Kelas/NIM: B / 201910360311077 Matkul : Dasar-Dasar Logika
ARGUMEN
1. Argumen ad fidentia ( nama lain : menyerang kepercayaan diri)
Menyerang rasa percaya diri seseorang alih-alih argumen dan bukti kebenarannya. Hilya : sepertinya hari ini dosen tidak masuk. Ammar : kurasa tidak. Bukankah beliau sudah mengatakan akan terlambat karena ada acara. Hilya : apa kau yakin tentang itu. Kita sudah menunggu hampir satu jam dan beliau belum datang. Bisa jadi kan acaranya selesai saat kelas seharusnya sudah bubar. Ammar : hhmmmm,,,iya juga ya. 2. Pertolongaan tambahan atau ad hoc ( nama lain : berdalih) Membuat-buat pembenaran untuk membela alasan keyakinan kita benar dan tetap benar. Meskipun kita tidak memiliki bukti nyata akan hal itu. Ammar : kau tahu, kemarin aku makan di rumah makan seafood A. ikannya benar- benar segar. Hilya : apanya yang segar, dulu aku pernah makan di sana dan ikannya sudah beraroma busuk. Ammar : jadi, kau tidak percaya? Hilya : tidak. Ammar : padahal mereka selalu membeli stok ikan segar langsung dari nelayan laut. Hilya : hhhmmm apa kau pernah melihatnya? Ammar : tidak, tapi kan biasanya rumah makan selalu membeli langsung dari distributor laut. 3. Cacat logika karena menistakan argumentum ad hominem ( nama lain : menghina pribadi, serangan pribadi) Menyerang pelontar argumen alih-alih argumennya sendiri dan serangan terhadap orang itu benar-benar tidak berkaitan dengan argumen yang dilontarkannya. Ammar berpendapat bahwa saat ini Indonesia darurat hutang. Pendapat ini dikemukakan oleh seorang tukang becak yang bahkan lulus SMP pun tidak. 4. Udang di balik batu argumentum ad hominem (nama lain : mengacu kepada motif dan kepentingan pribadi) Menuduh pelontar argumen berat sebelah atau cenderung memiliki sikap tertentu sehingga argumen pasti salah. Hilya : aku setuju dengan peraturan baru kantor bahwa pekerja dilarang merokok. Ammar : tentu saja kau setuju. Kau kan wanita. 5. Bersalah karena keterkaitan argumentum ad hominem (nama lain : cacat logika keterkaitan) Ketika pelontar argumen dipandang tidak baik karena hubungannya dengan orang lain atau kelompok yang lebih dulu dianggap tidak baik. Kebanyakan kaum radikal adalah para wanita agamis yang menggunakan cadar. Mereka ingin memecah belah bangsa. Hilya adalah seorang wanita bercadar. Oleh karena itu, dia pasti ingin memecah belah bangsa. 6. Kamu juga (tu quoque) argumentum ad hominem tu quoque (nama lain : kemunafikan, ketidakajekan pribadi). Menganggap argumen cacat dengan menunjukkan bahwa orang yang membuat argumen itu bertindak tidak selaras dengan klaim argumennya. Ammar percaya bahwa mandi pada malam hari bisa menyebabkan penyakit stroke. Tetapi dia sering melakukannya. Jadi, mandi pada malam hari bukanlah masalah. 7. Mengacu kepada pihak berwenang Argumentum ad verecundiam. Menggunakan pihak berwenang sebagai bukti dalam argumen kita, padahal itu sama sekali bukan penentu benar atau salahnya fakta yang berkaitan dengan argumen itu. Kata Hilya, kucing yang menggosokkan badannya ke tubuh kita berarti kucing itu menyayangi kita. Hilya adalah seorang dokter hewan. 8. Mengacu kepada anggapan umum argumentum ad populum. Ketika pendapat bahwa sebagian besar atau banyak orang secara umum atau dalam kelompok tertentu menganggap benar sebuah keyakinan dijadikan sebagai bukti atas sebuah pendapat. Sampai saat ini, kebanyakan orang masih percaya bahwa mie instan mengandung lilin. Tentu saja ini tidak benar. 9. Mengacu kepada konsekuensi argumentum ad consequetiam. Menyimpulkan bahwa sebuah gagasan atau proposisi benar atau salah karena bergantung pada keinginan kita terhadap akibatnya. Bentuk konsekuensinya ada 2, yaitu positif dan negatif. Positif Orang sukses pasti akan bahagia. Aku ingin bahagia. Oleh karena itu, aku harus jadi orang sukses. Negatif Orang yang selalu malas pasti hidupnya akan susah. Aku tidak ingin susah. Oleh karena itu, aku tidak boleh malas. 10. Mengacu kepada rasa takut argumentum in terrorem. Ketika rasa takut, alih-alih bukti atau nalar, digunakan sebagai penopang utama agar orang lain menerima sebuah gagasan, proposisi, dan kesimpulan. Jika kamu terlalu sering menggunakan gadget, matamu akan akan menghitam seperti hantu, kata seorang Ibu pada anaknya. 11. Mengacu kepada rayuan gombal argumentum ad superbiam. Ketika sebuah sanjungan diberikan kepada orang yang dituju agar menerima argumen kita. Make up mu terlihat sangat menakjubkan. Itu membuatmu menjadi semakin cantik. Aku ingin belajar darimu. 12. Mengacu kepada paksaan. argumentum ad baculum. Ketika kekuatan, paksaan, atau ancaman kekerasan digunakan sebagai pengganti nalar dalam upaya membenarkan kesimpulan. Hilya : bu, kenapa aku tidak boleh keluar malam?. Ibu : jika kau bersikeras untuk keluar malam, siap-siap saja tidak bisa jajan untuk sebulan. 13. Mengacu kepada alam argumentum ad naturam. Keyakinan atau gagasan bahwa sesuatu yang alami selalu lebih baik daripada yang tidak alami diterapkan secara keliru. Lebih baik mengonsumsi jamu yang berbahan dasar alami daripada mengonsumsi obat-obatan kimiawi setiap hari. 14. Mengacu kepada kebaruan argumentum ad novitatem. Menekankan bahwa sesuatu yang baru atau modern lebih unggul daripada yang sudah ada semata-mata karena kebaruannya. Smartphone ku lebih bagus daripada punyamu karena ini adalah smartphone edisi terbaru. 15. Mengacu kepada rasa kasihan argumentum ad miserecordiam. Upaya untuk mengalihkan dari kesimpulan yang benar dengan menggunakan rasa belas kasihan. Ammar tidak mungkin mencuri di toko tersebut. Dia adalah seorang gelandangan tua yang bahkan untuk berjalan saja kesusahan. Jadi, tidak mungkin dia pencurinya. Padahal ada dua orang saksi yang menyaksikan bahwa Ammar memang pelakunya. 16. Mengacu kepada ketenaran argumentum ad numeram. Menggunakan ketenaran premis atau proposisi sebagai bukti kebenarannya. Kalender suku maya merupakan salah satu penanggalan yang sangat tersohor di dunia akan kebenarannya. Kalender mereka berakhir pada 2012. Orang-orang menafsirkan bahwa dunia akan berakhir pada tahun tersebut dikarenakan ramalan mereka dipercaya sangat tepat. Oleh karena itu, sebagian orang percaya bahwa kiamat terjadi pada 2012. 17. Mengacu kepada tradisi argumentum adantiquitatem. Mengacu kepada kebiasaan. Menggunakan pilihan orang zaman dahulu, baik secara umum maupun khusus sebagai rujukan sejarah seseorang untuk membuktikan bahwa rujukan sejarah itu benar. Sesuai tradisi, orang yang akan menikah harus dipingit terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi bahaya kepada calon pengantin. Oleh karena itu, aku tidak boleh menemui mu dulu. 18. Argumen dengan bahasa berperasaan Mengganti fakta dan bukti dengan kata-kata yang memancing emosi untuk mengelabui orang lain agar membenarkan argumen yang disodorkan. Aku hanya ingin memberikan balasan setimpal. Nyawa dibalas dengan nyawa. 19. Argumen dengan berbicara cepat Ketika berbicara cepat dianggap kecerdasan dan/atau kepercayaan diri dalam kebenaran argumen seseorang sehingga itu dianggap sebagai bukti kebenaran argumen itu sendiri. Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan bahwa semua yang kami sampaikan tadi adalah benar adanya yaitu Indonesia saat ini darurat hutang dengan bukti-bukti yang telah kami kemukakan. Bacalah dengan sangat cepat! 20. Argumen dengan ocehan Ketika jargon yang tidak dimengerti atau ocehan tak teratur tanpa makna digunakan untuk menggantikan bukti dan alasan yang absah sehingga sebuah argumen tampak kuat. Seperti bulan yang menggantikan sinar matahari saat malam hari, seperti itulah kita ada saat negeri ini membutuhkan penerangan. 21. Argumen dengan pesona pribadi. Ketika argumen diperkuat dengan karakteristik pribadi orang yang melontarkan argumen yang sering disebut pesona. Ammar adalah seorang praja IPDN. Dia selalu menggunakan seragamnya saat beraktivitas. Saat melakukan pendekatan dengan Hilya, Ammar mengeluarkan rayuan gombalnya. Ammar : hilya, kau sangat cantik. Wanita cantik selalu bersinar di mata lelaki. (kata Ammar dengan penuh pesona) Hilya : hhhmmm berarti aku bersinar dong di mata mu. 22. Argumen dengan pengulangan Mengulang satu argumen atau premis berkali-kali sebagai pengganti bukti penyokong yang lebih baik. Ada beberapa lagu yang memperebutkan gelar song of the year pada perhelatan Grammy Awards tahun ini. Lagu Thinking Out Loud salah satunya dan berhasil menjadi pemenang. Lagu-lagu lain memang bagus tetapi tidak semenarik lagu itu. Jadi, Thinking Out Loud sangat pantas memenangkan penghargaan. 23. Argumen zaman Salah pengertian bahwa generasi sebelumnya memiliki kearifan yang sangat luhur dibandingkan dengan manusia modern sehingga kesimpulan yang mengandalkan kearifan ini dianggap benar atau lebih benar daripada kenyataan sebenarnya. Pada zaman penjajahan, wanita sangat dikekang kebebasannya dalam mengembangkan diri. Tugas wanita hanyalah melayani suami, mengurus anak, dan memasak di dapur. 24. Argumen dari kekeliruan Bantahan dengan kekeliruan. Nilai kebenaran sebuah argumen disimpulkan salah berdasarkan pada fakta bahwa argumen itu mengandung kekeliruan. Ammar meninggal karena puasa tiga hari berturut-turut. Oleh karena itu, jangan puasa. 25. Argumen dari kabar angin Nama lain : permainan telepon, bisikan orang china. Mengemukakan kesaksian narasumber yang bukan saksi mata atas kejadian yang diperdebatkan. Hilya mengatakan padaku bahwa dia percaya kalau kuyang itu nyata. Dia mengatakan bahwa tetangganya pernah melihat kuyang secara langsung. Oleh karena itu, kuyang benar-benar ada. 26. Argumen dari ketidaktahuan Mengacu kepada ketidaktahuan, tidak ada bukti. Asumsi dari kesimpulan atau fakta yang pangkalnya berdasarkan pada kurangnya bukti terhadap pendapat yang berlawanan. Biasanya sering diungkapkan dengan “ketiadaan bukti bukan bukti ketiadaan”. Dahulu kala, orang-orang percaya kalau bumi itu adalah pusat dari alam semesta. Mereka benar karenapada zaman itu tidak ada bukti bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta. Ketidaktahuan mereka akan tata surya juga menjadi pendukung bahwa argumen mereka benar. 27. Argumen dari diam Argumentum e silentio. Menarik kesimpulan karena penanggap diam saja ketika dia menolak menyodorkan bukti untuk alasan apa pun. Hilya : emmmmmm, bau kentut siapa ini. Ammar : (hanya diam tanpa mengatakan apa-apa) Hilya : pasti kau yang kentut Mar. aku tau. 28. Argumen janggut Ketika seseorang berpendapat perbedaan yang berarti tidak bisa dibuat antara dua ekstrem hanya karena tidak ada momen atau titik yang dapat dipastikan dalam spektrum tempat dua ekstrem itu bertemu. Ibu pernah mengatakan bahwa dia akan mengizinkanku menggunakan krim wajah seperti yang digunakannya saat aku berusia 20 tahun. Padahal aku pernah mengecek batas usia penggunaan krim wajah tersebut bahwa saat usia 17 tahun sudah boleh menggunakannya. Akupun protes kepada Ibuku agar dia mengizinkan. Tidak ada bedanya kan saat menggunakan di usia 17 ataupun 20 tahun. Toh aku sama-sama sudah beranjak dewasa. Akhirnya, ibuku mengizinkan untuk menggunakannya. 29. Argumen pertengahan Menegaskan bahwa diantara dua pendapat, terdapat jalan tengah yang pasti benar. Hilya : eh ammar, tugas dasar logika itu nyari semua argumen yang ada di kitab anti bodoh kan? Ammar : loh semua, bukannya cuma satu aja ya.. Hilya : gak, semua. Ammar : ya udah, kita tanya Pak Dosennya aja. Hilya : oke, ayo. 30. Argumen pada dompet Mengacu kepada kemiskinan. Menyimpulkan bahwa argumen benar atau salah berdasarkan pada keadaan keuangan si pelontar argumen. Tante tertuaku dari pihak Ayah adalah seorang yang sangat pandai memasak. Ia berjualan lauk pauk serta sayur mayur yang sudah siap disantap. Ia tidak membuka rumah makan ataupun warung, hanya menggunakan sistem antar ke tempat masing- masing pembeli. Pelanggan usaha tanteku sangatlah banyak. Dari hasil berjualannya itu, ia berhasil melunasi hutang-hutang anaknya. Bahkan ia bisa berangkat umrah menggunakan uang usahanya. Jadi, lauk pauk dan sayur mayur yang dibuat tanteku pastilah sangan enak.