Patofisiologi Tumor Payudara
Patofisiologi Tumor Payudara
Lowdermilk, D. L., Shanon E. P., Irene M. B. 2000. Maternity and women’s Healtyh Care
Ganas
1. Non-invasif
a. Karsinoma intraductal
Membentuk massa tumor mengenai ductus lactoferus bagian proximal. Sel sel
tumor dalam ductus belum menembus membran basalis tetapi tidak menjalar dan
membentuk lesi yang extensif meliputi seluruh payudara.
Tumor ini tanpak sebagai fokus yang tidak bebratas jelas, konsistensi sedikit
lebih padat dari jaringan sekitarnya akibat dilatasi silatasi ductus ductus yang
berisi sel tumor. Kadang mengalami perubahan konsistensi. Pada biopsi jaringan
tampak bercak-bercak putih kekuningan yang merupakan massa tumor nekrotik.
Faktor Lob 1
Kanker payudara yang berasal dari daerah payudara dinamakan Lob 1, yang
merupakan struktur terminal tidak terdiferensiasi pada kelenjar payudara.
- Lob 1, mengandung banyak sel tidak terdiferensiasi dengan tingkat proliferasi
yang tinggi yang sensitif terhadap karsinogen.
- Kehamilan, terutama disertai menyusui akan mengurangi jumlah Lob 1 di
payudara. Sebagian besar Lob 1 matang menjadi Lob 2 atau Lob 3 yang lebih
terdiferensiasi dan kurang rentan terhadap mutagenesis.
Faktor BRCA 1
- Jaringan payudara yang diambil dari mastektomi profilaksis pasien mengalami
mutasi gen BRCA 1, menunujukkan banyaknya jumlah Lob 1, bahkan pada
wanita yang telah melahirkan.
- Produk gen BRCA 1 normal adalah inhibitor pertumbuhan yang mengontrol
proliferasi sel payudara, produk gen ini hilang ketika gen mengalami mutasi.
Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan
BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang
menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara
dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.
Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78%
kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya
6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya
kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam
perkembangan kanker payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol,
kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.
b. Pemeriksaan Laboratorium.
- darah lengkap
- urin lengkap
- gula darah
- faal hemostatik
- alkali fostatase
- elektrolit serum
- LDH
- asam urat
- serum imunologbulin
- Xeromammografi
Digunakan untuk mendeteksi lesi samar yang tidak dapat di palpasi. Dapat juga
menjelaskan densitas jaringan. Sorotan radiografi terdiri dari tenaga elektromagnet
dengan panjang gelombang yang sangat pendek sehingga materi di tembus
bervariasi sebagai fungsi densitas jaringan.
- Termografi
Pola panas elektromagnet di pancarkan dari lesi ganas dadpat di ukur dengan
lempengan termografi khusus, moalitas diagnotik non invasif ini tidak mempunyai
resiko radiasi.
- Sonografi
e. Biopsi
Metode ini efektif dan sangat akurat untuk mengenali keberadaan karsinoma.
Pada lesi yang tidak dapat di palpasi dan hanya di tentukan melalui mammografi,
dapat di lakukan biopsi jarum dibawah bimbingan stereotaktik.
- Biopsi terbuka insisional atau eksisional, mengambil sebagian atau seluruh massa
untuk pemeriksaan histologik. Pemeriksaan histologik lebih akurat di bandingkan
pemeriksaan sitologik karena metode yang disebutkan terakhir ini mendasarkan
diagnosanya pada pemeriksaan hanya terhadap sel, sementara pemeriksaan
histologik memungkinkan penilaian sel sekaligus arsitektur sel dalam irisan
jaringan.
f. Pemeriksaan makroskopik
Yaitu dengan penglihatan mata bisa diperhatikan jaringan tumor itu. Misalnya pada
carcinoma mammae, secara makroskopik terlihat adanya bercak – bercak berwarna kuning
kemerahan, yang menunjukkan adanya jaringan nekrotik dan perdarahan. Secara
makroskopik juga dapat dilihat ada atau tidak adanya simpai tumor, adanya pertumbuhan
yang infiltratif, apakah jaringan tumor rapuh atau tidak, yang semuanya merupakan tanda
ganas.
g. Pemeriksaan histologik
Pemeriksaan ini hingga kini masih merupakan cara yang sangat penting untuk
menegakkan diagnosis neoplasma. Pada tumor – tumor kecil jaringan diperoleh dengan
cara eksisi, jika tumor besar dapat dilakukan eksisi percobaan atau biopsi sebagian. Ada
yang berpendapat bahwa berbahaya untuk melakukan sayatan pada jaingan tumor dan
menunggu 3 – 4 hari sebelum dapat melaksanakan oprasi yang definitif, karena ada
kemungkinan sel – sel tumor menyebar melalui pembuluh yang terbuka pada luka sayatan.
Jaringan tumor yang akan diperiksa difiksasi dalam cairan formalin 10%. Ahli
patologi anatomik mempunyai berbagai cara untuk mengolah jaringan ini, cara yang klasik
ialah dengan blok paraffin dan di pulas dengan hematoksilin dan cosin. Cara ini
memerlukan waktu 24 jam. Yang cepat ialah dengan cara potong beku, cara ini banyak
digunakan pada operasi cepat, jaringan segar atau yang telah difiksasi setelah dibekukan
oleh karbon dioksida dipotong dengan mikrotom atau cryostat. Sediaan histologik ddapat
diperiksa dalam beberapa menit dan diagnosis tepat sampai 50 – 95 %. Tetapi potong beku
ini tidak menunjukkan gambaran hal – hal yang kecil – kecil seperti pada sediaan paraffin.
Dalam keadaan yang meragukan sebaiknya menunggu diagnosis pasti dari blok paraffin
dari pada melakukan tindakan reseksi yang tidak perlu.
Manfaat potong beku ialah dapat menentukan keganasan dengan cepat dan menentukan batas
sayatan apakah sudah bebas dari tumor atau tidak.
h. Pemeriksaan darah tepi
Dengan cara ini sel – sel tumor dapat ditemukan pada 10 – 30 % dari kasus – kasus dengan
neoplasma. Kebanyakan sel neoplasma ini akan menjadi rusak, karena itu adanya sel – sel
tumor dalam perdarahan darah tidak berhubungan dengan adanya metastasis.
Pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis kanker, terbentuknya fosfatase asam karena
adanya anaksebar karsinoma prostat dalam tulang membantu diagnosis neoplasma. Adanya
hormon chorionic gonadotropin dalam air kemih laki – laki atau dalam serum darah
menunjukkan adanya choriocarcinoma pada testis atau ekstragonadal. Kadar yang meninggi
pada wanita di luar kehamilan merupakan tanda yang penting adanya mola hydatidosa atau
choriocarcinoma.
j. Pemeriksaan sitologik
Disebut pula sitologi eksfoliatif, suatu cara diagnostik yang penting untuk menemukan
kanker.
- Perubahan patologik yang disebut anaplasi yang merupakan sifat sel tumor ganas
dan yang merupakan perubahan dari sel normal.
- Sel – sel tumor ganas kohesinya kurang daripada sel normal, sehingga mudah
terlepas. {2}