I. Teori Dasar
1.1. Teori Emulsi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Emulsi adalah sistem dua fase,
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan
kecil. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Emulsi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
1) Oral, umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang
tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi
dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2) Topikal, umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor
misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan
yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3) Injeksi, sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat
melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
Tipe-tipe emulsi
1) Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak
yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal, air sebagai fase eksternal.
2) Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, H. A. 2006).
1.1.1. Data preformulasi zat aktif emulsi
1. Paraffin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;
tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%);
larut dalam kloroform dan eter.
Titik Didih : 50°-57°C
Bobot Jenis : 0,840-0,890
Stabilitas : Terurai dengan adalanya cahaya di udara dari luar.
Disimpan pada temperatur tidak melebihi
temperatur 40°C.
Inkompatibilitas : Ketidakmampuan terurai dengan zat pengoksidasi
kuat.
Khasiat : Laksativa
(Dirjen POM, 1979:474)
2. Tween 80
a. Pemerian : cairan kental, berwarna kuning, rasa pahit,
bau khas dan hangat.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan : larut dalam air dan etanol.
e. Titik lebur/titik didih : -
f. Pka/Pkb : 4,3
g. Bobot jenis : 1,065-1,095
h. pH : 2-10
i. Stabilitas : stabil terhadap elektrolit, asam lemah dan
basa lemah, pereaksi saponifikasi terjadi
jika dilakukan penambahan basa/asam
kuat.
j. Inkompatibilitas : perubahan warna atau pengendapan dapat
terjadi dengan berbagai bahan, tertama
fenol dan tanin.
k. Khasiat : emulgator
(Raymond et al, 2009:551)
3. Span 80
a. Pemerian : cairan kental seperti minyak jernih, kuning,
bau asam lemak khas.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95%
P, sukar larut dalam parafin cair dan dalam
minyak biji kapas.
e. Titik lebur/titik didih : -
f. Pka/Pkb :-
g. Bobot jenis : 346
h. pH :≤8
i. Stabilitas : membentuk busa bila direaksikan dengan
asam kuat dan basa, stabil dalam asam
lemah, basa lemah. Dapat disimpan dalam
wadah tertutup baik ditempat kering.
j. Inkompatibilitas : asam kuat dan basa kuat, oksidator kuat.
k. Khasiat : zat tambahan.
(Raymond et al, 2009:130)
4. Cetyl Alcohol
a. Pemerian : serpihan putih, licin, granul atau kubus
putih, bau khas, rasa khas.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan
eter, kelarutan berubah dengan adanya
suhu.
e. Titik lebur/titik didih : 316-344oC
f. Pka/Pkb :-
g. Bobot jenis : 0,908 g/cm3
h. pH :-
i. Stabilitas : stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya
dan udara, disimpam dalam wadah tertutup.
j. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan oksidator kuat.
k. Khasiat : zat tambahan
(Dirjem POM, 1995:72)
5. CMC-Na
a. Pemerian : serbuk atau butiran putih sampai putih
kekuningan, kuning gading, tidak berbau
sampai hampir tidak berbau, higroskopis.
b. Polimorfisme : -
c. Ukuran partikel : -
d. Kelarutan : mudah terdispersi dalam air, membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol
95% P, dalam eter dan dalam pelarut
organik.
e. Titik lebur/titik didih : 227-252oC
f. Pka/Pkb : 4,30
g. Bobot jenis : -
h. pH : 2-10
i. Stabilitas : higroskopik, hindari tempat lembab.
j. Inkompatibilitas : larutan asam kuat, besi, alumunium,
merkuri, dan seng (Zn), membentuk
kompleks dengan gliserin dan pektin.
k. Khasiat : emulgator
(Raymond et al, 2009:97-99)
6. Aquadest
a. Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan :-
e. Titik lebur/titik didih : 100oC
f. Pka/Pkb : 8,4
g. Bobot jenis : 1 gr/cm3
h. pH :7
i. Stabilitas : stabil diudara, stabil dalam bentuk es, air,
dan uap. Saat penyimpanan dan
penggunaan harus terlindungi dari
kontaminasi.
j. Inkompatibilitas : pereaksi dengan obat-obat dan zat
tambahan lainnya yang rentang terhadap
hidrolisis.
k. Khasiat : pelarut
(Dirjen POM, 1979:96)
Kualitas dasar krim, yaitu stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka
krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban
yang ada dalam kamar. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh
produk menjadi lunak dan homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi
adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Terdistribusi
merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada
penggunaan (Anief, 1994)..
Ada dua tipe krim, yaitu (Anief, 1994):
1) Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh : cold cream.
2) Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream.
2. Aquadest
a. Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan :-
e. Titik lebur/titik didih : 100oC
f. Pka/Pkb : 8,4
g. Bobot jenis : 1 gr/cm3
h. pH :7
i. Stabilitas : stabil diudara, stabil dalam bentuk es, air,
dan uap. Saat penyimpanan dan
penggunaan harus terlindungi dari
kontaminasi.
j. Inkompatibilitas : pereaksi dengan obat-obat dan zat
tambahan lainnya yang rentang terhadap
hidrolisis.
(Dirjen POM, 1979:96)
3. Asam Stearat
a. Pemerian : zat keras mengkilat, putih/kuning, bentuk
hablur.
b. Polimorfisme : -
c. Ukuran partikel : -
d. Kelarutan : praktis tidak larut air, larut dalam 20
bagian etanol 95% P, dalam 2 bagian
kloroform P, dan 3 bagian eter P.
e. Titik lebur/titik didih : ≥ 54oC
f. Pka/Pkb : -
g. Bobot jenis : 0,980 g/cm3
h. pH :-
i. Stabilitas : stabil dengan anti oksidan yang dianjurkan
untuk dikonsumsi.
j. Inkompatibilitas : tidak sesuai dengan basis, zat pereduksi,
basa.
k. Khasiat : solubility agent.
(Dirjen POM, 1979:57)
4. Trietilamin (TEA)
a. Pemerian : cairan tidak berwarna, berbau kuat
amoniak.
b. Polimorfisme :-
c. Ukuran partikel :-
d. Kelarutan : sukar larut dalam air, dapat bercampur
dengan etanol, eter dan air dingin.
e. Titik lebur/titik didih : TD 20-21oC, TL 335oC
f. Pka/Pkb :-
g. Bobot jenis : 149,1 gr/cm3
h. pH :-
i. Stabilitas : saat terpapar udara berwarna coklat,
penyimpanan dalam wadah kedap cahaya.
j. Inkompatibilitas : asam mineral, tembaga, reagen seperti
tionil klorida.
k. Khasiat : emulgator
(Dirjen Pom, 1995:1203)
1. Parafin cair
30
Untuk pembuatan 100 ml = 100 𝑥 100 𝑚𝑙 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. PGA
10
Untuk pembuatan 100 ml = 100 𝑥 100 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
77 = 10,7a
a = Tween 80
= 2,8gram
4. Setil alkohol
5
Untuk pembuatan 100 ml = 100 𝑥 100 = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Aquadest ad 100 ml
60, 5% 13,31ml -
Aquadest
1. Parafin cair
30
Untuk pembuatan 100 ml = 100 𝑥 100 𝑚𝑙 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
7,5
2. Emulgid = 100 x 20= 1,5 gram
4.1.5. Sediaan emulsi dengan emulgator surfaktan (Tween 80 & Span 80 10%)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian bahan-bahan
ditimbang dengan span 80 sebanyak 2,8 gram, paraffin cair sebanyak 30 gram
dan tween 80 sebanyak 7,2 gram. Lalu span 80 dan paraffin cair dimasukan ke
dalam cawan 1 sebagai fase minyak kemudian dipanaskan diatas penangas hingga
suhu 600-700C. Sedangkan itu dipanaskan juga tween 80 dan air pada cawan 2
sebagai fase air. Setelah itu kedua cawan dicampurkan kedalam matkan dan
ditambahkan aquadest hingga 100 ml. Kemudian diaduk menggunakan stirrer
selama 5 menit dengan kecepatan 300 rpm. Lalu dimasukan ke tabung
sedimentasi dan dilakukan evaluasi meliputi uji organoleptik, tinggi sedimentasi,
bobot jenis dan uji tipe emulsi dengan kertas saring.
4.1.6. Sediaan emulsi dengan emulgator surfaktan (Tween 80 & Span 80 10%)
dan setil alkohol
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian bahan-bahan
ditimbang dengan tween sebanayk 7,2 gram; span 80 sebanyak 2,8 gram; paraffin
cair sebanyak 30 gram dan setil alcohol sebanyak 5 gram. Lalu span 80, paraffin
cair dan setil alkohol dimasukan ke dalam cawan 1 sebagai fase minyak
kemudian dipanaskan diatas penangas hingga suhu 600-700C. Sedangkan itu
dipanaskan juga tween 80 dan air 10 ml pada cawan 2 sebagai fase air. Setelah itu
kedua cawan dicampurkan kedalam matkan dan ditambahkan aquadest hingga 100
ml. Kemudian diaduk menggunakan stirrer selama 5 menit dengan kecepatan 300
rpm. Lalu dimasukan ke tabung sedimentasi dan dilakukan evaluasi meliputi uji
organoleptik, tinggi sedimentasi, bobot jenis dan uji tipe emulsi dengan kertas
saring.
PGA Kecokla Tida Tidak m/a 0,9 0,9 0,9 0,8 0,5 0,5 0,9 6,4
Kering tan k beras 96
(1) berb a
au
PGA Kecokla Tida Tidak m/a 0,8 0,9 0,9 0,6 0,6 0,03 0,39 0,5
Basah tan k beras 82
(1) berb a
au
T80 & Putih Bau Tidak m/a 0,9 0,9 0,9 0,8 0,9 0,6 0,49 15
S80 (1) khas beras 40
a
T80 & Putih Bau Tidak m/a 0,9 0,9 0,9 0,9 0,6 0,9 0,86 7
S80+SA khas beras 38 ~0,9
(1) a
CMC Keruh Lem - m/a 0,8 0,0 0,02 0,02 0,33 0,33 0,51 0,33
Kering ah 54 24 4 4 3 3 5 3
(2)
CMC Keruh Lem - m/a 0,8 0,3 0,27 0,34 0,34 0,29 0,40 0,32
Basah ah 66 07 9 1 1 1 7 9
(2)
T80 & Putih Lem - m/a 0,9 0,7 0,75 0,72 0,69 0,62 0,5 0,48
S80 (2) ah 29 59 9 8 6 0 7
PGA Putih Tida Tidak m/a 0,9 1 1 0,43 0,58 0,58 0,62 0,63
Kering Kekuni k Beras 745 32 29 82 03 64
(3) ngan Berb a
au
PGA Putih Tida Tidak m/a 0,9 0,8 0,61 0,46 0,55 0,64 0,66 0,68
Basah Kekuni k Beras 692 052 69 75 19 94 88 18
(3) gan Berb a
au
CMC-Na Keruh Berb Tidak m/a 0,9 0,8 0,80 0,74 0,73 0,74 0,18 0,5
Basah au beras 22 3
(4) a
T80 & Putih Berb Tidak m/a 0,9 1 1 1 1 0,52 0,42 0,4
S80 (4) au beras 51
a
PGA Putih Sepe Tidak a/m 0,9 0,9 0,87 0,84 0,84 0,81 0,81 0,61
Basah susu rti beras 93 06 5 3 3 3
(5) susu a
T80 & Putih Kha Pahit m/a 0,9 0,9 0,89 0,84 0,76 0,63 0,53 0,51
S80 (5) susu s 60 3
T80 & Putih Kha Pahit m/a 0,9 0,9 0,96 0,95 0,93 0,93 0,93 0,96
S80+SA susu s 43 8 9 9
(5)
*SA: Setil Alkohol; BJ: Bobot Jenis; T80:Tween 80; S80: Span 80.
Keteragan:
W1 = Bobot piknometer kosong W3 = Bobot piknometer +
cairan
W2 = Bobot piknometer + air suling
Diketahui:
W1 = 18,437 gram
W2 = 29,798 gram
- PGA Kering
W3 = 29,408 gram
29,408 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 10,971 𝑔𝑟
BJ = = 11,361 𝑔𝑟 = 0,966
29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟
- PGA Basah
W3 = 28,454 gram
28,454 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 10,017 𝑔𝑟
BJ = = 11,361 𝑔𝑟 = 0,882
29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟
b. Volume Sedimentasi
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Keteragan:
VU = Volume awal
VO = Volume akhir
F1 = PGA Kering F3 = Tween dan Span 80
F2 = PGA Basah F4 = Tween dan Span 80 + Setil
Alkohol
- t = 10’
15,2𝑐𝑚
F1 = 16,8𝑐𝑚 = 0,9
15,5𝑐𝑚
F2 = = 0,9
16,4𝑐𝑚
13,7𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,88~0,9
15,6𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,89~0,9
- t = 20’
15,2𝑐𝑚
F1 = = 0,9
16,8𝑐𝑚
14,5𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,88~0,9
13,1𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,85~0,9
15,3𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,87~0,9
- t = 30’
10,3𝑐𝑚
F1 = 16,8𝑐𝑚 = 0,6
13𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,79~0,8
12,7𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,8
15,2𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,87~0,9
- t = 60’
10𝑐𝑚
F1 = 16,8𝑐𝑚 = 0,59~0,6
10,2𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,5
11𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,7
15,2𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,87~0,9
- t = 120’
0,5𝑐𝑚
F1 = 16,8𝑐𝑚 = 0,03
8,3𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,5
9𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,58~0,6
15,2𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,87~0,9
- t = 1 hari
0,5𝑐𝑚
F1 = 16,4𝑐𝑚 = 0,9
6,4𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,39
7,6𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,49
15𝑐𝑚
F4 = 17,4𝑐𝑚 = 0,86~0,9
- t = 2 hari
0,5𝑐𝑚
F1 = 16,8𝑐𝑚 = 0,029~0,03
6,4𝑐𝑚
F2 = 16,4𝑐𝑚 = 0,39
7𝑐𝑚
F3 = 15,4𝑐𝑚 = 0,45
15𝑐𝑚
F4 = 15,4𝑐𝑚 = 0,86
5.1.2.2 Kelompok 2
a. Perhitungan BJ (Bobot Jenis)
𝑊3−𝑊1
BJ = 𝑊2−𝑊1
Keteragan:
W1 = Bobot piknometer kosong W3 = Bobot piknometer +
cairan
W2 = Bobot piknometer + air suling
Diketahui:
W1 = 18,437 gram
W2 = 29,798 gram
- CMC Kering
W3 = 28,14 gram
28,14 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 9,703 𝑔𝑟
BJ = 29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟 = 11,361 𝑔𝑟 = 0,854
- CMC Basah
W3 = 28,28 gram
28,28 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 9,843 𝑔𝑟
BJ = 29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟 = 11,361 𝑔𝑟 = 0,866
b. Volume Sedimentasi
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Keteragan:
VU = Volume awal
VO = Volume akhir
F1 = CMC Kering F3 = Tween dan Span 80
F2 = CMC Basah F4 = Tween dan Span 80 + Setil
Alkohol
- t = 10’
0,4 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,024
5,5 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,307
12 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,759
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 20’
0,4 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,024
5 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,279
12 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,759
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 30’
5,5 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,333
6,1 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,341
11,5 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,728
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 60’
5,5 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,333
6,1 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,341
11 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,696
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 120’
5,5 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,333
5,2 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,291
9,8 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,620
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 1 hari
5,5 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,333
5,5 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,307
7,9 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,5
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
- t = 2 hari
5,5 𝑐𝑚
F1 = 16,5𝑐𝑚 = 0,333
5,9 𝑐𝑚
F2 = 17,9 𝑐𝑚 = 0,329
7,4 𝑐𝑚
F3 = 15,8 𝑐𝑚 = 0,468
17,5 𝑐𝑚
F4 = 17,5 𝑐𝑚 = 1
5.1.2.3 Kelompok 3
a. Perhitungan BJ (Bobot Jenis)
𝑊3−𝑊1
BJ = 𝑊2−𝑊1
Keteragan:
W1 = Bobot piknometer kosong W3 = Bobot piknometer +
cairan
W2 = Bobot piknometer + air suling
Diketahui:
W1 = 17,2728 gram
W2 = 27,4967 gram
- PGA Kering
W3 = 27,4967 gram
27,2360 𝑔𝑟 − 17,2728𝑔𝑟 9,9632 𝑔𝑟
BJ = 27,4967 𝑔𝑟 −17,2728 𝑔𝑟 = 10,2239 𝑔𝑟 = 0,9745
- PGA Basah
W3 = 27,1815 gram
27,1815 𝑔𝑟 − 17,2728𝑔𝑟 9,9087 𝑔𝑟
BJ = = = 0,9692
27,4967 𝑔𝑟 −17,2728 𝑔𝑟 10,2239 𝑔𝑟
Diketahui:
W1 = 18,437 gram
W2 = 29,798 gram
- Tween dan Span 80
W3 = 29,2636 gram
29,2636 𝑔𝑟 − 18,437𝑔𝑟 0,8266 𝑔𝑟
BJ = = 11,361 = 0,9530
29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟 𝑔𝑟
b. Volume Sedimentasi
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Keteragan:
VU = Volume awal
VO = Volume akhir
F1 = PGA Kering F3 = Tween dan Span 80
F2 = PGA Basah F4 = Tween dan Span 80 + Setil
Alkohol
- t = 10’
18,7 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 1
12,4 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,8052
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 20’
18,7 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 1
9,5 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,6169
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 30’
8,1 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 0,4332
7,2 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,4675
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 60’
10,9 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 0,5829
8,5 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,5519
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 120’
11 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 0,5882
10 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,6494
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 1 hari
11,6 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 0,6203
10,3 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,6688
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 2 hari
11,9 𝑐𝑚
F1 = 18,7 𝑐𝑚 = 0,6364
10,5 𝑐𝑚
F2 = 15,4 𝑐𝑚 = 0,6818
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
5.1.2.4 Kelompok 4
a. Perhitungan BJ (Bobot Jenis)
𝑊3−𝑊1
BJ = 𝑊2−𝑊1
Keteragan:
W1 = Bobot piknometer kosong W3 = Bobot piknometer +
cairan
W2 = Bobot piknometer + air suling
Diketahui:
W1 = 18,4370 gram
W2 = 29,7982 gram
- CMC Kering
W3 = 28,8318 gram
28,8318 𝑔𝑟 − 18,4370 𝑔𝑟 10,3948 𝑔𝑟
BJ = = = 0,916
29,7982 𝑔𝑟 −18,4370 𝑔𝑟 11,345 𝑔𝑟
- CMC Basah
W3 = 28,9008 gram
28,9008 𝑔𝑟 − 18,4370 𝑔𝑟 10,4638 𝑔𝑟
BJ = = = 0,922
29,7982 𝑔𝑟 −18,4370 𝑔𝑟 11,345 𝑔𝑟
b. Volume Sedimentasi
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Keteragan:
VU = Volume awal
VO = Volume akhir
F1 = CMC Kering F3 = Tween dan Span 80
F2 = CMC Basah F4 = Tween dan Span 80 + Setil
Alkohol
- t = 10’
9,5 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,71
14 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,83
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 20’
9,7 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,72
13,5 𝑐𝑚
F2 = = 0,80
16,8 𝑐𝑚
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 30’
9,5 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,71
12,5 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,74
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 60’
9 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,67
12,3 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,73
18 𝑐𝑚
F3 = =1
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = 18,3 𝑐𝑚 = 1
- t = 120’
8,8 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,66
12,4 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,74
9,4 𝑐𝑚
F3 = = 0,52
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 1 hari
3,3 𝑐𝑚
F1 = 13,4 𝑐𝑚 = 0,18
3 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,18
7,5 𝑐𝑚
F3 = = 0,42
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
- t = 2 hari
11,6 𝑐𝑚
F1 = = 0,87
13,4 𝑐𝑚
8,4 𝑐𝑚
F2 = 16,8 𝑐𝑚 = 0,5
7,2 𝑐𝑚
F3 = = 0,4
18 𝑐𝑚
18,3 𝑐𝑚
F4 = =1
18,3 𝑐𝑚
5.1.2.5 Kelompok 5
a. Perhitungan BJ (Bobot Jenis)
𝑊3−𝑊1
BJ = 𝑊2−𝑊1
Keteragan:
W1 = Bobot piknometer kosong W3 = Bobot piknometer +
cairan
W2 = Bobot piknometer + air suling
Diketahui:
W1 = 18,437 gram
W2 = 29,798 gram
- PGA Kering
W3 = 29,602 gram
29,602 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 11,165 𝑔𝑟
BJ = = 11,361 𝑔𝑟 = 0,983
29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟
- PGA Basah
W3 = 29,722 gram
29,722 𝑔𝑟 − 18,437 𝑔𝑟 11,285 𝑔𝑟
BJ = = 11,361 𝑔𝑟 = 0,993
29,798 𝑔𝑟 −18,437 𝑔𝑟
b. Volume Sedimentasi
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Keteragan:
VU = Volume awal
VO = Volume akhir
F1 = PGA Kering F3 = Tween dan Span 80
F2 = PGA Basah F4 = Tween dan Span 80 + Setil
Alkohol
- t = 10’
0 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 1
14,5 𝑐𝑚
F2 = = 0,906
16 𝑐𝑚
15 𝑐𝑚
F3 = 16 𝑐𝑚 = 0,93
16,2 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,98
- t = 20’
0 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 1
14 𝑐𝑚
F2 = 16 𝑐𝑚 = 0,875
14,3 𝑐𝑚
F3 = = 0,89
16 𝑐𝑚
16 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,96
- t = 30’
0 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 1
13,5 𝑐𝑚
F2 = = 0,843
16 𝑐𝑚
13,5 𝑐𝑚
F3 = 16 𝑐𝑚
= 0,84
15,7 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,95
- t = 60’
0 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 1
12 𝑐𝑚
F2 = 16 𝑐𝑚 = 0,76
12 𝑐𝑚
F3 = 16 𝑐𝑚 = 0,76
15,5 𝑐𝑚
F4 = = 0,93
16,5 𝑐𝑚
- t = 120’
0 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 1
13 𝑐𝑚
F2 = 16 𝑐𝑚 = 0,813
10 𝑐𝑚
F3 = 16 𝑐𝑚 = 0,63
15,5 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,93
- t = 1 hari
12 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,727
13,5 𝑐𝑚
F2 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,81
8,5 𝑐𝑚
F3 = = 0,53
16 𝑐𝑚
15,5 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,939
- t = 2 hari
6,1 𝑐𝑚
F1 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,369
10 𝑐𝑚
F2 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,61
8,1 𝑐𝑚
F3 = = 0,51
16 𝑐𝑚
16 𝑐𝑚
F4 = 16,5 𝑐𝑚 = 0,969
Evaluasi sediaan yang kedua adalah menghitung bobot jenis. Bobot jenis
adalah perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air
pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989). Hasil
yang di dapatkan adalah 0,9530. Hasil bobot yang diperoleh kurang dari 1
dikarenakan bobot jenis minyak lebih rendah dibandingkan dengan bobot jenis air.
Sehingga bobot jenis air yang seharusnya 1 akan turun karena dicampurkan
dengan minyak.
Evaluasi sediaan yang ketiga adalah tinggi sedimentasi, formulanya
menggunakan emulgator tween 80 dan span 80 dengan konsentrasi 10%, dimana
hasil yang didapatkan oleh kelompok kami pada saat praktikum adalah tidak
terdapat sedimentasi atau hasil bagi antara Hu/H0 sama dengan 1, hal ini
menunjukkan bahwa sediaan emulsi yang dibuat stabil. Sedangkan hasil evaluasi
sediaan kelompok 2 dan kelompok 4 yang menggunakan tween 80 dan span 80
dengan konsentrasi 7,5% sediaan tidak stabil dikarenakan sediaan emulsi yang
dibuat terjadi pemisahan fase antara air dan minyak. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi emulgator yang dipakai (direntang 1-10%) maka
sediaan emulsi semakin stabil. Karena emulgator berfungsi sebagai zat yang dapat
menstabilkan suatu sediaan emulsi.
Usulan Formula
VII. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa, formula terbaik pada
sediaan emulsi yaitu emulsi yang ditambahkan cetyl alkohol. Akan tetapi, cetyl
alkohol yang digunakan tidak lebih dari 5%.
Dari hasil percobaan yang didapat formulasi krim yang terbaik adalah
krim D dengan emulgator asam stearat 15% dan TEA 4%. Karena pada krim yang
menggunakan emulgid sebagai emulgator terdapat gumpalan, dan pada krim yang
konsentrasi asam stearate dan TEA lebih kecil terdapat gelembung-gelembung.
Daftar Pustaka