Etika Bisnis-Pepsi Cola Case
Etika Bisnis-Pepsi Cola Case
Kelas : Reguler C
Business ethics
Ringkasan peristiwa
Pepsi cola product Philippines Inc. adalah perusahaan Pepsi Cola yang ada di Filipina.
Perusahaan PepsiCo Amerika memiliki 19% dari seluruh perusahaan minuman yang tersebar
luas. Filipina adalah pasar terbesar ke 20 diseluruh dunia dan menghasilkan sekitar 2% dari
total penjualan. Penjualan Pepsi telah mencapai urutan kedua dari Coca-Cola dengan pangsa
pasar 20%. Dalam usaha meningkatkan penjualan dari Coca-Cola, Pepsi meluncurkan
“Number Fever” sebagai promosinya pada bulan Februari 1992 dan pemenangnya diumumkan
setiap hari.
Victoria angelo, ibu lima anak yang tidak bekerja, tinggal bersama keluarganya di
gubuk di daerah kumuh, Manila. Suaminya Juanito menghasilkan sekitar $ 4 per hari membawa
orang-orang dengan becak. Sebagai hasil dari kampanye tersebut, mereka mulai meminum
Pepsi setiap kali makan. Setiap pagi mereka berdoa agar mereka mendapat tutup botol dengan
nomor pemenang. Setiap malam mereka berkumpul dengan tetangga mereka mengelilingi
sebuah televisi kecil untuk melihat apakah doa mereka telah didengar.
Pada tanggal 25 Mei 1992, nomor 349 melintas di layar sebagai pemenangnya. Victoria
Angelo mencari-cari di balik tutup botol dengan menyebarkannya di atas meja, dan tiba-tiba
berteriak "Kita adalah jutawan." Dia berkata dengan penuh semangat kepada keluarganya:
"Saya mengatakan kepada anak-anak saya bahwa kalian dapat menyelesaikan sekolah dan
kuliah, saya beritahu suami saya bahwa dia dapat membeli sebuah jip. Saya katakan pada diri
sendiri bahwa kita dapat membeli rumah yang sebenarnya, dapatkah Anda bayangkan? mimpi
menjadi kenyataan!.
Pepsi dengan cepat menyadari kesalahan dan ribuan orang mulai menuntut
pembayaran. Dengan mengetahui bahwa miliaran dolar bisa dipertaruhkan, perusahaan
tersebut menolak membayar. Kerusuhan pecah dan truk pengangkut Pepsi dilempari batu,
dibakar, dan dibalik. Bom molotov dan bom rakitan dilemparkan ke pabrik dan kantor Pepsi,
dalam satu insiden, sebuah granat dilempar ke truk Pepsi yang diparkir. Granat ini memantul
dari truk dan membunuh seorang anak berusia lima tahun dan seorang guru sekolah serta
melukai enam orang lainnya. Para pekerja menerima banyak ancaman pembunuhan.
Company profile
Pada 16 Oktober 1946, John Clarkin memperoleh hak waralaba untuk bottling dan distribusi
Pepsi-Cola di Filipina, lalu mendirikikan Pepsi-Cola Bottling Company of the Philippine
Islands Ltd. Clarkin merupakan seorang warna negara Amerika yang datang ke Filipina sebagai
anggota US Air Force selama masa perang dingin. Pada awalnya, perusahaan mengimpor
Pepsi-Cola sampai 1947, lalu akhirnya mendirikan pabrik bottling pertama di Quenzon City.
Setelah Clarkin kembali ke US tahun 1957, PepsiCo International mengambil alih operasional
di Filipina. Tahun 1983, operasional Filipina menjadi kantor cabang dari PepsiCo New York,
dan berubah nama menjadi PepsiCo, Inc. (Philippine Branch) dan beroperasi sampai 1985. Dari
tahun 1985 hingga 1989, Pepsi-Cola Distributors of the Philippines, Inc., sebuah grup yang
teridentifikasi dengan pebisnis warga Filipina, Ernest Escaler dan Eduardo Cojuangco, Jr.,
mengambil alih waralaba Filipina.
Lotte Chilsung, salah satu perusahaan minuman terbesar di Korea Selatan, merupakan
pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 34% dari PCPPI sebagai suatu perusahan listing
independen dan co-manages dengan PepsiCo. PCPPI memproduksi dan menjual produk
dengan brand terkenal, seperti PepsiCo, Mountain, Dew, 7-Up, Mirinda, Mug, Gatorade,
Tropicana, Lipton, Sting, dan Premier. Perusahaan telah membangun fasilitas produksi di
seluruh negara, melayani setidaknya 500.000 outlet.
Ada. Ketika kampanye dimulai, Pepsi akhirnya mengumumkan nomor "349" sebagai
pemenang dan siapapun yang memiliki nomor kemenangan akan membawa pulang jumlah
yang dijanjikan satujuta peso. Tapi mereka ketinggalan titik kunci di sini. Menurut
rencana awal mereka, mereka tidak seharusnya mempertimbangkan angka-angka tertentu
dan "349" adalah salah satunya, karena mereka telah mencetak 800.000 caps dengan angka
"349".
Dalam kasus tersebut tentunya banyak norma etika yang dilanggar baik dari pihak
perusahaan maupun pihak konsumen yang terjadi akibat kesalahan teknis (computer
error)yang mencetak angka 349 pada ratusan ribu tutup botol (diperkirakan ada sebanyak
800.000 buah)
Pihak perusahaan
Etika yang dilanggar perusahaan: Tidak membayar hadiah sebesar 1 juta peso kepada
konsumen yang memenangkan undian. Tidak Bertanggung jawab dengan menolak
membayar hadiah kepada pemenang nomer undian 349
Pihak Konsumen
5. Apakah Pepsi dibenarkan untuk tidak membayar hadiah 1 juta peso penuh?
Secara Etika karena ini masalah utamanya pada Perusahaan Pepsi yang lalai kepada sistem
pengecekan (quality control) dari tutup botol yang banyak tercetak angka 349, maka hal
tidak dibenarkan,
Right
secara etika hadiah itu sudah merupakan hak (bagi konsumen yang menang dan sudah
seharusnya pepsi tetap harus bertanggung jawab membayar reward kepada konsumen yang
menjadi pemenang.
Utilitarian
Dari segi pertimbangan perusahan karena biaya promosi yang akan dikeluarkan perusahaan
hanya sebatas 50 juta peso sedangkan biaya yang akan dikeluarkan untuk memberikan
reward totalnya mencapai 450 Milyar peso maka perusahaan tidak akan mampu
memberikan reward sebesar itu dikarenakan sudah over budget biaya promosi &
mengurangi dampak kerugian yang lebih besar supaya perusahaan tetap bisa beroperasi.
Berdasarkan kasus, masalah yang diutarakan adalah adanya keputusan Pepsi yang membuat
para pemenang merasa kecewa. Sehingga menurut kami, apabila masyarakat di Eropa,
Amerika Selatan, Asia, dan Afrika merespon kasus ini, kemungkinan mereka tidak terlalu
peduli dengan masalah tersebut karena yang terjadi bukanlah isu produk minuman yang
berbahaya melainkan masalah eksekusi hadiah promosi yang menyebabkan para pemenang
merasa kecewa.
Akan tetapi, berbeda halnya apabila kasus ini terjadi di Eropa, Amerika Selatan, Asia dan
Afrika, pasti masyarakat akan meakukan hal yang kurang lebih sama. Hal ini dikarenakan tidak
adanya komitmen perusahaan atas apa yang telah mereka janjikan pada konsumen. Sehingga
apabila hal ini terjadi di negara lain, mungkin masyarakat akan merespons dengan tindakan-
tindakan serupa atas ketidakkonsistenan perusahaan.