Anda di halaman 1dari 36

KESEIMBANGAN UNSUR HARA MAKRO (N,P,K,Ca,Mg) TEGAKAN JPP (JATI

PLUS PERHUTANI) DI PETAK 11B RPH REJOSARI BKPH SENGGURUH KPH


MALANG

USUL PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah malang untuk


Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Oleh :
ALISA LILA NIDHA
201610320311088

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

1
KESEIMBANGAN UNSUR HARA MAKRO (N,P,K,Ca,Mg) DI JPP (JATI PLUS
PERHUTANI) PETAK 11 B RPH REJOSARI BKPH SENGGURUH KPH
MALANG PADA KU I

USUL PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah malang untuk


Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Oleh :

ALISA LILA NIDHA


201610320311088

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Keseimbangan unsur hara makro (N,P,K,Ca,Mg) Tegakan JPP


(Jati Pohon Plus Perhutani) di Petak 11 B RPH Rejosari BKPH
Sengguruh KPH Malang
Nama : Alisa Lila Nidha

Nim : 201610320311088 Commented [C1]: Diketik yang rapi sesuai format penulisan

Jurusan : Kehutanan

Usul Proposal Penelitian oleh Alisa Lila Nidha ini diperiksa dan disetujui untuk
dilaksanakan seminar

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Ir.Moch.Chanan,MP. Febri Arif Cahyo W.,S.Hut,M.Sc.


NIDN.0721046101 NIDN.180911021993

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

Tarsono

PHT. 19730930201507100

Dr. Ir. Joko Triwanto, MP., IPU.


3
NIDN. 00131260013126403
PRAKATA
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, tidak lupa penulis panjatkan sholawat
serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian skripsi sebagai persyaratan untuk melakukan penelitian di
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang.

Proposal ini dibuat dan disusun sebagai syarat pengajuan skripsi yang berjudul
Keseimbangan unsur hara makro (N,P,KCa,Mg) di JPP (Jati Pohon Plus Perhutani)
Di Petak 14 G Penulis berharap kegiatan penelitian skripsi ini bisa membantu untuk
menambah wawasan. Proposal ini terdiri dari Bab I Pendahuluan yang membahas
tentang latar belakang JPP (Jati Plus Perhutani) yaitu jati unggul produk Perhutani
yang diperoleh dari program pemuliaan pohon. Bab II tinjauan pustaka terkait
dengan teori yang mendukung penelitian ini. Bab III metodologi kerja yang terkait
dengan waktu pelaksanaan penelitian dan metode yang digunakan untukpenelitian.

Penulisan proposal ini tentu tidak luput dari kekurangan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga proposal
penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang 30 Januari 2020

Penulis

4
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan terselesainya skripsi yang berjudul keseimbangan unsur hara


makro (N,P,K,Ca,Mg) di JPP (Jati Pohon Plus) RPH Sengguruh KPH
Malang , maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih serta rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Joko Triwanto selaku Ketua Jurusan. Fakultas
Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, yang
turut mendukung dalam penyelesaian usulan penelitian ini.
2. Bapak Ir Mochammad Chanan & Bapak Febri Arif cahyo selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingannya.
3. Kedua orang tua beserta keluarga yang tidak pernah berhenti
memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun materi
sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan.
4. Teman-teman angkatan 2016 dan teman-teman Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
hinggaterselesaikan.

5
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... 3


PRAKATA ...................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 6
ABSTRAK ....................................................................................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 9
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 9
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 12
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 14
2.1 Deskripsi umum Jati ......................................................................................... 14
2.2 Tapak ................................................................................................................ 15
2.3 Kesuburan Tanah.............................................................................................. 15
2.4 Hubungan Unsur Hara dengan Pertumbuhan Pohon ....................................... 17
2.5 Analisis Tanaman ............................................................................................. 18
2.6 Analisis Tanah .................................................................................................. 18
2.6.1 Reaksi Ph Tanah ............................................................................................... 20
2.6.2 Kapasitas Tukar Kation .................................................................................... 21
2.6.3 Bahan Organik.................................................................................................. 21
2.7 Metode DRIS .................................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................................... 23
3.3 PelaksanaanPenelitian........................................................................................... 23

6
3.4 Analisis Contoh Tanah Dan Jaringan Daun ..................................................... 28
3.5 Perhitungan Indeks DRIS ................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 33

7
ABSTRAK
Alisa Lila Nidha (201610320311088). Keseimbangan Unsur Hara Makro (N,P,K,Ca,Mg)
Tegakan JPP (Jati Plus Perhutani) Di Petak 11 B,RPH Rejosari BKPH Sengguruh KPH
Malang Dosen Pembimbing I : Dr. Ir. Moch Chanan, MP. Pembimbing II Febri Arif
Cahyo W.,S.Hut,M.Sc.

Keseimbangan unsur hara Makro merupakan factor penentu dalam melakukan perbaikan
status hara yang ada disekitar tanaman hutan maupun tanaman sejenisnya,banyaknya
permintaan produktivitas kayu yang unggul berdampak pada status hara yang terpenuhi
status hara tersebut meliputi N, P, K, Ca, Mg. JPP sendiri merupakan pohon yang
pertumbuhannya sangat baik dibanding jati biasa (Konvensional) maka dari itu perlu
adanya ketersediaan hara yang cukup banyak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
status hara yang ada pada JPP (Jati Plus Perhutani) yang berada dikawasan RPH Rejosari
dan berada pada petak 11 B, Untuk mengetahui faktor Lingkungan di lokasi penelitian
,menganalisis status hara terhadap TapakVegetasi JPP.Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari-Maret 2020 Di RPH Rejosari BKPH Sengguruh KPH Malang KU I . Parameter
yang diamati tinggi pohon,diameter pohon,kandungan unsur hara N, P, K, Ca, Mg,
Pengujian sifat fisik tanah dan penentuan bonita. Penelitian ini menggunakan metode DRIS
(Diagnosis Recommendation Integrated System) dengan melihat atau menganalisis
kandungan hara, perhitungan indeks DRIS Penyusunan Norms dilakukan dengan
mengambil nilai rata-rata hasil analisa tanaman dari Jati Plus Perhutani yang memiliki
produktivitas tinggi. Sedangkan uji sampel akan dilakukan di Labotatorium Tanah.
Kata Kunci: Status Hara, JPP (Jati Plus Perhutani), Analisis Kandungan hara, DRIS
(Diagnosis Recommendation Integrated System).

8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Asal mula perkembangan jati JPP (Jati Plus Perhutani) yaitu berawal dari program
pemuliaan pohon. Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani sejak
tahun 1998 mengembangkan Jati Plus Perhutani I dan Jati Plus Perhutani II yang umur
tanamnya lebih pendek namun kualitasnya setara dengan jati lokal umur tanamnya,
kemudian JPP dikembangkan melalui dua cara perbanyakan yaitu vegetatif (stek pucuk dan
kultur jaringan) dan generatif dengan menggunakan biji JPP asal kebun benih klonal
(KBK). Pada awal 2009 Perhutani yang telah mendapatkan hak PVT dari Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman Departemen Pertanian. Sedangkan menurut Departemen
Kehutanan (2006), Pohon Plus Perhutani merupakan suatu pohon yang memiliki
penampakan lebih bagus dari rata-rata pohon yang berada disekitar dan terlihat jelas.

JPP (Jati Plus Perhutani) dikatakan sebagai pohon yang penampakannya bagus
ditentukan oleh suatu ruang atau tempat tumbuh. Ruang tumbuh pada tegakan jati dikenal
dengan Tapak yaitu areal tempat tumbuh bagi suatu tegakan harus mempunyai kondisi
tempat tumbuh yang bagus seperti halnya faktor iklim,faktor lingkungan,dan topografi.
Pada dasarnya keadaan tapak juga dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan tanah yang
didalamnya terdapat unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Unsur hara yang
memenuhi bertujuan sebagai sumber nutrisi atau sumber makanan bagi tanaman. Pada
dasarnya JPP sendiri mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda tergantung tingkat
pertumbuhannya sendiri.

Penyedia unsur hara sendiri dapat dilihat dari unsur hara pada tanah dan daun atau
seresah di lantai hutan memegang peranan penting dalam menjaga produktivitas dan
kelestarian hutan selain dapat mengendalikan erosi, mempengaruhi daur hidrologi dan
unsur hara juga berfungsi sebagai penyimpan karbon. Kandungan unsur hara dalam
seresah/daun sangat dipengaruhi oleh: spesies, genetik, tanah, dan iklim. Maka dari itu

9
unsur hara tanah dan seresah saling berkaitan karena keduanya berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman. Tanah merupakan media penting untuk mendukung kehidupan
bagi manusia. Tanah memiliki ciri yang khas dikarenakan kemampuannya untuk
menyediakanruangtumbuh, air, udara, hara serta ruang untuk saling berinteraksi antara
berbagai organisme tanah yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan. Menurut Anna
,et.al bahwa “Tanah hutan adalah tanah yang terbentuk di bawah pengaruh vegetasi hutan.
Hal ini didasarkan atas dalamnya perakaran; organisne tanah yang spesifik dan hasil proses
dekomposisi bahan organik berupa unsur basa-basa seperti N, P, K, Ca dan Mg selain
dihasilkan pula berupa asam-asam humin seperti asam posfat dan asam nitrat serta yang
lainnya” (Anna, et. al, 2002). Jadi secara alami keperluan unsur hara bagi tanaman dapat
terpenuhi melalui siklus hara yang relative tertutup yang terjadi antara tanaman dan tanah
hutan. Pada proses pembentukan hara ditentukan oleh unsur-unsur N, P, K, Ca, Mg apabila
unsur tersebut kurang atau lebih maka proses pembentukan unsur hara tidak maksimal.

Ketersediaan unsur hara makro dan mikro dalam tanah berbeda-beda tergantung
dimana habitat tersebut tumbuh. Pohon jati merupakan jenis pohon yang pertumbuhannya
menyesuaikan habitatnya,baik habitat yang berada di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Pada Jati tingkat kesuburan tanah dapat berbeda dilihat dari tempat tumbuhnya
(Agrista, 2016:20). Sedangkan Pada ekosistem hutan tanaman, siklus hara yang ada
terganggu terutama akibat proses dekomposisi yang terhambat. Secara umum tidak terjadi
efisiensi hara akibat tingginya proses erosi hara sehinga ketersediaan hara yang dibutuhkan
tanaman menjadi kurang. Air hujan yang jatuh melalui air lolosan (air yang mencapai
permukaan tanah) dan aliran batang tidak dapat dikelola secara alami dengan baik karena
tidak terdapat komposisi tumbuhan bawah dan serasah yang mampu mengendalikan erosi
dan limpasan permukaan. Akibatnya, potensi kehilangan hara akibar erosi cukup besar.
Hara yang bersama air di dalam tanah juga akan mudah mengalami proses pelarutan karena
tidak ditahan melalui serasah dan perakaran (Kresno Agus H, 2012: 61-71)

Jenis jati (Tectona grandis Linn.f) telah dikenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
memiliki daur yang lebih panjang dibandingkan dengan beberapa jenis hutan tanaman

10
lainnya dan sisi keunggulan lainnya, sehingga lebih berperan dalam konservasi dan mitigasi
perubahan iklim. Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa jati memiliki prospek yang
baik untuk dikembangkan di Kalimantan Timur (Widyasasi, 2005; Marjenah, 2008, 2010;
Murtinah dkk, 2015). Banyaknya permintaan kayu maka semakin besar daya saing dalam
proses produksi tentunya dalam hal memperbaiki kesuburan tanah perlu adanya
pengetahuan status hara dengan cara mendiagnosis kandungan hara tersebut melalui
analisis tanah serta tanaman yang beraada disekitar hutan tersebut. Menganalisis sampel
tanah bertujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrien,
kontaminasi, komposisi, dan agar dapat meningkatkan produktivitas kayu atau tanaman.
Maka dari itu JPP sangat diemari oleh masyarakat karena pertumbuhan yang bagus dan
permintaan pasar yang sangat besar sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap unsur
hara yang ada pada JPP (Jati Plus Perhutani)

Analisis tanaman sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut, apabila metode
yang digunakan memadai. Beberapa metode diagnosis hara menggunakan analisis jaringan
tanaman yang sering digunakan ialah nilai kritis, pendekatan kisaran kecukupan hara, dan
sistem diagnosis serta rekomendasi pemupukan terpadu (the diagnosis and
recommendation integrated system = DRIS) (Hallmark dan Beverly 1991). Metode DRIS
sendiri merupakan cara menganalisis tanaman dengan menilai keseimbangan tanaman serta
menentukan kebutuhan hara tanaman.”Sistem diagnosis yang akhir-akhir ini berkembang
ialah sistem diagnosis dan rekomendasi pemupukan terpadu atau DRIS. (J. Hort, 2010:20) Commented [C2]: Kalimt ini maksudnya?

tanaman menggunakan perbandingan rasio konsentrasi jaringan daun tanaman dari


sepasang hara yang dikenal dengan nilai norms” (Soultanpour et al. 1995).

11
1.2 Rumusan Masalah
Ruang tumbuh pada tanaman merupakan faktor penentu dan faktor
lingkungan yang berada di sekitar kawasan berpengaruh pada kapasitas produksi,
maka kondisi ruang tumbuh ini sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi jati
JPP,Pada JPP sendiri masih perlu adanya peningkatan unsur hara karena pada petak
11B masih memerlukan nutrisi yang menunjang pertumbuhan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui faktor lingkungan di sekitar lokasi penelitian
2. Menganalisis status hara terhadap tapak vegetasi JPP (Jati Plus Perhutani)
3. Mengetahui keseimbangan nutrisi pada JPP (Jati Plus Perhutani) dengan metode
DRIS (Diangnosis Recommendation Integrated System)
1.4 Manfaat Penelitian Commented [C3]: Manfaat ilmiahnya apa
Manfaat praktisnya apa

Manfaat Penelitian ini adalah agar dapat mengetahui kandungan unsur hara
pada vegetasi hutan tanaman JPP (Jati Plus Perhutani) pada tapak (11B) karena
unsur hara sendiri pada tanaman sangat dibutuhkan,Tanaman memerlukan unsur
hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang
berkualitas,Apabila tanaman mendapatkan unsur hara yang maksimal maka akan
merangsang pertumbuhan akar,batang,daun yang lebih baik, membantu proses
asimilasi dan pernapasan tanaman. Metode DRIS (Diagnosis and Recommendation
Integrated System) merupakan cara menganalisis tanaman dengan menilai
keseimbangan tanaman serta menentukan kebutuhan hara tanaman agar dapat
memperoleh kualitas produksi yang optimal dan juga memberikan dampak yang
baik bagi perhutani dengan kualitas pertumbuhan yang bagus pada JPP (Jati Plus
Perhutani).

12
1.5 Hipotesa
1. Pada KU I Tapak 11 B masih sangat membutuhkan unsur hara yang tercukupi
karena masih dalam proses pertumbuhan
2. Unsur hara pada petak 11 B sangat dibutuhkan karena proses produksi JPP
merupakan faktor penentu

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi umum Jati

Menurut Mulyana bahwa “Jati memiliki batang yang bulat lurus dengan
tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang bebasnya mencapai 18--20 meter. Kulit
batang berwarna cokelat gradasi dan kuning keabu-abuan. Pohon jati yang baik
adalah pohon yang memiliki garis diameter batang yang besar, berbatang lurus
dan jumlah cabangnya sedikit “ (Mulyana dan Asmarahman, 2010).
Klasifikasi pohon jati (Tectona grandis) menurut (Herbarium, 2011) sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn.F (Herbarium,2011).
Jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter.
Tinggi batang bebasnya mencapai 18--20 meter. Kulit batang berwarna cokelat
gradasi dan kuning keabu-abuan. Pohon jati yang baik adalah pohon yang
memiliki garis diameter batang yang besar, berbatang lurus dan jumlah
cabangnya sedikit (Mulyana dan Asmarahman, 2010).
Jati merupakan jenis kayu yang paling banyak diminati terutama untuk
furnitur karena didukung oleh sifat yang baik. Pasokan kayu tersebut semakin
lama semakin berkurang dan kalaupun tersedia harganya tergolong tinggi. Untuk
mengatasi hal tersebut, Perum Perhutani, beberapa perusahaan swasta dan
masyarakat telah mengembangkan hutan tanaman dengan jati unggul yang
diharapkan sudah dapat ditebang pada umur kurang dari 40 tahun. Di beberapa

14
daerah bahkan mengisyaratkan bahwa penebangan akan dilakukan sebelum
tegakan mencapai umur 10 tahun.Salah satu jenis jati cepat tumbuh yang
diunggulkan dan banyak ditanam saat ini adalah Jati Plus Perhutani atau yang
dikenal dengan JPP. JPP dikembangkan melalui proses pemuliaan pohon lalu
diperbanyak melalui teknik kultur jaringan, kebun benih klonal dan stek pucuk.
Salah satu kelebihan jati ini dibandingkan jati konvensional terletak pada ukuran
batang pohon (diameter) dan tinggi batang bebas cabangnya (Sumarni dan
Muslich, 2008).
2.2 Tapak
Tapak adalah lahan dengan luas tertentu yang dialokasikan untuk
pembangunan suatu fasilitas bagi kegiatan manusia termasuk salah satunya
kegiatan pariwisata. Lokasi tapak dapat dilihat dari sisi geografis dan dari sisi
guna lahan. Oleh karena itu lokasi merupakan salah satu aspek yang
menentukan karakter tapak (Rustiadi, 2009).
Permasalahan tapak lahan pada arsitektur perencanaan destinasi alam salah
satunya ada pada pemilihan vegetasi atau tanaman, yang disesuaikan dengan
fungsi. Sehingga keberadaan vegetasi mampu menjadi indikator kondisi tapak
yang dinamis. Pemilihan vegetasi disesuikan fungsi (Kurniawan, 2010). Lebih
lanjut menurut Schroeder “Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah
menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya
menghasilkan bahan panen atau produktivitas.Ungkapan akhir kesuburan
tanah ialah hasilpanen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang
dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan
menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasilpanen,
dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim”
(Schroeder, 1984).
2.3 Kesuburan Tanah

Seperti dijelaskan oleh Setijono “Kesuburan tanah adalah kemampuan

15
tanah untuk menyediakan hara, air dan oksigen dalam keadaan yang
seimbang bagi tanaman. Kemampuan ini dipengaruhi oleh sifat fisika, kimia
dan biologi tanah. Dari sudut kimia, kesuburan tanah diartikan kemampuan
tanah untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman” (Setijono,1986).
Lebih lanjut Gillman menyatakan “Penilaian status kesuburan tanah
biasanya didasarkan kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium, karena
nutrien makro ini dibutuhkan dalam jumlah banyak” (Gillman, 1983).
Hanafiah menjelaskan “Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman,
keadaan tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan.Hal ini
disebabkan karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai
gudang dan pensuplai unsur hara.Tanah berdasarkan ukuran partikelnya
merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel akan
menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas.
Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas
dibanding 2 fraksi lainnya.Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi
kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah” (Hanafiah,
2005).
Menurut Anna et al “Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk
menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia
dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun
demikian tidak dapat dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif
karena status kesuburan tanah tidak memberikan indikator kecukupan faktor
pertumbuhan lainnya” (Anna et al, 1985). Lebih lanjut Prabowo menyebutkan
“Penerapan sistem pertanian yang mengutamakan penggunaan pestisida dan
pupuk kima masih sangat melekat pada model pertanian kita, padahal
peningkatan produksi dari penggunaan bahan-bahan tersebut hanya bersifat
sementara, sedangkan Analisis tanah sebagai dampak negatifnya sangat besar

16
karena dapat menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
yang kemudian berimbas pada semakin luasnya lahan kritis diIndonesia Evaluasi
kesuburan pada tanah merupakan pendiagnosaan keharaan dalam tanah dan
anjuran pemupukan. Salah satu cara yang sering digunakan dalam menilai
kesuburan suatu tanah adalah melaluipendekatan dengan analisis tanah atau uji
tanah. Terdapat lima parameter kesuburantanah yang digunakan dalam penelitian
ini untuk menilai status kesuburan tanah, yaitu KTK; KB; C-organik; kadar P dan
K total tanah sesuai petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah” (Prabowo,2008).
2.4 Hubungan Unsur Hara dengan Pertumbuhan Pohon

Antonio et al menyatakan bahwa “Nutrisi yang dibutuhkan tanaman dapat


diperoleh melalui ketersediaan dalam tanah, namun belumnya optimal
ketersediaan dalam tanah dengan kebutuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan
nutrisi nitrogen, fosfor, kalium magnesium dan hara yang lain untuk mencapai
optimal dapat dilakukan melalui pemupukan “(Antonio et al, 2015). Lebih lanjut
Neto et al menjelaskan “Kebutuhan hara essensial oleh tanaman yakni hara
makro (N,P dan K) dan mikro (Mg, Ca, S, B, Zn ,Mn dst). Pentingnya
ketersediaan dan keseimbangan hara oleh tanaman maka perlunya dilakukan
kecukupan dengan analisis ketersediaan hara di dalam tanah dan tanah “ (Neto
et al, 2015).Lebih lanjut Xuefeng et al menyatakan “Nitrogen sebagai penyusun
semua protein di dalam tanaman dan sebagian besar diserap tanaman dalam
bentuk NH4 + dan NO3 – “( Xuefeng et al, 2016).
Menurut Soepartini menjelaskan bahwa “Untuk mengetahui suatu unsur hara
berada dalam keadaan kekurangan, optimal atau kelebihan dapat ditentukan
dengan cara menghubungkan antara jumlah hara yang tersedia dalam jaringan
tanaman dengan respon pertumbuhan tanaman secara grafikal”
(Soepartini,1990). Lanjut menurut “Kandungan unsur hara dalam biomassa
tanaman (daun) dapat berbeda karena genetik dan lingkungannya, antara lain
berupa : bahan induk, tanah (kesuburan ), iklim, dan letak dari aktivitas manusia

17
seperti jarak dari industri/pabrik dan jalan besar/transportasi ”(Luangjame et al.,
2001).
2.5 Analisis Tanaman

Liferdi et al menjelaskan bahwa“Analisis jaringan tanaman lebih praktis


dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada
jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman
merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan
unsur tersebut dari dalam tanah” (Liferdi et al. 2008).
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi menjelaskan “Ada beberapa tujuan
analisis jaringan daun antara lain: (1) mendiagnosis atau memperkuat diagnosis
gejala yang terlihat, (2) mengidentifikasi gejala yang terselubung, (3) mengetahui
kekurangan hara sedini mungkin (4) sebagai alat bantu dalam menentukan
rekomendasi pupuk (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).
Menurut Liferdi et a bahwa “Dalam pengambilan sampel daun tanaman umur
daun sangat penting diperhatikan, karena perubahan fungsi daun sebagai sink dan
source. Daun – daun muda berfungsi sebagai sink, sehingga harus mengimpor
hara – hara mineral dan fotosintat dari organ lain, yang berfungsi sebagai
source untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah yang banyak.
Sebaliknya daun – daun dewasa berfungsi sebagai source, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan sendiri dan mengekspor hara – hara mineral dan fotosintat
ke organ – organ lainyang membutuhkan (sink)” (Liferdi et al. 2006).
2.6 Analisis Tanah

Menurut Hardjowigeno menjelaskan “Tanah adalah kumpulan dari benda


alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media
untuk tumbuhnya tanaman. Tanah memiliki karakteristik atau sifat tanah yang
terdiri atas sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Karakteristik tanah ini dapat

18
dijadikan parameter kesuburan tanah dan pertumbuhan vegetasi. Semakin besar
kesuburan tanah maka semakin besar pertumbuhan vegetasi sehingga diduga
akan semakin besar karbon yang akan tersimpan pada tegakan maupun tumbuhan
bawah atau serasah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan untuk Pendugaan
Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap Cadangan Karbon 15 mengetahui
karakteristik tanah dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya karbon yang
diserap dari atmosfer dan tersimpan di dalam vegetasi hutan” (Hardjowigeno,
2007).
Menurut Sutedjo menyatakan bahwa “Tanah yang subur adalah tanah yang
mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam melebihi 150 cm);
strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan unsur haranya yang tersedia bagi
tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman” (Sutedjo, 2002).Menurut Yulnafatmawati et al “Sifat
fisika tanah merupakan kunci penentu kualitas suatu lahan dan lingkungan.
Lahan dengan sifat fisika yang baik akan memberikan kualitas lingkungan yang
baik juga. Sifat fisika tanah diambil sebagai pertimbangan pertama dalam
menetapkan suatu lahan untuk pertanian “ (Yulnafatmawati et al., 2007).. Lebih
lanjut Suswati et al menyatakan “Sifat fisika tanah gambut merupakan bagian
dari morfologi tanah yang penting peranannya dalam penyediaan sarana tumbuh
tanaman” (Suswati et al., 2011).Jumin menjelaskan bahwa ”Tingkat kesuburan
kimiawi tanah seperti kandungan unsur hara utama (N, P, K) , Kemasaman tanah
(pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), kandungan bahan organik (C/N ratio)
merupakan suatu petunjuk guna mengetahui merosotnya kesuburan tanah akibat
alih fungsi lahan. Jumlah bahan organik, tipe tanah, jumlah mineral liat
menentukan kapasitas tukar kation pada kompleks absorpsi dan akan
mempengaruhi pergerakan hara dari tanah ke akar tanaman. Semakin tinggi
kapasitas tukar kation semakin tinggi kemampuan kompleks absorpsi tanah
untuk mengikat kation-kation. Kemampuan nilai tukar kation yang tinggi

19
mencerminkan nilai kesuburan tanah “ (Jumin, 2002).
Analisis yang dilakukan berupa sifat kimia,sifat fisika tanah seperti
Ph,KapasitasTukar Kation,Nitrogen,Kalium,Fosfor,Kalium,Magnesium,bahan
ortganik dan tekstur tanah,setelah memperoleh hasil diatas maka
membandingkan antara kebutuhan hara masing-masing tanaman.
2.6.1 Reaksi Ph Tanah

Kemas menjelaskan bahwa “Faktor-faktor yang mempengaruhi PH tanah


adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion
OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah
mempunyai PH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam
nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi PH tanah selain itu bahan organik dan
tekstur” (Kemas, 2005).

Lebih lanjut Yulianti menjelaskan bahwa“Tanah masam adalah tanah


dengan PH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam
lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan
air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila
tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida,dengan
demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah” (Yulianti, 2007).

Hanafiah menjelaskan bahwa “Terdapat dua jenis reaksi tanah atau


kemasaman tanah, yakni kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi
tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas
dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya
sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat
tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat
dalam larutan” (Hanafiah, 2005).

20
2.6.2 Kapasitas Tukar Kation

Tan menjelaskan “Kapasitas tukar kation tanah adalah kemampuan koloid


tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation total
adalah jumlah muatan negatif tanah dari permukaan koloid tanah yang
merupakan situs pertukaran kation-kation. Kapasitas tukar kation dinyatakan
dalam miliekuivalen per 100 gram tanah” (Tan, 1991).

Nyakpa dkk,menjelaskan bahwa “Basa-basa yang dapat dipertukarkan,


kejenuhan basa, KTK dan pH tanah saling berhubungan. Basa-basa yang dapat
dipertukarkan adalah total kation-kation basa dari ion Ca2+, Mg2+, K+ , dan
Na+ , sedangkan kejenuhan basa adalah jumlah basa-basa tersebut per kapasitas
tukar kation tanah dan dinyatakan dalam satuan persen. Jika kejenuhan basa
tinggi maka pH tanah tinggi, karena jika kejenuhan basa rendah berarti banyak
terdapat kation-kation masam yang terjerap kuat di koloid tanah”(Nyakpa dkk.,
1988).

2.6.3 Bahan Organik


Bot dkk menjelaskan bahwa “Kandungan karbon dalam tanah
mencerminkan kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan
tolak ukur yang penting untuk pengelolaan tanah. Bahkan bahan organik
dipercaya sebagai kunci ketahanan terhadap kekeringan dan kelestarian
produksi pangan” (Bot dan Benites, 2005).Lebih lanjut Editorial
menjelaskam “Kandungan bahan organik (karbon organik) dalam tanah
mencerminkan kualitas tanah yang langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada kualitas tanah tersebut” (Editorial, 2007).
2.7 Metode DRIS Commented [C4]: Citasi pada sub bab ini perlu ditambah

Serra et al, 2014 menjelaskan “Analisis keseimbangan hara tanaman dapat


menggunakan metode DRIS (Diagnosis and recomendation Integrated System)
“(Serra et al, 2014). Lebih lanjut Srivastava dkk menjelaskan Metode DRIS
didsarkan melalui hasil data analisis jaringan tanaman Metode DRIS didasarkan

21
pada interaksi setiap hara bukan hanya pada salah satu faktor pembatas hara
sebagai menurunya kualitas produksi tanaman. Faktor pembatas hara tanaman
jeruk dan cara perbaikan hara melalui rekomendasi penambahan pupuk sebagai
hasil analisis metode DRIS (Srivastava dan Shyam, 2008).

22
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Commented [C5]: Cantumkan titik koordinatnya

Penelitian dilakukan di RPH Rejosari di petak 11 B RPH Rejosari BKPH

Sengguruh KPH Malang pada titik koordinat 8°12’24”S 112°33’2”E, 8°12’23”S

112°33’1”E, 8°12’22”S 112°33’4”E, 8°12’22”S 112°33’3”E, 8°12’21”S112°33’1”E,

8°12’18”S 112°33’2”E. Perum Perhutani Jawa Timur pada KU I, Luas kawasan

petak 11 B yaitu 5.8 Ha yang ditanam pada tahun 2012. Pengambilan data di

lapangan dilakukan pada tanggal 17-18 Februari 2020, sedangkan contoh tanah

dan tanaman dilakukan pada tanggal 19-31 Maret 2020.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data atau pengambilan
contoh tanah alat tulis,blangko Pengamatan, ring, cangkul, sekop, pisau,
meteran ember plastic, kertas label dan kantong plastik. Alat yang digunakan
dalam pengambilan sampel daun yaitu kantong plastic, kertas label, pisau,
gunting.

Bahan yang digunakan dalam peneitian ini yaitu antara lain sampel tanah
dan daun dibawah tegakan. Alat yang dibutuhkan dalam menganalisis sampel
tanah dan daun jati yaitu neraca analitik, tabung reaksi,labu
ukur,erlenmeyer,alat destilasi,alat destruksi.

3.3 PelaksanaanPenelitian
a. Survey Lokasi
Sebelum penelitian dimulai hal yang perlu dilakukan yaitu Melakukan
survey dengan mengumpulkan data atau informasi di RPH Rejosari mengenai

23
pertumbuhan jati yang bagus, mengetahui petak yang akan dilakukan penelitian
dalam melakukan pengambilan sampel tanah dan daun.

b. Pelaksanaan di lapang
Berdasarkan cara kerja pelaksanaan di lapang yaitu :
1. Pembuatan plot terbagi menjadi 3 plot dengan ukuran plot 12x12 meter. Plot
tersebut digunakan untuk pengukuran tinggi serta diameter pada pohon dengan
luas kawasan penelitian ini 5.8 Ha, ukuran setiap plot yaitu 12 x 12 meter,
setelah dilakukan pengukuran kemudian diberi penanda yaitu tiang setelah itu di
tarik dengan menggunakan tali Commented [C6]: Buat kalimat dg tata bahasa yg baik
Format penulisan yg standar

Ukuran Plot 1

12x12 meter

Ukuran Plot 2 Ukuran Plot 3

12X12 meter 12x12 meter

Luas Kawasan 5.8 Ha


eter

3.1 Gambar Plot ukuran 12x12

2. Menentukan Tinggi dan Diameter meter pohon dan untuk diameter dengan
menggunakan pita meter.

3. Pengambilan contoh tanah yaitu tanah komposit dan tanah utuh

24
Pada pengambilan sample kimia tanah digunakan dengan membentuk garis
diagonal yang tersebar 5 titik. Pada setiap plot diberikan tanda dengan
menggunakan tiang, dengan titik pengambilan sample. Tanah yang diambil kira
kira 100 gram per titik kemudian dicampur homogen kemudian diambil sebanyak
200 gram (Rosmarkam dan Yuwono, 2002) Commented [C7]: Cara Citasi?

4. Pengambilan contoh daun dari dua tegakan baik dan tegakan kurang baik
dengan meggunakan 15 sample.

2 sample pohon 2 sample pohon


baik & 2 sample baik & 2 sample
pohon jelek pohon jelek
2 sample pohon
baik & 2 sample
pohon jelek
2 sample pohon 2 sample pohon
baik & 2 sample baik & 2 sample
pohon jelek pohon jelek
Gambar 3.2Pengambilan Sample Daun

3.2 Pengambilan sample daun Commented [C8]: Sampel daun diambil dari tegakan yg tumbuh
baik dan yg tumbuh tdk baik

Pada Sample daun diambil pada kawasan 5.8 Ha di petak 12 x 12 meter


setelah pengukuran dilakukan kemudian di beri tanda, berbentuk diagonal
setelah itu di tarik dengan menggunakan rafia, setelah dilakukan pembuatan
plot kemudian melakukan pembagian pada tiga tegakan yang baik dan tiga
tegakan yang kurang baik.
5. Menganalisis di laboratorium dari hasil tanah dan daun tersebut.
6. Menganalisis atau menghitung dengan menggunakan metode DRIS
dengan bantuan Software Minitab.

25
Pada pelaksanaan di lapang sampel yang akan diambil berupa daun dan
tanah, Analisis yang dilakukan dalam metode penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode DRIS (Diagnosisz Recommendation Integrated
System) untuk sampel tanah dengan menggunakan analisis kimia dan fisika.

26
a) Mengambil Contoh Tanah Secara Komposit
Sampel tanah komposit sendiri merupakan sampel tanah gabungan dari
beberapa sub tanah individu yang berada pada hamparan tanah yang
homogen. Pengambilan contoh tanah secara komposit dilakukan dengan cara
acak sebanyak 2 buah contoh. Contoh Tanah diambil dengan sekop
kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm karena pada dasarnya untuk tanaman
tahunan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan kedalam 30 - 60 cm
(Balitbangtan di Balittanah.2009). Commented [C9]: Cara Citasi?

b). MengambilContoh Tanah Secara Utuh


Pada pengambilan contoh tanah secara utuh dengan menggunakan ring
untuk mengetahui dan menganalisis sifat fisika pada contoh tanah yang
diambil. Langkah pengambilan tanah secara utuhyaitu:
1. Membersihkan permukaan tanah dari seresah agar dapat memperoleh tanah
yang murni.
2. Meletakkan ring contoh di permukaan tanah yang rata supaya ring tidak
bengkok dan miring.
3. Menekan ring contoh pada tanah sampai terisi penuh
4. Meratakan ring yang sudah terisi tanah dengan pisau agar dapat rata
permukaannya setelah itu menutup kedua bagian dengan plastik dan diberin
label dan keterangan contoh tanah tersebut.
5. Ring yang tertutup plastik disusun di dalam peti (kotak) yang terbuat dari kayu
atau karton dengan tumpukan maksimum empat buah tabung contoh.
6. Pada bagian dasar peti dan di atas contoh tanah diberi pelindung dari gabus atau
bahan lain untuk mengurangi getaran selama pengangkutan.
(Balittanah.2009).
c). Mengambil Sampel Daun
Pada pengambilan contoh daun yaitu sebanyak 15 sampel daun yang telah
dibagi dengan keterangan baik dan kurang baik yaitu dengan sampel daun yang

27
kurang baik 15 contoh dan daun yang baik 15contoh. Setiap contoh daun
diambil sebanyak 6 daun dengan berat ≤ 200 gr. Pada pengambilan daun
sebaiknya memilih daun yang sudah mekar,pada daun basah sebaiknya di jemur
atau di angin-anginkan agar kondisinya tetap baik. Contoh daun daun yang
sudah diperoleh kemudian dimasukkan ke kantong kertas yang sudah di
lubangi.
3.4 Analisis Contoh Tanah Dan Jaringan Daun
1. Analisis Contoh Tanah
a. Persiapan tanah terdiri atas pencatatan, pengeringan, penumbukan,
pengayaan dan penyimpanan
b. Penetapan kadar Ph (dikukur dengan Ph meter)
(Balittanah.2009)
2. Analisis Contoh Daun

Langkah Dalam mengambil contoh daun yaitu:

a. Memberishkan dari kotoran yang menempel kemudian di beri zat


kimia
b. Pengeringan untuk menghilangkan sisa-sisa atau menghentikan
enzim dilakukan dengan cara mengoven pada suhu 60ºC ± 24 jam.
c. Penggilingan agar mempercepat digestion saat analisis dan yang
paling penting untuk menghomogenkan seluruh jumlah contoh dan
seluruh bagian tanaman. Setelah bahan organik pada jaringan
tanaman dihancurkan barulah dilakukan analisis tanaman di
laboratorium.

28
d. Cara menganalisis tanaman di laboratorium penetapan Unsur hara
(N). (Metode Kjeldahl, AOAC 2001) Paraffin 5 ml
Contoh Selen 1 Sendok H2SO4 pekat 5
tanaman 0,2 g ml

dimasukkan

Tabung
Reaksi
Aquades 100 ml

Hasil destruksi

NaOh 10 ml dimasukkan
50 %
Labu Kjeldahl

destilasi
H3BO4 10 ml
Erlenmeyer Destilat hijau 100
1% ml

Titrasi dengan HCl 0,05


Destilat berubah
Conway 5 tetes
warna merah

Gambar 3.3 Diagram Metode Kjeldahl

29
e. Sedangkan penetapan unsur hara lainnya seperti P, K, Ca, Mg
dilakukan dengan metode pengabuan basah
Contoh tanaman 0,2 HNO3 pekat 5,3 ml HClO4 pekat 2,7 ml
g

dimasukkan

Labu takar

inkubasi 24 jam

Hasil Inkubasi

dipanaskan dengan hotplate


HCl pekat
hingga bening
Hasil destruksi
Aquades
Dinginkan
Larutan Tera

Gambar 3.4 Metode pengabuan basa

a. Perhitungan Indeks DRIS


Pada perhitungan indeks DRIS Penyusunan Norms dilakukan dengan
mengambil nilai rata-rata hasil analisa tanaman dari Jati Plus Perhutani yang
memiliki produktivitas tinggi. Pembuatan norm diambil dari setiap unsur yang
telah dilakukan analisis daun pada tumbuhan Jati sebagai tanaman dengan
kondisi kadar hara yang seimbang.
Pembuatan Diagram DRIS mencari nilai norms dari hasil pertumbuhan hara
yang tertinggi, standart deviasi (Std) dan Coefisien Variaty (CV).Diagnosis
kualitatif yang dikemukakan oleh Beaufils dan Sumner (1977) menunjukkan

30
bahwa variasi hara berimbang ndigambarkan dalam suatu lingkaran yang lebih
dikenal dengan diagram DRIS. Titik pusat lingkaran merupakan nilai rata-rata

nisbah hara (Norm) lingkaran dalam bergaris tengah X±2/3 Std (Standart
Deviasi) yang selanjutnya merupakan kisaran nilai batas kisaran nisbah hara
seimbang. Lingkaran luar bergaris tengah X ±4/3 Std, merupakan batas kisaran
hara yang dinilai kurang seimbang ataumendekati seimbang terletak di antara
lingkaran dalam dan lingkaran luar,sedangkan nilai rasio hara di luar lingkaran
luar merupakan batas daerah nisbahhara tidak seimbang

Penghitungan indeks DRIS, melalui persamaan sebagai berikut :

Indeks N = + f(N/P) + f(N/K) + f(N/Ca) + f(N/Mg)


4
Indeks P = -f(N/P)+f(P/K)+f(P/Ca)+f(P/Mg)

4
Indeks K = -f(N/Ca) – f(P/Ca) – f(K/Ca) +f(Ca/Mg)
4
Indeks Ca = -f(N/P)+f(P/K)+f(P/Ca)+f(P/Mg)
4
Indeks Mg = -f(N/Mg) – f(P/Mg) – f(K/Mg) –f(Ca/Mg)

N/P _
Bila N/P > n/p, maka f(N/P) =( 1) x 1000/CV
n/p
Bila N/P > n/p, maka f(N/P) =( 1- n/p) x 1000/CV
N/P
Dimana: N/P adalah nisbah hara N dan P dari contoh yang diteliti, dan n/p
adalah norms, sedangkan CV adalah koefisien keragaman dari norm (n/p); dan Z
adalah jumlah fungsi. Jumlah masing-masing indeks hara adalah nol, karena
masing-masing nilai fungsi nisbah hara yang satu dan dikurangkan terhadap
lainnya. Sedangkan semakin negatif indeks hara semakin kekurangan unsur hara
tersebut secara relatif terhadap lainnya dan semakin positif indeks hara semakin

31
tidak dibutuhkan tanaman. Indeks hara yang mendekati nol semakin seimbang unsur
haranya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anna et al, 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Bagian Timur. Ujung Pandang.

Editorial, 2007. Farmingcarbon.Soil&TillageResearch96(2007)1–5

Gillman, G P. 1983. NutrientAvailability in Acid Soils of the Tropics


Following Clearing and Cultivation. Proceedings of the International
Workshop on Soils. Research to resolve selected problems of soilsin
the tropics.Townsville, Queensland.Australia.12-16 September.
189p.

Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Jumin, H. B. 1998. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kurniawan, D. 2010. Fungsi unsur hara makro. http: //


old.denidi.com/2007/11/fungsi unsur-hara-makro-n-p-k. Html. Diakses
Tanggal 14 Februari 2016.

Liferdi, L. 2009. Analisis Jaringan Daun sebagai Alat untuk Menentukan Status
Hara Fosfor pada Tanaman Manggis. Junal Hortikultura, 19(3), 324–333.
Retrievedfrom http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurn
al_pdf/193/liferdi_analisis_manggis.pdf

Luangjame J, Boontawe B, & Kliangpibool N. 2001. Determination of deposition


and leaves in teak plantations in Thailand. Water, Air and Soil pollution 130,
935-940.
Mandang, Y. I dan I. K. Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan.
Yayasan Prosea. Bogor.
Marjenah. 2008. Prospek Budidaya Tanaman Jati di Kalimantan Timur. Disertasi
Program Doktor Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman,
Samarinda. 153 h.
Murtinah, V, 2006. Studi Keperluan Hara Tegakan Jati di Areal HPHTI-Trans PT
Sumalindo Lestari Jaya II Kabupaten Kutai Timur. Tesis Program

33
Pascasarjana Magister Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas
Mulawarman, Samarinda. 182 h.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amroh, A. Munawar, G.B. Hong,
dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.
Bandarlampung. 258 hlm.

Pandit, I dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Prabowo, R. (2008). Kajian Biopestisida dan Pupuk Hayati Dalam Mendukung


Pengelolaan Tanaman Tomat Secara Terpadu.Jurnal Mediagro. VOL.4. NO.1,
2008: HAL: 81-88.

Schroeder.D. (1984).Soil Facts and concepts (translated from Germen). PA.


Gething. International Potash Institute

Serra. A. P., M. E. Marchetti., S. C. Ensinas., H. S. d Morais., V. d. A. Conrad., F.


C. N. Guimarães., G.P. d. O. Barbosa. 2014. Diagnosis and Recommendation
Integrated System (DRIS) to Assess the Nutritional State of Cotton Crop in
Brazil. Plant Sciences. 5(1) : 508-516

Setijono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Lecture Note of1 sks
Course Presented of S2 Programme.Pendidikan Pasca Sarjana KPK
UGM-UNIBRAW. 72p.

Srivastava .A. K dan S. Singh. 2008. DRIS Norms and their Field Validation in
Nagpur Mandarin. Plant nutritions. 31(1): 1091–1107

Suswati, D., B. Hendro, D. Shiddieq, dan D. Indradewa.2011. Identifikasi Sifat


Fisik Lahan Gambut Rasau Jaya III Kabupaten Kubu Raya Untuk
Pengembangan Jagung. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, 1: 31- 40.

Sutedjo, M. M. (2002). Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tan, K. H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Terjemahan:


D. H. Goenadi. 259 Hal.

Yulnafatmawati, U., Luki, dan A. Yana. 2007. Kajian Sifat Fisika Tanah Beberapa
Penggunaan Lahan di Bukit Gajabuih Kawasan Hutan Hujan Tropik Gunung
Gadut Padang. Jurnal Solum, 4 (2): 49- 61.

34
Xuefeng.L., L. Qiang., H. Shaolan.,Y. Shilai., H. Deyu.,W. Zhitao., X. Rangjin., Z.
Yongqiang., D. Lie. 2016. Estimation of carbon and nitrogen contents in citrus
canopy by low-altitude remote sensing. Agric. Bio & Eng. 9(5) :149-155

35
36

Anda mungkin juga menyukai