas yang digunakan, maka sensitivitas
UNNES, Semarang, pp. FI102-1-6.
dan resolusi sensor pergeseran semakin baik.
11. Taffoni, F., Formica, D., Saccomandi, P., Dipino, dan
Schena, E. 2013. Sensors, vol. 13, pp. 14105-14120,
Pustaka DOI: 10.3390/ s131014105.
1. Zhi, Y. D., Yong, L., Li, X. Z., Zhong, H. O., Ce, Z., 12. Yasin, M., Harun, S. W., Apsari, R., Suharningsih,
dan Yong, Z. L. 2008. Journal of Electronic Science Kusminarto, Karyono, dan Ahmad, H., 2010. Journal of
and Technology of China, vol. 6, no. 4, December Optoelectronics and Biomedical Materials, vol. 1, no.
2008, pp. 416-419. 1, pp. 1-4.
2. Widiatmoko, B., Hantono, D., dan Puranto, P., 2010. 13. Yasin, M., Harun, S. W., Yang, H. Z., dan Ahmad. H.,
Berkala Fisika, vol. 13, No. 2, pp. B15-B24. 2010. Optoelectronics and Advanced Materials-Rapid
3. Fidanboylu, K. dan Efendioglu, H. S. 2009. 5th Communications, vol. 4, no. 8, pp. 10.
International Advanced Technologies Symposium 14. Munap, D. H. A., Bidin, N., Islam, S., Abdullah, M.,
(IATS‟09). Kaburuk, Turkey. Marsin, F. M., dan Yasin, M. 2015. Sensors journal,
4. Connely, M. J. 2015. Detection, Elsevier, Ireland. IEEE, vol. 15, no. 9, pp. 4882-4887, DOI:
5. Arifin, A., Hatta, A.M., Muntini,M.S.,and Rubiyanto, 10.1109/JSEN.2015.2430326.
A. 2014, Indian Journal of Pure & Applied Physics 15. Harun, S. W., Yasin, M., Yang, H. Z., Kusminarto,
(IJPAP), NISCAIR Publication, vol. 52 (Agustus), pp. Karyono, Ahmad, H., 010. Laser Physics, ISSN 1054-
520-524. 1660x, vol. 20 no. 4, pp. 904-909.
6. Arifin, A., Hatta, A. M., Sekartedjo, Muntini, M. S., 16. Azadeh, M. 2009. Springer Dordrecht Heidelberg.
dan Rubiyanto. A. 2015. Photonic Sensors, vol.5, no.2, London, New York.
pp. 166-171. 17. Efendioglu, H. S., Yildirim, T., Fidanboylu, K. 2009.
Sensor 2009, vol. 9, pp. 7167-7176; DOI: 10.3390/
s90907167.

123
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ANALISIS SPEKTRAL DAN DISTRIBUSI HIPOSENTER GUNUNG KELUD


Wa Ode Isra Mirani1, Muh. Altin Massinai1, Makhrani1
1
Program Studi Geofisika FMIPA Unhas

Sari setelah munculnya rekaman ―volcanic-tremor like‖ dengan


amplituda overscale. Berselang 1 jam 35 menit peningkatan
Gunung Kelud adalah salah satu gunungapi aktif di Pulau status Level IV, erupsi Gunung Kelud dimulai pada pukul
Jawa. Pergerakan magma gunungapi ini perlu diwaspadai. 22:50 WIB (Triastuty, Mulyana, Adi, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kedalaman
hiposenter dan pergerakan magma. Data yang digunakan Mengingat aktivitas kegempaan Gunung Kelud yang
adalah data sekunder dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi meningkat, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
Bencana Geologi berupa rekaman gempa. Berdasarkan data sebaran hiposenter yang dapat menggambarkan pergerakan
rekaman gempa vulkanik yang telah diseleksi magma saat Level I/Normal hingga Level II/Waspada dan
menggunakan LS7 WVE, diketahui Gunung Kelud analisis spektral untuk mengetahui karakteristik gempa
mengalami gempa yang tercatat oleh 5 stasiun berjumlah vulkanik Gunung Kelud.
203 VA dan 223 VB. Sebaran hiposenter saat berstatus
normal tersebar pada kedalaman 36 hingga 13000 Gempa vulkanik telah dikelompokkan oleh Minakami
meter di bawah permukaan air laut dan saat berstatus menjadi empat tipe(Setiani, 2013), yaitu gempa tipe A yang
waspada sebaran hiposenter tersebar pada kedalaman 0 merupakan gempa yang berada pada kedalaman sekitar 1
hingga17000 meter di bawah permukaan air laut. Gempa sampai 20 km di bawah gunungapi, gempa tipe B
vulkanik tersebar pada arah Baratdaya-Timurlaut dan merupakan gempa yang hiposenternya berada pada
Baratlaut-Tenggara sesuai dengan struktur geologi yang kedalaman kurang dari 1 km di bawah kawah aktif, gempa
berada di sekitarnya. Kandungan frekuensi dominan VA letusan dan tremor.
berkisar antara 3,27 hingga 13,88 Hz dan VB memiliki
kandungan frekuensi dominan berkisar antara LANDASAN TEORI
4,06 hingga 14,52 Hz.
Gunung Kelud
Kata kunci : Gunungapi Kelud, Gempa Vulkanik Dalam Tumbukan antara lempeng IndoAustralia yang menunjam
(VA), Gempa Vulkanik Dangkal (VB), ke bawah lempeng Eurasia tepatnya di sebelah selatan Jawa
Hiposenter, Frekuensi Dominan merupakan awal terjadinya Gunung Kelud. Perkembangan
Gunung Kelud sangat terbatas yang terlihat dari kerucut
Pendahuluan gunungapi yang rendah, puncak tidak teratur, tajam dan
Indonesia berada diantara tiga lempeng tektonik yang terjal. Keadaan puncak– puncak tersebut disebabkan oleh
saling bertumbukan yaitu Lempeng Indo-Australia, sifat letusannya yang sangat merusak (eksplosif) yang
Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Suhu yang sangat disertai dengan pertumbuhan sumbat-sumbat lava seperti
tinggi melelehkan pinggiran lempengan sehingga puncak Sumbing, Gajahmungkur dan puncak Kelud (Pusat
menghasilkan magma, kemudian magma muncul melalui Vulkaologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2011).
retakan di permukaan bumi dan membentuk gugusan Struktur geologi yang diperkirakan terdapat di sekitar
gunungapi (Massinai, 2011). Gunung Kelud adalah berupa sesar geser, sesar normal, dan
struktur kawah. Struktur tersebut yaitu (Mawardi dkk,
Pada pertengahan Januari 2014, aktivitas vulkanik Gunung 2004) :
Kelud mengalami peningkatan yang ditandai dengan 1. Sesar Sumber, terdapat di daerah lereng baratlaut
meningkatnya jumlah Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan pada ketinggian 640 m di atas muka laut
Gempa Vulkanik Dangkal (VB) sehingga pada tanggal 2 merupakan sesar normal dengan arah hampir U
Februari 2014 status Gunung Kelud dinaikkan dari Level 145° T dengan bagian timur relatif naik terhadap
I/Normal menjadi Level II/Waspada. Aktivitas kegempaan bagian baratnya. Kemunculan Gunung Pisang
semakin meningkat sehingga pada tanggal 10 Februari diduga merupakan akibat dari sesar ini.
2014 status kegiatan menjadi Level III/Siaga. Peningkatan 2. Sesar Gunung Lirang, terdapat di sekitar puncak
kegempaan diikuti pula dengan peningkatan suhu danau yaitu Gunung Lirang dan daerah kawah bagian
kawah dan data deformasi yang menunjukkan adanya utara, yang diperkirakan menerus ke arah baratdaya
inflasi. Pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 21:15 WIB sampai ke Gunung Pegot. Struktur ini berupa sesar
status Gunung Kelud ditingkatkan ke Level IV/Awas

124
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

geser yang membentuk jalur sesar ke arah km di bawah kawah aktif. Magnitudo gempa
baratdaya-timurlaut. vulkanik tipe B biasanya sangatlah kecil dan
3. Selain struktur sesar, juga terdapat struktur kawah, memiliki gerakan awal yang cukup jelas tetapi waktu
yaitu kawah Gunung Gupit dan kawah Gunung tiba gelombang S tidak dapat dilihat dengan jelas.
Kelud dimana struktur ini membentuk setengah Selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S
lingkaran yang terbuka ke arah utara, sedangkan kurang dari 1 detik.
kawah Gunung Kelud terletak di puncak Gunung 3. Gempa Letusan
Kelud berupa dinding kawah yang melingkar Gempa letusan merupakan gempa vulkanik yang
berdiameter 1,5 – 2 km. Pada bagian tepinya diakibatkan oleh letusan eksplosif. Gerakan pertama
terdapat kubah-kubah lava, antara lain Gunung dari gempa letusan adalah push atau up atau gerakan
Kombang, Gunung Kelud, Gunung Lirang, dan ke atas. Dengan kata lain gempa letusan ditimbulkan
Gunung Sumbing. Pada kawah ini dijumpai danau oleh mekanisme sebuah sumber tunggal yang positif .
kawah yang berair sepanjang tahun. Hiposenternya terletak di bawah kawah aktif.
4. Tremor
Tremor merupakan getaran terus menerus di sekitar
gunungapi. Bagian utama dari getaran terdiri dari
gelombang permukaan. Tremor vulkanik 13 memiliki
bentuk sinusoidal yang tidak teratur serta memiliki
durasi yang panjang. Tremor vulkanik dapat
dibedakan atas 2 jenis yaitu tremor harmonik dan
tremor yang terbentuk karena gempa vulkanik yang
saling bertumpuk (tremor spasmodik) (Sabry, 1993).

Metode Geiger dalam Menentukan Posisi Sumber


Gempa bumi

Metode Geiger adalah salah satu metode yang dapat


digunakan untuk menentukan posisi sumber gempa
( ) dan waktu terjadinya gempa . Prinsip metode
Gambar 1 Peta Geologi Gunung Kelud (Zaenuddin, Dana,
Geiger dalam hal penentuan hiposenter ialah suatu langkah
Wahyudin, 1992)
linearisasi hubungan antara lokasi dan waktu tempuh
dengan berasumsi bahwa residual dari waktu tempuh linear
Kegempaan Gunungapi
dengan gangguan yang terjadi pada saat penjalaran, yaitu
Klasifikasi gempa vulkanik dikelompokkan oleh Minakami jarak lokasi hiposenter awal dengan stasiun.
menjadi empat tipe berdasarkan kedalaman sumber gempa, Nilai residual tersebut diperoleh dari selisih atau beda
letusan, dan sifat gerakan gempanya. Keempat gempa itu waktu tempuh hasil pengamatan ( ) dengan waktu hasil
antara lain (Setiani, 2013): perhitungan atau secara teoritis ( ), yang secara sistematis
1. Gempa tipe A (VA / Vulkanik Dalam) dituliskan sebagai berikut (Yuliantono,2014):
Gempa ini berada pada kedalaman sekitar 1 sampai
20 km di bawah gunungapi yang merupakan tahap
awal dari suatu aktivitas letusan. Gelombang tipe A ( ) ( ) ( )
memiliki fase gelombang P dan S yang jelas.
Berdasarkan asal gempanya, gempa 12 gunungapi Masing-masing stasiun memiliki residual, jadi stasiun
tipe A terbagi atas dua macam, yang petama yaitu ke-i merupakan banyaknya stasiun yang ada (i = 1, 2,
gempa yang disebabkan oleh tekanan dari bawah ke 3, …, n), sedangkan merupakan waktu penjalaran
atas pada saat sebelum terjadi letusan dan kedua gelombang dari sumber ke tiap-tiap stasiun. Persamaan
adalah gempa yang terjadi karena adanya penurunan di atas berlaku ketika lapisan di bawahnya dianggap
tekanan sesudah letusan terjadi. Ciri utama dari homogen, sedangkan jika lapisan di bawahnya dianggap
gempa tipe A ini adalah selisih waktu tiba gelombang heterogen, maka persamaan yang berlaku sebagai berikut
Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) sampai 5 ( ) ( ) ( )
detik dan berdasarkan sifat fisisnya, gempa ini
∑ ( )
bentuknya mirip dengan gempa tektonik.
2. Gempa tipe B (VB / Vulkanik Dangkal) ∑
Hiposenter gempa ini lebih dangkal dari gempa dengan merupakan travel time dan ( ) merupakan
vulkanik tipe A, yakni pada kedalaman kurang dari 1 kecepatan pada lapisan ke-z (z= 1,2,3, …, n).

125
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Perhitungan di atas merupakan pemodelan ke depan dan maka data gempa domain waktu harus diubah ke dalam
bukanlah persamaan linier, sehingga tidak dapat diperoleh domain frekuensi. Untuk mengubah rekaman dari kawasan
solusi kuadrat terkecil linier. Prosedur standar dalam waktu ke dalam kawasan frekuensi digunakan Transformasi
pemecahan masalah linier adalah dengan cara perhitungan Fourier. Dengan transformasi fourier, analisis dalam
m secara iterasi dengan cara ekspansi Taylor (Afnimar, kawasan frekuensi hanyalah penyusunan kembali sinyal
2009). dalam bentuk amplitude pada sumbu y dan frekuensi pada
Persamaan least square untuk memecahkan masalah inverse sumbu x dengan tidak mengubah informasi yang
dapat ditunjukkan sebagai berikut (Yuliantono,2014): terkandung. Jika terdapat sebuah sinyal x(t) maka pasangan
transformasi fouriernya adalah ( ) dengan
( ) ∫ ( )
Dari persamaan di atas diperoleh parameter model (m)
yang merupakan parameter yang dicari yaitu dx, dy, dz, dt. Apabila X(t) adalah gelombang yang terpisah menjadi
Perbaikan hiposenter akan selalu dilakukan secara iteratif beberapa gelombang sinus dan ( ) adalah transformasi
sampai sangat kecil fourier dari x(t) dan √ , maka persamaan 2.6 dapat
dituliskan kembali sebagai berikut :
( ) ∫ ( ) ( ) ∫ ( ) ( )
Analisis dengan menggunakan prinsip metode
transformasi Fourier ini dikenal dengan analisis spectral.
Menurut Madrinovella, 2012 dalam Garini, Madlazim, dan
Pada analisis spectral ini menggunakan seluruh bentuk
Endah (2014), hasil penentuan lokasi hiposenter
sinyal sehingga jika terjadi kesalahan informasi akan
menggunakan metode GAD lebih banyak yang sesuai
mudah dihindari dengan pengukuran titiktitik dalam
dengan data keadaan geologi (lebih dekat dengan
domain waktu (Rosmiyatin dan Abdul, 2012).
sumber, yaitu sesar dan gunung api) dibandingkan
dengan menggunakan metode tiga lingkaran. Namun,
DATA dan METODE
perhitungan dengan menggunakan metode tersebut
umumnya masih mengandung kesalahan dari struktur Data
kecepatan gelombang seismik yang tidak termodelkan.
Oleh karena itu, kelemahan metode tersebut Data yang digunakan merupakan data rekaman digital
membutuhkan pembaharuan model struktur kecepatan gempa vulkanik Gunung Kelud hasil rekaman 5 stasiun
gelombang 1-D. seismik (Kelud, Sumbing, Lirang, Kawah, dan Umbuk)
yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Pergerakan Magma Bencana Geologi (PVMBG) dan ditampilkan dengan
menggunakan software LS7 WVE .
Proses di dalam gunungapi terkait dengan
seismisitasnya merupakan proses migrasi magma yang
disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas magma.
Magma dan gas gunung api terus mendorong ke
permukaan melalui rekahan-rekahan dan lorong-lorong.
Ketika magma dan gas vulkanik berpindah akan
menyebabkan retakan hingga pecahnya batuan. Retakan
atau pecahnya batuan ini akan menjadi sumber getaran.
Ketika batu pecah dengan frekuensi tinggi, akan
menimbulkan gempa vulkanik. Jika retakan bergetar
dengan frekuensi rendah secara terus menerus akan
menyebabkan terjadinya tremor vulkanik. Sehingga
aktivitas magma tersebut menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah aktivitas gempa vulkanik (tipe-A
dan tipe-B) dan tremor vulkanik (Ayu dan Akhmad, Gambar 2 Peta Lokasi Objek Penelitian
2014).
Metode
Analisis Spektral Pengolahan data untuk mendapatkan sebaran hiposenter
menggunakan metode Geiger dan untuk menentukan
Data rekaman gempa vulkanik merupakan data yang berada frekuensi dominan gempa vulkanik, data gempa yang
pada domain waktu, sehingga untuk mempermudah analisis berdomain waktu diubah menggunakan tranformasi fourier.

126
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Hasil dan Diskusi

Gempa Vulkanik
160
140
120
100
80
60
40
20
Gambar 3 Hasil Persebaran Episenter Gempa Vulkanik
0 yang Terekam oleh Stasiun Pemantau

Gambar di atas memperlihatkan bahwa persebaran


episenter gempa vulkanik Gunung Kelud dari minggu ke
minggu terus bertambah jumlahnya. Berdasarkan sebaran
episenternya, posisi gempa vulkanik Gunung Kelud
cenderung datang dari arah Baratlaut-Tenggara dan arah
VA VB Baratdaya-Timurlaut. Kecenderungan sebaran gempa
Grafik 2 Grafik Jumlah Gempa Vulkanik Gunung Kelud vulkanik pada arah tersebut sesuai dengan peta geologi
Gunung Kelud bahwa pada arah tersebut terdapat Sesar
Aktivitas kegempaan Gunung Kelud mengalami Sumber dan Sesar Lirang.
peningkatan setiap minggunya. Berdasarkan grafik di atas
dapat dilihat bahwa pada minggu kedua aktivitas Gunung
Kelud mengalami sedikit peningkatan yang ditandai dengan
mulai munculnya gempa vulkanik dangkal pada minggu
tersebut. Aktivitas terus meningkat pada minggu ketiga
dengan mulai bertambahnya jumlah gempa vulkanik
dangkal yang terjadi. Pada minggu keempat, jumlah gempa
vulkanik dangkal yang terjadi tidak mengalami peningkatan
namun pada minggu tersebut jumlah gempa vulkanik dalam
mulai meningkat jika dibandingkan dengan minggu Gambar 4 Distribusi Hiposenter Gempa Vulkanik Gunung
sebelumnya. Pada minggu kelima, jumlah gempa vulkanik Kelud pada Minggu Pertama hingga Keenam
dangkal dan gempa vulkanik dalam yang terjadi meningkat
secara drastis jika dibandingkan dengan minggu Gambar di atas menunjukkan bahwa semakin banyaknya
sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena gempa vulkanik dalam yang muncul dari minggu ke
adanya pergerakan magma di bawah tubuh Gunung Kelud minggu yang disertai dengan gempa vulkanik dangkal yang
yang mengakibatkan munculnya banyak gempa vulkanik di terus bermunculan menuju ke kubah lava dengan jumlah
sekitar Gunung Kelud. Tidak berhenti pada minggu kelima, yang banyak.Gempa vulkanik Gunung Kelud saat berstatus
pada minggu keenam pergerakan di bawah tubuh Gunung Normal tersebar pada kedalaman 36 – 13000 mdpl, namun
Kelud semakin kuat sehingga menyebabkan munculnya gempa vulkanik dalam pada saat status Normal cederung
ratusan gempa vulkanik baik gempa vulkanik dangkal berada pada kedalaman 1000 hingga 9000 mdpl dan gempa
maupun gempa vulkanik dalam yang terjadi pada minggu vulkanik dangkal cenderung berada pada kedalaman 100
tersebut. Peningkatan jumlah gempa vulkanik yang terjadi hingga 900 mdpl. Sedangkan lokasi gempa vulkanik saat
pada minggu keenam sesuai dengan keputusan Pusat berstatus Waspada tersebar pada kedalaman 0 hingga
Vulkanologi yang menaikkan status dari level 1/Normal 17000 mdpl, dimana gempa vulkanik dalamnya cenderung
menjadi level II/Waspada pada tanggal 2 Februari 2014. berada pada kedalaman 1000 sampai 8000 mdpl dan gempa
vulkanik dangkal cenderung berada pada kedalaman 0
sampai 900 mdpl. Berdasarkan kecenderungan gempa
vulkanik dalam Gunung Kelud saat berstatus Normal yang
berada pada kedalaman 1000-9000 mdpl dan saat berstatus
Waspada berada pada kedalaman 1000 hingga 8000 mdpl

127
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

menandakan bahwa kemungkinan telah terjadi pergerakan sedangkan saat berstatus Waspada cenderung tersebar
magma yang menyebabkan gempa vulkanik dalam pada kedalaman 0 hingga 8000 mdpl mengindikasikan
bertambah banyak namun mengalami pendangkalan. adanya migrasi atau pergerakan magma menuju
Gempa vulkanik dangkal yang semakin menuju ke stasiun permukaan. Selain itu, sebaran episenter gempa
Lirang juga mengindikasikan bahwa telah terjadi vulkanik Gunung Kelud cenderung tersebar pada arah
pergerakan magma di bawah Gunung Kelud. Baratdaya-Timurlaut dan Baratlaut-Tenggara dan
semakin menuju ke kubah lava yang berdekatan dengan
stasiun Lirang
3. Berdasarkan analisis spektral gempa vulkanik Gunung
Kelud diperoleh bahwa gempa vulkanik A memiliki
frekuensi dominan berkisar antara 3,72 hingga 13,88
Hz dan gempa vulkanik B diperoleh kandungan
Gambar 5 Hasil Olah Data Spektral Gempa Vulkanik frekuensi dominan berkisar antara 4,06 hingga 14,52
Dalam pada tanggal 6 Februari 2014 pukul 18:16 WIB. (a) Hz
spektral event pada stasiun Sumbing (frekuensi dominan =
11,53 Hz). (b) spektral pada stasiun Lirang (frekuensi Saran
dominan = 6,15 Hz). (c) spektral pada stasiun Kawah
(frekuensi dominan = 6,78 Hz). Diharapkan adanya penelitian yang dapat mengestimasi
kecepatan struktur di bawah tubuh Gunung Kelud untuk
memperoleh posisi hiponsenter yang kebih akurat.

Pustaka
Afnimar. 2009. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Gambar 6 Hasil olah data spektral gempa vulkanik Ayu, Hena Dian, dan Akhmad Jufriadi. 2014. Jurnal
dangkal pada tanggal 27 Januari 2014 pukul 12:57 WIB. (a) Neutrino (Vol.6 No.2).
spektral event pada stasiun Sumbing (frekuensi dominan = Garini, Sherly Ardhya, Madlazim, dan Endah Rahmawati.
7,86 Hz). (b) spektral pada stasiun Lirang (frekuensi 2014. Jurnal Fisika (Volume 03 Nomor 02 Tahun
dominan = 4,25 Hz). (c) spektral pada stasiun Kawah 2014, hal 107 – 112).
(frekuensi dominan = 5,01 Hz). Massinai, Muhammad Altin. 2011. Disertasi. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Berdasarkan hasil pengolahan data frekuensi dominan Mawardi R, dkk. 2004Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi
gempa vulkanik Gunung Kelud diketahui bahwa Bencana Geologi. Bandung
kandungan frekuensi dominan gempa vulkanik dalam (VA) Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi. 2011.
berbeda dengan kandungan frekuensi gempa vulkanik Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi.
dangkal (VB). Data yang telah diolah dalam domain Rosmiyatin, dan Abdul Basid. 2012. Jurnal
frekuensi memberikan informasi tentang karakteristik Neutrino (Vol.4, No.2).
gempa vulkanik Gunung Kelud berdasarkan frekuensi Sabry M. 1993. Skripsi. Bandung: Institut Teknologi
dominannya. Gempa vulkanik dalam (VA) Gunung Kelud Bandung.
pada penelitian ini memiliki kandungan frekuensi dominan Setiani, Nani. 2013. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
berkisar antara 3,72-13,88 Hz dan gempa vulkanik dangkal Lampung.
(VB) Gunung Kelud diperoleh kandungan frekuensi Triastuty, Hetty., I. Mulyana, S. Adi, Surip, 2014. usat
dominan berkisar antara 4,06-14,52 Hz. Perbedaan nilai Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi.
frekuensi dominan setiap gempa dipengaruhi oleh beberapa Yuliantono. 2014. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah
faktor, seperti jarak sumber gempa ke stasiun dan medium Mada.
yang dilewati. Zaenuddin A., I.N. Dana, D. Wahyudin. 1992. Pusat
Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi.
Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi gempa yang telah dilakukan, Ucapan Terima Kasih
Gempa Vulkanik Dalam (VA) Gunung Kelud pada Tak lupa mengucapkan alhamdulillah atas selesainya
periode 1 Januari hingga 8 Februari 2014 berjumlah penelitian ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
203 kejadian dan Gempa Vulkanik Dangkal (VB) kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
berjumlah 223 kejadian. penyelesaian penelitian ini.
2. Berdasarkan perbandingan posisi hiposenter gempa
vulkanik Gunung Kelud saat berstatus Normal yang
cenderung tersebar pada kedalaman 100-9000 mdpl

128
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

LAJU PENETRASI KLORIDA PADA BETON MENGGUNAKAN METODE RAPID


MIGRATION TEST
Riski 1, Bidayatul Armynah2
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin1,2
Email: unhasriskifisika@yahoo.co.id2
Emai : armynah63@gmail.com 1

Abstrak lingkungan agresif seperti laut perlu diperhatikan dengan


Telah dilakukan penelitian tentang laju penetrasi baik. Seperti yang diketahui bahwa air laut itu sendiri
klorida dengan metode Rapid Migration Test memiliki kandungan garam yang tinggi yang dapat
menggunakan semen tipe PPC dengan proporsi menurunkan kekuatan dan keawetan beton. Hal ini
campuran K450 berdiameter 8,5 cm dengan ketebalan disebabkan karena ion klorida yang terdapat dalan air laut
5cm dan 8cm. Pada penelitian ini digunakan metode merupakan garam yang bersifat agresif terhadap bahan lain,
Rapid Migration Test untuk mengetahui laju penetrasi termasuk beton. Kerusakan dapat terjadi pada beton akibat
klorida serta penentuan komposisi klorida yang reaksi antara air laut yang terpenetrasi ke dalam beton
terkandung dalam beton menggunakan XRF (X-Ray dengan senyawa-senyawa di dalam beton yang
Fluorescence). Hasil yang diperoleh yaitu terdapat 3 menyebabkan beton kehilangan sebagian massa, kekuatan,
sampel yang menunjukkan laju penetrasi yang kekakuannya serta mempercepat proses pelapukan.[1]
cenderung menurun seiring meningkatnya waktu, serta
terdapat kandungan klorida sebanyak 1,76% dalam Beton yang dibuat tentunya harus memiliki
beton setelah dialiri klorida selama 24 jam. kemampuan untuk bertahan pada kondisi dimana beton
tersebut ditempatkan tanpa mengalami kerusakan
Kata kunci : Beton, Rapid Migration Test, XRF. selama jangka waktu yang telah direncakan. Beton yang
demikian dinamakan beton yang memiliki ketahanan
Abstract yang tinggi ( durable ). Secara umum, ketahanan beton
The rate of chloride penetration using Rapid Migration Test terhadap kerusakan akan bertambah seiring dengan
on samples of concrete has been studied using cement type berkurangnya permeabilitas beton. Penyebab
PPC with a mix design K450 in 8.5 cm diameter with a kerusakan yang berasal dari dalam beton itu sendiri
thickness of 5cm and 8cm. In this research, Rapid diantaranya adalah reaksi alkali-agregat, perubahan
Migration Test method was used to determine the rate of volume akibat adanya perbedaan besar sifat termal dari
chloride penetration and the determination of chloride in agregat terhadap pasta semen, dan juga permeabilitas
the concrete composition using XRF (X-Ray Fluorescence). dari beton. Kerusakan yang terjadi pada beton jarang
The results showed that three samples was penetration rates disebabkan oleh penyebab tunggal. Pada umumnya
experience to decrease with increasing time, and there is as beton tahan terhadap serangan, namun apabila ada
much as 1.76% chloride content in the concrete after tambahan faktor buruk lainnya maka beton tersebut
chloride flowed for 24 hours. pada akhirnya akan mengalami kerusakan juga. Salah
satu faktor yang menyebabkan kerusakan pada beton
Keywords: Concrete, Rapid Migration Test, XRF. yaitu reaksi korosi.[2]

Pendahuluan Didalam beton, tulangan baja terlindung dari korosi


oleh suatu seliput tipis yang menyelimuti permukaan
Saat ini dapat dilihat bahwa perkembangan onkstruksi
bangunan menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, baja tulangan, yang biasa disebut “oxide film” (selaput
utamanya dalam konstruksi beton. Dalam skala dunia, pasif protektif). Selaput pasif ini terbentuk oleh karena
penggunaan beton saat ini telah mencapai kurang lebih kondisi kandungan alkali yang tinggi dalam larutan pori
pasta semen. Semakin tinggi kandungan alkali maka
8,8 Milyar Ton per tahun.[1]
akan semakin baik perlindungan yang bisa diberikan
Fokus studi ini yaitu penggunaan beton di daerah laut oleh oxide film, dan sebaliknya. Adanya klorida di dalam
misalnya dermaga, anjungan, pelabuhan laut, fondasi beton akan rusak bahkan dapat menghancurkan oxide
gedung pinggir pantai, bahkan bangunan maritim serta film secara setempat. Di samping itu, adanya klorida
perumahan warga yang dalam pengerjaannya menggunakan juga akan menimbulkan terjadinya larutan elektrolit
material beton sebagai struktur dasarnya. Dimana dalam yang agresif di dalam beton.[2]
proses pembuatannya kontak dengan air laut terkadang
tidak dapat terhindarkan. Struktur yang dibangun pada Akibat kedua kondisi ini, rusaknya oxide film dan
timbulnya larutan elektrolit yang agresif pada baja

129
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

tulangan. Korosi ini akan menghasilkan karat (rust) Pengujian ini dilakukan untuk menentukan arus keluaran
yang volumenya dua kali bahkan tiga kali volume yang dilakukan secara berkala setiap 10 menit selama 24
biasanya. Akibatnya akan timbul tekanan tarik di dalam jam untuk masing-masing sampel yang diuji. Setelah
beton, yang suatu saat akan melebihi kekuatan tarik pengujian tersebut, kemudian diambil serbuk beton pada
beton sehingga terjadi retak-retak pada selimut beton. kedalaman 1cm dan 2cm dari dasar beton untuk melihat
Akhir dari proses ini adalah hancurnya selimut beton seberapa banyak kandungan klorida yang menyerap ke
(spalling).[2] dalam beton tersebut.

Metode Penelitian

Untuk mengetahui laju penetrasi klorida pada beton


digunakan metode Rapid Migration Test sesuai standar
Nordtest Method 492 seperti pada gambar 1 dengan
menggunakan larutan NaOH yang berperan sebagai anolit
dan larutan NaCl yang berperan sebagai katolit serta
pengaliran arus listrik DC untuk mempercepat proses
migrasi klorida ke dalam beton.

Penentuan laju penetrasi klorida pada penelitian ini


menggunakan sampel beton berdiameter 8,5 cm
ketebalan 5 cm dan 8 cm dengan mix design K450
menggunakan semen tipe PPC. Penelitian ini Gambar 1. Rangkaian uji migrasi klorida (NT BUILD –
menggunakan metode Rapid Migration Test (RMT) 492).[3]
seperti pada Gambar 1 dengan tegangan 25 Volt yang
disambungkan secara seri dengan amperemeter.

Hasil dan Diskusi

1. Hubungan arus dan waktu untuk menentukan penetrasi klorida pada beton menggunakan metode Rapid MigrationTeast

34
32
30
28
26
Arus (mA)

24
22
20
18
16
14
12
10
8
0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440
Waktu (menit)

Sampel 1 sampel 2 Sampel 3

Gambar 2. Grafik hubungan arus dan waktu pada sampel ketebalan 5 cm

130
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 2 memperlihatkan grafik yang menunjukkan naiknya komponen halus beton selama proses
hubungan antara arus dengan waktu pada 3 sampel pencetakan benda uji. Semen sebagai komponen paling
yang berbeda dengan ketebalan masing-masing 5 cm. halus cenderung naik ke permukaan saat beton masih
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa arus yang dihasilkan dalam keadaan segar. Naiknya komponen halus ini
dari ketiga sampel tersebut cenderung mengalami mempengaruhi kepadatan campuran, bagian bawah
peningkatan seiring meningkatnya waktu, meskipun cenderung berongga karena ditempati lebih banyak
terdapat beberapa titik yang mengalami penurunan oleh komponen yang kasar sementara pada bagian atas
arus. Terlihat pada menit ke 0 hingga menit ke 500 cenderung lebih rapat karena ruang-ruang kosong antar
ketiga sampel tersebut menunjukkan arus yang agregat terisi oleh komponen halus yang lebih banyak.
cenderung meningkat. Kemudian pada menit ke 510 Perbedaan kepadatan ini otomatis mempengaruhi
hingga menit ke 1000 menunjukkan arus yang tetap kecepatan transportasi ion-ion klorida ke dalam beton.
meningkat namun tidak terlalu signifikan. Dari menit ke Pada bagian bawah silinder yang memiliki rongga lebih
1010 hingga menit ke 1440 menunjukkan fluktuasi arus besar, klorida lebih cepat menyerap sehingga saat mulai
dimana terjadi peningkatan serta penurunan arus pada naik dan mendapatkan pori yang lebih rapat maka
ketiga sampel tersebut. penyerapan klorida mulai lambat atau bahkan
menurun.[4]
Dari grafik yang ditunjukkan pada gambar 2, garis yang
diperoleh membentuk garis polinomial dengan Namun sampel 2 menunjukkan laju penetrasi klorida yang
koefisien regresi rata-rata sebesar 0,95. Adapun laju meningkat seiring meningkatnya waktu. Terlihat pada
penetrasi klorida yang diperoleh cenderung menurun, menit ke 0 laju penetrasinya sebesar 0,041 mA/menit atau
yaitu pada sampel 1 dan sampel 3. Sampel 1 diperoleh 6,83 x 10-4 mA/detik yang meningkat hingga 0,233
laju penetrasi sebesar 0,00138 mA/detik pada menit ke mA/menit atau 3,88 x 10-3 mA/detik pada menit ke 1440
0 yang kemudian menurun menjadi -0,0062 mA/detik (24 jam). Laju penetrasi klorida yang terus meningkat
pada menit ke 1440 (24 jam). Kemudian untuk sampel 2 dikarenakan beton sampel 2 memiliki material kerikil yang
diperoleh laju penetrasi sebesar 6,83 x 10-4 mA/detik cukup banyak pada dasar beton hingga kedalaman tertentu
pada menit ke 0 yang juga menurun menjadi 3,88 x 10-3 yang diserap klorida tersebut sehingga laju penetrasi
mA/detik pada menit ke 1440 (24 jam). Penurunan laju klorida terus meningkat hingga pengukuran 24 jam.
penetrasi klorida kemungkinan disebabkan oleh proses

2. Hubungan arus dan waktu untuk menentukan laju penetrasi klorida menggunakan metode Rapid Migration Test dengan
ketebalan sampel 8cm

16
14
Arus (mA)

12
10
8
6
4
0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 1320 1440
t (menit)

sampel 1 sampel 2 sampel 3

Gambar 3 Grafik hubungan arus dan waktu pada sampel ketebalan 8 cm

131
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 3 memperlihatkan grafik yang menunjukkan yang belum dialiri klorida memperlihatkan Ca dominan
hubungan antara arus dengan waktu pada 3 sampel dengan kandungan sebanyak 51,78% dari kandungan
yang berbeda dengan ketebalan masing-masing 8 cm. total, komposisi Si, Fe, Al dan K secara berturut-turut
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa arus yang dihasilkan memiliki kandungan sebanyak 29,37%, 12,21%,3,98%,
dari ketiga sampel tersebut cenderung mengalami dan 1,77%. Selain itu juga terdapat komponen seperti Ti,
peningkatan seiring meningkatnya waktu, meskipun Zr, Nb, Mo, Sn, Sb, In, dan Ru dalam jumlah yang relatif
dibeberapa titik terjadi penurunan arus. Terlihat pada kecil.
menit ke 0 hingga menit ke 1440 ketiga sampel tersebut
menunjukkan arus yang cenderung meningkat. Namun Setelasetelah dialiri klorida, kemudian di ambil serbuk
terlihat pula ada beberapa titik yang mengalami pada kedalaman 1 cm dan 2 cm dari dasar beton. Dari
penurunan arus, yaitu pada sampel 1 dimenit ke 720 tabel 1 diatas menunjukkan pada sampel dengan
hingga menit ke 830 terlihat menurun, kemudian kedalaman 1 cm muncul beberapa unsur seperti Cl
sempat naik dimenit 840 hingga menit 1250 dan sebanyak 1,76%, Cr sebanyak 0.161 0,161%, Ba
kembali turun pada menit 1260 hingga menit 1320. sebanyak 0,108%, dan Ag sebanyak 0,0431%. Dengan
Untuk sampel 2 terlihat arus menurun dari menit 470 demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
hingga 520, kemudian arus kembali naik dari menit ke menggunakan alat uji migrasi klorida maka terlihat
530 hingga menit ke 1440. Pada sampel 3 juga terjadi adanya perpindahan klorida dalam beton meskipun
penurunan dari menit 940 hingga menit 960, yang dalam jumlah yang tidak terlalu besar yaitu hanya
kemudian meningkat dari menit ke 970 hingga menit 1,76%, hal ini disebabkan karena waktu yang
1440. digunakan juga tidak terlalu lama. Selain itu, sampel
pada kedalaman 2 cm menunjukkan adanya unsur yang
Dari grafik yang ditunjukkan pada gambar 3, garis yang hilang yaitu Cl, Cr, Ba, dan Ag yang sebelumnya terdapat
diperoleh membentuk garis polinomial dengan pada beton kedalaman 1 cm. Hal ini disebabkan karena
koefisien regresi rata-rata sebesar 0,96. Adapun laju penyerapan klorida tidak sampai pada kedalaman 2 cm
penetrasi klorida yang diperoleh cenderung meningkat, sehingga unsur-unsur tersebut hanya menyerap hingga
yaitu pada sampel 2 dan sampel 3. Sampel 1 diperoleh kedalaman 1 cm saja.
laju penetrasi sebesar 1,13 x 10-4mA/detik pada menit
ke 0 yang kemudian menurun menjadi 3,6 x 10-5 Tabel 1 Hasil XRF beton sebelum dialiri klorida dan
mA/detik pada menit ke 1440 (24 jam). Kemudian setelah dialiri klorida pada kedalaman 1 cm dan 2 cm
untuk sampel 2 diperoleh laju penetrasi sebesar 3 x 10- dari dasar beton.
4 mA/detik pada menit ke 0 yang meningkat menjadi Kadar (%) Berat
5,5 x 10-4 mA mA/detik pada menit ke 1440 (24 jam). Dialiri Dialiri
Sebelum
Sampel 3 juga menunjukkan peningkatan yaitu 5 x 10-4 No Komp. Klorida Klorida
dialiri
mA/detik pada menit ke 0 yang kemudian meningkat (1 cm dari (2 cm dari
Klorida
menjadi 0,033 mA/detik pada menit ke 1440 (24 jam). dasar beton) dasar beton)
Laju penetrasi klorida yang terus meningkat 1 Ca 51,78 45,02 50,75
kemungkinan disebabkan oleh struktur beton yang 2 Si 29,37 31,59 30,55
tidak teratur sehingga penyebaran kerikil yang tidak 3 Fe 12,21 15,45 15,73
merata dari dasar beton hingga bagian atas beton, 4 Al 3,98 2,82 -
menyebabkan klorida terus mengalir dengan laju yang 5 K 1,77 2,02 1,81
terus meningkat. 6 Cl - 1,76 -
7 Ti 0,73 0,85 0,95
3. Pengujian Kandungan Klorida menggunakan XRF 8 Cr - 0,161 -
9 Ba - 0,108 -
Sampel beton yang diuji XRF yaitu sampel beton normal 10 Zr 0,057 0,064 0,076
yang sebelumnya diambil serbuknya untuk diuji 11 Ag - 0,0431 -
komposisi yang terkandung di dalamnya, kemudian 12 Nb 0,0393 0,0399 0,048
dengan sampel yang sama dialiri klorida selama 24 jam. 13 Mo 0,0244 0,0253 0,0319
Setelah dialiri klorida sampel kemudian diambil 14 Sn 0,0116 0,0161 0,0124
serbuknya dengan kedalaman tertentu untuk diuji 15 Sb 0,0116 0,0121 0,0149
komposisinya menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence).
16 In 0,0127 0,0114 0,0141
17 Ru 0,0097 0,0085 0,0106
Hasil pengujian komposisi beton sebelum dan setelah
dialiri klorida dapat dilihat pada Tabel 1. Pada beton

132
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Kesimpulan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian terhadap laju penetrasi [1] Metha, P.K. 1998. Proceedings Second int.Conf.on
klorida menggunakan metode Rapid Migration Test, Concrete in Marine Environment, St.Andrews by the
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: sea. Canada, SP – 109.
1. Dari pengujian penetrasi klorida yang telah [2] Budianto. 2010. Tesis, Bandung : Departemen teknik
dilakukan, terdapat 2 sampel yang cukup baik yaitu Sipil Institut teknologi Bandung (ITB).
sampel 3 untuk beton ketebalan 5cm dan sampel 1 [3] NT BUILD 492. 1999. Finland: Nordtest, Espoo.
untuk beton ketebalan 8cm, dengan laju penetrasi [4] Kristiawan, A. Stevanus, dkk. 2013. Konferensi
klorida yang semakin menurun. Dengan Nasional Teknik Sipil 7 ( koNTekS 7). Universitas
menurunnya laju pentrasi klorida menyebabkan Sebelas Maret (UNS). Surakarta, 24-26 Oktober
semakin sedikitnya klorida yang menyerap ke 2013
dalam beton, sehingga semakin sedikit klorida
maka semakin baik kualitas beton tersebut.
2. Hasil pengujian XRF menunjukkan adanya klorida
yang menyerap pada beton sebanyak 1,76%.
Jumlah klorida yang menyerap relatif kecil karena
tegangan yang diterapkan tidak terlalu besar serta
waktu pengujian yang tidak terlalu lama.

133
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 06 Agustus 2016

Pengaruh Konduktifitas Hidrolik Tanah Berpori terhadap Potensial Elektrokinetik

Aswar M1, Syamsuddin2, dan Muhammad Hamzah2


1) PT Dharma Satya Nusantara Group, Tbk
2) Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin

Sari / Abstract konsentrasi elektrolitik. Ketiga, potensial termoelektrik dari


Dalam studi ini telah dilakukan percobaan laboratorium gradient termal. Mekanisme timbulnya PE yang belum
untuk menganalisis pengaruh permeabilitas media berpori sepenuhnya dipahami tetapi tidak menghalangi penerapan
terhadap potensial elektrokinetik. Percobaan ini dilakukan dan kesuksesan PE sebagai sumber anomaly self-potensial
dengan menggunakan rangkaian alat sederhana, dan bahan (SP) untuk eksplorasi mineral dan geothermal. Namun
berupa tanah berpori dengan berbagai ukuran butir dan demikian, selama ini metoda SP lebih banyak berperan
tempat pengambilan sampel, serta dengan mengalirkan air melengkapai metoda geofisika lainnya yang dianggap lebih
atau fluida melalui media sampel yang diujikan. Percobaan memadai.
dilakukan dengan menghitung nilai permeabilitas atau
konduktifitas hidrolik (K) sampel uji, dan mengukur Mekanisme kerja terbangkitnya potensial PE yang
potensial elektrokinetik (PE) sampel yang diujikan. berhubungan dengan air tanah adalah sebagai elektrolitik.
Terdapat hubungan yang linear antara permeabilitas dengan Air tanah yang bergerak dalam medium berpori
ukuran butir, sehingga makin besar ukuran butir maka membangkitkan potensial elektrokinetik atau dikenal pula
permeabilitas akan semakin besar pula. Serta terdapat pula sebagai elektrofiltrasi dan streaming potensial. Demikian
hubungan yang linear antara potensial elektrokinetik pula air tanah yang mengandung konsentrasi larutan yang
dengan permeabilitas suatu sampel itu sendiri, sehingga bervariasi dapat menimbulkan potansial difusi, nearst
dapat dianalisis bahwa semakin besar permeabilitas maka potensial dan shale potensial (Telford, 1990). Selanjutnya,
potensial elektrokinetik suatu bahan akan semakin besar. air tanah sebagai pelarut yang bereaksi dengan mineral
dapat terjadi potensial mineral. Sebagai tambahan, bahwa
Kata kunci: Alat sederhana, Tanah berpori, Permeabilitas, pergerakan air tanah yang terjadi akibat vegetasi dapat
Potensial elektrokinetik. menyebabkan potensial bioelektrik.

Abstract Dari penelitian ini dapat memberikan gambaran sumber


In this study has been tested to analyze the influence of potensial yang terukur di permukaan tanah. Potensial alam
porous media permeability of electrokinetic potential. This yang terukur di permukaan tanah dikenal dengan SP.
experiment was conducted with the simple circuit tools, and Anomali SP yang terukur di permukaan adalah merupakan
materials such as porous soil with various grain sizes and potensial yang bersumber dari PE. Anomali SP tersebut
sampling area, as well as by flowing water or fluid through dapat memberikan informasi aliran air bawah permukaan.
the media examined samples. Experiments carried out by Anomali negatif terjadi bila rembesan masuk ke dalam
calculating the permeability or hydraulic conductivity (K) struktur dan terjadi anomali positif bila mengalir secara
test samples, and measure the electrokinetic potential (PE) horizontal (Fagerlund, 2003).
samples tested. There is a linear correlation between
permeability and the measure grain, so the bigger the grain Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikembangkan
size the greater the permeability. And there is also a linear investigasi atau penelitian tentang potensial elektrokinetik
correlation between the electrokinetic potential with the dalam media tanah (media berpori), serta pengaruh
permeability of a sample itself, so that we can analyze that permeabilitas tanah (media berpori) atau kemampuan tanah
the larger the permeability of the electrokinetic potential of untuk meloloskan air terhadap PE. Sehingga dapat
a material will be even greater. memberikan gambaran sumber potensial yang terukur di
permukaan tanah. Potensial alam yang terukur di
Keywords: simple tools, porous soil, permeability, permukaan tanah dikenal dengan SP. Anomali SP yang
electrokinetic potential terukur di permukaan adalah merupakan potensial yang
bersumber dari PE. Anomali SP tersebut dapat memberikan
Pendahuluan / Introduction informasi aliran air bawah permukaan.
Potensial elektrokinetik (PE) dapat ditimbulkan oleh Data dan Metoda / Data and Method
berbagai proses di alam. Ada tiga mekanisme yang dapat
menimbulkan potensial elektrokinetik. Pertama, steaming Penelitian skala laboratorim ini dilakukan untuk
potential yang berkaitan dengan aliran fluida. Kedua, menentukan permeabilitas atau konduktifitas hidrolik (K)
potensial elektrokimia yang muncul karena perbedaan dan potensial elektokinetik (PE) dari tiap sampel dengan

134
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

berbagai ukuran butir. Adapun sketsa alat percobaan untuk yang keluar dari sampel tanah. Konduktifitas hidrolik
mengetahui nilai K dan PE dari tiap sampel dapat dilihat tersebut dihasilkan dari linearisasi grafik q = (Q/A)
pada Gambar 1 terhadap i = (dh/dl), dengan dibantu program Microsoft
Office Excel.

Pengukuran Potensial Elektrokinetik (PE)


Sketsa gambar percobaan untuk mengetahui potensial
elektrokinetik dapat dilihat pada Gambar III.3. Geometri
dari tempat sampel tanah berbentuk silinder. Silinder
tempat sampel tanah ini terbuat dari pipa paralon. Ukuran
dari pipa paralon adalah panjang 50 cm dan jari-jari pipa
1.3 cm. Serta sebagai tambahan, posisi dan jarak antara dua
elektroda negatif dan elektroda positif adalah 30 cm. Posisi
elektroda dan geometri tempat sampel tanah dapat pula
dilihat seperti Gambar 3.
Gambar 1 Sketsa alat percobaan potensial elektrokinetik
(PE).

Adapun cara atau metodologi dalam melakukan


pengambilan data dari tiap sampel tanah yang diujikan,
untuk menentukan permeabilitas atau konduktifitas hidrolik
dan pengukuran potensial elektrokinetik adalah sebagai
berikut:

Penantuan Permeabilitas (K) Gambar 3 Ektroda di tempat sampel tanah.


Penentuan nilai konduktifitas hidrolik (K) dilakukan
melalui percobaan di laboratorium. Prosedur percobaan Aliran air malalui sampel tanah terjadi karena perbedaan
adalah mengalirkan air (fluida) melalui beberapa sampel head hidrolik (Δh). Head hidrolik di sisi sebelah kanan
tanah (kerikil, pasir, dan tanah), yang dimasukkan dalam dikondisikan sehingga bernilai nol, sedangkan head
pipa silinder. Air dapat mengalir malalui sampel tanah hidrolik di sisi sebelah kiri divariasikan untuk mengalirkan
karena adanya gradient haed hidrolik (dh/dl), untuk setiap air ke dalam sampel tanah. Variasi head hidrolik yang
dh/dl diperoleh kecepatan aliran fluida dalam silinder (q). diberikan adalah 46 cm, 66 cm, dan 86 cm, variasi head
Percobaan dilakukan tiga sampai empat kali berdasarkan hidrolik ini sama dengan saat pegambilan data untuk nilai
variasi head hidrolik. konduktifitas (K). Dengan dibantu oleh alat digital
multimeter yang disambungkan dari elektroda-elektroda ke
perangkat komputer yang telah diinstalkan software dari
𝐾 𝐴 𝐾 𝐴 ----------------- 1
alat tersebut. Potensial elekrokinetik (PE) tersebut langsung
terekam dan terlihat di perangkat komputer.
Geometri dari tempat sampel tanah berbentuk silinder.
Silinder tempat sampel tanah ini terbuat dari pipa paralon. Hasil dan Diskusi / Result and Discussion
Ukuran dari pipa paralon adalah panjang 50 cm dan jari-jari
pipa 1.3 cm (Gambar 2) Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di
atas yaitu hasil dari Nilai Permeabilitas (K), dan Nilai
Potensial Elektrokinetik (PE) adalah sebagai berikut:

Nilai Permeabilitas (K)


Untuk sampel tanah I (kerikil), hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 hasil pengukuran sampel 1 (kerikil)


Gambar 2 Ukuran silinder tempat sampel tanah.

Konduktifitas hidrolik sampel tanah (K) percobaan adalah


konduktifitas hidrolik sebenarnya atau konduktifitas
hidrolik yang mewakili sampel tanah percobaan. Adapun
variabel yang diukur adalah waktu (s) dan volume (cm3) air

135
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

Konduktifitas Hidrolik pada sampel I dengan linearisasi (q) Nilai Potensial Elektrokinetik (PE)
terhadap (i), akan dihasilkan grafik seperti pada Gambar 4. Data hasil rekaman perubahan potensial elektrokinetik (PE)
Nilai K yang dipeoleh sekitar 0.223 (cm/s). penelitian laboratorium masing-masing sampel, dari sampel
I sampai sampel III dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 4. Grafik permeabilitas (K) sampel I (kerikil)


Gambar 6. Rekaman potensial elektrokinetik.
Dengan metode pengukuran dan pengolahan yang sama
untuk sampel II (pasir) dan III (tanah), maka nilai Rekaman potensial elektrokinetik pada Gambar 6
Permeabilitas (K) yang diperoleh dari kedua sampel menunjukkan perbedaan head untuk masing-masing
tersebut dituangkan dalam tabel 2. sampel.

Tabel 2. Nilai konduktifitas hidrolik (K). Tabel 3. Head potensial elektrokinetik tiap sampel.

Hubungan empiris antara K dengan ukuran butir dapat


dilihat pada grafik dalam Gambar 5. Hubungan antara K
dan ukuran butir mendekati linier sehingga dapat dilakukan
linearisasi garfik antara K dan ukuran butir, dengan
demikian dapat disimpulakan bahwa semakin besar ukuran
butiran sampel tanah maka K semakin besar mendekati
linier.
Tabel 3 menunjukkan nilai potensial elektrokinetik (PE)
pada perbedaan head hidrolik (∆h) 86 cm masing-masing
sampel, untuk Sampel I = 40 mV, Sampel II = 26 mV, dan
Sampel III = 5 mV.

Analisis
Setelah memperoleh hasil dari nilai permeabilitas dan
potensial elektrokinetik maka akan dilakukan analisis
terhadap hasil penelitian tersebut. Hasil rekaman potensial
elektrokinetik (PE) dan hubunganya dengan hasil
perhitungan permeabilitas atau konduktifitas hidrolik (K)
pada tiap-tiap sampel, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Gambar 5. Grafik ukuran butir dengan konduktifitas


hidrolik

136
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

Tabel 4 Nilai K dan PE setiap sampel. perbedaan potensial elektrokinetik, data PE tiap head pada
sampel berbeda di Tabel IV.2 merupakan hasil rata-rata
dari rekaman bayak data PE tiap head.

Setelah memperoleh hasil permeabilitas dan potensial


elektrokinetik tiap-tiap sampel yang diujikan, selanjutnya
hasil potensial elektrokinetik dan permeabilitas tiap sampel
dianalisis dengan melihat hubungan antara keduanya.
Dapat dilihat pada Tabel 4, dari hasil data yang dihasilkan
Terdapat hubungan empiris antara PE dengan K dapat
terdapat hubungan linier antara permeabilitas dengan
dilihat dalam grafik pada Gambar 7. Hubungan PE dan K
potensial elektrokinetik, dapat dilihat pada Gambar 7.
mendekati linier sehingga dapat dilakukan linearisasi grafik
Sehingga diperoleh hasil kesimpulan analisis antara hasil
antara PE dan K, dengan demikian dapat dianalisis bahwa
PE dengan K penelitian ini bahwa, semakin besar
semakin besar permeabilitas atau konduktifitas hidrolik (K)
permeabilitas suatu sampel tanah maka semakin besar pula
maka semakin besar pula potensial elektrokinetik (PE).
potensial elektrokinetik sampel tanah tersebut.

Kesimpulan / Conclusions
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, dapat
ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan konduktifitas hidrolik terhadap head
hidrolik dan ukuran butir menunjukkan hubungan
yang linier. Secara spesifik dapat diartikan bahwa
semakin besar head hidrolik dan ukuran butiran maka
kecepatan aliran fluida didalam media tersebut akan
semakin besar dan konduktifitas hidrolik (K) akan
semakin besar.
2. Berdasarkan hasil rekaman perubahan potensial
elektrokinetik terhadap perubahan permeabilitas, yang
Gambar 7. Grafik PE terhadap K
telah dianalisis sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai permeabilitas media berpori maka
Nilai Permeabilitas (K): Dalam melakukan penelitian
nilai potensial alektrokinetiknya semakin besar.
mencari permeabilitas atau konduktifitas hidrolik (K) tiap
sampel yang diujikan, data-data yang dibutuhkanatau akan
Pustaka / References
dicari dalam percobaan ini yaitu waktu (t) dan volume (V),
sehingga kita akan memperoleh kecepatan aliran fluida (q). Fagerlund, F., dan Heinson, G., 2003, Detecting
Dan adanya perbedaan head, maka diperoleh head hidrolik Subsurface Groundwater Flow in Fractured
(i), sehingga tedapat hubungan yang linear antara kecepatan Rock Using Self-Potential (SP) Methods,
aliran fluida (q) dengan head hidrolik (i). Maka diperoleh Environmental Geology.
hasil permeabilitas (K) untuk sampel I 0.223 cm/s, sampel
II 0.022 cm/s, dan sampel III 0.017 cm/s. Kadoatie, R. J., 1996, Pengantar Hidrogeologi, ANDI,
Yokyakarta.
Terdapat pula hubungan yang linear antara konduktifitas
hidrolik (K) dengan ukuran butiran sampel yang diujikan, Reynold, J. M., 1997, An Introduction to Applied and
karena ukuran butiran tiap sampel berbeda maka hasil dari Environmental Geophysics, John Wiley &
permeabilitas berbeda pula (dapat dilihat pada Tabel 1), Sons Inc: New York.
sehingga terdapat hubungan linearisasi antara konduktifitas
hidrolik dengan ikuran butiran (dapat dilihat pada Gambar Overbeek, J.T.G., 1952, Electrochemistry of Double
4). Layer. Colloid Science 1.

Nilai Potensial Elektrokinetik (PE): Dalam melakukan Soedarmono G. D & Purnomo S. J., 1997, Mekanika
penelitian mencari potersial elektrokinetik (PE) tiap sampel Tanah 1, Kanisius: Yogyakarta.
yang diujikan, diperoleh data hasil rekaman potensial
elektrokinetik tiap-tiap sampel dengan head berbeda Susilo, B.K., 2008, Geologi Dinamik – Air Tanah, http:
(Gambar IV.2). Dari hasil rekaman tersebut menunjukkan //www.lablink.or.id.
bahwa perbedaan head hidrolik dapat menyebabkan

137
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

Syamsuddin., 2007, Penentuan Struktur Bawah a. Panitia pelaksana Seminar Nasional Geofisika Unhas
Permukaan Bumi Dangkal Dengan atas diterimanya tulisan ini
Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan b. Pimpinan Universitas Hasanuddin, Dekan MIPA, dan
Jenis 2D (Studi Kasus Potensi Tanah Longsor Ketua Jurusan Fisika yang telah mengizinkan penulis
di Panawangan, Ciamis), ITB: Bandung. mengikuti Seminar Nasional Geofisika Unhas 2014
c. Keluarga yang rela melepaskan penulis untuk
Telford, W.M. and Sheriff, 1990. Applied Geophysicst. mengikuti Seminar Nasional Geofisika Unhas 2014
Cambridge University Press. d. Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu
persatu

Ucapan Terima Kasih


Tulisan ini dapat dipublikasikan tidak lepas dari support
dari berbagai pihak. Untuk itu melalui tulisan ini diucapkan
banyak terima kasih kepada

138
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK EKSPLORASI AIR TANAH ZONE ALUVIUM DI


DISTRIK KURIK MERAUKE
Virman1), dan Muhammad Altin Massinai2)
1)
Program Studi Pendidikan Fisika, PMIPA Uncen, Jalan Raya Sentani-Abepura
2)
Program Studi Geofisika FMIPA Unhas, Jl. Perintis Kemerdekaan
Email: 1)Virman_uncen@yahoo.com, 2)altin@science.unhas.ac.id

Sari ketersediaan air bagi setiap orang yang tinggal di Negara


Kesatuan Republik Indonesia, (Fitri, A., 2014).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting
khususnya bagi kehidupan umat manusia. Hampir semua Data Bappenas 2015, menyimpulkan bahwa akses
kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai masyarakat Indonesia terhadap air bersih masih rendah
dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruang yakni masih berkisar 51,02 %, Angka ini masih jauh
tempat tinggal menyiapkan makanan sampai dengan dibawah target yang ditetapkan oleh MDGs (Millenium
aktivitas-aktivitas lainnya. Oleh karena itu kehidupan ini Development Golds) yaitu 68,87%. Kedepan penyediaan
tidak mungkin dipertahankan tanpa air. Berdasarkan air bersih semakin dihadapkan tantangannya yang semakin
pentingnya air tersebut bagi manusia maka telah dilakukan besar karena beberapa hal diantaranya jumlah penduduk
eksplorasi air tanah dengan tujuan mencari kemungkinan yang terus bertambah, mendorong pertumbuhan dan
ditemukannya air tawar pada lapisan akuifer. Eksplorasi air perkembangan pemukiman yang cepat pula, peningkatan
tanah dilakukan di Daerah Distrik Kurik Merauke kegiatan ekonomi dan sebagainya. Ini semua akan
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Metode ini berdampak pada pencemaran air, kerusakan hutan,
menggunakan sistem induksi arus listrik untuk mengetahui kerusakan waduk sebagai sumber air baku menjadi sulit,
resistivitas batuan bawah permukaan. Variasi resistivitas (Qodriyatun S.N., 2014)
dapat menunjukkan perbedaan komposisi, ketebalan atau
tingkat kontaminasi. Hasil pemrosesan data menunjukkan Di Kabupaten Merauke tidak kecuali, krisis air bersih juga
bahwa lapisan batuan yang diduga potensi mempunyai air dirasakan oleh masyarakat. Akses air bersih dari PDAM
tanah yang baik berada pada lapisan lima dengan yang belum maksimal di kota Merauke ini ditunjukkan
kedalaman diatas 50.41 m dan antara 0.329 - 68.3 ohm m. oleh jumlah rumah tangga yang menikmati air bersih
sekitar 3000 dari total rumah tangga ada 18.048, (Kompas,
Katakunci: air tanah, geolistrik dan eksplorasi 2010).
Pendahuluan / Introduction Disamping PDAM di Kota Merauke ada sekitar 300 orang
Sekitar 71 persen bumi mengandung air dan tubuh kita penjual air keliling, mereka setiap hari menimba air dari
sendiri juga mengandung air sekitar 80 persen. Maka dari sumur-sumur tua peninggalan Belanda yang ada dipinggir
itu, air adalah barang yang sangat berharga karena air jalan Mandala. Pada musim kemarau mereka antre ambil
memiliki kegunaan yang sangat penting bagi kehidupan air karena banyak yang pesan. Hal ini terutama
manusia. Air bersih untuk komsumsi menurut departemen disebabkan oleh air tanah yang ada di Merauke 87,7%
kesehatan memenuhi syarat-syarat yaitu tidak berbau, tidak berair payau dan hanya 18,3% yang berair tawar.
berasa, tidak berwarna dan tidak mengandung logam berat, Krisis air bersih tidak hanya di Kota Merauke tetapi juga di
(Love, J and Luchsingerm V., 2015). Hidup kita Distrik Kurik. Masyarakat yang umumnya anggota TNI
membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti membeli air seharga Rp. 8000 per galon untuk keperluan
minum, memasak, mandi, mencuci, kakus dan sebagainya. air minum. Sedangkan untuk mandi dan cuci menggunakan
Karena itu, penyediaan air bersih menjadi hal yang sangat air hujan atau air tanah yang mengandung belerang panas
penting untuk dikaji karena berpengaruh besar pada yang tersedia cukup banyak. Krisis air bersih tersebut
kelancaran aktivitas masyarakat tersebut. dampaknya tidak hanya menimbulkan biaya ekstra tetapi
juga mengancam kesehatan masyarakat. Menururt
Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air penelitian oleh WHO, krisis air bersih menimbulkan
khususnya pasal 5 juga menyatakan bahwa negara penyakit antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, tipus,
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi disentrin, trachoma, scabies, malaria, dan penyakit
kebutuhan pokok minimal setiap hari guna memenuhi cacingan, ( Iwan, N., 2013).
kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Undang-
undang tersebut menekankan bahwa negara wajib Untuk mengatasi krisis air bersih tersebut maka diperlukan
menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin sumber air lain berupa air tanah. Air tanah bawah

139
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

permukaan keberadaannya tidak pasti baik kedalaman Untuk aturan elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus
maupun penyebaran secara lateral. Demikian juga kualitas jauh lebih lebar dari spasi elektroda potensial seperti pada
air tanah bawah permukaan yang sangat tergantung pada Gambar 1.
banyak hal diantaranya intrusi air laut, pencemaran akibat
leachete (lindi) dari timbunan sampah, pertanian
(penggunaan pupuk) dsbnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan


eksplorasi air tanah menggunakan metode geolistrik.
Geolisitrik merupakan salah satu metode geofisika yang
banyak digunakan untuk memprediksi keberadaan air
bawah permukaan, (Rosid, S. 2008). Metode ini
mempunyai kelebihan dalam hal lebih murah, dan cepat Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger (Telford,
namun sifatnya prediksi. Berdasarkan data-data geolistrik 1990))
ini maka akan didapatkan posisi maupun kedalaman air
tanah dengan demikian biaya untuk bor air tanah dapat
diprediksi. dari persamaan (1) apabila diturunkan maka diperoleh
tahanan jenis semu untuk konfigurasi Schlumberger sbb:
Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah
𝜌 *( ) ( )+
permukaan bumi melibatkan pengukuran diatas permukaan
bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh Dimana:
batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat r1 = jarak dari titik P1 ke sumber arus positif (L - l)
ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi dibawah r2 = jarak dari titik P1 ke sumber arus negative (L + l)
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun lateral
(Telford, 1990). r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif (L + l
r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif (L - l)
Metode ini menggunakan asumsi bahwa bumi bersifat Hal ini menghasilkan faktor geometri (K) dan tahanan jenis
homogen isotropis. Dengan asumsi ini tahanan jenis yang semu untuk elektroda Schlumberger adalah (Telford,
terukur sebenarnya tidak bergantung pada spasi elektroda. 1990):
Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan ( )
𝜌 𝐾 , dengan Ks ...... (2)
dengan ρ berbeda. Sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Oleh Umumnya metode Sclumberger ini dilakukan dengan jarak
karena itu harga tahanan jenis yang diukur bukan elektroda arus (C1 C2) dibuat 10 kali atau lebih jarak
merupakan nilai tahanan jenis untuk satu lapisan saja, hal elektroda potensial (P1 P2)
ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. Harga
tahanan jenis yang terukur tersebut disebut nilai tahanan Setiap konfigurasi mempunyai penetrasi kedalaman yang
jenis semu (apparent resistivity). Tahanan jenis semu
tidak sama, sehingga dalam pengukuran penetrasi
dirumuskan sebagai (Telford, 1990):
kedalaman merupakan salah satu faktor yang menjadi
𝜌 𝐾 .........(1) pertimbangan dalam pemilihan konfigurasi elektroda,
faktor lain adalah jenis struktur, sensitivitas alat, tingkat
Dimana ρa adalah tahanan jenis semu, K adalah faktor nois yang ada.
geometri, ∆V adalah beda potensial antara kedua elektroda
potensial dan I adalah kuat arus yang diinjeksikan. Hasil pengukuran geolistrik tidak dapat digunakan secara
pasti untuk menentukan jenis batuan, mengingat banyaknya
Berdasarkan persamaan (1) dapat diketahui bahwa nilai faktor yang mempengaruhi tahanan jenis batuan. Namun
tahanan jenis semu tergantung pada geometri konfigurasi demikian metode geolistrik dapat dimanfaatkan untuk
memperkirakan adanya formasi batuan yang mengandung
elektroda yang digunakan. Metode geolistrik tahanan jenis
air (akuifer) dalam eksplorasi air tanah, adanya formasi
memiliki beberapa konfigurasi yang dapat digunkan batuan yang berasosiasi dengan zone mineralisasi dalam
diantaranya konfigurasi Schlumberger, konfigurasi eksplorasi mineral. Dalam studi rekayasa dan lingkungan
Wenner, konfigurasi dipole-dipole dll. Dalam penelitian metode geolistrik juga berperan untuk memperkirakan
ini digunakan konfigurasi Schlumberger. kebocoran bendungan, dispersi fluida polutan dan
sebagainya.

140
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Data dan Metoda c. Agar pengukuran dapat berjalan lancar maka


masing-masing anggota yang terlibat harus
1 Desain Penelitian
mendapat arahan/penjelasan sehingga dapat bekerja
Pengukuran tahanan jenis dilakukan sebanyak 2 titik, berdasarkan tanggungjawab yang dipercayakan
panjang bentangan antara AB/2 adalah 100 m, (setting peralatan, memindahkan elektroda,
menggunakan konfigurasi Schlumberger. Daerah mencatat data pengukuran).
penelitian (Lampiran 1) memiliki topografi yang relatif d. Data yang dikumpulkan adalah data geolistrik yang
rata serta terdapat beberapa bangunan disekelilingnya, mencakup arus listrik (Amper) dan beda potensial
sehingga bentangan maksimum sulit dicapai. Pengukuran (Volt). Data ini diperoleh dengan menginjeksi arus
lapangan dilakukan dengan mengukur beda potensial dan listrik melalui dua elektroda arus dan mencatat beda
kuat arus yang ditimbulkan pada setiap perubahan potensial akibat penjalaran arus pada medium bumi
elektroda AB dan MN. Untuk resistivitas sounding, jarak yang memiliki nilai hambatan (ohm m).
spasi elektroda diubah-ubah secara graduil untuk titik amat.
Untuk aturan elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus 4 Pengolahan Data
jauh lebih besar dari spasi elektroda potensial. Data yang diperoleh berupa beda potensial dalam volt dan
arus dalam amper, data tersebut kemudian disubtitusikan
2 Peralatan Geolistrik Tahanan Jenis yang Digunakan: kedalam persamaan (2) untuk mendapatkan nilai tahanan
Pelaksanaan pengukuran tahanan jenis menggunakan
jenis semunya. Tahanan jenis semu hasil perhitungan
peralatan geolistrik dengan alat utama Noniura NRD 328
HF, parameter yang dapat diukur yaitu arus listrik (Amper) selanjutnya diolah lagi untuk mendapatkan true resistivity
dan bedapotensial (Volt). Output pengukuran adalah menggunakan IPI2win hasilnya seperti pada Lampiran 2.
tahanan jenis bawah permukaan. Beberapa alat penunjang Gambar tersebut merepresentasikan jenis litologi,
yang diperlukan adalah: kedalaman dan ketebalan masing-masing lapisan dengan
a. Accu, sebagai sumber arus listrik yang dihubungkan didasarkan pada perbedaan harga tahanan jenisnya.
ke alat Noniura NRD 328 HF. Kemudian untuk menafsirkan jenis litologi dari tiap lapisan
b. Elektroda terbuat dari tembaga, merupakan dipakai dasar-dasar sebagai berikut:
komponen yang menghubungkan antara alat dengan a. Batuan sedimen yang lepas akan mempunyai harga
permukaan tanah, terdiri atas dua elektroda arus dan tahanan jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan
dua elektroda potensial. yang kompak pada batuan yang sama.
c. Kabel penghubung antara alat dengan elektroda b. Batuan yang mengandung air akan mempunyai
d. Global Positioning System (GPS) alat yang harga tahanan jenis yang lebih kecil dibandingkan
digunakan untuk menentukan posisi setiap titik dengan yang kompak pada batuan yang sama.
ukur. c. Harga tahanan jenis semakin kecil bila air yang ada
e. Palu dan meteran untuk proses pemindahan mempunyai kandungan garam yang lebih besar.
elektroda.
Hasil dan Diskusi
3 Tahapan pengukuran
Data yang diperoleh melalui pengukuran berupa beda
Adapun urutan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
potensial dan arus kemudian dihitung tahanan jenis
berikut:
a. Langkah pertama adalah melakukan kalibrasi alat, semunya. Selanjutnya nilai tersebut diolah menggunakan
yaitu memastikan peralatan yang dibawah dalam IPI2win untuk mendapatkan tahanan jenis sebenarnya.
kondisi yang baik (kabel tidak ada yang putus, Tahanan jenis sebenarnya merupakan model yang
baterai atau accu memenuhi syarat yaitu 12 volt. menggambarkan ketebalan perlapisan dan jenis batuan pada
sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu. tiap-tiap pengukuran. Untuk mengetahui jenis – jenis
b. Sebelum kegiatan pengukuran, sangat dianjurkan batuan yang ada pada masing-masing titik disesuaikan
melakukan pengenalan lapangan agar diperoleh dengan besar kecilnya nilai tahanan jenis yang dimiliki
kepastian terutama titik ukur, arah bentangan, serta data geologi pada daerah penelitian. Data tahanan
jumlah pengukuran, peralatan pendukung untuk jenis yang sudah melalui tahap pengolahan dapat berupa
kelancaran di lapangan. model yang menggambarkan jumlah perlapisan dan
kedalaman (Lampiran 2). Selanjutnya model tersebut

141
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

dianalisis berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh 1. Lapisan pertama, ketebalan 0.75 m, harga tahanan jenis
Telford, 1990. Adapun hasil analisis terhadap model yang 1295 ohm m. merupakan lapisan penutup. Nilai tahanan
diperoleh berupa struktur bawah permukaan adalah jenis yang lebih tinggi disamping akibat posisi yang
sebagai berikut: lebih tinggi yaitu 14 m dpal.
2. Lapisan kedua, ketebalan 3.18 m berada pada
No. Pengukuran 001: kedalaman 3.93 m dari permukaan. Tahanan jenis pada
Titik pengukuran pertama dilakukan dengan bentangan lapisan ini adalah 331 ohm m berdasarkan nilai tahanan
200 meter atau AB/2 adalah 100 meter, arah bentangan jenis strukturnya berupa batu pasir.
utara – selatan. Berdasarkan hasil pengolahan data yang 3. Lapisan ketiga, lapisan bertahanan jenis 63 ohm m,
menggunkan software IPI2win, lintasan ini terdiri atas lima jenis batuannya berupa pasir berlempung, merupakan
lapisan (Lampiran 2). Adapun distribusi tahanan jenis dan lapisan akifer berada pada kedalaman 9.63 m dari
prediksi jenis batuannya setiap lapisan adalah sebagai permukaan.
berikut: 4. Lapisan keempat, adalah lapisan yang tahanannya
1. Lapisan pertama, memiliki ketebalan 2.57 m, harga jenisnya 9267 ohm m, berada pada kedalaman 50.4
tahanan jenis 137 ohm m merupakan tanah penutup. meter dengan ketebalan lapisan 40.8 meter. Lapisan
2. Lapisan kedua memiliki ketebalan 2.7 m dengan nilai ini termasuk lapisan yang kedap air dapat berfubgsi
tahanan jenis 84.5 ohm m. Dari permukaan, lapisan sebagai lapisan impermeable. Apabila hal ini terbukti
ini berada pada kedalaman hingga 5.28 m. maka diharapkan lapisan bawahnya bisa menjadi akifer
Berdasarkan nilai tahanan jenis maka lapisan kedua yang baik. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah
strukturnya berupa batu pasir. lapisan ini mengandung banyak gas-gas akibat
3. Lapisan ketiga, lapisan bertahanan jenis 8.01 ohm m, terjadinya reaksi kimia.
dengan ketebalan 9.54 m berada hingga kedalaman 5. Lapisan kelima adalah lapisan dengan tahanan jenis
14,82 m. Lapisan ini strukturnya berupa lempung 68.3 ohm m, berada pada kedalaman > 68.3 m,
pasiran. merupakan lapisan akifer baik. Berdasarkan nilai
4. Lapisan keempat, adalah lapisan yang tahanan tahanan jenis di lapisan empat maka pada lapisan ini
jenisnya 243 ohm m dengan ketebalan 28.5 meter, dari jenis akifer yang ada berupa akifer tertekan.
permukaan sekitar 43.3 meter. Lapisan ini strukturnya
berupa batu berpasir. Berdasarkan nilai tahanan jenis Kesimpulan
maka pada lapisan ini kondisi air tanahnya/strukturnya
berupa batu pasir. Kemungkinan lain yang Hasil penelitian pendugaan keberadaan air tanah daerah
menyebabkan tingginya nilai tahanan jenis ini adalah penelitian menggunkan metode geolistrik tahanan jenis
kandung gas-gas pada lapisan ini. dapat disimpulkan: Lapisan Akifer berada pada lapisan 5
5. Lapisan kelima, merupakan lapisan yang berada pada yakni pada kedalaman > 50.41 m, berdasarkan nilai tahanan
kedalaman > 43.3 m. Lapisan ini memiliki tahanan jenis maka tergolong akifer baik berada pada titik
jenis paling rendah yaitu 0.329 ohm m, sifat konduktif pengukuran 002 tahanan jenisnya 68.3. Sedangkan pada
ini menunjukkan bahwa air tanahnya mengandung pengukuran 001, tahanan jenis 0.329 ohm m jenis
banyak unsur atau mineral terlarut termasuk gas akibat akifernya tergolong akifer tercemar dan model air tanah
reaksi kimia pada lapisan ini, biasanya dikategorikan berupa air tanah tertekan. Berdasarkan distribusi nilai
sebagai akifer tercemar. tahanan jenis pada pengukuran 001 dan 002 maka
disarankan untuk pemboran air tanah dilakukan pada
No. Pengukuran 002 kedalaman > 50 m.
Untuk titik pengukuran kedua yang berarah utara-selatant,
panjang bentangan 400 m atau AB/2 adalah 100 meter. Pustaka
Berdasarkan hasil pengolahan data maka titik pengukuran Fitri, A., dan Atik, R., 2014. Program penyediaan air
ini terdiri atas lima lapisan dengan struktur bawah minum berbasisi masyarakat di Desa Tiris
permukaan sebagai berikut: Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. Artikel
Ilmiah.

142
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Iwan, N., 2013. Strategi sektor pengembangan sektor air menggunakan metode geolistrik. Prosiding Seminar
bersih. Disertasi Program Pascasarja IPB Bogor. Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas
Kompas. 2010. Air Sumur kami terasa asin. Lampung.
Love, J. And Luchsinger, V., 2014. Suistainability and
Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sherif, R. E., 1990.
water resources. Journal Suistainability and Green
Business. P. 1-12. Applied Geophysics, Cambridge University Press,
Qodriyatun S.N., 2014. Kebijakan sosial untuk mengatasi New York.
krisis air bersih.
Rosid, S., dan Johan, M., 2008. Pemetaan hidrologi dengan

143
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Lampiran 1

144
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Lampiran 2

HASIL PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK


Lokasi : Distrik Kurik, Merauke
No. Pengukuran : 001
Hari/Tanggal : 1 Juli 2016
Arah Lintasan : Timur Barat
Ketinggian : 14 m dpal

HASIL PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK


Lokasi : Distrik Kurik, Merauke
No. Pengukuran : 002
Hari/Tanggal : 1 Juli 2016
Arah Lintasan : Timur Barat
Ketinggian : 14 m dpal

145
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Pengaruh Aktivitas Tektonik Pada Gunung Gamalama

Muhammad Altin Massinai, Suciati, Lantu


Program Studi Geofisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNHAS Makassar

Email: altin@science.unhas.ac.id

Sari dan pulau-pulau non vulkanik. Pulau vulkanik menempati


bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate,
Gunung Gamalama merupakan salah satu gunungapi aktif Pulau Tidore dan lain-lainnya. Sedangkan pulau non
di indonesia yang terletak di Pulau Ternate. Gunungapi vulkanik antara lain pulau bacan, pulau obi dan lain-lainnya
Gamalama yang tumbuh di dalam zona penunjaman antara (Massinai, 2015).
zona Sangir – Halmahera yang selalu menunjukkan
aktivitas tektonik yang tinggi. Perkiraan hubungan aktivitas Hubungan gempa tektonik dan vulkanik di daerah
tektonik dengan aktivitas vulkanik Gunungapi Gamalama penelitian dapat diketahui dengan melakukan uji korelasi.
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi. Data gempa Software OASIS digunakan untuk mengetahui zona-zona
yang digunakan yaitu data sekunder pada periode 2006 – rawan bencana di daerah Maluku Utara tepatnya di Gunung
2014 (Januari – Desember). Hasil uji korelasi pada periode Gamalama. Oleh karena itu penelitian ini sangat penting
2006 – 2014 antara aktivitas tektonik sangat kuat dan perlu dilakukan untuk mitigasi bencana di Daerah
mempengaruhi vulkanik Dalam Gunung Gamalama (VA). Maluku Utara.
Tektonik Lokal mempunyai hubungan yang sangat kuat
dengan Vulkanik Dalam (VA) dengan koefisien korelasi Peran tektonik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
sebesar 0,82. Sementara Tektonik Jauh (TJ) dengan VA vulkanik, terutama gunugapi yang berada dekat dengan
mempunyai hubungan yang kuat dengan koefisien korelasi zona penunjaman (Massinai, at al., 2016). Gunung
sebesar 0,78. Gamalama yang tumbuh di dalam zona penunjaman di
Celah Sangir – Halmahera selalu terusik dengan aktivitas
Kata kunci : Gempa tektonik, Gempa vulkanik, Gunungapi tektonik yang ramai di dalam celah tersebut. Tidak selalu
Gamalama harus meletus, tetapi paling tidak dapat mengusik stabilitas
kantong fluida di bawah kerucut gunungapi. Beberapa
Pendahuluan catatan yang menunjukkan letusan Gunung Gamalama
Wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan gempa yang terkait dengan naiknya aktivitas tektonik sebelumnya,
yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara antara lain letusan 1980 didahului oleh gempa tektonik
lainnya (Massinai, 2015). Hal tersebut disebabkan posisi terasa beberapa hari sebelumnya. Letusan 1983 juga
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng besar yang diawali rentetan gempabumi tektonik kemudan disusul
terus menerus bergerak. Ketiga lempeng tektonik besar dengan meningkatnya gempa vulkanik. (Rahman, dkk.,
tersebut yaitu lempeng tektonik Eurasia, lempeng tektonik 2010).
Indo-Australia, dan lempeng tektonik Pasifik. Selain
lempeng-lempeng tersebut masih ada lempeng-lempeng Penelitian ini menggunakan analisis uji korelasi, Uji
tektonik kecil lainnya yaitu: Filipina, Laut Maluku, korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi hubungan
Halmahera, dan Sangihe. Pergerakan lempeng-lempeng antar variabel sesuai dengan populasi data yang ada. Secara
tersebut menjadi penyebab utama terjadinya gempabumi statistik melalui uji korelasi regresi simetris antar aneka
tektonik di Indonesia (Ismullah, at al.,2015). variabel (Sugiyono, 1999). Persamaan sederhana korelasi
regresi linier antar aneka variabel yang digunakan untuk
mengetahui bentuk dan besaran hubungan antar dua
Kepulauan Maluku berpotensi terjadi gempa karena
variabel adalah :
menjadi daerah pertemuan tiga lempeng penyusun kulit
........................................1
bumi, Ketiga lempengan ini relatif bergerak satu terhadap
Dengan :
yang lain sehingga kepulauan Maluku mengalami aktivitas ∑ ∑ ∑ ∑
kegempaan yang tinggi (Simanjuntak, 2004). Sumber- ∑
.................2
(∑ )
sumber kegempaan tersebut terdiri dari subduksi di laut ∑ ∑ ∑
Maluku antara Pulau Halmahera dengan Sulawesi Utara,
sesar yang menyebar (diffuse). Maluku Utara merupakan ∑ (∑ )
wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau vulkanik

146
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Nilai koefisien korelasi hubungan antar aneka variabel 2. Data sekunder dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
dilakukan untuk mengetahui besaran dan bentuk hubungan Bencana di Bandung. Data tersebut berupa data
antara dua variabel tertentu, apakah positif, negatif, atau Gunungapi Gamalama dari tahun 2006 – 2014
tidak berhubungan. Hal ini mencerminkan karakteristik
variabel dari masing – masing populasi. Penentuan nilai Metode Pengolahan Data
koefisien korelasi hubungan antar aneka variabel Pengolahan data dilakukan dengan memfilter data vulkanik
ditentukan dengan rumus pearson product moment : dan data tektonik. Hasil pemfilteran berupa menyamaan
data kejadian gempa harian. Pembuatan grafik untuk
∑ ∑ ∑ melihat pola hubungan dari data kegempaan tahun 2006 -
.............3
√( ∑ (∑ (∑ ) ) 2014 tersebut. Dari data magnitudo gempa tahun 2006 –
2014 menjadi dasar pembuatan peta zona yang dipengaruhi
oleh gempa tektonik.
Keterangan : r = koefisien korelasi hubungan pearson
n = jumlah sampel
x dan y = varian dan kovarian
Hasil dan Diskusi
Tingkat hubungan yang terjadi di antara dua atau lebih
variabel dapat diinterpretasi dari koefisien korelasi (Tabel Hubungan Gempa Tektonik dan Vulkanik Gunung
1) berikut, Gamalama Pulau Halmahera dapat dilihat pada Gambar 1,
berikut.
Tabel 1 interpretasi tingkat hubungan koefisien korelasi
(Sugiyono, 1999)

Interval koefisien korelasi Tingkat hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

Data dan Metoda


Lokasi Penelitian
Daerah yang dijadikan lokasi penelitian adalah wilayah
Pulau Ternate dan pulau-pulau sekitarnya. Pulau Ternate
terletak dalam ruang lingkup pergerakan antara kepulauan
Filipina, Sangihe Talaud dan Minahasa serta lengkungan
Sulawesi Utara dan Tengah (Ismullah, dkk., 2015).

Data Penelitian
1. Data Gempa tektonik yang berupa data sekunder pada
tahun 2006 - 2014. Sumber: Badan Meteorologi,
Klimatologi Dan Geofisika Klas II Gowa Makasar .
2. Data gempabumi Gunung Gamalama yang berupa data
sekunder pada tahun 2006 – 2014, sumber: Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Gowa. Gambar 1 korelasi event VA dengan TL, VB dengan TJ,
VA dengan TJ, VB dengan TL tahun 2006
Pengambilan Data
Data yang digunakan yaitu: Untuk korelasi event vulkanik dan tektonik VA, VB, TJ,
1. Data sekunder yang tercatat di Badan Meteorologi dan dan TL pada tahun 2006 terlihat grafik yang memiliki
Geofisika stasiun Gowa, data tersebut berupa data tingkat hubungan tertinggi yaitu event VA dengan TJ
gempa bumi dari tahun 2006 – 2014. Terdiri dari dengan nilai 76,74%, 77,23%, 81,29%. Event VA dengan
tanggal, waktu, kejadian, lintang, bujur, kedalaman, TJ dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan tingkat
magnitude ( 4 – 6,7 SR). hubungan yang sangat tinggi. Pada tahun 2006, 2007 dan

147
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

2012 menimbulkan kenaikan aktivitas Vulkanik Gunung Dari hasil pemetaan zona – zona daerah rawan bencana
Gamalama yang signifikan. Aktivitas berupa terjadinya Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan magnitude 4,0 – 4,5
gempa vulkanik dalam yang disebabkan oleh tektonik jauh. SR masuk dalam zona aman, sedangkan untuk zona rawan
Aktivitas ektonik ini berada pada zona subduksi ganda di bencana dengan magnitude 5,0 – 6,5 SR.
Laut Maluku.
Kesimpulan
Data gempa tektonik dan vulkanik Gunung Gamalama
Tahun 2006 sampai 2014 menunjukkan tingkat hubungan Aktivitas tektonik di zona subduksi ganda Laut Maluku
yang terjadi antara event VA dengan TL, mempunyai nilai sangat kuat mempengaruhi vulkanik dalam Gunung
75,53% dan 90,45%. Korelasi ini terjadi pada tahun 2006 Gamalama pada tahun 2006, 2009 dan 2012. Sementara
dan 2009. tektonil lokal Pulau Halmahera mempengaruhi vulkanik
dalam Gunung Gamalama pada tahun 2006 dan 2009
Selain dipengaruhi tektonik jalur subduksi ganda Laut
Maluku, aktivitas Gunungapi Gamalama juga dipengaruhi Daerah dengan zona rawan bencana terletak dari sebelah
tektonik lokal Pulau Halmahera dan sekitarnya. Tektonik barat ke selatan dengan magnitudo 5,0 - 6,5 SR. Sedangkan
lokal merupakan penjalaran energi (Kanamori, 1997) hasil zona aman terletak dari timur ke utara dengan magnitudo
subduksi ganda Laut Maluku ke Pulau Halmahera. 4,0 – 4,5 SR.
Sehingga pada dari data gempa tektonik dan vulkanik tahun
2006 dan 2009 terlihat hubungan yang sangat kuat satu Pustaka
sama lain. Baharudin, A. Martono, A. Djuhara, 1996, Peta Kawasan
Rawan Bencana Gunungapi Gamalama, Ternate,
Pada tahun-tahun lainnya relatif tidak menimbulkan bahaya Maluku, Direktorat Vulkanologi.
karena aktivitas tektonik pada tahun-tahun tersebut sangat Ismullah, Muh. Fawzy., Lantu., Aswad, Sabrianto.,
lemah. Terbukti tektonik jauh maupun tektonik local tidak Massinai, Muh. Altin. 2015. Tectonics earthquake
terlalu mempengaruhi vulkanik dangkal secara langsung. distribution pattern analysis based focal mechanisms
Terjadinya vulkanik dangkal disebabkan oleh runtuhan (Case study Sulawesi Island, 1993–2012)
kawah Gunung Gamalama. Runtuhan ini merupakan bekas- AIP Conference Proceedings 1658.
bekas erupsi Gunung Gamalama yang cukup besar. Kanamori, H. 1977. The energy release in great
earthquake. j. geophys. Res, 82,2981-2987.
Pemetaan zona – zona daerah bencana Gunungapi Massinai, Muhammad Altin, Ismullah, Muh. Fawsy,
Gamalama dilakukan dengan cara menggambarkan sebaran Aswad, Sabrianto. 2016. Morphostucture Analysis of
magnitude gempa Gunung Gamalama. Perangkat lunak Sapaya Ancient Volcanic Area Based Lineament Data,
yang digunakan untuk menggambarkan sebaran magnitude AIP conference proceeding 1730. P.050003-1-050003-
gempa tektonik Gunung Gamalama adalah oasis. Zona – 2.
zona daerah bencana Gunungapi Gamalama dapat dilihat Massinai, Muhammad Altin. 2015. Geomorfologi
pada Gambar 2. Tektonik. Pustaka Ilmu.Yogyakarta. 356p
Rahman R.A., Firmansyah dan Oktariadi O., 2010,
Penentuan Tingkat Risiko Bencana Letusan Gunung
Gamalama Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara.
Buletin Geologi Tata Lingkungan. Pusat Lingkungan
Geologi. Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral. Vol. 20 No. 3. Desember 2010.
Simandjuntak, T. O. 2004. Tektonika. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Sugiono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Bandung:
Alphabeta.

Ucapan Terima Kasih / Acknowledgements (Optional)


Ucapan terima kasih kami haturkan kepada teman-teman
dalam menyusun paper ini. Ucapan terimakasih juga
Gambar 2 Peta Gempa Tektonik Wilayah Maluku Utara dihaturkan kepada staf di Direktorat Vulkanologi Badan
(dimodifikasi dari Baharuddin, dkk., 1996) Geologi Bandung, Staf pemantau Gunungapi Gamalama
serta staf di laboratorium Geofisika padat Unhas.

148
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 06 Agustus 2016

Identifikasi Posisi Aquifer Menggunakan Metoda Resistivitas Konfigurasi Wenner Alpha dan
Wenner Beta (Studi Kasus: Kebun Percobaan Pertanian UNHAS)

Syamsuddin1, Hasanuddin1, dan Yuanita Omega Lolon2


3) Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin
4) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

Sari / Abstract hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang
Telah dilakukan eksplorasi geofisika menggunakan metoda membentuk cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat
Resistivitas untuk mengetahui posisi air tanah di Kebun tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang dikenal
Percobaan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas dengan akuifer (aquifer).
Hasanuddin, Makassar. Pengukuran ini menggunakan
Konfigurasi Wenner Alpha dan Wenner Beta dengan 6 Dari penelitian sebelumnya, telah digunakan juga metoda
lintasan pengukuran. Panjang bentangan tiap lintasan Resistivitas Konfigurasi Wenner dengan tujuan ingin
adalah 100 meter. Analisis data menggunakan software mengetahui secara akurat keberadaan dan kualitas air
Res2Dinv. Hasil yang diperoleh untuk setiap lapisan bawah permukaan, dalam hal ini berupa air tanah pada
diperkirakan posisi air tanah terdapat pada lapisan batuan daerah Wisata Pantai Kota Pare-Pare. Sedangkan pada
lempung pasiran dengan kedalaman berkisar antara 5 - 8 penelitian kali ini yang masih dalam tahap pembelajaran,
meter (ρsemu = 92,9 – 195,4 Ωm). juga menggunakan metoda Resistivitas dengan dua
konfigurasi yaitu Konfigurasi Wenner Alpha dan Wenner
Kata kunci: Resistivitas, Wenner Alpha, Wenner Beta, Air Beta dengan tujuan ingin mengetahui posisi air tanah pada
Tanah, Lempung pasiran. Kebun Percobaan Pertanian. Melihat dari lokasi penelitian
yang berupa kebun maka tentu air sangat dibutuhkan untuk
Abstract pertanian.
The geophysical exploration by utilize of geoelectrical
Resistivity method to know the aquifer position at Salah satu metoda Geofisika yang biasa digunakan dan
Experimental Farming of Agriculture Faculty, Hasanuddin cukup baik untuk memetakan kondisi air permukaan yaitu
University, Makassar. The measurement is done by utilize metoda Geolistrik Tahanan Jenis yang dikenal juga dengan
the Wenner Alpha and Wenner Beta configuration with six sebutan metoda Resistivitas. Metoda ini merupakan metoda
layers. Each line is 100 meter. The data analyses by yang bersifat dinamik (aktif), karena menggunakan
utilization Res2Dinv software. The result of each layer that gangguan aktif berupa injeksi arus yang dipancarkan ke
there are aquifer position estimated inside the clay stone in bawah permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi
the 5 – 8 meter of deep (ρ = 92,9 – 195,4 Ωm). pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik
yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus
Keywords: Resistivity, Wenner Alpha, Wenner Beta, listrik kedalam bumi.
Aquifer, Sandy clay
Data dan Metoda / Data and Method
Pendahuluan / Introduction
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan
Air yang digunakan sehari-hari telah melalui siklus (Kebun Percobaan Pertanian, Unhas) menggunakan sistem
meteorik, yaitu proses penguapan dari laut, danau, maupun pengukuran profiling dengan konfigurasi Wenner Alpha
sungai kemudian mengalami kondensasi di atmosfer, dan (Gb.1) dan Wenner Beta (Gb.2).
selanjutnya menjadi hujan yang turun ke permukaan bumi.
Air hujan yang turun ke permukaan bumi tersebut ada yang
langsung mengalir di permukaan bumi dan ada yang
meresap ke bawah permukaan bumi. Air yang langsung
mengalir di permukaan bumi tersebut sebagian ada yang
mengalir ke sungai, dan sebagian lagi mengalir ke danau,
dan akhirnya sampai kembali ke laut. Sementara itu, air
yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua
sistem, yaitu sistem air tidak jenuh dan sistem air jenuh.
Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada
suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air
tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, Gambar 1. Konfigurasi Wenner Alpha

149
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu disurvei Hasil dan Diskusi / Result and Discussion
lokasi pengukuran untuk menentukan arah bentangan dan
panjang lintasan. Pengukuran dilakukan pada tiga lintasan Data lapangan yang sudak diolah menjadi nilai resistivitas
untuk masing-masing konfigurasi. Dua lintasan arah Timur semu telah diproses dalam software Res2DInv dengan
– Barat dan satu lintasan arah Utara – Selatan dengan metoda inversi untuk setiap lintasan dan konfigurasi.
panjang lintasan masing-masing 100 m dan spasi terkecil 5
m. Lintasan 1 (Orientasi Timur – Barat)
Dari hasil inversi tahanan jenis 2D diperoleh penampang
bawah permukaan untuk lintasan 1 konfigurasi Wenner
Alpha. Berdasarkan penampang bawah permukaan yang
dihasilkan (Gb.3), nilai resistivitas yang berkisar antara
92,9 – 195,4 Ωm pada kedalaman sekitar 2 – 7 meter
(warna kontur hijau - kuning) dapat diasumsikan sebagai
batuan yang dapat menyimpan air tanah. Jarak dari patok
awal ada yang berada pada 30 – 40 meter, 45 – 52,5 meter,
dan 65 – 72,5 meter. Berdasarkan nilai resistivitasnya maka
batuannya tersebut dapat ditafsirkan berupa batu lempung
pasiran.

Gambar 2. Konfigurasi Wenner Beta

Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan berupa


besarnya arus listrik (I) yang diinjeksikan ke bumi melalui
elektroda arus (C) dan harga beda potensial (∆V) antara
kedua elektroda potensial (P).
Data yang diperoleh dari lapangan diolah untuk
menentukan nilai resistivitas semu a menggunakan rumus
seperti pers 1 berikut.

𝜌 -------------------------------- 1
Gambar 3. Penampang Resistivitas Bawah Permukaan
Nilai ∆V dan I dapat diperoleh dari data lapangan
Lintasan 1 Alpha
sementara nilai k dihitung berdasarkan harga spasi (a)
untuk masing-masing konfigurasi elektroda. Untuk
konfigurasi Wenner Alpha digunakan rumus (pers 2)
sementara untuk konfigurasi Wenner Beta digunakan
rumus seperti pers 3.

--------------------------------- 2

--------------------------------- 3

Harga resistivitas semu digunakan untuk menentukan


penampang harga resistivitas semu terhadap kedalaman
semu untuk setiap lintasan pengukuran. resistivitas semu
yang diperoleh kemudian dijadikan input untuk melakukan
penggambaran lapisan tahanan jenis bawah permukaan
dalam bentuk penampang 2D dengan bantuan komputer
menggunakan software Res2Dinv. Penampang 2D akan Gambar 4. Penampang Resistivitas Bawah Permukaan
memperlihatkan variasi resistivitas yang nantinya dijadikan Lintasan 1 Beta
dasar untuk interpretasi kondisi bawah permukaan.
Sementara pada konfigurasi Wenner Beta (Gb. 4), nilai
resistivitas yang berkisar antara 92,9 – 195,4 Ωm berada

150
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

pada kedalaman sekitar 2 – 6 meter (warna kontur hijau -


kuning) dapat diasumsikan sebagai batuan yang hanya
dapat menyimpan air tanah. Jarak dari patok awal berada
disekitar 20 – 65 meter. Berdasarkan nilai resistivitasnya
maka batuan ini dapat ditafsirkan berupa batu lempung
pasiran.

Melihat penampang pada lintasan 1 ini (Gb. 3 dan Gb. 4),


batulempung pasiran yang dianggap dapat menyimpan air
tanah terperangkap pada kedalaman sekitar 2 – 6 meter.
Posisinya berada pada jarak 25 – 40 meter dari patok awal.
Apabila diperhatikan posisi air tanah tersebut dengan
melihat kedalamannya, maka patut diduga hanya sebagai Gambar 6. Penampang Resistivitas pada lintasan 2 Alpha
air tanah dangkal.
Nilai resistivitas yang berkisar antara 92,9 – 195,4 Ωm
pada konfigurasi Wenner Beta (Gb. 7) berada pada
kedalaman sekitar 4 – 9 meter (warna kontur hijau -
kuning) dan berjarak 35 – 55 meter dari patok pertama.

(a)

(b) Gambar 7. Penampang Resistivitas pada lintasan 2 Beta

Apabila kedua penampang resistivitas di atas digabungkan,


maka dapat diperkirakan posisi aquifer sebagaimana
Gambar 5. Estimasi posisi air tanah pada lintasan 1 ditunjukkan pada Gb. 8. Estimasi batuan yang dianggap
sebagai aquifer dengan tingkat kepercayaan kurang dari
Lintasan 2 (Orientasi Utara – Selatan) 80% berada pada kedalaman sekitar 6 - 9 meter. Posisinya
Hasil inversi tahanan jenis 2D untuk lintasan 2 konfigurasi berada pada jarak 25 – 40 meter dari patok awal. Pada
Wenner Alpha memperlihatkan penampang bawah lintasan ini estimasi aquifer masih kurang meyakinkan
permukaan (Gb. 6) dengan variasi resistivitas yang tinggi. karena kedua konfigurasi tidak saling menguatkan. Hal ini
Nilai resistivitas yang berkisar antara 92,9 – 195,4 Ωm terjadi karena adanya pengaruh dari anomali berupa beton
pada kedalaman sekitar 6 - 14 meter (warna kontur hijau - yang berasal dari safety tank.
kuning) dan dapat diasumsikan sebagai batulempung
pasiran yang dapat menyimpan air tanah. Jarak dari patok
awal berada di sekitar 15 - 50 meter.

Di sekitar permukaan merupakan lapisan dengan


resistivitas sekitar ±1816 Ωm (warna kontur merah - ungu).
Lapisan ini memiliki resistivitas yang tinggi mungkin
disebabkan karena selain sebagai tanah atas (top soil) yang
diindikasikan berupa tanah berpasir kering (dry sand soil)
juga karena adanya pengaruh dari beton yang berasal dari
safety tank.

151
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

memiliki nilai resistivitas antara 92,9 – 195,4 Ωm berada


pada kedalaman sekitar 2 - 4 meter (warna kontur hijau -
kuning) dan berada di sekitar 20 – 40 meter dari patok
awal.

(a)

(b) Gambar 10. Penampang Resistivitas Bawah Permukaan


Lintasan 3 Beta

Pada lintasan 3 (Gb. 11) air tanah (aquifer) diperkirakan


Gambar 8. Estimasi posisi aquifer pada lintasan 2 tersimpan dalam batulempung pasiran pada kedalaman
sekitar 2 – 4 meter dan pada jarak 20 - 40 meter dari patok
Lintasan 3 (Orientasi Timur – Barat) awal. Seperti halnya dengan lintasan 1 yang arahnya juga
Hasil inversi tahanan jenis 2D diperoleh penampang bawah Timur – Barat, pada lintasan ini diidentifikasi aquifer
permukaan untuk lintasan 3 konfigurasi Wenner Alpha berdasarkan kedalamannya hanya air tanah dangkal.
dengan variasi resistivitas yang tinggi (Gb. 9). Pada
penampang tersebut terlihat nilai resistivitas yang berkisar
antara 92,9 – 195,4 Ωm berada pada kedalaman sekitar 2 –
7 meter (warna kontur hijau - kuning) dapat diasumsikan
sebagai batulempung pasiran yang dapat menyimpan air
tanah. Batuan tersebut berada pada jarak sekitar 20 – 40
meter dari patok awal.

(a)

(b)

Gambar 9. Penampang Resistivitas Bawah Permukaan


Gambar 11 Estimasi posisi pada lintasan 3
Lintasan 3 Alpha
Berdasarkan hasil inversi semua konfigurasi dan semua
Sementara hasil inversi dari lintasan 3 untuk konfigurasi
lintasan, air yang terperangkap dalam batulempung pasiran
Wenner Beta (Gb. 10) menunjukkan posisi batuan yang
merupakan air tanah dangkal.

152
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains dalam Era MEA
Makassar, 08 Agustus 2016

Kesimpulan / Conclusions Syamsuddin., 2007, Penentuan Struktur Bawah Permukaan


Bumi Dangkal Dengan Menggunakan Metode
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari dua konfigurasi Geolistrik Tahanan Jenis 2D (Studi Kasus
yang digunakan, secara umum didapatkan air yang Potensi Tanah Longsor di Panawangan,
ditafsirkan terperangkap pada batulempung pasiran Ciamis), ITB: Bandung.
(resistivitas 92,9 – 195,4 Ωm) merupakan air tanah
dangkal. Pada dua lintas yang berarah Timur – Barat, air Syamsuddin, S. Aswad, dan A. Pratama, 2013, Pemodelan
tanah diperkirakan berada pada posisi 20 – 40 meter dari Sebaran Air Asam Tambang Menggunakan
patok awal dengan kedalaman sekitar 2 – 8 meter di bawah Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi
permukaan bumi. Sementara pada lintasan yang berarah Wenner Alpha, Prosiding, SNF MKS 2013,
Utara – Selatan posisi air tanah yang diperoleh berada pada Makassar
25 – 40 meter dari patok awal dengan kedalaman 6 – 9
meter di bawah permukaan. Syamsuddin, Lantu, dan A. Syam, 2014, Investigasi
Lapisan Batuan Dasar dengan Menggunakan
Pustaka / References Metoda Geolistrik, Prosiding, SNG 2014,
Anas, L.A., 2008, Geologi Daerah Tamalanrea Kecamatan Makassar
Tamalanrea Kota Makassar Propinsi Sulawesi
Selatan, Unhas: Makassar. Taufik M.D.P., Syamsuddin, dan S. Aswad, 2015, Analisis
Data Inversi 2-Dimensi dan 3-Dimensi untuk
Hendrajaya, L. & Arif, I.,1990, Geolistrik Tahanan Jenis, Karakteristik Nilai Resistivitas Bawah
ITB: Bandung. Permukaan, Prosiding, SNF MKS 2015,
Makassar
Kurniawan, R., 2004, Eksplorasi Air Tanah Menggunakan
Metoda Geolistrik Tahanan Jenis / Resistivity, Telford, W.M., 1990. Applied Geophysicst. Cambridge
Universitas Hasanuddin: Makassar. University Press.

Lange, O., 1991, Geologi Umum, Gaya Media Pratama:


Jakarta. Ucapan Terima Kasih / Acknowledgements (Optional)
Tulisan ini dapat dipublikasikan tidak lepas dari support
Loke, M.H., 2004, 2-D and 3-D Electrical Imaging dari berbagai pihak. Untuk itu melalui tulisan ini diucapkan
Surveys, Tutorial, email: banyak terima kasih kepada
drmhloke@yahoo.com. e. Panitia pelaksana Seminar Nasional Geofisika Unhas
atas diterimanya tulisan ini
Reynold, J. M., 1997, An Introduction to Applied and f. Pimpinan Universitas Hasanuddin, Dekan MIPA, dan
Environmental Geophysics, John Wiley & Sons Ketua Jurusan Fisika yang telah mengizinkan penulis
Inc: New York. mengikuti Seminar Nasional Geofisika Unhas 2014
g. Keluarga yang rela melepaskan penulis untuk
Soedarmono G. D & Purnomo S. J., 1997, Mekanika Tanah mengikuti Seminar Nasional Geofisika Unhas 2014
1, Kanisius: Yogyakarta. h. Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu
persatu
Susilo, B.K., 2008, Geologi Dinamik – Air Tanah, http:
//www.lablink.or.id.

153
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

IDENTIFIKASI ZONA SEAM BATUBARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROUND


PENETRATION RADAR (GPR)
Lantu1, Nurhikmah Jufri1, Altin Massinai1
1
Program studi Geofisika FMIPA Univ.Hasanuddin
Email: geolantu@gmail.com

Abstract Pendahuluan
This research has been conducted using Ground Penetrating Batubara merupakan bahan bakar fosil yang terbentuk dari
Radar (GPR) method for determined coal seam existense endapan organik, utamanya sisa-sisa tumbuhan purba yang
based radargram profile obtained from recording process terbentuk akibat proses fisika dan kimia berlangsung
around Sungai Keruh area. The principle of this method selama jutaan tahun. Dewasa ini, produksi batubara
based on electromagnetic waves propagation theory. The Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, tidak hanya
obtained result is raw data resolution which showed untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk
subsurface vertical profile. The next step is data processing memenuhi permintaan luar negeri. Mengingat sumber daya
using ReflexW software to improving signal to noise ratio. batubara Indonesia masih melimpah, menuntut industri
The processing result is interpreted for identified coal yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih
layered zone base on velocity contrast wich different for menggunakan batubara, (Tim Kajian Batubara Nasional,
each layers as contact plane between top soil zone 2006).
(v=7x107 m/s), sandstone layer zone (v=5x107 m/s), coal
layer zone (15x107 m/s), and claystone layer zone Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai
(v=8x107 m/s). GPR data analysis showed the lateral dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan
profile on plane with velocity contrast as potensial rock berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan
plane for coal seam which distributed on 20 meters which (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan
thick it‟s layer about 13 meters panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung
kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang
Keyword: GPR , Coal Seam, and Exploration jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik
batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara
Sari (coal field) dan lapisan batubara (coal seam).
Telah dilakukan penelitian menggunakan metode Ground
Penetrating Radar (GPR) untuk mendeteksi keberadaan Persoalan yang sering dihadapi dalam eksplorasi batubara
seam batubara berdasarkan profil radargram yang yaitu bagaimana menentukan orientasi dan kontinuitas
dihasilkan dari proses perekaman di sekitar blok Sungai seam batubara apabila telah diketahui singkapan tersebut di
Keruh. Metode GPR bekerja berdasarkan prinsip penjalaran permukaan bumi. Selama ini untuk menentukan kedua
gelombang elektromagnetik. Hasil dari metode ini berupa kondisi tersebut dilakukan korelasi antar lubang bor.
resolusi data mentah (raw data) yang menggambarkan Semakin rapat jarak antar 2. lubang bor maka semakin baik
profil vertikal bawah permukaan. Selanjutnya dilakukan dan teliti. Tetapi penggunaan metoda tersebut sangat tidak
pengolahan data GPR menggunakan Software ReflexW ekonomis. Untuk hal tersebut perlu dicari metoda yang
untuk meningkatkan signal to noise ratio.Hasil pengolahan paling tepat, baik ditinjau dari aspek teknik maupun
data diinterpretasi untuk menentukan zona-zona perlapisan ekonomis, (Prabu, dkk., 2011).
batubara berdasarkan kontras kecepatan yang berbeda pada
masing-masing lapisan sebagai bidang kontak antara zona Perkembangan teknologi eletronika dalam beberapa tahun
top soil (v=7x107 m/s), zona lapisan batupasir (v=5x107 ini, telah melahirkan suatu metode yang sangat baik untuk
m/s), zona lapisan batubara (v=15x107 m/s), dan zona pendeteksian bawah tanah karena memiliki cakupan
lapisan lempung (v=8x107 m/s). Analisis data GPR spesialisasi dan pengaplikasian yang sangat luas, yaitu
menunjukkan kemenerusan pada bidang dengan kontras Ground Penentrating Radar (GPR). Metode GPR
kecepatan sebagai kontak batuan yang potensial sebagai menggunakan gelombang eletromagnetik untuk
seam batubara yang tersebar pada kedalaman 20 meter mencitrakan kondisi bawah permukaan bumi, bersifat tidak
dengan ketebalan lapisannya berkisar 13 meter. merusak (non-destruktive), mempunyai resolusi yang tinggi
dan dapat memberikan gambaran bawah permukaan secara
Kata Kunci : GPR, Seam batubara, explorasi kontinyu dan cepat, khususnya untuk ekplorasi dangkal
(near surface investigation). Dalam penerapannya, GPR
telah dilakukan untuk banyak pengkajian eksplorasi,
penelitian arkeologi dan studi lingkungan. Salah satu
penerapan yang masih jarang dilakukan dengan metode ini

154
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

adalah untuk mengidentifikasi keberadaan batubara. frequence rangin) biasanya antara 10 MHz – 1 GHz
Metode ini cukup efektif untuk memetakan profil vertikal (Heteren et al 1998). Keutamaan dari metode GPR adalah
bawah permukaan. Dari profil GPR dapat diketahui zona- bersifat tidak merusak sehingga dapat digunakan dimana
zona perlapisan yang berasosiasi dengan pembentukan saja. Prinsip kerjanya identic metode seismik, sehingga
batubara dengan menganalisa kecepatan gelombang radar rumusan yang digunakan pada metode seismik refleksi
dan spektrum yang terdapat pada profil GPR. Dari analisa akan berlaku juga pada metode GPR.
kecepatan yang telah dilakukan, dapat juga diketahui
ketebalan masing-masing zona perlapisan dengan
menggabungkan data kecepatan dengan data travel time
(waktu tempuh) dari penjalaran gelombang radar. Sehingga
dapat di perkirakan posisi keberadaan dan kedalaman dari
batubara tersebut. Terdapatnya beberapa singkapan
batubara di sekitar blok Sungai Keruh menjadikan metode
ini digunakan untuk mencitrakan kondisi bawah permukaan
tanah untuk mengetahui perlapisan batubara dibawah
permukan dari singkapan yang muncul di permukaan.
Gambar.1 proses propagasi gelombang radar
Data dan Metoda
Perkembangan teknologi pengolah informasi dan sensor Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan
informasi memberi dampak yang spektakuler untuk pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti memiliki
eksplorasi sumber daya alam yang secara kasat mata tidak rangkaian pemancar (transmitter), yaitu sistem antenna
dapat terpantau visual. Gelombang elektromagnetik sebagai yang terhubung ke sumber pulsa, dan rangkaian penerima
pembawa energy dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi (receiver), yaitu system antena yang terhubung ke unit
keadan dan struktur batuan bawah permukaan tanpa pengolahan sinyal. Kedalaman objek dapat diketahui
merusak daerah yang disurvey. Dan salah satu metode dengan mengukur selang waktu antara pemancaran dan
tersebut adalah metode elektromagneti GPR. Prinsip kerja penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini, pulsa akan
metode GPR sama dengan metode seismik refleksi saluran bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke
btunggal yang membedakan adalah kecepatan yang dipakai antena. Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan
kecepatan electromagnet dalam orde kecepatan cahaya. kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik dalam
Prinsip dasar metode GPR sama dengan elektromagnetik tanah v, maka kedalaman objek yang dinyatakan dalam z
lainnya adalah hokum Maxwell: adalah


⃗ ⃗ , ⃗ x⃗ (1) vt (7)
⃗ ⃗ o, ⃗ ⃗ = ⃗ (2) Seperti halnya pada metode seismik refleksi rumusan
untuk mendapatkan parameter dapat diperoleh sebagai
Dari keempat persamaan diatas kemudian berkut.=
melakukan operasi curl, diperoleh ersamaan
gelombang EM sebagai :
(8)

⃗ (3) Teknik penggunaan metode GPR adalah sistem
Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP), dengan cara

⃗ (4) memanfaatkan pengembalian gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan melalui permukaan tanah dengan
perantara antena (Heteren, dkk., 1998). Rangkaian
Solusi persaman 3 dan 4 mengahasilkan gelombang medan
pemancar akan menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk
listrik dam gelombang medan magnetic sebagai berikut :
prf (pulse repetition frequency), energi dan durasi tertentu.
( )
Pulse repetition frequency merupakan nilai yang
( ) (5) menyatakan seberapa seringnya pulsa radar diradiasikan ke
( ) ( )
(6) dalam tanah. Penentuan prf dilandasi dengan kedalaman
maksimum yang ingin dicapai. Semakin dalam objek, maka
Metode GPR merupakan salah satu metode geofisika yang prf juga semakin kecil karena waktu tunggu semakin lama,
umum digunakan untuk eksplorasi pada lapisan dangkal (Bahri, dkk., 2012).
dengan menggunakan pada daerah frekuensi radar (radio

155
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Penelitian ini menggunakan data GPR (sekunder) milik PT.


Antam (Persero) Tbk Unit Geomin yang merupakan hasil
pengukuran di daerah Sungai Keruh, Kabupaten Muara
Tebo, Provinsi Jambi. Berikut adalah peta lokasi penelitian
dan sketsa lintasan pengukuran.

Gambar.2 proses akuisisi data dengan metode GPR

Gambar. 3 peta lokasi penelitian

Pengukuran GPR dilakukan menggunakan peralatan GSSI jarak, Koreksi Statis (Static Correction ), Substrack-mean
SIR 3000 dengan transducer 80 MHz. Metode pengukuran (Dewow), Penguatan Amplitudo (Gaining), Filtering Data,
yang digunakan adalah metode Fixed T/R Offset Mode Horizontal Scaling , Picking Perlapisan Batuan, Analisis
Continuous, dimana metode ini melakukan pengumpulan Kecepatan (Velocity Adaptation).
profil radar. (scanning) secara terus-menerus pada lintasan
yang memotong singkapan batubara yang terdapat di blok Hasil dan Diskusi
Sungai Keruh. Hasil pencitraan GPR menghasilkan resolusi
data mentah (raw data) yang kemudian dilakukan Berdasarkan profil GPR seluruh lintasan pengukuran,
pengolahan lanjutan untuk menyaring dan meminimalkan diperoleh zona perlapisan batuan yang sama dengan
pengaruh dari adanya gelombang langsung dan kesalahan memperhatikan pola refleksi yang menerus di sepanjang
yang diakibatkan oleh alat saat pengukuran dilapangan. lintasan pengukuran. Sumbu vertikal pada profil GPR
Ada beberapa langkah dilakukan dalam proses analisis data dinyatakan dengan waktu dan kedalaman. Sedangkan pada
untuk mendapatkan data yang lebih baik yakni: normalisasi sumbu horizontal merupakan jarak tempuh antena
transmitter dan receiver. Secara berurutan dari profil GPR

156
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

diperoleh gambaran perlapisan batuan dari zona lapisan top yang dapat dijangkau gelombang radar adalah zona lapisan
soil (lapisan penutup) dengan ketebalan bervariasi. Di lempung yang juga memiliki ketebalan bervariasi. Berikut
bawah lapisan penutup adalah zona lapisan batupasir yang ini ditampilkan beberapa profil dan posisi batu bara dari 4
memiliki ketebalan cukup bervariasi dan berasosiasi lintasan pengukuran.
dengan lapisan batubara. Kemudian lapisan paling bawah

1 Lintasan 1

Gambar 4. Perlapisan Batuan Lintasan 1

Pengukuran Georadar pada lintasan 1 dilakukan dengan berada pada kedalaman 5-19 meter, lapisan batubara (coal)
mengambil lintasan sepanjang 59,9 meter. Dari hasil pada kedalaman 18-38 meter 37 yang menyatu dengan
pengukuran diperoleh data rekaman bawah permukaan lapisan batupasir dan lapisan lempung (clay) berada pada
hasil scanning GPR. Dari hasil Pemodelan lapisan batuan kedalaman 38 meter dengan tebal lapisan sekitar 8 meter.
diperoleh kedalaman dan ketebalan dari masing-masing Profil GPR untuk lintasan 1 diperoleh seperti pada gambar
lapisan. Lapisan top soil (lapisan penutup) berada pada 4.
kedalaman berkisar 4 meter, lapisan batupasir (sand)

2.Lintasan 2

Gambar 5 Perlapisan Batuan lintasan 2

Pengukuran Georadar pada lintasan 2 dilakukan dengan meter dengan tebal lapisan sekitar 8 meter.
mengambil lintasan sepanjang 150 meter. Perlapisan Berdasarkan hasil scanning GPR yang ditampilkan di
batuan di lintasan ini terdiri dari zona lapisan top soil layar radargram lintasan 2, memperlihatkan pola
(lapisan penutup) pada kedalaman 6 meter, lapisan refleksi yang tegas berbentuk antiklin yang mencirikan
batupasir (sand) pada kedalaman 4-22 meter, lapisan adanya kontak litologi batuan dan diindikasikan pada
batubara (coal) pada kedalaman 18-40 meter dan lintasan ini
lapisan lempung (clay) berada pada kedalaman 38

157
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

3. Lintasan 6

Gambar 6 Perlapisan Batuan lintasan 6

Pengukuran Georadar pada lintasan 6 dilakukan dengan persebaran batubara yang tidak merata di sepanjang
mengambil lintasan sepanjang 43,5 meter. Perlapisan lintasan pengukuran. Lapisan lempung (clay) pada
batuan lintasan ini diperoleh keberadaan dari lapisan kedalaman 36 meter dengan tebal lapisan sekitar 7
top soil (tanah penutup) pada kedalaman 6 meter, meter. Profil GPR untuk lintasan 6 diperoleh seperti
lapisan batupasir (sands) pada kedalaman 4-20 meter, pada gambar 6 di atas.
lapisan batubara (coal) berada pada kedalaman 19-42
meter. Profil GPR lintasan ini juga menunjukkan

4. Lintasan 9

Gambar 7 Perlapisan Batuan lintasan 9

Pengukuran GPR pada lintasan 9 dilakukan dengan Kesimpulan


mengambil lintasan sepanjang 32,7 meter. Zona lapisan top
soil (lapisan penutup) berada pada kedalaman hingga 4 Berdasarkan hasil pengolahan, interpretasi dan analisis data
meter, lapisan batupasir (sand) pada kedalaman 4-40 meter, menggunakan data pendukung, maka dapat diambil
di bawah lapisan batupasir terdapat lapisan batubara (coal) beberapa kesimpulan sebagai berikut :
yang berada pada kedalaman 18 meter dengan ketebalan 1. Pada penelitian ini, metode GPR berhasil mendeteksi
lapisannya sekitar 12 meter. Batubara pada lintasan ini juga kemenerusan pola reflektor yang terefleksikan dari hasil
terdapat di dalam lapisan batupasir dan lapisan lempung scanning dan merupakan kontak batuan yang potensial
(clay) berada pada kedalaman 41 meter dengan tebal sebagai seam batubara.
lapisan sekitar 5 meter. Profil GPR untuk lintasan 9 2. Berdasarkan hasil interpretasi data diperoleh zona-zona
diperoleh seperti pada gambar 7. perlapisan batubara pada kedalaman yang bervariasi.
Zona-zona tersebut adalah top soil pada kedalaman

158
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

hingga 5 meter, batupasir (sand) pada kedalaman Research Report, Volume 4. Pp. 4-14.
sekitar 8-16 meter, batubara (coal) pada kedalaman 20- Heteren, V.S., Fitzgerald, D.M., McKinlay, P.A., and
40 meter dan lempung (clay) pada kedalaman 40 meter. Buynevich, I.V. 1998.. Coastal New England, USA.
3. Keberadaan batubara pada formasi batuan yang Sedimentology.
terefleksikan dari jejak reflektor didasarkan pada Knight, R. 2001. Annu. Rev. Earth Planet. Sci, Vol. 29, pp.
korelasi profil GPR lintasan hasil pengukuran 229-55.
dengan model GPR singkapan Batanghari. Ketebalan Lantu. 2014. Program Studi Geofisika, FMIPA, Universitas
lapisan batubara dengan seam yang sama, memiliki Hasanuddin, Makassar.
ketebalan rata-rata sekitar 13 meter. Oktafiani, Folin., Sulistyaningsih., dan Wijayanto, Yusuf
Nur. 2009. P2 Elektronika dan Telekomunikasi –
Daftar Pustaka LIPI.
Sandmeier, K.J. 1998. Karisruhe, Germany.
Annan, A.P. 2001. Ontario, Canada. Sianturi, Kalam Henri. 2008. Skripsi, Universitas
Bahri, Ayi Syaeful., Supriyanto., dan Sentosa, Bagus Jaya. indonesia, Depok.
2010. Geofisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Fisher, Steven C., and Stewart, Robert R. 1992. Crewes

159
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

PEMODELAN ATRIBUT POISSON IMPEDANCE (PI) MENGGUNAKANINVERSI AVO


SIMULTAN UNTUK ESTIMASI PENYEBARAN GAS DILAPANGAN ‘WA’ CEKUNGAN
SUMATERA SELATAN
Wahidah1, Lantu1, Sabrianto Aswad1
1)
Program Studi Geofisika Universitas Hasanuddin

Sari maupun fluida. Salah satu parameter yang sangat penting


dalam membedakan jenis fluida yang terkandung di dalam
Proses pemisahan litologi dan fluida sebagai bagian dari medium adalah poisson ratio. Parameter ini merupakan
karakterisasi reservoir konstanta elastik yang merepresentasikan sifat fisis batuan
digunakan untuk memetakan potensi hidrokarbon yang yang merupakan ukuran dari kompressibilitas material yang
ekonomis. Namun, hal ini sulit dilakukan jika hanya tegak lurus terhadap stress yang dikenakan, atau rasio dari
menggunakan atribut seismik konvensional. Untuk itu, regangan transversal terhadap regangan longitudinal. Selain
pengenalan terminologi Poisson Impedance (PI) itu, poisson ratio (σ) dapat dinyatakan sebagai fungsi
merupakan cara efektif untuk mengatasi masalah ini. kecepatan gelombang P (VP) dan kecepatan gelombang S
Atribut PI yang digunakan sebagai indikator, membutuhkan (VS)sebagai berikut (Wibisono, 2009):
input berupa Impedansi Akustik (AI) dan Impedansi Shear
(SI) serta nilai c (faktor optimalisasi rotasi). Nilai c σ= ( )
γ , dimana γ =( )
optimum dihitung melalui metode TCCA (Target σ = poisson ratio
Correlation Coeficient Analysis). VP = kecepatan gelombang P
VS = kecepatan gelombang S
Dalam penelitian ini, telah dilakukan uji sensitivitas untuk
pemisahan litologi dan fluida pada 3 sumur di Lapangan Poisson ratio dan densitas yang rendah pada reservoir
WA, Cekungan Sumatera Selatan. Selanjutnya, dilakukan batupasir biasanya mengindikasikan adanya anomaly
pemodelan atribut PI dengan menggunakan inversi AVO (hidrokarbon). Sehingga kedua parameter ini bisa
Simultan untuk mengekstrak AI dan SI. Hasil pemodelan digabungkan menjadi single atribut yaitu atribut Poisson
menunjukkan bahwa reservoir pasir tersaturasi gas akan Impedance. Atribut ini merupakan salah satu parameter
terpisah dari reservoir pasir tersaturasi air pada nilai FI fisika batuan yang dapat diaplikasikan secara praktis untuk
rendah yaitu dibawah -1000 ft/s*g/cc (-3.05*105 kg/m2s). memprediksi reservoir dan mendeteksi keberadaan
Anomali nilai FI rendah pada semua sumur pemodelan hidrokarbon (Quakenbush,2006). Poisson Impedance
membuktikan bahwa semua sumur merupakan sumur gas merupakan solusi untuk menjawab kesulitan dalam
dan arah penyebarannya ke south east (tenggara). Di sisi memisahkan distribusi litologi-fluida pada sumbu x dan y
lain, analisis AVO dilakukan untuk mengetahui sensitifitas pada crossplot antara Impedansi Akustik (AI) dan
data seismik terhadap adanya anomali. Impedansi Shear (SI). Agar pemisahan distribusinya
terlihat jelas, kedua sumbu tersebut diputar/dirotasi
Kata Kunci: Poisson Impedance, Fluid Impedance, mengikuti tren litologi-fluida (Gerlitz, 2006). Atribut dari
TCCA, Inversi AVO Simultan hasil rotasi inilah yang disebut Poisson Impedance. Poisson
Impedance membutuhkan input berupa AI dan SI, hal ini
Pendahuluan / Introduction sesuai dengan formula berikut:
PI = AI – cSI
Karakterisasi reservoir merupakan suatu proses untuk dimana,
menjabarkan secara kualitatif dan atau kuantitatif karakter c = faktor pengoptimal rotasi, AI = Akustik Impedance (Vp
reservoir menggunakan semua data yang ada (Sukmono, x ρ), SI = Shear Impedance (Vs x ρ), dan PI = Poisson
2002). Karakterisasi reservoir memerlukan suatu metode Impedance.
untuk mencitrakan parameter fisika batuan yang
memberikan efek yang diakibatkan oleh perbedaan litologi

160
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 1 Gambaran Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan


(Ginger dan Fielding, 2005)

Data dan Metoda anglestack ke angle gather, inversi simultan dan


transformasi PI (PoissonImpedance).
Dalam penelitian ini digunakan data sumur dan data
seismik. Data sumur yang menjadi fokus penelitian ada 3 Hasil dan Diskusi / Result and Discussion
yaitu data sumur WA1, WA3 dan WA6. Sedangkan data
seismik yang digunakan adalah data seismik 3D dengan Pembuatan Log Poisson Impedance
volume
full stack serta data partial angle stack. Data full stack Log Poisson Impedance (PI) terdiri atas dua atribut yaitu
hanya digunakan dalam proses well seismic tie sedangkan Impedansi Litologi (LI) dan Impedansi Fluida (FI). Untuk
data partial angle stack digunakan sebagai input proses membuat log PI, terlebih dahulu dilakukan metode TCCA
inversi. Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini (Target Correlation Coefficient Analysis). Metode ini
terbagi atas dua, yaitu pengolahan data sumur dan dilakukan untuk menentukan nilai c yang cocok untuk
pengolahan data seismik. Pengolahan data sumur terdiri mengoptimalkan pembuatan log LI dan FI. Nilai c ini
atas loading/check data sumur, koreksi checkshot, ditentukan oleh nilai korelasi optimum dari log LI atau log
pembuatan log PI dan analisis crossplot. Sedangkan FI dengan log target. Log LI dikorelasikan dengan GR
tahapan pengolahan data seismik terdiri atas loading data (Gamma Ray) sedangkan log FI dikorelasikan dengan log
sismik, well seismic tie, analisis AVO, konversi data PR (Poisson Ratio).

161
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 2 Kurva Korelasi LI-GR dan FIPRpada sumur WA6, WA3, dan WA1

Gambar 2 menunjukkan kurva korelasi optimum antara LI Analisis Crossplot untuk Pemisahan Litologi
(Impedansi Litologi) dengan GR (Gamma Ray) dan FI
(Impedansi Fluida) dengan PR (Poisson Ratio) pada tiga Data yang digunakan sebagai masukan dalam analisis
sumur pemodelan. LI dan GR berkorelasi optimum crossplot ini adalah data log berupa log LI (Lithology
(negatif) pada nilai c = -1 sedangkan FI dan PR berkorelasi Impedance) dan log target. Log target yang dimaksud
optimum (positif) pada nilai c = 1.88. Sehingga dalam adalah log yang sensitive terhadap pemisahan litologi, yaitu
pembuatan log LI menggunakan nilai c = -1 sedangkan log GR (Gamma Ray). Gambar 3 menunjukkan crossplot
pada FI menggunakan nilai c = 1.88. antara LI dan GR. Bagian kiri dari gambar menunjukkan
hasil crossplot sedangkan bagian kanan menunjukkan cross
section. Skala warna yang digunakan untuk crossplot
litologi yaitu log GR.

Gambar 3 Crossplot LI-GR sumur WA6

162
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Berdasarkan Gambar 4 ditunjukkan bahwa pemisahan yang dalam pemisahan litologi. Oleh karena itu LI tidak dapat
cukup jelas antara pasir (zona berwarna kuning) dengan diproses lebih lanjut.
serpih (zona berwarna abu-abu) pada sumbu LI. Hal ini
juga ditunjukkan pada sumur pemodelan lainnya. Gambar 2 Analisis Crossplot untuk Pemisahan Fluida
Kurva Korelasi LI-GR dan FIPR pada sumur WA6, WA3,
dan WA1 Gambar 4 Crossplot LI-GR sumur WA6. Akan Log input untuk crossplot pemisahan fluida adalah atribut
tetapi, pada ketiga sumur penelitian terlihat banyak data PI (Impedansi Poisson) berupa FI (Fluid Impedance) dan
yang scatter (menyebar) dan tidak masuk ke dalam zona log target berupa log Poisson Ratio. Log target yang dipilih
litologi pasir atau serpih sehingga menimbulkan ambiguitas adalah log yang sensitif terhadap fluida.

Gambar 4 Crossplot FI-PR (brine-gas)pada sumur WA6

Pada Gambar 5, ditunjukkan bahwa zona berwarna merah sedangkan nilai di atas 1000 ft/s*g/cc (3.05 x 105
menunjukkan zona pasir yang tersaturasi gas (gas sands), kg/m2s)mengindikasikan serpih.
zona berwarna biru menunjukkan zona pasir yang
tersaturasi air (brine sands). Sedangkan skala warna
menunjukkan nilai Poisson Ratio. Nilai cut off (garis
pemisah) untuk log FI adalah - 1000 ft/s*g/cc (-3.05 x 105
kg/m2s). Nilai yang lebih besar dari cut off adalah brine,
sedangkan yang sama atau lebih kecil dari cut off adalah
gas.

Inversi Simultan dan Transformasi Poisson Impedance


(PI)
Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan data seismik hasil
inversi simultan berupa penampang AI dan SI. Kedua
penampang tersebut merupakan masukan dalam pembuatan
penampang Fluid Impedance (FI). Nilai cut off pada hasil
inversi sama dengan nilai cut off pada data sumur yaitu -
1000 ft/s*g/cc (-3.05 x 105 kg/m2s). Nilai di bawah -1000 Gambar 5 Penampang Seismik AI
ft/s*g/cc (-3.05 x 105 kg/m2s) mengindikasikan gas sand,
nilai -1000 ft/s*g/cc (3.05 x 105 kg/m2s) sampai 1000
ft/s*g/cc (3.05 x 105 kg/m2s) mengindikasikan brine sand,

163
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Berdasarkan Gambar 8, ditunjukkan bahwa jalur migrasi


hidrokarbon (gas) mengikuti kemenerusan warna hijau.
Pada gambar tersebut juga ditunjukkan
dengan jelas perselingan antara batupasir (sand) dan
batuserpih (shale) yang membuktikan bahwa pada formasi
tersebut pernah mengalami proses transgresi. Hal ini juga
ditunjukkan pada hasil slicing setiap 5 ms dari horizon
UTAF.

Penyebaran Gas di Lapangan WA


Dalam penelitian ini, nilai-nilai FI negatif dianggap sebagai
anomali. Oleh karena itu, dilakukan slicing dengan
menggunakan Average Negative agar nilai negatif yang
Gambar 6 Penampang Seismik SI mengindikasikan hidrokarbon dapat terlihat. Pada Gambar
8 berupa hasil slicing Average Negative, ditunjukkan tiga
Gambar 7 menunjukkan volume Fluid Impedance kriteria reservoir, yaitu reservoir bagus, sedang hingga
merupakan hasil transformasi dari AI dan SI dengan buruk. Reservoir yang paling bagus adalah reservoir yang
menggunakan persamaan FI = AI – 1.88*SI. Penampang FI memiliki kandungan gas dengan nilai FI Impedance (FI)
memberikan degradasi warna yang lebih jelas. Warna hijau yang rendah yang ditunjukkan dengan warna hijau
hingga kuning menunjukkan nilai FI rendah yang kekuningan hingga merah. Reservoir sedang ditunjukkan
mengindikasikan anomaly (gas sand) sedangkan warna oleh warna biru. Sedangkan warna ungu menunjukkan
merah menindikasikan brine sand. Batuan impermeable reservoir yang buruk.
(serpih ditunjukkan oleh warna biru hingga ungu yang
mengindikasikan nilai FI tinggi. Nilai cut off pada hasil
inversi sama dengan nilai cut off pada data sumur.

Gambar 7 Penampang Seismik Fluid Impedance (FI)


pada sumur WA6
Gambar 8 Hasil slicing Average Negative di Lapangan WA

Gambar 8 Penampang Arbitrary line sumur WA1, WA 3


dan WA6 Gambar 9 Peta Penyebaran Gas di lapangan WA

164
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gambar 9 menggambarkan peta penyebaran hidrokarbon Pustaka


(gas) di Lapangan WA. Nilai FI rendah pada peta tersebut
menunjukkan pola penyebaran gas mengarah ke south east Fitrianto, Teguh, 2001. Thesis. Universitas
(tenggara) Lapangan WA. Hal ini sesuai dengan analisa Indonesia: Depok.
data sumur (crossover densitasneutron) serta didukung Gerlitz, Kevin., 2006. Deriving the Poisson Impedance in
dengan adanya antiklin dan sesar yang dapat menjadi Hampson Russel Software. VHR Jakarta. Ginger
perangkap hidrokarbon. David dan Fielding Kevin, 2005. The Petroleum
Systems and Future Potential of The South Sumatera
Kesimpulan Basin. Proceddings, Indonesian Petroleum
Association.
1. Parameter yang paling sensitif untuk pemisahan Hampson Dun dan Russel Brian, 2010. AVO Guide. CGG
litologi dan fluida adalah atribut Poisson Impedance Veritas Humpson Russel Software. Quakenbush
(PI) berupa Fluid Impedance (FI) dan Lithology Mark, Shang Bruce, dan Tuttle Chris, 2006. Poisson
Impedance (LI). Pemisahan fluida optimum Impedance. SEG The Leading Edge.
ditunjukkan pada atribut FI (Impedansi Fluida) Sukmono, Sigit., 2009. Jurusan Teknik Geofisika. Institut
dengan nilai c = 1.88. Sedangkan pemisahan litologi Teknologi Bandung.
optimum ditunjukkan pada atribut LI (Impedansi Wibisono, Erlangga., 2009. Skripsi. Universitas Indonesia:
Litologi) dengan nilai c = - 1. LI tidak dapat diproses Jakarta.
lebih lanjut karena banyak data yang scatter
(tersebar) dan tidak konsisten untuk semua sumur
pemodelan.
2. Berdasarkan hasil slicing (pemotongan) dan peta
penyebaran gas, dapat dilihat bahwa nilai FI rendah
yaitu sama atau kurang dari - 1000 ft/s*g/cc (-
3.05*105 kg/m2s) mengindikasikan adanya anomali
gas yang tersebar pada semua sumurpemodelan dan
penyebarannya ke arahtenggara (south east).

165
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Perkembangan Tektonik Sulawesi dan Implikasinya Terhadap Sesar Regional serta Potensi Gempa
Bumi di Gorontalo
Muhammad Faiza Addi1
Program Studi Geofisika, FMIPA Universitas Hasauddin 1

Sari
Pulau Sulawesi yang merupakan kawasan microplate
Pertemuan tiga lempeng besar yang terjadi di Pulau sangat rawan terhadap gerakan dan benturan ketiga
Sulawesi antara lempeng pasifik, lempeng Hindia-Australia lempeng bumi tersebut yang menimbulkan fenomena
dan Lempeng Asia sangat berpengaruh terhadap proses geologi seperti gempa bumi. Proses tumbukan ketiga
pembentukanya. Lempeng pasifik bergerak dengan lempeng tersebut juga menyebabkan Pulau Sulawesi
kecepatan sekitar 6 cm/tahun dari arah timur, lempeng memiliki empat buah lengan dengan proses tektonik yang
Hindia-Australia bergerak dengan kecepatan rata-rata 7 berbeda-beda. Lengan utara dan lengan selatan Sulawesi
cm/tahun dari arah selatan dan lempeng Asia yang bergerak yang dibatasi oleh sesar palu-koro serta lengan tenggara
relative pasif dengan kecepatan kurang lebih 3 cm/tahun ke dan lengan timur yang dibatasi oleh sesar matano.
arah tenggara. Pulau Sulawesi yang merupakan kawasan
microplate sangat rawan terhadap gerakan dan benturan Lengan Utara Sulawesi memiliki posisi yang cukup unik
ketiga lempeng bumi tersebut yang menimbulkan fenomena karena diapit oleh dua buah subduksi kerak samudra. Di
geologi seperti gempa bumi. Ditinjau dari tektonik dan bagian utara dari lengan utara Sulawesi, kerak samudra
sejarah perkembangannya Sulawesi dibagi dibagi kedalam Laut Sulawesi menghujam di bawah Lengan Utara
empat mintakat geologi yaitu, kontinental kerak Banggai- Sulawesi. Di bagian timur terdapat tunjaman antara kerak
Sula, oseanik kerak Sulawesi Timur, kompleks metomorf samudra Laut Maluku yang mengarah ke Barat. Hal ini
Sulawesi Tengah dan busur volkanik Sulawesi Barat mempengaruhi struktur regional dari Lengan Utara
(Lengan Selatan dan Lengan Utara). Lengan Utara Busur Sulawesi di mana kedua tunjaman tersebut menghasilkan
volkanik Sulawesi barat diapit oleh dua zona subduksi manifestasi tektonik berupa gunung api dan sesar regional
kerak samudra yang mulai terjadi sejak periode Neogen. yang menjadi sumber gempa bumi di daerah tersebut.
Subduksi tersebut berdampak pada permbentuka. sesar
regional dan gunung api. Gorontalo sebagai salah satu Gorontalo secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) satuan
daerah yang terletak di Lengan Utara Sulawesi, memiliki morfologi, yaitu satuan dataran pantai, satuan morfologi
beberapa sesar regional aktif yang menjadi sumber gempa vulkanik G. pinogoe-balangga yang menempati bagian
di daerah tersebut. Seperti Sesar Perantanaan, Sesar selatan, tenggara dan barat daya, serta satuan morfologi
Gorontalo, Sesar Palele, Sesar Randangan dan Sesar vulkanik G. Mogi dan Lompotoo terletak di bagian utara
Kwandang. Dari fenomena geologi dan tektonik tersebut, yang memanjang dari barat ke timur. Bentuk morfologi
maka Gorontalo termasuk ke dalam daerah yang rawan yang beranekaragam ini (dataran sampai pegunungan)
aktifitas gempa. Daerah yan perlu mendapat perhatian dan menunjukkan bahwa gorontalo sangat dipengaruhi oleh
harus diwaspadi adalah daerah perpotongan atau proses tektonik.
persinggungan di antara sesar karena di daerah ini gempa
cenderung memiliki magnitude yang besar. Sebagai contoh Perkembangan Tektonik Sulawesi
gempa yang terjadi pada 28 maret 2015 memiliki
magnitudo 6 SR dengan kedalaman 111 km. Dalam tektonik global seperti pada Gambar 1, Sulawesi
tidak terlepas dari pengaruh tatanan tektonik Indonesia
Kata kunci : Tektonik, Sesar, Gempa bumi yang berada pada zona pertemuan tiga lempeng bumi yang
berinteraksi satu dan yang lainnya. Hal inilah yang
Pendahuluan mempengaruhi terjadinya sesar regional dan munculnya
potensi gempa di Sulawesi.
Pertemuan tiga lempeng besar yang terjadi di Pulau
Sulawesi, yaitu lempeng pasifik, lempeng Hindia-Australia Berdasarkan sejarahnya, pertemuan dari ketiga lempeng
dan Lempeng Asia sangat berpengaruh terhadap proses bumi tersebut menghasilkan beberapa tahapan tektonik di
pembentukanya. Lempeng pasifik bergerak dengan Sulawesi yang berpengaruh pada kondisi tektonik dan
kecepatan sekitar 6 cm/tahun dari arah timur, lempeng geologi di pulau tersebut. Syaiful Bachri dan Sidarto (2013)
Hindia-Australia bergerak dengan kecepatan rata-rata 7 secara regional membagi peristiwa tektonik tersebut ke
cm/tahun dari arah selatan dan lempeng Asia yang bergerak dalam lima periode, yaitu tektonik ekstensional
relative pasif dengan kecepatan kurang lebih 3 cm/tahun ke
arah tenggara.

166
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Mesozoikum, tunjaman Kapur, tunjaman Paleogen, 4. Tumbukan Neogen


tumbukan Neogen, dan tunjaman ganda Kuarter. Tektonik ini merupakan tumbukan antara kepingan-
kepingan benua yang bergerak ke arah barat-barat laut
sepanjang system Sesar Sorong dengan Jalur Batuan
Malihan Sulawesi Tengah dan Jalur Ofiolit Sulawesi Timur
pada Neogen. Sistem Tumbukan ini tidak membentuk busur
gunungapi dan tanpa diikuti munculnya cekungan busur
muka dan belakang.

5. Tunjaman ganda Kuarter


Tunjaman ini ditunjukkan dengan adanya tunjaman ganda
yang saling berlawanan di bagian timur Lengan Utara
Sulawesi. Tumbukan ini terdiri atas pergerakan ke selatan-
tenggara batuan kerak samudera Laut Sulawesi menunjam
di bawah Lengan Utara Sulawesi, dan tunjaman kerak
samudra Laut Maluku yang bergerak ke arah barat.

Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu getaran yang disebabkan oleh
pelepasan energy yang bersumber dari dalam bumi,
kemudian merambat ke permukaan. Getaran gempa dapat
dirasakan langsung oleh manusia ataupun melalui pencatat
Gambar 1. Tektonik global Pulau Sulawesi (Coffield, et al gempa (seismograf). Gempa bumi dapat disebabkan oleh
1993) beberapa factor, antara lain, pergerakan lempeng bumi
yang menimbulkan gempa tektonik, letusan gunungapi
1. Tektonik ekstensional mesozoikum yang menghasilkan gempa vulkanik, dan gempa runtuhan
Berdasarkan hasil analisis paleomagnet, tektonik Sulawesi lapisan batuan atau disebut dengan gempa runtuhan.
diawali dari Benua Australia, yakni pada Permo-Trias
terjadi thermal doming dan diikuti adanya pemekaran yang Tabel 1. Skala Richter ( US Geological Survey)
disebabkan oleh tektonik ekstensional. Fragmen benua
terpisahkan kemudian terpindahkan ke arah utara-barat
laut. Fragmen tersebut kemudian membentuk kepingan
benua di Laut Banda dan di bagian timur Sulawesi. Selama
perjalanannya, kepingan benua terpecah menjadi beberapa
kepingan, di antaranya Kepingan Benua Banggai-Sula,
Kepingan Benua Tukangbesi, Kepingan Banua Buton, dan
Kepingan Benua Sulawesi Tenggara.

2. Tunjaman Kapur
Tumbukan ini ditandai dengan adanya zona subduksi
miring ke barat di sepanjang Sulawesi bagian barat, yakni
batua kerak samudra proto Laut Banda menunjam di bawah
bagian tepi selatan tenggara Kraton Sunda. Tumbukan
pertama terjadi pada Kapur Awal dengan zona subduksi di
kompleks Melange Bantimala.

3. Tunjaman Paleogen Berdasarkan kedalaman focus gempanya, gempa bumi


Gerakan kepingan benua ke barat-barat laut mulai dibagi menjadi tiga jenis yaitu gempa dangkal dengan
menumbuk kompleks tunjaman di bagian timur Sulawesi kedalaman focus 0-60 km, gempa menengah dengan focus
dan zona akrasi Kapur Awal benua Eurasi pada Paleogen. gempa 60-300 km dan gempa dalam dengan focus gempa
Tumbukan ini merupakan penunjaman yang kedua di lebih dari 300 km. Skala Richter merupakan salah satu
Sulawesi pengukur kekuatan gempa yang sering digunakan. Skala ini
didasarkan pada perhitungan energy gempa yang
dilepaskan.

167
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Data dan Metoda


Lokasi penelitian ini difokuskan di Provinsi Gorontalo
yang merupakan bagian dari Lengan Utara Sulawesi
dengan letak geografis berada pada 0 19‟ – 1 15‟ LU dan
121 23‟ – 123 43‟ BT. Studi ini diwalai dengan melihat
pengaruh perkembangan tektonik Sulawesi terhadap
tektonik tiap-tiap lengan Sulawesi terutama Lengan Utara
Sulawesi, yang selanjutnya dihubungkan dengan kondisi
Sesar regional yang ada di Provinsi Gorontalo serta potensi
gempa yang terjadi.
Gambar 2. Struktur bagian tengah Lengan Utara Sulawesi
Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder pada Pliosen Akhir-Plistosen, dimodifikasi dari Bachri dkk.
yang didapatkan dari hasil studi literature jurnal ilmiah, (1994) dan Apandi & Bachri (1997).
buku, artikel, dan materi-materi yang berhubungan dengan
pembahasan dari penelitian ini. Selain itu, data gempa bumi 1. Kelompok sesar perantanan
yang terjadi sepanjang tahun 2015 bersumber dari katalog Kelompok sesar ini memiliki arah rata-rata N95oE atau
gempa bumi BMKG yang diambil melalui website resmi N75oE yang terdiri atas Sesar Perantanan, Sesar
BMKG http://repogempa.bmkg.go.id/proses_query2.php . Telongkabila, dan Sesar Tetembu
Data tersebut selanjutnya diplot dengan menggunakan Arc
GIS 10.1. 2. Kelompok Sesar Gorontalo
Kelompk ini memliki arah rata-rata N125oE atau N305oE.
Hasil dan Diskusi Representasi dari kelompok sesar ini adalah Sesar
Gorontalo yang melalui Teluk Gorontalo dan Sesar Bodi-
Peristiwa tektonik di Lengan Utara Sulawesi mulai terjadi Utilemba.
pada periode Neogen, ketika kepingan benua Banggai-Sula,
Buton dan Tukan besi menumbuk jalur batuan Malihan 3. Kelompok Sesar Paleleh
Sulawesi Tengah dan Jalur Ofiolit Sulawesi Timur. Kelompok sesar ini memiliki kisaran arah rata-rata N155oE
Tumbukan ini menyebabkan Lengan Utara yang awalnya atau N335oE dengan representasi yang paling menonjol
menyatu dengan Lengan Selatan, mengalami rotasi searah adalah Sesar Paleleh dan Sesar Bulokidoka.
jarum jam dan mengakibatkan bentuk seperti saat ini.
Selain itu, tumbukan ini juga menjadi awal mulanya 4. Kelompok sesar Randangan
terjadinya tunjaman kerak samudera laut Sulawesi Utara Kelomok sesar ini memiliki arah rata-rata N25oE atau
yang bergerak ke arah Selatan-Tenggara dan menyusup di N205oE. Sesar Randangan adalah representasi dari
bawah Lengan Utara Sulawesi kelompok ini.
Dibagian timur Lengan Utara Sulawesi terjadi Tumbukan 5. Kelompok Sesar Kwandang
Kerak Samudera laut Maluku yang bergerak ke arah barat, Sesar Kwandang dan Sesar Olie merupakan representasi
sehingga kerak Samudera tersebut menunjam di bawah dari kelompok ini dengan arah rata-rata N55oE atau
Lengan Utara Sulawesi . Tunjaman ini mengakibatkan N235oE.
munculnya Busur Gunungapi Minahasa-Sangihe.

Kedua tunjaman tersebut mempengaruhi kondisi struktur


regional di Lengan Utara Sulawesi dan memunculkan
manifestasi tektonik berupa Sesar dan gunung api yang
berpotensi menimbulkan gempa bumi. Sesar regional yang
terdapat di Gorontalo di kelompokkan menjadui 5
kelompok sesar yang didasarkan pada arah kelurusannya.

Gambar 3. Peta sebaran gempa bumi Gorontalo tahun


2015.

168
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Gempa bumi yang terjadi di Gorontalo kebanyakan Pustaka


termasuk ke jenis gempa tektonik. Subduksi kerak samudra
Laut Sulawesi dan aktifitas sesar Gorontalo diperkirakan Amstrong F. Sompotan, 2012, Struktur Geologi Sulawesi,
menjadi penyebab utama potensi Gempa bumi di Gorontalo Perpustakaan Sains Kebumian Institut Teknologi
(Guntur Pasau, 2015). Bandung
Kaharuddin, M.S., dkk, 2011, Perkembangan Tektonik
Subduksi kerak samudra laut Sulawesi yang berada di dan Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan
sebelah utara berada pada kedalaman dangkal 0-50km Tsunami di Kawasan Pulau Sulawesi, HAGI-IAGI
sedangkan sesar Gorontalo memotong kota Gorontalo Annual Convention and Exhibition.
hingga ke teluk Gorontalo. Surono, M, Sc., 2013, Geologi Sulawesi, LIPI.
Guntur Pasau, 2015, Analisis Resiko Gempa Bumi
Berdasarkan peta sebaran gempa bumi, gempa yang terjadi Wilayah Lengan Utara Sulawesi Menggunakan
sepanjang tahun 2015 memiliki magnitude yang berkisar Data Hiposenter Resolusi Tinggi Sebaga Upaya
antara skala 1-7 SR. sebagian besar gempa tersebut Mitigasi Bencana, Jurnal Fisika dan Aplikasinya 16,
berlokasi di daratan yang diperkirakan sebagai akibat dari 6-10.
pergerakan sesar regional dan subduksi Laut Sulawesi. total
gempa yang terjadi sepanjang tahun 2015 sebanyak 172 Ucapan Terima Kasih
kejadian. ini menandakan bahwa Gorontalo menjadi salah Terimakasih disampaikan kepada Program Studi Geofisika
satu wilayah yang rawan akan gempa. Gempa paling besar Unhas selaku pelaksana SNGF 2016. Ucapan Terimakasih
terjadi pada tanggal 28 Maret 2015 dengan magnitudo 6 juga disampaikan kepada teman-teman Geofisika Unhas
SR. angkatan 2012 terkhusus Aryani Agustiawati yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Kesimpulan
Dari hasil studi yang dilakukan, tektonik Lengan Utara
Sulawesi mulai berlangsung sejak terjadinya subduksi
kerak Laut Sulawesi di bagian utara dan Laut Maluku di
bagian timur Lengan Utara Sulawesi pada periode Neogen
dan Kuarter. Subduksi tersebut menghasilkan sesar-sesar
regional Gorontalo yang kemudian dibagi kedalam 5
kelompok, yaitu sesar Perantanan, sesar Gorontalo, sesar
Randangan, sesar Paleleh, dan sesar Kwandang. Potensi
gempa bumi Gorontalo sangat dipengaruhi oleh subduksi
Laut Sulawesi serta aktifitas sesar Gorontalo.

169
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

ANALISIS KURVA HVSR UNTUK DISTRIBUSI INDEKS KERENTANAN SEISMIK


KAWASAN RAWAN GEMPABUMI
Andi Tenri Awali Wildana1, Lantu1, Sabrianto Aswad1
1
Program Studi Geofisika FMIPA Unhas

kerusakan akibat gempabumi dengan menggunakan


Sari survey mikrotremor. Dengan melakukan survey
Indonesia merupakan zona dari interaksi antar empat mikrotremor, maka dapat diketahui hubungan nilai
lempeng aktif di dunia: Lempeng Eurasia, Lempeng frekuensi dominan dan amplifikasi terhadap kondisi geologi
Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Laut daerah penelitian sehingga dapat menjelaskan nilai
Philiphina. Dari kegiatan tektonik tersebut, terdapat indeks kerentanan seismik yang nantinya akan berguna
beberapa daerah yang termasuk dalam kawasan rawan untuk perencanaan pembangunan suatu daerah.
gempabumi sehingga diperlukan suatu upaya mitigasi untuk
meminimalisir resiko akibat gempabumi seperti pengukuran Mikrotremor adalah getaran (vibrasi) yang sangat kecil
indeks kerentanan seismik menggunakan mikrotremor. amplitudonya dan kontinyu dari tanah atau struktur yang
Pengukuran mikrotremor dilakukan di daerah daerah disebabkan oleh adanya aktifitas buatan manusia sepert
Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali. Di bagian utara lalu lintas, orang berjalan, mesin pabrik, dan lain-lain.
daerah penelitian terdapat patahan belakang busur Amplitudonya sangat kecil berkisar antara 0.1 – 1.0 μm
kepulauan yang memanjang dari Laut Bali, utara Lombok, dan periodenya antara 0.1 detik sampai 1.0 detik,
Flores hingga ke laut Banda. Hasil pengukuran berupa Ishiyama dan Hasanuddin (2006).
kurva HVSR yang akan dianalisis untuk mengetahui nilai
frekuensi dominan (f0) dan nilai amplifikasi (A) yang Metede mikrotremor bertujuan untuk mengamati
nantinya digunakan untuk penentuan indeks kerentanan karakteristik dinamika tanah ditinjau dari kecepatan
seismik (IKS). Hasil analisis menunjukkan kontur gelombang seismik dengan menitikberatkan pada variasi
penyebaran nilai IKS di daerah Singaraja berkisar 1.08- amplitude dan perioda serta frekuensi terhadap waktu.
7 yang menandakan bahwa daerah tersebut termasuk Hasil penyelidikan Kanai telah membuktikan bahwa
wilayah yang memiliki kerawanan tinggi terutama pada periode perdominan dari mikrotremor sesuai dengan
bagian barat daya daerah penelitian. perioda perdominan dari gempa bumi. Dewasa ini, untuk
melakukan study mengenai kelakuan struktur untuk
Kata Kunci : Amplifikasi, frekuensi dominan, indeks merancang bangunan tahan gempa telah digunakan
kerentanan seismik, mikrotremor perioda perdominan dari hasil pencatatan mikrotremor,
(Parwatiningtyas, 2010).
Pendahuluan
Secara umum, perekaman mikrotremor tidak berbeda
Secara geotektonik, Indonesia merupakan tempat pertemuan dengan perekaman gelombang seismik pada
empat lempeng aktif dunia. Pada derah pertemuan lempeng, seismometer. Untuk metode Nakamura, diperlukan
terdapat akumulasi energi yang sewaktu-waktu lapisan seismometer yang memiliki tiga komponen yaitu
bumi tidak dapat lagi menahan tumpukan energi tersebut horizontal (east-west) dan (north-south) serta komponen
sehingga terjadilah gempabumi. vertical (up-down). Pada perekaman mikrotremor,
pengukuran langsung dilakukan karena yang direkam
Menurut McCaffrey dan Nabelek (1987), Bali Utara merupakan gelombang yang timbul dari alam.
memiliki satu zona seismik yang merupakan sumber
terjadinya gempabumi, yaitu Flores Back Arc Crust Thrust Geologi Lokal Daerah Penelitian
Fault. Dari tabel katalog gempabumi merusak Provinsi Bali
yang diterbitkan oleh PVMBG (2014), terdapat beberapa Kondisi geologi Regional Bali dimulai dengan adanya
kejadian gempabumi besar di sekitar daerah penelitian di kegiatan tektonik di lautan selama kala Miosen Bawah
antaranya gempa Buleleng dengan nilai MMI sebesar VII yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang
serta gempa Seririt pada tahun dengan nilai VIII-IX MMI. disisipi oleh batu gamping. Stratigrafi regional Bali
tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan
Tingkat kerusakan akibat gempabumi bergantung pada berumur Miosen Tengah, (Dena, 2012). Pada daerah
kondisi geologi suatu daerah. Untuk meminimalisir penelitian, terdapat dua satuan formasi:
resiko akibat gempabumi maka diperlukan upaya
mitigasi yakni mikrozonasi untuk memetakan daerah rawan

170
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

1. Formasi Asah (Tpva) Metode


Kelompok batuan ini berumur Pliosen menyebar dari
baratdaya Seririt ke timur hingga di baratdaya
Tejakula. Pada lapisan bawah umurnya terdiri dari
breksi yang berkomponen kepingan batuan bersifat
basal, lava, obsidian. Di bagian atas terdapat lava
yang kerapkali menunjukkan rongga, kadang-kadang
memperlihatkan lempengan dan umumnya berbutir
halus.
2. Formasi batuan gunungapi kwarter
Kegiatan vulkanis pada kwarter menghasilkan
terbentuknya sejumlah kerucut yang umumnya kini
telah tidak aktif lagi. Gunung api tersebut
menghasilkan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-
Beratan dan Batur.

Gambar 1. Peta Geologi daerah Penelitian.

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian


Berdasarkan peta geologi lembar Bali, struktur yang
terdapat di sekitar daerah penelitian berupa sesar dan
kelurusan dan umumnya berarah baratlaut-timur Hasil dan Diskusi
tenggara, dengan beberapa timur laut-barat daya. Adapun Data hasil pengukuran mikrotremor berupa data RAW
satuan morfologinya adalah perbukitan menggelombang, dan masih dalam domain waktu sehingga dilakukan
(Hadiwidjojo dkk, 1998).
konversi data menjadi ekstensi (*.saf*) agar dapat
terbaca di software Geopsy. Data hasil perekaman
DATA dan METODE
mikrotremor yang terdiri atas 3 komponen yaitu Z
Data (vertical) serta North-South dan East-West (horizontal) dan
merupakan data dalam domain waktu sehingga perlu
Data pengukuran yang digunakan merupakan data sekunder dilakukan proses Fast Fourier Transform (FFT) agar
dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gelogi data berada pada domain frekuensi. Data tersebut
sejumlah 82 titik. Lama pengukuran untuk setiap titik kemudian diolah menggunakan software Geopsy untuk
berkisar 20-30 menit. Adapun jarak setiap titik pengukuran mendapatkan spektrum HVSR. Terlebih dahulu
sekitar 500 meter. dilakukan windowing secara manual dengan panjang
window 5s dan 10s untuk semua data. Kemudian dilakukan
proses smoothing type Konno dan Ohmachi sesuai dengan
ketentuan di SESAME. Adapun batas frekuensi yang
untuk output kurva HVSR yaitu rentang 1-10 Hz.

171
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dari hasil pengolahan data mikrotremor, didapatkan nilai kerawanannya rendah merupakan daerah pemukiman
frekuensi dominan untuk semua titik pengukuran berada yang artinya batuan pada daerah tersebut lebih
pada rentang nilai 1.06-9.06 Hz. Nilai frekuensi dominan terkompaksi dibandingkan dengan daerah persawahan
menunjukkan keberadaan bedrock, jika nilai frekuensi ataupun daerah yang dekat dengan pantai.
dominan rendah maka bedrocknya lebih dalam. Nilai
frekuensi dominan yang tergolong rendah berada pada
bagian barat laut daerah penelitian, sedangkan nilai
frekuensi dominan yang tergolong tinggi berada pada
bagian timur laut sampai tenggara serta barat daya daerah
penelitian. Secara keseluruhan, nilai frekuensi di daerah
penelitian tergolong rendah karena <10 Hz.

Untuk mitigasi bencana gempabumi, nilai frekuensi


dominan sangat penting untuk perencanaan bangunan
tahan gempabumi. Jika bangunan memiliki nilai
frekuensi dominan yang sama dengan nilai frekuensi
dominan tanah, maka akan mengalami resonansi jika
terjadi gempabumi. Efek resonansi akan memperkuat
getaran sehingga bangunan akan mengalami kerusakan.
Gambar 4. Peta Citra Lokasi Penelitian
Adapun nilai amplifikasi daerah penelitian berada pada
rentang nilai 1.55-5.72. Amplifikasi dapat pula dikatakan
Setelah didapatkan peta IKS, maka dilakukan overlay antar
sebagai faktor penguat gempa. Pada daerah yang
data IKS dan data citra dari lokasi penenlitian(Gambar 4)
memiliki amplifikasi tinggi, maka jika terjadi untuk melihat tutupan lahan. Hasil overlay (Gambar 6)
gempabumi akan mengalami kerusakan yang lebih parah menunjukkan bahwa daerah yang memiliki nilai IKS
akibat amplifikasi gelombang gempa. tinggi berada pada wilayah yang penggunaan lahannya
merupakan daerah pemukiman penduduk dan dekat dari
Setelah didapatkan nilai frekuensi dominan dan nilai tepi laut sehingga sangat rentan mengalamai kerusakan jika
amplifikasi, maka dilakukan perhitungan nilai Indeks terjadi gempabumi.
Kerentanan Seismik (IKS) untuk melihat tingkat
kerentanan suatu lapisan mengalami deformasi. Nilai
IKS berada pada interval 1,08-7 seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Kontur Penyebaran Nilai IKS Gambar 6. Overlay Peta Indeks Kerentanan Seismik

Kesimpulan
Daerah dengan tingkat kerawanan rendah didominasi
oleh batuan gunung api yaitu breksi tufa di mana batuan 1. Nilai Frekuensi dominan untuk daerah penelitian
tersebut tidak kompak. Pada formasi tersebut, terdapat berada pada rentang 1.06-9.06 Hz. Hal tersebut
juga bagian yang termasuk dalam tingkat kerawanan menunjukkan bahwa daerah penenlitian memiliki
sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena penggunaan nilai frekuensi dominan yang rendah.
lahan daerahnya berbeda. Untuk kawasan yang tingkat

172
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

2. Nilai amplifikasi yaitu antara 1.55-5.72 kali yang


berarti bahwa jika daerah tersebut terjadi gempabumi
maka gelombang gempanya akan mengalami
perbesaran sebanyak 1.55 sampai 5.72 kali.
3. Berdasarkan peta Indeks Kererntanan Seismik, nilai
IKS daerah penelitian berada pada interval 1.08.
Daerah dengan tingkat kerawanan tinggi terletak
pada bagian barat laut daerah penelitian (sekitaran
laut).

Daftar Pustaka
Dena, K. 2012. Kondisi Geologi dan Topografi Pulau
Bali. Geografi USB. Singaraja.
Hadiwidjojo, M.M.P, Samodra, H. dan Amin, T.C. 1998.
Peta Geologi Lembar Bali, Nusatenggara.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Ishiyama, Y dan Hasanuddin. 2006. Mikrotremor.
Antologi Paper Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi. Bandung
McCaffrey, R. dan Nabelek, J. 1987. The Geometry of Back
Arc Thrusting Along The Eastern Sunda Arc,
Indonesia. Jurnal of Geophysical Research:
Solid Earth Vol. 92.
Parwatiningtyas, D. 2010. Menganalisa Struktur
Permukaan Bumi Serta Kandungan Sumber
Daya Alam di dalamnya Menggunakan Metoda
Geofisika.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi. 2014.
Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia
Tahun 1612-2014. Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Bandung.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada Ibu Sri Hidayati selaku Kepala
sub-bidang Gempabumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan tugas akhir. Dan
juga kepada Bapak Imam Catur Priambodo selaku
pembimbing penulis di PVMBG yang dengan tulus
memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis di sela-
sela kesibukan beliau..

173
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Implikasi Penerapan Geospasial Sistem Penunjang Keputusan Terhadap Pengembangan Lahan

Samsu Arif1, Sumbangan Baja2, D. A. Suriamihardja 3


1
Department of Physics, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi, Indonesia Phone +62-411 586016, Fax
+62-411 586588, email: samsu_arif@unhas.ac.id
2
Department of Soil Science, Hasanuddin University Makassar; ph (+fax) +62-411587076 (corresponding author,
email: sbja02@yahoo.com.au), neswati76@gmail.com;
3
Department of Physics, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi, Indonesia Phone +62-411 586016, Fax
+62-411 586588 E-mail: dahmaduh@gmail.com

Abstrak 1. Pendahuluan
Tekanan penduduk terhadap sumber daya lahan merupakan
persoalan serius yang perlu mendapat perhatian dalam Model pengelolaan lahan pangan diperlukan untuk
pengelolaannya. Perkembangan penduduk dan aktivitas mengarahkan para pengambil keputusan dalam usaha untuk
ekonomi yang pesat menimbulkan masalah lahan dan tata mempertahankan dan mengelola lahan pangan yang
ruang yang berakibat terjadinya degradasi, alih fungsi berkualitas tinggi sehingga memberikan hasil yang optimal
lahan, dan fragmentasi lahan yang mengancam daya (Arif et. al., 2015). Untuk merealisasikan hal tersebut perlu
dukung lahan dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuan dilakukan suatu evaluasi lahan yang merupakan proses
dari penelitian ini adalah mengkaji implikasi penerapan pendugaan potensi sumberdaya lahan untuk berbagai
model sistem penunjang keputusan berbasis geospasial penggunaan yang dapat dilakukan secara dinamis dan
terhadap pengembangan lahan berdasarkan Rencana Tata fleksibel oleh berbagai pihak yang terlibat dalam bidang
Ruang Wilayah (RTRW) 20 tahun kedepan pada wilayah Pertanian (Johnson, 1991). Malczewski (1999)
Kabupaten Gowa. Metode Penelitian menggunakan citra menunjukkan bahwa SIG pada umumnya, tidak
satelit Landsat 8 dengan klasifikasi multispektral maximum menyediakan alat untuk menyajikan pilihan dan prioritas
likelihood untuk menghasilkan penggunaan lahan. Data dalam hal mengevaluasi kriteria dan tujuan yang saling
biofisik lahan dan non biofisik terintergrasi melalui analisis bertentangan. Kekurangan ini membatasi efektifitas SIG
Multicriteria Decision Making (MCDM) menggunakan dalam memecahkan masalah yang tidak terstruktur maupun
fuzzy logic, Analitical Hierarchy Process dan Compromise semi terstruktur dalam pengambilan keputusan spasial
Programming berbasis Sistem Informasi Geografis untuk (Densham, 1991). Untuk itu, dibutuhkan suatu model yang
menghasilkan indeks kesesuaian lahan. Hasil penelitian dapat menangani persoalan pengelolaan lahan pangan
menunjukkan bahwa Kabupaten Gowa memiliki lahan berbasis spasial. Penggunaan MCDM dengan
pertanian seluas 72,35% dari luas total 179.631 Ha, indeks mengintegrasi Analytical Hierarchy Process (AHP), Fuzzy
kesesuiaian lahan lebih besar dari 0,6 (sesuai untuk Set ke dalam Compromise Programming berbasis SIG
pertanian pangan) terdapat 44.032 Ha. Penerapan model dalam evaluasi lahan pangan akan menghasilkan sistem
sistem penunjang keputusan secara dinamis dapat pakar berbasis spasial sebagai sebuah model yang dapat
menghitung indeks kesesuaian lahan pada setiap lokasi mensimulasikan manajemen lahan secara optimal (Wang
yang dipilih, serta mampu menunjukkan faktor pembatas et. al., 2010; Burrough, 1992; Nurmiaty and Baja, 2014;
yang mendegradasi lahan dan jenis perbaikan yang Tang and Van Ranst, 1992; Wang, 1990). Ketersediaan
diperlukan agar pengelolaan lahan lebih optimal. Jika SIG dan metode pengambilan keputusan berkriteria
perencanaan pemanfaatan ruang 20 tahun kedepan seperti majemuk (MCDM) memungkinkan menggabungkan
yang tertuang dalam RTRW diproyeksikan 33.726 Ha pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber yang
lahan pangan, masih terdapat 10.306 Ha lahan potensial berbeda untuk mendukung manajemen dan perencanaan
yang bisa dikembangkan jika bertumpu pada data biofisik, penggunaan lahan (Malczewski, 1999). Metode MCDM –
sedangkan jika melibatkan data non biofisik maka masih Fuzzy dan AHP telah digunakan dengan sukses untuk
terdapat 4.829 Ha lahan potensial. Model ini cukup teknik evaluasi lahan (Parkash 2003). Keberadaan sistem
konsisten dan terpercaya untuk digunakan dalam proses pakar yang berbasis spasial (Spatial Decision Support
perencanaan dan pengambilan keputusan terhadap System, SDSS) dalam bidang pertanian pangan dapat
penggunaan lahan di Kabupaten Gowa. membantu berbagai pihak yang terkait dengan pertanian
pangan untuk membuat keputusan melalui perencanaan
Kata Kunci: Geospasial, Sismtem Penunjang Keputusan, yang baik sebelum mulai melakukan apapun terhadap lahan
MCDM, RTRW mereka (Wai, 2005). Decision Suppport System merupakan
teknologi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk
mendukung pengambilan keputusan yang kompleks dan
berbasis pada masalah (de la Rosa, 2011; Shim, 2002).

174
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Perangkat ini merupakan alat analitik yang handal dan dipetakan dan mempertimbangkan kinerja sistem aplikasi
mampu menangani masalah dan fenomena yang kompleks, seperti yang ditunjukkna pada Tabel 1.
dengan jumlah data yang besar, tingkat kerumitan yang
tinggi dengan penyajian hasil yang cepat dan akurat (Arif Tabel 1 Jenis, bentuk dan sumber data
et. al., 2015). No Jenis Data Bentuk Sumber
Data
2. Metode 1 Citra Aster 3 Raster LAPAN
dimensi Parepare
2.1 Wilayah Studi 2 Citra Landsat 8 Raster http://earthex
Penelitian dilakukan di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi
plorer.usgs.g
Selatan. Secara geografis terletak pada 5o 35‟ 10.8” sampai ov/
5o 5‟ 26.2” LS dan 119o 21‟ 54” sampai 120o 1‟ 54.5” BT. 3 Digital Peta Vektor Bakosurtanal
Pemilihan Kabupaten Gowa didasarkan atas alasan-alasan Rupa Bumi
sebagai berikut: (a) Kabupaten Gowa salah satu penghasil 4 Peta Rupa Bumi Lembaran Bakosurtanal
pangan di Sulawesi Selatan. (b) Variabilitas lahan cukup 1998
kompleks, terdiri dari dataran pesisir, dataran rendah, 5 Peta Tanah Semi Lembaran Jurusan
sampai dataran tinggi. (c) Berbatasan dengan kota Detail Tanah Fak.
Makassar, sehingga tekanan penduduk yang mengakibatkan Pertanian
perubahan fungsi lahan lebih besar. Unhas
6 Peta Landsystem Vektor Bakosurtanal
skala 1:250.000
tahun 1989
7 Kabupaten Statistik BPS Prov.
dalam Angka Sulawesi
Tahun 2001 s/d Selatan
2014
8 Data Iklim Data Globaweathe
tabular r
9 Peta RTRW Vektor BAPPEDA
Kab. Gowa Kab. Gowa

2.3 Metode Analisis


Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: klasifikasi
multispektral, analisis indeks kesesuaian lahan, aplikasi
sistem penunjang keputusan berbasis geospasial dalam
pengelolaan dan pengembangan lahan pangan.

a. Klasifikasi multispektral
Klasifikasi ini menggunakan algoritma maximum likelihood
melalui data training dengan cara memperkirakan sarana
dan varians dari kelas, yang digunakan untuk menghitung
probabilitas dan juga mempertimbangkan variabilitas nilai
kecerahan di setiap kelas. Algoritma ini berdasarkan teori
probabilitas Bayesian dan salah satu metode klasifikasi
Gambar 1. Lokasi wilayah studi, dalam kotak adalah
yang paling kuat dan akurat (Liu et al., 2002; Prumal et al.,
Kabupaten Gowa
2010). Menurut Jensen (2004), algoritma maximum
likelihood bekerja dengan cara menandai setiap piksel
yang mempunyai hasil pengukuran pola kenampakan X ke
2.2 Basis Data
dalam i yang paling memungkinkan untuk dikelompokkan
Data spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai vector X. Sedangkan menurut Shrestha (1991),
data spasial berbentuk raster. Data raster dipilih karena
untuk memutuskan sebuah piksel diklasifikasi pada
dapat merepresentasikan nilai kriteria evaluasi lahan dan
kelompok yang mana, dibutuhkan informasi statistik
ruang yang bersifat kontinyu. Setiap lokasi 100x100 meter
berupa rerata dan simpangan baku tiap sampel, serta
persegi daerah penelitian direpresentasikan sebagai satu
variansi dan kovariansi. Penilaian akurasi hasil klasifikasi
piksel (sel) disebut sebagai resolusi spasial. Pemilihan
untuk dapat diterima dalam berbagai aplikasi adalah
ukuran piksel mengacu pada skala yang sepadan untuk

175
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

minimal 85% (Eastman, et al., 1993; Mather, 1999). terstruktur, multidimensi, memiliki tujuan dan sasaran yang
Pengambilan sampel secara stratified random sampling tidak sepenuhnya didefenisikan, dan memiliki sejumlah
menggunakan persamaan ((Eastman, et al., 1993): besar solusi alternatif. Dalam keputusan yang kompleks,
N = Z2pq/E2 ……………………………………….(1) proses pengambilan keputusan sering berulang, interaktif,
Dimana N = jumlah sampel dan patisipatif (Goel, 1999). Berulang karena adanya
Z = nilai standar untuk kepercayaan tertentu berbagai analisis alternatif dengan informasi yang beragam,
p = akurasi yang diharapkan interaktif dan partisipatif karena informasi yang digunakan
q = 1-p berasal dari berbagai pemangku kepentingan yang dapat
E = interval kepercayaan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Keenan (2006), sebuah SDSS harus memenuhi
b. Analisis indeks kesesuaian lahan representasi masalah secara keseluruhan, yang akan
Konsep evaluasi lahan telah diperkenalkan sejak lama, memungkinkan pengguna untuk tidak hanya
mulai dari metode klasik yang diperkenalkan oleh Christian menggabungkan data geografis, tetapi juga mencakup
pada tahun 1958 (Baja, 2012). FAO (FAO, 1976) membuat struktur dan fungsi untuk mengatasi pandangan logis dari
kerangka evaluasi lahan yang banyak dijadikan rujukan masalah. Sistem aplikasi SDSS memerlukan fungsi
dalam studi evaluasi lahan saat ini. Dengan kemajuan pemodelan analitis untuk mengintegrasikan SIG dan
teknologi komputer, seiring dengan kemajuan Sistem pemodelan yang sebelumnya terpisah. Perangkat lunak SIG
Informasi Geografis (SIG), maka isu-isu tentang analisis yang ada saat ini telah memiliki manajemen data spasial
spasial dan representasi dari variable biofisik yang dan kemampuan analitik yang handal, namun secara umum
kontinyu, yang tidak dipertimbangkan sebelumnya, kini tidak dapat dianggap sebagai SDSS. Kekurangan utama
bisa ditangani dengan baik (Baja, 2012). dalam SIG adalah kurangnya kemampuan pemodelan
analitis dan ketidakmampuan menyajikan teknik evaluasi
Metode evaluasi lahan dengan pendekatan parametrik dari berbagai skenario. Malczewski (1999) menunjukkan
kuantitatif dikembangkan menjadi pemodelan simulasi bahwa SIG pada umumnya, tidak menyediakan alat untuk
dengan menekankan penggunaan sistem analisis berbasis menyajikan pilihan dan prioritas dalam hal mengevaluasi
komputer seperti sistem pakar (Johnson, 1991). Evaluasi kriteria dan tujuan yang saling bertentangan. Kekurangan
kesesuaian lahan dengan metodologi fuzzy set (Burrough, ini membatasi efektifitas SIG dalam memecahkan masalah
1992; Tang and Van Ranst, 1992; Wang, 1990), Multi yang tidak terstruktur maupun semi terstruktur dalam
Criteria Decision Making, MCDM dan Analytic Hierarchy pengambilan keputusan spasial.
Process. Penggunaan MCDM dengan mengintegrasi
Analytical Hierarchy Process (AHP), Fuzzy Set ke dalam Dalam evaluasi kesesuaian lahan, terdapat tiga pendekatan
Compromise Programming berbasis SIG dalam evaluasi atau model yang berbeda namun saling melengkapi untuk
lahan pangan akan menghasilkan sistem pakar berbasis pengelompokan individu karakteristik lahan ke dalam
spasial sebagai sebuah model yang dapat mensimulasikan bentuk kelas atau representasi fuzzy, yaitu (Baja, 2012):
manajemen lahan secara optimal.  Model kesamaan hubungan atau Similarity Import
Model (SRM).
Menurut Baja (2012) modul yang terintegrasi antara AHP  Model impor semantic atau Semantic Import Model
dengan SIG yang dikenal dengan „tight coupling (SIM)
integration‟ merupakan pengembangan SIG dan MCDM  Model eksperimental (EXM)
pada masa-masa mendatang. Keberadaan sistem pakar yang
berbasis spasial (Spatial Decision Support System, SDSS) Model kesamaan hubungan (SRM) didasarkan pada fuzzy
dalam bidang pertanian pangan dapat membantu berbagai c-means, di mana setiap atribut lahan untuk masing-masing
pihak yang terkait dengan pertanian pangan untuk membuat sampel di lapangan dipartisi berdasarkan kelaster tertentu
keputusan melalui perencanaan yang baik sebelum mulai secara kontinyu. Hasil akhir kesesuaian merupakan
melakukan apapun terhadap lahan mereka (Wai, 2005). integrasi kelaster yang berbeda dan disajikan dalam bentuk
Decision Suppport System merupakan teknologi berbasis kontinyu. (Malczewski, 2000). Metode impor semantik
komputer yang dapat digunakan untuk mendukung (SIM) menggunakan fungsi keanggotaan yang ditentukan
pengambilan keputusan yang kompleks dan berbasis pada sebelumnya (apriori) untuk klasifikasi variable individu
masalah. Pengambilan keputusan secara spasial (Spasial yang dipertimbangkan, sehingga relatif mudah digunakan.
Decision Support System) bersifat kompleks, multidisiplin, Melalui pendekatan ini , nilai atribut yang dipertimbangkan
pada umumnya melibatkan banyak pemangku kepentingan. dikonversi ke dalam nilai keanggotaan (dari 0 sampai 1.0),
SDSS membutuhkan informasi dari berbagai sumber untuk menurut batas yang telah ditentukan oleh analis,
diterjemahkan kedalam berbagai keputusan kaitannya berdasarkan pengalaman, hasil percobaan, atau standar
dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. konvensional yang dibangun.
Kompleksitas SDSS terletak pada model yang bersifat semi

176
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Dengan pendekatan SIM, fungsi keanggotaan atribut Malczewski, et al., (1999), dan Chakround, et. al. (2005).
parameter dhitung dengan menggunakan fungsi persamaan Inteligensi adalah proses yang menganalisis cara berpikir
sebagai berikut (Baja, 2012; Arif et. al., 2015): GDSS dalam menghasilkan pengambilan keputusan, yang
MF(xi) = [1/(1 + {(xi – bj)/d}2)] ……………………...…(2) terdiri dari identifikasi masalah dan pemodelan masalah
MF(xi) = 1 jika (b1+d1) ≤ xi ≤ (b2 – d2) …………...……(3) (Gao, et. al. 2004). Desain adalah proses merancang: (i)
MF(xi) = [1/(1 + {(xi - b1 - d1)/d1} 2)] if xi < (b1 + d1) … (4) model standarisasi data, (ii) model skenario, dan (iii)
MF(xi) = [1/(1 + {(xi - b2 + d2) / d2} 2)] if xi > (b2 - d2)…(5) integrasi model. Pengambil keputusan adalah proses
Dimana: menentukan pilihan-pilihan terbaik dari sejumlah skenario.
MF(xi) = Nilai keanggotaan parameter x. Kelompok ini terdiri dari: (i) eksekusi skenario, (ii) analisis
xi = nilai atribut parameter ke i validasi dan sensitivitas, dan (iii) menentukan pilihan
keputusan terbaik (Arif et al., 2015). Algoritma GDSS
Tipe data dan model fuzzy mengacu pada kriteria dibangun berdasarkan bagan alir kerangka konseptual alur
kesesuaian lahan tanaman padi menurut FAO (1976), pengolahan data kemudian menghasilkan algoritma GDSS
kemudian dengan mencocokkan model kurva S. yang bekerja berdasarkan kebutuhan sistem (Gambar 2).
c. Geospatial Decision Support System (GDSS)
Secara garis besar pengembangan GDSS dapat dibagi Algoritma GDSS menjadi dasar dalam mendesain system
menjadi tiga kelompok utama, yaitu: (i) inteligensi, (ii) aplikasi yang dapat mengotomatisasi model yang
desain, dan (iii) pengambil keputusan. Pengelompokan ini dikembangkan terhadap pengembangan dan pengelolaan
sejalan dengan yang dilakukan oleh Gao, et. al. (2004), lahan Pertanian.

INPUT OPTIMAL INPUT


INPUT INPUT
PARAMETER ? PARAMETER
KOMODITI MODEL FUZZY dan JMF
FISIK LAHAN NON BIOFISIK
CoPro
No

Tabel Master Pilih Jumlah


Tabel Komoditi Tabel Fuzzy Set Kelompok
Parameteri
Tabel
Bobot
CoPro

Kelompokkan
Parameter
Tabel Fuzzyfikasi
Parameter Parameter

Model
AHP Bobot IKL
Pembobotan

Pengelompokan Yes
Langsung
Parameter

EQU

No yes

HITUNG Tabel
2FD yes
KESESUAIAN LAHAN BOBOT IKL
OPTIMAL
No yes

3FD

Gambar 2. Bagan alir algoritma GDSS (Arif et al., 2015)

177
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

3. Hasil dan Pembahasan 44.032 Ha (Gambar 4.50) sedangkan lebih kecil atau sama
Kabupaten Gowa memiliki kompleksitas lahan yang cukup dengan 0,6 sebesar 135.574 Ha.
variatif, terdapat 17 (tujuh belas) jenis tipe lahan (Sistem
Lahan) dengan bentuk topografi yang beragam, terdiri dari
13 (tiga belas) jenis penutupan lahan dengan luas lahan
pertanian sebesar 55.400 Ha, khusus untuk lahan sawah
sebesar 37.463 Ha (Citra Landsat 2014), secara tabulasi
dapat dilihat pada Tabel 2, secara spasial ditunjukkan pada
Gambar 2.
Tabel 2 Jenis dan luas penutupan lahan Kabupaten
Gowa
Penutupan Lahan Luas (Ha)
Danau 2,175.48
Hutan Lahan Kering Primer 1,168.20
Hutan Lahan Kering Sekunder 25,259.51
Hutan Tanaman 4,708.40
Perkebunan 173.93
Permukiman 1,098.15
Pertanian Lahan Kering 2,483.30
Pertanian Lahan Kering Bercampur 89,175.26
Semak
Savana 301.71
Sawah 37,463.00
Gambar 2 Peta Penutupan Lahan Tahun 2014
Semak/Belukar 14,438.63
Tambak 7.72
Tanah Terbuka 507.53
Grand Total 179,631.00
Sumber: Citral Landsat 8 Tahun 2015

Dari Tabel 2 terlihat bahwa Kabupaten Gowa merupakan


wilayah dengan lahan pertanian yang cukup besar. Jumlah
lahan pertanian termasuk 72,35% dari luas total Kabupaten.
Sedangkan lahan Sawah sebesar 21,23%, dan hutan hanya
terdiri dari 14,71%. Potensi pertanian sangat besar sehingga
wajar sektor pertanian menjadi tumpuan utama dalam
meningkatkan ekonomi di wilayah ini.

Penerapan GDSS terhadap pengembangan lahan di


Kabupaten Gowa memberikan gambaran sebaran potensi
lahan optimal berdasarkan hasil perhitungan indeks
kesesuaian lahan berbasis fuzzy set dan MCDM. Sebaran
IKL dikategorisasi menjadi dua kelas yaitu: kelas dengan
nilai IKL di atas 0,6 dan kelas di bawah atau sama dengan
0,6. Menurut Baja (2002), jika nilai IKL lebih besar dari
0,6 akan setara dengan kelas kesesuaian lahan FAO : S
(S1,S2, dan S3), sedangkan jika lebih kecil atau sama
dengan 0,6 setara dengan lahan yang tidak sesuai (N). Dari Gambar 3 Kategorisasi nilai IKL Padi Sawah irigasi
aplikasi GDSS diperoleh luas niai IKL di atas 0,6 sebesar

178
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Jika dibandingkan luas lahan pertanian secara umum, IKL dan Kemiringan lereng (0,027). Sedangkan jenis perbaikan
dengan nilai lebih besar 0,6 memiliki luas lebih kecil yang disarankan terkait KTK adalah: pengapuran atau
11.369 Ha dari luas lahan pertanian secara umum yang penambahan bahan organik, sedangkan kemiringan lereng
merupakan lahan suboptimal untuk pertanian Padi sawah tidak dapat dilakukan perbaikan.
dan perlu mendapatkan manajemen secara khusus. Penggunaan lahan sawah memiliki luas yang lebih kecil
Disinilah peran GDSS, selain dapat menghitung nilai dari luas lahan dengan nilai IKL di atas 0,6, terdapat selisih
indeks kesesuaian lahan juga mampu menampilkan faktor sebesar 6.569 Ha yang merupakan potensi lahan optimal
pembatas yang mendegradasi lahan-lahan tersebut terhadap untuk tanaman Padi sawah. Lahan-lahan tersebut menyebar
optimalisasi produksi tanaman Padi sawah, selain itu GDSS hampir di seluruh kecamatan bagian barat Kabupaten
mampu menampilkan jenis perbaikan lahan yang Gowa, namun daerah yang paling dominan adalah
diperlukan. Gambar 4.51 menunjukkan bahwa lahan Kecamatan Parangloe dan Kecamatan Bajeng. Analisis
terpilih (785.869 mU, 9.421.342 mT) memiliki nilai IKL yang dikembangkan belum mempehatikan lahan-lahan
lebih kecil dari 0,6 karena faktor pembatas: KTK (0,038), permukiman.

Faktor Pembatas Jenis Perbaikan

Gambar 4 Faktor pembatas dan jenis perbaikan

Evaluasi lahan sebaiknya dapat diintegrasikan dengan Implikasi penggunaan GDSS memberikan gambaran
variabel lain yang diperlukan dalam pemodelan bagaimana model ini secara konsisten mampu menyajikan
pemanfaatan lahan. Pemodelan GDSS terhadap berbagai alternatif pengembangan penggunaan lahan secara
pemanfaatan lahan seperti yang dilakukan pada sub optimal, mulai dari penggunaan lahan pertanian secara
bahasan 4 mengintegrasikan variabel non biofisik umum, penggunaan lahan sawah eksisting secara khusus,
menggunakan metode Compromise Programming dan integrasi data non biofisik dalam pengembangan
kompensasi penuh (p=1) salah satu contoh, dengan penggunaan lahan. Dari sudut pandang perencanaan
parameternya: RTRW, aksesibilitas, RC Ratio, dan penggunaan lahan dapat diketahui tentang apa yang harus
Preferensi masyarakat, menghasilkan luas lahan dengan dilakukan dan dimana harus direalisasikan. GDSS dapat
nilai skor kesesuaian di atas 0,6 sebesar 38.555 Ha, masih diterapkan secara fleksibel dengan model yang
ada sekitar 2% (1.092 Ha) lahan optimal yang belum memungkinkan sejumlah metode dan prosedur yang
menjadi sawah, kategorisasi hasil CoPro ditunjukkan pada dikembangkan (Baja, 2012).
Gambar 5.

179
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

nilai di atas 0,6 masih tersisa lahan seluas 10.306 Ha dari


yang telah dialokasikan untuk pertanian lahan basah.
Pengembangan pertanian lahan pangan selayaknya
diarahkan pada lahan-lahan dengan nilai IKL yang tinggi
yang ada dalam kawasan yang ditentukan dalam RTRW
untuk menekan biaya manajemen lahan pangan dan
menjaga keberlanjutan pertanian lahan pangan.

Tabel 3 Pola ruang Kabupaten Gowa


Pola Ruang Luas (Ha)
Hutan Konservasi 4,155.39
Hutan Lindung 30,497.88
Hutan Produksi Terbatas 20,274.51
Hutan Produksi Tetap 23,115.01
Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 309.76
Kawasan Budidaya Agroforestry 8,996.61
Kawasan Budidaya Hortikultura 12,073.11
Kawasan Budidaya Perikanan 3.77
Kawasan Budidaya Perkebunan 13,073.15
Gambar 5 Kategorisasi nilai Compromise
Programming (p=1) Kawasan Budidaya Pertanian Lahan 33,725.86
Basah
Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten yang Kawasan Budidaya Pertanian Lahan 16,867.98
berfungsi sebagai penyanggah Kota Makassar, dengan Kering
demikian akan mengalami dinamikan perubahan Kawasan Industri 44.79
penggunaan lahan yang cukup tinggi sehingga perlu menata Kawasan Pendidikan 158.61
secara ketat pemanfaatan penggunaan lahan untuk
mencegah terjadinya degradasi, alih fungsi lahan dan Kawasan Perairan 4,002.15
fragmentasi lahan pertanian yang dapat mengancam daya Kawasan Permukiman 12,606.14
dukung lahan pada masa yang akan datang.
TPA 169.89
Perencanaan pemanfaatan ruang dalam jangka waktu 20 Grand Total 180,074.61
tahun kedepan dituangkan dalam dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang diatur dalam UU. No. 26 Sumber: RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2012
Tahun 2007 pasal 26 ayat 4. Rancangan Peraturan Daerah
(Ranperda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Gambar 6 memberikan ilustrasi bagaimana pola
Kabupaten Gowa Tahun 2012-2031 dimana wajah dan penyebaran IKL dengan pola ruang di overlay dengan
potret Gowa dalam 20 tahun ke depan dapat dilihat dan peruntukan pertanian lahan basah. Garis berwarna hijau
tergambarkan dari apa yang tercermin dari Perda RTRW. merupakan kawasan dengan IKL tinggi untuk pertanian
Tabel 4.18 menunjukkan gambaran kelas pola ruang padi sawah dan merupakan kawasan yang direncanakan
Kabupaten Gowa. sebagai peruntukan pertanian lahan basah, sedangkan garis
berwarna biru adalah kawasan peruntukan pertanian lahan
Pola ruang untuk lahan pertanian secara umum basah dengan nilai IKL rendah, meskipun terdapat
(Agroforestry, Hortikultura, Perkebunan, Pertanian lahan beberapa spot-spot yang memiliki nilai IKL tinggi. Dengan
kering, dan Pertanian lahan basah) luasnya sebesar 84.737 demikian prioritas utama dalam pengembangan pertanian
Ha. Khusus untuk alokasi Pertanian lahan basah sebesar padi sawah diarahkan pada kawasan yang berada dalam
33.726 Ha. Jika poryeksi ke depan selama 20 tahun alokasi garis hijau, yaitu: Kecamatan Bontonompo, Bontonompo
pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan padi sawah Selatan, Bajeng, Bajeng Barat, Bonto Marannu, Pallangga,
merujuk pada alokasi pertanian lahan basah, maka ke depan Barombong, Somba Opu, dan Patalassang.
Kabupaten Gowa memiliki lahan potensial yang mencukupi
kebutuhan tersebut. Hal ini tercermin dari luas IKL dengan

180
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

Daftar Pustaka
Arif, S., Suriamihardja, D. A., Baja, S., Zubair, H., 2015. A
Spatial Decision Support System of Land
Management in Maros, The Journal of
Information Enggineering and Applications,
IISTE, Vol.5, No.7: 45-51.
Baja, S., 2012. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya
Lahan - Aplikasi GIS, Fuzzy Set, dan MCDM.
Makassar: Identitas Universitas Hasanuddin.
Baja, S., 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam
Wilayah Pengembangan Wilayah, Pendekatan
Spasial dan Aplikasinya. Makassar: ANDI
Yogyakarta.
Burrough, P. A., MacMillan, R. A., and van Deursen, W.,
1992. Fuzzy classification methods for
determining land suitability from soil profile
observations and topography. Journal of Soil
Science, 43:193-210.
Chakroun, H., 2005. Improving Spatial Decision Support
Systems Methodological Developments For
Gambar 6 Overlay Pola ruang dengan IKL Natural Resources And Land Management.
Applied Gis, Volume 1, Number 1, Monash
Gambar 6 menggunakan data IKL hasil perhitungan GDSS University Express.
kemudian proses overlay dengan data vektor pola ruang FAO., 1976. A Framework for land evaluation. Rome:
dilakukan menggunakan software ArcGIS. Pada penelitian Food and Agriculture Organitation of th United
ini, GDSS yang dihasilkan tidak memiliki kemampuan Nations.
untuk melakukan overlay antara data raster dengan dengan FAO., 2012. FAO Statistical Year Book 2012. Rome: Food
data vektor. and Agriculrure Organization of The United
Nations.
4. Kesimpulan Gao, S. Sundaram, D., and Paynter. J., 2004. Flexible
Support for Spatial Decision-Making.
Implikasi GDSS terhadap pengembangan lahan di Proceedings of the 37th Hawaii International
Kabupaten Gowa memberikan gambaran sebaran potensi Conference on System Sciences.
lahan Sawah yang belum digarap sebesar 6.569 Ha, dan Goel, R.K., 1999. Suggested framework (along with
jika melibatkan parameter non biofisik masih terdapat prototype) for realizing spatial decision
1.092 Ha lahan potensil. Sedangkan untuk perencanaan 20 support system (SDSS). Paper presented at
tahun kedepan berdasarkan RTRW, GDSS menunjukkan Map India1999 Natural Resources Information
bahwa masih terdapat 10.306 Ha lahan potensil, dan jika System Conference, New Delhi, India.
melibatkan data non biofisik masih terdapat 4.829 Ha lahan Johnson, A. A., 1991. Development of a simulation based
potensil. land evaluation system using crop modeling,
expert system and risk analysis. Soil Use and
Acknowledgements Management, 7:239-246.
Cikal bakal pengembangan SDSS ini adalah otomatisasi Keenan, P.B., 2006. Spatial decision support system: a
evaluasi kesesuaian lahan berbasis vector yang mulai coming of age. Control and Cybermatics 35(1):
dibangun sejak 9 tahun yang lalu. Banyak pihak yang telah 9-27.
membantu penulis dalam mengembangkan SDSS ini. Liu, X.H., Skidmore, A.K., Oosten, H.V., 2002. Integration
Terimakasih kepada DP2M DIKTI (melalui penelitian of classification methods for improvement of
HIBAH KOMPETENSI), Pemerintah Provinsi Sulawesi land-cover map accuracy. ISPRS Journal of
Selatan melalui Dinas Tata Ruang dan Permukiman Photogrammetry & Remote Sensing 56 (2002)
Provinsi Sulawesi Selatan (melalui kerjasama 257 – 268.
pengembangan SIMTARU), Pusat Pengembangan Malczewski, J., 1999. GIS and Multicriteria Decision
Regional dan Informasi Spasial (WITARIS), Universitas Analysis..New York: John Wiley & Sons.
Hasanuddin, dalam menyediakan data, dana, dan fasilitas Malczewski, J., and Jackson, M., 2000. Multicriteria spatial
lain yang mendukung penelitian ini. allocation of educational resources: An

181
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

overview, Socio-Economic Planning Sciences


34(3):219-235.
Mather, P. M., 1999. Computer Processing of Remotely-
Sensed Images: An Introduction, Second
Edition, John Wiley & Sons, Chichester.
Parkash T., 2003. Land suitability analysis for agricultural
crops: A fuzzy Multicriteria Decision Making
Approach. Published Msc thesis.
Pertanian, D., 2008. Pusat Basis Data Pertanian
Departeman Pertanian Republik Indonesia.
http://www.deptan.go.id/ tampil.php?page=
inf_ basisdata.
Prumal, K., Bhaskaran, R., 2010. Supervised Classification
Performance of Multispectral Images. Journal
of Computing 2:124-129.
Wai, K. S., 2005. Expert System in Real World
Applications. Retrieved April 15, 2012, from
Generation 5: http://www.generation5.com/
Wang, Y.M., Chin, K.S., 2010. Fuzzy analytic hierarchy
process: A logarithmic fuzzy preference
programming methodology. International
Journal of Approximate Reasoning 52 (2011)
541–553

182
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2016
Optimalisasi Geosains Dalam Era MEA
Makassar, 6 Agustus 2016

183

Anda mungkin juga menyukai